Anda di halaman 1dari 3

Ruang Kolaborasi

Argumen Kritis Perjalanan Pendidikan Nasional

Nama Anggota Kelompok : 1. Ryas Infany Pangestu (231135514)


2. Intan Dewi Drupadi (231135516)
3. Sri Diah Retnosari (231135517)
4. Ayu Syarifaturrahma (231135518)
5. Achmad Dhiyaul Khaq (231135520)
6. Miratul Istianah (231135525)
1. Praktik pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam belajar
dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaan?

Sesuai dengan pidato Ki Hadjar Dewantara dijelaskan bahwasannya pendidikan sebelum


kemerdekaan hanya terbatas pada kalangan tertentu dan untuk tujuan kepentingan Belanda semata.
Pendidikan pada saat itu belum memanusiakan manusia dan belum mengangkat nilai-nilai budaya
Indonesia. Lalu bagaimana dengan pendidikan saat ini? Apakah sudah lepas dari belenggu
tersebut? Secara harfiah kita sudah lepas dari belenggu tersebut. Hal itu dibuktikan dari mudahnya
akses pendidikan sehingga setiap anak di Indonesia sudah dapat menempuh pendidikan formal,
bahkan wajib belajar saat ini sudah 12 tahun. Berdasarkan data dari BPS tahun 2020 tercatat bahwa
tingkat kelulusan SD 96%, SMP 87,89%, dan SMA 63,95% . Namun secara maknawi pendidikan
Indonesia saat ini belum sepenuhnya lepas dari belenggu, sebab belum sepenuhnya memanusiakan
manusia dan menjadikan budaya bangsa sebagai landasan utama. Sebagai contoh :

a) Masih banyaknya kenakalan remaja yang merajalela, seperti : klitih, tawuran, pergaulan
bebas, dll
b) Kurangnya rasa cinta tanah air, seperti : merusak lingkungan, lebih suka menggunakan
produk luar negeri, tidak menghargai serta menghormati sesama warga indonesia, dll
c) Munculnya sikap individualis dan memudarnya gotong royong di kalangan anak muda saat
ini. Padahal gotong royong merupakan salah satu budaya nasional yang harus dilestarikan.
Jika hal ini tidak dapat diestafetkan melalui dunia pendidikan, maka perlu adanya koreksi
di dunia Pendidikan
d) Menurunnya kemampuan generasi muda dalam berbahasa daerah meskipun saat ini sudah
ada mata pelajaran bahasa daerah.
e) Pelaksanaan kurikulum yang belum sesuai dengan tujuannya.
2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’
yang belum memerdekakan peserta didik?

Gagasan kurikulum merdeka sudah sangat bagus untuk melepaskan belenggu yang belum
memerdekakan peserta didik apabila diimplementasikan secara lebih menyeluruh dan terpadu.
Sebab kenyataan di lapangan masih banyak yang belum mengerti apa yang sebenarnya
dikonsepkan pada kurikulum merdeka. Kurangnya pemahaman guru sebagai pelaksana
menjadikan kurikulum merdeka tidak dapat diaplikasikan secara maksimal. Kurikulum merdeka
menggunakan prinsip yang ada pada pembelajaran paradigma baru dimana guru diberikan
kebebasan dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta assesmen untuk
mengukur hasil belajar peserta didik serta peserta didik tidak dipaksa untuk menguasai semua
materi karena tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat peserta
didik. Akan tetapi proses pembelajaran yang dilakukan tetap mengacu pada profil pelajar Pancasila
yang berperan sebagai penuntun arah dan menjadi panduan. Dalam menentukan kebijakan dan
pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 81A tahun 2013 menjelaskan bahwa model pendidikan harus :

a) Berpusat pada peserta didik.

b) Mengembangkan kreativitas peserta didik.

c) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.

d) Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika.

e) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.

3. Apa model yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan
belenggu dan memerdekakan peserta didik?

Model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center learning) yang mana siswa dapat
mengembangkan potensinya secara penuh dan merdeka. Beberapa model pembelajaran yang
berpusat pada siswa yaitu sebagai berikut :

a) Model pembelajaran STEAM: model pembelajaran terpadu yang mendorong peserta didik
untuk berpikir lebih luas tentang masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata.

b) Model Environmental Learning: model pembelajaran yang berbasis lingkungan yang


dikembangkan agar peserta didik memperoleh pengalaman lebih berkaitan dengan
lingkungan.
c) Model pembelajaran PjBL (Project Based Learning): pembelajaran yang melibatkan
peserta didik dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu produk

d) Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning): pembelajaran yang menuntun


peserta didik untuk memecahkan masalah dalam memperoleh materi yang dipelajari

e) Cooperative learning : model pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa yang
lebih pandai dalam sebuah kelompok kecil yang hasilnya akan dipresentasikan kepada
kelompok lain di dalam kelas.

Daftar Pustaka

1. Tarigan, M., Alvindi, A., Wiranda, A., Hamdany, S., & Pardamean, P. (2022). Filsafat
Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Mahaguru: Jurnal
Pendidikan Guru

2. UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 “ Sistem Pendidikan Nasional”

3. Satir, Sri (2016). Pendidikan yang Membelenggu, Membebaskan dan Memperdayakan. AL-
RIWAYAH: JURNAL KEPENDIDIKAN, 8, 195-212.

4. Afifah, Deliar Nur. Praktik Pendidikan yang Membelenggu Kemerdekaan Peserta Didik.
https://www.kompasiana.com/deliarnurafifah3482/63b8f28b08a8b506906ba4e2/praktik-
pendidikan-yang-membelenggu-kemerdekaan-peserta-didik-dan-solusinya?page=all#section

Anda mungkin juga menyukai