Anda di halaman 1dari 39

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

METODE
DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN HIDUP

Munajat Nursaputra
INTI MATERI

1 APA ITU D3TLH DAN BAGAIMANA


METODENYA? MENGAPA PAKAI PETA

APA BETUL PETA D3TLH ITU PENTING BAGI


PEMBANGUNAN? (UNTUK PROBLEM SOLVING
DAN PERINTAH UU)
2
MANFAAT PETA DAYA DUKUNG DAN DAYA
3 TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BAGI
PEMBANGUNAN
MENGAPA DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LH

Perencanaan Lingkungan
SIKLUS PILKADA

DDDT LH sebagai core business PPLH (UU


32 th 2009 PPLH)

Sebagai Basis Pengendalian


Pembangunan. Baseline.
Tapak

Sebagai Basis Pengendalian Pembangunan. Baseline. Tapak


• ANALISIS DDTLH,
SEDANG DICARI
BANYAK DAERAH
DAYA DUKUNG (DD) dan DAYA TAMPUNG (DT) T LH
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP
adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk MENDUKUNG perikehidupan
manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antarkeduanya.

DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP


DAYA DUKUNG
DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN adalah kemampuan lingkungan hidup
LINGKUNGAN
•KAPASITAs ambien •Kapasitas (supply) untuk MENYERAP zat, energi, dan/atau
•KEBUTUHAN
•Ekses atau dampak
kegiatan •Minim dampak komponen lain yang masuk atau
•Menampung/mene negatif, kecukupan, dimasukkan ke dalamnya.
tralisir harmoni

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN = PLANET/EKOSISTEM “MEMBERI” DUKUNGAN KAPASITAS SUMBERDAYA UNTUK KEGIATAN
(PEMBANGUNAN) (MANFAAT POSITIF)

DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN = PLANET/EKOSISTEM “MENERIMA”. KAPASITAS MENAMPUNG


HASIL/EKSES KEGIATAN (PEMBANGUNAN) (DAMPAK NEGATIF)
PENDEKATAN PERHITUNGAN DDDTLH
• Pendekatan ketersediaan atau stock (seperti
penyedia jasa ekosistem/ecosystem
services)
• Pendekatan kebutuhan (seperti model jejak
ekologi ‘ecologocal footprint’)
• Pendekatan keseimbangan ketersediaan dan
kebutuhan (supply-demand)
• Pendekatan threshold (batas kemampuan
maksimum lingkungan dalam mendukung
kehidupan)
MEMILIH PENDEKATAN MANA ?
1. OBJEK PENGAMATAN, pada objek pengamatan Kebijakan, Rencana, Program
(KRP) seperti KLHS dan RPPLH lebih tepat menggunakan pendekatan stock.
Sebaliknya untuk tujuan operasional analisis setingkat proyek, Pendekatan
supply-demand.
2. TUJUAN KAJIAN. Jika bertujuan spesifik atau sectoral, dapat digunakan
pendekatan supply-demand, sedangkan untuk tujuan umum, multitopik,
multisector (seperti lingkungan), pendekatan stock lebih tepat. Karena sulit nya
membatasi demand.
3. PERTIMBANGAN NILAI. Bagaimana menafsirkan daya dukung terlampaui/tidak
terlampaui?
a. Pendekatan supply-demand, menyajikan hasil terampaui dan tidak terlampaui
b. Pendekatan batas ambang, untuk topik tertentu juga dapat menyajikan hasil
terampaui dan tidak terlampaui
c. Pendekatan stock (supply), batas ambang bersifat indikatif. Memerlukan
interpretasi tersendiri. Lebih menekankan pada aspek kesesuaian lingkungan.
Misalnya semakin banyak risiko maka semakin berat kondisi daya dukung
lingkungan (terlampaui)

DIGUNAKAN SECARA BERTINGKAT, SALING MELENGKAPI


Pilihan Metoda
1. DDL dapat didekati dengan metoda Daya Dukung Lahan (land capacity) basic klasifikasi kemampuan lahan menurut
klasifikasi USDA, dengan asumsi kemampuan lahan merupakan klasifikasi yang bersifat interpretatif atas sifat-sifat
lahan yang permanen. Kita mengenal kelas kemampuan lahan I – VIII.
2. DDL dapat didekati dengan teknik perhitungan DD permukiman dari parameter jumlah penduduk, luas wilayah, luas
kawasan lindung, luas kawasan rawan bencana serta koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (SNI 03-1773-2004 =
26m2/kapita) dengan formula : DDPm = (LPm/IP) / α ; Jika DDP > 1 berarti, wilayah memiliki kemampuan menampung
penduduk untuk bermukim, jika DDP = 1 maka terjadi keseimbangan antara penduduk yang bermukim dengan luas
wilayah, tetapi DDP < 1 maka wilayah tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim
3. DDL – DTL dapat didekati dengan teknik perhitungan DD DAS (PP 37 Tahun 2012), jika Indeks DD-DAS <100 kategori
dipertahankan, jika Indeks DD DAS >100 kategori dipulihkan dengan rekomendasi opsi : (1) penerapan teknik
konservasi mengikuti parameter, (2) pengembangan kelembagaan, (3) optimalisasi penggunaan lahan, (4) restorasi
ekosistem, rehabilitasi dan reboisasi.
4. DDL dapat didekati dari perhitungan penentuan fungsi kawasan Hutan : seperti KH konservasi (karakteristik,
keanekaragaman flora - fauna endemik), Kriteria Penetuan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Produksi Terbatas dan
Produksi (Permentan Nomor 837/1980 dari parameter kelerengan, jenis tanah dan intensitas curah hujan
5. DDL dapat didekati dari perhitungan DD (DDE) ; jika DDE > 1, berarti bahwa terjadi kondisi surplus yaitu ekosistim
mampu mendukung penduduk yang tinggal didalamnya (ecological debt), jika DDE < 1, berarti bahwa terjadi kondisi
overshoot, dimana ekosistim tidak mampu mendukung penduduk yang tinggal (ecological defecit).
6. DDL dapat dihitung dari pendekatan DD fungsi lindung (DDL) memiliki nilai kisaran antara 0 – 1, semakin mendekati 1
menunjukan semakin baik fungsi lindung yang ada dalam suatu wilayah.
7. DDL dapat dilakukan dengan model DD Sumberdaya Air dihitung dengan pendekatan suppley side dan demand side,
dihitung dengan formula : DDA = PSA/KA ; dimana DDA = daya dukugn sumberdaya air (M3/tahun ; PSA= persediaan
sumberdaya air ; KA = kebutuhan air ; Apabila DDA > 1 maka terjadi surokus air atau air masih mampu medukung
populasi yang ada ; apabila DDA < 1, maka terjadi defisit air dan daya dukugn air sudah terlampaui.
8. DTL bisa dihitung dengan pendekatan Baku Mutu dan Baku Kerusakan Lingkungan.
9. DDL + DTL dapat dilakukan dengan Pendekatan Jasa Ekosistem
PENDEKATAN DDDTLH DENGAN BINGKAI LAYANAN EKOSISTEM
BERDASARKAN PERTIMBANGAN :
(LOKAKARYA KLHK, APRIL 2015)

• Konteks “dukungan” berimplikasi pada kapasitas sumber daya untuk


mendukung pelaksanaan suatu kegiatan
• Konteks “tampung” berimplikasi pada kapasitas menampung muatan
hasil/ekses dari pelaksanaan suatu kegiatan
• Konteks “lingkungan hidup” berimplikasi pada lokus alam/lingkungan hidup
• Unit ruang lingkungan hidup yang paling lazim digunakan adalah ekosistem
• Makna “ecosystem service” adalah benefit dari ekosistem yang digunakan
manusia
• Layanan ekosistem mencakup penyediaan sumber daya dan jasa yang sesuai
dengan konteks kapasitas “dukungan” dan “tampung” dari alam
PERHITUNGAN D3TLH
Pendekatan stock “Jasa Ekosistem”

• Value, menunjukkan besaran nilai


ketersediaan, kebutuhan atau
keseimbangan diantara keduanya
• Indek (seperti Indek Kulaitas
Lingkungan Hidup IKLH),
menunjukkan posisi relatif nilai
DDDTL serta dinamika perkembangan
indek antar nilai.
• Balanced sheet
• Peta DDDTLH, baik dalam bentuk
value maupun Indek yang
ditampilkan dalam bentuk spasial
sehingga dapat diketahui lokasi dan
distribusi spasial menurut unit
analisis
• (Value maupun indeks dapat pula
ditampilkan dalam bentuk grafik)
MAP AND PLAN
Pengukuran daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup menggunakan
konsep jasa ekosistem dengan pendekatan spasial
(Kesepakatan 31 Agustus 2015)
MENGAPA JASA EKOSISTEM
1. Memiliki dasar hukum yang pasti. Terdapat dalam Pasal 16 UUPPLH, isi KLHS
diantarnya DDDTLH dan Jasa Ekosistem
2. MENGGAMBARKAN DUA KONSEP DDLH DAN DTLH
3. Dapat memperbaiki sistem metodologi dalam pelaksanaan KLHS dan RPPLH,
4. Menjelaskan hubungan pembangunan dan lingkungan (ekosistem) secara
integratif. Tujuan dan isu pembangunan. Relevan dengan SDGs
5. Dasar pengambilan keputusan pembangunan dan konservasi lingkungan
(Prediksi Risiko dan Peluang)
6. Indikator bersifat komprehensif (lingkungan secara keseluruhan, bukan
sektoral) dan dapat dijadikan sebagai dasar kerja pembangunan bidang
Lingkungan Hidup
7. Menjamin keterhubungan skala Global, Nasional, Regional, dan Lokal (dipakai
internasional)
8. Mudah, Efektif dan Efisien dihubungkan dengan data-data sektoral lain
(bereferensi geografis)
9. Sebagai dasar perhitungan valuasi ekonomi (valuasi ekonomi jasa lingkungan)
dan Pembayaran jasa ekosistem... Tahap lanjutan.
10. Dapat digunakan untuk melakukan penilaian kesesuaian topical/sektoral
11. Menjadi kesepakatan nasional (KLHK), termuat dalam Surat Edaran (SE)
Mentri KLHK, Nomor 5/Menlhk/PKTL/PLA.3/11/2016 tentang Penyusunan
RPPLH Provinsi dan Kabupaten/Kota dan RAPERMEN D3TLH
APA ITU JASA EKOSISTEM DAN
HUBUNGAN DENGAN DDDTLH
Jasa Ekosistem adalah manfaat yang diperoleh
oleh manusia dari berbagai sumberdaya dan
proses alam yang secara bersama-sama
diberikan oleh suatu ekosistem yang
dikelompokkan ke dalam empat macam
manfaat yaitu manfaat penyediaan
(provisioning), produksi pangan dan air;
manfaat pengaturan (regulating) pengendalian
iklim dan penyakit; manfaat pendukung
(supporting),seperti siklus nutrien dan polinasi
tumbuhan; serta manfaat kultural (cultural),
spiritual dan rekreasional. Sistem klasifikasi
jasa ekosistem tersebut menggunakan standar
dari Millenium Ecosystem Assessment (2005)

ASUMSI
Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah,
maka semakin tinggi daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup
PENGELOMPOKAN DD DAN DT LH PADA JASA EKOSISTEM
• Makna “ecosystem service” adalah benefit dari ekosistem yang digunakan manusia
• Layanan ekosistem mencakup penyediaan sumber daya dan jasa yang sesuai dengan konteks kapasitas “dukungan”
dan “tampung” dari alam
No Jenis Jasa Ekositem Jenis DDL DTL
1 JASA PENYEDIAAN 1. Pangan
(PROVISIONING) 2. Air bersih
3. Serat (fiber)
4. Bahan bakar (fuel), Kayu dan Fosil
5. Sumberdaya genetik
2 JASA PENGATURAN 1. Pengaturan iklim
(REGULATING) 2. Pengaturan tata aliran air & banjir
3. Pencegahan dan perlindungan dari bencana alam
4. Pemurnian air
5. Pengolahan dan penguraian limbah
6. Pemeliharaan kualitas udara
7. Pengaturan penyerbukan alami (pollination)
8. Pengendalian hama & penyakit
3 JASA BUDAYA 1. Tempat tinggal & ruang hidup (sense of place)
(CULTURAL)* 2. Rekreasi & ecotourism
3. Estetika (Alam)
4. Pendidikan & pengetahuan
5. Ikatan budaya, adat, pola hidup
6. Spiritual & warisan leluhur
4 JASA PENDUKUNG 1. Pembentukan lapisan tanah & pemeliharaan kesuburan
(SUPPORTING) 2. Siklus hara (nutrient cycle)
3. Produksi primer
4. Biodiversitas (perlindungan plasma nutfah)
5. Habitat perkembangbiakan flora fauna

RPPLH – Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup – Jasa Ekosistem
Tahapan Penetapan Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Hidup

1. Tahap pembuatan peta Kinerja Jasa Lingkungan dengan


pendekatan Kesepakatan para Ahli

2. Tahap penentuan status DDDTLH dengan


mempertemukan kebutuhan dan ketersediaan dengan
menggunakan pendekatan sistem Grid.
Tahap 1. Pembuatan peta DDDTLH Kinerja Jasa
Lingkungan dengan pendekatan Kesepakatan para Ahli
Bentang Lahan
PENYUSUNAN PETA DDDTLH INDIKATIF
NASIONAL BERDASARKAN JASA LINGKUNGAN

Hitung Indeks
Jasa Lingkungan

Penutupan Lahan

Ekosistem

Klasifikasi Jasa Lingkungan :


 Sangat Tinggi
 Tinggi
 Sedang
 Rendah
 Sangat Rendah
Jasa Lingkungan: Fungsi, indikator keadaan dan indikator kinerja

Jasa
No Fungsi Indikator Keadaan Indikator Kinerja Bobot
Lingkungan
Fungsi Penyediaan Bentang Evegetasi Penutup
Lahan asli Lahan
1 Pangan a. Ketersediaan Stok total dan rata- Produktivitas bersih 0.28 0.12 0.6
tanaman (serealia rata dalam kg/ha (dalam kcal/ha/tahun
dan non serealia) atau unit lainnya)
yang dapat dimakan
b. Ketersediaan hewan
yang bisa dimakan

2 Air Ketersediaan air untuk Jumlah total air Jumlah maksimum 0.28 0.12 0.6
dimanfaatkan (m3/ha) ekstraksi air secara
berkelanjutan
(m3/ha/tahun)
3 Serat, bahan Ketersediaan spesies atau Total biomassa Jumlah optimum yang 0.15 0.35 0.5
bakar dan komponen abiotik dengan (kg/ha) layak diekstraksi
material lain potensi penggunaan kayu, (kg/ha/tahun)
bahan bakar, atau bahan
dasar
4 Sumberdaya Ketersediaan spesies Total nilai 'bank gen' , Indeks 0.1 0.4 0.5
genetik dengan materi genetik jumlah substansi, keanekaragaman
yang (berpotensi) biomassa (contohnya hayati
bermanfaat, misalnya jumlah spesies atau
untuk pengobatan dan sub spesies)
spesies ornamental.
Fungsi Pengaturan
5 Pengaturan kualitas udara Kapasitas ekosistem untuk Tutupan lahan yang Luasan tutupan lahan yang 0.08 0.32 0.6
menyerap aerosol dan bahan bervegetasi (Ha). bervegetasi (Ha)
kimia dari atmosfer.
6 Pengaturan iklim Pengaruh ekosistem terhadap Tupan lahan yang Luasan tutupan lahan yang 0.12 0.28 0.6
iklim lokal dan global melalui bervegetasi (Ha) bervegetasi (Ha)
tutupan lahan dan proses
yang dimediasi secara biologis
7 Pencegahan dan Struktur alam yang berfungsi Karakteristik bentang uasan karakteristik bentang lahan, 0.08 0.32 0.6
Perlindungan terhadap untuk pencegahan dan lahan, vegetasi dan vegetasi dan penutupan yang
bencana alam perlindungan dari kebakaran penutupan lahan berfungsi sebagai pencegahan dan
lahan, abrasi, longsor, badai, perlindungan terhadap bencana
gempa bumi, banjir dan alam (hektar). (toL
tsunami.
8 Pengaturan air Peran bentangalam dan Kapasitas infiltrasi Kuantitas infiltrasi dan retensi air 0.28 0.12 0.6
penutup lahan dalam infiltrasi(litology, topografi, serta pengaruhnya terhadap
air dan pelepasan air secara curah hujan, vegetasi, wilayah hidrologis (contohnya
berkala tutupan) dan retensi irigasi)
air (vegetasi, topografi,
litology) dalam m3
9 Pemurnian air dan Peran biota dan abiotik dalam Kapasitas flushing Kemampuan limbah yang dapat di 0.42 0.28 0.3
pengolahan limbah proses pembersihan atau (penggelontoran), flushing (gelontor) secara alami ,
penguraian materi organik, debit, topografi, dan m3/detik, lama waktu
senyawa dan nutrisi steril di meretansi beban pengendapan
sungai, danau, dan wilayah limbah dilihat dengan
pesisir. vegetasi
10 Pengaturan penyerbukan Ketergantungan tanaman Keanekaragaman dan Jumlah dan dampak dari spesies 0.08 0.32 0.6
alami budidaya pada penyerbuk kelimpahan spesies penyerbuk
alami penyerbuk
11 Pengendalian Hama Kontrol populasi hama Jumlah dan dampak Pengurangan penyakit manusia, 0.08 0.32 0.6
melalui hubungan trofik dari speises pengontrol hama penyakit hewan
hama
Fungsi Pendukung
12 Habitat dan Pentingnya ekosistem Jumlah spesies dan Ketergantungan 0.24 0.16 0.6
Keanekaraga untuk menyediaan individu transien ekosistem lain (atau
man hayati habitat untuk (khususnnya ekonomi) pada jasa
pembiakan, makan, dengan nilai berkembangbiak
istirahat dan untuk komersil)
spesies transien

13 Pembentukan Peran proses alami Penutupan akar Jumlah pucuk tanah 0.2 0.2 0.6
dan dalam pembentukan tanaman yang dihasilkan per
regenerasi dan regenerasi tanah contohnya ha/tahun
tanah bioturbasi
Formulasi DDLH:

DDDTLH saat ini =f {Bentang lahan, Vegetasi, Penutup Lahan}

=(wbl x sbl)+(wveg x sveg)+(wpl x spl)

Keterangan :
DDDTLH = Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
wbl = bobot bentuklahan
sbl = skor bentuklahan
wveg = bobot vegetasi
sveg = skor vegetasi
wpl = bobot penutup lahan
spl = skor penutup lahan
Peta Kinerja Jasa Lingkungan
Pemanfaatan Data D3TLH berbasis
Ecosystem Service untuk Analisis
Kajian Lingkungan Hidup
Indeks Jasa Ekosistem
 Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup terhadap jasa ekosistem
tertentu yang telah disusun oleh P3E Sulawesi Maluku dalam skala pulau dan
kepulauan direpresentasikan dalam bentuk indeks D3TLH. Indeks tersebut dihitung
dengan melibatkan nilai bobot jasa ekosistem terhadap ekoregion dan penutup
lahan.
 Hasil perhitungan indeks DDDTLH akan memiliki rentang 0 – 5 yang terbagi menjadi 5
klasifikasi :
1. sangat tinggi
2. tinggi
3. sedang
4. rendah
5. sangat rendah
 Indeks ini merepresentasikan kemampuan suatu jenis lahan atau ekoregion dalam
menyediakan beragam jasa ekosistem untuk mendukung perikehidupan makhluk
hidup berdasarkan suatu rentang nilai.
 Indeks daya dukung dan daya tampung dihitung untuk masing-masing jenis jasa
ekosistem yang ditampilkan berdasarkan kondisi ekoregion, vegetasi alami, tutupan
lahan dan administrasi.
Tahapan Penilaian Dampak
Kebijakan Rencana dan/atau
Program terhadap D3TLH
Arahan Rekomendasi yang dapat
Klasifikasi IJE Interpretasi
dilakukan
Sangat Tinggi memberikan dampak lingkungan besar / perlu menghindari
tidak berkesesuaian tingkat 1
Tinggi memberikan dampak lingkungan besar / perlu upaya mitigasi
tidak berkesesuaian tingkat 2
Sedang memberikan dampak lingkungan besar / perlu upaya adaptasi
tidak berkesesuaian tingkat 3
Rendah berkesesuaian (dampak lingkungan kecil) Diupayakan untuk menjaga kondisi
eksisting lingkungan
Sangat Rendah berkesesuaian (dampak lingkungan kecil) Diupayakan untuk menjaga kondisi
eksisting lingkungan
Tahap 2. Tahap penentuan status DDDTLH dengan
mempertemukan kebutuhan dan ketersediaan
dengan menggunakan pendekatan sistem Grid

Contoh: Status DDDT Penyediaan Air


Pemetaan Status DDDTLH

Ketersediaan Pemanfaatan Status Daya


Sumber Daya Sumber Daya Dukung

Grid Ketersediaan Pemanfaatan Ambang Batas


Air Air Air
- Air Permukaan - Perkapita
- Cekungan Air - Land Use dan Status Daya
Tanah Land Cover Dukung Air

Ketersediaan Kebutuhan Ambang Batas


Pangan Pangan Pangan
- Pertanian - Perkapita
- Peternakan Status Daya
- Perikanan Pangan

Kabupaten/Kota Status Daya


Dukung
Indonesian Multiscale Grid System
Sistem Grid di Ekoregion Sulawesi dan Maluku
Menghitung Ketersediaan
Indeks Jasa Ekosistem (Peta Indikatif D3TLH)
Overlay baseline Grid
Analisis Ekoregion dan Penutupan Lahan

Input nilai Ketersediaan Air suatu


wilayah per setiap grid yang memiiki
nilai IJE

Contoh nilai ketersediaan air di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar


3.578.279.186,67 m3 (Sumber: Hasil Simulasi Model SWAT untuk
DAS-DAS di Sulawesi Selatan)
Total nilai indeks jasa ekosistem air di Provinsi Sulawesi Selatan adalah
18.786,47. Sehingga 1 IJE di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki nilai
ketersediaan air adalah 190.471,13 m3
Peta Indikatif Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Provinsi
Sulawesi Selatan

Ketersediaan Air
Sulawesi Selatan
Kebutuhan Air
Sulawesi Selatan

Untuk menghitung kebutuhan air


di Sulawesi Selatan diperoleh
dengan mengalikan jumlah
penduduk pada setiap grid
dengan standar kebutuhan air per
kapita per hari (menggunakan
standar SNI Neraca Sumberdaya
air Tahun 2015)
Status Daya Dukung Penyediaan Air Sulawesi Selatan

Ambang batas status daya dukung diperoleh dari


perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan.
Status Daya Dukung Penyediaan Air Kabupaten/Kota
di Sulawesi Selatan
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Belum Melampaui Ambang Batas Sudah Melampaui Ambang Batas


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai