Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN HASIL PENGABDIAN

PERAN BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN


BELAJAR SISWA DI DESA SINDANGHAYU

SUPERVISOR : Nandang Kosim, M.Pd

Disusun oleh :

Latifah Khoirunnisa (1911104122)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH MANSHUR (STAISMAN)

PENDIDIDKAN AGAMA ISLAM (PAI)

PANDEGLANG

TAHUN 2021
PERAN BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA DI DESA SINDANGHAYU

Disusun oleh

Nama : Latifah Khoirunnisa

NIM : 1911104122

Pandeglang,28 September 2021

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Lapangan Ketua PPPM

Nandang Kosim, M.Pd Aat Royhatudin, M.Pd.I

Mengetahui:

Ketua STAI Syekh Manshur Pandeglang

Dr. H. Kosasih, M.Pd

i
KATA PENGANTAR

Pengabdian Kepada Masyarakat ini berjudul “Peran bimbingan belajar dalam


meningkatkan kemandirian belajar siswa di Desa Sindanghayu”. PKM ini menitik
beratkan pada pendidikan anak-anak sekolah dasar yang seringkali diabaikan oleh
kebanyakan masyarakat yang masih tinggal dipedesaan. Maka dari itu kami berharap
PKM ini dapat membantu memajukan pendidikan anak-anak di pedesaan agar tidak
kalah dengan kualitas pendidikan anak di perkotaan.

ii
Disisi lain, Desa Sindanghayu menjadi salah satu desa yang kurang memahami
pentingnya pendidikan anak sejak dini, terutama di Kp.Kadu teweul yang masih banyak
penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Banyak juga orang tua yang merantau
ke luar kota dan menitipkan anak-anak mereka kepada kakek atau neneknya, hal
tersebut menyebabkan anak-anak kurang mendapatkan perhatian ekstra dalam hal
belajar dan banyak dari mereka yang menghabiskan waktu belajar malah untuk bermain.
Serta masih kurangnya, tempat bimbingan belajar yang terdapat di daerah ini.
Kebanyakan bimbingan belajar terdapat di pusat kota yang jaraknya cukup jauh untuk
dijangkau oleh anak-anak usia sekolah dasar.

Selain itu biaya bimbingan belajar yang relatif mahal membuat para orang tua
enggan mendaftarkan anak mereka mengikuti bimbingan belajar dan beranggapan
bahwa belajar disekolah saja sudah cukup. Padahal, waktu anak disekolah lebih sedikit
dari pada waktu mereka berada dirumah. Melalui PKM ini kami ingin memfasilitasi
anak-anak yang kurang mampu meanfaatkan waktu belajarnya dengan baik, dengan
cara membuat bimbingan belajar yang dimana anak-anak bisa belajar sambil bermain
dan berkumpul dengan teman-teman mereka. agar anak-anak tertarik untuk mengikuti
bimbingan belajar dan bisa memanfaatkan waktu bermain mereka sambil belajar
bersama. Dengan begitu, kualitas pendidikan anak-anak sejak dini bisa perlahan-lahan
diperbaiki agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Pandeglang,24 September 2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah Penelitian 1

iii
B. Rumusan Masalah Penelitian 2

C. Tujuan Penelitian 3

D. Kegunaan Penelitian 3

E. Metode Penelitian 4

F. Subjek Penelitian 4

G. Teknik pengumpulan data 4

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan tentang Bimbingan belajar 5


A.1Pengartian Bimbingan belajar 5
A.2Tujuan Bimbingan belajar 6
A.3Bentuk-bentuk Bimbingan belajar 7
A.4Tekni-teknik dalam bimbingan belajar 8
A.5Materi layanan bimbingan belajar 9
B. Tinjauan tentang kemandirian belajar 10
B.1Pengertian Kemandirian belajar 12
B.2Ciri-ciri kemandirian belajar 13
B.3Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian 14

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hakikat Bimbingan Belajar 16


B. Hakikat kemandirian belajar 18
C. Tujuan Bimbingan belajar 22
D. Wawancara kepada orang tua 22
E. Wawancara kepada anak 22
F. Wawancara kepada guru 23

iv
BAB IV PENUTUP

A.Kesimpulan 24

B. Daftar Pustaka 25

C.Lampiran 26

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya


Manusia (SDM) yang unggul. Untuk mencapai SDM yang unggul tersebut,
kemampuan belajar baik kognitif, afektif dan psikomotorik harus terasah. Pada
era globalisasi saat ini, setiap individu dituntut untuk dapat berkompetisi secara
sehat dengan orang lain. Untuk dapat berkompetisi dengan hasil yang maksimal
dibutuhkan suatu kompetisi yang unggul dan berkualitas dalam diri seseorang.
Kompetisi yang dibutuhkan adalah antara lain ketekunan, kedisiplinan, kerja
keras, pengetahuan umum yang baik serta kemandirian. Hal ini disebabkan
individu tidak hanya bersaing dengan komunitas lokal saja, akan tetapi juga dari
luar negara.

Oleh sebab itu, setiap individu dituntut untuk dapat mengembangkan


potensi dirinya. Potensi yang dimiliki oleh setiap anak harus dikembangkan
sebagai bekal untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Untuk dapat
mengembangkan potensinya dibutuhkan suatu proses yang harus dimulai sejak
usia dini. Dengan demikian pada tahapan usia inilah kemampuan belajar seorang
anak sebaiknya menjadi prioritas utama untuk dikembangkan seoptimal
mungkin.

Fungsi pendidikan menurut UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional


(UU Sisdiknas) Tahun 2003 Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

1
2

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas,


2008).

Bertolak pada fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan,


pada hakekatnya setiap manusia akan mengalami perkembangan serta memiliki
kemampuan untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Kemampuan seseorang dapat berkembang jika diberi kesempatan dan diperlukan
latihan setiap hari dalam kehidupannya.

Latihan yang dilakukan seseorang tidak dapat di lakukan oleh individu


itu sendiri, hal ini membutuhkan orang lain yang dapat membantu
mengembangkan potensi dirinya karena tanpa bantuan orang lain anak akan
kehilangan hakekat kemanusiaannya, orang lain di sini bisa berupa orang tua,
guru pembimbing dan lain-lain untuk membimbing anak agar bisa melakukan
segala tugas dan kewajiban dengan kesadaran sendiri. Karena apa yang
dilakukan oleh anak setiap harinya akan membentuk kepribadian seseorang, jika
hal ini sudah terbentuk pada diri seseorang akan memudahkan baginya dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga hal ini menjadikan anak
lebih mandiri. Mengingat pentingnya faktor lingkungan sosial, hal ini tidak
terlepas dari peranan keluarga dan peranan keluarga tidak terlepas dari peranan
orangtua, karena orangtualah sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak.

Namun kenyataannya, masih banyak anak yang mempunyai kadar


kemandirian yang berbeda, oleh sebab itu beberapa orang tua memasukan
anaknya di tempat bimbingan belajar (bimbel) agar dapat membantu terhadap
kemandirian anak. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti melakukan
penelitian dengan judul: “Peran Bimbingan Belajar Dalam Meningkatkan
Kemandirian Belajar Anak di Desa Sindanghayu”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan anak usia sekolah dasar
di Desa Sindanghayu
3

2. Bagaimana peran Bimbingan belajar dalam meningkatkan kemandirian


anak?
3. Bagaimana cara mengenalkan masyarakat Desa Sindanghayu dengan
pentingnya kualitas pendidikan anak dari usia sekolah dasar
C. Tujuan penelitian

1. Memfasilitasi anak-anak Dusun Dokeso agar bisa memanfaatkan waktu


bermain dan belajar mereka

2. Untuk mengetahui, Mengkaji dan Menganalisis bagaimana kemandirian


anak selama mengikuti bimbingan belajar

3. Membangun kesadaran orang tua anak tentang pentingnya pendidikan anak


dari usia dini.
D. Manfaat penelitian

1. Secara Teoretis

Penelitian ini bias menjadi bahan kajian bagi peneliti lainnya termasuk
perguruan tinggi lainnya, lembaga pendidikan lainnya, dan lembaga
swadaya masyarakat untuk memahami dan peduli terhadap masalah
pendidikan.

2. Secara Praktis
1. Bagi Peneliti
Yaitu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
dalam menerapkan pengetahuan terhadap masalah yang di hadapi secara
nyata.
2. Bagi Siswa
4

Yaitu sebagai pedoman untuk meningkatkan motivasi belajar dan


pemanfaatan sumber belajar secara maksimal sehingga mampu
mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

E. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sindanghayu Kecamatan Saketi
Kabupaten Pandeglang. Menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mencari,
memperoleh, dan menganalisis data hasil dari observasi yang dilakukan penelitian.
Menurut Sugiyono (2011: 8) bahwa metode penelitian kualitatif yaitu metode
penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya
metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang pendidikan. Serta
didukung oleh hasil wawancara peneliti dan narasumber atau pihak terkait penelitian.
F. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah kelas TK/PAUD sebanyak 7
Anak,Kelas 1-6 SD sebanyak 30 anak yang mengikuti Bimbingan Belajar bersama
K2N Kelompok 5 STAI Syekh Manshur.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih
jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan
spesifik.Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2012) bahwa pengumpulan data
dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Tentang Bimbingan Belajar


1.1 Pengertian Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ahmadi dan
Ahmad Rohani bahwa bimbingan belajar merupakan seperangkat usaha
bantuan kepada peserta didik agar dapat membuat pilihan, mengadakan
penyesuaian, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pengajaran
atau belajar yang dihadapinya. Artinya, bimbingan belajar adalah upaya guru
pembimbing membantu siswa dalam mengatasi berbagai permasalahan belajar
saat proses belajar mengajar berlangsung.1

Dewa Ketut Sukardi mengemukakan bahwa layanan bimbingan


belajar adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai
dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.2

Dari beberapa pengertian layanan bimbingan belajar yang


dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
belajar adalah seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik dalam
mengadakan penyesuaian belajar dan memecahkan masalah-masalah belajar
dengan cara mengembangkan suasanabelajar mengajar yang kondusif agar
terhindar dari kesulitan belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara
optimal sesuai denganperkembangan ilmu, teknologi dan kesenian untuk

1
Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), h. 108
2
Djumhur dan Muhammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV
Ilmu, 1978), h. 35

5
6

mempersiapkan diri pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.


1.2 Tujuan Bimbingan Belajar
Djumhur dan Mohammad Surya menjelaskan bahwa “tujuan dari
bimbingan belajar ialah membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang
baik dalam situasi belajar”. Dengan bimbingan ini diharapkan setiap siswa
dapat belajar dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada
pada dirinya.12Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan tujuan dari
bimbingan belajar adalah:3

a. Agar siswa memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian
terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar
yang diprogramkan.
b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran,
dan mempersiapkan diri menghadapi ujian
d. Memiliki keterampilan menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan
diri dalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang
berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi
ujian.Berdasarkan dari tujuan-tujuan bimbingan belajar yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari layanan
bimbingan belajar adalah membantu siswa mencapai keberhasilan belajar
dan mengembangkan semua potensi siswa secara optimal dengan cara
memberikan motivasi untuk belajar sepanjang hayat melalui kebiasaan
kegiatan belajar yang positif dan efektif sesuai dengan kemampuan,
minat, dan kesempatan yang ada untuk mencapai tujuan dari perencanaan

3
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), h. 15
7

pendidikan dengan kesiapan mental agar siswa mampu mandiri dalam


belajar.
1.3 Bentuk-bentuk Bimbingan Belajar
Bentuk layanan bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa
adalah layanan bimbingan yang disesuaikan dengan masalah belajar yang
dihadapi oleh siswa. Dengan melihat spesifikasi masalah yang dihadapi
oleh siswa, maka guru pembimbing dapat merumuskan program layanan
bimbingan belajar kepada siswa.Menurut Tohirin beberapa bentuk
layanan bimbingan belajar yang dapat diberikan kepada siswa adalah
sebagai berikut:4
a. Orientasi kepada siswa, khususnya siswa baru tentang tujuan sekolah,
isi kurikulum pembelajaran, struktur organisasi sekolah, cara-
carabelajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan
di sekolah.
b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat
selama mengikuti pembelajaran di sekolah maupun di rumah baik
secara individual maupun kelompok.
c. Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai,
memilih kegiatan-kegiatan non-akademik yang menunjang usaha
belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Bantuan ini juga mencakup layanan informasi
tentang program studi yang tersedia pada jenjang pendidikan tertentu.
d. Layanan pengumpulan data yang berkenaan dengan kemampuan
intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup terhadap program
studi atau jurusan tertentu, dan sebagainya.
e. Bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar seperti kurang
mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap
dalam menghadapi ujian, kurang dapat berkonsentrasi, kurang dapat
menguasai cara belajar yang tepat diberbagai mata pelajaran,

4
Tohirin, Ibid,
8

menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit cara belajar secara


rutin, dan lain sebagainya.

f. Bantuan dalam hal membentuk kelompok-kelompok belajar dan


mengatur kegiatan-kegiatan belajar kelompok supaya berjalan secara
efektif dan efisian.Menurut Winkel bentuk layanan bimbingan belajar
dapat dilakukan dengan program bimbingan belajar yang terencana
dan terorganisir dengan baik, meliputi:5
1. Pemberian informasi kepada siswa baru di sekolah mengenai
tujuan sekolah, isi kurikulum, penyesuaian diri di sekolah, cara-
cara belajar dan struktur organisasi sekolah. Semua ini
diusahakan dalam orientasi belajar siswa.
2. Memberikan informasi kepada siswa dan tuntunan dalam hal
belajar di rumah dan membentuk kelompok-kelompok belajar.
3. Memberikan informasi tentang kemungkinan dan kesempatan
untuk melanjutkan studi dan tuntutan-tuntutan apa yang harus
dipenuhi supaya berhasil.
4. Mengumpulkan data mengenai bakat-bakat dan hasil belajar
masingmasing siswa, agar siswa dapat ditolong untuk mengenal
dirinya
sendiri. Tanpa tersedianya data semacam ini, program bimbingan
belajar tidak dapat terlaksana dengan baik.
5. Melakukan wawancara dengan siswa untuk membicarakan
kesukarankesukaran dalam belajar, untuk membicarakan pilihan
sekolah lanjutan, dan untuk membicarakan kegagalan yang
disebabkan karena salah memilih jurusan.

5
Winkel, W.S, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, (Jakarta: Gramedia,
1981), h. 43
9

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat kita


simpulkan bentukbentuk layanan bimbingan belajar bagi siswa adalah
sebagai berikut:

a. Memberikan orientasi kepada siswa baru yang berisi informasi


mengenai tujuan sekolah, kurikulum, penyesuaian diri, cara
belajar, dan struktur organisasi sekolah.
b. Memberikan informasi tentang cara belajar yang tepat bagi siswa
selama mengikuti pelajaran di sekolah maupun secara mandiri di
rumah, baik berkelompok maupun individu.
c. Memberikan informasi tentang jurusan maupun program studi
yang sesuai bagi siswa untuk melanjutkan pendidikannya pada
tingkat yang lebih tinggi.
d. Melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan siswa
agar bimbingan belajar dapat terlaksana dengan baik. Seperti
bakat, minat, cita-cita, hasil belajar masing-masing siswa dan lain
sebagainya.
e. Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar, membentuk
kelompok belajar, dan mengatur kegiatan kelompok dengan cara
melakukan wawancara dengan siswa untuk membicarakan
kesulitan belajarnya agar dapat ditemukan penyebab dan
bagaimana cara mengatasinya.

1.4 Teknik-teknik dalam Bimbingan Belajar


Menurut Oemar Hamalik “pelaksanaan layanan bimbingan belajar
dapat dilakukan dengan teknik bimbingan kelompok dan bimbingan
individual atau kedua teknik tersebut dilaksanakan secara berurutan
dan bervariasi”. Teknik kelompok dilakukan terhadap kelompok
siswa yang terutama menemukan masalah atau kesulitan yang sama
atau sejenis. Pelaksanaannya dilakukan bersama-sama di mana guru
dan siswa lainnya bertindak sebagai pembimbing. Teknik individual
dilakukan secara perseorangan berdasarkan jenis masalah atau
10

kesulitan dan keadaan pribadi siswa dengan menyediakan waktu dan


tempat yang agak khusus.6

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tehnik


bimbingan belajar dilakukan secara individual maupun secara
kelompok.

1.5 Materi Layanan Bimbingan Belajar


Materi bimbingan belajar merupakan unsur penting dalam
bimbingan, sebab dengan materi bimbingan yang tepat bimbingan
belajar bisa berlangsung efektif. Sedangkan materi kegiatan layanan
bimbingan belajar yang diselenggarakan di sekolah meliputi:

a. Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman


sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat, kelemahan-kelemahan dan
penanggulangannya, dan usaha-usaha pencapaian perencanaan
masa depan
b. eknik penguasaan materi pelajaran baik ilmu pengetahuan
teknologi
dan kesenian
c. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan
berlatih secara efektif dan efisien.7

B. Tinjauan Tentang Kemandirian Belajar

2.1 Pengertian Kemandirian Belajar


Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia
akantergantung pada orang tua dan orang-orang yang ada dilingkungannya
hingga waktu tertentu seiring dengan berlakunya waktu dan perkembangan
selanjutnya, seorang anak akan berlahan-lahan melepaskan diri dari

6
16 Oemar, Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1990), h.
199
7
Ibid.231
11

ketergantungannya pada orang tua atau orang lain disekitarnya dan belajar
untuk mandiri.

Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua
makhluk hidup, tidak terkecuali manusia, mandiri atau sering juga disebut
berdiri diatas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak
tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya.

Kemandirian dalam konteks individu tertentu memiliki aspek yang


lebih luas dari sekedsr aspek fisik.Kemandirian menurut Sutari Imam Banarbid
1982, meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau
masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri
tanpa bantuan orang lain.18Beberapa ahli mengungkapkan tentang istilah
kemandirian belajar, Haris Mudjiman berpendapat kemandirian belajar adalah
kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai
sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan
bekal pengetahuan atau kompetensi yang elah dimiliki.8

Menurut Hendra Surya kemandirian belajar adalah proses menggerakan


kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk
menggerakan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau
pengaruh di luar dirinya. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah
pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar yang efektif.9

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa


kemandirian dalam belajar adalah sikap siswa yang mengarah pada, kegiatan
belajar aktif siswa, motivasi belajar sendiri dan mengetahui cara belajar yang
benar, sehingga ia dapat bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses belajar
tersebut.
8
Haris, Mudjiman, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), h. 1
9
Hendra, Surya, Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2003), h. 114
12

2.2 Ciri-ciri Kemandirian Belajar


Anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan
belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar
dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri. Untuk mengetahui apakah siswa itu
mempunyai kemandirian belajar maka perlu diketahui ciri-ciri kemandirian
belajar.Menurut Haris Mudjiman ada beberapa ciri belajar mandiri yaitu:10

a. Kegiatan belajarnya bersifat selfdirecting, mengarahkan diri sendiri, tidak


dependent. Orang dewasa ingin mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
karena mereka belajar untuk memecahkan masalah atau memenuhi
kebutuhannya.
b. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran ijawab
sendiri atas dasar pengalaman bukan mengharapkan dari guru atau orang
luar.
c. Tidak mau didikte guru, karena mereka tidak mengharapkan secara terus
menerus diberi tahu.
d. Orang dewasa cenderung mengharapkan untuk segera memanfaatkan hasil
dari apa yang dipelajari.
e. Lebih senang dengan pembelajaran yang memusat kepada pemecahan
sesuatu masalah dunia nyata.
f. Lebih senang dengan partisipasi aktif daripada pasif mendengarkan
ceramah guru.
g. Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki.
h. Lebih menyukai bekerja sama dengan orang lain, karena pengalaman yang
dimiliki orang lain akan membantunya memecahkan masalah, demikian
pula sebaliknya.
i. Perencanaan dan evaluasi belajar dilakukan bersama antara guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak semata-
mata dipaksakan oleh guru.

10
Haris, Mudjiman, Belajar Mandiri, (Surakarta: UNS Pers, 2007), h. 14
13

j. Belajar harus dengan berbuat, tidak cukup dengan mendengarkan dan


menyerap.
Menurut Chabib Thoha membagi ciri kemandirian belajar dalam delapan
jenis, yaitu :11

a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif.


b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
c. Tidak lari atau menghindari masalah.
d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan
orang lain.
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.
g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa ciri-ciri
kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah
menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung
jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Menurut Hasan Basri kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh


beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor
endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen).12

a. Faktor endogen (internal)


Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber
dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi
tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat

11
Chabib, Thoha, ibid.
12
Hasan, Basri, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 1994), h. 54
14

padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal
dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya.
Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan
didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi
pertumbuhan tubuhnya.
b. Faktor eksogen (eksternal)
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh
yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan ocial
lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi ociale
maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama
dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk
kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriannya.

Sementara itu Muhammad Ali dan Muhammad Asrori menyebutkan


sejumlah ocial yang mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu :13

a. Gen atau keturunan orangtua. Orang tua memiliki sifat kemandirian


tinggi sering kali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.
b. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh dan mendidik anak akan
mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya.
c. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak
mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menenkankan
indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan
kemandirian remaja sebagai siswa.
d. Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang
terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur ocial, merasa kurang
aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi
remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran
perkembangan kemandirian remaja atau siswa.
13
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 118-119
15

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai


kemandirian seseorang tidak terlepas dari ocial-faktor yang mendasari
terbentuknya kemandirian itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat menentukan
sekali tercapainya kemandirian seseorang, begitu pula dengan
kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh ocial dari dalam diri siswa
itu sendiri, maupun yang berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga,
sekolah, lingkungan ocial ekonomi dan lingkungan masyarakat.

Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting


dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh
seorang individu bersikap dan berfikir secara mandiri dalam kehidupan
lebih lanjut.

Karena dalam pelaksanaanya bimbingan belajar bertujuan


mencarikan cara-cara belajar yang efektif bagi seorang anak atau
kelompok anak, menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal
belajarnya, menunjukan cara-cara mencatat dan mendengarkan sewaktu
menerima pelajaran.14

14
Abu, Ahmadi, Cara Belajar Mandiri dan Sukses, (Solo: CV Aneka, 1993), h. 106
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hakikat Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar atau lebih dikenal dengan istilah singakatan


bimbel sudah banyak keberadaannya khususnya di kota-kota besar.
Bimbel adalah tempat belajar non formal khusus memberi pembelajaran
hanya pada mata pelajaran tertentu, seperti matematika, bahasa Inggris
maupun mata pelajaran lainnya yang diujikan, biasanya pada mata
pelajaran yang ada di Ujian Nasional. Bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitannya (Walgito, 2008).

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya


perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut sebagai hasil dari
proses belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, baik
ketrampilan, kecakapan dan kemampuannya serta perubahan aspek-aspek
lain yang ada pada individu yang belajar (Sudjana, 2004). Bimbingan
belajar adalah upaya guru pembimbing membantu siswa dalam mengatasi
berbagai permasalahan belajar saat proses belajar mengajar berlangsung
(Ahmadi & Rohani, 2001).15

Tujuan dari bimbingan belajar ialah membantu siswa agar


mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar. Dengan bimbingan
ini diharapkan setiap siswa dapat belajar dengan sebaik mungkin, sesuai
dengan kemampuan yang ada pada dirinya (Djumhur dan Surya, 2008).

15
Abu Ahmadi,& Rohani, Ahmad. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka
Cipta.2001).97

16
17

Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005) tujuan dari


bimbingan belajar adalah:

(1) Agar siswa memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar.
(2) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat,
(3) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
(4) Memiliki keterampilan menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam pelajarandan
(5) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

Tidak setiap siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan


yang terkait dengan belajar. Seringkali kemampuan itu mesti difasilitasi
oleh guru dan guru pembimbing untuk dapat direalisasikan. Walaupun
mungkin seorang siswa memiliki potensi yang baik, namun yang
bersangkutan kurang punya kemampuan untuk mengembangkannya,
sudah barang tentu hasil belajarnya kurang baik. Di sisi lain menunjukan
bahwa kehadiran orang lain dalam hal ini para guru dan guru pembimbing
menjadi amat penting untuk membantu mengembangkan potensi siswa dan
dalam menghadapi masalahmasalah yang berkait dengan belajar. Guru dan
guru pembimbing memiliki kesempatan yang luas untuk secara bersama
dengan siswanya mengembangkan berbagai kemampuan potensial yang
diharapkan menunjang kegiatan belajarnya.

Dengan demikian, bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian


bantuan dari guru/guru pembimbing kepada siswa dengan cara
mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan menumbuhkan
kemampuan agar siswa terhindar dari dan atau dapat mengatasi kesulitan
18

belajar yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang


optimal.

B. Hakikat Kemandirian Belajar Anak

Kemandirian merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi


setiap individu. Seseorang menjalani kehidupan ini tidak terlepas dari
cobaan dan tantangan. Individu yang mempunyai tingkat kemandirian
tinggi relatif dapat menghadapi segala permasalahan karena individu yang
mandiri tidak bergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi
masalah sendiri adalah suatu suasana dimana seseorang mau dan mampu
mewujudkan kehendak dan keinginan dirinya.

Pada dasarnya setiap orang tua menghendaki anaknya baik, patuh,


dan setiap orangtua juga akan merasa bahagia jika anaknya pintar, dan
masih banyak lagi harapan lain tentang anak, yang kesemuanya berbentuk
sesuatu yang positif. Sementara itu, orangtua berkeinginan untuk mendidik
anaknya secara baik dan berhasil, mereka berharap mampu membentuk
anak yang punya kepribadian, anak yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, anak yang berakhlak mulia, anak yang berbakti
terhadap orang tua, anak yang berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa juga agama, anak yang cerdas dan terampil, bertanggung jawab
serta memiliki kemandirian.

Kata kemandirian berasal dari kata ‘mandiri’ yang merupakan kata


sifat yang memiliki arti: dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak
tergantung kepada orang lain (Marhijanto, 1999). Anak mandiri
merupakan dambaan setiap orang tua. Kemandirian timbul apabila seorang
anak merasa mampu melakukan sesuatu. Anak mampu menolong dirinya,
berinteraksi sosial dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Disamping
itu, anak pun mampu untuk berpikir dan berbuat bagi dirinya sendiri.

Pengertian kemandirian anak adalah anak yang mampu memenuhi


kebutuhannya, baik berupa kebutuhan naluri maupun kebutuhan fisik oleh
19

dirinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang


lain. Bertanggungjawab dalam hal ini berarti kebutuhannya dengan
kebutuhan orang lain dalam lingkungannya yang sama-sama harus
dipenuhi (Jamal, 2008).

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh


secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di
lingkungan, sehingga individu mampu berpikir dan bertindak sendiri.
Anak yang mampu melakukan aktivitasnya sendiri tanpa banyak
bergantung kepada orang lain. Kemandirian adalah kemampuan yang ada
pada seseorang untuk memikirkan, merasakan, dan melakukan sesuatu
dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan,
bersaing, mengatasi masalah, dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi
dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang di lakukannya serta tidak
bergantung pada orang lain.

Kemandirian merupakan salah satu bagian dari kepribadian yang


sehat. Sujanto mengemukakan ciri-ciri dari kepribadian yang sehat antara
lain adalah:

(1) kepercayaan pada diri sendiri yang kuat

(2) optimis

(3) adanya ambisi

(4) diri yang kreatif

(5) toleransi

(6) kepekaan sosial

(7) fleksibilitas

(8) kesadaran antara hak dan kewajiban


20

(9) menghargai diri sendiri

(10) bertanggung jawab

Ciri dari kepribadian sehat tersebut hampir sama dengan ciri dari
mandiri yakni dalam pribadi yang mandiri terdapat inisiatif, yaitu selalu
mempunyai gagasan-gagasan yang baru atau pemikiran-pemikiran yang
baru dan berbeda dari orang lain. Selain itu juga dalam pribadi yang
mandiri terdapat rasa percaya diri, yakni percaya akan kekuatan yang
dimiliki oleh diri sendiri dan kemampuan sendiri dalam menghadapi
persoalan yang terjadi.16

Anak yang mandiri akan mengkritisi berbagai hal yang datang dari
luar wilayah diri. Selain itu seseorang yang mandiri mempunyai
kemampuan untuk mengambil suatu keputusan sendiri bebas dari
pengaruh dari luar dirinya, serta bertanggung jawab terhadap setiap hal
atau tindakan yang dilakukannya. Menurut Hasan Basri (2000) ada 2
faktor yang mempengaruhi kemandirian, yaitu:

1) Faktor Internal
yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, antara lain:
a) Keturunan, keturunan sangat menentukan mandiri atau tidaknya
seseorang, keadaan keturunan tersebut meliputi sifat dasar yang
dimiliki oleh orang tua, misal: bakat, potensi, intelektual, dan
potensi pertumbuhan tubuhnya. Jadi dalam hal ini orang tua yang
memiliki sifat kemandirian tinggi dapat melahirkan atau
menurunkan sifat kemandiriannya pada anak.
b) Kematangan, dalam melakukan tugas-tugas perkembangan anak,
harus di sesuaikan dengan tingkat kematangan. Jadi pertumbuhan
fisik seolah-olah seperti sudah di rencanakan oleh faktor
kamatangan.

16
Hasan Basri. Remaja Berkualitas. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000).98
21

2) Faktor Eksternal,

Semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, antara lain:

a) Lingkungan Keluarga, keluarga merupakan lingkungan yang pertama


dan dalam proses perkembangannya dibutuhkan sejumlah faktor dari
dalam keluarga tersebut, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai,
disayangi, dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut, dapat
meningkatkan kemampuan dan kreativitas yang di milikinya.
b) b) Lingkungan Sekolah, bahwa sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa
agar mampu mengembangkan potensinya.

Kemandirian tidak terbentuk dengan segera ketika manusia lahir,


tetapi merupakan hasil pembentukan yang dilakukan sejak usia dini hingga
dewasa. Kemandirian terbentuk melalui suatu proses. Membentuk
kemandirian dilakukan dalam setiap bidang pengasuhan anak, tidak bisa
hanya satu bidang saja (Sylva, 2004). Untuk menumbuhkan kemandirian
pada anak, anak perlu diberi kesempatan untuk berkembang yang
dilakukan melalui latihan dan pembiasaan yang dilakukan di rumah,
sekolah, dan tempat les atau bimbingan belajar.

C. Hakikat Bimbel

Bimbel merupakan pendidikan non formal. Pendidikan non formal


adalah jalur pendidikan yang tujuannya untuk mengganti, menambah, dan
melengkapi pendidikan formal dilaksanakan secara berjenjang dan
terstruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional). Pendidikan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga
khusus yang ditunjuk oleh pemerintah dengan berpedoman pada standar
nasional pendidikan. Dengan mendapatkan pendidikan di luar sekolah,
setiap individu dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang
bermanfaat bagi perkembangan dirinya.
22

D. Tujuan Bimbel

(1) Meningkatkan kemampuan siswa/i dalam menggunakan Bahasa Inggris


maupun Arab secara baik dan benar, lisan maupun tulisan.
(2) Membimbing siswa/i agar lebih memahami, menguasai dan
memperkaya materi pelajaran yang diberikan di sekolah.
(3) Meningkatkan rasa percaya diri siswa/i dalam menghadapi ujian-ujian
dan berbagai bentuk tes lainnya.
(4) Meningkatkan prestasi siswa/i sehingga nilai harian, nilai raport dan
nilai akhir menjadi lebih baik.
(5) Meningkatkan motivasi siswa/i untuk lebih giat belajar dalam menuntut
ilmu.
(6) Mengenalkan teknik membaca dan menulis yang efektif sehingga
siswa/i mampu mambaca dan menulis dalam waktu yang singkat

1. Berdasarkan hasil wawancara ke orang tua

Diketahui bahwa orang tua anak sangat terbantu dengan adanya


bimbel di lingkungan mereka Kp. Kadu Teweul Desa Sindanghayu Kab.
Pandeglang hal itu dapat dilihat dengan terbantu jika ada PR di sekolah
dan terpantau pelajarannya. Lebih utama kemandirian anak sangat baik,
karena anak bertanggung jawab dalam belajar dan hadir setiap sore untuk
Bimbel sesuai jadwal. Orang tua merasa anak lebih percaya diri dalam
belajar karena dengan ikut Bimbel pelajaran di sekolah bisa diulang
kembali sehingga memantapkan apa yang telah didapat di sekolah.Bimbel
juga membantu anak dalam berakhlak mulia karena diajarkan mengaji dan
pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam),

2. Berdasarkan wawancara ke anak yang ikut Bimbel K2N STAISMAN

Anak-anak suka belajar di Bimbel K2N STAISMAN karena guru


pengajar bimbel seperti kakak mereka yang bertindak sebagai pendamping
belajar. Anak-Anak tidak hanya belajar ilmu pengetahuan saja tetapi juga
bisa belajar mengaji. Jika moment khusus ada kegiatan seperti ,lomba-
23

lomba Ketika ada kegiatan lomba banyak sekali hadiah yang didapat.
Kadang anak penuh percaya diri karena PR dibantu sehingga dapat
membantu teman yang kesulitan jika belum mengerjakan PR.

3. Berdasarkan wawancara ke guru di sekolah

Anak yang ikut Bimbel K2N STAISMAN Guru sekolah sangat


terbantu jika anak anak ikut kursus atau les, hal ini disebabkan oleh tidak
cukupnya waktu dalam mengajar anak-anak di kelas, Sehingga guru
menyarankan khususnya anak yang lemah diwajibkan les atau bimbel agar
dapat lebih menguasai materi pelajaran.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Kemandirian seseorang anak tidak dapat terbentuk tanpa adanya


dukungan dari lingkungan, karena individu tidak mungkin hidup tanpa satu
lingkungan sosial tertentu jika anak itu mau tumbuh normal dan mengalami
proses manusiawi atau proses pembudayaan dalam satu lingkungan, bimbel
K2N STAISMAN membantu kemandirian siswa dalam belajar.

Kemampuan tersebut mencirikan bahwa anak mandiri itu aktif,


kreatif, spontanitas, kompeten, tidak bergantung pada orang lain. Mampu
memecahkan masalah, berani mengambil resiko, percaya diri, dan
mempunyai kontrol lebih baik. Kemandirian merupakan segala tindakan yang
dilakukan berdasarkan kemampuan diri sendiri, sehingga anak yang mandiri
akan dapat melakukan sesuatu tanpa bergantung pada orang lain.

Dengan terbentuknya sikap kemandirian, di mana seseorang


diharapkan bisa mendidik diri sendiri dalam pengertian mampu menentukan
sikap, bisa memilih arah dan tujuan hidupnya dan secara konsekuen mencapai
tujuan final itu. Sehingga dengan demikian bisa tercapai satu tingkat
kemandirian di mana seseorang mampu melaksanakan dengan baik tugas-
tugas hidup sebagai individu otonom. Kemandirian seseorang dapat
berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang
melalui latihan yang dilakukan secara terusmenerus dan dilakukan sejak dini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu dan Ahmad Rohani,(1991) Bimbingan dan Konseling di Sekolah,


Jakarta: Rineka Cipta

Djumhur dan Muhammad Surya,(19787) Bimbingan dan Penyuluhan di


Sekolah, Bandung: CV Ilmu

Yusuf Syamsu dan A. Juntika Nurihsan,(2005),Landasan Bimbingan dan


Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya

W,S Winkel,(1981) Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah,


Jakarta: Gramedia

Hamalik Oemar,(1990) Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru

Mudjiman Haris, (2006)Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar


Mandiri,Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Surya Hendra,(2003) Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar, Jakarta: Elex Media


Komputindo

Mudjiman Haris,(2007) Belajar Mandiri, Surakarta: UNS Pers

Basri Hasan,(1994) Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya,


Yogyakarta: Pustaka Belajar

Ali Mohammad dan Mohammad Asrori,(2006) Psikologi Remaja


Perkembangan Peserta Didik,Jakarta: Bumi Aksara

Thantawy, (2005)Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Grasindo

Santoso Totok,(1988) Layanan Bimbingan Belajar di Sekolah Menengah,


Semarang: Satya Wacana

Ahmadi Abu,(1993) Cara Belajar Mandiri dan Sukses, Solo: CV Aneka

Ahmadi Abu,& Rohani, Ahmad.(2001) Bimbingan dan Konseling di


Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Basri Hasan,(2000) Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


LAMPIRAN

A.Dokumentasi Foto Bimbingan belajar bersama anak Kp. Kadu Teweul Des.
Sindanghayu Kab. Pandeglang
B.Dokumentasi Pengajian anak Rutinitas malam Kp.Kadu Teweul Des
Sindanghayu
C.Dokumentasi Pemenang Lomba Puisi dan Pidato

Anda mungkin juga menyukai