Anda di halaman 1dari 41

TUMPENG PESISIRAN IBU SUNARTIK

(Laporan Penelitian Sosial Dalam Rangka


Implementasi Penguatan Karakter Profil Pelajar Pancasila)

Disusun oleh Kelompok 26 Kelas X-7


1. Abdul Faqih (01)
2. Lucky Hartono (12)
3. Mudmainnah Dewi S (15)
4. M. Reza Ardiansyah (19)
5. Noor Ainaya Salsa B (23)
6. Oshinda Noer H (24)
7. Putri Diyah Ayu C (25)
8. Rosita Rosanda (29)
9. Sulistania Primadani (32)

SMA NEGERI 1 PAMOTAN


TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Laporan Penelitian Sosial Tumpeng pesisiran ini
tepat pada waktunya. Laporan Penelitian Sosial Tumpeng pesisiran ini
telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Adapun judul dari laporan ini adalah "Laporan Penelitian Sosial Tumpeng
pesisiran" yang berisikan tentang latar belakang bagaimana, penyebab,
hingga cara untuk membuat tumpeng pesisiran tersebut.Tujuan penulisan
Laporan Penelitian Sosial Tumpeng pesisiran ini adalah untuk
menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru mata pelajaran
sosiologi.Saya selaku penulis menyadari bahwa Tugas Laporan Penelitian
Sosial Tumpeng pesisiran ini jauh dari kesempurnaan untuk itu,
diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk lebih baik
dimasa yang akan datang.Akhir kata semoga Tugas Laporan Penelitian
Sosial Tumpeng pesisiran ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan terutama bagi saya selaku penulis.
Pamotan, April 2023
Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
ABSTRAK SARI v
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan Penelitian 2
4. Manfaat Penelitian 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA 3


BAB III METODE PENELITIAN 6
BAB IV HASIL PENELITIAN 7
1. Perjalanan menuju desa Dasun 7
2. Gambaran Lokasi Penelitian 8
3. Rumah Kuliner Ibu Sunartik 9
4. Memasak Tumpeng Pesisiran 10

BAB V PEMBAHASAN 13
1. Bahan Memasak Tumpeng Pesisiran 13
2. Teknik memasak tumpeng pesisiran 13
3. Model pemajuan desa dengan tumpeng 14

BAB VI PENUTUP 15
1. Kesimpulan 15
2. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

3
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Pengamatan dan Wawancara 19


Lampiran 2 : Daftar Anggota Kelompok 21
Lampiran 3 : Peta Lokasi Penelitian 24
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian 25
Lampiran 5 : Banner Kegiatan 28

4
ABSTRAK

Desa Dasun merupakan salah satu desa yang berada di wilayah


kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Berdasarkan informasi yang kami
dapatkan, masyarakat di desa tersebut memiliki kuliner yang unik yaitu
Tumpeng Pesisiran. Rempah-rempah yang digunakan dalam membuat
tumpeng yaitu kunyit sebagai pewarna alami nasi, daun salam, kapulaga,
cabai, bawang merah, bawang putih. Resep tumpeng dari zaman ke
zaman berbeda, karena pakem dalam membuat tumpeng jarang orang
ketahui. Di desa Dasun tumpengan masih lestari. Misalnya dalam tradisi
sedekah bumi. Nasi yang kerucut identitas utama tumpeng berbentuk
gunung yang melambangkan sumber kehidupan karena, ada sumber air
dan tanah yang subur. Namun Tumpeng Pesisiran Dasun berbeda dengan
tumpeng pada umumnya karena lauk pauk yang digunakan semuanya
berasal dari laut dan tambak. Proses pembuatannya juga masih dilakukan
secara konvensional yaitu dilakukan di dapur dengan bahan dan alat
seadanya.

Kata Kunci: Tumpeng Pesisiran, Desa Dasun, Kuliner Nusantara

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Budaya makanan Indonesia dibentuk oleh beberapa faktor


seperti alam, sejarah, dan budaya. Menurut Soemardjan (1985)
perkembangan gaya kuliner kita dipengaruhi oleh budaya lokal, agama
dan perdagangan. Dengan keanekaragaman geografis dan budaya
yang sangat besar di Nusantara, terbukti masakan Indonesia kaya
akan variasi dan rasa. Karena beragamnya jenis dan gaya kuliner di
Indonesia, sulit untuk menentukan makanan mana yang bisa dipilih
untuk mewakili Indonesia secara keseluruhan.
Pada tahun 2012 Pemerintah Indonesia meluncurkan Tumpeng
sebagai ikon makanan tradisional Indonesia (Kemenparekraf RI, 2012)
karena dapat mewakili budaya dan cara hidup masyarakat Indonesia
melalui bahan, warna,bentuk dan teknik penyajiannya. Tumpeng adalah
makanan berbahan dasar nasi berbentuk kerucut yang biasa disajikan
dengan lauk seperti sayuran, daging, ayam, dan telur dalam
upacara adat Jawa. Dalam khasanah Jawa, ragam tumpeng dapat
dikenal mulai dari tumpeng kuning (kuning), putih (putih), robyong,
gundhul, kencana, ropoh, bango tulak, panggang, dhuplak, kendhit,
megono, urubing damar dan pangkur (Amangkunegara, 1986).
Salah satu khasanah tumpeng yang belum banyak dikenal secara luas
adalah Tumpeng Pesisiran. Tumpeng ini tidak melulu didominasi ornamen
gunungan dan berlauk daging dari hewan yang hidup di darat. Tumpeng
pesisiran adalah tumpeng dengan gaya orang pesisir yang berdaulat
dengan lauk dari hewan yang hidup di air laut atau tambak, dan sayuran
dari tanaman pantai.
Melalui tumpeng, dapat dijadikan simbol persatuan sosial (Radix,
2014) dalam merajut kenusantaraan dengan tetap daulat gizi seimbang
(Soekirman, 2011). Harapan kedepan, Tumpeng Pesisiran dapat gunakan
untuk ruang dialog dalam pemajuan desa-desa di Kawasan Pesisir melalui
kuliner yang ikonik dan ke-Indonesia-an.
Sehubungan dengan hal tersebut, tumpeng pesisiran memiliki
keunikan dari sisi objek maupun subjek. Dari sisi objek, keunikan tumpeng

1
pesisiran terletak pada materi makanan yang didalamnya mengandung
nutrisi seimbang yang diperlukan untuk asupan gizi setiap orang. Dan dari
sisi subjek, keunikan tumpeng pesisiran terletak pada ketersediaan bahan,
proses membuatnya, hingga kegiatan sosial-tradisi yang berdampingan.
Dengan keunikan tersebut, tumpeng pesisiran menjadi menarik ketika
digunakan untuk objek dan subjek penelitian sosial.
2. Rumusan Masalah

Berdasar studi awal pendahuluan tentang tumpeng, masalah dalam


pembelajaran kali ini tentang para siswa memahami dan mempraktikkan
materi penelitian sosial melalui tumpeng pesisiran. Dengan demikian maka
rumusan masalah dalam pembelajaran ini adalah bagaimana membuat
tumpeng pesisiran. Rumusan pertanyaan ini kemudian diturunkan menjadi
beberapa pertanyaan sebagai berikut.
a. Apa dan dari mana bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat
tumpeng pesisiran?
b. Bagaimana proses membuat tumpeng pesisiran?
c. Dari dua pertanyaan turunan tersebut, diharapkan siswa juga dapat
merambah pada model rekayasa pemajuan desa dengan tumpeng
pesisiran?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, maka tujuan


penelitian sosial ini adalah sebagai berikut;
a. Untuk mengetahui apa dan dari mana bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam membuat tumpeng pesisiran.
b. Untuk mengetahui bagaimana proses membuat tumpeng pesisiran.
c. Untuk mengetahui dari dua pertanyaan turunan tersebut,
diharapkan siswa juga dapat merambah pada model rekayasa
pemajuan desa dengan tumpeng pesisiran.

4. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat yang hendak dicapai


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Untuk Penulis, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman tentang tumpeng pesisiran, serta penelitian memberikan

2
informasi dan pengetahuan tumpeng pesisiran yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
b. Untuk Sekolah, penelitian ini menjadi sarana pembelajaran yang
dapat meningkatkan kualitas siswa dalam pembelajaran.
c. Untuk Masyarakat, penelitian ini dapat memperkenalkan
tradisi/budaya mereka ke dunia luar melalui kegiatan penelitian.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Tulisan ini berisikan kajian awal tentang tumpeng pesisiran, atau


tepatnya tentang tumpeng itu sendiri. Tulisan ini dibangun dari kajian
dokumen yang telah tersebar di ragam jurnal dalam dan luar negeri. Dari
kumpulan dokumen kajian tumpeng tersebut kemudian diolah sedemikian
rupa dalam rangka memvisualkan secara deskriptif tentang apa itu
tumpeng, makna tumpeng, relasi tumpeng dengan media pembelajaran
ilmu pengetahuan, media tumpeng untuk komoditi sosialisasi program
pemerintah, serta diskursus tumpeng untuk kesejahteraan sosial. Akhir
dari tulisan ini tidak lain adalah untuk mengajak para pembaca untuk
berekspresi dalam konteks sosiologis tentang apa dan bagaimana aksi
sosial kita dalam berinteraksi dengan tumpeng yang telah menjadi ikon
kuliner nusantara.
Lestari (2016) dalam tulisannya yang berjudul Nasi Tumpeng, A
Way To Convey The Message Through Meaningful Signs. International
Review of Humanities Studies, memaparkan dengan apik tentang
bagaimana mengenal tumpeng dari cerita tutur. Ada banyak pendapat
tentang kata tumpeng. Ada yang berpendapat bahwa tumpeng berasal
dari kata tumpeng berasal dari tumumpang ing… dan sakkupeng ing….
Kata tumumpang ing… mengacu pada nasi berbentuk kerucut yang
berada di atas sedangkan sakkupeng ing… mengacu pada lauk pauk yang
ada di sekitar nasi berbentuk kerucut (Lestari, 2016:41).
Dalam hal bentuk, Rodhi (2007) menginformasikan bahwa setiap
tumpeng terdiri dari tumpeng kerucut dan tumpeng parabolik. Namun
menurut Alfajria & Sudjudi (2015) bentuk tumpeng tidak selalu demikian,
dimana tumpeng selalu muncul dalam beragam bentuk dan kelengkapan.
Keragaman bentuk tumpeng inilah, menurut Sugiman (2019) telah
menjadi ekspresi nilai estetika masyarakat Jawa dalam menghias
makanan.
Makna tumpeng kerapkali dihubung-hubungkan dengan ruang
kebatinan masyarakat Jawa. Makna klasik yang melangit itu kemudian
tidak mudah dijangkau oleh generasi muda. Beberapa studi tumpeng yang
berhubungan dengan makna klasik dapat dilihat pada studi Sutiyono
(1998) dan Rondhi (2007). Menurut Sutiyono (1998:2) tumpeng dan
gunungan dalam kebudayaan masyarakat Jawa menjadi simbol dari

4
berbagai fenomena, antara lain keselamatan, kedamaian, dan
keseimbangan alam. Begitu halnya dengan Rodhi (2007) Ia memaknai
tumpeng dalam sudut pandang alam kebatinan seks orang Jawa. Menurut
Rodhi, makna tumpeng kerucut adalah simbolisasi dari kelamin laki-laki
(kerucut) dan tumpeng parabolik merupakan simbolisasi dari perut atau
rahim seorang perempuan. Hal senada juga disampaikan Suparman
(2019:75) dimana tumpeng masih digunakan untuk dipersembahkan
kepada pasangan pengantin saat ritual suci keagamaan. Bahkan dalam
studi terbaru yang dilakukan Fitriana (2021) tumpeng juga masih
direpresentasikan dengan ritual peneguhan mereka pada roh yang telah
menjaga desa. Sulastri & Apriyani (2021) tumpeng masih digunakan
struktur sosial sebagai alat pengesahan pranata pranata dan lembaga
kebudayaan, sebagai alat pendidikan (pedagogical device), dan sebagai
alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi anggota.
Penelitian-penelitian tentang tumpeng ternyata tidak sebatas pada
kajian makna saja. Beberapa peneliti telah mengkaji hubungan tumpeng
dengan kajian ilmu pengetahuan yang lain. Penelitian tumpeng yang
berhubungan dengan kajian ilmu pengetahuan dapat dilihat dari penelitian
tumpeng juga dihubungkan dengan potensi dan pengenalan tempat
tinggal. Studi tersebut dapat dilihat pada Lestari (2016) dimana ia telah
memaparkan bahwa pesan yang bisa ditangkap dari sebuah tumpeng
adalah tentang lokasi tempat tinggal mereka. Melalui tumpeng, mereka
mencoba mengungkapkan bahwa ada dua dunia, darat dan laut yang
dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia. Masyarakat menyadari
bahwa lokasi yang sangat strategis dan bermanfaat. Masyarakat perlu
menjaga lingkungan hidup sekaligus menjaga Kesehatan. Masyarakat
melihat bahwa mereka bisa tidak hidup sendiri sehingga harus menjaga
kesadaran sosial terhadap masyarakat dan lingkungan, sebagai klimaks
untuk menyampaikan pesan hubungan manusia dan pencipta.
Penelitian tumpeng yang cukup maju juga telah dilakukan oleh
Thamrin, Santoso & Prayitno (2017:12), Ferdiana & Nasir (2017), dan
Kurnia, Susilo & Mardiana (2018) dimana penelitian tersebut sepakat
bahwa tumpeng telah digunakan ikon simbolik untuk pendidikan gizi anak
yang terbukti mampu mempengaruhi anak dalam pengenalan gizi
Seimbang terhadap pengetahuan gizi dan pola makan anak. Masih dalam
tema penelitian tumpeng untuk pengembangan ilmu pengetahuan, hal
menarik juga dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan Himmah dkk
(2019) dimana bahan, bentuk, dan aktivitas tumpeng dapat

5
ditransformasikan dalam abstraksi matematika etnis. Sebuah terobosan
yang menarik untuk dikembangkan.
Dalam penelitian Alfath dan Permana (2016:168) tumpeng memiliki
tiga dimensi dalam pemanfaatannya. Pertama, tumpeng pelestarian tradisi
dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Kedua, tumpeng untuk
promosi pariwisata setelah menurunnya jumlah wisatawan setelah letusan
tahun 2014. Ketiga, tumpeng untuk media komoditas politik teritorial
terkait dengan sengketa dengan wilayah. Hal senada juga dapat dilihat
penelitian yang dilakukan Rusdiana (2019) yang telah melangkah lebih
jauh tentang pemaknaan fungsi tumpeng, dimana tumpeng telah
digunakan untuk sumber ide penciptaan motif batik untuk busana pesta
wanita. Terlebih penelitian yang dilakukan Siregar (2018:378) dan Putra,
Kartini, & Dewi (2020:98) tumpeng telah dijadikan media dalam program
pemberdayaan masyarakat miskin, dimana kelompok masyarakat
mendapatkan pendampingan membuat tumpeng untuk dipasarkan secara
luas guna meningkatkan kesejahteraan kelompok sosial yang rawan.
Walaupun demikian, reaksi keras terhadap kecemasan tersingkirnya
kuliner tradisional telah disampaikan oleh Krisnadi (2020:39) dalam
penelitiannya yang berjudul Tumpeng in The Era Of Globalization. Krisnadi
mencoba mengembalikan ingatan kita tentang tumpeng yang selalu
dihidangkan pada acara merayakan hari ulang tahun, syukuran, yang
bersifat non-formal maupun formal. Namun di era globalisasi dalam
bidang kuliner dengan masuknya kuliner tradisional dari negara Asia,
Timur Tengah, dan Barat ketenaran kuliner asing tersebut telah berhasil
menggeser kedudukan tumpeng sebagai kuliner tradisional dan identitas
bangsa. Melalui penelitiannya tersebut, Ia mengajak kita semua untuk
bagaimana caranya dalam membangkitkan ketenaran dan kesakralan
tumpeng di masa lalu, kepada masyarakat khususnya generasi muda, dan
menanamkan rasa bangga dan mencintai tumpeng sebagai kuliner
tradisional Indonesia. Hal demikian juga senafas dengan pandangan
Setyonugroho (2020) tentang apa dan siapa saja yang ada di desa harus
memiliki visi untuk kemajuan desanya. Hanya saja Krisnadi dan
Setyonugroho belum memberi resep tentang langkah-langkah strategis
apa yang dilakukan agar tumpeng menjadi pilihan kuliner yang tidak
lekang oleh generasi zaman. Kajian yang terkesan lebih maju dalam hal
menggunakan produk kearifan lokal untuk pemajuan desa terlihat telah
dilakukan oleh Hermansah (2021) dimana Ia dengan tegas memilih jalan
daya sosial dan budaya dapat digunakan untuk memajukan desanya.
Namun ketegasan Hermansah belum disertai dengan bagaimana skema

6
yang apik dalam menyusun rekayasa pemajuan kebudayaan desa melalui
tumpeng. Lantas bagaimana dengan reaksi kalian?
Budaya makanan Indonesia dibentuk oleh beberapa faktor
seperti alam, sejarah, dan budaya. Menurut Soemardjan (1985)
perkembangan gaya kuliner kita dipengaruhi oleh budaya lokal, agama
dan perdagangan. Dengan keanekaragaman geografis dan budaya
yang sangat besar di Nusantara, terbukti masakan Indonesia kaya
akan variasi dan rasa. Karena beragamnya jenis dan gaya kuliner di
Indonesia, sulit untuk menentukan makanan mana yang bisa dipilih
untuk mewakili Indonesia secara keseluruhan.
Pada tahun 2012 Pemerintah Indonesia meluncurkan Tumpeng
sebagai ikon makanan tradisional Indonesia (Kemenparekraf RI, 2012)
karena dapat mewakili budaya dan cara hidup masyarakat Indonesia
melalui bahan, warna,bentuk dan teknik penyajiannya. Tumpeng adalah
makanan berbahan dasar nasi berbentuk kerucut yang biasa disajikan
dengan lauk seperti sayuran, daging, ayam, dan telur dalam
upacara adat Jawa. Dalam khasanah Jawa, ragam tumpeng dapat
dikenal mulai dari tumpeng kuning (kuning), putih (putih), robyong,
gundhul, kencana, ropoh, bango tulak, panggang, dhuplak, kendhit,
megono, urubing damar dan pangkur (Amangkunegara, 1986).
Salah satu khasanah tumpeng yang belum banyak dikenal secara
luas adalah Tumpeng Pesisiran. Tumpeng ini tidak melulu didominasi
ornamen gunungan dan berlauk daging dari hewan yang hidup di darat.
Tumpeng pesisiran adalah tumpeng dengan gaya orang pesisir yang
berdaulat dengan lauk dari hewan yang hidup di air laut atau tambak, dan
sayuran dari tanaman pantai.
Melalui tumpeng, dapat dijadikan simbol persatuan sosial (Radix,
2014) dalam merajut kenusantaraan dengan tetap daulat gizi seimbang
(Soekirman, 2011). Harapan kedepan, Tumpeng Pesisiran dapat gunakan
untuk ruang dialog dalam pemajuan desa-desa di Kawasan Pesisir melalui
kuliner yang ikonik dan ke-Indonesia-an.
Sehubungan dengan hal tersebut, tumpeng pesisiran memiliki
keunikan dari sisi objek maupun subjek. Dari sisi objek, keunikan tumpeng
pesisiran terletak pada materi makanan yang didalamnya mengandung
nutrisi seimbang yang diperlukan untuk asupan gizi setiap orang. Dan dari
sisi subjek, keunikan tumpeng pesisiran terletak pada ketersediaan bahan,
proses membuatnya, hingga kegiatan sosial-tradisi yang berdampingan.

7
Dengan keunikan tersebut, tumpeng pesisiran menjadi menarik ketika
digunakan untuk objek dan subjek penelitian sosial.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

Pembelajaran diharapkan mampu membuat siswa memahami kondisi


lingkungan masyarakat, kebudayaan yang ada di masyarakat, sehingga
siswa diharapkan mampu mempelajari nilai-nilai yang ada dilingkungan
sekitarnya, juga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mencari
informasi ketika melihat objek nyata,untuk pengembangan karakter dan
wawasan anak, karena merupakan miniatur dari kehidupan yang
sesungguhnya. Sehubungan dengan itulah, kami melakukan learning tour
penelitian sosial dengan salah satu objek dan subjek kajiannya adalah
tumpeng pesisiran.
Persiapan pelaksanaan penelitian ini membutuhkan proses waktu yang
panjang. Hampir satu bulan lebih persiapan kegiatan learning tour
dilakukan. Dan tepatnya pada hari Rabu 15 Maret 2023 pada pukul 07.30
sampai pukul 15.00 WIB.Lokasi penelitian tumpeng pesisiran ini adalah di
desa Dasun, kecamatan Lasem, kabupaten Rembang , provinsi Jawa
tengah. Peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut karena memiliki
keunggulan dalam bidang sejarah dimana masyarakat desa Dasun selalu
berupaya untuk melestarikan pusaka-pusaka atau heritage yang ada di
Dasun. Terlebih desa tersebut memiliki keunikan yaitu setiap membuat
makanan tumpeng, cenderung semua bahan-bahannya terdapat dari
lingkungan sekitar.

Penelitian sosial tumpeng pesisiran ini, dilakukan dengan tiga tahapan.


Pertama, tahap perencanaan, yaitu tahap merencanakan apa yang akan
dilakukan dan dampak apa yang dapat diambil dari rencana tersebut.
Kedua, tahap pelaksanaan, yaitu tahap melakukan kegiatan yang sudah
direncanakan dengan baik. Dan ketiga tahap penulisan laporan, menyusun
tujuan, bahan, media, dan sistematika laporan. Pada saat proses
penelitian sosial tumpeng pesisiran, kami melakukan dokumentasi
pengambilan foto dan video dalam mengumpulkan data tumpeng
pesisiran. Adapun teknik dalam pengumpulan datanya kami lakukan
dengan teknik observasi/ pengamatan dan teknik wawancara. Observasi
merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati objek
penelitian. Selanjutnya wawancara kami lakukan dengan cara melakukan
aktivitas tanya jawab dengan nara sumber. Dengan melakukan observasi

9
yaitu dengan mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mencatat
dan mengamati secara sistematik yang sedang dilakukan. Dengan
melakukan wawancara wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan
antara dua orang atau lebih dengan bertatap muka kemudian
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan. Dan
dengan cara dokumentasi yaitu dengan teknik pengumpulan data melalui
foto video dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian

Dalam proses observasi dan wawancara, narasumber khusus kami


adalah ibu Sunarti. Cerita singkat kami, sesampai di desa dasun kami
langsung dikumpulkan di lapangan desa dasun kemudian kami diantar
menggunakan bis ke rumah ibu" pendamping (Bu Sunarti), disana kami
langsung membagi tugas ada yang bagian dokumentasi pengambilan foto
video, lalu ada juga yang membantu memasak ibu Sunarti, dan ada juga
yang mewawancarai ibu Sunarti. Sesudah menyiapkan tumpeng kemudian
kami berjalan menuju gedung pertemuan lalu kami makan bersama
setelah itu pulang.

10
BAB IV
HASIL PENELITIAN

1. PERJALANAN MENUJU DESA DASUN

Sebelum berangkat menuju Desa Dasun kami melakukan apel


terlebih dahulu di lapangan bola Volly. Disini kami mendapatkan
bimbingan dan juga sambutan - sambutan dari Bapak/Ibu Guru serta
berdoa bersama demi kelancaran dan keselamatan dalam kegiatan
Learning Tour kami. Untuk menuju ke desa Dasun kami menaiki bus mini.
Dalam perjalanan kami penuh dengan canda dan tawa karena terdapat
teman-teman yang asyik dan suka bercanda yang menyebabkan suasana
yang menyenangkan dan tidak membosankan. Perjalanan kami menuju
desa Dasun hanya sekitar 15 menit. Kami datang cukup awal, karena
adanya kurang komunikasi tempat pemberhentian menjadikan kami telat.
Yang awalnya kita berhenti di gedung serbaguna desa Dasun harus
menaiki bus kembali untuk menuju ke Lapangan Desa Dasun yang terletak
di dalam area pemukiman warga.

11
2. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Setelah tiba di Lapangan desa Dasun kami melihat


sekeliling,suasana pagi dengan pepohonan yang rindang dan sedikit
panas. Kami berkumpul dan berbaris sesuai kelompok masing-masing.
Tujuan dikumpulkannya kami disini adalah untuk bertemu dengan ibu-ibu
pendamping dari desa yang akan membimbing kami dalam pembuatan
tumpeng pesisiran. Disini pendamping kami belum datang akhirnya kami
diantar oleh Pak Exsan menuju ke rumah Bu Sunartik. Kami menaiki bus
untuk menuju ke rumah Bu Sunartik karena jarak dari Lapangan ke rumah
Bu Sunartik cukup jauh.

12
3. RUMAH KULINER IBU SUNARTIK

Sesampainya dirumah Bu Sunartik, kami disambut dengan hangat


oleh Bu Sunartik dan Mbah yang membantu kami dalam proses
pembuatan Tumpeng Pesisiran. Rumah Bu Sunartik cukup luas dan
bersih. Terdapat aquarium ikan yang sangat indah diruang tamu. Kami
sangat nyaman berada dirumah Bu Sunartik, selain rumahnya yang
bersih orangnya juga ramah. Proses memasak kami dilakukan di dapur.
Alat yang kami gunakan berasal dari alat yang ada di dapur tersebut.
Kami membagi beberapa bagian dalam pembuatan Tumpeng agar dapat
segera diselesaikan. Sebelum itu kami ditawari sarapan oleh Bu
Sunartik, karena kami merupakan pengunjung kami tidak bisa menolak
tawaran tersebut. Ada beberapa macam lauk yang sudah
disiapkan,diantaranya sayur merica, tempe, perkedel, dan sambal. Kami
sarapan bersama sebelum melanjutkan proses pembuatan tumpeng
pesisiran.

13
4. MEMASAK TUMPENG PESISIRAN

Karena adanya kerjasama yang baik antar anggota, kami dapat


menyelesaikan pembuatan Tumpeng Pesisiran dengan cepat. Setelah
masakan selesai dibuat,kami membagi sekat menjadi 6 bagian untuk
menaruh lauk pauk. Lauk pauk kami terdiri dari Urap, Bandeng Presto
Goreng, Udang Crispy, Kering Tempe, Perkedel Tahu, dan Oseng Mie.
Dalam menghias tumpeng pesisiran terdapat sedikit perdebatan untuk
menaruh hiasan dalam tumpeng. Namun hal ini tidak menghambat
proses menghias tumpeng kami.
Bumbu yang digunakan untuk membuat Urap :
⮚ 5 ruas kencur

⮚ 4 lembar daun jeruk

⮚ ½ sdt terasi bakar

⮚ 1 sdt garam

⮚ 6 cabai merah keriting

⮚ 2 siung bawang putih

⮚ 5 butir bawang merah

Bumbu yang digunakan untuk membuat bandeng presto :


⮚ 10 siung bawang putih

14
⮚ 1 ruas kunyit

⮚ 1 ruas jahe

⮚ Garam secukupnya

Sebelum membawa tumpeng yang kami buat ke Gedung pertemuan,


kami terlebih dahulu melakukan sesi foto dengan Bu Sunartik untuk
mengabadikan momen-momen yang kita dapatkan saat di rumah beliau.
Tak lupa juga kami berpamitan dengan Si Mbah yang sudah membantu
kami dalam proses pembuatan tumpeng Pesisiran kami. Tak lupa kami
juga berpamitan ke warga sekitar yang ada di rumah Bu Sunartik.Kami
melakukan perjalanan ke Gedung Serbaguna dengan jalan kaki. Namun
pembawaan tumpeng menuju ke gedung dengan menaiki sepeda motor
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjatuh.
Sesampainya di gedung serbaguna kami juga memfoto Tumpeng
Pesisiran yang telah kami buat sebelum sesi melahap agar tidak
kehilangan keindahan yang telah kami buat. Di Gedung banyak sekali
tumpeng - tumpeng hasil dari kelompok lain yang sama-sama cantik dan
indah.

15
Kami berkumpul di Gedung ini untuk makan Bersama serta pemilihan
Tumpeng terbaik. Namun kelompok kami kurang beruntung untuk
mendapatkan gelar tumpeng terbaik tersebut. Suasana didalam gedung
sangatlah ramai karena banyak anak yang berlalu lalang untuk
menyiapkan tempat tumpeng mereka. Masih banyak kelompok yang
telat datang karena Tumpeng mereka masih belum jadi. Sambil
menunggu mereka datang kami diberi pengetahuan oleh Bapak Suhadi
yang diiringi musik membuat suasana semakin ramai. Setelah
berkumpul semua dilakukan sesi sambutan dan setelah itu penilaian dari
Bapak/Ibu tamu undangan. Selanjutnya Tumpeng dimakan bersama-
sama dengan alat makan seadanya. Setelah makan selesai kami
membersihkan tempat dan mengembalikan barang-barang ke rumah Bu
Sunartik. Sebelum pulang kami berpamitan dengan Bu Sunartik dan
berterimakasih karena sudah menerima kami di rumahnya dan
membantu kami dalam proses pembuatan Tumpeng kami.

BAB V

16
PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yaitu


pertama, hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden
dalam menjawab pertanyaan setiap variabel khususnya pada variabel
personal hygiene (kebersihan kulit dan kebersihan tangan dan kuku).
Kedua, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross
sectional. Dalam desain ini hanya menjelaskan hubungan keterkaitan,
tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat. Meskipun demikian,
desain ini dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian dan efektif
dari segi waktu. Ketiga, kerangka konsep yang digunakan pada penelitian
ini hanya menghubungkan variabel yang diperkirakan memiliki hubungan
dengan variabel dependen sehingga masih terdapat kemungkinan variabel
lain yang belum masuk dalam kerangka konsep
1. BAHAN MEMASAK TUMPENG PESISIRAN

Bahan Bahan Bahan Bahan


Bumbu Daging Sayuran Pelengkap
Garam Udang Cabe merah Beras
Merica Bandeng Cabe rawit Minyak Goreng
Pala Bawang Merah Air bersih
Serai Bawang putih Tempe
Kunyit Tomat Tahu
Jahe Kacang Daun pisang
panjang
Bumbu Instan Sawi Mie
Daun Jeruk Kol Daging kelapa
muda
Daun salam Wortel Tepung terigu
Lengkuas Taoge Tepung beras
Ketumbar Daun kudu
Kemiri Daun Bawang
Kencur Selada
Penyedap rasa
Merica bubuk

17
2. TEKNIK MEMASAK TUMPENG PESISISIRAN

N OLAHAN TEKNIK
O
1. Urap Mengukus

2. Udang Crispy Menggoreng

3. Oseng Mie Merebus


Menumis

4. Perkedel Tahu Menggoreng

5. Kering Tempe Menggoreng


Menumis

6. Bandeng Presto Goreng Presto


Menggoreng

7. Nasi Mengukus

3. MODEL PEMAJUAN DESA DENGAN TUMPENG


Tumpeng akan tetap eksis dan tetap lestari karena masih banyak
penduduk, masyarakat, bahkan pemerintah, ketika ada upacara
upacara tertentu meskipun bukan adat tetap masih menggunakan
tumpeng. Tumpeng pesisiran memiliki peluang dalam menjaga
karakter budaya karena tumpeng adalah masakan yang dimakan
bersama dan dibuat lebih dari satu orang. Ada yang membuat nasinya,
membuat lauknya, menata dekorasi, tata letak dsb.

18
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat


disimpulkan sebagai berikut. Pertama, tumpeng Pesisiran Dasun berbeda
dengan tumpeng pada umumnya karena lauk pauk yang digunakan
semuanya berasal dari laut dan tambak. Proses pembuatannya juga masih
dilakukan secara konvensional yaitu dilakukan di dapur dengan bahan dan
alat seadanya. Kedua, rempah-rempah yang digunakan dalam membuat
tumpeng yaitu kunyit sebagai pewarna alami nasi, daun salam, kapulaga,
cabai, bawang merah, bawang putih. Resep tumpeng dari zaman ke
zaman berbeda, karena pakem dalam membuat tumpeng jarang orang
ketahui.
2. Saran

Berdasarkan kekurangan dari penelitian peneliti saat ini, maka


diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam
tentang Tradisi Pesisiran Desa Dasun. Semoga tumpeng pesisiran yang
dimiliki masyarakat Desa Dasun tetap eksis dan tetap lestari sekaligus
memiliki peluang dalam menjaga karakter budaya karena tumpeng adalah
masakan yang dimakan bersama dan dibuat lebih dari satu orang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alfajria, N., & Sudjudi, I. (2015). Ensiklopedia tumpeng. Visual


Communication Design, 4(1), 180630.
Alfath, E. D., & Permana, Y. S. (2016). Festival 1000 Tumpeng:
Komodifikasi tradisi, pariwisata, dan ‘territoriality’di Gunung Kelud
The Festival of 1000 Tumpeng: Commodification of tradition,
tourism, and ‘territoriality’in Kelud Mountain. Masyarakat,
Kebudayaan, dan Politik, 29(4), 169-180.
Amangkunegara III. (1986), Serat Centhini (Suluk Tambangraras) Jilid II,
Yayasan Centhini, Yogyakarta.
Cahyono, A. E. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Authentic Assessment
Berdasarkan Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Ekonomi di SMA
Islam Al-Hidayah Jember. EQUILIBRIUM: Jurnal Ilmiah Ekonomi
dan Pembelajarannya, 5(1), 1-13.
Ferdiana, S., & Nasir, M. (2017). Penerapan Media Tumpeng Gizi
Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas 5-6 di SDN
11/262 Semolowaru. Infokes, 7(02), 17-21.
Fitriana (2021). Tumpeng Sewu Culinary Festival in Rituals of Bersih Desa
Kemiren as Tourism Object 2015-2019. Jurnal Historica Vol 5 No 1.
Hermansah, Angga. (2021). Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun.
Yogyakarta: Lintas Nalar
Himmah, F., Monalisa, L. A., Pambudi, D. S., & Trapsilasiwi, D. (2019).
Ethnomathematics Of Tumpeng And Banyuwangi Tumpeng Sewu
Rituals As Students’ Worksheets. Pancaran Pendidikan, 8(1).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (2012), “Nasi Tumpeng
Dipilih Menjadi Andalan Ikon Kuliner Tradisional Indonesia”,
tersedia di: www.travel.detik.com/travel-news/d-2124932/nasi-
tumpeng-jadi-pendorong-wisata-kuliner-indonesia (diakses 03
Maret 2023).
Krisnadi, A. R. (2020). Tumpeng Dalam Kehidupan Era Globalisasi
Tumpeng In The Era Of Globalization. Jurnal Hospitality dan
Pariwisata, 1(2).

20
Kurnia, A. R., Susilo, M. T., & Mardiana, M. (2018). Developing Balanced
Nutrition Snakes and Ladders as Educational Media for Balanced
Nutrition Tumpeng on Elementary School Student. Jurnal Dunia
Gizi, 1(2), 65-70.
Lestari, N. S. (2016). Nasi Tumpeng, A Way To Convey The Message
Through Meaningful Signs. International Review of Humanities
Studies, 1(1).
Mustikarani, W., & Ruhimat, M. (2018). Kelemahan dan Keunggulan
Implementasi Authentic Assessment dalam Pembelajaran Geografi.
Jurnal Geografi Gea, 18(2), 147-153.
Putra, I. N. T. A., Kartini, K. S., & Dewi, L. G. K. (2020). Pelatihan
Pembuatan Tumpeng Upakara sebagai Upaya Peningkatan Omset
UKM Adi Upakara. WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer, 2(3), 93-
98.
Radix AP Jati, I. (2014). Local wisdom behind Tumpeng as an Icon of
Indonesian Traditional Cuisine. Nutrition & Food Science, 44(4),
324-334.
Rondhi, M. (2007). Tumpeng: Sebuah Kajian dalam Perspektif Psikologi
Antropologi. dalam Jurnal Imajinasi, 3 (1).
Rusdiana, E. Y. (2019). TUMPENG ROBYONG SEBAGAI SUMBER IDE
PENCIPTAAN MOTIF BATIK UNTUK BUSANA PESTA WANITA.
Ornamen, 16(1).
Setyonugroho, Exsan Ali. (2020). DASUN Jejak Langkah Dan Visi
Kemajuannya. Yogyakarta: CV Lintas Nalar
Siregar, O. M. (2018). Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Kelompok
Keluarga Miskin Untuk Menambah Penghasilan Melalui Pelatihan
Pembuatan Tumpeng Mini Di Kelurahan Pulo Brayan Bengkel
Medan. Abdimas Talenta: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
3(2), 378-382.
Soekirman (2011), “Mengambil sejarah gizi Indonesia untuk melompat
menuju generasi masa depan yang lebih baik: pengembangan
pedoman gizi Indonesia”, Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition,
Vol. 20 No.3, hlm.447-451.
Soemardjan, S. (1985), “Pengaruh Budaya Terhadap Pangan Dan Gizi:
Kasus Indonesia”, dalam Biswas, N. dan Pinstrup-Andersen, P. (Ed),

21
Nutrition and Development, Oxford University Press, Oxford,
hlm.163-181.
Sugiman. (2019). Nilai Estetika Tumpeng Jawa. Widya Aksara : Jurnal
Agama Hindu, 22(1).
https://doi.org/10.54714/widyaaksara.v22i1.21
Sulastri, Y., & Apriyani, T. (2021). Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon
Desa Mangunweni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen: Kajian
Folklor. MIMESIS, 2(2), 138-146.
Suparman, I. N. (2019). BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA TRADISI NGEJOT
TUMPENG. Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan
Kebudayaan Hindu, 10(2), 75-85.
Sutiyono, S. (1998). Tumpeng Dan Gunungan: Makna Simboliknya Ipa1,
lkm Kehidupan Masyarakat Jawa. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
2(2).
Thamrin, H., Santoso, S., & Prayitno, A. (2017). Pengaruh Media Puzzle
Tumpeng Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi dan Pola
Makan Anak Taman Kanak–Kanak. Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 1(1),
12-23.
Utami, B. (2009). Pengaruh strategi peta konsep dan diagram vee
terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan larutan
penyangga yang diukur dengan authentic assessment (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Malang).
Wardah, F. (2018). Pengembangan instrumen authentic assessment
berupa penilaian proyek untuk mengukur kompetensi keterampilan
siswa (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Wijaya, S. (2019). Indonesian food culture mapping: a starter contribution
to promote Indonesian culinary tourism. Journal of Ethnic Foods,
6(1), 1-10.
Winasis, S. (2010). Penerapan metode student teams achievement
divisions (stad) disertai authentic assessment untuk meningkatkan
partisipasi dan penguasaan konsep dalam pembelajaran biologi
siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Nguter.
Wiyarsi, A. (2009). Penilaian proyek sebagai implementasi authentic
assessment untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja
ilmiah mahasiswa. Jurnal Pendidikan Kimia FMIPA UNY. Yogyakarta:
UNY.

22
23
LAMPIRAN 1
PEDOMAN PENGAMATAN DAN WAWANCARA
1. Pedoman Pengamatan
● Mengamati aktivitas keseharian masyarakat yang kamu kunjungi
mulai dari pagi, siang, dan malam ( fokusnya masyarakat Dasun )
● Mengamati alat yang digunakan masyarakat dalam melakukan
aktivitas keseharian.
● Mengamati produk unggulan apa yang dimiliki masyarakat.

2. Pedoman Wawancara

● Menanyakan asal usul masyarakat yang dikunjungi

● Menanyakan asal-usul atau sejarah masyarakat yang kamu


kunjungi.
● Menanyakan aktivitas keseharian masyarakat yang kamu kunjungi.

● Menanyakan alat-alat yang digunakan masyarakat dalam aktivitas


kesehariannya.
● Menanyakan apa saja produk unggulan masyarakat yang kamu
kunjungi.
● Menanyakan asal usul tradisi tumpengan ada di masyarakat.

● Menanyakan rempah apa saja yang digunakan membuat tumpeng


pesisiran.
● Menanyakan dari mana resep rempah didapatkan.

● Menanyakan bagaimana bentuk dan karakteristik rempah yang


digunakan membuat tumpeng pesisiran.
● Menanyakan dari mana mendapatkan rempah yang digunakan
membuat tumpeng pesisiran.
● Menanyakan mengapa menggunakan rempah tersebut, dan apa
fungsinya dalam makanan.

24
● Menanyakan rempah yang digunakan membuat tumpeng pesisiran

● Menanyakan bahan daging hewan yang hidup di darat.

● Menanyakan bahan daging yang hidup di air.

● Menanyakan sayuran yang digunakan.

● Menanyakan jenis tumpeng yang dibuat (tumpeng kuning/


tumpeng putih).
● Menanyakan cara membuat tumpeng nasi kuning.

● Menanyakan cara membuat tumpeng nasi putih.

● Lauk pauk yang digunakan.

● Menanyakan bahan-bahan yang digunakan memasak lauk-pauk.

● Menanyakan cara memasak lauk pauknya.

● Menanyakan cara menata tumpeng.

● Menanyakan tempat sajian tumpeng yang digunakan.

● Menanyakan pada acara apa warga membuat tumpeng.

● Menanyakan bagaimana prosesi tumpengan berlangsung.

● Menanyakan apa yang dirasakan warga pada saat membuat


tumpeng.
● Menanyakan apa yang dirasakan warga setelah tumpengan.

● Menanyakan apa yang dirasakan warga ketika tidak melakukan


tumpengan.
● Menanyakan apakah tradisi tumpeng masih ada sampai sekarang.

● Menanyakan apakah terjadi perubahan perubahan menggunakan


tumpeng pada saat acara tertentu.
● Menanyakan apakah terjadi perubahan bahan dan cara memasak
tumpeng.

25
● Menanyakan apakah terjadi perubahan tampilan tumpeng.

● Menanyakan apakah ada warga yang ingin mengubah atau


menghilangkan tradisi tumpengan.
● Menanyakan apakah terjadi penolakan dalam menggunakan
tumpeng.
● Menanyakan masa depan tumpeng pesisiran.

26
LAMPIRAN 2
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

NO FOTO NAMA TTL ALAMAT PESAN DAN KESAN

1. Abdul Pati,13 Desa Sangat


Faqih Agustus Pamotan menyenangkan
2007 RT:02
RW:04
Kecamata
n Pamotan

2. Lucky Rembang,2 Desa Selama melakukan


Hartono 4 Januari Kedung learning tour kali ini,
2007 RT:02 saya merasakan
RW:02 kebersamaan yang
Kecamata erat karena tugasnya
n Pancur dibuat berkelompok.
Saya sangat senang
bisa mengikuti
learning Tour di dasun
karna saya bisa
mendapat pelajaran
dan pengalaman yang
sebelumnya tidak saya
ketahui tentang
bagaimana cara
memasak tumpeng
dan bagaimana cara
menghias tumpeng

3. Mudmainn Rembang,2 Desa Pesan dan kesan yang


ah Dewi 1 Maret Pancur dapat kita ambil dari
Suryani 2007 RT:06 Learning tour
RW:02 Tumpeng Pesisiran di
Desa Dasun yaitu
Kecamata
menambahkan
n Pancur
pengalaman saya
untuk meneliti tentang
kekayaan alam pesisir,
mulai dari memasak,
mengenal rempah,

27
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT PESAN DAN KESAN

pantangan,
mengetahui lebih
dalam tentang Desa
Dasun. Belajar
bersama teman
teman, saling
membantu, dan
bersosialisasi dengan
masyarakat. Terus
mengembangkan
kegiatan ini,,, agar
generasi bangsa
mendapatkan
wawasan dan tau
lebih dalam
tentang kekayaan ala
m.

4. Muhamma Rembang,1 Desa Saya sangat senang


d Reza 6 Agustus Pandan bisa mengikuti
Ardiyansa 2006 RT:09 learning Tour di dasun
h RW:03 karena saya bisa
Kecamata mendapat pelajaran,
n Pancur pengalaman, serta
pengetahuan yang
sebelumnya pernah
saya ketahui tentang
bagaimana cara
memasak tumpeng
dan bagaimana cara
menghias tumpeng.
Karena sebelumnya
saya juga belum
pernah
membuat/menghias
tumpeng.dan warga
pendamping saya
sangat ramah
orangnya juga seru
dan baik hati

28
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT PESAN DAN KESAN

membuat saya dan


teman teman nyaman
berada
di rumah beliau

5. Noor Rembang,2 Desa Cukup menyenangkan


Ainaya 9 Maret Ringin dan mengesankan
Salsa Bila 2007 RT:02 serta mendapatkan
RW:03 pengalaman dan
Kecamata pengetahuan
n Pamotan mengenai budaya
orang dasun dan
tumpeng pesisiran

6. Oshinda Rembang,5 Desa pesan saya learning


Noer Agustus Mojosari tour ini cukup
Hidayah 2006 RT:03 menarik, karena kita
RW:01 dapat melihat secara
Kecamata langsung cara
n Sedan pembuatan tumpeng
pesisiran. kesannya
semoga learning tour
selanjutnya
dapat lebih disiplin

7. Putri Rembang,7 Desa Yang dapat saya


Diyah Ayu Desember Sidorejo rasakan dari acara tsb
Cahyoning 2006 RT:04 adalah bagaimana
rum RW:02 para muda mudi
Kecamata mengenal tradisi
n Pamotan setempat, juga belajar
mengenai bagaimana
dan mengapa bisa
adanya tradisi
tersebut yang dapat
membangun rasa
cinta terhadap tanah
air kita. Singkatnya
cukup menyenangkan
mengikuti kegiatan

29
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT PESAN DAN KESAN

tersebut
tetapi juga melelahkan

8. Rosita Rembang,7 Desa Kesan saya untuk


Rosanda Desember Sumberejo learning tour ini yaitu
2007 RT:03 menambahkan
RW:01 pengalaman saya
Kecamata untuk meneliti tentang
n Pamotan lebih dalam desa
ndasun dan juga
tentang rempah-
rempah. Dan juga
saya berharap untuk
learning tour
kedepannya gurunya
lebih adil dan sama
rata dalam
memberikan fasilitas
terhadap murid
seperti transportasi
untuk pergi ke desa
ndasun.
9. Sulistania Rembang,1 Desa Kesan : Saya sangat
Primadani 0 Desember Pamotan senang karena dapat
2006 RT:01 belajar sambil jalan-
RW:02 jalan. Saya merasa
Kecamata bahagia ketika saya
n Pamotan dapat suasana baru
dan ilmu baru dalam
belajar,yang biasanya
kami belajar didalam
kelas dengan AC yang
membuat saya sering
kantuk menjadi sangat
bersemangat karena
belajar diluar sekolah.
Pesan : Sering - sering
belajar di luar karena
masih banyak diluar

30
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT PESAN DAN KESAN
sana yang
belum kita pelajari

LAMPIRAN 3 : PETA LOKASI DESA DASUN

31
LAMPIRAN 4 : SURAT IJIN PENELITIAN

32
33
34
35
LAMPIRAN 5:BANNER KEGIATAN

36

Anda mungkin juga menyukai