Anda di halaman 1dari 23

Daya Dukung dan Daya Tampung

Lingkungan Hidup dalam


Pembangunan Wilayah
• daya dukung dan daya tampung lingkungan
yang dapat menunjang semua kegiatan
manusia sangat penting untuk diperhatikan,
agar dapat memenuhi semua kebutuhan
manusia dan makhluk hidup lainnya, tanpa
menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
• kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lainnya
dan keseimbangan antar keduanya (= daya
dukung lingkungan hidup) serta kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi
dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya (= daya tampung
lingkungan hidup) penting untuk diketahui,
dipahami dan dijadikan dasar dalam perencanaan
pemanfaatan sumber daya alam, perencanaan
pembangunan dan perencanaan pemanfaatan
ruang.
• Dalam Undang-undang nomor 32 Tahun 2009, Pasal 12
menyebutkan bahwa apabila Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) belum tersusun, maka
pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

• Pasal 15, 16 dan 17 menjelaskan bahwa daya dukung dan daya


tampung lingkungan hidup merupakan salah satu muatan kajian
yang mendasari penyusunan atau evaluasi rencana tata ruang
wilayah (RTRW), rencana pembangunan jangka panjang dan jangka
menengah (RPJP dan RPJM) serta kebijakan, rencana dan/atau
program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup, melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS).
• Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
tertuang pula pada Pasal 19, yang menyatakan bahwa
untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata
ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS dan
ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup.
• Keterkaitan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dengan KLHS, RPPLH dan pemanfaatan sumber
daya alam sebagaimana digambarkan pada diagram
keterkaitan DDTLH.
Diagram keterkaitan DDTLH
• Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dalam Pasal 19, 22, 25 dan 28
diamanatkan bahwa rencana tata ruang wilayah
nasional, provinsi dan kabupaten/kota harus disusun
dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.
• Pasal 34 ayat (4) dinyatakan bahwa pemanfaatan ruang
wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang, standar kualitas lingkungan
serta daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
• Tata cara penetapan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup diatur dalam
peraturan pemerintah.
KEBIJAKAN NASIONAL
DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP

Laksmi Wijayanti
Direktur Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan
Sektor
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Semarang, 26 Juli 2017


POSISI DALAM UU NO. 32/2009

Penegakan
Pemanfaatan Pemeliharaan
hukum

Perencanaan Pengendalian Pengawasan

Mekanisme Instrumen
dan kerangka pencegahan
RPPLH

• Daya dukung dan daya • KLHS, tata ruang, baku mutu LH,
tampung lingkungan hidup baku kerusakan LH, AMDAL, UKL-
UPL, izin lingkungan, instrumen
• RPPLH ekonomi lingkungan, dll
KERANGKA HUKUM : UU NO. 32/2009
• DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP :
– “Kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup
lainnya dan keseimbangan antar keduanya”
– Mengandung unsur makna :
• Kapasitas penyediaan (supply) sistem & sumber alam
• Jumlah kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya (demand)
• Cukup, harmonis dan minim dampak negatif
• DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP :
– “Kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalamnya”
– Mengandung unsur makna :
• Kapasitas ambien (supply)
• Hasil produk dan ekses dari suatu kegiatan (demand)
• Menampung dan menetralisir
KERANGKA KONSEP

Gambar 1.1 Konsepsi keterkaitan antara pemanfaatan sumberdaya alam


dan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
“BUILDING BLOCKS” PENERAPAN DDDTLH
Kerangka pikir

Tata kelola Ecosystem Services

GOVERN- Supply ><


ANCE Demand
Kerangka ukur
kapasitas

Kerangka spasial
Ecoregional Unit
BUILDING BLOCKS 1 :
KERANGKA ECOSYSTEM SERVICES

Dalam bahasa peraturan hukum


akan disebut sebagai :

JASA LINGKUNGAN
BUILDING BLOCKS 2 :
EKOREGION

Kesamaan ciri
:
• Iklim
• Tanah
• Air
• Flora
• Fauna
• Interaksi
manusia
BUILDING BLOCKS 3 :
KAPASITAS PENYEDIAAN TERHADAP PERMINTAAN

Prinsip :
• Seberapa
besar dan
berlanjutnya
supply Jasa
Lingkungan
terhadap
permintaan Gambar 1.1 Konsepsi keterkaitan antara pemanfaatan sumberdaya alam
dan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Berpijak dari hal tersebut, pembangunan nasional kedepan perlu mendasarkan pada
BUILDING BLOCKS 4 :
INTERVENSI KEBIJAKAN DAN GOVERNANCE

• Intervensi kebijakan dan tata kelola


dibutuhkan untuk kondisi :
– Permintaan melampaui penyediaan
– Penyediaan tidak berkelanjutan
– Manfaat tidak merata
– Dampak dan resiko tidak merata
– Jasa lingkungan undervalued atau overvalued
Status daya dukung lingkungan hidup indikatif Pulau
Jawa

1. Daya dukung penyediaan pangan bagi penduduk Pulau Jawa BELUM


TERLAMPAUI;
2. Daya dukung penyediaan air bagi penduduk Jawa TELAH
TERLAMPAUI
3. Jumlah populasi penduduk maksimal yang dapat didukung
ketersediaan pangannya secara alamiah oleh Pulau Jawa adalah 275
juta jiwa populasi, atau kurang dari 2 (dua) kali lipat jumlah penduduk
eksisting pada tahun 2015 yang sebanyak 145 juta jiwa; dan
4. Jumlah populasi penduduk maksimal yang dapat didukung
ketersediaan airnya secara alamiah oleh Pulau Jawa adalah 31 juta
jiwa populasi, atau sekitar 1/5 (seperlima) dari jumlah penduduk
eksisting pada tahun 2015 yang sebanyak 145 juta jiwa.
Peta Status Daya Dukung Lingkungan Hidup berdasarkan Jasa Ekosistem Air Bersih
di Ekoregion Pulau Jawa
Peta Status Daya Dukung Lingkungan Hidup berdasarkan Jasa Ekosistem Bahan
Pangan di Ekoregion Pulau Jawa
Perkiraan Kinerja Jasa Lingkungan di Jawa

a. Distribusi daya dukung penyediaan pangan sebagai berikut :


1. Memiliki indeks TINGGI seluas 18 % dari luas Pulau Jawa
2. Memiliki indeks SEDANG seluas 24 % dari luas Pulau Jawa
3. Memiliki indeks RENDAH seluas 58 % dari luas Pulau Jawa
b. Distribusi daya dukung penyediaan air sebagai berikut :
1. Memiliki indeks TINGGI seluas 20 % dari luas Pulau Jawa
2. Memiliki indeks SEDANG seluas 49 % dari luas Pulau Jawa
3. Memiliki indeks RENDAH seluas 31 % dari luas Pulau Jawa
Peta daya dukung lingkungan hidup indikatif Pulau Jawa berdasarkan
jasa lingkungan penyedia pangan
Peta daya dukung lingkungan hidup indikatif Pulau Jawa berdasarkan
jasa lingkungan penyedia air permukaan

Anda mungkin juga menyukai