Anda di halaman 1dari 3

1.

Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan
sesudah kemerdekaaan.
Sebelum kemerdekaan, tidak semua rakyat dapat mengenyam pendidikan karena
pendidikan pada masa colonial didasarkan pada golongan penduduk yang berlaku saat
itu. Kemudian dibuat sekolah untuk pribumi, namun pendidikan hanya sebatas membaca,
menulis dan menghitung seadanya dengan tujuan diarahkan kepada calon pegawai saja
untuk keuntungan perusahaan belanda. Sebelum kemerdekaan, pendidikan Indonesia
terbelenggu dengan penjajahan yang dilakukan oleh belanda dan jepang. Pendidikan
Indonesia saat itu masih sangat dibatasi dan masih dipenagruhi oleh kolonial. Namun hal
berbeda kita lihat sat ini, dengan kesempatan yang terbuka apakah pendidikan yang
diberikan telah sejalan dengan cita-cita dasar pendidikan itu sendiri, walaupun demikian
masih banyak rakyat di Indonesia yang masuk jurang kemiskinan dan tidak dapat
melanjutkan sekolah. Artinya Indonesia boleh merdeka namun rakyat belum sepenuhnya
merdeka padahal dalam pasal 31 ayat 1 dalam undang-undang berbunyi setiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Setelah kemerdekaan, pendidikan Indoensia juga masih “membelenngu” kemerdekaan
peserat didik. Sistem pendidikan Indonesia yang bertahun-tahun memfokuskan pada
aspek kognitifnya melalui Ujian Nasional masih belum berhasil memperbaiki kualitas
pendidikan di mata PISA. Objek pembelajaran yang hanya berpusat pada guru dan materi
yang terpaku pada buku saja dengan tujuan uatama materi terselesaikan oleh peserta didik
tanpa tahu apakah peserta didik paham dengan baik atau tidak mengenai materi tersebut.
Peserta didik yang selalu dituntut memiliki nilai yang baik berdasarkan nilai diatas batas
yang ditentukan, tanpa mempertimbangkan karakter dan proses belajar dari peserta didik
selama dia mendapatkan nilai tersebut. Kurikulum yang masih sering-sering berganti mau
tidak mau harus tetap dilakoni oleh guru dan peserta didik sehingga sering sekali harus
melakukan adaptasi lagi. Belum lagi dengan kurikulum yang memuat materi yang sangat
menyesakkan pikiran dan kaku, yang melihat peserta didik sebagai subjek pasif yang
dapat dibentuk sesuai dengan kepentingan modal, bukan sebagai agen yang aktif, mandiri
dan bebas. Sehingga Pendidikan hanya transfer ilmu, namun kering keteladanan dan
pembentukan karakter. Masih banyak guru di Indonesia yang masih menerapkan
pengajaran tradisional, ayitu pembelajaran yang berpusat kepada guru dan ditambah lagi
sarana dan prasarana yang terbatas disetiap daerah.
Merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan siswa
dalam menentukan sistem pembelajaran (Choirul et.al, 2020). Selama ini proses belajar
dan mengajar dirasa sangat kaku, dimana guru mengajar dan murid diajar. Sistem seperti
ini kebanyakan akan berkutat pada aspek pengetahuan dan minimnya aspek keterampilan.
Padahal lingkup dari pada pendidikan lebih luas dari pada hanya pengetahuan saja, tapi
meliputi ketrampilan juga mengenai sikap.
2. Model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’ yang
belum memerdekakan peserta didik
Tentunya saat ini kebijakan yang ditawarkan oleh Kemendikbud Risetek, yaitu kurikulum
merdeka maerupakan sebagai bentuk untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan
peserta didik. Pendidikan yang memerdekaan peserta didik adalah pendidikan yang dapat
memberikan atau membuat perubahan secara lahir dan batin berdasarkan kodrat alami
setiap individu. Ki Hajar Dewantara mengemukakan hasil buah fikirannya bahwa
pendidikan itu seharusnya tanpa paksaan dan sesuai dengan kodrat keadaan dari peserta
didik. Pendidikan tidak memaksa siswa ingin seperti apa yang diinginkan pendidiknya.
Jadi yang dimaksud kemerdekaan peserta didik yaitu berdiri sendiri, tidak bergantung
pada orang lain dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Kurikulum merdeka menjadi upaya untuk melepaskan belenggu belajar di dalam
pendidikan di Indonesia, baik bagi guru maupun peserta didik sehingga dapat
mewujudkan pendidikan yang memerdekakan peserta didik.
Model-model pendidikan yang ditawarkan saat ini untuk melepaskan “belenggu” yang
belum memerdekakan peserta didik ialah model-model pendidikan yang menggunakan
pendekatan student center yang artinya pembelajaran berpusat pada siswa. Model-model
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat dalam
proses pembelajaran. Seperti berikut ini:
1. model pembelajaran berbasis proyek
2. model pembelajaran berbasis komptensi
3. model pembelajaran berbasis teknologi
Dalam praktiknya, Mendikbud telah meluncurkan berbagai kebijakan mengenai konsep
Merdeka Belajar ini, diantaranya adalah pengahapusan Ujian Nasional dan juga Ujian
Akhir Sekolah Berstandart Nasional yang diganti dengan assesment kompetensi dan juga
survey karakter, lalu penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
yang terakhir penerapan sistem zonasi untuk sekolah. Kebijakan yang telah dicanangkan
tersebut rupanya sejalan dengan semangat pendidikan yang telah di cetuskan oleh Ki
Hajar Dewantara mengenai cipta, rasa dan karsa. (Kemdikbud, 2019)
Pengembangan karakter kadang tertutup oleh pengembangan kecerdasan kognitif didalam
pembelajaran, sehingga melalui penilaian berbasis proyek untuk pengembangan profil
peajar Pancasila guru akan medeka dalam mengembangkan bahan ajar dan mengajak
anak-anak untuk merdeka belajar, memerdekakan mereka dari kungkungan pendidikan
yang tak menghadirkan pembelajaran, tak menghadirkan perubahan ke arah yang lebih
baik, dan tak menyiapkan murid untuk berkontribusi di masayarakat.

3. Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu
dan memerdekakan peserta didik?
Langkah awal sebagai seorang guru untuk melepaskan “belenggu” pada pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan yang memerdekakan peserta didik yaitu dengan membekali diri
dengan keterampilan mengajar dalam pembelajaran untuk menjadi pendidik yang
professional. Pendidik yang merdeka belajar merupakan faktor pertama yang harus
dicapai sebelum para pendidik ini dapat memerdekakan siswa dalam belajar. Kemudian
sebagai seorang guru, kita haru melepaskan diri dari belenggu praktik-praktik pendidikan
yang belum memerdekakan peserta didik. Merdeka belajar yang dikonsep oleh Ki Hajar
Dewantara adalah proses among yang jauh dari pelaksanaan hukuman dalam
pembelajaran. Pendidik tidak dapat berkehendak terhadap tumbuhnya murid sebab setiap
anak memiliki kodratnya sendiri. Melalukan pembelajaran yanga harus berpihak kepada
peserta didik, sehingga peserta didik bisa mengembangkan diri tanpa adanya tekanan
sesuai dengan minat dan bakatnya secara optimal. Memerdekakan peserta didik dalam
belajar berarti memberikan kebebasan dan kemandirian kepada mereka untuk memilih
dan mengelola sendiri proses pembelajaran mereka. Dalam konteks ini, pendidik tidak
hanya berperan sebagai guru, tetapi juga sebagai fasilitator atau pembimbing yang
membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar dan memperoleh
pengetahuan secara aktif.

Anda mungkin juga menyukai