Anda di halaman 1dari 37

Peraturan Direktur Jenderal

Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan


Nomor P.2/PKTL/PDLKWS/PLA.3/1/2022

PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN VERIFIKASI LAPANGAN
JASA LINGKUNGAN HIDUP TINGGI
TERKAIT DENGAN AIR

DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN


KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
TAHUN 2022
LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
DAN TATA LINGKUNGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN VERIFIKASI LAPANGAN JASA LINGKUNGAN
HIDUP TINGGI TERKAIT DENGAN AIR
NOMOR : P. 2/PKTL/PDLKWS/PLA.3/1/2022
TANGGAL : 21 JANUARI 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu indikator kualitas lingkungan hidup
yang baik. Itu sebabnya mengapa dua dari indikator capaian sasaran
strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan langsung
mengacu kepada keberadaan hutan secara fisik dan kelangsungan
fungsinya. Indikator pertama yakni Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
memiliki komponen penilaian berupa indeks tutupan hutan. Semakin luas
tutupan hutan maka indeks tutupan hutan menjadi semakin tinggi dan itu
berarti kualitas lingkungan hidupnya pun semakin baik. Hutan juga
memiliki fungsi/jasa ekosistem pengaturan iklim, pengaturan tata aliran
air dan banjir serta penyediaan air bersih. Kesemua fungsi tersebut
berkaitan erat dengan kualitas udara dan air. Semakin luas tutupan hutan
dan semakin baik kualitas hutannya, kontribusinya terhadap peningkatan
kualitas udara dan air meningkat. Untuk itu, pengelolaan hutan harus
dilakukan dalam satu kesatuan ekosistem. Ekosistem adalah suatu ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan. Ekosistem
juga bisa dikatakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Ekosistem memberikan banyak manfaat bagi manusia, mahluk hidup
lainnya, serta lingkungannya yang dinamakan dengan jasa lingkungan
hidup. Ekosistem kawasan hutan memberikan berbagai manfaat jasa
lingkungan hidup. Pendekatan jasa lingkungan hidup diperlukan dalam
perencanaan, pengambilan keputusan dan pengelolaan kawasan hutan
yang komprehensif, yang menguraikan “strategi pengelolaan terpadu”
tanah, air, dan sumber daya kehidupan yang meningkatkan konservasi
dan pemakaian secara berkelanjutan dan berkeadilan.
Peraturan Presiden nomor 46 tahun 2017 tentang instrumen
ekonomi lingkungan mendefinisikan jasa lingkungan hidup adalah
manfaat dari ekosistem dan lingkungan hidup bagi manusia dan
keberlangsungan kehidupan yang diantaranya mencakup penyediaan
sumber daya alam, pengaturan alam dan lingkungan hidup, penyokong
proses alam, dan pelestarian nilai budaya. Jasa lingkungan hidup yang
berkaitan dengan kuantitas dan kualitas air adalah jasa lingkungan hidup
penyedia air dan pengatur air. Jasa lingkungan hidup tersebut diatas di
dapat dari kawasan hutan dan APL (Areal Penggunaan Lain). Kawasan
hutan sebagai jasa penyedia mencakup penyediaan jasa seperti pangan,
air bersih, energi, sumber daya genetik, dan lainnya. Jasa ekosistem yang
kedua adalah jasa pengaturan, yaitu fungsi kawasan hutan produksi
untuk menjaga kualitas udara, pengaturan iklim, pengaturan tata aliran
1
air, pencegahan dan perlindungan dari bencana alam, dan lainnya. Jasa
ekosistem yang ketiga adalah jasa kebudayaan. Jasa kebudayaan yang
tersemat dalam kawasan hutan contohnya adalah rekreasi, ekowisata, dan
estetika. Jasa lingkungan hidup yang keempat adalah jasa pendukung
yang bertujuan untuk mendukung keberlangsungan ekosistem di kawasan
hutan maupun APL, seperti siklus hara, penjaga kesuburan tanah,
keragaman hayati, dan lainnya. Dengan demikian, sektor-sektor
pembangunan termasuk kehutanan harus memperhatikan fungsi dan jasa
lingkungan hidup dari ekosistem tersebut.
Sektor kehutanan merupakan potensi alam yang bernilai strategis
bagi perkembangan sebuah negara, didalamnya terdapat fungsi (jasa)
pengaturan, penyedia, pendukung dan kebudayaan yang memberikan
manfaat bagi kawasan diluar hutan. Pembangunan sektor kehutanan yang
tidak berkelanjutan merupakan salah satu bentuk masalah yang
berdampak pada merosotnya kualitas lingkungan. Kebijakan
pembangunan seringkali condong kearah nilai ekonomis dan menjadikan
lingkungan seakan-akan diabaikan. Kondisi ini hampir dirasakan oleh
beberapa negara yang masih berkiblat pada nilai ekonomis dalam
penentuan kebijakan pembangunan. Namun, apabila memperhatikan
pemanfaatan jasa lingkungan hidup serta daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup, keberlanjutan pembangunan niscaya dapat dilakukan.
Berdasarkan pertimbangan kondisi tersebut di atas, maka
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat
Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan menyusun data
spasial jasa lingkungan hidup pengatur air dengan indeks tinggi di wilayah
seluruh Indonesia dalam bentuk peta dengan skala informasi 1 : 250.000.
Namun hasil kegiatan penyusunan tersebut masih memiliki kekurangan
yang perlu dikoreksi dan diperbaiki melalui kegiatan verifikasi lapangan.
Kegiatan verifikasi lapangan prioritas pertama direncanakan akan
dilakukan di Pulau Kalimantan dan Papua. Hasil verifikasi diharapkan
dapat dijadikan bahan penyempurnaan data spasial, sehingga data
tersebut dapat mendukung pada optimalisasi pembangunan bidang
lingkungan hidup dan kehutanan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari petunjuk teknis ini adalah sebagai arahan dan
pedoman bagi pelaksana kegiatan verifikasi lapangan jasa lingkungan
hidup tinggi terkait dengan air.
Tujuannya adalah untuk memperoleh persamaan persepsi dan
metode dalam pelaksanaan kegiatan verifikasi lapangan jasa lingkungan
hidup tinggi terkait dengan air.
C. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan hasil verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi
terkait dengan air.
D. Pengertian Umum
1. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
2
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UU Nomor 32 Tahun
2009).
2. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan
hidup (UU Nomor 32 Tahun 2009).
3. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem.
4. Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim,
tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan
alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan
hidup.
5. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
6. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya.
7. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya.
8. Bentang alam adalah bentangan permukaan bumi yang didalamnya
terjadi hubungan saling terkait (interrelationship) dan saling
kebergantungan (interdependency) antar berbagai komponen
lingkungan, seperti: udara, air, batuan, tanah, dan flora-fauna, yang
mempengaruhi keberlangsungan kehidupan manusia yang tinggal
didalamnya. (Verstappen, 1983).
9. Tipe vegetasi alami adalah mosaik komunitas tumbuhan dalam lanskap
yang belum dipengaruhi oleh manusia (Diversitas Ekosistem Alami
Indonesia, KLH, 2010).
10. Penutupan lahan adalah merupakan garis yang menggambarkan batas
penampakan area tutupan diatas permukaan bumi yang terdiri dari
bentang alam dan/atau bentang buatan (UU 41/2011).
11. Penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah
proses/cara kajian ilmiah untuk menentukan/mengetahui kemampuan
suatu wilayah dalam mendukung kebutuhan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya.
12. Penetapan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah
penetapan kemampuan suatu wilayah dalam batas optimal yang harus
diperhatikan untuk mendukung kebutuhan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan yang didasarkan pada
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
13. Jasa lingkungan hidup adalah manfaat dari ekosistem dan lingkungan
hidup bagi manusia dan keberlangsungan kehidupan yang diantaranya
mencakup penyediaan sumber daya alam, pengaturan alam dan
lingkungan hidup, penyokong proses alam, dan pelestarian nilai budaya
(PP 46/2017).
3
14. Fungsi lingkungan hidup adalah kapasitas atau potensi ekosistem
untuk memberikan jasa yang dipengaruhi oleh struktur yang dimiliki
oleh suatu ekosistem dan proses terjadi didalamnya).
15. Jasa Lingkungan Hidup Tinggi terkait Air adalah manfaat yang
diperoleh dari ekosistem dan fungsi lingkungan hidup bagi manusia
dan keberlangsungan kehidupan dalam pengaturan air (infiltrasi,
retensi, dan evapotranspirasi) pada siklus hidrologi;
16. Kinerja jasa lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
dalam memberikan jasa bagi para pemanfaatnya.
17. Kepala Balai adalah Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH).

4
BAB II
PERENCANAAN VERIFIKASI LAPANGAN

Tahapan perencanaan yang dilakukan sebelum melaksanakan verifikasi


lapangan jasa lingkungan hidup tinggi terkait dengan air adalah:
A. Pengumpulan peta dasar dan peta tematik
Peta dasar dan tematik digunakan untuk memperoleh informasi awal dalam
rangka kegiatan verifikasi lapangan. Adapun sumber peta yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Peta Indikatif Jasa Lingkungan Hidup Tinggi terkait dengan Air skala 1 :
250.000 yang memuat informasi karakteristik bentang alam,tipe vegetasi
alami, dan penutupan lahan;
2. Peta Wilayah Ekoregion Indonesia Skala 1:250.000 berdasarkan Keputusan
Menteri Linkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor: SK.1272/ MENLHK/
SETJEN/ PLA.3/12/ 2021 tentang Penetapan Karakteristik Bentang Alam
dan Karakteristik Vegetasi Alami;
3. Peta Penutupan Lahan skala 1 : 250.000 tahun terakhir yang dikeluarkan
oleh Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
(IPSDH), Direktorat Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan;
4. Peta Kawasan Hutan Provinsi skala 1 : 250.000, penetapan tahun terakhir
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan; dan
5. Peta Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan skala 1: 250.000.
B. Perencanaan waktu dan lama pelaksanaan verifikasi lapangan
Waktu dan lama pelaksanaan verifikasi lapangan adalah sebagai berikut:
1. Dalam hal lokasi kegiatan berada pada provinsi yang berbeda, maka
koordinasi dan pengumpulan data di Provinsi diperlukan waktu selama 3
(tiga) hari.
2. Koordinasi dan pengumpulan data di Kabupaten diperlukan waktu selama
3 (tiga) hari.
3. Satu regu dalam melaksanakan verifikasi lapangan dibutuhkan waktu
selama 15 (lima belas) hari untuk pengamatan, pengukuran, dan
perpindahan lokasi antar titik.
C. Perencanaan biaya
Komponen biaya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan
verifikasi lapangan adalah:
1. Bahan makanan kerjantara;
2. Dokumentasi lapangan;
3. Perlengkapan kerja lapangan (personel use);
4. Bahan pendukung/ATK;
5. Upah kerjantara;
6. Biaya transport tenaga teknis ke Provinsi/Kabupaten;
7. Biaya penginapan tenaga teknis di Provinsi/Kabupaten dan sekitarnya;
8. Lumpsum tenaga teknis di Provinsi/Kabupaten/Kota;
9. Uang harian lapangan tenaga teknis; dan
10. Transport lapangan.
D. Perencanaan Peralatan dan Perlengkapan Kerja
1. Peralatan yang dipergunakan dalam melaksanakan verifikasi lapangan
adalah:
a. 1 unit GPS (Global Positioning System);
b. 1 unit Kompas Geologi;
c. 1 unit Clinometer (alat pengukur kemiringan lapangan);
d. 1 unit Altimeter (alat pengukur ketinggian tempat);

5
e. 1 unit refractometer, salinometer (alar pengukur salinitas air);
f. pH meter/kertas lakmus (mengukur ph tanah);
g. Palu Geologi (untuk mengambil sample batuan);
h. 1 unit Drone (untuk pemetaan);
i. Cairan HCl (untuk menguji kandungan kapur/CaCO3)
j. 1 unit Kamera (untuk dokumentasi); dan
2. Perlengkapan kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan verifikasi
lapangan adalah:
a. Instruksi kerja/rencana kerja dan peta kerja;
b. Tally sheet;
c. Alat tulis yang terdiri dari: pensil/ballpoint, spidol, penghapus,
penggaris, buku tulis, dll;
d. Bahan makanan; dan
e. Perlengkapan kerja lapangan.
E. Perencanaan regu kerja
Jumlah personil dalam satu regu berjumlah 6 (enam) orang yang terdiri
dari :
1. Tenaga teknis 3 (tiga) orang terdiri dari :
a. Ketua regu 1 (satu) orang dari BPKH Ketua Regu adalah ASN dengan
kualifikasi antara lain: Penafsir Citra Satelit dan Potret Udara atau Analis
Informasi Sumber Daya Hutan atau Pengendali Ekosistem Hutan atau
Surveyor Pemetaan atau telah mengikuti Bimbingan Teknis Verifikasi
Lapangan Jasa Lingkungan Hidup Pengatur Air.
b. Anggota regu 2 (dua) orang terdiri dari 1 (satu) orang dari BPKH dan 1
(satu) orang dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan lainnya yang terkait dengan lokasi atau organisasi
perangkat daerah (OPD) yang mengurusi masalah Lingkungan Hidup dan
Kehutanan di kabupaten/kota.
2. Tenaga kerjantara 3 (tiga) orang (berasal dari tokoh/anggota masyarakat
sekitar lokasi pengamatan)

F. Penentuan lokasi kegiatan verifikasi lapangan


1. Proses Penentuan Titik Verifikasi Lapangan Jasa Lingkungan Hidup Tinggi
Lokasi kegiatan verifikasi lapangan ditentukan oleh Direktorat
Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor
(PDLKWS) kemudian disampaikan ke Balai Pemantapan Kawasan Hutan
(BPKH) untuk ditelaah lebih lanjut berdasarkan kriteria penentuan lokasi
yang telah ditentukan. Lokasi yang telah ditentukan kembali diusulkan
oleh BPKH ke Direktorat PDLKWS.

Gambar. Alur Penentuan Lokasi Verifikasi Lapangan


Jasa Lingkungan Hidup Tinggi terkait Air
6
Penentuan lokasi kegiatan verifikasi lapangan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Aksesibilitas atau keterjangkauan lokasi kegiatan verifikasi lapangan.
b) Area jasa lingkungan hidup tinggi dan sangat tinggi dalam Peta
Indikatif jasa lingkungan hidup tinggi terkait air yang dikeluarkan
oleh Direktorat PDLKWS.
c) Peta Indikatif Wilayah Ekoregion Indonesia yang berisi informasi peta
karakterisitik bentang alam dan tipe vegetasi alami skala 1: 250.000
yang dikeluarkan oleh Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan
Kebijakan Wilayah dan Sektor, Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan;
2. Titik Verifikasi Lapangan Jasa Lingkungan Hidup Tinggi
a) Jumlah titik verifikasi lapangan adalah minimal 15 titik per regu;
b) Masing-masing titik mewakili area verifikasi seluas 1Km X 1Km;
c) Pemilihan titik verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi
memperhatikan keterwakilan karakteristik wilayah ekoregion (tipe
bentang alam dan vegetasi alami) dalam satu wilayah kerja;
d) Untuk titik yang tidak dapat diakses, pergeseran titik dapat
dilakukan sejauh 2,5Km dari titik rencana ke lokasi yang dapat
diakses dan memiliki karakter yang sama.
3. Setiap perubahan titik disampaikan dalam berita acara sebagaimana
terlampir.
G. Membuat dan menyusun rencana kerja dan peta kerja
Membuat dan menyusun rencana kerja dan peta kerja (menggunakan
data shapefile dari Dit. PDLKWS) kegiatan verifikasi lapangan yang memuat
antara lain:
1. Daftar koordinat geografis titik pengamatan terpilih;
2. Peta kerja kegiatan verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi terkait
air berupa print out dan data digital diunggah kedalam GPS / aplikasi
pendukung lainnya; dan
3. Peta indikatif Karakteristik Bentang Alam dan Tipe Vegetasi alami yang
terdapat dalam Peta Indikatif Ekoregion skala 1:250.000 berupa print out
dan data digital diunggah kedalam GPS / aplikasi pendukung lainnya;
4. Dokumen administrasi berupa SPT, SPPD, Surat koordinasi dengan UPTD
KLHK dan Dinas terkait.

7
BAB III
PELAKSANAAN VERIFIKASI LAPANGAN

Tahapan pelaksanaan verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi


terkait dengan air adalah sebagai berikut:
A. Koordinasi dengan berbagai instansi terkait
Koordinasi dengan berbagai pihak baik pemerintah/swasta/
desa/stakeholder diperlukan untuk mengumpulkan data dan informasi lokasi
pengamatan. Hal tersebut berguna untuk mendukung kelancaran selama
pelaksanaan kegiatan verifikasi lapangan. Adapun pihak-pihak yang perlu
dikoordinasikan antara lain:
1. Unit Pelaksana Teknis atau Dinas yang membidangi Lingkungan Hidup dan
Kehutanan di Provinsi dan atau Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Pemegang izin pemanfaatan hasil hutan dan penggunaan kawasan hutan
untuk memperoleh data dan informasi lokasi pengamatan yang berada di
dalam areal perizinan.
3. Perangkat desa/kampung untuk memperoleh tenaga kerjantara, informasi
lokasi, dan sumber daya lainnya.
B. Pengamatan dan Pencatatan/Perekam Data Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi
karakteristik bentang alam, tipe vegetasi alami, dan kelas penutupan lahan
pada setiap titik pengamatan. Pengambilan data dan informasi verifikasi
lapangan meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu:
1) Pengambilan data drone mapping dengan ketentuan sebagai berikut:
a) luas area yang dipetakan adalah 1Km X 1Km dengan menjadikan
titik verifikasi lapangan sebagai titik pusat.

Gambar. Contoh hasil drone mapping

b) Ketinggian maksimal 150 mdpl;


c) Kerapatan jalur trayek minimal 80%;
d) Pada saat pengolahan data pemetaan hasil gambar tidak
diperkecil.

8
2) Pengambilan dan Pengamatan data Biogeofisik dan Sifat Kimiawi dari
Parameter Jasa Lingkungan Hidup Pengatur Air yang terdiri dari 3
pengamatan, yaitu
a) Pengamatan Kelas Bentang Alam, meliputi:
o Morfologi, meliputi:
- Pencermatan terhadap aspek morfologi dilakukan terhadap lokasi
pengamatan dengan memperhatikan faktor kemiringan dan
amplitudo yaitu:
➢ Datar (flat) : kemiringan lereng 0-2%, amplitudo relief nill
(kurang dari 1 meter).
➢ Berombak/Bergelombang lemah (undulating) : kemiringan
lereng 2-8%, amplitudo relief 1-10 meter, dominan 10 meter.
➢ Bergelombang kuat (rolling) : kemiringan lereng 8-16%,
amplitudo relief 1-10 meter, dominan 10 meter.
➢ Berbukit rendah (hummocky) : kemiringan lereng > 16%,
amplitudo relief 1-10 meter, dominan 10 meter.
➢ Berbukit sedang (hilocky) : kemiringan lereng > 16%,
amplitudo relief maksimum 50 meter.
➢ Berbukit tinggi (hilly) : kemiringan lereng > 16%, amplitudo
relief dari 50 – 300 meter.
➢ Bergunung-gunung (mountainous) : kemiringan lereng >
16%, amplitudo relief > 300 meter.
- Ketinggian Tempat
Pengukuran ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl)
dilakukan pada lokasi pengamatan dengan menggunakan alat
ukur ketinggian tempat altimeter yang telah dikalibrasi. Hasil
pengukuran dicatat dalam daftar isian yang telah disediakan.
o Morfogenesa
Pengamatan terhadap asal usul pembentukan dan perkembangan
bentuk lahan lokasi yang diamati. Deskripsi morfogenesa mencakup
material penyusun bentuk lahan (litologi) dan proses - proses
geomorfologi yang terjadi (proses endogenik dan eksogenik).
Morfogenesa meliputi:
1) Struktural: bentuk lahan yang terbentuk dari proses tektonik
(pengangkatan dan pelipatan lapisan batuan).
2) Vulkanik: bentuk lahan yang terbentuk dari hasil letusan gunung
berapi.
3) Fluvial: bentuk lahan yang terbentuk dari proses sedimentasi
karena aliran air sungai.
4) Marin: bentuklahan yang terbentuk dari proses marin (air laut
pasang, arus dan ombak laut, angin laut, dan lain-lain).
5) Glasial: bentuklahan yang terbentuk karena proses glasial
(pencairan es).
6) Solusional/Karst : bentuklahan yang terbentuk dari hasil
pelarutan batu gamping.
7) Organik: bentuklahan yang terbentuk dari pelapukan bahan
organik mati (gambut) dan koral mati (koralian)
8) Denudasional : bentuklahan yang terbentuk dari proses gradasi
dan degradasi yang umumnya pada lahan berbatuan sedimen.

9
o Geologi
Pengamatan dan pengukuran terhadap jenis batuan mineral
penyusun, tekstur, tingkat pelapukan, tingkat ubahan dan gejala
geologi lainnya seperti bidang pelapisan, kekar, lipatan, dan sesar
pada lokasi yang diamati, pengamatan jenis batuan dapat dilakukan
terhadap batuan yang tersingkap, yang berada di atas tanah
permukaan maupun yang berada di bawah tanah.
Pengamatan dan pencermatan singkapan batuan melalui:
- Pengamatan singkapan batuan dilakukan secara langsung dengan
mendeskripsi secara megaskopis (jika perlu menggunakan hand
loupe).
- Ambil foto jauh dan foto dekat singkapan batuan. Foto jauh
biasanya menggunakan komparator manusia, sedangkan foto
dekat menggunakan komparator peranti kerja.
- Sampling batuan. Pengambilan sampel dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis batuan.
- Bedakan jenis batuan. Jenis batuan dibagi menjadi :
▪ Batuan Beku
Merupakan batuan yg terbentuk karena pendinginan dari
aktivitas magmatik. Warna pada batuan beku dapat
dibedakan dari gradasi warna gelap (hitam atau abu gelap)
hingga terang (abu muda hingga putih). Tekstur pada batuan
beku mudah untuk dibedakan karena susunan mineral yg
terlihat jelas diantara magma yg membeku, tekstur batuan
beku dibedakan menjadi tekstur kasar (porfiritic), sedang
(phaneritic), dan halus (afanitic). Struktur batuan beku ada yg
memiliki vesicles/ vesikular (lubang-lubang pada batuan
bekas gas pada magma) ada juga yg tidak, amigdaloidal
(lubang pada batuan yg terisi mineral), sheeting joint (terlihat
seperti lembaran atau aliran berlembar), pillow lava (terlihat
seperti lava bantal)

Contoh Struktur vesicles pada batuan beku

10
Contoh struktur sheeting joint pada batuan beku

Contoh struktur columnar joint pada batuan beku

Contoh struktur pillow lava pada batuan beku


▪ Batuan Sedimen
Merupakan batuan yg terbentuk akibat aktivitas eksogen
seperti eros, pelapukan, pengendapan. Warna pada batuan
sedimen dapat dibedakan dari gradasi warna coklat hingga
krem, abu abu, krem keabuan, hijau keabuan. Tekstur pada
batuan sedimen dapat dibedakan karena cenderung memiliki
butiran/berbutir yg dapat dibedakan menjadi 2 komponen,
yaitu fragmen dan matriks (semen). Struktur pada batuan
sedimen antara lain membentuk lapisan batuan, lapisan tsb
terbentuk akibat adanya perbedaan ukuran butir ketika
pengendapan, namun batuan sedimen juga bisa tidak
11
membentuk struktur atau disebut dengan masif.

Batuan sedimen dibedakan menjadi :


• Batuan Sedimen Karbonat
Atau dikenal sebagai batu gamping. Perbedaan antara
batu sedimen karbonat dengan batu sedimen non
karbonat adalah dari kandungan fosilnya. Warna pada
batuan sedimen karbonat yaitu krem kekuningan, krem
kecoklatan, putih. Tekstur batuan ini seperti batuan
sedimen pada umumnya, namun fragmen batuan berupa
fosil. Struktur pada batuan ini sama dengan struktur
batuan sedimen pada umumnya, selain itu biasanya
terdapat mineral calcite yg berbentuk menjarum dan
berwarna bening seperti kuarsa. Untuk mengetahui
kandungan fosil pada batuan sedimen karbonat dapat
menggunakan lup atau meneteskan cairan hcl.

Cara identifikasi batuan sedimen karbonat.

• Batuan Sedimen non Karbonat


Atau dikenal dengan batupsir, batulanau, dan
batulempung. Warna pada batuan ini yaitu gradasi coklat
tua hingga muda, krem kecoklatan, hijau tua/abu
kehijauan, abu muda. Tekstur batuan ini seperti batuan
sedimen pada umumnya, dengan kandungan fragmen
berupa butiran batuan sedimen atau mineral, matriks
batuan berupa batuan sedimen yg lebih halus. Struktur
batuan ini sama dengan batuan sedimen pada umumnya.
Jadi, apabila batuan sedimen memiliki komposisi
matriks lebih banyak daripada fragmen, artinya batuan
tersebut dapat diberi nama batupasir halus.

▪ Batuan Piroklastik
Merupakan batuan yang dari jatuhan, aliran, dan jatuhan
serta aliran hasil aktivitas gunungapi. Warna pada piroklastik
beragam, karena merupakan batuan hasil jatuhan dan aliran.
Tekstur batuan piroklastik dibedakan menjadi fragmental dan
glassy. Fragmental merupakan komponen batuan hasil
jatuhan dan aliran gunungapi, biasanya fragmental batuan
piroklastik memiliki fragmen dan matriks, dimana fragmen
merupakan komponen batuan beku, mineral, akar pohon,
serpihan batang pohon dll, sedangkan matriks berupa
endapan jatuhan gunungapi seperti debu gunungapi atau
biasa disebut dengan tuff. Sedangkan tekstur glassy memiliki
12
kenampakan seperti kaca, dihasilkan karena lava yang tidak
dapat mengalami kristalisasi. Walaupun terlihat seperti
kristal, terkadang batuan dengan tekstur gelas tidak memiliki
komponen kristal sama sekali. Struktur batuan piroklastik
berupa masif, amigdaloidal dan vesikular.

▪ Batuan Metamorf
Merupakan batuan ubahan yang terbentuk dari batuan beku,
sedimen, maupun metamorf akibat mengalami perbedaan
tekanan (P) dan suhu (T) tertentu, namun belum mencapai
batuan yg mencair menjadi magma. Warna pada batuan
metamorf beragam karena merupakan batuan ubahan dari
batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf itu
sendiri. Tekstur batuan metamorf menunjukan ukuran dan
persentase komposisi dari bentuk kristal atau mineral
ubahannya serta fragmen batuan asalnya. Struktur batuan
metamorf berupa foliasi mineral, non foliasi mineral, dan
kilapan pada batuan.

Struktur non foliasi (kiri) dan struktur foliasi (kanan)

o Tekstur dan pH Tanah


Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar,
partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan
relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat menentukan
tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta
kemampuan mengikat air. (Henry, 1988)
Selain menentukan tekstur, tanah juga diukur pH-nya menggunakan
lakmus, dengan cara sebagai berikut:

13
Gambar. Cara Pengukuran pH tanah dengan Kertas Lakmus
o Salinitas Air
Pengukuran salinitas dilakukan apabila titik verifikasi dipengaruhi
oleh pasang surut air laut.
Nilai salinitas dapat diukur melalui refraktometer dengan langkah
sebagai berikut:

Gambar. Langkah Pengukuran Salinitas

b) Pengamatan Tipe Vegetasi Alami


Pengamatan terhadap tipe dan jenis vegetasi alami dilakukan pada
lokasi verifikasi lapangan dan sekitarnya. Pencatatan dilakukan
terhadap tipe ekosistem alam dan jenis vegetasi. Tipe ekosistem
dapat dilihat melalui pengamatan visual dan korelasinya terhadap
jenis vegetasi/tumbuhan yang ada. Jenis vegetasi dicatat nama
lokal, nama botanis (species, genus, dan family).
Perbedaan antara tipe vegetasi alami dan penutupan lahan
terletak pada korelasinya terhadap bentang pada wilayah sekitar,
seperti contoh pada gambar di bawah ini.

14
Gambar. Tipe Vegetasi Alami

Apabila pelaksana verifikasi lapangan tidak dapat melakukan


identifikasi terhadap jenis dominan pada tipe vegetasi alami, maka
dilakukan pendokumentasian dengan ketentuan sebagai berikut:
- dokumentasi daun (menggambarkan tulang daun dan
kedudukan (tata letak) daun pada batang;

- dokumentasi bunga;

15
- dokumentasi buah;

- dokumentasi batang/getah

c) Pengamatan Kelas Penutupan Lahan


Pengamatan kelas penutupan lahan yang terdapat pada lokasi-
lokasi pengamatan dilakukan berdasarkan pada Peraturan
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor P.1/VII-IPSDH/2015 tentang Pedoman Pemantauan
Penutupan Lahan dan SNI 7645:2010 Klasifikasi penutupan

16
Lahan dari Badan Standardisasi Nasional.
➢ Dinamika / perubahan
Pengamatan dilakukan pada kondisi objek yang tampak
terjadi perubahan, contoh pada pembukaan lahan,
penambangan, kebakaran hutan dan lahan, bencana alam.
Informasi pendukung pengamatan dapat dibantu keterangan
warga atau aparat setempat. Informasi yang diperoleh perlu
diperiksa silang (cross check) dengan sumber lain.
➢ Jenis penutupan lahan
Jenis penutupan lahan yang teramati di lokasi dan sekitar
sampel dirinci dan dideskripsikan. Contoh: penutupan lahan
termasuk kelas daerah bervegetasi/daerah pertanian/daerah
perkebunan. Daerah perkebunan dideskripsikan,
berdasarkan hasil pengamatan lapangan disebutkan jenis
perkebunan, luas taksiran berdasarkan info yang diperoleh di
lapangan, dan kondisi kenampaan lainnya di sekitar lokasi.
9) Keterangan Tambahan
a. Informasi tambahan terkait bentang alam, tipe vegetasi alami
dan penutupan lahan dari informan atau masyarakat sekitar
terkait lokasi verifikasi lapangan dapat dituliskan pada masing-
masing kolom tambahan yang ada pada tallysheet;
b. Status dan fungsi kawasan
Data status dan fungsi kawasan diperoleh dari baik peta
kawasan hutan terbaru.
c. Iklim
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data curah
hujan rata-rata tahunan/bulanan/harian, suhu, kelembaban
relatife udara rata-rata harian, tipe iklim yang bersumber dari
Stasiun Pengamatan Cuaca atau Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG).
d. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Data dan informasi DAS dukumpulkan berupa batas dan luas
DAS/Sub DAS yang diperoleh dari peta DAS.
e. Perizinan
Data dan informasi tentang perizinan kawasan hutan diperoleh
dari peta pemanfaatan hutan dan peta penggunaan kawasan
hutan.
f. Potensi SDA (wisata, sumber air, dll).

Setiap titik pengamatan diukur dan dicatat informasinya dalam tally sheet
(form terlampir) atau dalam piranti rekam elektronik.

17
C. Dokumentasi Data Verifikasi Lapangan

Dokumentasi ditujukan untuk melengkapi hasil drone mapping dan


memperkuat hasil temuan pengamatan di lapangan, diantaranya:

a) Jika ditemukan area singkapan, maka dapat dilengkapi dengan


dokumentasi sebagai berikut:

b) Kondisi Solum Tanah

D. Pengolahan Data Lapangan


1. Data lapangan titik pengamatan dibuat rekapitulasi seluruh titik
pengamatan Lapangan (form terlampir) hal ini berguna untuk bahan
pembuatan laporan yang memuat daftar titik pengamatan.
2. Setiap titip verifikasi lapangan dibuatkan penampang melintang dari
Utara ke selatan, dan penampang melintang dari timur ke barat.
Penampang melintang dibuat dengan panjang maksimal 2,5Km;

18
Gambar. Contoh Penampang Melintang Utara – Selatan

Gambar. Contoh Penampang Melintang Barat – Timur

E. Pelaporan dan Peta Hasil Lapangan


1. Soft Copy Laporan, terdiri dari:

a) Laporan Hasil Verifikasi Lapangan Jasa Lingkungan Hidup Tinggi;


b) SHP titik yang memuat informasi titik rencana pelaksanaan dan
infomasi hasil (tabel rekap terlampir);
c) Soft file masing-masing dokumentasi verifikasi lapangan dengan format
No Titik_ Wilayah Pelaksanaan_Ket
Contoh: 1745_HumbangHasundutan_Tanah
d) Hasil screen shoot penampang melintang dengan format: No Titik_
Wilayah Pelaksanaan_UtaraSelatan
Contoh: 1745_HumbangHasundutan_UtaraSelatan
e) Hasil Pemetaan drone

2. Laporan hasil verifikasi lapangan disusun menggunakan kertas A4 dengan


layout/margin atas 3 kiri 4 kanan 3 bawah 3 dan tipe font Arial/Tahoma
ukuran 12 spasi 1,5 dan dilampiri peta hasil, tally sheet hasil lapangan,
dokumentasi lapangan (foto dan video) dan pengambilan gambar
19
menggunakan drone dan softcopy dalam bentuk cd.

3. Contoh kerangka pembuatan laporan disajikan dalam bentuk sebagai


berikut :
KATA PENGANTAR
SUSUNAN TIM PELAKSANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
II. KEADAAN UMUM WILAYAH
III. HASIL VERIFIKASI LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
- Tallysheet Setiap Titik Pengamatan;
- Dokumentasi Foto Lapangan;
- Rekapitulasi Titik Pengamatan Lapangan;
- Surat Tugas Pelaksana dan data personel kerjantara
- Peta Hasil Verifikasi Lapangan
- Peta Hasil pengambilan drone titik pengamatan

20
BAB IV
PENUTUP

Petunjuk Teknis ini dibuat untuk dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

21
LAMPIRAN – LAMPIRAN

22
TALLYSHEET PENGAMATAN VERIFIKASI LAPANGAN
JASA LINGKUNGAN HIDUP TINGGI TERKAIT DENGAN AIR

Nama :
NIP Petugas :
No dan Kode Titik Pengamatan :
Koordinat :
Hari/Tanggal: :
Adminstrasi Kelurahan : Kecamatan:
Kabupaten :
Kelas Bentangalam (informasi :
peta)*
Tipe Vegetasi Alami (informasi :
peta)*
Geologi (informasi peta) :
* Opsional
Informasi Lapangan (Beri tanda “√” pada kotak yang sesuai)
I Morfologi Dataran
Berombak
Bergelombang
Perbukitan
Pegunungan
Kelerengan ……….. % / …………o
Ketinggian ………mdpl

II Morfogenesa Struktural
Vulkanik
Fluvial
Marin
Glasial
Solusional (Karst)
Organik (gambut)
Organik (koral)
Denudasional

III Geologi
Batuan Beku
Warna lapuk : ……
Warna segar : …….
Warna
* warna lapuk adalah warna batuan yang tersingkap
Warna segar adalah warna batuan setelah disampling
(bagian dalam batuan)
Faneritik/ Porfiritik/ Afanitik

* Porfiritik : sangat kasar


Tekstur Faneritik : sedang kasar
Afanitik : halus
Tingkat kasar dan halus dilihat dari komposisi mineral
berukuran kecil dan besar
Vesicle/ Amigdaloidal/sheeting joint/ columnar joint/
Struktur
pillow lava/ massif
Batuan Sedimen non Karbonat
Warna lapuk : ……
Warna segar : …….
Warna
* warna lapuk adalah warna batuan yang tersingkap

23
Warna segar adalah warna batuan setelah disampling
(bagian dalam batuan)
Fragmen : …….
Matriks : ……
Tekstur
*diisi dengan komposisi fragmen batuan dan matriks
(semen)
Struktur Massif/ berlapis
Batuan Sedimen Karbonat
Warna lapuk : ……
Warna segar : …….
Warna
* warna lapuk adalah warna batuan yang tersingkap
Warna segar adalah warna batuan setelah disampling
(bagian dalam batuan)
Tekstur Bereaksi dengan HCL ?
Struktur Massif/ berlapis
Batuan Piroklastik
Warna lapuk : ……
Warna segar : …….
Warna
* warna lapuk adalah warna batuan yang tersingkap
Warna segar adalah warna batuan setelah disampling
(bagian dalam batuan)
Tekstur Fragmen/ glassy
Struktur Massif/amygdaloidal/ vesicle
Batuan Metamorf
Warna lapuk : ……
Warna segar : …….
Warna
* warna lapuk adalah warna batuan yang tersingkap
Warna segar adalah warna batuan setelah disampling
(bagian dalam batuan)
Faneritik/ Porfiritik/ Afanitik

Tekstur * Porfiritik : sangat kasar


Faneritik : sedang kasar
Afanitik : halus
Struktur Foliasi/ non foliasi

IV Tekstur Tanah Keterangan


Clay (Liat/Lempung)
Silty clay (Liat berdebu)
Sandy clay (Liat berpasir)
Silty clay (Lempung liat berdebu)
Clay loam (Lempung berliat)
Loam (Lempung/geluh)
Sandy clay (Lempung liat berpasir)
Silt loam (Lempung berdebu)
Sandy loam (Lempung berpasir)
Silt (Debu)
Loamy sand (Pasir berlempung)
Sand (Pasir)

V. Karakteristik Kimiawi Tanah/Air


pH Badan Air :
pH Tanah :
24
Salinitas Air :

VI Kelas Penutupan Lahan Deskripsi Lokasi


(deskripsikan lokasi sedetil mungkin, misal
nama daerah tanaman yang ada di kelas
lahan tersebut, jika perairan apakah biota
airnya banyak/sedikit dan jenisnya apa saja)
1 Hutan lahan kering primer
2 Hutan lahan kering
sekunder/bekas tebangan
3 Hutan rawa primer
4 Hutan rawa sekunder/bekas
tebangan
5 Hutan mangrove primer
6 Hutan mangrove sekunder/bekas
tebangan
7 Hutan tanaman Jenis komoditas?
8 Perkebunan/kebun Jenis komoditas?
9 Semak belukar
10 Semak belukar rawa
11 Savanna/padang rumput
12 Pertanian lahan kering
13 Pertanian lahan kering campur
semak/kebun campur
14 Sawah Irigasi
Non Irigasi
15 Tambak sepanjang tahun Ikan
Garam
Tambak tidak sepanjang tahun Ikan
Garam
16 Permukiman/Lahan terbangun

17 Transmigrasi
18 Lahan terbuka
19 Pertambangan
20 Tubuh air Biota air banyak atau sedikit? Jenis?
21 Rawa Permanen (tergenang
sepanjang tahun)
22 Rawa Periodik (tergenang tidak Periode tergenang bulan: ………sd …………..
sepanjang tahun)
23 Bandara
24. Keterangan Tambahan Bentang Alam:

25. Keterangan Tambahan Tipe Vegetasi Alami:

25
Peta Hasil Olahan Drone

26
Dokumentasi Kegiatan Tipe Bentang Alam (Morfologi, Morfogenesa, Geologi, Tanah )

Keterangan:
- Dokumentasi kegiatan agar dilengkapi keterangan
- Dokumentasi Tanah dan Geologi dapat berupa singkapan

27
Dokumentasi Kegiatan Tipe Vegetasi Alami (Daun, Buang, Bunga, Batang/Getah)

Keterangan: Dokumentasi kegiatan agar dilengkapi keterangan

28
Dokumentasi Kegiatan Kelas Penutupan Lahan

Keterangan: Dokumentasi kegiatan agar dilengkapi keterangan

29
Rekapitulasi Titik Pengamatan Lapangan

Koordinat Karakteristik Bentang Alam Tipe Vegetasi alami Kelas Penutupan Lahan
Link
Hasil Lapangan Hasil Lapangan Hasil Lapangan
No No Titik Lintang Kab/Kota Nama Nama Tipe Nama Kelas Kelerengan Ketinggian pH Air pH Tanah Salinitas
Bujur
Berdasarkan Selatan Bentang Tidak Vegetasi Tidak Penutupan Tidak Peta Hasil
SHP dr Timur (BT) Sesuai Sesuai Sesuai Foto Video
PDLKWS (LS) Alam Sesuai* Alami Sesuai* Lahan Sesuai* olah drone

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Keterangan:
* dituliskan nama parameter jasa lingkungan hidup hasil interpretasi pelaksana verifikasi lapangan

30
BERITA ACARA PERUBAHAN TITIK
VERIFIKASI LAPANGAN JASA LINGKUNGAN HIDUP TINGGI
TERKAIT AIR

Pada hari ini …….., Tanggal ………. Bulan …. Tahun ……, yang bertanda tangan
dibawah ini:

Nama :

NIP :

Jabatan : Ketua regu* ….

* nomor regu

Lokasi verifikasi* :

*Kabupaten dan Provinsi

Unit :

Dalam melakukan kegiatan verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi terkait
air sepakat bersama anggota regu lainnya untuk melakukan perubahan titik dengan
ketentuan sebagaimana berikut:

Koordinat awal :

Koordinat Perubahan :

Alasan Perubahan :

31
Demikian Berita Acara Serah Terima Perubahan Titik ini dibuat untuk dipergunkan
sebagaimana mestinya.

Ketua Regu,

(…………………………………..)

Salinan sesuai dengan aslinya a.n. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


Kepala Bagian Program, Evaluasi, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Hukum dan Kerjasama Teknik, DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI
KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN,

ttd.

TRIYONO SAPUTRO RUANDHA AGUNG SUGARDIMAN


NIP. 19660619 199103 1 001 NIP.19620301 198802 1 001

32
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN
GEDUNG MANGGALA WANABAKTI BLOK 1 LANTAI 7
JL. JENDERAL GATOT SUBROTO, JAKARTA 10270

Anda mungkin juga menyukai