1 Latar Belakang
Proses metabolisme tubuh manusia menghasilkan bahan buangan berupa gas, cairan, dan padatan. Buangan padatan dikenal dengan istilah tinja yang sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa organik, cairan dan bakteri. Buangan cairan dan padatan (tinja) tersebut walaupun sudah melalui pengolahan dalam tangki septik namun masih memiliki kandungan organik yang tinggi sebagai bahan yang berpotensi mencemari lingkungan hidup, mengingat limbah tinja mempunyai nilai BOD (Biological Oxygen Demand) nilai TSS (Total Suspended Solid) serta kandungan bakteri coliform dalam jumlah yang besar. Selain itu keberadaan limbah tinja juga dapat menimbulkan masalah sosial, yaitu dari segi estetika, bau yang tidak sedap, serta dampak kesehatan manusia. Selama ini pengolahan lumpur tinja penduduk Kota Merauke hanya memakai tangki septik yang terbangun secara permanen maupun non permanen, padahal Kota Merauke mempunyai air tanah yang dangkal. Dengan demikian sistem tangki septik tidak cocok diterapkan karena peresapannya tidak akan berfungsi dengan baik dan akan membuat tangki menjadi cepat penuh sebelum waktunya, sedangkan pada saat musim kemarau resiko penyakit akan semakin besar karena turunnya debit air di dalam tangki mengakibatkan persentase kadar koli tinja semakin meningkat. Tangki septik yang tidak kedap air juga membuat koli tinja menyerap ke dalam tanah sehingga akan mencemari air tanah dangkal. Sebagai akibatnya air sumur yang digunakan warga untuk berbagai keperluan sangat mungkin tercemar bakteri koli yang meresap dari tangki septik yang tidak kedap air tersebut. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan bangunan pengolahan khusus lumpur tinja sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air. Pengolahan lumpur tinja bertujuan
2 untuk mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan. Untuk itu ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan khususnya IPLT di Kota Merauke merupakan hal yang sangat mendesak karena pada saat ini belum tersedia fasilitas untuk mengolah lumpur tinja secara baik.