Anda di halaman 1dari 6

Mata Pelajaran : Filosofi Pendidikan Indonesia

Kelas : PGSD E
Nama Anggota Kelompok 1 :
1. Muhammad Riqky Alwi (2300103913027150)
2. Lois Juvita Anggelika Borusilaba (2300103913027132)
3. Luiz Inka Prasasti (2300103913027135)
4. Moh. Sofyan Ansori (2300103913027145)
5. Nahdiah Indah Cahyani (2300103913027156)
6. Najjah Wardiyatul Jannah (2300103913027157)

RUANG KOLABORASI - ARGUMEN KRITIS PERJALANAN


PENDIDIKAN NASIONAL
1. Apa praktik Pendidikan saat ini “membelenggu” kemerdekaan peserta didik dalam belajar
dengan melihat perjalanan Pendidikan nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaan?
Jawaban :
Kami pikir sebelum membicarakan soal ‘belenggu’ kebebasan peserta didik dalam hal
belajar, perlunya kita kembali merefleksikan esensi pendidikan sebelum kemerdekaan.
Memahami kembali pemikiran-pemikiran yang sudah digagas oleh tokoh-tokoh
intelektual kita seperti halnya Ki Hadjar Dewantara, KH. Ahmad Dahlan, RA. Kartini,
dan tokoh lainnya. Mereka membuat sekolah sebagai ruang berpikir kritis untuk melawan
kolonial, tentu saja kemerdekaan bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara pada tahun
1922, beliau mendirikan Sekolah Taman Siswa di Yogyakarta sebagai ruang berpikir para
pemuda. Pada sekolah tersebut, beliau membentuk siwa siswinya untuk bisa berpikir
kritis terhadap suatu masalah apapun. Pendidikan digunakan sebagai senjata secara
intelektualitas, karena bersifat sangat kompleks dari segi sosial, ekonomi, politik, dan hal
penting lainnya yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kemerdekaan pada ranah pendidikan itulah yang dibangun Ki Hadjar Dewantara.
Namun, mirisnya setelah kemerdekaan pendidikan mengalami penurunan secara berpikir.
Sistem yang semakin memberi batasan pada pendidik, dan sikap otoriter yang memberi
keuntungan pada kelompok tertentu.
Istilah membelenggu memiliki kata dasar “belenggu” yang berarti ikatan.
Sedangkan membelenggu memiliki arti menyebabkan tidak bebas atau bisa dikatakan
terkekan. Menurut Satir (2016),membelenggu jika dikaitkan dengan Pendidikan memiliki
arti bahwa proses kegiatan yang menyebabkan anak didik merasa tidak bebas beraktivitas
sehingga anak didik tidak mandiri dan tidak berkreasi.
Sekarang di era ini ditetapkan bahwa setiap warga negara berhak belajar dan
bersekolah. berbeda dengan zaman kolonial sebelum kemerdekaan yang bisa belajar dan
bersekolah hanya orang-orang tertentu. Seperti hanya mendidik orang-orang bangsawan
dan orang-orang pembantu untuk usaha dagang.
Sedangkan sesudah kemerdekaan, bentuk praktik Pendidikan yang membelenggu
seperti guru yang memposisikan peserta didik sebagai objek pembelajaran bukan sebagai
subjek pembelajaran, sehingga peserta didik hanya berperan sebagai penerima informasi
dari guru. Orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga selalu ikut campur dalam
menentukan nasib masa depan anaknya, karena orang tua selalu merasa bahwa apa yang
dilakukan buah hatinya belum mampu mengambil kebijakan sendiri dan keinginan orang
tuanya belum sesuai. Jadi peserta didik hanya terpaksa mengikuti, karena pilihan orang
tuanya dan melihat teman-teman nya sekolah.
Adapun contoh Pendidikan yang membelenggu yaitu
a. jian nasional/UN
b. Dana bos
c. Peraturan yang diterapkan di sekolah
d. Mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan
e. Kebijakan pemerintah yang selalu berat sebelah, misalnya teralu
mengutamakan sektor perbankan dengan mengorbankan sector Pendidikan.
Pemerintah lebih percaya menyuntikkan dana pemerintah ke bank-bank
yang lagi bermasalah daripada menyutikkan dana Pendidikan ke sekolah-
sekolah yang membutuhkan demi meningkatkan mutu Pendidikan.
2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’ yang
belum memerdekakan peserta didik?
Jawaban :
Ya, ada beberapa model pendidikan saat ini yang mengusahakan untuk melepaskan
"belenggu" yang belum memerdekakan peserta didik. Berikut adalah beberapa contoh model
pendidikan yang dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik:
a. Model pembelajaran Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics (STEAM)
STEAM adalah model pembelajaran terpadu yang mendorong peserta didik untuk
berpikir lebih luas tentang masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata. model STEM
dapat membantu mengembangkan pengetahuan, membantu menjawab pertanyaan
berdasarkan penyelidikan, dan dapat membantu siswa untuk mengkreasi suatu
pengetahuan baru (Nasrah et al., 2019).
b. Model Environmental Learning
Model Environmental Learning merupakan pembelajaran yang berbasis
lingkungan yang dikembangkan agar peserta didik memperoleh pengalaman lebih
berkaitan dengan lingkungan. Pembelajaran environmental learning menganut konsep-
konsep sains dan lingkungan sekitar, sehingga siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa
melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya
pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang
sesuatu yang ada di lingkungannya (Abid, 2022).
c. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
PjBL adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan
untuk menghasilkan suatu produk. PjBL ini menerapkan bentuk instruksi yang berpusat
pada siswa berdasarkan pada tiga prinsip-prinsip konstruktivis, yakni belajar adalah
konteks-spesifik, peserta didik terlibat secara aktif dalam proses belajar dan mereka
mencapai tujuan mereka melalui interaksi sosial dan saling berbagi pengetahuan dan
pemahaman (Larmer et al., 2018). Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang
besar untuk memberi siswa pengalaman belajar yang lebih menarik dan lebih bermakna
(Sufiyanto, 2022). Sehingga pembelajaran dapat memberikan kebebasan kepada peserta
didik.
d. Model pembelajaran Problem Based Learning (PjBL)
PBL merupakan pembelajaran yang menuntun peserta didik untuk memecahkan masalah
dalam memperoleh materi yang dipelajari. Masalah dihadapkan sebelum proses
pembelajaran berlangsung dapat memicu peserta didik untuk meneliti, menguraikan dan
mencari penyelesaian dari masalah tersebut. PBL membuat peserta didik sebagai subjek
dalam pembelajaran, sedangkan peran pendidik sebagai fasilitator, yakni memberikan
permasalahan yang nantinya akan diselesaikan oleh siswa (Ardianti et al., 2022).
e. Model kurikulum merdeka belajar
Model kurikulum merdeka belajar yang sedang dipelajari saat ini
diupayakan untuk melepaskan belenggu belajar dalam pendidikan di Indonesia
baik bagi guru maupun peserta didik. Kurikulum merdeka menggunaka prinsip yang ada
pada pembelajaran paradigma baru dimana guru diberikan kebebasan dalam
merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta asesmen untuk
mengukur hasil belajar peserta didik, serta peserta didik tidak dipaksa untuk
menguasai semuamateri, karena tujuan pembelajaran disesuaikan dengan
kemampuan,kebutuhan, dan minat peserta didik. Akan tetapi, proses pembelajaran yang
dilakukan tetap mengacu pada profil pelajar pancasila yang berperan sebagai penuntun
arah dan menjadi panduan dalam menentukan kebijakan dan pembaharuan
sistem pendidikan di Indonesia.

3. Apa yang anda tawarkan sebagai model pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan
memerdekakan peserta didik?
Jawaban:
Sebelum menerapkan sistem pembelajaran, guru harus terlebih dahulu mengetahui
karakteristik peserta didik melalui observasi terhadap peserta didik, dengan tujuan untuk
mengetahui kebutuhan peserta didik sehingga guru dapat menentukan model pembelajaran
yang paling tepat yang bisa diterima oleh peserta didik. Kemudian dalam menilai peserta
didik, guru tidak hanya menilai pada hasil akhir namun juga pada saat proses pembelajaran.
Pada pembelajaran saat ini dapat mengganti apa yang telah lama berjalan yaitu pembelajaran
berpusat pada guru (Teacher Based Learning) sepenuhnya menjadi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student centered learning). Menjadi guru harus berpihak kepada
peserta didik. Guru harus memusatkan pembelajaran hanya pada peserta didik, guru tidak
boleh memaksakan keinginan diri sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator. Guru yang bisa
berpihak pada peserta didik, yaitu dengan menghargai kemampuan setiap peserta didik. Hal
ini karena setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Cara menjadi guru
yang berpihak pada peserta didik, yaitu dengan pembelajaran yang dilakukan secara aktif
berpusat pada peserta didik.
REFERENSI

Abid, S. (2022). Efektivitas model pembelajaran Environmental Learning terhadap kemampuan


menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rejang Lebong. 127–140.

Ardianti, R., Sujarwanto, E., & Surahman, E. (2022). Problem-based Learning: Apa dan
bagaimana. Diffraction: Journal for Physics Education and Applied Physics, 3(1), 27–35.
https://doi.org/10.37058/diffraction.v3i1.4416

Larmer, J., Mergendoller, J., & Boss, S. (2018). Setting the standard for project based learning.
In Buck Institute for Education (Issues 1–2). Buck Institute for Education.

Nasrah, Amir, R. H., & Purwanti, Y. (2019). Efektivitas model pembelajaran STEAM (science,
technology, engineering, art, and mathematics) pada siswa kelas IV SD. JKPD (Jurnal
Kajian Pendidikan Dasar), 6(1), 1–13.
https://36.89.54.123/index.php/jkpd/article/view/4166

Satir, S. (2016). Pendidikan yang membelenggu, membebaskan dan memperdayakan. Al-


Riwayah: Jurnal Kependidikan, 8(2), 195-212.
https://e-jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Al-Riwayah/article/view/115

Sufiyanto, M. I. (2022). Model-model pembelajaran terbaik (Issue July).

Anda mungkin juga menyukai