Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH IMPLEMENTASI MBS DI SMP

PEMBELAJARAN IPA AKTIF KREATIF EFEKTIF DAN


MENYENANGKAN UNTUK PEMENUHAN STANDAR PROSES

Disusun Oleh :

Nama : ANDIKA SETIA PRATAMA


NIM : 18312241060
Kelas : Pendidikan IPA C 18

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 18 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iiI


DAFTAR ISI iii
BAB I
PENDAHULUAN Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan 2
D. Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN 3
B. HUBUNGAN MBS DENGAN PEMBELAJARAN PAKEM 3
C. CIRI-CIRI PAKEM 9
D. PENERAPAN PAKEM 10
E. HAKIKAT IPA 12
F. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAKEM
DENGAN STANDAR PROSES 13
G. HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN \
DALAM PELAKSANAAN PAKEM 14
H. FAKTOR PENDORONG DITERAPKANNYA PAKEM 16
I. FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN PAKEM 17

BAB III
PENUTUP 18
A. KESIMPULAN 18
B. SARAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, penelitian, dan pelatihan pendidikan adalah hal yang penting untuk kemajuan
suatu bangsa, untuk menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita cita bangsa.
Pendidikan merupakan proses melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Hal ini secara
tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 5 tentang Pendidikan,
yang berbunyi “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia” (Al-Hakim, Suparlan. 2002.).
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia pada saat sekarang ini sangatlah
dipengaruhi oleh globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat,
selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif, hal itu bagaikan dua sisi
mata uang. Di satu sisi sangat membantu dalam kemajuan pendidikan di Indonesia agar
mampu bersaing di tingkat internasional, hal ini telah dibuktikan oleh pelajar Indonesia
yang mampu mengharumkan nama bangsa dan Negara dengan menjuarai olimpiade sain
beberapa waktu lalu. Pada sisi yang lain, bisa mengurangi mutu pendidikan di Indonesia.
Semakin terbukanya peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara
masuk ke Indonesia membuat keyakinan akan kualitas pendidikan nasional berkurang,
yang secara bersamaan dengan disadari maupun tidak telah mengurangi rasa nasionalisme
dalam diri, sehingga menganggap pendidikan nasional kurang memberikan menjamin
untuk masa depan. Hal ini dibuktikan dengan tidak sedikit para pelajar Indonesia yang
melanjutkan studinya di luar (Arikunto, Suharsimi. 1999).
Untuk menanggulangi hal tersebut diatas, maka kebijakan pendidikan nasional
haruslah dapat memberikan kemudahan dan membuka akses seluasluasnya bagi
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Ada banyak masalah pendidikan
yang menjadi catatan penting dan memerlukan perhatian lebih, diantaranya menyangkut
masalah kebijakan pendidikan, perkembangan anak Indonesia, tenaga pendidik/guru,

1
relevansi pendidikan, mutu pendidikan, pemerataan, manajemen pendidikan dan
pembiayaan pendidikan.
Guru diharapkan mampu mengembangkan suasana aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan bagi siswa untuk mengkaji hal yang dapat menarik minat dan motivasi
siswa sehingga mampu mengatasi problem yang dihadapi guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar dikelas. Pakem atau singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang agar
mengaktifkan anak, mengembangkan kreatifitas, sehingga efektif namun tetap
menyenangkan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan adalah wujud dari salah
satu hasil kerjasama antara UNESCO dan UNICEF dengan dukungan pemerintah
Indonesia, khususnya Departemen Pendidikan Nasional yang melaksanakan satu kegiatan
rintisan yang disebut menuju masyarakat peduli pendidikan anak dengan meningkatkan
mut pendidikan dasar melalui manajemen berbasis sekolah dan peran serta masyarakat
(Dimyati dan Mudjiono. 1994.).

Kegiatan ini berlandaskan pada asumsi bahwa sekolah akan meningkatkan mutunya jika
kepala sekolah, guru dan masyarakat diberikan kewenangan yang cukup besar untuk
mengelola pendidikan di tingkat sekolah. Pengelolaan itu menyangkut proses
pembelajaran, manajemen sekolah dan peran serta masyarakat dalam pendidikan

B. Rumusan Masalah.
1. Hubungan MBS dengan Pembelajaran PAKEM?
2. Implementasi Pembelajaran Pakem dengan Standar Proses?
3. Bagaimanakah peranan PAKEM dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan MBS dengan pembelajran PAKEM
2. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran PAKEM
3. Untuk mengetahui peranan dan proses pembelajaran PAKEM

2
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian PAKEM.
2. Mengetahui bagaimanakah peranan PAKEM dalam proses pembelajaran.

Bab II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatau proses, dimana dapat membuat orang melakukan proses
belajar sesuai dengan rancangan. Karena sifat dari proses tersebut, maka proses belajar yang tejadi
adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang pada dasarnya telah
dirancang terlebih dahulu (Winataputra dan Rosita, 1995/1996:2).
Seperti apa yang diungkapkan oleh Romiszowski (1981:147), dalam (Winataputra dan
Rosita, 1995/1996:2 “proses belajar yang berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process
yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pre-planed)”. Menurut Gagne (1975),
dalam (Saputro dan Abidin, 2005:3) “pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang diciptakan
dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung belajar siswa”. Sedangkan
pendapat dari Raka Joni (1980:1), dalam (Saputro dan Abidin, 2005:3) “pembelajaran adalah
penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan teradinya belajar”. Penciptaan sistem
lingkungan berarti menyediakan peristiwakondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk
melakukan aktivitas belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang
dilakukan untuk memfasilitasi belajar orang lain dan pembelajaran merupakan kegiatan guru yang
mendorong tejadinya aktivitas belajar siswa.

B. Hubungan MBS Dengan Pembelajaran PAKEM


Pakem atau singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan
kreatifitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan. PAKEM merupakan suatu usaha dari
guru untuk bisa menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya dan
mengeluarkan gagasan. Sedangkan kreatif, seorang guru harus mampu menciptakan suasana

3
belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa dan menyenangkan adalah
suasana belajar, dimana siswa diharapkan dapat memusatkan perhatiannya secara penuh ke
pelajaran (Hardjono, Sartinah. 1988).

Pakem adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan
yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada
belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu berlajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif
(Margono. 2002.).

Secara garis besar, gambaran pakem adalah sebagai berikut:


a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan serta cocok bagi siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang
lebih menarik serta menyediakan pojok baca.
d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa
dalam mencipatakan lingkungan sekolahnya (Dinas Pendidikan Kota Malang,
2004:3.4).

Untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam tentang kata yang terkandung dalam
singkatan PAKEM tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktif
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa diharapkan aktif
terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berfikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba,

4
menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak
diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi.

Menurut Willian Burton, (Suryabrata, Sumadi. 2002.) “Mengajar adalah membimbing


kegiatan belajar siswa sehingga mau belajar atau Teaching is the guidance of learning
activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn”. Dengan demikian, aktifitas
murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajarmengajar sehingga muridlah yang harus
banyak aktif, sebab sebagai subjek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang
melaksanakan belajar. Hal ini sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di sekolah-
sekolah, dimana guru yang lebih aktif sedangkan siswa menjadi pasif. Aktivitas belajar
murid yang dimaksud disini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas
murid dapat digolongkan kedalam beberapa hal, yaitu:
1. Aktivitas visual (Visual activities), seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen
2. Aktivitas lisan (Oral activities), seperti bercerita, membaca sajak, Tanya jawab, diskusi.
3. Akitvitas mendengarkan (Listening activities), seperti mendengarkan penjelasan guru,
ceramah, pengarahan, dll.
4. Aktivitas gerak (Motor activities), seperti senam, atletik, menari, melukis, dll.
5. Aktivitas menulis (Writing activities), seperti mengarang, membuat makalah,
membuat surat, dan lain-lain.
Dalam proses belajar mengajar siswa harus mampu mengidentifikasi, menganalisis,
menafsirkan serta menarik kesimpulan. Jadi, siswa adalah sebagai makhluk yang aktif,
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, dan mempunyai kemauan serta aspirasi sendiri.
Belajar tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak
aktif (Dimyati dan Moedjiono, 1994:42).
Untuk menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru dapat
melakasanakan perilaku-perilaku sebagai berikut:
a) Menggunakan multimetode dan multimedia
b) Memberikan tugas secara individual maupun kelompok
c)Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan eksperimen
dalam kelompok kecil.
d) Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar kemudian mencatat hal-hal

5
yang dirasa kurang jelas.
e) Mengadakan tanya jawab dan diskusi (Dimyati dan Moejiono, 1994:57).

b. Kreatif
Menurut pendapat Torrance dan Myers yang mengungkapkan bahwa belajar kreatif
adalah menjadi peka atau sadar akan masalah, kekurangan-kekurangan, kesenjangan dalam
pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya;
mengumpulkan informasi yang ada; membataskan kesukaran atau mengidentifikasi unsur
yang tidak ada; mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya;
menyempurnakannya dan akhirnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya. Torrance dan Myers
selanjutnya juga melihat proses belajar kreatif sebagai keterlibatan dengan sesuatu yang
berarti. Rasa ingin tahu dan ingin mengetahui dalam kekaguman, ketidaklengkapan,
kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya. Kesederhanaan
dari struktur atau mendiagnosis suatu kesulitan dengan mensisntesiskan informasi yang telah
diketahui, membentuk kombinasi baru atau mengidentifikasi kesenjangan. Merinci dan
mendivergensi dengan menciptakan alternatifalternatif baru, kemungkinan- kemungkinan
baru dan sebagainya (Milles, M.B, dan Huberman, A.M. 1992.).

Selain itu, dalam pendapat yang sama, Treffinger memberikan empat alasan mengapa
belajar kreatif itu dianggap penting:
1) Belajar kreatif membantu siswa menjadi lebih berhasil guna, karena itu aspek terpenting
adalah upaya membantu siswa agar mereka lebih mampu menangani dan mengarahkan belajar
bagi mereka sendiri. Siswa diharapkan dapat belajar hal-hal yang berharga dan bermanfaat
bagi dirinya sehingga mereka mampu dan siap menghadapi masalah-masalah ketika mereka
belajar sendiri maupun kelompok.
2) Belajar kreatif menciptakan kemunkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-
masalah yang tidak mampu kita ramalkan, yang timbul dimasa yang akan datang.
3) Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan. Banyak
pengalaman belajar kreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan.
4) Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Banyak orang
kreatif menjadi orang yang terkenal, penuh semangat dan berbahagia. Semangat mereka

6
terhadap pekerjaannya dan terhadap gagasan-gagasannya dapat langsung disaksikan dan
kesenangan mereka terhadap belajar kreatif dapat menular kepada siswa yang lain. Belajar
kreatif memungkinkan timbulnya ide-ide baru, cara-cara baru dan hasil-hasil baru yang dapat
memberikan sumbangan yang berharga kepada pembangunan
nasional Indonesia.
Adapun tujuan atau manfaat yang lain dari keterampilan mengadakan variasi oleh guru
adalah sebagai berikut:
a) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar
mengajar yang relevan.
b) Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dalam diri
siswa terhadap hal-hal yang baru.
c) Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai
cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh cara menerima yang
disenanginya (Usman, 1995:84).
Guru juga harus menciptakan metode-metode belajar yang menarik, ditunjang
dengan media yang bervariasi, alat bantu yang sederhana tetapi mendukung, dan yang tidak
kalah penting adalah pemilihan sumber belajar yang tepat, sehingga guru dan siswa dapat
melaksanakan KBM dengan baik, hasil yang diperoleh siswapun juga memuaskan.

c. Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
yang harus dicapai. Jika, pembelajaran hanya aktif, kreatif dan menyenangkan saja, maka
pembelajaran tersebut belum bisa memenuhi tujuan dari pembelajaran itu sendiri (Dinas
Pendidikan Kota Malang, 2004:3.4 & 3.8-3.9). Guru dapat berupaya agar siswanya selalu
berusaha menunjukkan potensi yang ada pada dirinya dengan belajar, dan upaya tersebut dapat
diwujudkan dengan memberikan rangsangan atau stimulus, dimana dengan rangsangan atau
stimulus tersebut siswa dapat berfikir bahwa dengan belajar, akan membuat dirinya berhasil
(Mulyasa. 2006).

7
Kriteria yang harus di penuhi dalam pembelajaran untuk mengefektifkan kegiatan belajar-
mengajar adalah sebagai berikut:
1. Siswa mengetahui cara berpikir dan berbuat dalam melaksanakan tugas yang harus
dikerjakannya.
Setiap siswa dapat belajar sendiri dari sumber belajarnya, tetapi kefektifan hasil belajar
siswa kurang terjamin, jika siswa tidak mengetahui bagaimana cara mempelajari pelajaran yang
akan dialami. Dalam pakem guru melatihkan cara berpikir dan bekerja dalam mempelajari
pelajaran dan menyelesaikan masalah, sedangkan siswa menggunakan cara yang dilatihkan
gurunya untuk mempelajari pelajaran tersebut dari suatu sumber belajar.

2. Siswa berpikir dan berbuat mengikuti suatu metode yang dapat


membuatnya berhasil.
Untuk kefektifan pembelajaran, guru hanya mengajarkan cara berpikir dan bekerja. Siswa
menggunakan cara-cara yang diajarkan gurunya itu untuk mempelajarinya dan mencoba untuk
menyelesaikan masalah yang timbul

d. Menyenangkan
Menurut Frank Smith, “tidak ada yang menyenangkan bagi orang-orang muda selain
aktivitas-aktivitas, kemampuan-kemampuan atau rahasia-rahasia kedewasaan yang
mengasyikkan.

Bagi guru yang ingin secara aktif menjadi model dan membagi sebuah nilai terhadap
aktivitas belajar, hanya satu kata untuk menyimpulkan semuanya, yaitu antusiasme. Dengan
intensitas kehadiran yang tinggi, guru yang antusias memberitahukan kepada siswa-siswanya
bahwa mereka peduli dengan apa yang mereka ajarkan dan nilai ini terpancar melalui mereka
dengan vitalitasnya. Hal ini memberikan kredibilitas pada subyek karena guru semacam itu
merupakan saksi hidup yang berharga untuk disiplin mereka. Mereka bisa memberi inspirasi
kepada siswa-siswanya yang sedang mencari orang dewasa yang mereka percayai dan dekati
karena apa yang disampaikan oleh perbuatannya, bukan kata-kata. Hal ini adalah sesuatu yang
sangat penting untuk dipelajar (Saputro Supriadi, Abidin Zainul. 2005).

8
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang bias membuat siswa berani
mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa membuat mereka takut. Baik takut
salah, takut ditertwakan maupun takut disepelekan, sehingga pada akhirnya siswa akan selalu
senang untuk belajar (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.10).

MBS terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah
(school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-manegement), dan bahkan
juga dikenal dengan school site management atau manajemen yang bermarkas di sekolah.

Penyerahan otonomi dalam pengelolaan sekolah ini diberikan tidak lain dan tidak bukan
adalah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, maka Direktorat Pembinaan
SD menamakan MBS sebagai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Tujuan
utama adalah untuk mengembangkan prosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah-masalah
umum, memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam tim tersebut. Sehingga
sekolah selain dapat mencetak orang yang cerdas serta emosional tinggi, juga dapat
mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan. Oleh karena itu perlu diketahui pandangan filosofis
tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita.

C. Ciri-Ciri PAKEM.
Dari penjabaran tentang PAKEM di depan, maka dapat menarik suatu kesimpulan
bagaiamakah ciri dari model pembelajaran yang PAKEM. Ciri-ciri tersebut yang dapat kita tarik
dari didepan antara lain sebagi berikut :
1. Peserta didik harus terlibat penuh dalam berbagai kegiatan pembalejaran.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu (bahan ajar) yang sesuai dengan pembelajaran
yang dilaksanakan agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan cocok bagi
peserta didik.
3. Guru mampu mengkondusifkan suasana ruang kelas.
4. Dalam pembelajaran PAKEM, guru harus menerapkan strategi pembelajaran yang lebih
kooperatif dan interaktif.

9
5. Guru mampu mendorong siswa untuk lebih memahami dirinya sendiri, sehingga siswa
menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolah.
D. Penerapan Pakem
Penerapan pakem dapat diwujudkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, belajar
merupakan proses internal yang kompleks, dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan
dari guru. Siswa dalam belajar haruslah dapat mengalami secara langsung, baik aktif secara fisik,
mental maupun emosional dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi, sedangkan
guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator (Dimyati dan Mudjiono, 1994:43).

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya berhasil mencapai tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, ada dua tolok ukur mengenai efektivitas mengajar, yakni
tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Untuk mencapai tingkat efektivitas mengajar yang
tinggi, guru harus mampu menguasai beberapa keterampilan dalam mengajar yang kompleks dan
utuh (Hasibuan dan Moedjiono, 1986:46).
Keterampilan-keterampilan dalam mengajar memiliki prinsip dasar, tujuan, dan komponen
tersendiri. Berikut ulasan tentang beberapa keterampilan dalam mengajar tersebut :

a.Keterampilan Bertanya (questioning skills)


Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan
yang tersusun dengan baik dan dengan teknik pelontaran yang tepat pula, maka akan memberikan
dapak positif terhadap siswa. Diantaranya dapat meningkatkan partisipasi siswa, membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa, memusatkan perhatian siswa, dan mengembangkan pola serta cara
belajar aktif dari siswa. Adapun dasar pertanyaan yang baik adalah sebagai berikut:
1) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
2) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
3) Bagikan semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata.
4) Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk memikirkan jawabannya.
5) Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa
untuk menjawab.

10
b. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifatverbal atau non-
verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi. Tindakan ini dimaksudkan untuk
mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi
belajar-mengajar. Tujuan dari pemberian penguatan adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan perhatian siswa.
2) Melancarkan atau memudahkan proses belajar.
3) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
4) Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik.

c. Keterampilan Mengadakan Variasi


Variasi atau stimulus adalah sesuatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar-mengajar yang
ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa senantiasa menunjukan ketekunan,
antusiasme, dan berpartisipasi. Prinsip yang perlu dipahami oleh guru dalam melaksanakan
kemampuan ini dalam kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai berikut:
1) Perubahan yang perlu dilakukan harus bersifat efektif.
2) Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat.
3) Penggunaan teknik variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa.

d. Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam kegiatan belajarmengajar adalah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya. Adapun prinsip dari keterampilan memberikan
penjelasan adalah sebagai berikut:
1) Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan.
2) Penjelasan dapat diiringi tanya jawab.
3) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran.
4) Penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa ataupun telah
direncanakan sebelumnya.

11
e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan.

f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah. Pengertian dikusi kelompok dalam kegiatan belajar-
mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas, siswa berdiskusi dalam kelompok-
kelompok kecil dibawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan
masalah, atau pengambilan keputusan. Diskusi tersebut berlangsung secara terbuka, setiap siswa
dapat mengemukakan ide-ide tanpa ada tekanan dari teman atau gurunya.

g. Keterampilan Mengelola Kelas


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar.
Dengan kata lain, kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar-mengajar. Kegiatan yang termasuk ke dalam hal ini adalah penghentian
tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan
waktu penyelesaian tugas oleh siswa, dll. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika
guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang
menyenangkan (Hasibuan dan Moedjiono. 1986).

E. Hakikat IPA
IPA adalah ilmu yangmana objek berupa benda benda alam baik biotik maupun abiotic.
Dengan hokum hokum yang pasti dan umum berlaku kapan pun dan dimanapun jadi sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses untuik mendapatkan dan memperoleh suatu produk
berupa sains. Sains sebagai proses merupakan langkah- langkah untuk melakukan penyelidikan
dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala alam. Lamngkah langak untuk menemukan suatu
gejala alam perlu menggunakan metode ilmiah dalam hal ini metode ilmiah sangat cvocok untuk

12
dalam pelaksanannya dengan menggunakan metode pembelajaran pakem karena pembelajartan
pakem lebih merujuk pada siswa yang lebih aktif sehingga membuat siswa akan memperoleh
konsep dasar dari suatu IPA itu sendiri.

F. Implementasi Pembelajaran Pakem dengan Standar Proses


Standar proses dalam PP No 13 Tahun 2015 adalah kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013.
Standart proses merupakan suatu tahapan proses pembelajaran yang mennjabarkan mengenai
kriteria atau sebagai suatu ukuran tertentu yang menjadi dasar peniliaian atau penetapan sesuatu,
kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran guna mencapai kompetensi lulusan.
Standar proses merupakan sebuah pedoman, atau tahapan langkah-langkah bagi para guru
saat mereka memberikan pembelajaran dalam kelas, dengan harapan proses pendidikan yang
berlangsung bisa efektif, efesien dan inofatif. Sehingga beberapa target atau kriteria mengenai
komptensi lulusan dapat tercapai dengan sempurna. Sehingga model pembelajaran PAKEM cocok
untuk memberikan pembelajaran dalam kelas, dengan harapan proses pendidikan yang
berlangsung bisa efektif, efesien dan inofatif.
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (Rusman, 2010:322). Dengan pelaksanaan pembelajaran
PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari dari kurikulum yang
sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang
telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Rusman, (2010:323) yaitu “ pembaruan dalam harus dimulai dari bagaimana anak belajar, dan
bagaimana guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil.”
Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum dapat
membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan interaksi yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran
partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan supaya kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang telah di rancang dapat tercapai. Guru juga harus ditutut agar melakukan inovasi

13
dalam segala hal yang berkaitan dengan kompetensi yang disandangnya seperti inovasi dalam
pembelajaran.
Untuk itu guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis
belajar ( multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal maupun
internal. Dalam model PAKEM menurut (Rusman, 2010;323); guru dituntut untuk dapat
melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat ,elibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya,
gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

G. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Pakem


Komponen dalam pakem merupakan suatu hal yang penting untuk dicermati dan harus
dikelola dengan baik agar pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dapat diterima dengan
baik oleh siswa. Ada aspek yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memilki sifat rasa ingin tahu yang tinggi dan berimajinasi. Kedua sifat
tersebut merupakan modal dasar berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif, kegiatan
belajar merupakan lahan yang harus diolah secara baik demi berkembangnya kedua sifat
tersebut. Suasana pembelajaran yang menyenangkan, dimana guru memuji anak karena hasil
karyanya, mengajukan pertanyaan menantang dan mendorong anak untuk melakukan
percobaan merupakan sedikit contoh dari langkah-langkah pembelajaran yang dapat
dilakukan.
2) Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memilikin kemampuan
berbeda. Dalam pakem, perbedaan individual harus diperhatikan dan tercermin dalam
kegiatan pembelajran, semua anak tidak harus mengerjakan tugas yang sama, melainkan
berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat
membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut dapat optimal.

14
3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam membahas suatu tugas, anak dapat menyelesaikannya
dengan berkelompok karena berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas
dengan baik apabila berkelompok sehingga memudahkan mereka dalam bertukar pikiran.
Akan tetapi, juga diperlukan penyelesaian tugas secara perorangan agar bakat individunya
dapat berkembang.
4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah
Pada dasarnya hidup ini merupakan pemecahan masalah dan hal ini membutuhkan pemikiran
kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut, berasal dari rasa keingin tahuan dan
imajinasi pada diri anak. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya dengan
cara sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka.
5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang paling disarankan oleh pakem. Ruang kelas
yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik dapat membantu
guru dalam proses belajar-mengajar dikelas karena dijadikan sebagai bahan rujukan kerika
membahas suatu masalah. Yang dipajang merupakan hasil kerja perorangan, kelompok, atau
berpasangan. Dapat berupa gambar, peta, diagram, puisi atau karangan-karangan lain yang
diharapkan dapat
lebih memotivasi siswa untuk belajar lebih baik dan menimbulkan inspirasi buat siswa lain.
6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak, lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan juga sebgai objek kajian
(sumber belajar). Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak
merasa senang dalam belajar. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan keterampilan
mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, mengklasifikasi,
membuat tulisan, dan lain-lain.

15
7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat jika terjadi interaksi dalam belajar, pemberian umpan
balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dengan
siswa. Selain itu, cara memberikannya pun harus secara santun sehingga siswa lebih percaya
diri dalam memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar atau catatan, catatan
tersebut diharapkan dapat menjadikan pekerjaan siswa agar lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa dari pada sekedar angka.
8) Membedakan antara aktif mental dengan aktif fisik
Banyak guru yang merasa senang jika melihat siswanya kelihatan sibuk bekerja secara
kelompok dengan posisi duduk saling berhadapan, keadaan demikian bukanlah cirri dari
pakem. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan
gagasan orang lain dan sering mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda orang yang
aktif mental, syarat dari berkembangnya aktif mental adalah tumbuh perasaan tidak takut
ditertawakan maupun disalahkan. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.13-3.15).

H. Faktor Yang Mendorong Diterapkannya Pakem


Pakem diterapkan karena dilatarbelakangi oleh kenyataan, bahwa pembelajaran model
konvensional dinilai menjemukan dan dirasa kurang menarik bagi para peserta didik, sehingga
berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi peserta didik terlebih lagi peserta didik
kurang begitu antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di kelas, mudah merasa bosan
serta minat untuk mendengarkan penjelasan dari guru berkurang Seorang guru dituntut agar lebih
peka dalam membaca situasi, membalikkan keadaan dari yang konvensional dan monoton menjadi
lebih modern dan bervariasi di dalam pembelajaran serta menciptakan suasana belajar yang dapat
memberikan kenyamanan bagi peserta didik, sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang
timbul saat kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung. Di samping hal yang tersebut di atas,
masih terdapat faktor lain yang
menjadi pendorong diterapkannya pakem, yaitu antara lain:
a. Adanya lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan pakem.
b. Digunakan pakem sebagai strategi pembelajaran di sebagian besar sekolah.
c. Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kondusif.

16
d. Adanya partisipasi dari masyarakat yang besar bagi penerapan pakem dalam
dunia pendidikan.
e. Adanya dukungan dana bantuan langsung (block grant).
(Margono. 2002.)
Pembelajaran pakem sangat di perlukan pada pembelajaran IPA karena ipa merupakan ilmu
pengetahuan yang memperlukan inquiri dan sainis terutama dalam prtaktikum untuk memperoleh
data sehingga sangat di perlukan peran aktif dari setiap siswa yang ada.

I. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pakem


Di samping terdapat faktor pendorong, pelaksanaan pakem di sekolahsekolah juga menemui
berbagai kendala, sehingga pelaksanaannya kurang optimal terlebih lagi ada sekolah-sekolah yang
belum mencoba menerapkan pakem dikarenakan banyak faktor yang menghambat. Faktor tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pelaksanaan pakem demi
meningkatkan mutu pendidikan.
b. Kurangnya kesiapan dan pemahaman dari pihak sekolah dalam melaksanakan
pakem.
c. Adanya kesalahan dalam praktek pakem.
d. Minimnya sarana dan prasarana sekolah yang menunjang pelaksanaan pakem.
e. Kurangnya kesediaan serta rendahnya kemauan atau semangat kerja dari
tenaga pendidik dalam melaksanakan pakem.
f.Adanya sikap tenaga pendidik yang telah terkondisi, bersikap pasif, tidak
kreatif, dan tetap menggunakan gaya konvensional serta monoton dalam
memberikan pembelajaran.
(Faisol Sanapiah, Waseso Mulyadi G. 1982).

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif maksudnya, proses pembelajaran harus menciptakan suasana yang dapat mendorong peserta
didik aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Kreatif artinya, seorang guru
dituntut untuk mampu menciptakan kegiatan yang beragam sehingga memenuhi beragam
kemampuan peserta didik. Menyenangkan adalah suasana belajar megajar yang dapat membuat
peserta didik memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar, sehingga waktu curah perhatian
tinggi dan kerasan di sekolah. Efektif artinya seorang guru haruslah mampu
membuat/menghasilkan materi apa yang harus dikuasai peserta didik setelah pembelajran
berlangsung sesuai dengan kompetansi yang ditetapkan.
Ciri dari pembelajran PAKEM adalah sebagai berikut :
1).Peserta didik harus terlibat penuh dalam berbagai kegiatan pembalejaran.
2).Guru menggunakan berbagai alat bantu (bahan ajar) yang sesuai dengan pembelajaran yang
dilaksanakan agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan cocok bagi peserta didik.
3).Guru mampu mengkondusifkan suasana ruang kelas.
4).Dalam pembelajaran PAKEM, guru harus menerapkan strategi pembelajaran yang lebih
kooperatif dan interaktif.
5).Guru mampu mendorong siswa untuk lebih memahami dirinya sendiri, sehingga siswa
menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,
dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolah.
PAKEM sangat berperan penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas terbaik,
karena dalam PAKEM seluruh komponen pendidikan terlibat dan saling berketerkaitan satu sama
lain, sehingga saling melengkapi kekurangan satu sama lain.

B. Saran
Pembelajaran yang digunakan para guru hendaknya selalu update, sehingga guru tidak
kehabisan cara mendidik/melaksanakan proses pembelajaran kepada siswa. Salah satu cara yang
sangat diharapkan digunakan oleh guru dalam mendidik anak didiknya dikelas maupun diluar

18
kelas adalah menggunakan strategi pembelajaran yang kooperatif dan interaktif. Maka dari pada
itu kemunculan PAKEM adalah sebuah revolusi pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh para
pendidik agar anak didiknya lebih mudah dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang telah
diharapkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hakim, Suparlan. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Malang: UM


Press.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi IV.
Bandung: PT Rineka Cipta. DEPDIKNAS. 2006. Srandart Isi. Malang.

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemenm Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu
Tenaga Pendidikan. Dinas Pendidikan Kota Malang. 2004. Bahan Pelatihan: Manajemen Berbasis
Sekolah: Malang.

Faisol Sanapiah, Waseso Mulyadi G. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.

Dinas Pendidikan Kota Malang. 2004. Bahan Pelatihan: Manajemen Berbasis


Sekolah: Malang.

Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Hasibuan dan Moedjiono. 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remadja Karya.

19
Margono. 2002. Dasar Dan Konsep Pendidikan Moral. Malang: Universitasn Negeri Malang.

Milles, M.B, dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Usman 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Saputro Supriadi, Abidin Zainul. 2005. Strategi Pembelajaran. Malang: Laboratorium Teknologi
Pendidikan Universitas Negeri Malang. Setiani. Analisis Implementasi Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) Di Gugus 03 Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Universitas


Negeri Malang. 2002. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel,
Makalah, Laporan Penelitian. Malang: BAAPSI bekerja sama dengan Penerbit Universitas Negeri
Malang.

Winataputra Udin S, Rosita Tita. 1995/1996. Materi Pokok Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru SLTP Setara D-III.

20

Anda mungkin juga menyukai