Anda di halaman 1dari 125

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana dan prasarana suatu wilayah merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia. Dengan adanya sarana dan prasarana suatu wilayah, manusia
dapat menjalankan aktifitas sehari-hari nya dengan lancar. Begitu juga bagi
pemerintah, Sarana dan Prasarana merupakan hal terpenting untuk menjalankan
roda ekonomi dan pemerintahan. Jika kondisi Sarana dan prasarana suatu wilayah
baik, maka aktifitas perekonomian dan transportasi juga akan menjadi lancar.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mendata sarana dan prasarana yang ada
diwilayah pemerintahannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sarana
dan prasarana beserta data atribut yang berhubungan dengan sarana dan prasarana
tersebut.

Pengertian sarana prasarana menurut ketentuan umum permendiknas


(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) No. 24 Tahun 2007 yaitu sarana adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud
dan tujuan dari suatu proses produksi sedangkan prasarana ialah segala sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari
suatu proses produksi. Dengan kata lain prasarana ditujukan untuk benda-benda
yang tidak bergerak seperti gedung, jaringan drainase, jaringan listrik, dan
jaringan telefon. Serta maksud dari sarana yaitu fasilitas untuk mencapai suatu
tujuan yaitu kesejahteraan seperti sekolah, perkantoran, kesehatan maupun sarana
pendukung aktifitas manusia yang lainya.
Pembangunan prasarana dan sarana ini juga telah diatur dalam UU Nomor
1Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Jumlah penduduk,
proyeksi jumlah penduduk, dan pergerakan pertumbuhan penduduk sangat
berpengaruh dalam pembangunan prasarana dan sarana baik perkotaan maupun
perumahan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 1


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Sad:27, bahwa:

‫س َما َء َخلَ ْقن ََاو َما‬ ِ َ‫ظنُّ َٰذَ ِل َكب‬


َّ ‫اط اًل َب ْينَ ُه َم َاو َماال‬ َ َ‫ار ِمنَ َكفَ ُروا ِللَّذِينَفَ َو ْيلٌ َكفَ ُروالَّذِين‬
ِ َّ‫الن‬
Terjemahan: “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dengan sia-sia.Itu anggapan orang-orang yang kafir, maka
celakalah orang-orang.”

Allah menjelaskan bahwa Dia menjadikan langit, bumi, dan makhluk apa saja
yang tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang
memancarkan sinarnya di waktu siang dan bulan yang menampakkan bentuknya
yang berubah-ubah dari malam ke malam, sangat bermanfaat bagi manusia.
Semua itu di ciptakan dengan penuh perencanaan yang sangat besar bagi
kelestarian makhluk ciptaan-Nya dan sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa, Allah menciptakan alam semesta ini
dengan bathil (sia-sia), akan tetapi di dalamnya mengandung banyak sekali
hikmah. Maka dari itu, hendaknya kita menjaga apa yang sudah dititipkan oleh-
Nya dan merencanakan pembangunan yang sesuai dengan alquran dan hadist.

Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi


Sulawesi Selatan yang ibu kotanya terlatak di Patalassang. Takalar terdiri dari
sembilan kecamatan, yaitu Pattallassang, Galesong, Galesong Selatan, Galesong
Utara, Sanrobone, Mappakasunggu, Manggarabombang, Polombangkeng Utara,
dan Polombangkeng SelatanLetak astronomis Kabupaten Takalar berada pada
posisi 5O3’ – 5O38’ Lintang Selatan dan 119O22’ – 119O39’ Bujur Timur,
dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km2 dan berpenduduk sebanyak ±
250.000 jiwa.

Kecamatan Polobangkeng Selatan dengan ibu kota kecamatan Bulukunyi


merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Takalar yang yang
terbagi atas beberapa desa dan kelurahan yang mengalami perkembangan sejalan
dengan meningkatnya pembangunan berupa sarana dan prasarana sehingga tidak

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 2


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

mustahil dapat menarik perhatian orang-orang yang menginginkan kemajuan,


yang mengakibatkan daerah itu akan semakin padat.

Hal tersebut menjadikan titik tolak ukur kami dalam melakukan survey
lapangan di Kabupaten Takalar, tepatnya di Kecamatan Polobangkeng Selatan
guna mengamati kondisi dan dinamika perkembangan yang ada Kecamtan
Polobangkeng Selatan dengan melakukan analisis sarana dan prasarana dan di
sertai analisis potensi daerah yang akurat berdasarkan berbagai metode
pendekatan yang sesuai dengan ciri dan karakteristik daerah pengamatan.
Sehingga, hasil pengamatan tersebut dapat diketahui dan ditentukan potensi
perencanaan perkembangan daerah yang di susun menjadi sebuah laporan.

B. Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun maksud dan tujuan di lakukan survey ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran umum wilayah Kecamatan Polobangkeng
Selatan.
2. Untuk menganalisis sarana dan prasarana yang ada di wilayah
Kecamatan Polobangkeng Selatan.
3. Untuk mendapatkan informasi guna memperoleh suatu fakta yang terkait
di Kecamatan Polobangkeng Selatan.

C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah terbentuknya pengetahuan dalam
menganilisis permasalahan dan untuk melakukan pendataan akurat yang berkaitan
dengan kondisi sarana dan prasarana serta kondisi geografis, topografi, geologi,
hidrologi, klimatologi dan jenis tanah yang terkait dengan Kecamatan
Polobangkeng Selatan, dengan cara melakukan survey, melakukan wawancara
kepada masyarakat di tiap rumah, dan memberikan angket ke masyarakat di
Kecamatan Polobangkeng Selatan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 3


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dilakukannya survei ini adalah sebagai berikut :

a. Survei ini dapat dijadikan pemerintah Kecamatan Polobangkeng


Selatan sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan
pembangunan di masa yang akan datang.
b. Dapat memberikan partisipasi kepada masyarakat mengenai
perkembangan daerah di Kecamatan Polobangkeng Selatan.
c. Dapat terpenuhinya syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Prasarana Wilayah dan Kota II
d. Survei ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan survei selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Pembahasan


1. Lingkup Wilayah
Polombangkeng Selatan sebagai salah satu kecamatan yang terletak
disebelah selatan dan berjarak kurang lebih 10 kilometer dari ibukota
Kabupaten Takalar. Ibu kota Kecamatan Polombangkeng Selatan terletak di
Kelurahan Bulukunyi yang sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Polombangkeng Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Jeneponto, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mangarabombang
dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pattallassang. Luas wilayah
Kecamatan Polombangkeng Selatan sekitar 88.07 km2atau sebesar 15,54
persen dari totalKabupaten Takalar yang memiliki 4 desa dan 6 kelurahan.
2. Lingkup Materi
a. Aspek Fisik Dasar
Kondisi geografis, topografi, geologi, hidrologi, klimatologi dan jenis
tanah.
b. Aspek Demografi
Jumlah dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, jumlah
pendudukm berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk berdasarkan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 4


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

agama, jumlah penduduk berdasarkan umur, jumlah penduduk


berdasarkan tingkat pendidikan, dan jumlah penduduk berdasarkan
pekerjaan.
c. Aspek Fasilitas Umum
Fasilitas pemerintah, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
Perdagangan dan jasa, fasilitas peribadatan, dan fasilitas ruang terbuka
hijau.
d. Aspek Utilitas
Jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan drainase,
Jaringan persampahan, dan jaringan telekomunikasi.
e. Aspek Penggunaan Lahan
Aspek penggunaan lahan meliputi bagaimana pemanfaatan lahan yang
ada digunakan sebagai area pemukiman, persawahan, perkantoran,
perkuburan, dan lain-lain.

F. Metode Penelitian
1. Pengambilan Data

Kami mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa cara, yaitu:

a. Observasi / survey lapangan


Yaitu mendapatkan data dari objek penelitian dengan cara
mendatangi langsung objek penelitian guna mengetahui secara
langsung kondisi yang ada di lapangan.
b. Wawancara
Selama observasi dilakukan kami juga melakukan wawancara dan
komunikasi dengan masyarakat itu sendiri untuk mendapatkan
informasi yang berguna bagi penelitian kami.
2. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah kuantitatif yang dimana
merupakan salah satu jemis teknik jenis penelitian yang lebih

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 5


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

sistematis, spesifik, terstruktur dan terencana dengan baik. Teknik


analisis kuantitatif lebih mengedepankan pada penggunaan angka-
angka yang membuatnya lebih detail dan jelas.

G. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar, laporan survei ini terdiri dari lima bab yang secara garis
besarnya akan diuraikan dalam sistematika pembahasan berikut ini :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian mengenai latar belakang, tujuan, sasaran, manfaat, ruang lingkup
pembahasan, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang rujukan teori dan materi yang berhubungan / memperkuat


pengambilan keputusan / interpretasi terhadap data.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Berisi Tinjauan Umum Wilayah Kabupaten Takalar (Gambaran Umum Wilayah,


Letak Geografis dan Administrasi, Aspek Demografi), dan Gambaran Wilayah
Kecamatan Polobangkeng Sekatan (Gambaran Umum Wilayah, Letak Geografis
dan Administrasif, Kondisi Fisik Dasar Wilayah, Kondisi Demografi dan Sosial
Budaya, Sarana dan Prasarana Wilayah, Aspek Potensi Wilayah, dan Aspek
Kelembagaan).

BAB IV ANALISIS

Berisi tentang analisis ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan
Polobangkeng Selatan. Berupa sarana pemukiman, sarana pendidikan, sarana
kesehatan, sarana peribadatan, sarana perdagangan, sarana pemerintahan dan
pelayanan umum, sarana olahraga. Adapun prasarana berupa jaringan jalan,
jaringan drainse, jaringan air limbah, jaringan air bersih, jaringan persampahan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 6


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

BAB IV PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan (hasil penyajian data), dan saran (berisi tindak lanjut
nyata yang harus dilakukan atas kesimpulan yang diperoleh)

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 7


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sarana dan Prasarana

1. Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan
bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya produksi.

Adapun pengertian menurut para ahli adalah sbb:

a. Menurut Moenir (1992-119) pengertian sarana adalah segala jenis


peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai
alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga
dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan
organisasi kerja. Pengertian sarana menurut Moenir tersebut
memberi petunjuk sarana dan prasarana merupakan seperangkat
alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut
adalah peralatan pembantu ataupun peralatan utama,keduanya alat
tersebut berfungsi mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai.

b. Menurut Ketentuan Umum Permendiknas no. 24 tahun 2007,


sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-
pindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk
menjalankan sesuai fungsi.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 8


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

2. Prasarana

Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama


terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Untuk
lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan
untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin,
sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak
bergerak seperti jalan, drainase, dll.

Adapun menurut para ahli adalah sbb:

a. Menurut Buku Pengelolaan Sarana Prasarana Rekreasi oleh Nanik


Darsini,S.Pd. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
utama terselenggaranya suatu proses.
b. Menurut Hamalik (1980:23) prasarana adalah semua bentuk
perantara yang dipakai orang untuk menyebar ide, sehingga ide
tersebut bias sampai pada penerima.

3. Manajemen Sarana Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai kegiatan


menata, mulai dari perencanaan/analisis kebutuhan, pengadaan,
inventarisasi, pendistribusian, pemanfaatan, pemeliharaan,
pemusnahan dan pertanggungjawaban terhadap fasilitas sarana dan
prasaran. Dengan adanya kegiatan tersebut, perawatan terhadap sarana
dan prasarana dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya, sehingga
bisa meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, memperpanjang usia
pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif
perawatan sarana dan prasarana.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 9


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

4. Fungsi Sarana dan Prasarana

Setiap sarana dan prasarana memiliki fungsi yang berbeda-beda,


sesuai dengan lingkup dan penggunaannya. Meskipun berbeda, sarana
dan prasarana mempunyai tujuan yang sama, yakni mencapai hasil
yang diharapkan sesuai dengan rencana. Dibawah ini adalah fungsi
utama sarana dan prasarana, yaitu sebagai berikut.

a. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga mampu


menghemat waktu.

b. Meningkatkan produktivitas baik barang maupun jasa.

c. Hasil kerja lebih berkualitas serta terjamin.

d. Lebih sederhana atau memudahkan dalam gerak para pengguna


atau pelaku.

e. Ketetapan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin.

f. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang


berkepentingan.

g. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan


yang mempergunakannya.

B. Perencanaan

1. Pengertian perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi managemen pertama yang harus diakukan
oleh manajer dan staf. Untuk dapat menyusun perencanaan yang baik,
diperlukan pemikiran analisis dan konseptual. Dalam managemen keruangan,
sasaran perencanaan dalam manajemen terdiri atas hal-hal tersebut.
a. Perencanaan kebijaksanaan publik (public policy): rencana tata ruang
kota dan wilayah, peraturan-peraturan daerah.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 10


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Perencanaan organisasi dan perencanaan program kegiatan organisasi


pengelola kota dan wilayah.

Hal-hal yang dibahas dalam perencanaan kebijaksanaan publik adalah


bagaimanamerumuskan kebijaksanaan publik, memilih pendekatan
perencanaan, pandangan politik dan peranannya dalam perencanaan, aspek
hukum, dan perencanaan pendanaan. Sedangkan perencanaan kegiatan unit-
unit organisasi dalam melaksanakan manajemen kota dan wilayah berwujud
rencana program kegiatan masing-masing unit organisasi (Rabinson, 2005).

2. Jenis-jenis perencanaan
Adapun jenis-jenis perencanaan dibedakan menjadi delapan yaitu (Iwan dan
NIa, 2008):
a. Perencanaan fisik versus perencanaan ekonomi
Perencanaan fisik (physical planning) adalah perencanaan untuk mengubah
atau memanfaatkan struktur fisik suatu wilayah , misalnya perencanaan tatruang
atau tata guna tanah, perencanaan jalur trasportasi/komunikasi, penyediaan
fasilitas untuk umum, dan lain-lain. Perencanaan ekonomi (economical planning)
berkenaan dengan struktur ekonomi sesuatu wilayah dan langkah-langkah untuk
memperbaiki tingkat kemakmuran suatu wilayah.
b. Perencanaan alokatif versus perencanaan inovatif

Perencanaan alokatif (allocative planning) berkenaan dengan menyukseskan


rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi
kesepakatan bersama. Jadi, inti kegiatannya berupa koordinasi dan sinkronisasi
agar system kerja untuk mencapai tujuan itu dapat berjalan secara efektif dan
evisien sepanjang waktu.dalam perencanaan inovatif (innovative planning), para
perencana lebih memiliki kebebasan, baik dalam menetapkan target maupun cara
yang ditempuh untuk menetapkan target tersebut.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 11


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

c. Perencanaan bertujuan jamak versus perencanaan bertujuan tunggal


Perencanaan bertujuan tunggal apabila sasaran yang hendak dicapai adalah
sesuatu yang dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan itu dan bersifat
tunggal.perencanaan bertujuan jamak adalah perencanaan yang memiliki beberapa
tujuan sekaligus.
d. Perencanaan bertujuan jelas versus perencanaan bertujuan laten
Perencanaan bertujuan jelas adalah perencanaan yang dengan tegas
menyebutkan tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut, yang sasarannya dapat
diukur keberhasilannya. Perencanaan bertujuan laten adalah perencanaan yang
tidak menyebutkan sasaran dan bahkan tujuannyapun kurang jelas sehingga sulit
untuk dijabarkan.
e. Perencanaan indikatif versus perencanaan imperative
Perencanaan indikatif adalah perencanaan dimana tujuan yang hendak dicapai
hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak dipatok dengan jelas.
Perencanaan imperative adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran,
prosedur, pelaksana, waktu pelaksanaan, bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat
dipakai untuk menjalankan rencana tersebut.
f. Top down versus bottom up planning
Perencanaan model top down adalah apabila kewenangan utama dalam
perencanaan itu berada pada institusi yang lebih tinggi dimana institusi perencana
pada level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari institusi
yang lebih tinggi. Sebaliknya, perencanaan bottom up adalah apabila kewenangan
utama dalam perencanaan itu berada pada institusi yang lebih rendah, dimana
institusi perencana pada di level yang paling tinggi harus menerima usulan-usulan
yang diajukan oleh institusi perencana pada tingkat yang lebih rendah.
g. Vertical Versus Horizontal Planning
Vertical planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi
antar berbagai jenjang pada sector yang sama. Horizontal planning menekankan
keterkaitan antar berbagai sector sehingga berbagai sector itu dapat berkembang
secara bersinergi.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 12


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

h. Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung versus tidak


melibatkan masyarakat secara langsung
Perencanaan yang melibatkan masyarakat apabila sejak awal masyarakat telah
diberitahu dan diajak ikut serta dalam menyusun rencana tersebut. Perencanaan
perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat secara langsung apabila
masyarakat tidak dilibatkan sama sekali dan palin-paling hanya diminta
persetujuan dari DPRD untuk persetujuan akhir.

3. Unsur-Unsur Perencanaan
Adapun unsus-unsur perencanaan dibedakan menjadi tiga yaitu (Robinson,
2005):
a. Analisis, yaitu berupa kepuasan data.

b. Kebijakan (policy), yaitu pemilihan rencana yang baik untuk pelaksanaan,


yang

meliputi pengetahuan mengenai maksud dan kriteria untuk menelaah


alternatif-alternatif rencana.

c. Rancangan atau desain, yaitu rumusan dan sajian rencana.

4. Perencanaan Wilayah
Perencanaan wilayah adalah mengetahui dam menganalisis kondisi saat ini,
meramalkan perkembangan berbagai factor noncontrollable yang relevan,
memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang
diperkirakan dapat dicapai , menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan.Adapun Tingkat-tingkat perencanaan wilayah, yaitu (Rabinson,
2005):
a. Tingkat perencanaan dan sumber dana

b. Perencanaan wilayah tingkat provinsi

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 13


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

c. Perencanaan wilayah tingkat kabupaten atau kota

d. Perencanaan wilayah tingkat kecamatan

e. Perencanaan pada level proyek

C. Wilayah

1. Pengertian Wilayah

Pengertian wilayah secara umum adalah suatu bagian dari permukaan buu yang
teritorialnya ditentukan atas dasar pengertian, batasan, dan perwatakan fisik-
geografis. Mengacu pada undang-undang No.26 tahun 2007 tentang penataan
ruang, wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait dengan batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrative dan/atau aspek fungsional (Mulyono, 2008).

2. Jenis-jenis wilayah
Adapun jenis-jenis wilayah dibedakan menjadi empat yaitu (Mulyono, 2008) :
a. Wilayah Homogen
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek/kriteria
mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri-ciri
homogenitas itu misalnya dalam hal ekonomi (seperti wilayah dengan struktur
produksi dan konsumsi yang homogen, tingkat pendapatan rendah/miskin, dll),
geografi (seperti wilayah yang mempunyai topografi atau iklim yang sama),
agama, suku, dan sebagainya. Wilayah homogen dibatasi berdasarkan
keseragamannya secara internal (internal uniformity).
b. Wilayah Nodal (nodal region)
Wilayah nodal adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antara pusat (inti) dan wilayah belakangnya (hinterland). Tingkat
ketergantungan ini dapat diliha dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan
jasa, ataupun komuniksi dan transportasi. Sukirno (1985) menyatakan bahwa
pengertian wilayah nodal yang paling ideal digunakan dalam analisis mengenai

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 14


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

ekonomi wilayah, mengartikan wilayanh tersebut sebagai ekonomi ruang yang


dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Batas wilayah nodal
ditentukan oleh sejauhman pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi lainnya.
c. Wilayah administratif
Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan
berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: provinsi,
kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan. Khusus untuk wilayah administrasi
provinsi dan kabupaten/kota, dalam peraturan perundang-undangan di Negara kita
disebut daerah otonom. Dalam praktiknya, bila membahas mengenai
pembangunan wilayah/daerah, maka pengertian wilayah administrasi merupakan
pengertian yang paling banyak digunakan. Penggunaan pengertian wilayah
administrasi disebabkan dua faktor, yakni: (a) Dalam melaksanakan kebijakan dan
rencana pembangunan wilayah diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai badan
pemerintah.

Dengan demikian, lebih praktis bila pembangunan wilayah didasarkan pada


satuan wilayah administrasi yang tepah ada; dan (b) Wilayah yang batasnya
ditentukan berdasarkansatuan administrasi pemerintahan lebih mudah dianalisis,
karena sejak lama pengumpulan data di berbagai wilayah didasarkan pada satuan
wilayah administrasi tersebut.
d. Wilayah perencanaan (planning region)
Wilayah perencanaan adalah wilayah yang batasannya didasarkan secara
fungsional dalam kaitannya dengan maksud perencanaan.wilayah ini
memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi
(Boudeville dalam Mulyono, 2008).wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai
wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan
penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatan kerja, namun cukup kecil
untuk memungkinkan persoalan-persoalan perencanaanya dapat dipandang
sebagai suatu kesatuan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 15


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

D. Kota

Di dalam undang-undang nomor 26 tahun 2017 tentang penataan ruang


mendefinisikan bahwa kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan social, dan kegiatan ekonomi.
Pengertian kota itu sendiri dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan
keilmuan lainnya, hal ini disebabkan di dalan sebuah kota terdapat berbagai
kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, baik secara sosial,
ekonomi, budaya, pendidikan, politik, dan lain-lain. Adapun cirri-ciri kota yaitu
(Mirsa, 2012) :

a. Heterogenitas penduduk

b. Pusat peradaban

c. Pemerintahan

d. Stratifikasi sosial lebih besar

e. Individualis

f. Kontak sosial lebih banyak

g. Mata pencaharian: nonagraris heterogen

h. Rumah dengan tempat kerja: jauh-terpisah

i. Kepadatan penduduk: tinggi

j. Kepadatan rumah: tinggi

E. Kawasan
Menurut UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 kawasan adalah wilayah
yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya seperti kawasan industri,
kawasan perdagangan, dan kawasan rekreasi. Istilah kawasan di Indonesia

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 16


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

digunakan karena adanya penekanan fungsional suatu unit wilayah, yakni adanya
karakteristik hubungan dari fungsi-fungsi dan komponen-komponen di dalam
suatu unit wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional.
1. Fungsi Kawasan
Arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan kajian potensi lahan yang
digunakan untuk suatu kegiatan dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi
utamanya.arahan fungsi pemanfaatan lahan zonasinya ditetapkan berdasarkan
hasil scoring dari variable curah hujan, kemiringan lereng dan jenis tanah dengan
menguunakan strategi tumpang susun atau overlay. ketiga variable diatas masing-
masing memiliki nilai skor, jumlah skor tersebut akan mencerminkan kemampuan
lahan untuk masing-masing satuan lahan. adapun kriteria dan tata cara penetapan
arahan fungsi pemanfaatan lahan untuk setiap satuan lahan sebagai berikut :
a. Kawasan Fungsi Lindung
Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan dan sifat fisiknya
mempunyai fungsi lindung untuk kelestarian sumberdaya alam, flora dan fauna
seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air
dan alur sungai, serta kawasanlindung lainnya. satuan lahan dengan jumlah skor
ketiga karakteristik fisiknya sama dengan atau lebih besar dari 175, atau
memenuhi salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut:

1) Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %.


2) Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap
erosi (regosol, litosol, organosol,dan renzina) dan mempunyai kemiringan
lereng > 15%.
3) Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter di
kanan kiri alur sungai.
4) Merupakan pelindung mataair, yaitu 200 meter dari pusat mata air.
5) Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas
permukaan laut.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 17


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

6) Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan


lindung.

b. Kawasan Fungsi Penyangga


Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang berungsi sebagai
pelindung dan sebagai budidaya.letaknya diantara kawasan lindung dan kawasan
budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan tanaman keras, perkebunan
campuran dan lain – lainnya yang sejenis. satuan lahan dengan jumlah skor ketiga
karakteristik fisiknya antara 125-174 serta memenuhi kriteria umum sebagai
berikut:

1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya.


2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan
penyangga.
3) Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup apabila
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
4) Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan
Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang
diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap,
perkebunan tanaman keras, tanaman buah, dan lainnya.satuan lahan
dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya < 124 serta sesuai untuk
dikembangkan usaha tani tanaman tahunan.selain itu areal tersebut harus
memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.

5) Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman


Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim dan permukiman adalah
kawasan
yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim
dan
permukiman, terutama tanaman pangan.satuan lahan dengan kriteria seperti
dalam
penetapan kawasan budidaya tanaman tahunan serta terletak di tanah milik.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 18


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

2. Kawasan Indsutri Dan Kawasan Berikat


a. Pengertian Kawasan Industri
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1989 yang dimaksud
dengan kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan pengolahan
yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas penunjang lainnya yang
disediakan serta dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri. Di Indonesia terdapat
delapan kawasan industri, yang telah beroperasi penuh, yaitu DKI, Cilegon,
Cilacap, Surabaya, Ujungpandang, Medan, Batam, dan Gresik. Kawasan industri
yang belum beroperasi penuh, yaitu kawasan industri yang terdapat di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Palu, Bitung, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, dan
Lampung.

b. Tujuan Pembangunan Kawasan Industri


Tujuan pengembangan kawasan industri adalah sebagai berikut:
1) Mempercepat pertumbuhan industri;
2) Memberikan kemudahan bagi kegiatan industri dan mendorong kegiatan
industri untuk berlokasi di kawasan industri, yaitu dalam bentuk
penyediaan tenaga listrik, air, unit pemadam kebakaran, dan lain-lain;
Beberapa ketentuan yang tidak boleh dilanggar dalam menyelenggarakan
industri
adalah:
1) Mendirikan industri tanpa izin;
2) Lalai dalam menyampaikan laporan berkala tentang kegiatan industri
yang bersangkutan kepada pemerintah, kecuali bagi beberapa jeinis
industri kecil;
3) Meniru atau membajak desain produk industri lain;
4) Melanggar standar bahan baku dan standar barang jadi yang telah
ditetapkan;
5) Merusak sumber daya alam dan menimbulkan pencemaran yang
berlebihan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 19


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Menurut Kepres No. 33 Tahun 1990, pemberian izin pembebasan tanah


bagi setiap perusahaan kawasan industri, dilakukan dengan ketentuan:

1) Tidak mengurangi areal tanah pertanian;


2) Tidak dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi utama untuk
melindungi sumber alam dan warisan budaya;
3) Sesuai dengan tata ruang wilayah yang diterapkan pemerintah daerah
setempat.

F. Ruang
Menurut Ayadinata,1992Ruang adalah seluruh permukaan bumi yang
merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuh - tumbuhan, hewan dan
manusia. Menurut SamadiRuang merupakan tempat bagi komponen - komponen
lingkungan hidup dalam melakukan setiap proses, yaitu saling mempengaruhi
(interaksi), saling berhubungan (interelasi), dan saling ketergantungan
(interdependensi).

Menurut NewtonRuang merupakan suatu kuantitas mutlak yang ada tanpa


memperhatikan keberadaan atau distribusi materi dalam semesta. Menurut UU RI
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang: Ruang adalah wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusiadan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

1. Komponen Ruang
Berdasarkan UU RI Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Terdapat
beberapa Komponen mengenai Ruang, di antaranya ;

a. Struktur ruang
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringanprasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
socialekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 20


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Pola Ruang
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputiperuntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya.

c. Penataan ruang
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang,pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

d. Penyelengaraan Pentaan Ruang


Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan,pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

e. Pelaksanaan Penataan Ruang


Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
ruangmelalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
danpengendalian pemanfaatan ruang.

f. Pengawasan Penataan Ruang


Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

g. Percanaan Tata Ruang.


Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruangdan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.

h. Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
polaruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaanprogram beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang
diselenggarakan secara bertahatap melaluai penyiapan program kegiatan
pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 21


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik itu secara sendiei-sendiri
maupun bersama-sama sesuai dengan rencanan tata ruang yang telah
ditetapkan (Mirsa, 2012)

i. Pengendalian Pemanfaatn Ruang


Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tataruang.

j. Penataan Ruang
Dalam Penataan Ruang, diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama
kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

2. Sistem Penataan ruang


Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.

a. Fungsi utama Kawasan


Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan
lindung

dan kawasan budi daya.

b. Wilayah Administratif

Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan


ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota.

c. Kegiatan Kawasan

Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang


kawasan

perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 22


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

d. Strategi kawasan
Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi,
dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

3. Penyusunan Tata Ruang Wilayah


Berdasarkan UU RI Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, dalam
penyusunan Tata Ruang Wilayahharus memperhatikan beberapa hal berdasarkan
cakupan wilayahnya, yaitu:

a. Penyusunan Tata Ruang Wilayah Nasional


1) Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
2) perkembangan permasalahan regional dan global, serta hasil pengkajian
implikasi penataan ruang nasional.
3) upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas
ekonomi.
4) keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
5) daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
6) rencana pembangunan jangka panjang nasional.
7) rencana tata ruang kawasan strategis nasional; dan rencana tata ruang
wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
b. Penyusunan Tata Ruang Wilayah Povinsi
1) Perkembangan permasalahan nasional dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang Provinsi.
2) Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Provinsi.
3) Keselarasan aspirasi pembangunan provinsi dan pembangunan
Kabupaten/Kota.
4) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
5) Rencana pembangunan jangka panjang daerah.
6) Rencana tata ruang wilayah Provinsi yang berbatasan.
7) Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 23


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

8) Rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota.


9) Penyususnan Wilayah Kabupaten/Kota.
10) Perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kabupaten.
11) Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
12) Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;
13) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
14) Rencana pembangunan jangka panjang daerah;
15) Rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan kawasan
strategis.

G. Analisis Struktur Ruang Wilayah dan Perencanaan Fasilitas


Pelayanan
Mengacu pada batasan UU No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, struktur
ruang wilayah adalah susunan pusat-pusat permukiman dan system jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Struktur ruang
berfungsi sebagai pengarah dan pembentuk suatu wilayah.
Struktur ruang berupa pusat hirarkis fungsi dan sangat dipengaruhi oleh
keberadaan distribusi penduduk, infrastruktur berpengaruh dalam membangkitkan
aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pusat-pusat kegiatan masyarakat dalam
struktur ruang dibentuk oleh aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat perkotaan,
pemukiman, system kota-kota dan infrastruktur wilayah (Muta’ali, 2015).
1. Hirarki Wilayah dan Pusat-Pusat Pelayanan
Metode penentuan tingkat hirarki dan pusat-pusat pelayanan disusun dengan
mendasarkanindikator yang menentukan pemusatan dan menjadi objek pergerakan
penduduk, yang meliputi jumlah penduduk dan fasilitas pelayanan. Beberapa
metode yang sering digunakan adalah analisis skalogram, indek sentralitas,
sosiogram, dan bisection.
a. Analisis Skala Gutman

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 24


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Skala Gutman disamping dapat digunakan untuk menentukan hirarki


pemukiman sebagai pusat pelayanan, juga dapat dipakai untuk melihat distribusi
tingkatan perkembangan wilayah yang ditinjau. Metode ini berbasis pada asumsi
bahwa keberadaan fungsi pelayanan memiliki hirarki tertentu dalam arti bahwa
jika suatu fungsi yang memiliki hirarki yang lebih tinggi terdapat pada suatu
pusat, maka fungsi-fungsi yang lainnya yang memiliki hirarki yang lebih rendah
harus ada pula pada pusat tersebut. Atau dengan kata lain, suatu pusat pelayanan,
dengan hirarki tertentu diharapkan memiliki fungsi dengan jumlah dan urutan
tertentu. Suatu fungsi yang terdapat pada pusat pelayanan dengan hirarki yang
lebih renda tetapi tidak terdapat pada pusat pelayanan yang memiliki hirarki yang
lebih tinggi dianggap sebagai suatu kesalahan. Jika hal ini terjadi maka perlu
dilakukan kajian statistik tertentu, dan mungkin saja fungsi yang ditinjau perlu
dihilangkan dari proses analisis selanjutnya (Amien, 1992).
Beberapa langkah dalam analisis skala Gutman adalah (Muta’ali, 2015):
1. Didasarkan pada indikator jumlah dan jenis infrastruktur pelayanan,
jumlah dan jenis pelaayanan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
pelayanaan pendidikan, kesehatan, fasilitas umum, transportasi,
perdagangan dan ekonomi, pemerintahan, pelayanan pribadi, rekreasi,
organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain Membuat tata urutan nama
pemukiman atas dasar jumlah penduduk dan fasilitasnya.

2. Tata urutan fasilitas juga berdasarkan jumlah dan jenisnya pada setiap
pemukiman.

3. Hirarki institusi pada pemukiman perlu ditandai dengan garis.

b. Metode Skalogram
Metode Skalogram adalah teknik analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi penyebaran fungsi fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi serta
hirarki pusat pengembangan dan prasarana pembangunan. Metode ini memberikan
hirarki atau urutan peringkat wilayah berdasarkan jenis dan jumlah unit prasarana
pembangunan dari yang paling banyak sampai paaling sedikit, sehingga dapat
ditentukan pusat pembangunan. Prasarana wilayah menunjukkan fungsi wilayah.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 25


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Penggunaan fungsi prasarana wilayah dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu


fasilitas ekolomi (seperti pusat perdagangan, bank, took, pasar, dll), fasilitas yang
berkaitan dengan aktifitas sosial (seperti pendidikan, kesehatan, gedung
pertemuan dll), fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan kegiatan ekonomi-
polotik/pemerintahan (seperti kantor pemerintah dan pelayanan public lainnya).
Fasilitas-fasilitas tersebut menunjukkan adanya differentiation dan centrality
wilayah, sehingga semakin banyak dan beragam jenis fasilitas yang dimiliki
wilayah, semakin tinggi kecendrungan pemusatan sehingga berpotensi menjadi
pusat pertumbuhan (Muta’ali, 2015).
Disamping itu metode slogram dapat pula digunakan untuk (Amien, 1992) :
1. Memperlihatkan asosiasi kasar antara fasilitas dan sistem pelayanan pada
suatu lokasi dan kemungkinan hubungan antar mereka.

2. Memperlihatkan urutan fungsi pelayanan yang seyogyanya terdapat pada


satuan pemukiman dengan tingkat tertentu.

3. Dengan mengkombinasikan skalogram dengan peta lokasi fasilitas


pelayanan dan kriteria pelayanan baku, maka dapat diketahui cukup
tidaknya suatu fungsi pelayanan pada wilayah yang ditinjau.

4. Ketidak beradaan suatu fungsi atau fasilitas pelayanan pada suatu satuan
pemukiman dapat segera terlihat, sehingga dengan demikian dapat
dilakukan analisi mengapa hal tersebut terjadi dalam pengambilan
keputusan tentang investasi untuk pengadaan fungsi atau fasilitas
pelayanan tersebut dapat segera di ambil.

5. Keberadaan suatu fungsi atau fasilitas pelayanan yang seharusnya tidak


ada pada suatu permukiman dapat diketahui, sehingga dengan demikian
dapat dicari alasan keberadaan fungsi tersebut.

Untuk menyusun skalogram dibutuhkan seperangkat data sebagai berikut:


1. Daftar semua pemukiman yang ada pada wilayah yang ditinjau.

2. Jumlah penduduk untuk semua pemukiman.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 26


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

3. Peta yang menunjukkan lokasi dari setiap pemukiman.

4. Daftar fungsi/fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang terdapat pada


setiap pemukiman.

Penyusunan Skalogram dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut:


1. Buat sebuah tabel yang jumlah barisnya sama dengan jumlah satuan
pemukiman ditambah satu, dan jumlah kolomnya sama dengan jumlah
fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang terdapat pada wilayah yang
ditinjau ditambah satu.

2. Kolom pertama, dimulai pada baris kedua, diisi dengan nama satuan
pemukiman, dimulai dengan satuan pemukiman yang memiliki jumlah
penduduk tersebut.

3. Pada baris pertama dimulai dari kolom kedua berturut-turut kearah kanan
diisi dengan nama atau kode dari fungsi/fasilitas pelayanan.

4. Isi dengan tanda “X” sel yang memiliki fungsi tertentu yang terdapat
pada suatu satuan permukiman.

KATEGORI FUNGSI/FASILITAS

KATEGORI FUNGSI / FASILITAS


Aktivitas 1. Pusat perbelanjaan dan supermarket
Ekonomi 2. Pasar umum
3. Took (berbagai jenis)
4. Bank dan lembaga keuangan lainnya
5. Industry manufaktur
Fasilitas 1. Sekolah (berbagai tingkat dan jenis)
Pelayanan Sosial 2. Rummah sakit pemerintah
3. Rumah sakit swasta
4. Klinik swasta

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 27


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

5. Apotik dan rumah obat


6. Perpustakaan umum
Fasilitas 1. Bandara
Pelayanan 2. Pelabuhan
Transportasi dan 3. Terminal bus
Komunikasi 4. Stasiun kereta api
5. Stasiun radio
6. Penerbit surat kabar
7. Kantor pos
8. Kantor telepon dan komunikasi
Infrastruktur dan 1. Pusat pembangkit listrik
Fasilitas 2. Perusahaan air minum
Pemerintahan 3. Bengkel perbaikan peralatan pertanian
4. Pemasok bahan kontruksi
5. Took pemasok kebutuhan hardwere
Aktivitas reaksi 1. Fasilitas olahraga
2. Gymnasium dan auditorium
3. Bioskop
4. Night club
5. Taman
Fasilitas 1. Photo copy
Pelayanan Pribadi 2. Studio foto
3. Restaurant
4. Kuburan
5. Hotel
Organisasi 1. Koperasi
Kemasyarakatan 2. organisasi Kemasyarakatan
3. Organisasi profesi
4. Lembaga / organisasi lembaga
Pelayanan 1. Lembaga pengamanan (swasta)

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 28


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Penyuluhan dan 2. Kantor Palang Merah


Keamanan 3. Kantor penyuluhan untuk sektoral lainnya
4. Lembaga swadaya masyarakat
Keunggulan: Metode Skalogram membutuhkan data yang relatife mudah untuk
dikumpulkan dan prosedur analisis juga relatife tidak terlalu rumit. Disamping itu
metode ini dapat memproses data kuantitatif yang tidak bebas kesalahan (error-
prone) atau tidak andal secara statistik dengan hanya menggunakan materi
kualitatifnya yang batas kesalahannya relative rendah, sehingga dengan demikian
mampu menggantikan metode analisi kuantitatif lainnya yang memerlukan data
kuantitatif yang sulit dikumpulkan secara cepat dan murah. Metode ini mampu
menganalisis data kualitatif yang sebelumnya hanya dapat dianalisis secara
intuitif. Kelemana: Metode ini didasarkan pada pendekatan yang melihat pusat
pelayanaan sebagai suatu unit diskrit, padahal keberadaan suatu fungsi pelayanan
pada suatu pusat tidak dapat dilepaskan dari hubungan pusat tersebut dengan
wilayah pelayanannya, yang justru diabaikan pada metode ini (Amien, 1992).

1. Standar Nasional Sarana Lingkungan Perkotaan


1. Persyaratan Dasar Perencanaan
a. Ketentuan Umum

Pembangunan perumahan merupakan faktor penting dalam peningkatan


harkat dan martabat, mutu kehidupan serta kesejahteraan umum sehingga perlu
dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana serta berkelanjutan /
berkesinambungan. Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam
merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan adalah:

1) Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan


sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen rencana lainnya yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kota/ Kabupaten.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 29


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

2) Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan


yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan /
berkesinambungan, harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan
ekologis, setiap rencana pembangunan rumah atau perumahan, baik yang
dilakukan oleh perorangan maupun badan usaha perumahan. 3)
Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana
hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang
diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang
serasi, sehat, harmonis dan aman. Pengaturan ini dimaksudkan untuk
membentuk lingkungan perumahan sebagai satu kesatuan fungsional
dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya.
3) Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan
oleh kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis,
yang keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.
4) Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan
bagian dari sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam
perencanaannya harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan
perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.
5) Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan
pusat-pusat lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan
(ekonomi, sosial, budaya), dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk)
hingga skala terbesar (120.000 penduduk), yang ditempatkan dan ditata
terintegrasi dengan pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan
sarana dan prasarana lingkungan.
6) Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang
berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan
sertifikasi tanah, yang diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7) Rancangan bangunan hunian, prasarana dan sarana lingkungan harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar
Nasional Indonesia atau ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 30


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah serta Pedoman Teknis yang


disusun oleh instansi terkait.

Perencanaan lingkungan perumahan juga harus memberikan kemudahan bagi


semua orang, termasuk yang memiliki ketidakmampuan fisik atau mental seperti
para penyandang cacat, lansia, dan ibu hamil, penderita penyakit tertentu atas
dasar pemenuhan azas aksesibilitas (sesuai dengan Kepmen No. 468/ Thn. 1998),
yaitu:

a) kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau


bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;
b) kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;
c) keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang;
d) kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang
lain.
8) Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan lingkungan
perumahan kota yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan
sarana lingkungan, menggunakan pendekatan besaran kepadatan
penduduk.
9) Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan,
didasarkan pada beberapa ketentuan khusus, yaitu:
a) besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan
penduduk < 200jiwa/ha;
b) untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa sarana dapat
dibangun secara UIN Alauddin Makassar bergabung dalam satu lokasi
atau bangunan dengan tidak mengurangi kualitas lingkungan secara
menyeluruh;

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 31


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

c) untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi 15-


30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan; dan 4) perencanaan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana lingkungan harus
direncanakansecaraterpadudenganmempertimbangkan keberadaan
prasarana dan sarana yang telah ada dengan tidak mengurangi
kualitas dan kuantitas secara menyeluruh.
10) Dalam menentukan
besaran standar untuk perencanaan kawasan perumahan baru di kota/new
development area yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana
dan sarana lingkungan, pengembangan desain dapat mempertimbangkan
sistem blok / grup bangunan/ cluster untuk memudahkan dalam distribusi
sarana lingkungan dan manajemen sistem pengelolaan administratifnya.
Apabila dengan sistem blok / grup bangunan/ cluster ternyata pemenuhan
sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan belum dapat terpenuhi
sesuai besaran standar yang ditentukan, maka pengembangan desain
dapat mempertimbangkan sistem radius pelayanan bagi penempatan
sarana dan prasaran lingkungan, yaitu dengan kriteria pemenuhan
distribusi sarana dan prasarana lingkungan dengan memperhatikan
kebutuhan lingkungan sekitar terdekat.

12) Perencanaan lingkungan permukiman untuk hunian bertingkat (≈ rumah


susun) harus mempertimbangkan sasaran pemakai yang dilihat dari
tingkat pendapatan KK penghuni.

b. Persyaratan Lokasi

Lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang


diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau
dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
setempat, dengan kriteria sebagai berikut:

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 32


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

a) kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi


tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan
pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah
bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik
tegangan tinggi;
b) kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas
ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam;
c) kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian
(aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal,
langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan
sarana lingkungan tersedia);
d) kriteria keindahan/keserasian/keteraturan (kompatibilitas), dicapai
dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan
lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug
seluruh rawa atau danau/setu/sungai/kali dan sebagainya.
e) kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan
pertumbuhan fisik/pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan
dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana;
f) kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan
jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai
pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-
utilitas lingkungan;
g) kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan
keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat.
2) Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan
ekologis.
3) Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan
mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 33


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin


tumbuh di kawasan yang dimaksud.
c. Persyaratan Fisik

Ketentuan dasar fisik lingkungan perumahan harus memenuhi faktor-faktor


berikut ini:

1) Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali


dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.
2) Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (lihat Tabel 2) dengan ketentuan:
a) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi
datarlandai dengan kemiringan 0-8%;
b) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

2. Asumsi Dan Kebutuhan Informasi


a. Data Dasar Lingkungan Perumahan

1 RT: Terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk

1 RW: (2.500 jiwa penduduk) terdiri dari 8 – 10 RT

1 Kelurahan (≈ lingkungan) : (30.000 jiwa penduduk) terdiri dari 10 –12 RW

1 Kecamatan: (120.000 jiwa penduduk) terdiri dari 4 – 6 kelurahan /


lingkungan

1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

Penentuan asumsi dasar satuan unit lingkungan dapat dipertimbangkan dan


disesuaikan dengan kondisi konteks lokal yang telah dimiliki. Contoh kasus di
daerah Bali, satuan unit lingkungan RW ≈ banjar dinas, satuan unit lingkungan
kelurahan ≈ lingkungan ≈ desa dinas. Sedangkan kasus di daerah Padang, satuan
unit lingkungan kelurahan ≈ nagari yang terdiri dari > 10 RW.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 34


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Asumsi Dasar Lingkungan Perumahan

Jumlah penghuni rumah rata-rata : 5 jiwa

Kecepatan rata-rata pejalan kaki : 4.000 m / jam

Jarak ideal jangkauan pejalan kaki : 400 m

3. Perencanaan Kebutuhan Sarana Hunian


a. Ketentuan Dasar Perencanaan

Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang selain berfungsi sebagai


tempat berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari dalam keluarga, juga
berperan besar dalam pembentukan karakter keluarga. Sehingga selain harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan
keamanan,rumahjugaharusmemberikankenyamananbagi penghuninya, baik
kenyamanan thermal maupun psikis sesuai kebutuhan penghuninya. Untuk
merencanakan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan teknis kesehatan,
keamanan dan kenyamanan, data dan informasi yang perlu dipersiapkan:

1) jumlah dan komposisi anggota keluarga


2) penghasilan keluarga
3) karakteristik nilai sosial budaya yang membentuk kegiatan
4) berkeluarga dan kemasyarakatan
5) kondisi topografi dan geografi area rencana sarana hunian
6) kondisiiklim; suhu, angin, kelembaban kawasan yang direncanakan
7) pertimbangan gangguan bencana alam
8) kondisi vegetasi eksisting dan sekitar
9) peraturan setempat, seperti rencana tata ruang yang meliputi GSB, KDB,
KLB, dan sejenisnya, atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti
aturan khusus arsitektur, keselamatan dan bahan bangunan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 35


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Penggolongan

Acuan penggolongan sarana hunian ini berdasarkan beberapa ketentuan /


peraturan yang telah berlaku, berdasarkan tipe wujud fisik arsitektural dibedakan
atas:

1) Hunian Tidak Bertingkat Hunian tidak bertingkat adalah bangunan


rumah yang bagian huniannya berada langsung di atas permukaan tanah,
berupa rumah tunggal, rumah kopel dan rumah deret. Bangunan rumah
dapat bertingkat dengan kepemilikan dan dihuni pihak yang sama.
2) Hunian Bertingkat Hunian bertingkat adalah rumah susun (rusun) baik
untuk golongan berpenghasilan rendah (rumah susun sederhana sewa),
golongan berpenghasilan menengah (rumah susun sederhana) dan
maupun golongan berpenghasilan atas (rumah susun mewah ≈
apartemen). Bangunan rumah bertingkat dengan kepemilikan dan dihuni
pihak yang berbeda dan terdapat ruang serta fasilitas bersama.
c. Persyaratan dan Kriteria
1) Hunian Tidak Bertingkat

Dalam merencanakan bangunan rumah harus memperhatikan keselamatan dan


kenyamanan rumah dengan mengacu pada standar-standar sebagaimana diuraikan
pada berbagai SNI dan peraturan lainnya yang telah diberlakukan.

2) Hunian Bertingkat ( ≈ rumah susun)

Hunian bertingkat dapat dikembangkan pada kawasan-lingkungan perumahan


yang direncanakan untuk kepadatan penduduk >200 Jiwa/ha, berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah atau dokumen rencana lainnya, yaitu kawasan-
kawasan: a) pusat kegiatan kota; b) kawasan-kawasan dengan kondisi kepadatan
penduduk sudah mendekati atau melebihi 200 jiwa/ha; dan c) kawasan-kawasan
khusus yang karena kondisinya memerlukan rumah susun, seperti kawasan-
kawasan industri, pendidikan dan campuran. Pembangunan hunian bertingkat
mempertimbangkan hal-hal berikut;

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 36


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

a) Rumah susun terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: bagian pribadi,


yaitu satuan hunian rumah susun (sarusun) bagian bersama, yaitu bagian
rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun dan
dapat berupa ruang untuk umum, struktur dan komponen kelengkapan
rumah susun, prasarana lingkungan dan sarana lingkungan yang menyatu
dengan bagunan rumah susun. Benda bersama, yaitu benda yang terletak
di atas tanah bersama di luar bangunan rumah susun yang dimiliki secara
tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan
rumah susun dan dapat berupa prasarana lingkungan dan sarana umum.
Tanah bersama, yaitu bagian lahan yang dibangun rumah susun.
b) Rumah susun harus dilengkapi sarana lingkungan yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan
budaya, termasuk sarana perniagaan,saranaibadah,saranakesehatan,sarana
peribadatan, sarana pemerintahan dan pelayanan umum serta pertamanan.
c) Bangunan rumah susun harus dilengkapidengan alat transportasi
bangunan, pintu dan tangga darurat kebakaran, alat dan sistem alarm
kebakaran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir, dan jaringan-
jaringan air bersih, saluran pembuangan air hujan, saluran pembuangan
air limbah, tempat pewadahan sampah, tempat jemuran, kelengkapan
pemeliharaan bangunan, jaringan listrik, generator listrik, gas, tempat
untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi
lainnya, yang memenuhi persyaratan teknis, mengacu kepada Standar
Nasional atau peraturan bangunan gedung yang sudah ada.

1. Perencanaan Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Lingkungan


a. Sarana Pemerintahan Dan Pelayanan Umum
1) Jenis Sarana

Yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah:

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 37


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

a) Kantor-kantor pelayanan / administrasi pemerintahan dan administrasi


kependudukan.
b) Kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih
(PAM), listrik (PLN), telepon, dan pos.
c) Pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan
dan pos pemadam kebakaran.
2) Kebutuhan Ruang Dan Lahan

Dasar penyediaan sarana pemerintahan dan pelayanan umum untuk


melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT dan
RW) maupun yang formal (Kelurahan dan Kecamatan), dan bukan didasarkan
semata-mata pada jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar
penyediaan sarana ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan
unitunit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait
dengan bentuk angrup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan sarana mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang
harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

3) Kebutuhan Lahan Bagi Sarana Pada Unit RW (2.500 Jiwa Penduduk)

Balai Pertemuan warg luas lahan min. 300 m2

Pos Hansip luas lahan min. 12 m2

Gardu Listrik Luas lahan min.30 m2

Telepon Umum, Bis Surat, Bak Sampah Kecil luas lahan min.30 m2

Parkir Umum luas lahan min.100 m2 (standar satuan parkir =25 m2)

Pada kasus lingkungan perumahan dengan kondisi tertentu, dimana masyarakat


belum mampu menyiapkan sarana mandi, cuci, buang air, dalam rumah tinggalnya
masing-masing, dapat dilengkapi dengan sarana pelayanan umum MCK bersama.
Ketentuan pembangunan MCK bersama adalah :

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 38


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Satu jamban / unit dan satu kamar mandi/unit melayani 12 KK ≈ 60 orang


sarana dan prasarana air bersih, saluran pembuangan, peresapan, septitanc luas
minimal bangunan 3.0 x 7.0 m2 ≈ 21.0 m2 luas minimal lahan 6.0 x 7.0 m2 ≈ 42.0
m2 lokasi terletak di pusat lingkungan tingkat 250 penduduk (RT). Tempat
sampah pada lingkup RW berupa bak sampah kecil, merupakan tempat
pembuangan sementara sampah-sampah dari rumah yang diangkut gerobak
sampah, dengan ketentuan sebagai berikut; kapasitas bak sampah kecil minimal 6
m3 kapasitas gerobak sampah 2 m3sampah diangkut 3 x 1 minggu (dari rumah ke
bak sampah RW)

4) Kebutuhan Lahan Bagi Sarana Pada Unit Kelurahan (30.000 Jiwa


Penduduk)

Kantor Kelurahan luas lahan min. 1.000 m2

Pos Kamtib luas lahan min. 200 m2

Pos Pemadam Kebakaran luas lahan min.200 m2

Agen Pelayanan Pos luas lahan min. 72 m2

Loket Pembayaran Air Bersih luas lahan min.60 m2

Loket Pembayaran Listrik luas lahan min. 60 m2

Telepon Umum, Bis Surat, Bak Sampah besar luas lahan min.60 m2

Parkir Umum luas lahan min.500 m2 (standar satuan parkir = 25 m2).

Gedung serba guna yang akan disediakan sebagai sarana kebudayaan dan
rekreasi ini dapat sekaligus melayani kebutuhan kegiatan
administrasi/kepemerintahan setempat, kegiatan warga seperti; karang taruna,
PKK, dan sebagainya.

Kebutuhannya: Balai Serba Guna / balai karang taruna luas lahan min. 1.000 m2
luas lantai min. 500 m2

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 39


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Parkir umum yang disediakan akan diintegrasikan antara kebutuhan kantor


kelurahan dengan kebutuhan gedung serba guna / balai karang taruna ini. Tempat
sampah pada lingkup Kelurahan berupa bak sampah besar, merupakan tempat
pembuangan sementara sampah-sampah dari lingkungan RW yang diangkut
gerobak sampah, dengan ketentuan sebagai berikut;

Kapasitas Bak Sampah Besar minimal 12-15 m3sampah diangkut 3 x 1 minggu


(dari bak sampah RW ke bak sampah Kelurahan) sampah diangkut 3 x 1 minggu
(dari bak sampah Kelurahan ke TPA kota).

5) Kebutuhan Lahan Bagi Sarana Pada Unit Kecamatan (120.000 Jiwa


Penduduk)

Kantor Kecamatan Luas lahan min. 2.500 m2

Kantor Polisi Luas lahan min. 1.000 m2

Pos Pemadam Kebakaran luas lahan min. 1.000 m2

Kantor Pos Pembantu luas lahan min. 500 m2

Stasiun Telepon Otomat DanAgen Pelayanan Gangguan

Telepon luas lahan min. 1.000 m2

Balai Nikah / KUA / BP4 luas lahan min.750 m2

Telepon Umum, Bis Surat luas lahan min. 80 m2

Parkir Umum luas lahan min. 2.000 m2 (standar satuan parkir = 25 m2)

Gedung pertemuan / serba guna yang akan disediakan sebagai sarana


kebudayaan dan rekreasi ini dapat sekaligus melayani kebutuhan aktifitas
administrasi / kepemerintahan setempat ataupun warga. Kebutuhannya: gedung
pertemuan / serba gunaluas lahan min. 2.500 m2 luas lantai min. 1.500 m2

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 40


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

2. Sarana Pendidikan Dan Pembelajaran


a. Deskripsi Umum

Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit


administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal
(Kelurahan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah
penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan sarana
pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit
atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan
bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Perencanaan sarana
pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana
sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus
memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana
pendidikan harus memperhatikan:

1) berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan;
2) optimasi daya tampung dengan satu shift;
3) effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara
terpadu;
4) pemakaian sarana dan prasarana pendukung; e) keserasian dan
keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis
sarana lingkungan lainnya.

b. Jenis Sarana

Sarana pendidikan yang diuraikan dalam standar ini hanya menyangkut bidang
pendidikan yang bersifat formal / umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman
Kanak-kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU).

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 41


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

c. Kebutuhan Ruang dan Lahan

Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan pada penentuan kebutuhan


ruang dan lahan adalah:

1) Penyediaan jumlah sarana pendidikan dan pembelajaran yang harus


disediakan didasarkan pada Tabel 2.8
2) Kebutuhan sarana pendidikan prabelajar serta pendidikan tingkat dasar
dan menengah, harus direncanakan berdasarkan perhitungan proyeksi
jumlah siswa dengan cara sebagaimana Rumus 2, Rumus 3, Rumus 4 dan
Rumus 5, yang akan menentukan tipe sekolah serta kebutuhan jumlah
ruang, luas ruang dan luas lahan. Rumus 2, Rumus 3, Rumus 4 dan
Rumus 5, dipergunakan juga untuk menghitung penambahan ruang-ruang
belajar pada sekolah-sekolah yang sudah ada.
3) Perencanaan kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana pendidikan
didasarkan tipe masing-masing sekolah yang dibedakan menurut:
a) jumlah rombongan belajar;
b) jumlah peserta didik;
c) jumlah tenaga kependidikan; kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru, dan tenaga tata usaha;
d) kebutuhan ruang belajar, ruang kantor, dan ruang penunjang;
e) luas tanah, dan lingkungan/lokasi sekolah.
f) Kebutuhan luas lantai dan lahan untuk masing-masing sarana
pendidikan tergantung pada tipe sekolah untuk masing-masing
tingkatan pendidikan. Untuk perencanaan bangunan SMU, mengacu
pada SNI-03-1730-2002 tentang Tata cara perencanaan bangunan
gedung sekolah menengah umum.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 42


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

3. Sarana Kesehatan
a. Deskripsi Umum

Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan


kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah
penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan
penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius
area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani pada area tertentu.

b. Jenis Sarana

Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah:

1) posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-


anak usia balita.
2) balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayana kepada
penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada
penyembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-
waktu tertentu juga untuk vaksinasi.
3) balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang
berfungsi melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan
serta melayani anak usia sampai dengan 6 tahun.
4) puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan
kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan
program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah
kerjanya.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 43


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

5) puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit


pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan
terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup
wilayah yang lebih kecil.
6) tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan
pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada
usaha penyembuhan tanpa perawatan.
7) apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-
obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan.

4. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan


rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain
sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan
jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah
lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan
yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta
kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan
peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.

5. Sarana Perdaganagn Dan Niaga

Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah
dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah
penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Menurut skala
pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah:

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 44


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

a. toko/warung (skala pelayanan unit RT ≈ 250 penduduk), yang menjual


barang-barang kebutuhan sehari-hari.
b. pertokoan (skala pelayanan 6.000 penduduk), yang menjual barang-
barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa
seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya.
c. pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit
kelurahan ≈ 30.000 penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari
termasuk sayur, daging, ikan, buah- buahan, beras, tepung, bahan-
bahanpakaian,pakaian,barang-barang kelontong,alatalat pendidikan, alat-
alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti warnet, wartel dan
sebagainya.
d. pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000
penduduk), yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang
kelontong, elektronik, juga untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi,
unit-unit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta
kegiatan niaga lainnya seperti kantor- kantor, bank, industri kecil dan
lain-lain.

6. Sarana Kebudayaan Dan Rekreasi

Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan


untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung
pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain.
Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan
pelayanan umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat
berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda. Menurut
lingkup pelayanannya, jenis sarana kebudayaan dan rekreasi meliputi:

a. balai warga/balai pertemuan (skala pelayanan unit RW . 2.500


penduduk);
b. balai serbaguna (skala pelayanan unit Kelurahan . 30.000 penduduk).

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 45


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

c. gedung pertemuan/gedung serbaguna (skala pelayanan unit kecamatan .


120.000 penduduk);
d. bioskop (skala pelayanan unit kecamatan . 120.000 penduduk).
e. setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-
kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah
terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk sebaiknya,
yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olah
raga kegiatan olah raga.
f. setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan
taman dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan
penduduk di area terbuka, seperti pertandingan olah raga, upacara serta
kegiatan lainnya.
g. setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka yang
berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola
basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan
tempat yang luas dan terbuka.
h. setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi
sebagai kuburan/pemakaman umum.
i. selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur
hijau sebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai
filter dari polusi yang dihasilkan oleh industri, dengan lokasi menyebar.
j. diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta
api, dan jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi
menyebar.
k. pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai
sebagai ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan
olahraga.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 46


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

I. Standar Penyediaan Fasilitas Lingkungan Perkotaan

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan


lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

1. Prasarana/Utilitas – Jaringan Jalan


a. Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan
manusia
dan kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat. Dalam merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan
teknis tentang pembangunan prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan
geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum
jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan dalam
keadaan darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu
pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan
Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998.
Persyaratan klasifikasi jalan menurut peranan jalan berdasarkan peraturan
pemerintah, yaitu : Jalan Arteri Primer
1) Didesai berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
2) Mempunyai kapasitas lebih besar daripada volume lalu-lintas rata-rata.
3) Lalu-lintas jalan arteri primer tidak boleh diganggu oleh lalu-lintas ulang
alik, lalu-lintas lokal dan kegiatan lokal, untuk itu persimpangan jalan ini
perlu diatur.
4) Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi.
5) Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota dan desa.
6) DAWASJA (daerah pengawasan jalan) tidak kurang dari 15 meter.
b. Jalan kolektor primer
1) Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam dan
lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
2) Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu-lintas
rata-rata.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 47


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

3) Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki desa.


4) DAWASJA tidak kurang dari 15 meter.
c. Jalan Lokal Primer
1) Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam dan
lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
2) Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa.
3) DAWASJA tidak kurang dari 10 meter.
4) Jalan Arteri Sekunder
5) Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam dan
lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
6) Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu-lintas
rata-rata.
7) Pada jalan arteri sekunder lalu-lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu-lintas lambat, untuk itu persimpangan jalan ini perlu diatur.
d. Jalan kolektor sekunder
1) Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam dan
lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
2) DAWASJA tidak kurang dari 7 meter.

2. Prasarana/Utilitas – Jaringan Drainase

Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan


ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan. Bagian dari jaringan
drainase adalah.

3. Prasarana/ Utilitas – Jaringan air bersih

Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi
persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan
harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknisyang

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 48


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

diatur dalam peraturan/perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata


cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan.
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a. Penyediaan kebutuhan air bersih


1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari
perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau system
penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atau sambungan halaman.
b. Penyediaan jaringan air bersih
1) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan
rumah;
2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber
glass; dan
3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
c. Penyediaan kran umum
1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa
2) radius pelayanan maksimum 100 meter; kapasitas minimum untuk kran
umum adalah 30 liter/orang/hari; dan
3) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991
tentang Tata

Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. d. Penyediaan hidran kebakaran

1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;


2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter.
4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-
sumur kebakaran.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 49


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang


Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.

4. Prasarana/ Utilitas – Jaringan air limbah

Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan


dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang telah
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah
lingkungan perumahan di perkotaan. Jenis-jenis elemen perencanaan pada
jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di
perkotaan adalah:

a. Septik Tank.
b. Bidang Resapan.
c. Jaringan Pemipaan Air Limbah.

Persyaratan, kriteria dan kebutuhan, yaitu: Lingkungan perumahan harus


dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang memenuhi ketentuan
perencanaan plambing yang berlaku. Apabila kemungkinan membuat tangki
septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem
pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem
pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain. Apabila tidak
memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus
dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

5. Prasarana/ Utilitas – Jaringan persampahan


a. Jenis Elemen Perencanaan

Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak sampah;


bak sampah; tempat pembuangan sementara (TPS); dan tempat pembuangan akhir
(TPA).

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 50


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Persyaratan, Kriteria Dan Kebutuhan\


c. Distribusi dimulai pada lingkup terkecil RW, Kelurahan, Kecamatan hingga
lingkup Kota

6. Prasarana/ Utilitas – Jaringan listrik

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a. Penyediaan kebutuhan daya listrik


1) Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN
atau dari sumber lain.
2) Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450
VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total
kebutuhan rumah tangga.
b. Penyediaan jaringan listrik
1) Disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki
pelayanan,dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan
jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun.
2) Disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada
area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak
menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar.
3) Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang
ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum.
4) Adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux
dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah.
5) Sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak
dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat
permanen karena akan membahayakan keselamatan.

7. Prasarana/ Utilitas – Jaringan telepon

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 51


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

a. Penyediaan Kebutuhan Sambungan Telepon


1) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan
telepon
umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan
menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:

✓ R-1,rumah tangga berpenghasilan tinggi: 2-3 sambungan/rumah

✓ R-2,rumah tangga berpenghasilan menengah:1-2 sambungan/rumah

✓ R-3,rumah tangga berpenghasilan rendah:0-1 sambungan/rumah

2) Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk


setiap 250
jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan
lingkungan RT tersebut.
3) Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak
radius
bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m.
4) Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area public
seperti
ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan
sarana lingkungan.
5) Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan
panas
matahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan pemakai
telepon umum tersebut.

b. Penyediaan Jaringan Telepon


1) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan
jaringan telepon ke hunian.
2) Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan
(jaringan jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 52


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

3) Tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija (≈daerah milik jalan)
pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di
trotoar; dan
4) stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan
dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center, yang
berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan
pelanggan.

Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk merencanakan penyediaan


sambungan telepon rumah tangga adalah:

a) Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota dan perkembangan lokasi yang
direncanakan, berkaitan dengan kebutuhan sambungan telepon.
b) Tingkat pendapatan keluarga dan kegiatan rumah tangga untuk
mengasumsikan kebutuhan sambungan telepon pada kawasan yang
direncanakan.
c) Jarak terjauh rumah yang direncanakan terhadap Stasiun Telepon Otomat
(STO), berkaitan dengan kebutuhan STO pada kawasan yang
direncanakan.
d) Kapasitas terpasang STO yang ada.
e) Teknologi jaringan telepon yang diterapkan, berkaitan radius pelayanan.

8. Prasarana/ Utilitas – Jaringan transportasi lokal


a. Penyediaan jaringan sirkulasi kendaraan pribadi dan kendaraan umum
berikut\
terminal tempat pemberhentian lainnya. Secara umum persyaratan dan kriteria
penyediaan jaringan sirkulasi kendaraan pribadi dan umum berikut terminal/
tempat pemberhentian ini disusun berdasarkan penggolongan jalan. Persyaratan
dan criteria ini disusun sebagai acuan bagi pengembang lingkungan perumahan
dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas transportasi umum
lokal.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 53


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Penyediaan jaringan sirkulasi pedestrian

Beberapa prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi pada perencanaan jalur
pedestrian adalah:

1) Asas keterkaitan/ keterhubungan (connections), yaitu bagaimana


membuat jalinan jejaring sirkulasi pedestrian yang saling
menghubungkan berbagai area yang dapat dijangkau pejalan kaki.
2) Azas kemudahan pencapaian (convenience), yaitu bagaimana membuat
kemudahan sirkulasi yang dapat secara langsung dicapai dan
dipergunakan oleh publik secara umum dengan mudah.
3) Azas keselamatan/keamanan dan atraktif (convivial), yaitu bagaimana
membentuk lingkungan yang menjamin pejalan kaki bergerak dengan
terlindungi dan aman terutama terhadap sirkulasi kendaraan bermotor di
sekitarnya sekaligus aman terhadap kemungkinan gangguan kriminalitas,
serta bagaimana membentuk lingkungan yang kondusif bagi pejalan kaki
untuk lebih memilih berjalan kaki dengan menggunakan jaringan
sirkulasi pedestrian yang disediakan akibat penyelesaian lingkungan
sekitar jaringan sirkulasi ini yang menarik bagi pejalan kaki.
4) Azas kenyamanan (comfortable), yaitu bagaimana membentuk
lingkungan yang nyaman bagi pejalan kaki dikaitkan dengan penciptaan
dimensi besaran ruang gerak yang memenuhi standar kenyamanan
pejalan kaki ketika melewatinya.
5) Azas kejelasan / kemudahan pengenalan (conspicuousness), yaitu
bagaimana menyelesaikan lingkungan pedestrian dengan system
pergerakan yang mudah diamati dan diikuti, baik rute dan arahnya, serta
mudah dikenali keberadaannya di antara jejaring sirkulasi lain.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 54


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukanya itu jenis penelitian survey dengan


pendekatan kualitatif-kuantitatif. Penelitian ini merupakan metode penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa
adanya baik deskriftif maupun interpretasi angka. Penggunaan metode deskriftif
bertujuan membuat deskripsi,gambaran atau lukisan secara sistematis factual dan
Mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

B. Lokasi Penelitian

Secara administrasi, lokasistudiiniberada di Kabupaten takalar dan Lokasi


penelitian difokuskan di Kecamatan Polombangkeng selatan.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 2 (dua) bulan yaitu dimulai pada


minggu Ketiga bulan Januari Tahun 2015 dan berakhir pada minggu keempat
bulan Maret Tahun 2014. Waktu penelitian tersebut mencakup tahap
persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua), yaitu :

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 55


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

a. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan secara
deskriptif tentangl okasi penelitian secara umum. Jenis data kualitatif yang di
maksud adalah sebagai berikut :

1) Data kondisi fisik kawasan, yang mencakup letak geografis, kondisi


topografi, kelerengan, geologi dan hidrologi.

2) Data pola penggunaan lahan kecamatan polombangkeng selatan.

3) Data sosial budaya masyarakat yang menyangkut adat istiadat dan


perilaku masyarakat.

b. Data kuantitatif yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasi penelitian


dengantabulasiangka yang dapat dikalkulasikan untuk mengetahui Bobot yang
diinginkan. Data Kuantitatif yang dimaksud adalah :

1) Data demografi, seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk menurut


tingkat pendidikan, jumlah penduduk menurut mata pencaharian, jumlah
pendapatan penduduk, jumlah penduduk menurut agama.

2) Data ketersediaan sarana dan prasarana permukiman , seperti jumlah


sebaran sarana sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan,
sarana perdagangan dan jasa), jalan, penyaluran air minum dan sanitasi,
aliran drainase, dan sistem pengolahan limbah dan persampahan.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan, digolongkan kedalam dua kelompok, yaitu
data primer dan data sekunder. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat uraian berikut
ini :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasilobservasi lapangan
seperti data yang diperoleh dari responden yang di pilih untuk Wawancara secara
mendalam dan observasi langsung di lapangan. Observasi ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi kualitatif obyek Penelitian. Jenis data yang di maksud
meliputi :

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 56


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

1) Data sosial budaya masyarakat yang menyangkut adat istiadat dan


perilaku masyarakat yang bersumber dari wawancara tokoh-tokoh
masyarakat.

2) Data sebaran sarana dan prasarana, seperti jumlah sebaran sarana


perkantoran, sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan,
sarana perdagangan dan jasa, jalan, penyaluran air minum dan sanitasi,
aliran drainase, dan sistem pengolahan limbah dan persampahan yang
bersumber dari pengamatan observasi .

3) Data ekonomi, mata pencaharian penduduk dan jumlah pendapatan dari


mata pencaharian

4) Lingkungan, yang dimaksud adalah kondisi prasarana lingkungan yang


ada di lokasi penelitian.

b. Data sekunder yaitu data yang bersumberdari dinas/instansi ataupun lembaga-


lembaga terkait. Seperti :

1) Data demografi, seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk menurut


tingkat pendidikan, jumlah penduduk menurut mata pencaharian, jumlah
pendapatan penduduk, jumlah penduduk menurut agama bersumber dari
Kantor Badan PusatStatistik (BPS) , dan kantor Kecamatan
polongbangkeng selatan ,

2) Data sebaran sarana dan prasarana, seperti jumlah sebaran sarana


perkantoran, sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan,
sarana perdagangan dan jasa, jalan, penyaluran air minum dan sanitasi,
aliran drainase, dan sistem pengolahan limbah dan persampahan yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan kantor kecamatan
polongbangkeng selatan .

3) Data kondisi fisik kawasan, yang mencakup letak geografis, kondisi


topografi, kelerengan, geologi dan hidrologi bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS), dan kantor Kecamatan bolongbangkeng selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 57


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

4) Data pola penggunaan lahan kecamatan bolongbangkeng selatan yang


bersumberdari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan kantor kecamatan
polongbangkeng selatan.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Wawancara

Metode ini dilakukan dengan cara wawancara dan diskusi langsung


dengan Masyarakat kecamatan polongbangkeng selatan.

2. Metode Observasi

Observasi lapangannya itu suatu teknik penyaringan data melalui


pengamatan langsung di lapangan secara sistematika mengenai fenomena
yang diteliti.

3. Metode Instansional

Metode ini diperoleh melalui instansi terkait guna mengetahui data


kualitatif dan obyek penelitian.

4. Sebaranangket (kuesioner), yaitucarapengumpulan data denganjalan


membuat daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk di isi sendiri
oleh responden secara tertulis pula.

5. Data Dokumentasi, untuk melengkapi data maka kita memerlukan


informasi dari data dokumentasi yang ada hubungannya dengan obyek
yang menjadi studi. Caranya yaitu dengan cara mengambil gambar
(dokumentasi foto).

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 58


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam memecahkan masalah, langkah yang penting adalah menentukan


populasi karena menjadi sumber data sekaligus sebagai objek penelitian. Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang
di teliti atas semua kasus individu dan gejala yang ada di daerah penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berada pada
Kawasan Permukiman di Kecamatan polongbangkeng selatan yaitu sebanyak
28.287 jiwa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Jika populasi tersebar dalam wilayah yang masing-masing mempunyai
ciri yang sama maka salah satu atau beberapa wilayah dapat diambil sebagai
sampel. Dengan demikian sampel sebagai bagian dari populasi akan
menggambarkan karakteristik dan dianggap dapat mewakili atau mencerminkan
ciri dari obyek penelitian. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subyek
didasarkan atas ciri-ciri atausifat-sifat populasi yang sudah di ketahui
sebelumnya. Untuk itu, selalu dipilih informan yang dianggap tahu dan dapat
dipercaya sebagai sumber data yang mantap serta mengetahui permasalahan yang
diteliti secara mendalam (Sutopo,1993:27).

G. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan cirri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang
dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Variabel dipakai dalam proses
identifikasi, di tentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana
suatu rancangan penelitiansemakin sedikit variabel penelitian yang digunakan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 59


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

H. Metode Analisis

Untuk menganalisis data yang didapatkan dalam penelitian ini maka metode yang
digunakan adalah sebagai berikut:

1. Rumusan masalah pertama yaitu bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana


dasar permukiman nelayan di Kelurahan Untia. Alat analisis yang digunakan yaitu
berupa analisis Analisis Skoring dan deskriptif kualitatif.

a. Analisis Skoring

Analisis Skoring adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui


tingkat ketersediaan prasarana permukiman nelayan di Kelurahan
Untia.Adapun kriteria dari metode pembobotan ketersediaan sarana dan
prasarana di wilayah tersebut adalah sebagai berikut.Adapun standar Skor
yang digunakan adalah:

Skor 5 untuk baik

Skor 3 untuk sedang

Skor 1 untuk buruk

1) Pasar

Sasaran pembobotan pasar adalah ketersediaan, kondisi, dan pemanfaatan


pasar di lingkungan permukiman.

a) Keberadaan

(1) Skor 5 apabila telah terdapat fasilitas pasar

(2) Skor 3 apabila telah terdapat fasilitas tempat pasar tetapi belum
berfungsi keseluruhan 73

(3) Skor 1 apabila fasilitas tempat pelelangan masih sementara dibangun.

b) Kondisi

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 60


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

(1) Skor 5 jika > 70% sampel menyatakan kondisi Pasar baik

(2) Skor 3 jika 40 – 70% sampel menyatakan kondisi Pasar baik

(3) Skor 1 jika < 40% sampel menyatakan kondisi Pasar baik

c) Pemanfaatan

(1) Skor 5 jika > 70% sampel menyatakan Pasar difungsikan

(2) Skor 3 jika 40 – 70% sampel menyatakan Pasar difungsikan

(3) Skor 1 jika < 40% sampel menyatakan Pasar difungsikan

2) Kondisi Jalan

Sasaran pembobotan ketersediaan, kondisi, dan pemanfaatan jalan adalah


berdasarkan Norma Standar Prosedur Manual tentang Jalan.

a) Panjang dan lebar jalan sesuai dengan klasifikasinya, diukur dengan


kategori:

(1) Skor 5 apabila > 70% sesuai dengan standar

(2) Skor 3 apabila 40 – 70% sesuai dengan standar

(3) Skor 1 apabila kesesuaian dengan standar < 40%

b) Lapisan permukaan jalan, diukur dengan kategori

(1) Skor 5 jika apabila permukaan jalan diperkeras dengan aspal/paving blok
mencapai > 70%

(2) Skor 3 jika apabila permukaan jalan diperkeras dengan

aspal/paving blok dikisaran 40 – 70%

(3) Skor 1 jika apabila permukaan jalan diperkeras dengan aspal/paving blok<
40%

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 61


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

c) Tingkat kerusakan jalan beraspal dengan (berdasarkan SK Menteri PU No.


77/KPT/Db/1990 Tentang Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan)

(1) Skor 5 jika tingkat kerusakan jalan berlubang hanya < 3%

(2) Skor 3 jika tingkat kerusakan jalan berlubang antara 3%-10% dari panjang
jalan beraspal

(3) Skor 1 jika apabila jalan berlubang > 10% dari panjang jalan beraspal

3) Kondisi Drainase

Sasaran pembobotan kondisi drainase adalah drainase di kawasan permukiman


berdasarkan Norma Standar Prosedur Manual tentang drainase.

a) Panjang Drainase

(1) Skor 5 apabila tingkat kesesuaian dengan standar >70%

(2) Skor 3 apabila tingkat kesesuaian dengan standar 40% - 70%

(3) Skor 1 apabila tingkat kesesuaian dengan standar < 40%

b) Kondisi Drainase

(1) Skor 5 jika > 70% sampel menyatakan kondisi drainase baik

(2) Skor 3 jika antara 40% - 70% sampel menyatakan kondisi drainase
baik

(3) Skor 1 jika < 40% sampel menyatakan kondisi drainase baik

4) Kanal

Sasaran pembobotan kanal adalah ketersediaan, kondisi, dan pemanfaatan


kanal di lingkungan permukiman berdasarkan Norma Standar Prosedur
Manual tentang kanal.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 62


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

a) Keberadaan

(1) Skor 5 apabila kanal dapat dilalui perahu-perahu nelayan

(2) Skor 3 apabila telah terdapat kanal tetapi tidak dapat dilalui perahu-
perahu nelayan

(3) Skor 1 apabila kanal sementara dibangun.

b) Kondisi

(1) Skor 5 jika > 70% sampel menyatakan kondisi kanal baik

(2) Skor 3 jika 40 – 70% sampel menyatakan kondisi kanal baik

(3) Skor 1 jika < 40% sampel menyatakan kondisi kanal baik

c) Pemanfaatan

(1) Skor 5 jika > 70% sampel menyatakan kanal difungsikan

(2) Skor 3 jika 40 – 70% sampel menyatakan kanal difungsikan 77

(3) Skor 1 jika < 40% sampel menyatakan kanal difungsikan

5) Kondisi Air Bersih

Pembobotan kondisi air bersih dilakukan berdasarkan kondisi jumlah rumah


penduduk di kawasan permukiman yang sudah memperoleh aliran air dari
sistem penyediaan air bersih berdasarkan Norma Standar Prosedur.

Manual tentang Air Bersih.

a) Layanan pipa PDAM per unit rumah

(1) Skor 5 jika > 70% KK terlayani pipa PDAM dari total KK dalam
kawasan

(2) Skor 3 jika KK terlayani pipa PDAM dikisaran 40% - 70% dari total
KK dalam kawasan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 63


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

(3) Skor 1 jika < 40% terlayani pipa PDAM dari total KK dalam kawasan

b) Kualitas Air Bersih

(1) Skor 5 jika > 70% sample menyatakan kualitas air bersih baik (tidak
berubah warna, rasa dan bau)

(2) Skor 3 jika 40% - 70% sample menyatakan kualitas air bersih baik
(tidak berubah warna, rasa dan bau)

(3) Skor 1 jika <40% sample menyatakan kualitas air bersih baik (tidak
berubah warna, rasa dan bau)

c) Komunitas Air Bersih

(1) Skor 5 jika lama air mengalir >70% dari 24 jam atau diatas 16.8 jam
per hari

(2) Skor 3 jika lama air mengalir 40% - 70% dari 24 jam atau antara 9.6 –
16.8 jam per hari

(3) Skor 1 jika lama air mengalir <40% dari 24 jam atau di bawah 9.6 jam
per hari

6) Pembobotan air limbah sesuai berdasarkan Norma Standar Prosedur


Manual tentang Air Limbah dan MCK adalah sebagai berikut:

a) Kepemilikan Jamban

(1) Skor 5 jika > 70% KK memiliki jamban sendiri dari total KK dalam
kawasan

(2) Skor 3 jika 40% - 70% KK memiliki jamban sendiri dari total KK
dalam kawasan

(3) Skor 1 jika < 40% KK memiliki jamban sendiri dari total KK dalam
kawasan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 64


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b) Jumlah MCK umum

(1) Skor 5 jika > 70% penduduk terlayani MCK umum

(2) Skor 3 jika 40% - 70% penduduk terlayani MCK umum

(3) Skor 1 jika <40% penduduk terlayani MCK umum

c) Kondisi MCK umum

(1) Skor 5 jika > 70% sampel menyatakan kondisi MCK baik

(2) Skor 3 jika 40 – 70% sampel menyatakan kondisi MCK baik

(3) Skor 1 jika < 40% sampel menyatakan kondisi MCK baik

7) Metode pembobotan prasarana persampahan berdasarkan Norma Standar


Prosedur Manual tentang persampahan adalah sebagai berikut:
a) Bak Sampah

(1) Skor 5 jika terdapat > 70% bak sampah dari total KK di
kawasan

(2) Skor 3 jika terdapat 40% - 70% bak sampah dari total KK di
kawasan

(3) Skor 1 jika terdapat < 40% bak sampah dari total KK di
kawasan

b) Gerobak Sampah

(1) Skor 5 jika > 70% KK terlayani gerobak sampah

(2) Skor 3 jika antara 40% - 70% KK terlayani gerobak sampah

(3) Skor 1 jika < 40% KK terlayani gerobak sampah

c) Kontainer Sampah

(1) Skor 5 jika > 70% KK terlayani kontainer sampah

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 65


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

(2) Skor 3 jika antara 40% - 70% KK terlayani kontainer sampah

(3) Skor 1 jika < 40% KK terlayani kontainer sampah

d) Pengangkutan

(1) Skor 5 jika > 70% sampel menyatakan diangkut

(2) Skor 3 jika 40% - 70% sampel menyatakan diangkut

(3) Skor 1 jika < 40% sampel menyatakan diangkat

2. Rumusan masalah kedua yaitu bagaimana kebutuhan sarana dan prasarana


dasar permukiman nelayan di Kelurahan Untia. Alat analisis yang digunakan yaitu
analisis deskriptif kualitatif adalah metode yang bersifat deskriptif yang dilakukan
sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara
jelas bagaimana tingkat ketersediaan sarana permukiman nelayan di Kelurahan
Untia yang acuannya didasarkan Standar Pelayanan Minimun (SPM) Departemen
Pekerjaan Umum No. 534/KPTS/M/2001.

I. Defenisi Operasional

1. Permukiman nelayan merupakan permukiman yang sebagian besar


penduduknya merupakan masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan

2. Nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di wilayah


pesisir Kelurahan Untia dan mereka menggantungkan hidupnya dari mengelola
potensi sumberdaya kelautan.

3. Prasarana dan sarana permukiman nelayan yang di maksud adalah sarana dan
prasarana yang dapat menunjang kegiatan perekonomian, dan juga aktivitas
nelayan.

4. Aspek non ekonomi merupakan salah satu sudut pandang yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan variabel penenlitian yang dimana aspek non

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 66


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

ekonomi mempunyai 3 indikator yaitu kesesuaian lahan, kondisi fisik bangunan


dan kondisi kependudukan.

5. Aspek sosial adalah sudut pandang pendidikan dan adat istiadat yang akan di
jadikan sebuah pertimbangan dalam melakukan perencanaan penataan
permukiman pada lokasi penelitian.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 67


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tinjauan Umum Kabupaten Takalar

1. Letak dan Batas Geografis

Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah


kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada
bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada
pada posisi 5 O3’ – 5O38’ Lintang Selatan dan 119O22’ –
119O39’ Bujur Timur, dengan luas wilayah kurangLebih,

566,51 Km2. Secara administrasi Kabupaten Takalar memiliki


wilayah berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan
Kabupaten Jeneponto
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

Kabupaten Takalar merupakan salah satu dari kecamatan


yang terdapat di dalam wilayah Kota Makassar yang terdiri
dari 7 Kelurahan.

2. Keadaan Topografi
Berdasarkan kondisi topografi Wilayah Kabupaten
Takalar berada pada ketinggian 0 – 1000 meter diatas
permukaan laut (mdpl), dengan bentuk permukaan lahan
relative datar, bergelombang hingga perbukitan. Sebagian

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 68


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

besar wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah


dataran dan wilayah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 mdpl,

yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km 2.


Sedangkan selebihnya merupakan daerah perbukitan dan
berada pada ketinggian diatas 100 mdpl, yaitu sekitar

78,73 Km2 , kondisi sebagian besar terdapat pada


Kecamatan Polobangkeng Utara dan Polombangkeng
Selatan. Sumber data yang diperoleh dan hasil analisa GIS,
menujukkan keadaan topografi dan kelerengan Kabupaten
Takalar sangat bervariasi, yang secara umum berada pada
kisaran 0 - 2%, 2 - 15%, 15 - 30%, 30 – 40% dan > 40%.

Tabel 4.1 Topografi Kabupaten Takalar

Luas (Ha)

Kecamatan
0-100 100-500 >500md Jumlah
N mdpl mdpl pl (Ha)
o1 Mangarabombang 10.050 - - 10.050

2 Mappakasunggu 4.527 - - 4.527

3 Sanrobone 2.936 - - 2.936

4 Polombangkeng 7.960 847 - 8.807


Selatan
5 Pattalassang 2.531 - - 2.531

6 Polombangkeng 14.199 6.904 122 21.225


Utara
7 Galesong 2.593 - - 2.593

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 69


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

8 Galesong Selatan 2.471 - - 2.471

9 Galesong Utara 1.511 - - 1.511,00

Jumlah 48.778 7.751 122 56.651

Prosentase (%) 86,10 13,68 0,22 100

Sumber : BPS, Kabupaten Takalar

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 70


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA ADMINISTRASI KABUPATEN TAKALAR

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 71


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

2. Tinjauan Umum di Kecamatan Polombangkeng Selatan


1. Letak dan Batas Geografis

Polombangkeng Selatan sebagai salah satu kecamatan


yang terletak disebelah selatan dan berjarak kurang lebih 10
kilometer dari ibukota Kabupaten Takalar. Ibu kota
Kecamatan Polombangkeng Selatan terletak di Kelurahan
Bulukunyi yang sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Polombangkeng Utara, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Jeneponto, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Mangarabombang dan sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Pattallassang. Luas wilayah Kecamatan
Polombangkeng Selatan sekitar 88.07 km2atau sebesar 15,54
persen dari totalKabupaten Takalar yang memiliki 4 desa
dan 6 kelurahan.

2. Kondisi Fisik Dasar


a. Kondisi Iklim

Curah hujan terjadi karena di pengaruhi oleh keadaan iklim


dan perputaran atau pertemuan arus udara. Pada tahun 2016,
rata- rata hari hujan dalam setahun sekitar 12 hari dengan
rata-rata curah hujan setahun sekitar 18.17 mm. Jumlah hari
hujan banyak terjadi di Bulan Januari dan Bulan Desember.
Sedangkan curah hujan banyak terjadi pada Bulan Januari dan
Bulan Pebruari.

b. Topografi
Kecamatan polombangkeng selatan merupakan daerah perbukitan
dan berada pada ketinggian diatas 100 mdpl, yaitu sekitar

78,73 Km2, kondisi sebagian besar terdapat pada Kecamatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 72


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Polombangkeng Selatan selain memiliki wilayah dataran dan


sebagian kecil wilayahnya perbukitan. Wilayah ini memiliki
lereng dengan kemiringan 15-40% yang luasnya kurang lebih 78,73

Km 2 atau 13% dari luas wilayah kabupaten. kondisi tersebut


dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk perkembangan
perkebunan.
c. Kondisi Tanah

Keadaan jenis tanah Kecamatan Polombangkeng Selatan secara


umum termasuk dalam golongan stadium dewasa dengan tekstur
permukaan halus, umunya kondisi tanah tersebut dipengaruhi
fromasi pada pegunungan Bawakar dan Lompobattang. Tatanan
statig rafi pada umumnya terdiri dari endapan Aluvium, Miosen
tengah-akhir serta Eosen akhir-Miosen tengah dengan sedikit
terobosan Andesit. Endapan Aluvium terdiri dari lempung, pasir,
lumpur, kerikil dan bongkah batuan yang tidak padu (lepas).
Endapan ini berasal dari hasil desintegrasi batuan yang lebih
tua. Struktur tanah yang terbentuk meliputi jenis tanah entisol,
inceptisol, molisol, dan ultiso.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 73


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA ADMINISTRASI KECAMATAN

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 74


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA CITRA

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 75


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

d. Pola Penggunaan Lahan

Untuk pola penggunaan lahan di Lokasi Studi dapat dilihat bahwa penggunaan
lahan yang paling besar di dominasi oleh hutan yaitu 575 Ha dan terkecil
penggunaannya adalah perkebunan 0,017 Ha terhadap luas lahan kecamatan
bolombangkeng selatan. Dan untuk lebih lengkapnya diuraikan pada table 3
berikut:

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Kecamatan Polombangkeng Selatan 2017

NO Penggunaan lahan Luas lahan (Ha) Persentase (%)

1. Permukiman 4,50 29,6 %


2. Persawahan 2,45 16 %
3. Hutan 5,75 37,9 %
4. Tambak 0.08 0,5 %

5. Empang 0.22 1,45 %

6. Ladang 1,6 11 %
7. Tanah kosong 0.17 1,1 %
8. Perkebunan 0.01 0,06 %

9. Semak belukar 0.38 2,5 %

Sumber: Survey Lapangan Tahun 2018 dan Citra Satelit

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 76


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA PENGGUNAAN LAHAN

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 77


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

4. Aspek Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Polombangkeng Selatan pada tahun
2017 sekitar 28.494 jiwa, yang terdiri dari 13.397 laki-laki dan 15
097jiwa perempuan. Dari jumlah tersebut, Desa Lantang adalah yang
terbesar jumlah penduduknya sekitar 4 102 jiwa dan desa yang paling
kecil jumlah penduduknya adalah Desa Su’rulangi sekitar 1.408 jiwa.
Kepadatan penduduk Kecamatan Polombangkeng Selatan dalam
kurun waktu 2016 hingga 2017, nampak mengalami kenaikan,dari
321jiwa/km2tahun 2016 menjadi 323 jiwa/km2tahun 2017. Jika
dilihat perdesa,tingkat kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa
Lantang, yakni sekitar 1.046jiwa/km2, diikuti Kelurahan
Pa’bundukang sekitar 750 jiwa/km2. Sedangkan desa dengan tin gkat
kepadatan terendah adalah Kelurahan Bulukunyi yakni sekitar 211
jiwa/km2. Penduduk usia produktif yakni kelompok umur 15-64 tahun
di Kecamatan Polombangkeng Selatan mengalami peningkatan dari
18 613di tahun 2016 menjadi 18 762di tahun 2017. Sedangkan usia
tidak produktif mengalami penurunan yakni kelompok 0-14 tahun 7
271 menjadi 7.245 di tahun 2017 dan 65+ tahun dari tahun 2016 2.
403 menjadi 2.464

Tabel 4.3 Perkembangan Penduduk di Kecamatan Polombangkeng Selatan 5


Tahun Terakhir

No Tahun Penduduk Pertambahan (jiwa)


( jiwa )
1. 2013 27.611 -
2. 2014 27.843 232
3. 2015 28.070 227
4. 2016 28.287 217
5. 2017 28.494 207
Jumlah 140.305 883
Sumber : BPS kecamatan polombangkeng selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 78


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

1. Lokasi Permukiman

Permukiman di kecamatan di bolombangkeng selatan berlokasi di


Kelurahan bulukunyi .

2. Kependudukan

a. Perkembangan Jumlah Penduduk

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa penduduk yang


berada di kawasan permukiman sebagian besar berada di keluahan lantang
. Adapun perkembangan jumlah penduduk lima tahun terakhir dapat
dilihat

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Kecamatan Polongbangkeng


Selatan

No Tahun Jenis kelamin Jiwa Perkembangan


Laki-laki Perempuan jumlah penduduk
1. 2013 12.893 14.400 27 293 0
2. 2014 13 134 14 712 27 846 553
3. 2015 13 106 14 737 27 843 -3
4. 2016 13 210 14 860 28 070 227
5. 2017 13 023 14 984 28 007 -
Sumber : badan pusat statistik (BPS) kecamatan bolombangkeng selatan

Pada tahun 2013 penduduk di kecamatan bolombangkeng selatan sebanyak 27


293 jiwa dan pada tahun 2017 perkembangan jumlah penduduk bertambah
menjadi 28 007 jiwa terdiri dari laki-laki 13 023 jiwa dan perempuan sebanyak 14
984jiwa.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 79


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Adapun mata pencaharian masyarakat permukiman nelayan tetapi ada juga yang
bekerja sebagai PNS, petani, buruh pabrik, pedagang dan tukang ojek. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. 5 .

Tabel 4.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pada Permukiman


Kecamatan Polombangkeng Selatan Tahun 2017

NO Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)


1. Tidak bekerja 1.500
2. Aparatur pejabat Negara 2.000
3. Tenaga pengajar 6.000
4. Wiraswasta 1.250
5. Pertanian dan peternakan 5.650
6. Nelayan 500
7. Tenaga kesehatan 1.250
8. Pensiunan 1.178
9. Pekerjaan lainnya 9.166
Total 28.494

3. Kondisi Sarana dan Prasarana Kecamatan Polongbangkeng Selatan


a. Kondisi Sarana
a. Sarana Permukiman

Sarana permukiman merupakan satu faktor paling penting dalam kehidupan


manusia dikarenakan fasilitas permukiman adalah tempat kediaman manusia
untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi bangunan
permukiman di kecamatan polombangkeng selatan terdiri dari 3 jenis, yaitu
permanen, semi permanen, dan tidak permanen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 4.6 di bawah ini.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 80


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Tabel 4.6 Sarana Permukiman di Kecamatan Polombangkeng Selatan


No. Jenis Permukiman Jumlah Unit
1. Permanen 2508
2. Semi Permanen 1690
3. Tidak permanen 2507
Jumlah 6705
Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018

Dari data pada Tabel 4.6 di atas dapat kita ketahui bahwa di kecamatan
polombangkeng selatan masih banyak yang menggunakan rumah permanen
dibanding rumah yang semi permanen dan tidak permanen. Rumah dengan jenis
permukiman permanen berjumlah 2508 unit, semi permanen berjumlah 1690 unit
dan tidak permanen berjumlah 2507.

Gambar 4.1 Sarana Permukiman di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 81


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Sarana Perkantoran

Sarana perkantoran adalah tempat yang digunakan untuk perniagaan atau


perusahaan yang dijalankan atau perusahaan yang dijalankan secara rutin.

Tabel 4.7 Sarana Perkantoran di Kecamatan Polombangkeng Selatan

Jenis Sarana Perkantoran Jumlah Unit


No
1. Kantor kecamatan 1
2. Kantor Lurah 6
3. Kantor desa 4
4. Kantor urusan agama 1
Jumlah 13
Sumber : Hasil Survei Lapangan 2018

Berdasarkan Tabel 4.7 Sarana Perkantoran yang ada di kecamatan


polombangkeng selatan sebanyak 13 unit. Jenis sarana yang pertama yaitu kantor
kecamatan dengan jumlah unit 1 , jenis sarana kedua yaitu kantor lurah dengan
ju,mlah 6 unit, sarana perkantoran yang ketiga yaitu kantor desa dengan jumlah 4
unit , dan sarana perkantoran yang keempat yaitu kantor urusan agama (KUA)
dengan jumlah 1 unit.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 82


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Gambar 4.2 Sarana Perkantoran di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 83


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA PERKANTORAN

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 84


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

c. Sarana Pendidikan

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan


sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

Tabel 4.8 Sarana Pendidikan di Kecamatan Polombangkeng Selatan

No. Jenis Sarana Pendidikan Jumlah


Unit
1. Taman kanak – kanak (TK) 8
2. Sekolah dasar (SD) 24
3. Sekolah menengah pertama (SMP) 4
4. Sekolah menengah atas (SMA) 1
5. Taman Pendidikan Al-Qur’an 1
(TPA)
Jumlah 37

Sumber :Hasil Survei Lapangan 2018

Pada Tabel 4.8 kita dapat mengetahui bahwa sarana pendidikan di kecamatan
polombangkeng selatan sudah memadai. Hal tersebut karena terdapat taman kanak
kanak sebanyak 8 unit, sekolah dasar terdapat 24 unit, sekolah menengah pertama
terdapat 4 unit, sekolah menengah atas terdapat 1 unit, dan Taman Pendidikan Al-
Qur’an terdapat 1 unit.

Gambar 4.3 Sarana Pendidikan di kecamatan polombangkeng selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 85


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Peta Sebaran Sarana Pendidikan di polombangkeng selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 86


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA RADIUS PENDIDIKAN TK

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 87


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA RADIUS SD

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 88


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

d. Sarana Peribadatan

Desa Ujunge mempunyai jumlah penduduk yang 100% beragama Islam, tidak
heran jika tidak ada gereja, pura, ataupun kuil di Desa ini. Tabel 4.9 di bawah ini
akan menguraikan tentang sarana peribadatan yang ada di kecamatan
polombangkeng selatan
Tabel 4.9 Sarana Peribadatan di Kecamatan Polongbangkeng Selatan
No. Jenis Sarana Peribadatan Jumlah Unit
1. Masjid 54
2. Mushollah 5
Jumlah 59
Sumber :Hasil Survei Lapangan 2018

Pada Tabel 4.9 kita dapat mengetahui bahwa sarana peribadatan yang ada di
kecamatan polombangkeng selatan terdapat mesjid 54 unit dan mushollah 5 unit.

Gambar 4.4 Sarana peribadatan di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 89


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Peta Sebaran Sarana Peribadatan kecamatan polombangkeng selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 90


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

e. Sarana Kesehatan

Demi menunjang segala aspek dalam kesehatan, maka perlu adanya


pembangunan sarana kesehatan di semua wilayah di Indonesia meskipun
tempatnya terpelosok karena kesehatan merupakan hal utama yang harus
diperhatikan agar menghasilkan SDM yang berpotensi. Pada Tabel 4.10 di bawah
ini akan di uraikan sarana-sarana kesehatan yang ada di kecamatan
polombangkeng selatan .

Tabel 4.10 Sarana Kesehatan di Polombangkeng Selatan

No. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah Uni


t
1. Puskesmas 3
2. Puskesdes 2
3. Posyandu 10
4. Pustu 1
jumlah 16

Sumber :Hasil Survei Lapangan 2018

Pada Tabel 4.10 diatas dapat kita lihat bahwa sara kesehatan yang ada di
kecamatan polombangkeng selatan sudah cukup memadai dengan adanya
puskesmas, Posyandu dan Puskesdes serta pustu yang dapat memudahkan
masyarakat untuk berobat dan konsultasi kesehatan.

Gambar 4.5 Sarana Kesehatan di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 91


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Peta Sebaran Sarana Kesehatan kecamatan polombangkeng selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 92


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

f. Fasilitas Perdagangan & Jasa

Fasilitas Perdagangan & Jasa di kecamatan polombangkeng selatan dapat


dilihat pada Tabel 4.11 di bawah ini.

Tabel 4.11 Fasilitas Perdagangan & Jasa di Kecamatan Polombangkeng


Selatan

Jenis Fasilitas Jumlah Unit


No.
1. Toko 10
2. pasar 1
3. Warung 40
4. apotik 1
5. Salon 4
6. Tukang kayu 16
7. bengkel 17
Jumlah 89
Sumber :Hasil Survei Lapangan 2018

Dari Tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa fasilitas perdagangan di kecamatan
polombangkeng selatan bervariasi . Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel diatas
dimana hanya terdapat 10 unit toko, 1 unit pasar, 40 warung, 17 unit bengkel, 4
unit salon, tukang kayu 16 unit dan apotik 1 unit, .

Gambar 4.6 Sarana Perdagangan& Jasa di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 93


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Peta Sebaran Fasilitas Perdagangan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 94


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA FASILITAS JASA

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 95


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

g. Sarana Ruang Terbuka Hijau

Sarana ruang terbuka hijau di Kecamatan Polombangkeng Selatan mancakup


Lapangan, Pemakaman, taman dll . Lebih jelasnya akan dibahas pada Tabel 4.12
di bawah ini.

Tabel 4.12 Sarana Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Polombagkeng


Selatan
No. Jenis Sarana RTH Jumlah Unit
1. Lapangan 5
2. Pemakaman 7
Jumlah 12

Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018


Pada Tabel 4.12 di atas dijelaskan bahwa jenis sarana RTH di kecamatan
polombangkeng selatan yaitu Lapangan kosong dengan jumlah 5 unit, dan
Pemakaman dengan jumlah 7 unit.

Gambar 4.7 Sarana Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 96


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

h. Sarana Pariwisata

Sarana pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan


kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan kelangsungan
hidupnya, tergantung dari wisatawan yan datang. Pada umumnya, perusahaan-
perusahaan tersebut merupakan fasilitas yang harus tersedia pada suatu daerah
tujuan wisata. Lebih jelasnya akan dibahas pada Tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13 Sarana Pariwisata di Kecamatan Polombagkeng Selatan


No. Jenis sarana Jumlah Unit
1. Monumen Lapris 1
jumlah 1

Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018

Pada Tabel 4.13 diatas dijelaskan bahwa jenis sarana Pariwisata yaitu
monumen Lapris di Kecamatan Polombangkeng Selatan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 97


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Peta Sarana Pariwisata kecamatan polombangkeng selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 98


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

i. Sarana Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan adalah usaha yanh dilakukan suatu negara dalam
rangka memperthankan negara dan dilaksanakan melalui satu sistem pertahanan
dan keaman rakyat semesta oleh tentara nasional indonesia dan kepolisian negara
republik indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. . Lebih jelasnya akan dibahas pada Tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14 Sarana Pertahanan dan Keamanan di Kecamatan Polombagkeng


Selatan
No. Jenis sarana Jumlah Unit
1. Pankalan militer 1
2. Kantor polisi 1
Jumlah 2

Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018

Pada Tabel 4.14 diatas dijelaskan bahwa jenis sarana pertahanan dan
keamanan di kecamatan polombangkeng selatan berupa pankalan militer 1 unit
dan kantor polisi 1 unit.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 99


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Peta sebaran fasilitas pertahanan dan keamanan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 100


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

2. Kondisi Prasarana Wilayah


a. Jaringan Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan atau di air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel.

Gambar 4.8 Jaringan Jalan di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 101


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Jaringan Drainase

Drainase adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari
permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat
dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.

Gambar 4.9 Jaringan Drainase di Kecamatan Polombangkeng Selatan

Kita ketahui bersama bahwa sifat air adalah mengalir dari tempat yang tinggi
menuju tempat yang rendah. Begitu pula dengan aliran drainase.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 102


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

c. Jaringan Listrik

Jaringan listrik di Kecamatan polombangkeng selatan akan diuraikan pada


Tabel 4.15 di bawah ini.

Tabel 4.15 Jaringan Listrik di Kecamatan Polombangkeng Selatan

No.
Kecamatan Jenis listrik
Gardu SUTET
Rumah
Listrik
Tangg
a
1. Polombangke   
ng Selatan

Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018

Dari Tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa jaringan listrik di Kecamatan
Polobangkeng selatan menggunakan sambungan Rumah tangga, gardu listrik, dan
SUTET.

Gambar 4.10 Jaringan listrik di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 103


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

d. Jaringan Air Bersih

Air bersih merupakan satu komponen penting dalam suatu wilayah karena air
dimanfaatkan manusia untuk dikonsumsi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Tabel 4.16 Jaringan Air Bersih di Kecamatan Polombangkeng Selatan

Sumber Air Bersih


No. Kecamatan PDAM Sumur Sungai
1. Polombangkeng  
selatan
Jumlah
Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018

Pada Tabel 4.16 diatas kita dapat melihat bahwa pada kecamatm
polombangkeng selatan dan sumber air bersihnya berasal dari PDAM dan di
beberapa rumah warga juga masih menggunakan sumur.

Gambar 4.11 Jaringan Air Bersih di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 104


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

e. Jaringan Persampahan

Sampah merupakan limbah yang sifat padat terdirir atas organiik, dan zat
anorganik yang di anggap tidak berguna lagi dan harus diolah agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.Sampah
umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting
pohon, kertas karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng dan debu sisa penyapuan.
Masalah yang selalu ada seperti halnya di Kecamatan Polobangkeng Selatan.
Masyarakat di Desa Ujunge membuang sampahnya ke tong sampah, bak
sampah dan kontainer yang terletak di beberapa titik di Desa Ujunge. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut:
Tabel 4.17 Sarana Pariwisata di Kecamatan Polombagkeng Selatan
No. Jenis prasarana Jumlah Unit
1. TPA 1
jumlah 1

Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018

Pada Tabel 4.17 diatas dijelaskan bahwa jenis prasarana persampahan yang
ada di kecamatan polombangkeng selatan yaitu 1 unit TPA

Gambar 4.12 Jaringan Persampahan di Kecamatan Polobangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 105


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

f. Jaringan Telekomunikasi

Komunikasi pada masa lalu masih menggunakan lat-alat sederhana. Alat bantu
tersebut diantaranya adalah surat, radio, fax, dan lain-lain. Berbeda dengan alat
komunikasi masa lalu, peralatan masa kini yang digunakan sudah modern.
Teknologi komunikasi ditunjang dengan adanya satelit. Teknologi satelit
mempermudah hubungan komunikasi dari berbagai belahan dunia. Sekarang
sudah ada telepon genggam, email, dan media sosial sebagai alat
komunikasi.Begitupula dengan masyarakat di Kecamatan Polobangkeng Selatan
dalam berkomunikasi tidak menggunakan hal-hal diatas yang telah disebutkan,
tetapi menggunakan telepon genggam yang dalam penggunaannya menggunakan
tower sebagai penerima gelombang telekomunikasi dan informasi.

Gambar 4.13 Jaringan Telekomunikasi di Kecamatan Polombangkeng Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 106


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PETA TELEKOMUNIKASI

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 107


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Letak Strategis Wilayah

Letak strategis suatu wilayah merupakan hal yang sangat penting dan

berpengaruh terhadap perkembangan serta pembangunan di suatu wilayah

atau daerah tertentu. Baik berpengaruh di Wilayah itu sendiri maupun

berpengaruh terhadap wilayah di sekitarnya.

Pada suatu wilayah, letak geografis dan administrasi sangat berpengaruh

terhadap perkembangan dan pembangunan pada wilayah tersebut, baik

pengaruh internal dari wilayah tersebut maupun pengaruh dari wilayah

sekitarnya. Jika dilihat dari letak geografisnya Kecamatan Polobangkeng

Selatan memiliki aksebilitas yang baik dalam menjangkau fungsi-fungsi

pelayanan yang ada. Kecamatan Polobangkeng Selatan juga merupakan

wilayah yang cukup strategis dimana wilayah tersebut berpotensi untuk

menjadi wilayah pertanian dan permukiman karena Kecamatan Polobangkeng

Selatan memiliki lahan persawahan yang cukup luas sehingga mempunyai

potensi yang sangat besar dari segi pendapatan.

B. Analisis Fisik Dasar

a. Topografi dan Kemeringan Lereng

Kondisi topografi dan kemeringan lereng di Kecamatan Polobangkeng


Selatan merupakan dataran dengan ketinggian 0-44 mdpl sehingga wilayah

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 108


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

ini sangat cocok untuk digunakan sebagai wilayah pemukiman, pertanian dan
mendukung pembangunan infrastruktur untuk menunjang wilayah tersebut.

b. Analisis Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan struktur jenis batuan dan tanah yang dimiliki Kecamatan


Polobangkeng Selatan pada umumnya sama dengan jenis tanah yang terdapat
pada beberapa Kecamatan lainnya di Kabupaten Takalar yang meliputi jenis
tanah aluvial dengan jenis batuan sedimen. Yang merupakan endapan
alluvium dan pantai yang menempati daerah morfologi pedataran dengan
ketinggian 0 – 60 m dengan sudut kemiringan lereng < 3 %. Tekstur tanahnya
yang lembut dan mudah di garap, tanah alluvial bisa di manfaatkan sebagai
lahan pertanian.

c. Analisis Hidrologi
Sumber daya air yang digunakan penduduk di Kecamatan Polobangkeng
Selatan bersumber dari PDAM, air permukaan dan air tanah dalam, dengan
memanfaatkan sumur gali, sumur bor dan pompa. Dengan pemamfaatan
lahan yang berupa sawah mendorong daerah tersebut sebagai daerah
pertanian karena dilalui oleh aliran sungai dan sumber air permukaan yang
berpotensi sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian.

d. Analisis Klimatologi

Secara umum keadaan cuaca atau udara yang terdapat di Kecamatan


Polobangkeng Selatan di kategorikan berdasarkan bulan di setiap tahunnya.
Musim penghujan biasanya terjadi dibulan November hingga Mei dengan
curah hujan rata-rata 263 mm dan sebaliknya musim kemarau biasanya
terjadi pada bulan September. Jadi sesuai analisis klimatologi pada bulan
September cocok untuk di lakukannya proses pertanian karena pada bulan itu
termasuk bulan kemarau.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 109


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

e. Analisis Pengunaan Lahan

Melihat dari hasil proyeksi kami untuk 20 tahun kedepan, dimana


mengalami pertambahan jumlah penduduk. Sehingga tidak memaksa untuk
melakukan penambahan lahan. Namun di Kecamatan Polobangkeng Selatan
mempunyai lahan yang cukup untuk melakukan penambahan lahan jika
diperlukan. Disamping itu, intensitas pengunaan lahan di Kecamatan
Polobangkeng diprioritaskan untuk daerah pemukiman dan pertanian. Hal ini di
karenakan potensi lahan dan letak strategis wilayah yang sangat mendukung,
sehingga lahan tersebut sangat produktif dalam memberikan nilai ekonomi dan
kesesuaian lahan di Kecamatan Polobangkeng Selatan.

C. Analisis Kependudukan

Berdasarkan data Kecamatan Polobangkeng pada 5 tahun terakhir yaitu


pada tahun 2013 sebanyak 27,611 jiwa , pada tahun 2014 sebanyak 27.843
jiwa, pada tahun 2015 sebanyak 28.070 jiwa, pada tahun 2016 sebanyak 28.287
jiwa dan pada tahun 2017 sebanyak 28.494 jiwa.
Proyeksi penduduk terhadap wilayah perencanaan yaitu Kecamatan
Polobangkeng Selatan dengan memperhatikan kecenderungan pertumbuhan
wilayah maka kami menggunakan pendekatan Ekstrapolatip. Pendekatan ini
digunakan untuk mengetahui kecendrungan pertumbuhan & perkembangan
dengan menggunakan metode proyeksi sesuai mekanisme dan struktur wilayah
perencanaan yang terjadi di Kecamatan Polobangkeng Selatan.

Tabel 5.1 Perkembangan Penduduk Kecamatan Polobangkeng Selatan 5 Tahun


Terakhir

No. Tahun JumlahPenduduk Pertambahan(jiwa)


(jiwa)
1. 2013 27.611 -

2. 2014 27.843 232

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 110


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

3. 2015 28.070 227

4. 2016 28.287 217

5. 2017 28.494 207


Jumlah 883
Sumber :Data BPS Kab. Takalar

𝑚
Rumus : Pn = P0 + (pn – p0)
𝑛

Keterangan : Pn = jumlah penduduk tahun awal

P0 = jumlah penduduk tahun akhir

n = jumlah tahun proyeksi

m = hasil dari selisih tahun awal dan akhir di tambah tahun yang
akan datang

1. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2022


𝑚
Pn = P0 + (pn – p0)
𝑛

4+5
P2022 = 27.611 + (28.494 – 27.611)
5

= 27.611 + 1,8 (883)

=29.200 jiwa

1. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2022


𝑚
Pn = P0 + 𝑛 (pn – p0)

4+5
P2027 = 28.494 + (29.200 – 28.494)
5

= 2.371 + 1,8 (706)

= 29.765 jiwa

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 111


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

2. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2032


𝑚
Pn = P0 + 𝑛 (pn – p0)

4+5
P2032 = 29.200 + (29.765 – 29.200)
5

= 29.200 + 1,8 (565)

= 30.217 jiwa

3. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2037


𝑚
Pn = P0 + 𝑛 (pn – p0)

4+5
P2037 = 29.765 + (30.217 – 29.765)
5

= 29.765 + 1,8 (452)

= 30.578 jiwa

Tabel 5.2 Analisis Jumlah Penduduk Kecamatan Polobangkeng Selatan


Tahun 2017-2032

No. Tahun JumlahPenduduk Pertambahan(jiwa)


(jiwa)
1. 2017 28.494 -
2. 2022 29.200 706
3. 2027 29.765 565
4. 2032 30.217 452
5. 2037 30.578 361
Rata-rata
pertumbuhan 417
penduduk
Sumber: Hasil analisis tahun 2018

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 112


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

D. Analisis Sarana Dan Prasarana


1. Analisis Kebutuhan Sarana
a. Fasilitas Pemukiman

Jumlah Perumahan di Kecamatan Polobangkeng Selatan pada tahun


2017 terdiri dari 5.698 unit.
Berdasarkan standar rumah sejahtera, 1 unit rumah diasumsikan dihuni
oleh 5 orang jiwa, dengan menggunakan asumsi ini maka dapat ditentukan
jumlah sarana perumahan yang perlu disediakan di Kecamatan
Polobangkeng Selatan pada tahun 2037. Adapun Penyediaan fasilitas
perumahan tersebut dibagi dalam 3 (tiga) type, yaitu:

 Type besar sebanyak 10% dengan luas kapling per unit 600 m 2 (20 m x 30
m).
 Type sedang sebanyak 30% dengan luas kapling per unit 200 m2 (10 m x
20 m).
 Type kecil sebanyak 60% dengan luas kapling per unit 150 m2 (10 m x 15
m).

Tabel 5.3 Analisis Fasilitas Pemukiman di Kecamatan Polobangkeng Selatan

No. Tipe rumah Jumlah Unit


1. Kecil 684
2. Sedang 342
3. Besar 114
Jumlah 1140
Sumber : Hasil analisis 2018
Dengan jumlah penduduk keseluruhan di Kecamatan Polobangkeng
Selatan setelah hasil proyeksi yaitu sebanyak 30.578 jiwa pada tahun 2037,
sehingga di butuhkan 684 unit tipe kecil, 342 tipe sedang, dan 114 unit tipe
besar.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 113


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Fasilitas Peribadatan

Sarana peribadatan yang dibutuhkan di kawasan perencanaan berupa


Masjid, mengingat jumlah penduduk yang kawasan perencanaan
didominasi agama islam. Adapun analisis kebutuhan fasilitas
peribadatan sebagaimana pada pembahasan berikut.
Pendekatan perencanaan berdasarkan populasi sebagai berikut :
1) Jumlah penduduk pendukung minimal sarana ini adalah 2.500 jiwa
dengan luas lahan yang dibutuhkan 600 m2 dan lokasi
penempatannya dapat dialokasikan pada konsentrasi kelompok
permukiman penduduk, sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan
mudah, atau dapat juga menggunakan standar yaitu < 40 jiwa yang
beribadah perlu disediakan Mushallah.
2) > 40 atau sekitar 1.779 jiwa yang beribadah perlu disediakan Masjid,
dengan kebutuhan lahan 600-1.500 m2. Atau dengan jumlah
penduduk pendukung 2500 jiwa perlu tersedian 1 unit masjid.
3) > 40 atau sekitar 1.779 jiwa yang beribadah perlu disediakan
Musholla, dengan kebutuhan lahan 100 m2. atau dengan jumlah
penduduk pendukung 250 jiwa perlu tersedia 1 unit musholla.

Jumlah sarana peribadatan di Kecamatan Polobangkeng


berjumlah 54 unit mesjid dan 5 unit musholah karena di Kecamatan
Polobangkeng Selatan mempunyai jumlah penduduk yang 100%
beragama Islam, tidak heran jika tidak ada gereja, pura, ataupun kuil di
Kecamatan ini. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 114


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Tabel 5.4 Analisis Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Polobangkeng Selatan

Jumlah Jumlah Hasil Analisis


Jenis
sarana penduduk
N sarana
eksisting proyeksi Penambaha
o peribadata Kebutuha
tahun pada Tahun n
n n
2017 (unit) 2037
1 Masjid 54 12
30.578 jiwa
Muholah 5 122 117

Sumber : Hasil Analisis tahun 2018


2) Análisis

Untuk fasilitas peribadatan yang ada pada lokasi survey yakni di


Kelurahan Polobangkeng Selatan dengan jumlah penduduk keseluruhan
yang memeluk agama islam yaitu sebesar 28.494 jiwa pada tahun 2017
karena seluruh penduduk beragama islam. Terdapat 54 unit masjid dan
5 unit musholah. Dan setelah proyeksi 20 tahun kedepan yakni tahun
2037 dengan jumlah penduduk 30.578 jiwa dimana jumlah penganut
agama islam yaitu 100%. Mengingat standar perencanaan 1 unit mesjid
2.500 jiwa. Oleh karena itu didapatkan hasil analisis kebutuhan fasilitas
masjid pada tahun 2032 sebanyak 12 unit dan musholah sebanyak 122
unit.

c. Sarana Pendidikan

1) Untuk TK, Standar yang digunakan untuk 1 TK yaitu dengan


jumlah penduduk pendukung 1.250 jiwa, dengan kebutuhan luas
lahan Minimal 500 m2
2) Untuk SD, Standar yang digunakan untuk 1 SD yaitu dengan
jumlah penduduk pendukung 1.600 jiwa, dengan kebutuhan luas
lahan Minimal 2.000 m2
3) Untuk SLTP, Standar yang digunakan untuk 1 SLTP yaitu
dengan jumlah penduduk pendukung 4.800 jiwa, dengan
kebutuhan luas lahan Minimal 9.000 m2

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 115


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

4) Untuk SMU, Standar yang digunakan untuk 1 SMU yaitu dengan


jumlah penduduk pendukung 4.800 jiwa, dengan kebutuhan luas
lahan Minimal 12.500 m2

Hingga Tahun 2011-2017 tersedia fasilitas Pendidikan berupa TK


dan SD di Kecamatan Polobangkeng dengan jumlah penduduk
keseluruhan 28.494 jiwa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 5.5 Analisis Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Polobangkeng Selatan

Jenis Jumlah Jumlah Hasil Analisis


sarana sarana penduduk
No pendidikan eksisting proyeksi Kebutuhan Penambahan
tahun pada tahun
2017 2031

1 Taman
Kanak-
Kanak 8 24
(TK)
30.578 jiwa
2 SD 24 19

3 SLTP/MTS 4 6 2

4 SLTA 1 6 5

Sumber : Hasil Analisis tahun 2018

d. Sarana Kesehatan

Adapun standar yang digunakan menurut Standar Pelayanan


Minimum (SPM) adalah sebagai berikut;

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 116


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

1) Standar penyediaan rumah sakit adalah dengan kriteria 240.000 jiwa.


2) Standard penyediaan puskesmas pembantu adalah dengan kriteria
30.000 jiwa dengan luas lahan 300 m2.
3) Standard penyediaan apotik adalah dengan kriteria 30.000 jiwa
dengan luas lahan 250 m2.
4) Standar penyediaan posyandu/ poskesdes adalah dengan kriteria
1.250 jiwa dengan luas 60 m2
5) Standar penyediaan Pustu dilakukan dengan pertimbangan faktor
geografis (kondisi alam) dan keterbatasan pelayanan Puskesmas,
sehingga keberadaan fasilitas ini diharapkan mampu meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada penduduk. Berdasarkan standar
perencanaan kebutuhan Puskesmas Pembantu didukung oleh jumlah
penduduk sebanyak 5.000-30.000 jiwa dan luas lahan 500 m2.

Tabel 5.6
Analisis Fasilitas Kesehatan
di Kecamatan Polobangkeng Selatan

Jumlah
Jumlah
penduduk Hasil Analisis
sarana
Jenis sarana proyeksi
No Eksisting
kesehatan pada
tahun
tahun Kebutuhan Penambahan
2017
2037

1 Puskesmas 2 1 1

2 Puskesdes 1 24 23
30.578
3 Posyandu 10 jiwa 24 14

4 Pustu 1 6 5
Sumber : Hasil Analisis tahun 2018

1) Analisis Data
a) Standard penyediaan puskesmas adalah dengan kriteria 30.000 jiwa
dengan aksesibilitas ke Sarana 1000 m2, dengan melihat jumlah

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 117


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

penduduk Kecamatan Polobangkeng Selatan pada tahun 2017


sebesar 28.498 jiwa dan setelah proyeksi 20 tahun ke depan pada
tahun 2037 sebesar 30.578 jiwa maka di butuhkan 1 unit
puskesmas.
b) Standar penyediaan posyandu/ poskesdes adalah dengan kriteria
1250 jiwa, dengan melihat jumlah penduduk di Kecamatan
Polobangkeng pada tahun 2037 yaitu sebanyak 30.587 jiwa, maka
memerlukan penambahan 24 unit posyandu dan puskesdes hinga
pada tahun 2037.
c) Berdasarkan standar perencanaan kebutuhan Puskesmas Pembantu
didukung oleh jumlah penduduk sebanyak 5.000-30.000 jiwa dan
luas lahan 500 m2 maka di butuhkan 6 unit Pustu.

d. Sarana Perdagangan dan Jasa

Tabel 5.7
Analisis Fasilitas Perdagangan dan Jasa
di Kecamatan Polobangkeng Selatan
Jumlah
Jumlah Jumlah Hasil Analisis
Proyeksi Kebutuhan
Jenis Sarana Sarana pendudu
N Pendudu Luas Lahan
perdagangan Eksisting k
O k Tahun Kebutuha Pernambaha Min m2
dan Jasa Tahun Menurut
2036 n n
2016 SPM
(jiwa)
1. Toko/warung 56 250 122 66 800
Pasar
2. 1 1647 30.000 1 1 10.000
Lingkungan
3 Bengkel 1 250 122 - 100

1) Standar penyediaan pasar lingkungan yaitu 120.000 jiwa dengan


aksesibilitas ke sarana >1000 m2, dengan melihat jumlah penduduk
Kecamatan Polobangkeng Selatan pada tahun 2032 sebanyak
30.587 jiwa maka dibutuhkan 1 unit pasar lingkungan.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 118


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

2) Standard penyediaan warung/toko yaitu 250 jiwa penduduk


pendukung dengan aksesibilitas ke sarana <150 m2 dengan melihat
jumlah penduduk Kecamatan Polobangkeng Selatan pada tahun
2032 sebanyak 30.578 jiwa maka dari itu perlu adanya 122 unit
took/warung

2. Analisis Kebutuhan Prasarana


a. Analisis Jaringan Persampahan

Pada kajian analisis ini akan dilakukan estimasi seberapa besar sampah
yang dihasilkan oleh penduduk kota dimasa mendatang dimana dibagi
kedalam dua sub bahasan, sebagaimana pada pembahasan berikut.
Berdasarkan standar perencanaan, produksi sampah kawasan
permukiman untuk setiap orang dapat menghasilkan 2,9 liter/orang/hari.
Jumlah kebutuhan sarana persampahan untuk tong sampah yaitu 40 liter
untuk setiap tong sampah, sedangkan untuk standar satu grobak yaitu 1m 3
atau 1000 liter, serta untuk standar container 6-8 m3 atau 6000-8000 liter.
Timbunan sampah.
Tabel 5.8 Analisis Jaringan Persampahan di Kecamatan
Polongbangkeng Selatan
Kebutuhan sarana
Jumlah persampahan
Jumlah
timbunan
No Kecamatan kk Tong
sampah Gerobak Container
sampah

Polombangkeng
1 6.115 17.733 2.394 14 2
Selatan

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 119


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

b. Analisis Jaringan Listrik

Proyeksi penduduk tahun 2037 untuk di Kecamatan Polombangkek


Selatan yaitu 30.578 jiwa, asumsi KK dalam jiwa/KK yaitu sebanyak
30.578 : 5 = 6.115 KK dengan asumsi jumlah rumah sebanyak 1.140
unit rumah di Kecamatan Polombangkeng Selatan.
a) Jumlah tegangan yang masuk tiap rumah adalah 900 watt
sehingga besarnya daya atau besar energi yang dibutuhkan di
Kecamatan Polongbangkeng Selatan yaitu sebesar 1.140 x 900 =
1.026.000 watt.

Tabel 5.9 Analisis Jaringan Listrik di Kecamatan Polongbangkeng


Selatan
Kebutuhan
Jumlah Sarana
NO Fasilitas Listrik
(Unit)
2031
1 Perumahan/type - -
· Type Besar 114 102.600 Watt
· Type Sedang 342 307.800 Watt
· Type Kecil 684 615.600 Watt
1.026.000
Jumlah 1.140
Watt
Sumber : Hasil Analisis tahun 2018

e. Jaringan Air Bersih

1) Air Bersih Perumahan

Kebutuhan air bersih untuk perumahan digolongkan untuk


kebutuhan perjiwa penghuni (jumlah penduduk). Diasumsikan
bahwa tiap satu rumah akan dialami oleh 1 KK dengan 5 jiwa. Tiap
1 jiwa membutuhkan lebih kurang 60 liter/hari.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 120


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Tabel 5.10 Analisis Jaringan Air Bersih di Kecamatan Polongbangkeng


Jumlah KK Kebutuhan Air Bersih
(liter/hari)
No Kecamatan Tahun

2017 2037 Tahun 2017 Tahun 2037

1 Polongbangkeng 5.698 6.115 341.880 366.900


Selatan
Hasil analisis 2018
2) Air Bersih Fasilitas Pelayanan Umum

Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pelayanan umum


digunakan asumsi – asumsi berdasarkan standar atau pedoman
perencanaan lingkungan. Kantor lingkungan, kantor pos pembantu,
dan parkir umum ditambah MCK, dengan kebutuhan air bersih 1.000
liter/unit/hari. Kecamatan Polongbangkeng Selatan tidak memiliki
fasilitas pelayanan umum berupa MCK. Untuk fasilitas social yang
lainnya memerlukan 3000 liter air bersih setiap hari.

3) Air Bersih Fasilitas Peribadatan

Kebutuhan sarana air bersih untuk Masjid adalah 3.500


liter/unit/hari, dan mushollah membutuhkan air bersih sebanyak
2.000 liter/unit/hari. Di Kecamatan Polongbangkeng Selatan
memiliki 54 unit masjid dan 5 unit musholah 10.000 pada tahun
2017 sehingga memerlukan air bersih 189.000 liter/unit/hari.
Sedangkan pada tahun 2037, diproyeksikan memerlukan 12 unit
mesjid dan 122 unit musholah sehingga membutuhkan air bersih
untuk masjid 42.000 liter/hari dan musholah 244.000 liter/hari

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 121


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Tabel 5.11

Analisis Jaringan Air Bersih Fasilitas Peribadatan


di Kecamatan Polongbangkeng Selatan
Jumlah fasilitas umum tahun Kebutuhan
Kecamatan air bersih

2017 2037 2037

Polongbankeng 54 Mesjid 12 Masjid 42.000


Selatan 5 Musholah 122 Musholah 244.000

Sumber : Hasil Analisis 2018

4) Air Bersih Fasilitas Kesehatan

Kebutuhan air bersih untuk fasilitas kesehatan menurut jenisnya


adalah Rumah sakit bersalin 5.000 liter/hari, Puskesmas 3.000
liter/unit/hari, PUSTU 1.500 liter/unit/hari.Balai pengobatan 8.000
liter/unit/hari. Tempat praktek dokter/posyandu 300 liter/unit/hari dan
Apotik 30 liter/unit/hari.

Jumlah fasilitas kesehatan yang dibutuhkan di Kecamatan


Polongbangkeng Selatan pada tahun 2037 sebanyak 14 unit yang
masing-masing terdiri dari 2 unit puskesmas, 1 unit Puskesdes, 10 unit
Posyandu, 10 unit pustu. Adapun analisis kebutuhan air bersihnya
dapat dilihat pada tabel 4.15

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 122


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Tabel 5.12
Analisis Jaringan Air Bersih Fasilitas Kesehatan
Di Kecamatan Polongbangkeng Selatan
Tahun 2037
No Fasilitas Kebutuhan Air
Bersih
(liter/unit/hari)

1. Puskesmas 2 unit 10.000

2. Puskesdes 1 unit 2500

3. Posyandu 10 unit 3000

4. Pustu 1 unit 1.500


Sumber: Hasil Analisis 2018

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 123


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kecamatan Polobangkeng Selatan merupakan salah satu Kecamatan yang


terletak di Kabupaten Takalar yang memiliki luas 88.07 Km² dengan jumlah
penduduk yang tercatat pada tahun 2017 yaitu 28.494 jiwa. Kecamatan
Polobangkeng Selatan memiliki 10 desa/kelurahan yaitu Pa’bundukang,
Bontokadatto, Rajaya, Bulukunyi, Cakura, Surulangi, Lantang, Moncongkomba,
Canrego, dan Patte’ne.

Dengan uraian yang telah disajikan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat pertumbuhan di Kecamatan Polobangkeng, selama 5 tahun


terakhir dari tahun 2013-2017 mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.
2. Dari pembahasan sebelumnya keberadaan sarana dan prasarana pada
Kecamatan Polobangkeng Selatan cukup memadai, namun karena
semakin bertambahnya penduduk sehingga diperlukan untuk
peningkatan fasilitas dan beberapa jaringan, seperti fasilitas pendidikan,
perdagangan dan jasa, jaringan telekomunikasi, persampahan, dan
kesehatan yang perlu dibenahi lagi.
3. Sistem penggunaan lahan di Kecamatan Polobangkeng Seletan sebagian
besar didominasi oleh sawah.
4. Proyeksi analisis penduduk tahun 2037 di Polobangkeng Selatan
sebanyak 30.578 jiwa dengan fasilitas pemukiman sebanyak 1.140 unit
rumah dengan pembagian tipe rumah kecil sebanyak 684 unit, tipe

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 124


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

sedang 342 unit dan tipe besar sebanyak 114 unit. Fasilitas peribadatan
yaitu masjid sebanyak 12 unit dan musholah 112. Fasilitas kesehatan
yaitu Puskesmas sebanyak 1 unit, Puskesdes sebanyak 24 unit,
Posyandu sebanyak 24 unit dan Pustu sebanyak 16. Perdagangan dan
jasa yaitu pasar lingkungan sebanyak 1 unit, toko/warung sebanyak 112
dan bengkel 122.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka adapun tindak lanjut nyata yang
harus dilakukan atas kesimpulan yang diperoleh :
1. Sebaiknya pemerintah setempat menyiapkan data yang lebih lengkap.
2. Diharapkan untuk pengembangan kawasan perencanaan kedepan maka
harus mengikuti pola perencanaan yang teratur dan terstruktur dengan
baik dan sesuai dengan pola perencanaan.
3. Dengan kondisi fasilitas yang cukup memadai di Kecamatan
Polombangkeng Selatan diharapkan kesadaran masyarakat untuk
menjaga dan memelihara fasilitas yang ada, penggunaan fasilitas yang
sesuai fungsi dan kebutuhan untuk kesejahteraan bersama serta
menjaga kelestaria lingkungan sekitar.
4. Dengan adanya survei ini diharapkan mahasiswa Teknik Perencanaan
Wilayah & Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar dapat memberikan informasi mengenai
Kecamatan Polobangkerng.

KECAMATAN POLOBANGKENG SELATAN Page 125

Anda mungkin juga menyukai