Pofil Pelajar
Pancasila
VISI PENDIDIKAN INDONESIA
Visi Pendidikan
Indonesia adalah Mewujudkan Indonesia maju yang
mewujudkan berdaulat, mandiri, dan
Indonesia maju berkepribadian melalui terciptanya
yang berdaulat, Pelajar Pancasila yang bernalar kritis,
mandiri, dan kreatif, mandiri, beriman, bertakwa
berkepribadian
melalui
kepada Tuhan YME, dan berakhlak
terciptanya Pelajar mulia, bergotong royong, dan
Pancasila berkebinekaan global
Visi Dan Misi
VISI
Mewujudkan Masyarakat Situbondo yang Berakhlak, Sejahtera, Adil dan Berdaya
MISI
Membangun Masyarakat Situbondo Beriman Dalam Keberagaman.
Membangun Masyarakat Situbondo Sehat, Cerdas dan Meningkatkan Peran Perempuan.
Membangun Infrastruktur, Ekonomi Berkeadilan dan Berdaya Saing.
Membangun Pemerintahan yang Profesional, Bersih dan Tangguh.
Kerangka Dasar Kurikulum Merdeka
(Permendikbud 5/2022)
(Permendikbud 7/2022) (Permendikbud
21/2022)
‘Kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan
yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena
kekuasaan kodrat. Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan-kekuatan tersebut, agar dapat memperbaiki lakunya
(bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
Sumber: Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan. 2021. Materi Pelatihan Program Sekolah Penggerak, Ringkasan Materi. Jakarta: Kemdikbud
Perlu Tidaknya Tuntunan
dalam Kehidupan Manusia
Sama artinya dengan soal perlu tidaknya
pemeliharaan pada tumbuh-kembangnya
tanaman, yakni:
• Apabila sebutir jagung yang baik
dasarnya; jatuh pada tanah yang baik,
banyak air, dan mendapatkan sinar
matahari yang cukup, maka
pemeliharaan dari bapak tani tentu
akan menambah baiknya keadaan
tanaman.
• Sebaliknya, jagung yang baik dasarnya
itu; tidak ada pemeliharaan, keadaan
tanahnya tidak baik, atau tempat
jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat
sinar matahari atau kekurangan air,
maka biji jagung itu tidak dapat
tumbuh baik karena pengaruh
keadaan.
Sumber: Direktoral Guru dan Tenaga Kependidikan. 2021. Materi pelatihan program sekolah penggerak, Ringkasan Materi. Jakarta: Kemdikbud
Teori Aliran Pendidikan
Pertama, yaitu anak lahir di dunia
itu diumpamakan seperti sehelai
kertas yang belum ditulis, sehingga
kaum pendidik boleh mengisi kertas
yang kosong itu menurut
kehendaknya. Artinya, si pendidik
berkuasa sepenuhnya untuk
membentuk watak atau budi seperti
yang diinginkan. Teori ini dinamakan
teori rasa (lapisan lilin yang masih
dapat dicoret-coret oleh si pendidik).
Aliran empirisme mengatakan bahwa lingkunganlah yang berperan besar untuk membentuk potensi dan pengetahuan peserta
didik. John Locke, Filosof Inggris.
Teori Aliran Pendidikan
Aliran Nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan atau bawaan sejak lahir. Menurut teori ini setiap
individu ketika dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan.
Tokohnya: Schopenhauer, filosof Jerman.
Teori Aliran Pendidikan
Ketiga, aliran convergentie-theorie. Teori
ini mengajarkan, bahwa anak yang
dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas
yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua
tulisan-tulisan itu suram. Lebih lanjut
menurut aliran ini, Pendidikan itu
berkewajiban dan berkuasa menebalkan
segala tulisan yang suram dan yang berisi
baik, agar kelak nampak sebagai budi
pekerti yang baik. Segala tulisan yang
mengandung arti jahat hendaknya
dibiarkan, agar jangan sampai menjadi
tebal, bahkan makin suram.
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme Bibit jagung diletakkan di kulkas
dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai Sekolah Hutan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Home Schooling
Pembelajaran Berdiferensiasi
6
Berdiferensiasi
Pentingnya mengetahui
kebutuhan belajar dan
lingkungan yang memfasilitasi
seluruh individu di sekolah agar
dapat meningkatkan
kompetensinya secara aman
Pembelajaran
dan nyaman
berdiferensiasi untuk
mengakomodasi
Strategi pembelajaran kebutuhan belajar
berdiferensiasi: murid yang berbeda
diferensiasi konten,
diferensiasi proses,
dan diferensiasi produk
Marilah kita bayangkan ilustrasi pembelajaran kelas berikut ini!
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan oleh keberagaman yang banyak sekali bentuknya.
Guru secara terus menerus menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus melakukan
dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu.
8
Jawaban Kasus Bu Nur:
Sumber: Kemdikbud. 2021. Bahan Bacaan Diklat Calaon Kepala Sekolah. CoachinKgudrailkaumul SmupPerrovtisoitGpi ueru/IdLHanATMe/nGagEaSK2e0p2e2ndidikan. Jakarta: Dirjen GTK, Direktorat 9
Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan.
Pengertian: Pembelajaran Berdiferensiasi
Bersifat mendasar-transformatif
Terstruktur-terbuka
Konkret-Abstrak Tergantung-mandiri
Sederhana-kompleks Lambat-cepat
Kesiapan Belajar
Situasional Individu
Preferensi terhadap
Preferensi Gaya belajar
lingkungan
Kecerdasan
Pengaruh Budaya
Majemuk
GAYA BELAJAR
26
Kecerdasan Majemuk
1. Verbal Linguistik
2. Logis Matematis
3. Visual-spasial
4. Musik
5. Kinestetik
6. Interpersonal
7. Intrapersonal
8. Naturalis
9. Spiritual-eksistensial
Howard Gardner:
Frame of mind : The Theory of Multiple
Intelligence. 1983, 1998
Strategi
Pembelajaran
Berdiferensias
i
Pembelajaran Berdiferensiasi
Gaya
belajar
Diferensiasi PROSES
Diferensiasi KONTEN
Minat &
Kecerdasan
majemuk
Diferensiasi PRODUK
Diferensiasi Proses
Bervariasi KONTEN-nya
Aktivitas bisa sama dengan konten yang berbeda.
Contoh: Bercerita tentang tema yang dibahas
dengan konten yang berbeda (misal: pengalaman
naik kendaraan)
Diferensiasi Produk
Bervariasi PRODUK-nya
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa siswa akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika :
• tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki
sebelumnya (kesiapan belajar).
• Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid
(minat), dan
• Tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka
sukai (profil
belajar).
12
1. Pemetaan
Kebutuhan
Belajar
Berdasarkan
Kesiapan
Belajar
13
Tujuan Pembelajaran: murid dapat membuat tulisan berbentuk prosedur.
2. Pemetaan
Kebutuhan
Belajar
Berdasarkan
Minat
14
Tujuan Pembelajaran: murid dapat mendemonstrasikan
pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup.
3. Pemetaan
Kebutuhan
Belajar
Berdasarkan
Profil Belajar
(Gaya Belajar)
15
TUJUAN PENDIDIKAN
Menurut Ki Hadjar Dewantara adalah “menuntun segala kodrat
yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”.
‘Kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan
yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena
kekuasaan kodrat. Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan-kekuatan tersebut, agar dapat memperbaiki lakunya
(bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
Sumber: Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan. 2021. Materi Pelatihan Program Sekolah Penggerak, Ringkasan Materi. Jakarta: Kemdikbud
Perlu Tidaknya Tuntunan
dalam Kehidupan Manusia
Sama artinya dengan soal perlu tidaknya
pemeliharaan pada tumbuh-kembangnya
tanaman, yakni:
• Apabila sebutir jagung yang baik
dasarnya; jatuh pada tanah yang baik,
banyak air, dan mendapatkan sinar
matahari yang cukup, maka
pemeliharaan dari bapak tani tentu
akan menambah baiknya keadaan
tanaman.
• Sebaliknya, jagung yang baik dasarnya
itu; tidak ada pemeliharaan, keadaan
tanahnya tidak baik, atau tempat
jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat
sinar matahari atau kekurangan air,
maka biji jagung itu tidak dapat
tumbuh baik karena pengaruh
keadaan.
Sumber: Direktoral Guru dan Tenaga Kependidikan. 2021. Materi pelatihan program sekolah penggerak, Ringkasan Materi. Jakarta: Kemdikbud
Teori Aliran Pendidikan
Pertama, yaitu anak lahir di dunia
itu diumpamakan seperti sehelai
kertas yang belum ditulis, sehingga
kaum pendidik boleh mengisi kertas
yang kosong itu menurut
kehendaknya. Artinya, si pendidik
berkuasa sepenuhnya untuk
membentuk watak atau budi seperti
yang diinginkan. Teori ini dinamakan
teori rasa (lapisan lilin yang masih
dapat dicoret-coret oleh si pendidik).
Aliran empirisme mengatakan bahwa lingkunganlah yang berperan besar untuk membentuk potensi dan pengetahuan peserta
didik. John Locke, Filosof Inggris.
Teori Aliran Pendidikan
Aliran Nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan atau bawaan sejak lahir. Menurut teori ini setiap
individu ketika dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan.
Tokohnya: Schopenhauer, filosof Jerman.
Teori Aliran Pendidikan
Ketiga, aliran convergentie-theorie. Teori
ini mengajarkan, bahwa anak yang
dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas
yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua
tulisan-tulisan itu suram. Lebih lanjut
menurut aliran ini, Pendidikan itu
berkewajiban dan berkuasa menebalkan
segala tulisan yang suram dan yang berisi
baik, agar kelak nampak sebagai budi
pekerti yang baik. Segala tulisan yang
mengandung arti jahat hendaknya
dibiarkan, agar jangan sampai menjadi
tebal, bahkan makin suram.
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme Bibit jagung diletakkan di kulkas
dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai Sekolah Hutan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Home Schooling
Asesmen
Diagnostik
Untuk Pembelajaran Kurikulum Merdeka
Pengertian
Asesmen Diagnostis adalah proses yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang kebutuhan kognitif dan nonkognitif siswa untuk
keperluan proses pembelajaran .
• Asesmen diagnosis merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang kesalahan, miskonsepsi, kelemahan pengetahuan siswa
serta kemampuan pada materi yang sudah dipelajari untuk kesiapan siswa
dalam proses pembelajaran selanjutnya.
• Proses diagnosis dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh peserta
didik, mencari berbagai informasi (latar belakang siswa, pola belajar,
minat siswa, dll) yang diperkirakan akan menjadi faktor penyebab
kesulitan belajar siswa
Tujuan Asesmen Diagnostik
Secara umum, sesuai namanya asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa
dan mengetahui kondisi awal siswa.
Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif.
Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut: