Anda di halaman 1dari 239

LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

DAN TATA LINGKUNGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS


PELAKSANAAN VERIFIKASI LAPANGAN JASA LINGKUNGAN
HIDUP TINGGI TERKAIT DENGAN AIR
NOMOR : P.4/PKTL/PDLKWS/PLA.3/4/2021
TANGGAL : 8 APRIL 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu indikator kualitas lingkungan hidup yang
baik. Itu sebabnya mengapa dua dari indikator capaian sasaran strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan langsung mengacu kepada
keberadaan hutan secara fisik dan kelangsungan fungsinya. Indikator
pertama yakni Indeks Kualitas Lingkungan Hidup memiliki komponen
penilaian berupa indeks tutupan hutan. Semakin luas tutupan hutan maka
indeks tutupan hutan menjadi semakin tinggi dan itu berarti kualitas
lingkungan hidupnya pun semakin baik. Hutan juga memiliki fungsi/jasa
ekosistem pengaturan iklim, pengaturan tata aliran air dan banjir serta
penyediaan air bersih. Kesemua fungsi tersebut berkaitan erat dengan
kualitas udara dan air. Semakin luas tutupan hutan dan semakin baik
kualitas hutannya, kontribusinya terhadap peningkatan kualitas udara dan
air meningkat. Untuk itu, pengelolaan hutan harus dilakukan dalam satu
kesatuan ekosistem. Ekosistem adalah suatu ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan. Ekosistem juga bisa dikatakan suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem memberikan banyak
manfaat bagi manusia, mahluk hidup lainnya, serta lingkungannya yang
dinamakan dengan jasa lingkungan hidup. Ekosistem kawasan hutan
memberikan berbagai manfaat jasa lingkungan hidup. Pendekatan jasa
lingkungan hidup diperlukan dalam perencanaan, pengambilan keputusan
dan pengelolaan kawasan hutan yang komprehensif, yang menguraikan
“strategi pengelolaan terpadu” tanah, air, dan sumber daya kehidupan yang
meningkatkan konservasi dan pemakaian secara berkelanjutan dan
berkeadilan.
Peraturan Presiden nomor 46 tahun 2017 tentang instrumen ekonomi
lingkungan mendefinisikan jasa lingkungan hidup adalah manfaat dari
ekosistem dan lingkungan hidup bagi manusia dan keberlangsungan
kehidupan yang diantaranya mencakup penyediaan sumber daya alam,
pengaturan alam dan lingkungan hidup, penyokong proses alam, dan
pelestarian nilai budaya. Jasa lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kuantitas dan kualitas air adalah jasa lingkungan hidup penyedia air dan
pengatur air. Jasa lingkungan hidup tersebut diatas di dapat dari kawasan
hutan dan APL (Areal Penggunaan Lain). Kawasan hutan sebagai jasa
penyedia mencakup penyediaan jasa seperti pangan, air bersih, energi,
sumber daya genetik, dan lainnya. Jasa ekosistem yang kedua adalah jasa
pengaturan, yaitu fungsi kawasan hutan produksi untuk menjaga kualitas
udara, pengaturan iklim, pengaturan tata aliran air, pencegahan dan
perlindungan dari bencana alam, dan lainnya. Jasa ekosistem yang ketiga
adalah jasa kebudayaan. Jasa kebudayaan yang tersemat dalam kawasan
hutan contohnya adalah rekreasi, ekowisata, dan estetika. Jasa lingkungan
hidup yang keempat adalah jasa pendukung yang bertujuan untuk
mendukung keberlangsungan ekosistem di kawasan hutan maupun APL,
seperti siklus hara, penjaga kesuburan tanah, keragaman hayati, dan

1
lainnya. Dengan demikian, sektor-sektor pembangunan termasuk kehutanan
harus memperhatikan fungsi dan jasa lingkungan hidup dari ekosistem
tersebut.
Sektor kehutanan merupakan potensi alam yang bernilai strategis bagi
perkembangan sebuah negara, didalamnya terdapat fungsi (jasa) pengaturan,
penyedia, pendukung dan kebudayaan yang memberikan manfaat bagi
kawasan diluar hutan. Pembangunan sektor kehutanan yang tidak
berkelanjutan merupakan salah satu bentuk masalah yang berdampak pada
merosotnya kualitas lingkungan. Kebijakan pembangunan seringkali condong
kearah nilai ekonomis dan menjadikan lingkungan seakan-akan diabaikan.
Kondisi ini hampir dirasakan oleh beberapa negara yang masih berkiblat
pada nilai ekonomis dalam penentuan kebijakan pembangunan. Namun,
apabila memperhatikan pemanfaatan jasa lingkungan hidup serta daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup, keberlanjutan pembangunan
niscaya dapat dilakukan.
Berdasarkan pertimbangan kondisi tersebut di atas, maka Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan menyusun data spasial jasa lingkungan
hidup pengatur air dengan indeks tinggi di wilayah seluruh Indonesia dalam
bentuk peta dengan skala informasi 1 : 250.000. Namun hasil kegiatan
penyusunan tersebut masih memiliki kekurangan yang perlu dikoreksi dan
diperbaiki melalui kegiatan verifikasi lapangan.
Kegiatan verifikasi lapangan prioritas pertama direncanakan akan
dilakukan di Pulau Kalimantan dan Papua. Hasil verifikasi diharapkan dapat
dijadikan bahan penyempurnaan data spasial, sehingga data tersebut dapat
mendukung pada optimalisasi pembangunan bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari petunjuk teknis ini adalah sebagai arahan dan pedoman
bagi pelaksana kegiatan verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi
terkait dengan air.
Tujuannya adalah untuk memperoleh persamaan persepsi dan metode
dalam pelaksanaan kegiatan verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi
terkait dengan air.
C. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan hasil verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi
terkait dengan air.
D. Pengertian Umum
1. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UU Nomor 32 Tahun
2009).
2. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup (UU Nomor
32 Tahun 2009).
3. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem.

2
4. Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim,
tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam
yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
5. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
6. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya.
7. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya.
8. Bentang alam adalah bentangan permukaan bumi yang didalamnya terjadi
hubungan saling terkait (interrelationship) dan saling kebergantungan
(interdependency) antar berbagai komponen lingkungan, seperti: udara,
air, batuan, tanah, dan flora-fauna, yang mempengaruhi keberlangsungan
kehidupan manusia yang tinggal didalamnya. (Verstappen, 1983).
9. Tipe vegetasi alami adalah mosaik komunitas tumbuhan dalam lanskap
yang belum dipengaruhi oleh manusia (Diversitas Ekosistem Alami
Indonesia, KLH, 2010).
10. Penutupan lahan adalah merupakan garis yang menggambarkan batas
penampakan area tutupan diatas permukaan bumi yang terdiri dari
bentang alam dan/atau bentang buatan (UU 41/2011).
11. Penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah
proses/cara kajian ilmiah untuk menentukan/mengetahui kemampuan
suatu wilayah dalam mendukung kebutuhan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya.
12. Penetapan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah
penetapan kemampuan suatu wilayah dalam batas optimal yang harus
diperhatikan untuk mendukung kebutuhan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya secara berkelanjutan yang didasarkan pada daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup.
13. Jasa lingkungan hidup adalah manfaat dari ekosistem dan lingkungan
hidup bagi manusia dan keberlangsungan kehidupan yang diantaranya
mencakup penyediaan sumber daya alam, pengaturan alam dan
lingkungan hidup, penyokong proses alam, dan pelestarian nilai budaya
(PP 46/2017).
14. Fungsi lingkungan hidup adalah kapasitas atau potensi ekosistem untuk
memberikan jasa yang dipengaruhi oleh struktur yang dimiliki oleh suatu
ekosistem dan proses terjadi didalamnya (Ecosystems provide the
necessary structure and processes that underpin ecosystem functions which
are defined as the capacity or potential to deliver services, Mapping ES Hal.
95).
15. Kinerja jasa lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
dalam memberikan jasa bagi para pemanfaatnya.
16. Kepala Balai adalah Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH).

3
BAB II
PERENCANAAN VERIFIKASI LAPANGAN

Tahapan perencanaan yang dilakukan sebelum melaksanakan verifikasi


lapangan jasa lingkungan hidup tinggi terkait dengan air adalah:
A. Pengumpulan peta dasar dan peta tematik
Peta-peta yang dikumpulkan dalam rangka kegiatan verifikasi lapangan
seperti:
1. Peta Jasa Lingkungan Hidup Tinggi terkait dengan Air skala 1 : 250.000
hasil interpretasi dan peta arahan lokasi kegiatan verifikasi serta definisi
operasional masing-masing parameter daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup (karakteristik bentang alam,tipe vegetasi alami, dan
penutupan lahan), biogeofisik, bobot dan skooring jasa lingkungan hidup
sebagai pengatur air;
2. Peta Penutupan Lahan tahun terakhir yang dikeluarkan oleh Direktorat
Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH), Direktorat
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.
3. Peta Penetapan Wilayah Ekoregion Indonesia yang berisi informasi peta
karakterisitik bentang alam dan tipe vegetasi alami skala 1 : 500.000
(Nomor SK.8/MENLHK/SETJEN /PLA.3/1/2018 tentang Penetapan
Wilayah Ekoregion Indonesia);
4. Peta Indikatif Wilayah Ekoregion Indonesia yang berisi informasi peta
karakterisitik bentang alam dan tipe vegetasi alami skala 1 : 250.000 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan
Wilayah dan Sektor, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan;
5. Peta Kawasan Hutan Provinsi skala 1 : 250.000, penetapan tahun terakhir
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan; dan
6. Peta Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan provinsi skala 1 :
250.000.
B. Penentuan lokasi kegiatan verifikasi lapangan
Lokasi kegiatan verifikasi lapangan ditentukan oleh Direktorat
Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor (PDLKWS),
dan disampaikan ke Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) untuk
ditelaah lebih lanjut berdasarkan kriteria penentuan lokasi yang telah
ditentukan. Lokasi yang telah ditentukan kembali diusulkan oleh BPKH ke
Direktorat PDLKWS.
Penentuan lokasi kegiatan verifikasi lapangan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Peta Indikatif jasa lingkungan hidup tinggi terkait air di kawasan hutan
maupun di Areal Penggunaan Lain (APL) yang dikeluarkan oleh Direktorat
PDLKWS.
2. Aksesibiltas atau keterjangkauan lokasi kegiatan verifikasi lapangan.

4
Gambar 1. Lokasi verifikasi lapangan

Keterangan:
: Titik pengamatan usulan yang disetujui
: Titik pengamatan usulan
: Jalan
: Sungai

Keterangan:
1. Pengamatan lapangan dilakukan pada wilayah yang memiliki indeks
Jasa Lingkungan Hidup Tinggi dan sangat Tinggi yang terdapat
dalam Kawasan Hutan maupun di Luar Kawasan Hutan;
2. Lokasi kegiatan verifikasi lapangan ditentukan sebanyak minimal 5
(lima) titik pengamatan dengan luasan polygon jasa lingkungan hidup
tinggi terkecil 6,25 Ha;
3. Pada setiap titik pengamatan dilakukan pengambilan sample yang
dilengkapi dengan foto dari darat dan udara (drone, dengan tinggi 50
m dan 80 m) untuk karakteristik bentang alam, tipe vegetasi, dan
penutupan lahan, serta mengisi informasi sample berdasarkan
tallysheet yang telah disediakan;
4. Jika Unit pelaksana teknis tidak memiliki drone, dokumentasi dapat
menggunakan kamera dan membuatkan penampang
melintang/sketsa bentang alam serta deskripsi kondisi tipe vegetasi
alami dan penutupan lahan pada lokasi pengamatan;
5
5. Pengambilan dokumentasi lokasi pengamatan diambil dari 4 penjuru
mata angin dengan jarak dari titik pengamatan ±100m dan dilengkapi
dengan koordinat;
6. Perubahan lokasi titik menyesuaikan dengan kriteria yang sudah
diberikan oleh Dit. PDLKWS;
7. Tanah dan jenis batuan diidentifikasi pada titik yang sudah
ditentukan (tidak perlu mengambil sampel berdasarkan arah maa
angin);
8. Jika titik pengamatan masih memiliki akses yang sulit diamati, posisi
titik pengamatan dapat dipindahkan pada jarak pandang yang lebih
mudah dan dekat dengan posisi titik sampel yang sudah
direncanakan;
9. Apabila lokasi pengamatan tidak dapat dijangkau, lokasi pengamatan
dapat diganti dengan lokasi yang sama di tempat yang berbeda;
10. Setiap lokasi yang dibatalkan harus dituliskan penyebab pembatalan
dalam laporan pengamatan (tally sheet diberikan keterangan dan
ditandatangani oleh pendamping lapangan);
11. Apabila titik pengamatan tidak dapat dijangkau namun masih bisa
diamati secara keseluruhan menggunakan mata dan drone,
pengambilan titik sampel tetap dilakukan namun diberikan
keterangan jarak pengamatan sebenarnya.
C. Membuat dan menyusun rencana kerja dan peta kerja
Membuat dan menyusun rencana kerja dan peta kerja (menggunakan
data shapefile dari Dit. PDLKWS) kegiatan verifikasi lapangan yang memuat
antara lain:
1. Daftar koordinat geografis titik pengamatan terpilih. (Daftar rencana titik
pengamatan dan titik cadangan untuk mengantisipasi kemungkinan
perubahan lokasi saat di lapangan. Kondisi karakteristik bentang alam, tipe
vegetasi alami, dan penutupan lahan lokasi pengamatan sesuai Peta
Penetapan Wilayah Ekoregion dan Peta Indikatif Penutupan Lahan;
2. Daftar koordinat geografis titik pengamatan cadangan untuk
mengantisipasi kemungkinan perubahan lokasi saat di lapangan.Kondisi
karakteristik bentang alam, tipe vegetasi alami, dan penutupan lahan
lokasi pengamatan sesuai Peta Penetapan Wilayah Ekoregion dan Peta
Indikatif Penutupan Lahan;
3. Peta kerja kegiatan verifikasi lapangan jasling air berupa print out dan data
digital diunggah kedalam GPS / aplikasi pendukung lainnya; dan
4. Dokumen administrasi berupa SPT, SPPD, Surat koordinasi dengan UPTD
KLHK dan Dinas terkait.
D. Perencanaan waktu dan lama pelaksanaan verifikasi lapangan
Perencanaan waktu dan lama pelaksanaan verifikasi lapangan
digunakan standar prestasi kerja sebagai berikut:
1. Dalam hal lokasi kegiatan berada pada provinsi yang berbeda, maka
koordinasi dan pengumpulan data di Provinsi diperlukan waktu selama 3
(tiga) hari.
2. Koordinasi dan pengumpulan data di Kabupaten diperlukan waktu selama
3 (tiga) hari.
3. Satu regu dalam melaksanakan verifikasi lapangan dibutuhkan waktu
selama 5 (lima) hari untuk pengamatan, pengukuran, dan perpindahan
lokasi antar titik.

6
E. Perencanaan regu kerja
Jumlah personil dalam satu regu berjumlah 6 (enam) orang yang terdiri
dari :
1. Tenaga teknis 3 (tiga) orang terdiri dari :
a. Ketua regu 1 (satu) orang dari BPKH Ketua Regu adalah ASN dengan
kualifikasi antara lain: Penafsir Citra Satelit dan Potret Udara atau Analis
Informasi Sumber Daya Hutan atau Pengendali Ekosistem Hutan atau
Surveyor Pemetaan atau telah mengikuti Bimbingan Teknis Verifikasi
Lapangan Jasa Lingkungan Hidup Pengatur Air.
b. Anggota regu 2 (dua) orang terdiri dari 1 (satu) orang dari BPKH dan 1
(satu) orang dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan lainnya yang terkait dengan lokasi atau organisasi
perangkat daerah (OPD) yang mengurusi masalah Lingkungan Hidup dan
Kehutanan di kabupaten/kota.
2. Tenaga kerjantara 3 (tiga) orang. (berasal dari tokoh/anggota masyarakat
sekitar lokasi pengamatan)
F. Perencanaan biaya
Komponen biaya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan
verifikasi lapangan adalah :
1. Bahan makanan kerjantara;
2. Dokumentasi lapangan;
3. Perlengkapan kerja lapangan (personel use);
4. Bahan pendukung/ATK;
5. Upah kerjantara;
6. Biaya transport tenaga teknis ke Provinsi/Kabupaten;
7. Biaya penginapan tenaga teknis di Provinsi/Kabupaten dan sekitarnya;
8. Lumpsum tenaga teknis di Provinsi/Kabupaten/Kota;
9. Uang harian lapangan tenaga teknis; dan
10. Transport lapangan.
G. Perencanaan Peralatan dan Perlengkapan Kerja
1. Peralatan yang dipergunakan dalam melaksanakan verifikasi lapangan
adalah:
a. 1 unit GPS (Global Positioning System);
b. 1 unit Kompas;
c. 1 unit Clinometer/alat pengukur kemiringan lapangan;
d. 1 unit Altimeter/ketinggian tempat;
e. 1 unit Barometer/alat ukur tekanan udara;
f. pH meter/kertas lakmus (mengukur ph tanah);
g. Palu (untuk mengambil sample batuan);
h. 1 unit Drone;
i. 1 unit Kamera; dan
2. Cairan HCl (untuk uji kandungan kapur/CaCO3). Perlengkapan kerja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan verifikasi lapangan adalah:
a. Instruksi kerja/rencana kerja dan peta kerja
b. Alat tulis yang terdiri dari : tally sheet, pensil/ballpoint, spidol,
penghapus, penggaris, buku tulis, dll;
c. Bahan makanan; dan
d. Perlengkapan kerja lapangan.

7
BAB III
PELAKSANAAN VERIFIKASI LAPANGAN

Tahapan pelaksanaan verifikasi lapangan jasa lingkungan hidup tinggi


terkait dengan air adalah sebagai berikut:
A. Koordinasi dengan berbagai pihak
Koordinasi dengan berbagai pihak baik pemerintah/swasta/
desa/stakeholeder diperlukan untuk mengumpulkan data dan informasi
lokasi pengamatan. Hal tersebut berguna untuk mendukung kelancaran
selama pelaksanaan kegiatan verifikasi lapangan. Adapun pihak-pihak yang
perlu dikoordinasikan antara lain:
1. Unit Pelaksana Teknis atau Dinas yang membidangi Lingkungan Hidup dan
Kehutanan di Provinsi dan atau Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Pemegang izin pemanfaatan hasil hutan dan penggunaan kawasan hutan
untuk memperoleh data dan informasi lokasi pengamatan yang berada di
dalam areal perizinan.
3. Perangkat desa/kampung untuk memperoleh tenaga kerjantara, informasi
lokasi, dan sumber daya lainnya.
B. Pencarian titik pengamatan
Pencarian titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan GPS dan
kompas. Trayek perjalanan selama menuju titik pengamatan direkam dalam
GPS. Apabila titik pengamatan telah ditemukan maka dilakukan pengukuran
koordinat titik pengamatan lapangan dengan GPS dan dicatat pada Tally
Sheet.
Apabila pengukuran dan pengamatan titik pengamatan tidak dapat
dilaksanakan karena suatu sebab yang tidak bisa dihindari oleh pelaksana
maka dialihkan ke titiik pengamatan cadangan atau lokasi yang setipe serta
dicatat tentang penyebab dibatalkan atau dialihkan.
C. Pengamatan dan Pencatatan/Perekam Data Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi
karakteristik bentang alam, tipe vegetasi alami, dan tipe penutupan lahan
setiap titik pengamatan. Data dan informasi yang akan diperoleh dari
kegiatan tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan di lapangan
yaitu :
a. Kelas Bentang Alam (landform)
Pengamatan dilakukan pada lokasi dan sekitar titik pengamatan
terhadap bentuk/tipe lahan dengan pendekatan terhadap bentuk
kombinasi relief dan lereng lapangan (terrain), jenis batuan dan
membandingkannya jenis bentang lahan yang terdapat pada peta
sistem lahan dan peta geologi pada lokasi pengamatan.
b. Aspek Topografi
Pencermatan terhadap aspek morfologi dilakukan terhadap lokasi
pengamatan dengan memperhatikan faktor kemiringan dan amplitudo
yaitu:
➢ Datar (flat) : kemiringan lereng 0-2%, amplitudo relief nill (kurang
dari 1 meter).
➢ Berombak/Bergelombang lemah (undulating) : kemiringan lereng 2-
8%, amplitudo relief 1-10 meter, dominan 10 meter.
➢ Bergelombang kuat (rolling) : kemiringan lereng 8-16%, amplitudo
relief 1-10 meter, dominan 10 meter.

8
➢ Berbukit rendah (hummocky) : kemiringan lereng > 16%, amplitudo
relief 1-10 meter, dominan 10 meter.
➢ Berbukit sedang (hilocky) : kemiringan lereng > 16%, amplitudo relief
maksimum 50 meter.
➢ Berbukit tinggi (hilly) : kemiringan lereng > 16%, amplitudo relief dari
50 – 300 meter.
➢ Bergunung-gunung (mountainous) : kemiringan lereng > 16%,
amplitudo relief > 300 meter.
c. Aspek Morfogenesa
Pengamatan terhadap asal usul pembentukan dan perkembangan
bentuk lahan lokasi yang diamati. Deskripsi morfogenesa mencakup
material penyusun bentuk lahan (litologi) dan proses - proses
geomorfologi yang terjadi (proses endogenik dan eksogenik).
Morfogenesa meliputi : morfostruktur pasif dan morfosruktur aktif.
Berdasarkan proses pembentukannya (agar mudah memahami), Bentuk
lahan lebih cenderung diklasifikasikan menurut genetisnya (Bentuk
lahan asal prosesnya). Klasifikasi Bentuk lahan berdasarkan asal
proses (Verstappen, 1983) dengan modifikasi (SNI 13-6185-1999-
Penyusunan Peta Geomorfologi) dan dimodifikasi kembali oleh Langgeng
(2012).
d. Ketinggian Tempat
Pengukuran ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl) dilakukan
pada lokasi pengamatan dengan menggunakan alat ukur ketinggian
tempat altimeter yang telah dikalibrasi. Hasil pengukuran dicatat dalam
daftar isian yang telah disediakan.
e. Kemiringan Tempat (kelerengan)
Pengukuran kemiringan tempat lokasi yang diamati dilakukan dengan
alat clinometer. Pengukuran dilakukan dengan pengukuran 4 arah
mata angin dari poisisi pengukur berdiri dan dilakukan perataan atau
dengan memperhatikan aspek kemiringan (arah kemiringan). Hasil
pengukuran dicatat dalam blanko isian yang tersedia.
f. Jenis batuan (Litologi dan Struktur)
Pengamatan dan pengukuran terhadap jenis batuan mineral penyusun,
tekstur, tingkat pelapukan, tingkat ubahan dan gejala geologi lainnya
seperti bidang pelapisan, kekar, lipatan, dan sesar pada lokasi yang
diamati, pengamatan jenis batuan dapat dilakukan terhadap batuan
yang tersingkap, yang berada di atas tanah permukaan maupun yang
berada di bawah tanah.
Pengamatan dan pencermatan singkapan batuan melalui contoh
serpihan yang diperoleh dengan cara membelah batuan yang ada
dengan menggunakan palu geologi. Pengamatan singkapan batuan
dilakukan secara langsung dengan mendeskripsi secara megaskopis
(jika perlu menggunakan hand loupe). Pengambilan sampel batuan
untuk menentukan jenis batuan dari singkapan batuan yang mewakili
setiap batuan. Sampel batuan ubahan diambil untuk mengetahui jenis
mineral ubahan. Sampel untuk penentuan umur batuan diambil dari
batuan vulkanik (ekstrusif) atau intrusive yang diperkirakan termuda.
g. Tektur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar,
partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan relatif
suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat menentukan tata air
dalam tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta
kemampuan mengikat air. (Henry, 1988).
Menetapkan kelas tekstur dengan metode rasa perabaan mengikuti
bagan alir yang dikemukakan oleh Notohadiprawiro (1985), atau melalui
pengiujian di laboratorium dengan menggunakan metode Pipet.
9
h. Tipe dan Jenis vegetasi alami
Pengamatan terhadap tipe dan jenis vegetasi alami dilakukan pada
lokasi pengamatan dan sekitarnya. Pencatatan dilakukan terhadap tipe
ekosistem alam dan jenis vegetasi. Tipe ekosistem dapat dilakukan
dengan pengamatan visual dan korelasinya terhadap jenis
vegetasi/tumbuhan yang ada. Jenis vegetasi dicatat nama lokal, nama
botanis (species, genus, dan family).
i. Penutupan Lahan
Pengamatan kelas penutupan lahan yang terdapat pada lokasi-lokasi
pengamatan dilakukan berdasarkan pada Peraturan Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor P.1/VII-IPSDH/2015
tentang Pedoman Pemantauan Penutupan Lahan dan SNI 7645:2010
Klasifikasi penutupan Lahan dari Badan Standardisasi Nasional.
➢ Dinamika / perubahan
Pengamatan dilakukan pada kondisi objek yang tampak terjadi
perubahan, contoh pada pembukaan lahan, penambangan,
kebakaran hutan dan lahan, bencana alam. Informasi pendukung
pengamatan dapat dibantu keterangan warga atau aparat setempat.
Informasi yang diperoleh perlu diperiksa silang (cross check) dengan
sumber lain.
➢ Jenis penutupan lahan
Jenis penutupan lahan yang teramati di lokasi dan sekitar sampel
dirinci dan dideskripsikan. Contoh: penutupan lahan termasuk kelas
daerah bervegetasi/daerah pertanian/daerah perkebunan. Daerah
perkebunan dideskripsikan, berdasarkan hasil pengamatan lapangan
disebutkan jenis perkebunan, luas taksiran berdasarkan info yang
diperoleh di lapangan, dan kondisi kenampaan lainnya di sekitar
lokasi.
j. Potensi SDA (wisata, sumber air, dll).
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber/rujukan atau
referensi yang mendukung kegiatan verifikasi lapangan yaitu:
a. Status dan fungsi kawasan
Data status dan fungsi kawasan diperoleh dari baik peta kawasan
hutan terbaru.
b. Iklim
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data curah hujan rata-
rata tahunan/bulanan/harian, suhu, kelembaban relatife udara rata-
rata harian, tipe iklim yang bersumber dari Stasiun Pengamatan Cuaca
atau Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
c. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Data dan informasi DAS dukumpulkan berupa batas dan luas DAS/Sub
DAS yang diperoleh dari peta DAS.
d. Perizinan
Data dan informasi tentang perizinan kawasan hutan diperoleh dari
peta pemanfaatan hutan dan peta penggunaan kawasan hutan.
Setiap titik pengamatan diukur dan dicatat informasinya dalam tally sheet
(form terlampir) atau dalam piranti rekam elektronik. Penggunaan drone
dilakukan untuk efektif dan efesiensi dalam pengambilan data terutama
untuk mendeliniasi luasan kawasan dan mengidentifikasi kondisi
kawasan saat ini.

10
D. Pengolahan Data Lapangan
Data lapangan titik pengamatan dibuat rekapitulasi seluruh titik
pengamatan Lapangan (form terlampir) hal ini berguna untuk bahan
pembuatan laporan yang memuat daftar titik pengamatan.
E. Pelaporan dan Peta Hasil Lapangan
Laporan hasil verifikasi lapangan disusun menggunakan kertas A4
dengan layout/margin atas 3 kiri 4 kanan 3 bawah 3 dan tipe font
Arial/Tahoma ukuran 12 spasi 1,5 dan dilampiri peta hasil, tally sheet hasil
lapangan, dokumentasi lapangan (foto dan video) dan pengambilan gambar
menggunakan drone dan softcopy dalam bentuk cd. Contoh kerangka
pembuatan laporan disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
PETA PEMANDANGAN
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
SUSUNAN TIM
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
II. KEADAAN UMUM WILAYAH
III. HASIL VERIFIKASI LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
- Tallysheet Setisap Titik Pengamatan;
- Dokumentasi Foto Lapangan;
- Rekapitulasi Titik Pengamatan Lapangan;
- Surat Tugas Pelaksana dan data personel kerjantara
- Peta Hasil Verifikasi Lapangan
- Peta Hasil pengambilan drone titik pengamatan
Peta hasil verifikasi lapangan dibuat sesuai kaidah perpetaan Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang mengacu pada Undang – undang Nomor 4
tahun 2011 tanggal 21 April 2011 tentang Informasi Geospasial dan
Peraturan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
(PKTL) Nomor P.6/PKTL/SETDIT/KUM.1/11/2017 tanggal 6 November
2017 tentang Petunjuk Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

11
BAB IV
PENUTUP

Petunjuk Teknis ini dibuat untuk dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

12
LAMPIRAN – LAMPIRAN

13
TALLYSHEET PENGAMATAN VERIFIKASI LAPANGAN
JASA LINGKUNGAN HIDUP TINGGI TERKAIT DENGAN AIR

Nama :
NIP Petugas :
No dan Kode Titik Pengamatan :
Koordinat :
Hari/Tanggal: :
Adminstrasi Kelurahan : Kecamatan:
Kabupaten :
Kelas Bentangalam (informasi :
peta)*
Tipe Vegetasi Alami (informasi :
peta)*
Geologi (informasi peta) :
* Opsional
Informasi Lapangan (Beri tanda “√” pada kotak yang sesuai)
I Morfologi Dataran
Berombak
Bergelombang
Perbukitan
Pegunungan
Kelerengan ……….. % / …………o
Ketinggian ………mdpl

II Morfogenesa Struktural
Vulkanik
Fluvial
Marin
Aeolin
Glasial
Solusional (Karst)
Organik (gambut)
Organik (koral)
Denudasional

III Geologi Material Jenis


Penyusun
Aluvial
Vulkanik
Plutonik
Sedimen
Malihan

IV Tekstur Tanah
Liat Clay
Liat berdebu Silty clay
Liat berpasir Sandy clay
Lempung liat berdebu Silty clay
Lempung berliat Clay loam
Lempung Loam
Lempung liat berpasir Sandy clay
Lempung berdebu Silt loam
Lempung berpasir Sandy loam
Debu Silt
Pasir berlempung Loamy sand
Pasir Sand
14
V. Karakteristik Kimiawi Tanah/Air
pH Badan Air :
pH Tanah :
Hasil pengukuran dengan pH meter/kertas lakmus

VI Kelas Penutupan Lahan Deskripsi Lokasi


(deskripsikan lokasi sedetil mungkin, misal nama daerah
tanaman yang ada di kelas lahan tersebut, jika perairan
apakah biota airnya banyak/sedikit dan jenisnya apa saja)
1 Hutan lahan kering primer
2 Hutan lahan kering
sekunder/bekas tebangan
3 Hutan rawa primer
4 Hutan rawa sekunder/bekas
tebangan
5 Hutan mangrove primer
6 Hutan mangrove
sekunder/bekas tebangan
7 Hutan tanaman Jenis komoditas?
8 Perkebunan/kebun Jenis komoditas?
9 Semak belukar
10 Semak belukar rawa
11 Savanna/padang rumput
12 Pertanian lahan kering
13 Pertanian lahan kering campur
semak/kebun campur
14 Sawah Irigasi
Non Irigasi
15 Tambak sepanjang tahun Ikan
garam
Tambak tidak sepanjang tahun Ikan
garam
16 Permukiman/Lahan
terbangun
17 Transmigrasi
18 Lahan terbuka
19 Pertambangan
20 Tubuh air Biota air banyak atau sedikit? Jenis?
21 Rawa Permanen (tergenang
sepanjang tahun)
22 Rawa Periodik (tergenang tidak Periode tergenang bulan: ………sd …………..
sepanjang tahun)
23 Bandara

15
Dokumentasi Foto Lapangan

UTARA TIMUR

BARAT SELATAN

Lembar isian hasil verifikasi lapangan X

16
Rekapitulasi Titik Pengamatan Lapangan

Koordinat Karakteristik Bentang Alam Tipe Vegetasi alami Kelas Penutupan


Wilayah Link
Ekoregion Hasil Hasil Lapangan Hasil Lapangan Hasil Hasil Lapangan
No Hasil
Lintang Bujur Indonesia Interpetasi Interpetasi
Titik Interpetasi
Selatan Timur (Kepmen 8 Peta Tidak Tidak Peta Tidak
Sesuai Peta Jasling Sesuai Sesuai Foto Video
(LS) (BT) Tahun 2018) Jasling Sesuai Sesuai Jasling Sesuai
Tinggi
Tinggi Tinggi

10

17
BENTANG ALAM

Bali dan Nusa Tenggara


Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
1 Danau Danau merupakan genangan air permanen
di permukaan lahan pada elevasi rendah-
menengah. Beberapa jenis danau
berdasarkan penyebab terbentuknya antara
lain : a) danau tektonik (akibat penurunan
muka bumi karena pergeseran/patahan); b)
danau vulkanik (akibat aktivitas gunung
berapi) ; c) danau tektovulkanik (akibat
percampuran aktivitas tektonisme dan
vulkanisme); d) danau bendungan alami
(aliran air sungai yang terbendung oleh
aliran lava saat erupsi terjadi); e) danau
karst (akibat pelarutan tanah berkapur; dan
danau buatan (danau yang terbentuk akibat
aktivitas manusia). Danau memiliki fungsi
lingkungan sebagai penyedia air bersih di
permukaan yang bersumber dari air hujan
dan air sungai, penyedia bahan pangan dari
ikan, rajungan, udang dan lain sebagainya.
Selain itu danau juga dapat menjadi objek
wisata alam.
2 Danau pegunungan Danau pegunungan merupakan Genangan
air permanen di permukaan lahan pada
elevasi tinggi (pegunungan). Danau
pegunungan biasanya terbentuk akibat
adanya aktivitas vulkanisme (letusan gunung
berapi). Beberapa contoh danau pegunungan
yang ada di Indonesia di antaranya adalah
Danau Tiga Warna, Danau Toba, dan Ranu
Kumbolo. Danau pegunungan memiliki
fungsi lingkungan sebagai penyedia air
bersih di permukaan yang bersumber dari
air hujan dan air sungai, penyedia bahan
pangan dari ikan, rajungan, udang dan lain
sebagainya. Selain itu danau juga dapat
menjadi objek wisata alam.
3 Dataran fluvial bermaterial Dataran fluvial bermaterial alluvium
aluvium merupakan Bentuk lahan yang mempunyai
relief dataran rata (flat) dengan kemiringan
lereng datar hingga landai, tersusun atas
material aluvium hasil proses deposisi fluvial
(aliran permukaan atau sungai). Dataran ini
memiliki fungsi lingkungan sebagai penyedia
air bersih di permukaan yang bersumber
dari air tanah dan sungai, lahan yang subur
18
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
untuk dimanfaatkan pertanian dan
perkebunan, serta sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi fluvial.
4 Dataran fluviomarin Dataran fluviomarin bermaterial aluvium
bermaterial aluvium merupakan Bentuk lahan dengan relief
dataran rata (flat), dengan kemiringan lereng
datar hingga landai, serta tersusun atas
material aluvium hasil proses deposisi fluvio-
marin yang berasal dari aliran sungai,
pasang-surut, dan banjir rab. Dataran ini
memiliki fungsi lingkungan sebagai penyedia
air bersih yang berasal dari air tanah dan
sungai, namun air tersebut memilki salinitas
yang tinggi (payau), seta sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi fluvio-
marin.
5 Dataran fluviovulkanik Dataran fluviovulkanik dengan material
bermaterial aluvium aluvium merupakan Bentuk lahan yang
memilki relief dataran (flat), dengan
kemiringan lereng datar hingga landai, serta
tersusun atas material aluvium hasil proses
deposisi fluvial yang mengangkut material
vulkanik (seperti aliran lahar). Dataran ini
juga dapat disebut dengan dataran laharik.
Dataran ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air bersih yang berasal dari air
tanah dan sungai, penyedia lahan yang
subur, serta pembentuk lapisan tanah baru
hasil sedimentasi fluvio-vulkanik.
6 Dataran marin berpasir Dataran marin pasir dengan material
bermaterial aluvium aluvium merupakan Bentuk lahan yang
memilki relief dataran rata (flat) hingga
berombak (undulating), dengan kemiringan
lereng datar hingga agak miring, tersusun
atas material aluvium berpasir hasil proses
deposisi proses marin (arus sepanjang pantai
dan gelombang laut), terletak di wilayah
pesisir. Bentuk lahan ini mencakup Bentuk
lahan gisik pantai (beach), gumuk pasir
(sand dunes), beting pantai (beach ridges)
dan cekungan antar beting (swales). Dataran
ini memiliki fungsi lahan sebagai penyedia ar
bersih yang berasal dari air tanah dangkal,
sebagai pembentuk lapisan tanah baru
hassil sedimentasi marin, sebagai pengatur
dinamika ekosistem pesisir, dan sebagai
tempat wisata alam.

19
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
7 Dataran organik koralian Dataran organik koralian dengan material
bermaterial batuan batuan sedimen karbonat merupakan
sedimen karbonat Bentuk lahan dengan relief dataran rata (flat)
dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, tersusun atas material sedimen
karbonat jenis koral, terletak di wilayah
pesisir. Dataran ini memilki fungsi lahan
sebagai pelindung dari proses abrasi, sebagai
pengatur dinamika ekosistem pesisir, dan
sebagai tempat wisata alam.
8 Dataran organik koralian Dataran organik koralian ini merupakan
berombak-bergelombang Bentuk lahan dengan relief dataran
bermaterial batuan berombak-bergelombang dengan kemiringan
sedimen karbonat lereng landai hingga agak miring, tersusun
atas material sedimen karbonat jenis koral,
terletak di wilayah pesisir. Dataran ini
memiliki fungi lahan sebagai pelindung dari
proses abrasi, sebagai pengatur dinamika
ekosistem pesisir, dan sebagai tempat wisata
alam.
9 Dataran solusional karst Dataran solusional karst ini merupakan
berombak-bergelombang Bentuk lahan dengan relief dataran
bermaterial batuan berombak hingga bergelombang dengan
sedimen karbonat kemiringan lereng landai hingga agak miring,
tersusun atas batuan karbonat
(batugamping, napal dll) pada kompleks
karst. Dataran ini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan dari sungai
bawah tanah pada kompleks karst, dan
menyediakan air permukaan pada cekungan
(di musim hujan).
10 Dataran struktural lipatan Dataran struktural ini merupakan Bentuk
bermaterial campuran lahan dengan relief dataran yang landai
batuan sedimen karbonat hingga berombak dengan kemiringan lereng
dan non karbonat landai hingga agak miring, terbentuk akibat
aktivitas sehingga membentuk struktur
geologi berupa lipatan pada batuan,
tersusun atas batuan sedimen campuran
(karbonat dan non karbonat), seperti
batupasir (sandstones), batugamping
(limestones, dolomite, calcarenite, dll),
batulempung (claystones), napal (marls) atau
lainnya. Dataran ini memiliki fungsi lahan
untuk menyediakan air permukaan yang
berasal dari sungai dan air tanah dangkal
yang terdapat pada lapisan akuifer.
11 Dataran struktural lipatan Dataran ini terbentuk di atas struktur
berombak-bergelombang tektonik kulit bumi berupa lipatan yang
bermaterial campuran mempunyai relief berombak hingga
20
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
batuan sedimen karbonat bergelombang dan tersusun atas batuan
dan non karbonat sedimen campuran antara karbonat dan non
karbonat, seperti batupasir (sandstones),
batugamping (limestones), batuliat
(claystones), napal (marls) atau lainnya.
Dataran ini memiliki fungsi lingkungan
menyediakan air permukaan (sungai) dan air
tanah dangkal yang terdapat pada lapisan
akuifer (sedimen klastik)
12 Dataran vulkanik Dataran ini merupakan bentuk lahan dengan
bermaterial piroklastik relief datar, memiliki kemiringan lereng
datar-landai, berada pada lereng kaki
kerucut vulkanik, tersusun atas material
piroklastik dan vulkanoklastik hasil proses
deposisi dari aliran piroklastik dan/atau
lahar. Dataran ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia lahan subur.
13 Dataran vulkanik Dataran vulkanik ini merupakan Bentuk
berombak-bergelombang lahan dengan relief berombak hingga
bermaterial batuan beku bergelombang, memiliki kemiringan lereng
luar bervariasi dari landai hingga agak miring,
berada pada lereng kaki kerucut vulkanik,
tersusun atas material batuan beku luar
atau aliran lava. Dataran ini memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air bersih
permukaan yang berasal dari sungai dan
sebagai aterial bahan galian.
14 Dataran vulkanik Dataran vulkanik ini merupakan Bentuk
berombak-bergelombang lahan dengan relief berombak hingga
bermaterial piroklastik bergelombang, memiliki kemiringan lereng
bervariasi dari landai hingga agak miring,
berada pada lereng kaki kerucut vulkanik,
tersusun atas material piroklastik dan
vulkanoklastik hasil proses deposisi dari
aliran piroklastik dan/atau lahar. Proses
denudasi telah bekerja padanya cukup lama,
terbentuk lembah-lembah yang melintas
padanya sehingga relief menjadi berombak-
bergelombang.
15 Lembah sungai Lembah sungai ini merupakan bentuk lahan
bermaterial aluvium berbentuk cekungan berpola memanjang,
yang terdapat sungai di dalamnya baik
mengalir sepanjang tahun (perenial) atau
pun musiman (intermitten). Di dalam lembah
biasa terdapat bentuk lahan minor lain,
seperti dataran banjir (flood plain), tanggul
alam (natural levee), rerawaan (back
swamps), dan tebing lembah sungai (bluff).
Lembah ini memiliki fungsi lahan sebagai
21
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
penyedia air permukaan dan air tanah
dangkal dan sebagai pengendali banjir.
16 Lereng bawah kerucut Lereng bawah kerucut vulkanik merupakan
vulkanik bermaterial Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
batuan beku luar (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bagian lereng bawah, mempunyai
kemiringan lereng miring hingga landai,
material permukaan sebagian besar tersusun
atas aliran lava. Lereng vulkanik ini memiliki
fungsi lahan untuk menyediakan material
bahan galian dan untuk wisata alam.
17 Lereng bawah kerucut Lereng bawah kerucut vulkanik merupakan
vulkanik bermaterial bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
piroklastik (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bagian lereng bawah, mempunyai
kemiringan lereng miring hingga landai,
material permukaan sebagian besar tersusun
atas endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic
falls), aliran piroklastik (pyroclastic flows),
dan aliran lahar. Lereng bawah kerucut
vulkanik ini memiiki fungsi lahan untuk
menyediakan air bersih yang berasal dari air
tanah, mata air, sungai kecil serta
menyediakan lahan subur dan sebagai
tempat wisata alam.
18 Lereng tengah kerucut Lereng tengah kerucut vulkanik merupakan
vulkanik bermaterial Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
piroklastik (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bagian lereng tengah, mempunyai
kemiringan lereng miring hingga sangat
miring, material permukaan sebagian besar
tersusun atas endapan jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) dan aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Lereng tengah kerucut
memiliki fungsi lahan sebagai daerah
tangkapan air hujan, menyediakan air bersih
yang berasal dari mata air dan sungai kecil,
menyediakan lahan subur, dan sebagai
tempat wisata alam.
19 Pegunungan denudasional Pegunungan denudasional merupakan
bermaterial batuan Bentuk lahan dengan relief pegunungan
metamorfik yang memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga terjal, tersusun atas batuan
metamorf, seperti sekiss, gneiss, atau
lainnya. Proses denudasional (pelapukan,
erosi, longsor) telah berjalan lanjut dan
menghasilkan morfologi denudasional
dimana struktur geologi sebelumnya (seperti
lipatan dan patahan) tidak tampak lagi
22
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
sebagai penciri utama bentuk lahan.
Pegunungan denudasional memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air permukaan dari
sungai kecil, sebagai pengatur aliran udara
(iklim) melalui elevasinya (perubahan
tekanan dan suhu udara), dan sebagai
tempat wisata alam.
20 Pegunungan denudasional Pegunungan denudasional merupakan
bermaterial batuan Bentuk lahan dengan relief pegunungan
sedimen karbonat yang memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga terjal, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping
(limestones), batunapal (marls), batulempung
(claystone), dan batupasir (sandstone) yang
bersifat karbonatan. Proses denudasional
(pelapukan, pelarutan, erosi, longsor) telah
berjalan lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (lipatan dan patahan) dan
kompleks karst tidak tampak lagi sebagai
penciri utama bentuk lahan. Pegunungan
denudasional memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air permukaan dari mata air dan
sungai kecil, sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai pengatur aliran udara (iklim)
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan
suhu udara), dan sebagai tempat wisata
alam.
21 Pegunungan denudasional Pegunungan denudasional merupakan
bermaterial batuan bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
sedimen non karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga terjal, tersusun atas batuan sedimen
non karbonat, seperti batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
dan konglomerat (conglomerate) yang bersifat
non karbonatan. Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (seperti lipatan, patahan) tidak
tampak lagi sebagai penciri utama bentuk
lahan. Pegunungan denudasional memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
dari sungai kecil dan air tanah, sebagai
pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), dan sebagai tempat wisata alam.

22 Pegunungan denudasional Pegunungan denudasional merupakan


23
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
bermaterial campuran Bentuk lahan dengan relief pegunungan
batuan beku luar dan yang memiliki kemiringan lereng agak miring
piroklastik hingga terjal, tersusun atas material
vulkanik yaitu perselingan antara aliran lava
dan endapan piroklastik. Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor)
telah berjalan lanjut dan menghasilkan
morfologi denudasional dimana bentuk
vulkanik sebelumnya (seperti kerucut
vulkanik stratovulkano) tidak tampak lagi
sebagai penciri utama Bentuk lahan.
Pegunungan denudasional ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
dari mata air dan sungai kecil, sebagai
daerah tangkapan hujan, sebagai penyedia
material bahan galian, sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya
(perubahan tekanan dan suhu udara),
sebagai tempat wisata alam, dan penyedia
lahan subur.
23 Pegunungan denudasional Pegunungan denudasional merupakan
bermaterial campuran Bentuk lahan dengan relief pegunungan
batuan sedimen karbonat yang memiliki kemiringan lereng agak miring
dan non karbonat hingga terjal, tersusun atas batuan sedimen
karbonat dan non karbonat, seperti
batugamping (limestone), napal (marls),
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), dan
konglomerat (conglomerate). Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor)
telah berjalan lanjut dan menghasilkan
morfologi denudasional dimana struktur
geologi sebelumnya (seperti lipatan, patahan)
tidak tampak lagi sebagai penciri utama
Bentuk lahan. Pegunungan denudasional
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan dari sungai kecil dan air tanah,
sebagai pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), dan sebagai tempat wisata alam.
24 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik merupakan
vulkanik bermaterial bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik
campuran batuan beku (volcanic cone), mempunyai kemiringan
luar dan piroklastik lereng sangat miring hingga landai, material
permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Material tersebut sebagai
24
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
hasil dari aktivitas gunungapi stratovulkano
dari awal hingga terakhir (terbaru).
Pegunungan kerucut vulkanik memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air bersih dari
mata air dan sungai kecil, sebagai daerah
tangkapan hujan, sebagai penyedia lahan
subur, sebagai tempat wisata alam, sebagai
pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara).
25 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik merupakan
vulkanik bermaterial bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik
piroklastik (volcanic cone) dengan relief pegunungan,
mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring, dan material permukaan
yang tersusun secara dominan dari endapan
piroklastik. Pegunungan kerucut vulkanik
memiliki fungsi lahan sebagai daerah
tangkapan air hujan, sebagai penyedia air
bersih dari mata air dan sungai kecil,
sebagai daerah tangkapan hujan, sebagai
penyedia lahan subur, sebagai tempat wisata
alam, sebagai pengatur aliran udara (iklim)
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan
suhu udara).
26 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik lereng atas
vulkanik lereng atas merupakan bentuk lahan bagian dari
bermaterial campuran kerucut vulkanik (volcanic cone) yang
batuan beku luar dan mempunyai posisi di bagian lereng atas,
piroklastik mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga miring, material permukaan sebagian
besar tersusun atas perselingan antara
aliran lava dan endapan piroklastik, baik
dari jatuhan piroklastik (pyroclastic falls)
maupun aliran piroklastik (pyroclastic flows),
dan endapan dari aliran lahar. Material
tersebut sebagai hasil dari aktivitas
gunungapi stratovulkano dari awal hingga
terakhir (terbaru). Pegunungan kerucut
vulkanik lereng atas memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih dari mata air dan
sungai kecil, sebagai daerah tangkapan
hujan sebagai penyedia lahan subur, sebagai
tempat wisata alam, dan sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya
(perubahan tekanan dan suhu udara).

27 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik lereng bawah


25
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
vulkanik lereng bawah merupakan bentuk lahan bagian dari
bermaterial campuran kerucut vulkanik (volcanic cone) yang
batuan beku luar dan mempunyai posisi di bagian lereng bawah,
piroklastik mempunyai kemiringan lereng miring hingga
landai, material permukaan sebagian besar
tersusun atas perselingan antara aliran lava
dan endapan piroklastik, baik dari jatuhan
piroklastik (pyroclastic falls) maupun aliran
piroklastik (pyroclastic flows), dan endapan
dari aliran lahar. Material tersebut sebagai
hasil dari aktivitas gunungapi stratovulkano
dari awal hingga terakhir (terbaru).
Pegunungan kerucut vulkanik lereng bawah
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
bersih dari air tanah, mata air dan sungai
kecil, sebagai daerah tangkapan hujan,
sebagai penyedia lahan subur, sebagai
tempat wisata alam, sebagai material bahan
galian, dan sebagai pengatur aliran udara
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan
suhu udara).
28 Pegunungan kerucut Bentuk lahan ini adalah berupa kerucut
vulkanik lereng puncak vulkanik (volcanic cone) yang mempunyai
bermaterial campuran relief pegunungan dengan lereng dari sangat
batuan beku luar dan miring hingga agak miring i. Bentuk lahan
piroklastik ini sebagian besar tersusun atas campuran
antara batuan beku luar yang dibentuk dari
aliran-aliran lava dengan material pioklastik
hasil proses letusan yang dihasilkan
sepanjang aktivitas gunungapi hingga
aktivitasnya yang terakhir.
29 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik lereng tengah
vulkanik lereng tengah merupakan bentuk lahan bagian dari
bermaterial campuran kerucut vulkanik (volcanic cone) yang
batuan beku luar dan mempunyai posisi di bagian lereng tengah,
piroklastik mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga miring, material permukaan sebagian
besar tersusun atas perselingan antara
aliran lava dan endapan piroklastik, baik
dari jatuhan piroklastik (pyroclastic falls)
maupun aliran piroklastik (pyroclastic flows).
Material tersebut sebagai hasil dari aktivitas
gunungapi stratovulkano dari awal hingga
terakhir (terbaru). Pegunungan kerucut
vulkanik lereng tengah memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih dari mata air dan
sungai kecil, sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai penyedia lahan subur,
sebagai tempat wisata alam, sebagai
26
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara).
Gambar Pegunungan kerucut vulkanik
lereng tengah bermaterial batuan beku luar
dan piroklastik di Lampung
30 Pegunungan vulkanik Pegunungan vulkanik lereng bawah
lereng bawah bermaterial merupakan bentuk lahan dengan relief
piroklastik pegunungan yang memiliki kemiringan
lereng agak miring hingga landai, tersusun
atas material endapan piroklastik (pyroclastic
falls, pyroclastic flows) dan sebagian endapan
lahar. Bentuk lahan vulkanik (stratovulkano)
ini merupakan satu atau gabungan beberapa
kerucut vulkanik yang masih aktif atau
istirahat (dormant) dan mempunyai posisi di
bagian lereng paling bawah. Pegunungan
vulkanik lereng baah memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih (sungai kecil,
mata air), sebagai penyedia lahan subur,
sebagai tempat wisata alam, dan sebagai
pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara).
31 Perbukitan denudasional Bentuk lahan ini mempunyai relief
bermaterial batuan perbukitan yang tersusun atas material
metamorfik batuan metamorfik seperti basal, therzolit
dan serpentinit. Hal ini menunjukkan bahwa
perbukitan ini awalnya merupakan
perbukitan struktural. Selanjutnya proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor)
menjadi proses yang dominan yang terjadi di
perbukitan ini yang akhirnya menghasilkan
morfologi baru yang tidak meninggalkan
pola-pola struktural sebelumnya, seperti pola
lipatan, patahan, atau yang lainnya.
32 Perbukitan denudasional Perbukitan denudasional merupakan Bentuk
bermaterial batuan lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
sedimen non karbonat kemiringan lereng agak miring hingga sangat
miring, tersusun atas material batuan
sedimen non karbonat, seperti batupasir
(sandstones), batulempung (claystones),
breksi (breccias) atau lainnya. Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor)
telah berjalan lanjut dan menghasilkan
morfologi denudasional dimana struktur
geologi sebelumnya (seperti lipatan, patahan)
tidak tampak lagi sebagai penciri utama
bentuk lahan. Perbukitan denudasional ini
27
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan (sungai kecil) dan air tanah
(pada lapisan akuifer), dan sebagai tempat
wisata alam.
33 Perbukitan denudasional Perbukitan denudasional merupakan Bentuk
bermaterial campuran lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
batuan beku luar dan kemiringan lereng agak miring hingga sangat
piroklastik miring, tersusun atas perselingan batuan
beku luar (aliran lava) dan endapan
piroklastik (pyroclastic fall, pyroclastic flows).
Proses denudasional (pelapukan, erosi,
longsor) telah berjalan lanjut pada Bentuk
lahan ini dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana pola-pola vulkanik
sebelumnya (seperti kerucut vulkanik) tidak
tampak lagi sebagai penciri utama Bentuk
lahan. Perbukitan denudasional ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
(mata air, sungai kecil), sebagai daerah
tangkapan hujan, sebagai penyedia material
bahan galian, sebagai tempat wisata alam,
dan sebagai penyedia lahan subur.
34 Perbukitan denudasional Perbukitan denudasional merupakan Bentuk
bermaterial campuran lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
batuan sedimen karbonat kemiringan lereng agak miring hingga sangat
dan non karbonat miring, tersusun atas material campuran
batuan sedimen karbonat dan non karbonat,
seperti batugamping (limestones), batunapal
(marls), batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), atau lainnya.
Proses denudasional (pelapukan, erosi,
longsor) telah berjalan lanjut dan
menghasilkan morfologi denudasional
dimana struktur geologi sebelumnya (seperti
lipatan, patahan) tidak tampak lagi sebagai
penciri utama Bentuk lahan. Perbukitan
denudasional ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan (mata air,
sungai kecil), sebagai daerah tangkapan
hujan, dan sebagai tempat wisata alam.
35 Perbukitan denudasional Perbukitan denudasional merupakan Bentuk
bermaterial piroklastik lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
kemiringan lereng agak miring hingga sangat
miring, tersusun atas endapan piroklastik
(pyroclastic fall, pyroclastic flows) hasil
aktivitas vulkanik masa lalu. Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor)
telah berjalan lanjut pada Bentuk lahan ini
dan menghasilkan morfologi denudasional
28
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
dimana pola-pola vulkanik sebelumnya
(seperti kerucut vulkanik) tidak tampak lagi
sebagai penciri utama Bentuk lahan.
Perbukitan denudasional memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air permukaan (mata
air, sungai kecil), sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai tempat wisata alam, dan
sebagai penyedia lahan subur.
36 Perbukitan denudasional Perbukitan denudasional merupakan Bentuk
bermaterial sedimen lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
karbonat kemiringan lereng agak miring hingga sangat
miring, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping
(limestones), batunapal (marls), atau lainnya.
Proses denudasional (pelapukan, erosi,
longsor) telah berjalan lanjut dan
menghasilkan morfologi denudasional
dimana struktur geologi sebelumnya (seperti
lipatan, patahan) tidak tampak lagi sebagai
penciri utama bentuk lahan. Perbukitan
denudasional ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air tanah (dalam gua
bawah tanah) dan sebagai tempat wisata
alam.
37 Perbukitan kerucut Perbukitan kerucut vulkanik merupakan
vulkanik bermaterial bentuk lahan bagian kerucut vulkanik
piroklastik (volcanic cone) dengan relief perbukitan,
mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring, dan material permukaan
yang tersusun secara dominan dari endapan
piroklastik. Perbukitan kerucut vulkanik ini
memiliki fungsi lahan sebagai daerah
tangkapan air hujan, sebagai penyedia air
bersih (mata air, sungai kecil), sebagai
penyedia lahan subur, sebagai tempat wisata
alam.
38 Perbukitan kerucut Perbukitan kerucut vulkanik parasiter
vulkanik parasiter merupakan bentuk lahan bagian dari
bermaterial campuran kerucut vulkanik anakan (small volcanic
batuan beku luar dan cone) yang muncul pada salah satu lereng di
piroklastik tubuh gunungapi (kerucut vulkanik) yang
lebih besar. Bukit ini mempunyai kemiringan
lereng sangat miring hingga agak miring
dimana material permukaannya tersusun
dari batuan beku luar (aliran lava) dan
endapan piroklastik. Perbukitan kerucut
vulkanik parasiter ini memiliki fungsi lahan
sebagai daerah tangkapan air hujan, sebagai
penyedia air bersih (mata air, sungai kecil),
29
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
sebagai penyedia lahan subur, sebagai
tempat wisata alam, sebagai material bahan
galian.
39 Perbukitan solusional Perbukitan solusional karst merupakan
karst bermaterial batuan bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
sedimen karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestones) yang membentuk
topografi karst. Proses pelarutan (solution)
telah membentuk bukit-bukit karst (conical
karst) dan juga cekungan karst (sinkhole)
atau Bentuk lahan karst lainnya yang
berdampingan. Perbukitan solusional karst
ini memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
air tanah (dalam gua bawah tanah), sebagai
tempat wisata alam, dan sebagai habitat
fauna kelelawar.
40 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial batuan bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
sedimen non karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), konglomerat
(conglomerate) atau pun yang lainnya.
Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan
ini di antaranya dicirikan oleh antiklin
(hogback and cuesta) dan sinklin (subsequent
valley). Perbukitan struktural lipatan ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan (mata air, sungai kecil), sebagai
daerah tangkapan hujan, dan sebagai tempat
wisata alam.
41 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
campuran batuan sedimen memiliki kemiringan lereng agak miring
karbonat dan non hingga sangat miring, tersusun atas material
karbonat campuran batuan sedimen karbonat dan non
karbonat, seperti batugamping (limestones),
napal (marls), batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
konglomerat (conglomerate), atau yang
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat
aktivitas tektonik yang menghasilkan
struktur geologi lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini di antaranya dicirikan
30
Bentang Lahan Bali dan
No Deskripsi
Nusa Tenggara
oleh antiklin (hogback and cuesta) dan
sinklin (subsequent valley). Perbukitan
struktural lipatan ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan (mata air,
sungai kecil), sebagai daerah tangkapan
hujan, dan sebagai tempat wisata alam.
42 Perbukitan vulkanik Perbukitan vulkanik merupakan bentuk
bermaterial campuran lahan bagian dari tubuh gunungapi (volcano)
batuan beku luar dan yang masih aktif maupun yang sudah tidak
piroklastik aktif, mempunyai relief perbukitan dengan
kemiringan lereng bervariasi dari sangat
miring hingga miring dan landai. Perbukitan
ini tersusun atas perselingan batuan beku
luar (aliran lava) dan material piroklastik.
Perbukitan vulkanik memiliki fungsi lahan
sebagai daerah tangkapan air hujan, sebagai
penyedia air bersih (air tanah, mata air,
sungai kecil), sebagai penyedia lahan subur,
dan sebagai tempat wisata alam.
43 Perbukitan vulkanik Perbukitan vulkanik merupakan Bentuk
bermaterial piroklastik lahan bagian dari kerucut vulkanik (volcanic
cone) yang mempunyai relief perbukitan
dengan kemiringan lereng dari sangat miring
hingga landai, sebagian besar tersusun atas
endapan piroklastik yang dibentuk dari
jatuhan piroklastik (pyroclastic falls), aliran-
aliran piroklastik (pyroclastic flows), dan
sebagian kecil dari lahar. Perbukitan
vulkanik ini mmemiliki fungsi lahan sebagai
daerah tangkapan air hujan, sebagai
penyedia air bersih (air tanah, mata air,
sungai kecil), sebagai penyedia lahan subur,
dan sebagai tempat wisata alam.
44 Tebing kaldera bermaterial Tebing kaldera merupakan bentuk lahan
campuran batuan beku berupa tebing terjal berpola melingkar
luar dan piroklastik sebagai bentuk sisa dari runtuhan puncak
gunungapi atau kerucut vulkanik ke dalam
dapur magma pada saat letusan besar (tipe
plinian) terjadi yang menguras isi dapur
magma. Tebing kaldera ini memiliki fungsi
lahan sebagai daerah resapan air hujan
masuk ke dalam lapisan porus (piroklastik)
yang terdapat pada tebing dan sebagai
tempat wisata ekstrim.

Jawa
31
No Bentang Alam Jawa Deskripsi
1 Danau Danau merupakan genangan air permanen di
permukaan lahan pada elevasi rendah-
menengah.
2 Dataran fluvial bermaterial Bentuk lahan yang mempunyai relief dataran
aluvium rata (flat) dengan kemiringan lereng datar
hingga landai, tersusun atas material
aluvium hasil proses deposisi fluvial (aliran
permukaan atau sungai).
3 Dataran fluvial berombak- Bentuk lahan yang mempunyai relief dataran
bergelombang bermaterial berombak hingga bergelombang (undulating
aluvium to rolling plain), tersusun atas material
aluvium hasil proses deposisi fluvial. Bentuk
lahan ini mengalami proses pengangkatan
tektonik atau terbentuk pada elevasi relatif
tinggi dari sekitarnya.
4 Dataran fluviomarin Bentuk lahan dengan relief dataran rata (flat),
bermaterial aluvium dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi fluvio-marin yang
berasal dari aliran sungai, pasang-surut, dan
banjir rab.
5 Dataran fluviovulkanik Bentuk lahan yang memilki relief dataran
bermaterial aluvium (flat), dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi fluvial yang mengangkut
material vulkanik (seperti aliran lahar).
Dataran ini juga dapat disebut dengan
dataran laharik.
6 Dataran lakustrin Bentuk lahan dengan relief dataran rata (flat),
bermaterial aluvium dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi genangan air danau
yang dicirikan oleh stratifikasi lapisan
sedimen lakustrin.
7 Dataran marin berpasir Bentuk lahan yang memilki relief dataran
bermaterial aluvium rata (flat) hingga berombak (undulating),
dengan kemiringan lereng datar hingga agak
miring, tersusun atas material aluvium
berpasir hasil proses deposisi proses marin
(arus sepanjang pantai dan gelombang laut),
terletak di wilayah pesisir. Bentuk lahan ini
mencakup Bentuk lahan gisik pantai (beach),
gumuk pasir (sand dunes), beting pantai
(beach ridges) dan cekungan antar beting
(swales).

8 Dataran organik koralian Bentuk lahan dengan relief dataran rata (flat)
bermaterial batuan dengan kemiringan lereng datar hingga

32
No Bentang Alam Jawa Deskripsi
sedimen karbonat landai, tersusun atas material sedimen
karbonat jenis koral, terletak di wilayah
pesisir.
9 Dataran organik koralian Bentuk lahan dengan relief dataran
berombak-bergelombang berombak-bergelombang dengan kemiringan
bermaterial batuan lereng landai hingga agak miring, tersusun
sedimen karbonat atas material sedimen karbonat jenis koral,
terletak di wilayah pesisir.
10 Dataran solusional karst Bentuk lahan dengan relief dataran dengan
bermaterial batuan kemiringan lereng datar hingga landai,
sedimen karbonat tersusun atas batuan karbonat
(batugamping, napal dll) pada kompleks
karst.
11 Dataran solusional karst Bentuk lahan dengan relief dataran berombak
berombak-bergelombang hingga bergelombang dengan kemiringan
bermaterial batuan lereng landai hingga agak miring, tersusun
sedimen karbonat atas batuan karbonat (batugamping, napal
dll) pada kompleks karst.
12 Dataran struktural lipatan Bentuk lahan dengan relief dataran berombak
berombak-bergelombang hingga bergelombang dengan kemiringan
bermaterial batuan lereng landai hingga agak miring, terbentuk
sedimen karbonat akibat aktivitas tektonik sehingga
membentuk struktur geologi berupa lipatan
pada batuan, Bentuk lahan ini tersusun atas
material batuan sedimen karbonat
(batugamping, napal, atau lainnya).
13 Dataran struktural lipatan Bentuk lahan dengan relief dataran berombak
berombak-bergelombang hingga bergelombang dengan kemiringan
bermaterial batuan lereng landai hingga agak miring, terbentuk
sedimen non karbonat akibat aktivitas tektonik sehingga
membentuk struktur geologi berupa lipatan
pada batuan, Bentuk lahan ini tersusun atas
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccias), konglomerat
(conglomerate).
14 Dataran struktural lipatan Dataran ini terbentuk di atas struktur
berombak-bergelombang tektonik kulit bumi berupa lipatan yang
bermaterial campuran mempunyai relief berombak hingga
batuan sedimen karbonat bergelombang dan tersusun atas batuan
dan non karbonat sedimen campuran antara karbonat dan non
karbonat, seperti batupasir (sandstones),
batugamping (limestones), batuliat
(claystones), napal (marls) atau lainnya.

15 Dataran vulkanik Bentuk lahan dengan relief datar, memiliki


bermaterial piroklastik kemiringan lereng datar-landai, berada pada
lereng kaki kerucut vulkanik, tersusun atas

33
No Bentang Alam Jawa Deskripsi
material piroklastik dan vulkanoklastik hasil
proses deposisi dari aliran piroklastik
dan/atau lahar.
16 Dataran vulkanik Bentuk lahan dengan relief berombak hingga
berombak-bergelombang bergelombang, memiliki kemiringan lereng
bermaterial batuan beku bervariasi dari landai hingga agak miring,
luar berada pada lereng kaki kerucut vulkanik,
tersusun atas material batuan beku luar atau
aliran lava.
17 Dataran vulkanik Bentuk lahan dengan relief berombak hingga
berombak-bergelombang bergelombang, memiliki kemiringan lereng
bermaterial campuran bervariasi dari landai hingga agak miring,
batuan beku luar dan berada pada lereng kaki kerucut vulkanik
piroklastik startovulkano, tersusun atas material
piroklastik dan vulkanoklastik hasil proses
deposisi dari aliran piroklastik dan/atau
lahar.
18 Dataran vulkanik Bentuk lahan dengan relief berombak hingga
berombak-bergelombang bergelombang, memiliki kemiringan lereng
bermaterial piroklastik bervariasi dari landai hingga agak miring,
berada pada lereng kaki kerucut vulkanik,
tersusun atas material piroklastik dan
vulkanoklastik hasil proses deposisi dari
aliran piroklastik dan/atau lahar.
19 Lembah sungai Bentuk lahan berbentuk cekungan berpola
bermaterial aluvium memanjang, yang terdapat sungai di
dalamnya baik mengalir sepanjang tahun
(perenial) atau pun musiman (intermitten). Di
dalam lembah biasa terdapat Bentuk lahan
minor lain, seperti dataran banjir (flood plain),
tanggul alam (natural levee), rerawaan (back
swamps), dan tebing lembah sungai (bluff).
20 Pegunungan denudasional Morfologi ini memiliki kemiringan elevasi
bermaterial campuran ketinggian lebih dari 300 mdpl dan
batuan beku luar dan kemiringan lereng lebih dari 16%. Jenis
piroklastik batuannya adalah batuan beku luar dan
piroklastik yang berasal dari gunung api
purba.
21 Pegunungan kerucut Bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik
vulkanik bermaterial (volcanic cone) dengan relief pegunungan,
batuan beku luar mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring, tersusun secara dominan
material permukaan dari batuan beku luar
(aliran lava).

22 Pegunungan kerucut Bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik


vulkanik bermaterial (volcanic cone), mempunyai kemiringan lereng
campuran batuan beku sangat miring hingga landai, material
luar dan piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas

34
No Bentang Alam Jawa Deskripsi
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Material tersebut sebagai
hasil dari aktivitas gunungapi stratovulkano
dari awal hingga terakhir (terbaru).
23 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng atas (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial campuran bagian lereng atas, mempunyai kemiringan
batuan beku luar dan lereng sangat miring hingga miring, material
piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows), dan endapan dari aliran
lahar. Material tersebut sebagai hasil dari
aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru).
24 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng bawah (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial campuran bagian lereng bawah, mempunyai kemiringan
batuan beku luar dan lereng miring hingga landai, material
piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows), dan endapan dari aliran
lahar. Material tersebut sebagai hasil dari
aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru).
25 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng bawah (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial piroklastik bagian lereng bawah, mempunyai kemiringan
lereng miring hingga landai, material
permukaan tersusun sebagian besar atas
endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic falls),
aliran piroklastik (pyroclastic flows), dan
aliran lahar.
26 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng tengah (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial campuran bagian lereng tengah, mempunyai kemiringan
batuan beku luar dan lereng sangat miring hingga miring, material
piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Material tersebut sebagai
hasil dari aktivitas gunungapi stratovulkano
dari awal hingga terakhir (terbaru).

35
No Bentang Alam Jawa Deskripsi
27 Pegunungan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
lipatan bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga terjal, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping,
batunapal atau lainnya. Pegunungan
struktural terbentuk akibat aktivitas tektonik
menghasilkan struktur geologi berupa lipatan
pada batuan. Pola struktur lipatan ini
dicirikan oleh antiklin (hogback and cuesta)
dan sinklin (subsequent valley).
28 Perbukitan denudasional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen non karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccias) atau lainnya.
Proses denudasional (pelapukan, erosi,
longsor) telah berjalan lanjut dan
menghasilkan morfologi denudasional dimana
struktur geologi sebelumnya (seperti lipatan,
patahan) tidak tampak lagi sebagai penciri
utama Bentuk lahan.
29 Perbukitan denudasional Bentuk lahan perbukitan denudasional, yang
bermaterial campuran artinya proses erosi dan transportasi aktif
batuan beku luar dan terjadi. Pola pengaliran sungai pada morfologi
piroklastik ini paralel dan dendritik, sifat aliran
sungainya relatif perennial atau epimeral.
30 Perbukitan denudasional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
bermaterial campuran memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan sedimen karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
dan non karbonat campuran batuan sedimen karbonat dan non
karbonat, seperti batugamping (limestones),
batunapal (marls), batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
atau lainnya. Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (seperti lipatan, patahan) tidak
tampak lagi sebagai penciri utama bentuk
lahan.
31 Perbukitan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik bermaterial (volcanic cone) dengan relief perbukitan,
campuran batuan beku mempunyai kemiringan lereng sangat miring
luar dan piroklastik hingga agak miring, mempunyai material
permukaan yang tersusun atas perselingan
antara batuan beku luar (aliran lava) dan
endapan piroklastik (jatuhan dan aliran
piroklastik) yang dihasilkan dari awal hingga

36
No Bentang Alam Jawa Deskripsi
akhir aktivitasnya (terbaru).
32 Perbukitan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik parasiter anakan (small volcanic cone) menyerupai
bermaterial batuan beku kubah lava (lava dome) yang muncul pada
luar salah satu lereng di tubuh gunungapi
(kerucut vulkanik) yang lebih besar. Bukit ini
mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring dimana material
permukaannya tersusun dari batuan beku
luar (aliran lava).
33 Perbukitan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik parasiter anakan (small volcanic cone) yang muncul
bermaterial campuran pada salah satu lereng di tubuh gunungapi
batuan beku luar dan (kerucut vulkanik) yang lebih besar. Bukit ini
piroklastik mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring dimana material
permukaannya tersusun dari batuan beku
luar (aliran lava) dan endapan piroklastik.
34 Perbukitan solusional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
karst bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestones) yang membentuk
topografi karst. Proses pelarutan (solution)
telah membentuk bukit-bukit karst (conical
karst) dan juga cekungan karst (sinkhole)
atau Bentuk lahan karst lainnya yang
berdampingan.
35 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
metamorfik hingga sangat miring, tersusun atas batuan
metamorf, seperti sekiss, gneiss, phylit atau
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
36 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestones), batunapal (marls)
atau lainnya. Perbukitan terbentuk akibat
aktivitas tektonik yang menghasilkan
struktur geologi lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini di antaranya dicirikan
oleh antiklin (hogback and cuesta) dan sinklin
(subsequent valley).

37
No Bentang Alam Jawa Deskripsi
37 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial batuanmemiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen non karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), konglomerat
(conglomerate) atau pun yang lainnya.
Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
38 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
campuran batuan sedimen hingga sangat miring, tersusun atas material
karbonat dan non campuran batuan sedimen karbonat dan non
karbonat karbonat, seperti batugamping (limestones),
napal (marls), batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
konglomerat (conglomerate), atau yang
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
39 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan
plutonik bermaterial dengan kemiringan lereng terjal hingga agak
batuan beku dalam miring, tersusun atas batuan intrusif (seperti
granit, gabro, diorite, pegmatite, atau
lainnya), dihasilkan dari pembekuan magma
(di dalam kulit bumi) dan membentuk batuan
beku. Batuan ini selanjutnya tersingkap dan
membentuk perbukitan plutonik. Struktur
plutonik yang membentuk relief perbukitan
ini biasanya dari stock, lakolit, atau batolit.

Kalimantan
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan

38
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
1 Danau Danau merupakan genangan air permanen di
permukaan lahan pada elevasi rendah-
menengah. Beberapa jenis danau berdasarkan
penyebab terbentuknya antara lain : a) danau
tektonik (akibat penurunan muka bumi
karena pergeseran/patahan); b) danau
vulkanik (akibat aktivitas gunung berapi) ; c)
danau tektovulkanik (akibat percampuran
aktivitas tektonisme dan vulkanisme); d)
danau bendungan alami (aliran air sungai
yang terbendung oleh aliran lava saat erupsi
terjadi); e) danau karst (akibat pelarutan
tanah berkapur; dan danau buatan (danau
yang terbentuk akibat aktivitas manusia).
Danau memiliki fungsi lingkungan sebagai
penyedia air bersih di permukaan yang
bersumber dari air hujan dan air sungai,
penyedia bahan pangan dari ikan, rajungan,
udang dan lain sebagainya. Selain itu danau
juga dapat menjadi objek wisata alam.
2 Dataran fluvial Dataran fluvial bermaterial alluvium
bermaterial alluvium merupakan Bentuk lahan yang mempunyai
relief dataran rata (flat) dengan kemiringan
lereng datar hingga landai, tersusun atas
material aluvium hasil proses deposisi fluvial
(aliran permukaan atau sungai). Dataran ini
memiliki fungsi lingkungan sebagai penyedia
air bersih di permukaan yang bersumber dari
air tanah dan sungai, lahan yang subur
untuk dimanfaatkan pertanian dan
perkebunan, serta sebagai pembentuk lapisan
tanah baru hasil sedimentasi fluvial.
3 Dataran fluvial berombak- Bentuk lahan yang mempunyai relief dataran
bergelombang bermaterial berombak hingga bergelombang (undulating to
aluvium rolling plain), tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi fluvial. Bentuk lahan ini
mengalami proses pengangkatan tektonik
atau terbentuk pada elevasi relatif tinggi dari
sekitarnya. Proses denudasi yang telah
bekerjaa cukup lama membentuk lembah-
lembah yang melintas pada dataran tersebut
sehingga relief menjadi berombak-
bergelombang. Dataran ini memiliki fungsi
lingkungan sebagai penyedia air bersih yang
bersumber dari air tanah dan sungai,
terutama di bagian cekungan atau lembah,
mempunyai lahan subur untuk pertanian dan
perkebunan, serta pada area cekungan/
lembah sebagai pembentuk lapisan tanah
39
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
baru hasil sedimentasi fluvial.

4 Dataran fluviomarin Bentuk lahan dengan relief dataran rata (flat),


bermaterial aluvium dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi fluvio-marin yang
berasal dari aliran sungai, pasang-surut, dan
banjir rab. Dataran ini memiliki fungsi
lingkungan sebagai penyedia air bersih yang
berasal dari air tanah dan sungai, namun air
tersebut memilki salinitas yang tinggi (payau),
seta sebagai pembentuk lapisan tanah baru
hasil sedimentasi fluvio-marin.
5 Dataran marin berpasir Dataran marin pasir dengan material aluvium
bermaterial aluvium merupakan Bentuk lahan yang memilki relief
dataran rata (flat) hingga berombak
(undulating), dengan kemiringan lereng datar
hingga agak miring, tersusun atas material
aluvium berpasir hasil proses deposisi proses
marin (arus sepanjang pantai dan gelombang
laut), terletak di wilayah pesisir. Bentuk lahan
ini mencakup Bentuk lahan gisik pantai
(beach), gumuk pasir (sand dunes), beting
pantai (beach ridges) dan cekungan antar
beting (swales). Dataran ini memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia ar bersih yang berasal
dari air tanah dangkal, sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hassil sedimentasi marin,
sebagai pengatur dinamika ekosistem pesisir,
dan sebagai tempat wisata alam.
6 Dataran organik Dataran organik dengan material gambut
bermaterial gambut merupakan Bentuk lahan dengan relief
dataran (flat), dengan kemiringan lereng datar
hingga landai, tersusun atas material gambut
(peat) atau material organik hasil dekomposisi
sisa-sisa tetumbuhan pada suatu cekungan.
Dataran ini memiliki fungsi lahan sebagai
penampung air hujan dan aliran permukaan,
sebagai pengendali banjir, dan sebagai
pengatur dinamika ekosistem gambut.
7 Dataran solusional karst Dataran solusional karst dengan material
bermaterial batuan batuan karbonat merupakan Bentuk lahan
sedimen karbonat dengan relief dataran dengan kemiringan
lereng datar hingga landai, tersusun atas
batuan karbonat (batugamping, napal dll)
pada kompleks karst. Dataran ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia dan pengalir air
permukaan yang berasal dari aliran sungai
bawah tanah pada kompleks karst.
40
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
8 Dataran struktural lipatan Dataran struktural dengan material batuan
bermaterial batuan metamorf merupakan bentuk lahan dengan
metamorfik relief dataran yang landai hingga agak miring
dengan kemiringan lereng landai hingga agak
miring, terbentuk akibat aktivitas tektonik
sehingga membentuk struktur geologi berupa
lipatan pada batuan yang tersusun dari
material batuan metamorf. Dataran ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan yang berasal dari sungai dan
sebagai material bahan galian
9 Dataran struktural lipatan Dataran struktural ini merupakan bentuk
bermaterial campuran lahan dengan relief dataran yang landai
batuan sedimen karbonat hingga berombak dengan kemiringan lereng
dan non karbonat landai hingga agak miring, terbentuk akibat
aktivitas sehingga membentuk struktur
geologi berupa lipatan pada batuan, tersusun
atas batuan sedimen campuran (karbonat dan
non karbonat), seperti batupasir (sandstones),
batugamping (limestones, dolomite,
calcarenite, dll), batulempung (claystones),
napal (marls) atau lainnya. Dataran ini
memiliki fungsi lahan untuk menyediakan air
permukaan yang berasal dari sungai dan air
tanah dangkal yang terdapat pada lapisan
akuifer.
10 Dataran struktural lipatan Dataran struktural ini merupakan bentuk
berombak-bergelombang lahan dengan relief dataran berombak hingga
bermaterial batuan bergelombang dengan kemiringan lereng
metamorfik landai hingga berombak, terbentuk akibat
aktivitas tektonik sehingga membentuk
struktur geologi berupa lipatan pada batuan,
dataran ini tersusun atas material batuan
metamorf. Dataran ini memiliki fungsi lahan
untuk menyediakan air permukaan yang
berasal dari sungai dan material bahan galian
(batuan metamorf).
11 Dataran struktural lipatan Dataran struktural ini merupakan bentuk
berombak-bergelombang lahan dengan relief dataran berombak hingga
bermaterial batuan bergelombang dengan kemiringan lereng
sedimen non karbonat landai hingga agak miring, terbentuk akibat
aktivitas tektonik sehingga membentuk
struktur geologi berupa lipatan pada batuan,
Bentuk lahan ini tersusun atas batuan
sedimen non karbonat, seperti batupasir
(sandstones), batulempung (claystones),
breksi (breccias), konglomerat (conglomerate).
Dataran ini memiliki fungsi lahan untuk
menyediakan air permukaan yang berasal dari
41
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
sungai dan air tanah dangkal yang terdapat
pada lapisan akuifer.
12 Dataran struktural lipatan Dataran ini terbentuk di atas struktur
berombak-bergelombang tektonik kulit bumi berupa lipatan yang
bermaterial campuran mempunyai relief berombak hingga
batuan sedimen karbonat bergelombang dan tersusun atas batuan
dan non karbonat sedimen campuran antara karbonat dan non
karbonat, seperti batupasir (sandstones),
batugamping (limestones), batuliat
(claystones), napal (marls) atau lainnya.
Dataran ini memiliki fungsi lingkungan
menyediakan air permukaan (sungai) dan air
tanah dangkal yang terdapat pada lapisan
akuifer (sedimen klastik)
13 Dataran vulkanik Dataran vulkanik ini merupakan bentuk
berombak-bergelombang lahan dengan relief berombak hingga
bermaterial campuran bergelombang, memiliki kemiringan lereng
batuan beku luar dan bervariasi dari landai hingga agak miring,
piroklastik berada pada lereng kaki kerucut vulkanik
startovulkano, tersusun atas material
piroklastik dan vulkanoklastik hasil proses
deposisi dari aliran piroklastik dan/atau
lahar. Proses denudasi telah bekerja padanya
cukup lama, perselingan material aliran lava
dan piroklastik membentuk lembah-lembah
yang melintas padanya sehingga terbentuk
relief berombak-bergelombang. Dataran ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia lahan
subur, material bahan galian, dan penyedia
air bersih dari air tanah dan sungai besar.
14 Lembah sungai Lembah sungai ini merupakan bentuk lahan
bermaterial aluvium berbentuk cekungan berpola memanjang,
yang terdapat sungai di dalamnya baik
mengalir sepanjang tahun (perenial) atau pun
musiman (intermitten). Di dalam lembah biasa
terdapat bentuk lahan minor lain, seperti
dataran banjir (flood plain), tanggul alam
(natural levee), rerawaan (back swamps), dan
tebing lembah sungai (bluff). Lembah ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan dan air tanah dangkal dan
sebagai pengendali banjir.
15 Pegunungan denudasional Pegunungan denudasional merupakan bentuk
bermaterial campuran lahan dengan relief pegunungan yang
batuan beku luar dan memiliki kemiringan lereng agak miring
piroklastik hingga terjal, tersusun atas material vulkanik
yaitu perselingan antara aliran lava dan
endapan piroklastik. Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
42
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana bentuk vulkanik
sebelumnya (seperti kerucut vulkanik
stratovulkano) tidak tampak lagi sebagai
penciri utama Bentuk lahan. Pegunungan
denudasional ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan dari mata air
dan sungai kecil, sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai penyedia material bahan
galian, sebagai pengatur aliran udara (iklim)
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan
suhu udara), sebagai tempat wisata alam, dan
penyedia lahan subur.
16 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik merupakan
vulkanik bermaterial bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik
campuran batuan beku (volcanic cone), mempunyai kemiringan lereng
luar dan piroklastik sangat miring hingga landai, material
permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Material tersebut sebagai
hasil dari aktivitas gunungapi stratovulkano
dari awal hingga terakhir (terbaru).
Pegunungan kerucut vulkanik memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air bersih dari mata
air dan sungai kecil, sebagai daerah
tangkapan hujan, sebagai penyedia lahan
subur, sebagai tempat wisata alam, sebagai
pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara).
17 Pegunungan struktural Pegunungan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial batuan bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
sedimen non karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga terjal, tersusun atas material batuan
sedimen non karbonat, seperti batupasir,
batulempung, breksi, konglomerat, atau
lainnya. Pegunungan terbentuk akibat
aktivitas tektonik menghasilkan struktur
geologi berupa lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini dicirikan oleh antiklin
(hogback and cuesta) dan sinklin (subsequent
valley). Pegunungan struktur lipatan memiliki
fungsi lahan untuk menyediakan air
permukaan (mata air, sungai kecil), sebagai
daerah tangkapan hujan, sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya

43
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
(perubahan tekanan dan suhu udara), dan
sebagai tempat wisata alam.
18 Pegunungan struktural Pegunungan plutonik merupakan bentuk
plutonik bermaterial lahan dengan relief pegunungan yang
batuan beku dalam memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga terjal, tersusun atas batuan beku
dalam, seperti granite, gabro, diorite,
pegmatite, atau lainnya. Batuan
intrusif/plutonik ini dihasilkan dari
pembekuan magma di dalam kulit bumi.
Struktur plutonik yang membentuk relief
pegunungan biasanya dari struktur batolith,
stock, sill, dike, lacolith, maupun lapolith.
Pegunungan plutonik memiliki fungsi lahan
menyediakan material bahan galian, sebagai
tempat wisata alam, dan sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya
(perubahan tekanan dan suhu udara).
19 Perbukitan denudasional Perbukitan denudasional merupakan bentuk
bermaterial campuran lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
batuan beku luar dan kemiringan lereng agak miring hingga sangat
piroklastik miring, tersusun atas perselingan batuan
beku luar (aliran lava) dan endapan
piroklastik (pyroclastic fall, pyroclastic flows).
Proses denudasional (pelapukan, erosi,
longsor) telah berjalan lanjut pada Bentuk
lahan ini dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana pola-pola vulkanik
sebelumnya (seperti kerucut vulkanik) tidak
tampak lagi sebagai penciri utama Bentuk
lahan. Perbukitan denudasional ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
(mata air, sungai kecil), sebagai daerah
tangkapan hujan, sebagai penyedia material
bahan galian, sebagai tempat wisata alam,
dan sebagai penyedia lahan subur.
20 Perbukitan kerucut Perbukitan kerucut vulkanik merupakan
vulkanik bermaterial Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
campuran batuan beku (volcanic cone) dengan relief perbukitan,
luar dan piroklastik mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring, mempunyai material
permukaan yang tersusun atas perselingan
antara batuan beku luar (aliran lava) dan
endapan piroklastik (jatuhan dan aliran
piroklastik) yang dihasilkan dari awal hingga
akhir aktivitasnya (terbaru). Perbukitan
kerucut vulkanik ini memiliki fungsi lahan
sebagai daerah tangkapan air hujan, sebagai
penyedia air bersih (mata air, sungai kecil),
44
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
sebagai penyedia lahan subur, dan sebagai
tempat wisata alam.
21 Perbukitan kerucut Perbukitan kerucut vulkanik parasiter
vulkanik parasiter merupakan Bentuk lahan bagian dari kerucut
bermaterial batuan beku vulkanik anakan (small volcanic cone)
luar menyerupai kubah lava (lava dome) yang
muncul pada salah satu lereng di tubuh
gunungapi (kerucut vulkanik) yang lebih
besar. Bukit ini mempunyai kemiringan lereng
sangat miring hingga agak miring dimana
material permukaannya tersusun dari batuan
beku luar (aliran lava). Perbukitan kerucut
vulkanik ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia material bahan galian dan sebagai
tempat wisata alam.
22 Perbukitan solusional Perbukitan solusional karst merupakan
karst bermaterial batuan Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
sedimen karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestones) yang membentuk
topografi karst. Proses pelarutan (solution)
telah membentuk bukit-bukit karst (conical
karst) dan juga cekungan karst (sinkhole) atau
Bentuk lahan karst lainnya yang
berdampingan. Perbukitan solusional karst ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
tanah (dalam gua bawah tanah), sebagai
tempat wisata alam, dan sebagai habitat
fauna kelelawar.
23 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupaka
lipatan bermaterial batuan Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
metamorfik memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas batuan
metamorf, seperti sekiss, gneiss, phylit atau
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
Perbukitan struktural lipatan memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air permukaan
(sungai kecil) dan sebagai tempat wisata alam.
24 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial batuan Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
sedimen non karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
45
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
(claystones), breksi (breccia), konglomerat
(conglomerate) atau pun yang lainnya.
Perbukitan terbentuk akibat aktivitas tektonik
yang menghasilkan struktur geologi lipatan
pada batuan. Pola struktur lipatan ini di
antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
Perbukitan struktural lipatan ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
(mata air, sungai kecil), sebagai daerah
tangkapan hujan, dan sebagai tempat wisata
alam.
25 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
campuran batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat dan non hingga sangat miring, tersusun atas material
karbonat campuran batuan sedimen karbonat dan non
karbonat, seperti batugamping (limestones),
napal (marls), batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
konglomerat (conglomerate), atau yang
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
Perbukitan struktural lipatan ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
(mata air, sungai kecil), sebagai daerah
tangkapan hujan dan tempat wisata alam.
26 Perbukitan struktural Perbukitan plutonik merupakan bentuk lahan
plutonik bermaterial dengan relief perbukitan dengan kemiringan
batuan beku dalam lereng terjal hingga agak miring, tersusun
atas batuan intrusif (seperti granit, gabro,
diorite, pegmatite, atau lainnya), dihasilkan
dari pembekuan magma (di dalam kulit bumi)
dan membentuk batuan beku. Batuan ini
selanjutnya tersingkap dan membentuk
perbukitan plutonik. Struktur plutonik yang
membentuk relief perbukitan ini biasanya dari
stock, lakolit, atau batolit. Perbukitan
plutonik ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia material bahan galian dan sebagai
tempat wisata alam.

46
Bentang Alam
No Deskripsi
Kalimantan
27 Perbukitan vulkanik Perbukitan vulkanik merupakan bentuk lahan
bermaterial piroklastik bagian dari kerucut vulkanik (volcanic cone)
yang mempunyai relief perbukitan dengan
kemiringan lereng dari sangat miring hingga
landai, sebagian besar tersusun atas endapan
piroklastik yang dibentuk dari jatuhan
piroklastik (pyroclastic falls), aliran-aliran
piroklastik (pyroclastic flows), dan sebagian
kecil dari lahar. Perbukitan vulkanik ini
mmemiliki fungsi lahan sebagai daerah
tangkapan air hujan, sebagai penyedia air
bersih (air tanah, mata air, sungai kecil),
sebagai penyedia lahan subur, dan sebagai
tempat wisata alam.
28 Perbukitan vulkanik Perbukitan vulkanik kubah lava merupakan
kubah lava bermaterial bentuk lahan bagian dari bukit berbentuk
batuan beku luar kubah, mempunyai lereng bervariasi dari agak
miring hingga sangat miring. Material
permukaannya tersusun secara dominan dari
batuan beku luar (aliran lava) yang muncul
dari proses vulkanik efusif. Perbukitan
vulkanik kubah lava ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia material bahan galian dan
sebagai tempat wisata alam.

47
Kep. Maluku
Bentang Alam Kep.
No Deskripsi
Maluku
1 Danau Danau merupakan genangan air permanen di
permukaan lahan pada elevasi rendah-
menengah
2 Dataran fluvial Bentuk lahan yang mempunyai relief dataran
bermaterial alluvium rata (flat) dengan kemiringan lereng datar
hingga landai, tersusun atas material
aluvium hasil proses deposisi fluvial (aliran
permukaan atau sungai).
3 Dataran fluvial berombak- Bentuk lahan yang mempunyai relief dataran
bergelombang bermaterial berombak hingga bergelombang (undulating
aluvium to rolling plain), tersusun atas material
aluvium hasil proses deposisi fluvial. Bentuk
lahan ini mengalami proses pengangkatan
tektonik atau terbentuk pada elevasi relatif
tinggi dari sekitarnya.
4 Dataran fluviomarin Bentuk lahan dengan relief dataran rata (flat),
bermaterial aluvium dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi fluvio-marin yang
berasal dari aliran sungai, pasang-surut, dan
banjir rab.
5 Dataran fluviovulkanik Bentuk lahan yang memilki relief dataran
bermaterial aluvium (flat), dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi fluvial yang mengangkut
material vulkanik (seperti aliran lahar).
6 Dataran marin berpasir Bentuk lahan yang memilki relief dataran
bermaterial aluvium rata (flat) hingga berombak (undulating),
dengan kemiringan lereng datar hingga agak
miring, tersusun atas material aluvium
berpasir hasil proses deposisi proses marin
(arus sepanjang pantai dan gelombang laut),
terletak di wilayah pesisir. Bentuk lahan ini
mencakup Bentuk lahan gisik pantai (beach),
gumuk pasir (sand dunes), beting pantai
(beach ridges) dan cekungan antar beting
(swales).
7 Dataran organik koralian Bentuk lahan dengan relief dataran rata (flat)
bermaterial batuan dengan kemiringan lereng datar hingga
sedimen karbonat landai, tersusun atas material sedimen
karbonat jenis koral, terletak di wilayah
pesisir.
8 Dataran struktural Bentuk lahan dengan relief dataran berombak
lipatan berombak- hingga bergelombang dengan kemiringan
bergelombang bermaterial lereng landai hingga agak miring, terbentuk
batuan sedimen non akibat aktivitas tektonik sehingga
karbonat membentuk struktur geologi berupa lipatan
pada batuan, Bentuk lahan ini tersusun atas
48
Bentang Alam Kep.
No Deskripsi
Maluku
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccias), konglomerat
(conglomerate).
9 Dataran vulkanik Bentuk lahan dengan relief datar hingga
bermaterial batuan beku berombak, memiliki kemiringan lereng landai
luar hingga agak miring, berada pada lereng kaki
kerucut vulkanik, tersusun atas material
batuan beku luar atau aliran lava.
10 Dataran vulkanik Bentuk lahan dengan relief datar, memiliki
bermaterial piroklastik kemiringan lereng datar-landai, berada pada
lereng kaki kerucut vulkanik, tersusun atas
material piroklastik dan vulkanoklastik hasil
proses deposisi dari aliran piroklastik
dan/atau lahar.
11 Dataran vulkanik Bentuk lahan dengan relief berombak hingga
berombak-bergelombang bergelombang, memiliki kemiringan lereng
bermaterial piroklastik bervariasi dari landai hingga agak miring,
berada pada lereng kaki kerucut vulkanik,
tersusun atas material piroklastik dan
vulkanoklastik hasil proses deposisi dari
aliran piroklastik dan/atau lahar.
12 Dataran vulkanik kipas Bentuk lahan dengan relief datar hingga
bermaterial piroklastik landai, berpola kipas (fan), tersusun atas
material piroklastik dan vulkanoklastik hasil
proses deposisi dari aliran piroklastik
dan/atau lahar.
13 Lembah sungai Bentuk lahan berbentuk cekungan berpola
bermaterial aluvium memanjang, yang terdapat sungai di
dalamnya baik mengalir sepanjang tahun
(perenial) atau pun musiman (intermitten). Di
dalam lembah biasa terdapat Bentuk lahan
minor lain, seperti dataran banjir (flood plain),
tanggul alam (natural levee), rerawaan (back
swamps), dan tebing lembah sungai (bluff).
14 Pegunungan Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
denudasional bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan metamorfik hingga terjal, tersusun atas batuan metamorf,
seperti sekiss, gneiss, atau lainnya. Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor) telah
berjalan lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (seperti lipatan dan patahan)
tidak tampak lagi sebagai penciri utama
Bentuk lahan.
15 Pegunungan Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
denudasional bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan sedimen karbonat hingga terjal, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping
49
Bentang Alam Kep.
No Deskripsi
Maluku
(limestones), batunapal (marls), batulempung
(claystone), dan batupasir (sandstone) yang
bersifat karbonatan. Proses denudasional
(pelapukan, pelarutan, erosi, longsor) telah
berjalan lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (lipatan dan patahan) dan
kompleks karst tidak tampak lagi sebagai
penciri utama bentuk lahan.
16 Pegunungan Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
denudasional bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
campuran batuan beku hingga terjal, tersusun atas material vulkanik
luar dan piroklastik yaitu perselingan antara aliran lava dan
endapan piroklastik. Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana bentuk vulkanik
sebelumnya (seperti kerucut vulkanik
stratovulkano) tidak tampak lagi sebagai
penciri utama bentuk lahan.
17 Pegunungan Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
denudasional bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
campuran batuan hingga terjal, tersusun atas batuan sedimen
sedimen karbonat dan karbonat dan non karbonat, seperti
non karbonat batugamping (limestones), napal (marls),
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), dan konglomerat
(conglomerate). Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (seperti lipatan, patahan) tidak
tampak lagi sebagai penciri utama bentuk
lahan.
18 Pegunungan kerucut Bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik
vulkanik bermaterial (volcanic cone) dengan relief pegunungan,
batuan beku luar mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring, tersusun secara dominan
material permukaan dari batuan beku luar
(aliran lava).
19 Pegunungan kerucut Bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik
vulkanik bermaterial (volcanic cone), mempunyai kemiringan lereng
campuran batuan beku sangat miring hingga landai, material
luar dan piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Material tersebut sebagai

50
Bentang Alam Kep.
No Deskripsi
Maluku
hasil dari aktivitas gunungapi stratovulkano
dari awal hingga terakhir (terbaru).
20 Pegunungan kerucut Bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik
vulkanik bermaterial (volcanic cone) dengan relief pegunungan,
piroklastik mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring, dan material permukaan
yang tersusun secara dominan dari endapan
piroklastik.
21 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng atas (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial campuran bagian lereng atas, mempunyai kemiringan
batuan beku luar dan lereng sangat miring hingga miring, material
piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows), dan endapan dari aliran
lahar. Material tersebut sebagai hasil dari
aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru).
22 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng bawah (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial campuran bagian lereng bawah, mempunyai kemiringan
batuan beku luar dan lereng miring hingga landai, material
piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows), dan endapan dari aliran
lahar. Material tersebut sebagai hasil dari
aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru).
23 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng tengah (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial campuran bagian lereng tengah, mempunyai kemiringan
batuan beku luar dan lereng sangat miring hingga miring, material
piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Material tersebut sebagai
hasil dari aktivitas gunungapi stratovulkano
dari awal hingga terakhir (terbaru).
24 Pegunungan solusional Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
karst bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga terjal, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping
(limestones), yang membentuk topografi karst.
Proses pelarutan (solution) telah membentuk
51
Bentang Alam Kep.
No Deskripsi
Maluku
bukit-bukit karst (conical karst), cekungan
karst (sinkhole), dan Bentuk lahan karst
lainnya.
25 Pegunungan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
lipatan bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan metamorfik hingga terjal, tersusun atas batuan metamorf,
seperti sekiss, gneiss, phylit, atau lainnya.
Pegunungan struktural terbentuk akibat
aktivitas tektonik menghasilkan struktur
geologi berupa lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini dicirikan oleh antiklin
(hogback and cuesta) dan sinklin (subsequent
valley).
26 Pegunungan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
lipatan bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan sedimen non hingga terjal, tersusun atas material batuan
karbonat sedimen non karbonat, seperti batupasir,
batulempung, breksi, konglomerat, atau
lainnya. Pegunungan terbentuk akibat
aktivitas tektonik menghasilkan struktur
geologi berupa lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini dicirikan oleh antiklin
(hogback and cuesta) dan sinklin (subsequent
valley).
27 Pegunungan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
patahan bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan metamorfik hingga terjal, tersusun atas batuan metamorf,
seperti sekiss, gneiss, phylit atau lainnya.
Pegunungan struktural terbentuk akibat
aktivitas tektonik menghasilkan struktur
geologi berupa patahan/sesar (fault) pada
batuan. Pola struktur patahan ini dicirikan
oleh kelurusan-kelurusan (lineaments) pada
punggungan maupun lembahan, tebing
patahan/gawir sesar (fault scarp), atau blok
patahan (hanging wall/foot wall).
28 Pegunungan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
plutonik bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan beku dalam hingga terjal, tersusun atas batuan beku
dalam, seperti granite, gabro, diorite,
pegmatite, atau lainnya. Batuan
intrusif/plutonik ini dihasilkan dari
pembekuan magma di dalam kulit bumi.
Struktur plutonik yang membentuk relief
pegunungan biasanya dari struktur batolith,
stock, sill, dike, lacolith, maupun lapolith.
29 Pegunungan vulkanik Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
lereng bawah bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
piroklastik hingga landai, tersusun atas material
52
Bentang Alam Kep.
No Deskripsi
Maluku
endapan piroklastik (pyroclastic falls,
pyroclastic flows) dan sebagian endapan
lahar. Bentuk lahan vulkanik (stratovulkano)
ini merupakan satu atau gabungan beberapa
kerucut vulkanik yang masih aktif atau
istirahat (dormant) dan mempunyai posisi di
bagian lereng paling bawah.
30 Perbukitan denudasional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestones), batunapal (marls),
atau lainnya. Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (seperti lipatan, patahan) tidak
tampak lagi sebagai penciri utama Bentuk
lahan.
31 Perbukitan denudasional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
bermaterial campuran memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan beku luar dan hingga sangat miring, tersusun atas
piroklastik perselingan batuan beku luar (aliran lava)
dan endapan piroklastik (pyroclastic fall,
pyroclastic flows). Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut pada Bentuk lahan ini dan
menghasilkan morfologi denudasional dimana
pola-pola vulkanik sebelumnya (seperti
kerucut vulkanik) tidak tampak lagi sebagai
penciri utama bentuk lahan.
32 Perbukitan denudasional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
bermaterial campuran memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan sedimen karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
dan non karbonat campuran batuan sedimen karbonat dan non
karbonat, seperti batugamping (limestones),
batunapal (marls), batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
atau lainnya. Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (seperti lipatan, patahan) tidak
tampak lagi sebagai penciri utama bentuk
lahan.
33 Perbukitan denudasional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
bermaterial piroklastik memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas endapan
piroklastik (pyroclastic fall, pyroclastic flows)
53
Bentang Alam Kep.
No Deskripsi
Maluku
hasil aktivitas vulkanik masa lalu. Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor) telah
berjalan lanjut pada Bentuk lahan ini dan
menghasilkan morfologi denudasional dimana
pola-pola vulkanik sebelumnya (seperti
kerucut vulkanik) tidak tampak lagi sebagai
penciri utama bentuk lahan.
34 Perbukitan kerucut Bentuk lahan bagian kerucut vulkanik
vulkanik bermaterial (volcanic cone) dengan relief perbukitan,
batuan beku luar mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring, tersusun atas material
permukaan berupa batuan beku luar (aliran
lava).
35 Perbukitan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik bermaterial (volcanic cone) dengan relief perbukitan,
campuran batuan beku mempunyai kemiringan lereng sangat miring
luar dan piroklastik hingga agak miring, mempunyai material
permukaan yang tersusun atas perselingan
antara batuan beku luar (aliran lava) dan
endapan piroklastik (jatuhan dan aliran
piroklastik) yang dihasilkan dari awal hingga
akhir aktivitasnya (terbaru).
36 Perbukitan solusional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
karst bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestones) yang membentuk
topografi karst. Proses pelarutan (solution)
telah membentuk bukit-bukit karst (conical
karst) dan juga cekungan karst (sinkhole)
atau bentuk lahan karst lainnya yang
berdampingan.
37 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan sedimen non hingga sangat miring, tersusun atas material
karbonat batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), konglomerat
(conglomerate) atau pun yang lainnya.
Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
38 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
campuran batuan hingga sangat miring, tersusun atas material
sedimen karbonat dan campuran batuan sedimen karbonat dan non
non karbonat karbonat, seperti batugamping (limestones),
54
Bentang Alam Kep.
No Deskripsi
Maluku
napal (marls), batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
konglomerat (conglomerate), atau yang
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
39 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
patahan bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan metamorfik hingga sangat miring, tersusun atas batuan
metamorf, seperti sekiss, gneiss, batu sabak,
filit, atau lainnya. Perbukitan ini terbentuk
akibat aktivitas tektonik yang menghasilkan
struktur gelogi patahan/sesar (fault) pada
batuan. Pola-pola struktur patahan ini di
antaranya dicirikan oleh kelurusan-
kelurusan (lineaments) pada punggungan
maupun lembahan, tebing patahan/gawir
sesar (fault scarp), atau blok patahan
(hanging wall/foot wall).
40 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan
plutonik bermaterial dengan kemiringan lereng terjal hingga agak
batuan beku dalam miring, tersusun atas batuan intrusif (seperti
granit, gabro, diorite, pegmatite, atau
lainnya), dihasilkan dari pembekuan magma
(di dalam kulit bumi) dan membentuk batuan
beku. Batuan ini selanjutnya tersingkap dan
membentuk perbukitan plutonik. Struktur
plutonik yang membentuk relief perbukitan
ini biasanya dari stock, lakolit, atau batolit.
41 Perbukitan vulkanik Berbentuk perbukitan, mempunyai lereng
bermaterial batuan beku bervariasi dari agak miring hingga sangat
luar miring, material permukaannya tersusun
secara dominan atas batuan beku luar (aliran
lava) yang muncul dari proses vulkanik efusif.
42 Perbukitan vulkanik Bentuk lahan bagian dari tubuh gunungapi
bermaterial campuran (volcano) yang masih aktif maupun yang
batuan beku luar dan sudah tidak aktif, mempunyai relief
piroklastik perbukitan dengan kemiringan lereng
bervariasi dari sangat miring hingga miring
dan landai. Perbukitan ini tersusun atas
perselingan batuan beku luar (aliran lava)
dan material piroklastik.

55
Papua
No Bentang Alam Papua Deskripsi
1 Danau Danau merupakan genangan air permanen di
permukaan lahan pada elevasi rendah-
menengah. Beberapa jenis danau
berdasarkan penyebab terbentuknya antara
lain: a) danau tektonik (akibat penurunan
muka bumi karena pergeseran/patahan); b)
danau vulkanik (akibat aktivitas gunung
berapi); c) danau tektovulkanik (akibat
percampuran aktivitas tektonisme dan
vulkanisme); d) danau bendungan alami
(aliran air sungai yang terbendung oleh aliran
lava saat erupsi terjadi); e) danau karst
(akibat pelarutan tanah berkapur; dan danau
buatan (danau yang terbentuk akibat
aktivitas manusia). Danau memiliki fungsi
lingkungan sebagai penyedia air bersih di
permukaan yang bersumber dari air hujan
dan air sungai, penyedia bahan pangan dari
ikan, rajungan, udang dan lain sebagainya.
Selain itu danau juga dapat menjadi objek
wisata alam.
2 Danau pegunungan Danau pegunungan merupakan Genangan air
permanen di permukaan lahan pada elevasi
tinggi (pegunungan). Danau pegunungan
biasanya terbentuk akibat adanya aktivitas
vulkanisme (letusan gunung berapi).
Beberapa contoh danau pegunungan yang
ada di Indonesia di antaranya adalah Danau
Tiga Warna, Danau Toba, dan Ranu
Kumbolo. Danau pegunungan memiliki fungsi
lingkungan sebagai penyedia air bersih di
permukaan yang bersumber dari air hujan
dan air sungai, penyedia bahan pangan dari
ikan, rajungan, udang dan lain sebagainya.
Selain itu danau juga dapat menjadi objek
wisata alam.
3 Dataran fluvial Dataran fluvial bermaterial alluvium
bermaterial aluvium merupakan Bentuk lahan yang mempunyai
relief dataran rata (flat) dengan kemiringan
lereng datar hingga landai, tersusun atas
material aluvium hasil proses deposisi fluvial
(aliran permukaan atau sungai). Dataran ini
memiliki fungsi lingkungan sebagai penyedia
air bersih di permukaan yang bersumber dari
air tanah dan sungai, lahan yang subur
untuk dimanfaatkan pertanian dan
perkebunan, serta sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi fluvial.
56
No Bentang Alam Papua Deskripsi
4 Dataran fluvial Dataran fluvial berombak-bergelombang
berombak-bergelombang bermaterial aluvium merupakan Bentuk
bermaterial aluvium lahan yang mempunyai relief dataran
berombak hingga bergelombang (undulating
to rolling plain), tersusun atas material
aluvium hasil proses deposisi fluvial. Bentuk
lahan ini mengalami proses pengangkatan
tektonik atau terbentuk pada elevasi relatif
tinggi dari sekitarnya. Proses denudasi yang
telah bekerjaa cukup lama membentuk
lembah-lembah yang melintas pada dataran
tersebut sehingga relief menjadi berombak-
bergelombang. Dataran ini memiliki fungsi
lingkungan sebagai penyedia air bersih yang
bersumber dari air tanah dan sungai,
terutama di bagian cekungan atau lembah,
mempunyai lahan subur untuk pertanian
dan perkebunan, serta pada area
cekungan/lembah sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi fluvial.
5 Dataran fluviomarin Dataran fluviomarin bermaterial aluvium
bermaterial aluvium merupakan Bentuk lahan dengan relief
dataran rata (flat), dengan kemiringan lereng
datar hingga landai, serta tersusun atas
material aluvium hasil proses deposisi fluvio-
marin yang berasal dari aliran sungai,
pasang-surut, dan banjir rab. Dataran ini
memiliki fungsi lingkungan sebagai penyedia
air bersih yang berasal dari air tanah dan
sungai, namun air tersebut memilki salinitas
yang tinggi (payau), seta sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi fluvio-
marin.
6 Dataran lakustrin Dataran lakustrin dengan material aluvium
bermaterial aluvium merupakan bentuklaha dengan relief dataran
rata (flat), dengan kemiringan lereng datar
hingga landai, serta tersusun atas material
aluvium hasil proses deposisi genangan air
danau yang dicirikan oleh stratifikasi lapisan
sedimen lakustrin. Datran ini memilki fungsi
lahan sebagai penyedia air bersih yang
berasal dari air tanah dan sungai, penyedia
lahan agak subur, an sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi
lakustrin dan fluvial.
7 Dataran marin berpasir Dataran marin pasir dengan material aluvium
bermaterial aluvium merupakan Bentuk lahan yang memilki relief
dataran rata (flat) hingga berombak
(undulating), dengan kemiringan lereng datar

57
No Bentang Alam Papua Deskripsi
hingga agak miring, tersusun atas material
aluvium berpasir hasil proses deposisi proses
marin (arus sepanjang pantai dan gelombang
laut), terletak di wilayah pesisir. Bentuk
lahan ini mencakup Bentuk lahan gisik
pantai (beach), gumuk pasir (sand dunes),
beting pantai (beach ridges) dan cekungan
antar beting (swales). Dataran ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia ar bersih yang
berasal dari air tanah dangkal, sebagai
pembentuk lapisan tanah baru hassil
sedimentasi marin, sebagai pengatur
dinamika ekosistem pesisir, dan sebagai
tempat wisata alam.
8 Dataran organik Dataran organik dengan material gambut
bermaterial gambut merupakan Bentuk lahan dengan relief
dataran (flat), dengan kemiringan lereng datar
hingga landai, tersusun atas material gambut
(peat) atau material organik hasil
dekomposisi sisa-sisa tetumbuhan pada
suatu cekungan. Dataran ini memiliki fungsi
lahan sebagai penampung air hujan dan
aliran permukaan, sebagai pengendali banjir,
dan sebagai pengatur dinamika ekosistem
gambut.
9 Dataran organik koralian Dataran organik koralian dengan material
bermaterial batuan batuan sedimen karbonat merupakan Bentuk
sedimen karbonat lahan dengan relief dataran rata (flat) dengan
kemiringan lereng datar hingga landai,
tersusun atas material sedimen karbonat
jenis koral, terletak di wilayah pesisir.
Dataran ini memilki fungsi lahan sebagai
pelindung dari proses abrasi, sebagai
pengatur dinamika ekosistem pesisir, dan
sebagai tempat wisata alam.
10 Dataran solusional karst Dataran solusional karst ini merupakan
berombak-bergelombang Bentuk lahan dengan relief dataran
bermaterial batuan berombak hingga bergelombang dengan
sedimen karbonat kemiringan lereng landai hingga agak miring,
tersusun atas batuan karbonat
(batugamping, napal dll) pada kompleks
karst. Dataran ini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan dari sungai
bawah tanah pada kompleks karst, dan
menyediakan air permukaan pada cekungan.
11 Dataran struktural Dataran struktural dengan material batuan
bermaterial batuan karbonat merupakan Bentuk lahan dengan
sedimen karbonat relief dataran dengan kemiringan lereng datar
hingga landai, terbentuk akibat dari aktivitas

58
No Bentang Alam Papua Deskripsi
tektonik sehingga membentuk struktur
geologi berupa lipatan, patahan, dan kekar
pada batuan, Bentuk lahan ini tersusun atas
material batuan karbonat (batugamping,
napal, atau lainnya). Dataran ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia material bahan
galian (batugamping).
12 Dataran struktural Dataran struktural ini merupakan Bentuk
berombak-bergelombang lahan dengan relief dataran berombak hingga
bermaterial batuan bergelombang dengan kemiringan lereng
sedimen karbonat landai hingga agak miring, terbentuk akibat
dari aktivitas tektonik sehingga membentuk
struktur geologi berupa lipatan, patahan, dan
kekar pada batuan, betuklahan ini tersusun
atas material batuan sedimen karbonat
(batugamping, napal, atau lainnya). Dataran
ini memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
material bahan galian.
13 Lembah sungai Lembah sungai ini merupakan Bentuk lahan
bermaterial aluvium berbentuk cekungan berpola memanjang,
yang terdapat sungai di dalamnya baik
mengalir sepanjang tahun (perenial) atau pun
musiman (intermitten). Di dalam lembah biasa
terdapat Bentuk lahan minor lain, seperti
dataran banjir (flood plain), tanggul alam
(natural levee), rerawaan (back swamps), dan
tebing lembah sungai (bluff). Lembah ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan dan air tanah dangkal dan
sebagai pengendali banjir.
14 Pegunungan Pegunungan denudasional merupakan
denudasional bermaterial Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
batuan metamorfik memiliki kemiringan lereng agak miring
(ultrabasa) hingga terjal, tersusun atas batuan metamorf,
seperti sekiss, gneiss, atau lainnya. Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor) telah
berjalan lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi
sebelumnya (seperti lipatan dan patahan)
tidak tampak lagi sebagai penciri utama
Bentuk lahan. Pegunungan denudasional
memiliki fungsi lahan sebagai penyeddia air
permukaan dari sungai kecil, sebagai
pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), dan sebagai tempat wisata alam.

15 Pegunungan Pegunungan denudasional merupakan

59
No Bentang Alam Papua Deskripsi
denudasional bermaterial Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
campuran batuan beku memiliki kemiringan lereng agak miring
luar dan piroklastik hingga terjal, tersusun atas material vulkanik
yaitu perselingan antara aliran lava dan
endapan piroklastik. Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana bentuk vulkanik
sebelumnya (seperti kerucut vulkanik
stratovulkano) tidak tampak lagi sebagai
penciri utama Bentuk lahan. Pegunungan
denudasional ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan dari mata air
dan sungai kecil, sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai penyedia material bahan
galian, sebagai pengatur aliran udara (iklim)
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan
suhu udara), sebagai tempat wisata alam,
dan penyedia lahan subur.
16 Pegunungan glasial Pegunungan glasial merupakan Bentuk lahan
bermaterial batuan dengan relief pegunungan yang memiliki
metamorfik kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
tersusun atas material batuan metamorf,
seperti sekiss, gneiss, atau lainnya. Proses
tektonik telah mengangkat permukaan lahan
hingga ketinggian di atas 4000 m sehingga
Bentuk lahan tertutup oleh es. Selanjutnya
proses glasial menjadi aktif mengukir
permukaan lahan yang berawal sebagai
kompleks pegunungan struktural menjadi
pegunungan glasial. Pegunungan glasial
memiliki fungi lahan sebagai penyedia air
permukaan dalam bentuk es, atau genangan
air pada cekungan-cekungan lahan (terjadi di
musim panas), sebagai pengatur aliran udara
(iklim) melalui elevasinya (perubahan tekanan
dan suhu udara), dan sebagai tempat wisata
alam ekstrim.
17 Pegunungan glasial Pegunungan glasial merupakan Bentuk lahan
bermaterial batuan dengan relief pegunungan yang memiliki
sedimen karbonat kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
tersusun atas material batuan sedimen
karbonat, seperti batugamping (limestones)
atau lainnya. Proses tektonik telah
mengangkat permukaan lahan hingga
ketinggian di atas 4000 m sehingga Bentuk
lahan tertutup oleh es. Selanjutnya proses
glasial menjadi aktif mengukir permukaan
lahan yang berawal sebagai kompleks
pegunungan struktural atau karst menjadi
60
No Bentang Alam Papua Deskripsi
pegunungan glasial. Pegunungan glasial
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan dalam bentuk es, atau genangan
air pada cekungan-cekungan lahan (terjadi di
musim panas), sebagai pengatur aliran udara
(iklim) melalui elevasinya (perubahan tekanan
dan suhu udara), dan sebagai tempat wisata
alam ekstrim.
18 Pegunungan solusional Pegunungan solusional karst merupakan
karst bermaterial batuan Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
sedimen karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga terjal, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping
(limestones), yang membentuk topografi karst.
Proses pelarutan (solution) telah membentuk
bukit-bukit karst (conical karst), cekungan
karst (sinkhole), dan Bentuk lahan karst
lainnya. Keberadaan material batugamping di
pegunungan ini menunjukkan adanya proses
pengangkatan tektonik yang cukup tinggi dari
semula di dasar laut. Pegunungan solusional
karst memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
air tanah (dalam gua bawah tanah), sebagai
pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), sebagai tempat wisata alam, dan
sebagai habitat fauna kelelawar
19 Pegunungan struktural Pegunungan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
batuan metamorfik memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga terjal, tersusun atas batuan metamorf,
seperti sekiss, gneiss, phylit, atau lainnya.
Pegunungan struktural terbentuk akibat
aktivitas tektonik menghasilkan struktur
geologi berupa lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini dicirikan oleh antiklin
(hogback and cuesta) dan sinklin (subsequent
valley). Pegunungan struktural lipatan
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan (sungai kecil), sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya
(perubahan tekanan dan suhu udara), dan
sebagai tempat wisata alam.
20 Pegunungan struktural Pegunungan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
batuan sedimen karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga terjal, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping,
batunapal atau lainnya. Pegunungan

61
No Bentang Alam Papua Deskripsi
struktural terbentuk akibat aktivitas tektonik
menghasilkan struktur geologi berupa lipatan
pada batuan. Pola struktur lipatan ini
dicirikan oleh antiklin (hogback and cuesta)
dan sinklin (subsequent valley). Pegunungan
struktural lipatan memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air tanah (dalam gua bawah
tanah), sebagai pengatur aliran udara (iklim)
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan
suhu udara), sebagai tempat wisata alam,
dan sebagai habitat fauna kelelawar.
21 Pegunungan struktural Pegunungan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
campuran batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat dan hingga terjal, tersusun atas campuran
non karbonat batuan sedimen karbonat (seperti
batugamping, batunapal atau lainnya) dan
batuan non karbobat (seperti batupasir,
batulempung, breksi, konglomerat, atau
lainnya). Pegunungan struktural terbentuk
akibat aktivitas tektonik menghasilkan
struktur geologi berupa lipatan pada batuan.
Pola struktur lipatan ini dicirikan oleh
antiklin (hogback and cuesta) dan sinklin
(subsequent valley). Pegunungan struktural
lipatan memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air permukaan (sungai kecil),
sebagai pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), dan sebagai tempat wisata alam
22 Perbukitan denudasional Bentuk lahan ini mempunyai relief
bermaterial batuan perbukitan yang tersusun oleh batuan
metamorfik (ultrabasa) metamorfik dengan komposisi kimia yang
sangat basa seperti serpentinit, hasburgit,
piroksenit dan dunit, atau lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pegunungan ini
awalnya merupakan kompleks perbukitan
struktural. Selanjutnya proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) menjadi proses
yang dominan yang terjadi di perbukitan ini
yang akhirnya menghasilkan morfologi baru
yang tidak meninggalkan pola-pola struktural
sebelumnya, seperti pola lipatan, patahan,
atau yang lainnya.
23 Perbukitan denudasional Perbukitan denudasional merupakan Bentuk
bermaterial campuran lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
batuan beku luar dan kemiringan lereng agak miring hingga sangat
piroklastik miring, tersusun atas perselingan batuan
beku luar (aliran lava) dan endapan

62
No Bentang Alam Papua Deskripsi
piroklastik (pyroclastic fall, pyroclastic flows).
Proses denudasional (pelapukan, erosi,
longsor) telah berjalan lanjut pada Bentuk
lahan ini dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana pola-pola vulkanik
sebelumnya (seperti kerucut vulkanik) tidak
tampak lagi sebagai penciri utama Bentuk
lahan. Perbukitan denudasional ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
(mata air, sungai kecil), sebagai daerah
tangkapan hujan, sebagai penyedia material
bahan galian, sebagai tempat wisata alam,
dan sebagai penyedia lahan subur.
24 Perbukitan glasial Perbukitan glasial merupakan Bentuk lahan
bermaterial batuan dengan relief perbukitan yang memiliki
sedimen karbonat kemiringan lereng agak miring hingga sangat
miring, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping
(limestones) atau lainnya. Proses tektonik
telah mengangkat permukaan lahan hingga
ketinggian di atas 4000 m sehingga Bentuk
lahan tertutup oleh es. Proses glasial
selanjutnya menjadi aktif mengukir
permukaan lahan perbukitan ini yang
awalnya sebagai kompleks perbukitan
struktural atau karst. Perbukitan glasial ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan dalam bentuk es, atau genangan
air pada cekungan-cekungan lahan (terjadi di
musim panas), sebagai pengatur aliran udara
(iklim) melalui elevasinya (perubahan tekanan
dan suhu udara), sebagai tempat wisata alam
ekstrim.
25 Perbukitan solusional Perbukitan solusional karst merupakan
karst bermaterial batuan Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
sedimen karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestones) yang membentuk
topografi karst. Proses pelarutan (solution)
telah membentuk bukit-bukit karst (conical
karst) dan juga cekungan karst (sinkhole)
atau Bentuk lahan karst lainnya yang
berdampingan. Perbukitan solusional karst
ini memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
tanah (dalam gua bawah tanah), sebagai
tempat wisata alam, dan sebagai habitat
fauna kelelawar.
26 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupaka

63
No Bentang Alam Papua Deskripsi
lipatan bermaterial Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
batuan metamorfik memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas batuan
metamorf, seperti sekiss, gneiss, phylit atau
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat
aktivitas tektonik yang menghasilkan
struktur geologi lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini di antaranya dicirikan
oleh antiklin (hogback and cuesta) dan sinklin
(subsequent valley). Perbukitan struktural
lipatan memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air permukaan (sungai kecil) dan
sebagai tempat wisata alam.
27 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
batuan sedimen karbonat memiliki kemiringan lereng agak miring
hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestone), batunapal (marls)
atau lainnya. Perbukitan terbentuk akibat
aktivitas tektonik yang menghasilkan
struktur geologi lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini di antaranya dicirikan
oleh antiklin (hogback and cuesta) dan sinklin
(subsequent valley). Perbukitan struktural
lipatan ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air tanah (dalam gua bawah tanah),
sebagai tempat wisata alam, dan sebagai
habitat fauna kelelawar
28 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
batuan sedimen non memiliki kemiringan lereng agak miring
karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), konglomerat
(conglomerate) atau pun yang lainnya.
Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
Perbukitan struktural lipatan ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
(mata air, sungai kecil), sebagai daerah
tangkapan hujan, dan sebagai tempat wisata
alam.
29 Perbukitan struktural Perbukitan struktural lipatan merupakan
lipatan bermaterial Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang

64
No Bentang Alam Papua Deskripsi
campuran batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat dan hingga sangat miring, tersusun atas material
non karbonat campuran batuan sedimen karbonat dan non
karbonat, seperti batugamping (limestones),
napal (marls), batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
konglomerat (conglomerate), atau yang
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat
aktivitas tektonik yang menghasilkan
struktur geologi lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini di antaranya dicirikan
oleh antiklin (hogback and cuesta) dan sinklin
(subsequent valley). Perbukitan struktural
lipatan ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air permukaan (mata air, sungai
kecil), sebagai daerah tangkapan hujan, dan
sebagai tempat wisata alam.

Sulawesi

65
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
1 Danau Danau merupakan genangan air permanen di
permukaan lahan pada elevasi rendah-
menengah. Beberapa jenis danau
berdasarkan penyebab terbentuknya antara
lain : a) danau tektonik (akibat penurunan
muka bumi karena pergeseran/patahan); b)
danau vulkanik (akibat aktivitas gunung
berapi) ; c) danau tektovulkanik (akibat
percampuran aktivitas tektonisme dan
vulkanisme); d) danau bendungan alami
(aliran air sungai yang terbendung oleh
aliran lava saat erupsi terjadi); e) danau karst
(akibat pelarutan tanah berkapur; dan danau
buatan (danau yang terbentuk akibat
aktivitas manusia). Danau memiliki fungsi
lingkungan sebagai penyedia air bersih di
permukaan yang bersumber dari air hujan
dan air sungai, penyedia bahan pangan dari
ikan, rajungan, udang dan lain sebagainya.
Selain itu danau juga dapat menjadi objek
wisata alam.
2 Dataran fluvial bermaterial Dataran fluvial bermaterial alluvium
aluvium merupakan Bentuk lahan yang mempunyai
relief dataran rata (flat) dengan kemiringan
lereng datar hingga landai, tersusun atas
material aluvium hasil proses deposisi fluvial
(aliran permukaan atau sungai). Dataran ini
memiliki fungsi lingkungan sebagai penyedia
air bersih di permukaan yang bersumber dari
air tanah dan sungai, lahan yang subur
untuk dimanfaatkan pertanian dan
perkebunan, serta sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi fluvial.
3 Dataran fluviomarin Bentuk lahan dengan relief dataran rata
bermaterial aluvium (flat), dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi fluvio-marin yang
berasal dari aliran sungai, pasang-surut, dan
banjir rab. Dataran ini memiliki fungsi
lingkungan sebagai penyedia air bersih yang
berasal dari air tanah dan sungai, namun air
tersebut memilki salinitas yang tinggi
(payau), seta sebagai pembentuk lapisan
tanah baru hasil sedimentasi fluvio-marin.
4 Dataran fluviovulkanik Bentuk lahan yang memilki relief dataran
bermaterial aluvium (flat), dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi fluvial yang
mengangkut material vulkanik (seperti aliran
66
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
lahar). Dataran ini juga dapat disebut dengan
dataran laharik. Dataran ini memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air bersih yang
berasal dari air tanah dan sungai, penyedia
lahan yang subur, serta pembentuk lapisan
tanah baru hasil sedimentasi fluvio-vulkanik
5 Dataran lakustrin Bentuk lahan dengan relief dataran rata
bermaterial aluvium (flat), dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium
hasil proses deposisi genangan air danau
yang dicirikan oleh stratifikasi lapisan
sedimen lakustrin. Datran ini memilki fungsi
lahan sebagai penyedia air bersih yang
berasal dari air tanah dan sungai, penyedia
lahan agak subur, an sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi
lakustrin dan fluvial.
6 Dataran marin bermaterial Bentuk lahan dengan relief dataran rata
batuan sedimen karbonat (flat), dengan kemiringan lerneg datar hingga
landai, tersusun atas material batuan
karbonat (batugamping dan napal), dan
terletak di wilayah pesisir. Dataran ini
memilki fungsi lahan untuk melindungi
proses abrasi mengatur dinamika ekosistem
pesisir, dan sebagai tempat wisata alam.
7 Dataran marin berpasir Bentuk lahan yang memilki relief dataran
bermaterial aluvium rata (flat) hingga berombak (undulating),
dengan kemiringan lereng datar hingga agak
miring, tersusun atas material aluvium
berpasir hasil proses deposisi proses marin
(arus sepanjang pantai dan gelombang laut),
terletak di wilayah pesisir. Bentuk lahan ini
mencakup Bentuk lahan gisik pantai (beach),
gumuk pasir (sand dunes), beting pantai
(beach ridges) dan cekungan antar beting
(swales). Dataran ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia ar bersih yang berasal dari
air tanah dangkal, sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hassil sedimentasi marin,
sebagai pengatur dinamika ekosistem pesisir,
dan sebagai tempat wisata alam.
8 Dataran organik Bentuk lahan dengan relief dataran (flat),
bermaterial gambut dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, tersusun atas material gambut (peat)
atau material organik hasil dekomposisi sisa-
sisa tetumbuhan pada suatu cekungan.
Dataran ini memiliki fungsi lahan sebagai
penampung air hujan dan aliran permukaan,
sebagai pengendali banjir, dan sebagai
67
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
pengatur dinamika ekosistem gambut.
9 Dataran organik koralian Bentuk lahan dengan relief dataran rata (flat)
bermaterial batuan dengan kemiringan lereng datar hingga
sedimen karbonat landai, tersusun atas material sedimen
karbonat jenis koral, terletak di wilayah
pesisir. Dataran ini memilki fungsi lahan
sebagai pelindung dari proses abrasi, sebagai
pengatur dinamika ekosistem pesisir, dan
sebagai tempat wisata alam.
10 Dataran solusional karst Bentuk lahan dengan relief dataran dengan
bermaterial batuan kemiringan lereng datar hingga landai,
sedimen karbonat tersusun atas batuan karbonat
(batugamping, napal dll) pada kompleks
karst. Dataran ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia dan pengalir air permukaan
yang berasal dari aliran sungai bawah tanah
pada kompleks karst.
11 Dataran solusional karst Bentuk lahan dengan relief dataran
berombak-bergelombang berombak hingga bergelombang dengan
bermaterial batuan kemiringan lereng landai hingga agak miring,
sedimen karbonat tersusun atas batuan karbonat
(batugamping, napal dll) pada kompleks
karst. Dataran ini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan dari sungai
bawah tanah pada kompleks karst, dan
menyediakan air permukaan pada cekungan
(di musim hujan).
12 Dataran struktural lipatan Bentuk lahan dengan relief dataran yang
bermaterial batuan landai hingga agak miring dengan
metamorfik kemiringan lereng landai hingga agak miring,
terbentuk akibat aktivitas tektonik sehingga
membentuk struktur geologi berupa lipatan
pada batuan yang tersusun dari material
batuan metamorf. Dataran ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
yang berasal dari sungai dan sebagai
material bahan galian.
13 Dataran struktural lipatan Bentuk lahan dengan relief dataran yang
bermaterial campuran landai hingga berombak dengan kemiringan
batuan sedimen karbonat lereng landai hingga agak miring, terbentuk
dan non karbonat akibat aktivitas sehingga membentuk
struktur geologi berupa lipatan pada batuan,
tersusun atas batuan sedimen campuran
(karbonat dan non karbonat), seperti
batupasir (sandstones), batugamping
(limestones, dolomite, calcarenite dll),
batulempung (claystones), napal (marls) atau
lainnya. Dataran ini memiliki fungsi lahan
untuk menyediakan air permukaan yang
68
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
berasal dari sungai dan air tanah dangkal
yang terdapat pada lapisan akuifer.
14 Dataran struktural lipatan Bentuk lahan dengan relief dataran
berombak-bergelombang berombak hingga bergelombang dengan
bermaterial batuan kemiringan lereng landai hingga berombak,
metamorfik terbentuk akibat aktivitas tektonik sehingga
membentuk struktur geologi berupa lipatan
pada batuan, dataran ini tersusun atas
material batuan metamorf. Dataran ini
memiliki fungsi lahan untuk menyediakan air
permukaan yang berasal dari sungai dan
material bahan galian (batuan metamorf).
15 Dataran struktural lipatan Bentuk lahan dengan relief dataran
berombak-bergelombang berombak hingga bergelombang dengan
bermaterial batuan kemiringan lereng landai hingga agak miring,
sedimen karbonat terbentuk akibat aktivitas tektonik sehingga
membentuk struktur geologi berupa lipatan
pada batuan, Bentuk lahan ini tersusun atas
material batuan sedimen karbonat
(batugamping, napal, atau lainnya). Dataran
ini memiliki fungsi lahan untuk menyediakan
material bahan galian (batugamping).
16 Dataran struktural lipatan Bentuk lahan dengan relief dataran
berombak-bergelombang berombak hingga bergelombang dengan
bermaterial batuan kemiringan lereng landai hingga agak miring,
sedimen non karbonat terbentuk akibat aktivitas tektonik sehingga
membentuk struktur geologi berupa lipatan
pada batuan, Bentuk lahan ini tersusun atas
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccias), konglomerat
(conglomerate). Dataran ini memiliki fungsi
lahan untuk menyediakan air permukaan
yang berasal dari sungai dan air tanah
dangkal yang terdapat pada lapisan akuifer.
17 Dataran struktural Bentuk lahan dengan relief dataran
plutonik berombak- berombak hingga bergelombang dengan
bergelombang bermaterial kemiringan lereng landai hingga agak miring,
batuan beku dalam tersusun atas material batuan beku hasil
pembekuan magma di dalam bumi, seperti
gabro, granit, diorite, dasit dll. Struktur
plutonik yang membentuk relief dataran
berbentuk sill, dike, lopolith, dan lacolith.
Dataran ini memiliki fungsi lahan sebagai
bahan galian dan penampung aliran air di
permukaan tepatnya di lembahan.

69
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
18 Dataran vulkanik Bentuk lahan dengan relief berombak hingga
berombak-bergelombang bergelombang, memiliki kemiringan lereng
bermaterial piroklastik bervariasi dari landai hingga agak miring,
berada pada lereng kaki kerucut vulkanik,
tersusun atas material piroklastik dan
vulkanoklastik hasil proses deposisi dari
aliran piroklastik dan/atau lahar. Proses
denudasi telah bekerja padanya cukup lama,
terbentuk lembah-lembah yang melintas
padanya sehingga relief menjadi berombak-
bergelombang.
19 Lembah sungai Bentuk lahan berbentuk cekungan berpola
bermaterial aluvium memanjang, yang terdapat sungai di
dalamnya baik mengalir sepanjang tahun
(perenial) atau pun musiman (intermitten). Di
dalam lembah biasa terdapat Bentuk lahan
minor lain, seperti dataran banjir (flood
plain), tanggul alam (natural levee), rerawaan
(back swamps), dan tebing lembah sungai
(bluff). Lembah ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan dan air
tanah dangkal dan sebagai pengendali banjir.
20 Pegunungan denudasional Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
bermaterial campuran memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan beku luar dan hingga terjal, tersusun atas material vulkanik
piroklastik yaitu perselingan antara aliran lava dan
endapan piroklastik. Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana bentuk vulkanik
sebelumnya (seperti kerucut vulkanik
stratovulkano) tidak tampak lagi sebagai
penciri utama Bentuk lahan. Pegunungan
denudasional ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan dari mata
air dan sungai kecil, sebagai daerah
tangkapan hujan, sebagai penyedia material
bahan galian, sebagai pengatur aliran udara
(iklim) melalui elevasinya (perubahan
tekanan dan suhu udara), sebagai tempat
wisata alam, dan penyedia lahan subur.
21 Pegunungan kerucut Bentuk lahan berbentuk kerucut vulkanik
vulkanik bermaterial (volcanic cone) dengan relief pegunungan,
piroklastik mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring, dan material permukaan
yang tersusun secara dominan dari endapan
piroklastik. Pegunungan kerucut vulkanik
memiliki fungsi lahan sebagai daerah
tangkapan air hujan, sebagai penyedia air
70
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
bersih dari mata air dan sungai kecil, sebagai
daerah tangkapan hujan, sebagai penyedia
lahan subur, sebagai tempat wisata alam,
sebagai pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara).
22 Pegunungan kerucut merupakan Bentuk lahan bagian dari
vulkanik lereng atas kerucut vulkanik (volcanic cone) yang
bermaterial campuran mempunyai posisi di bagian lereng atas,
batuan beku luar dan mempunyai kemiringan lereng sangat miring
piroklastik hingga miring, material permukaan sebagian
besar tersusun atas perselingan antara aliran
lava dan endapan piroklastik, baik dari
jatuhan piroklastik (pyroclastic falls) maupun
aliran piroklastik (pyroclastic flows), dan
endapan dari aliran lahar. Material tersebut
sebagai hasil dari aktivitas gunungapi
stratovulkano dari awal hingga terakhir
(terbaru). Pegunungan kerucut vulkanik
lereng atas memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air bersih dari mata air dan sungai
kecil, sebagai daerah tangkapan hujan
sebagai penyedia lahan subur, sebagai
tempat wisata alam, dan sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya
(perubahan tekanan dan suhu udara).
23 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng bawah (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial campuran bagian lereng bawah, mempunyai kemiringan
batuan beku luar dan lereng miring hingga landai, material
piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows), dan endapan dari aliran
lahar. Material tersebut sebagai hasil dari
aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru). Pegunungan
kerucut vulkanik lereng bawah memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air bersih dari
air tanah, mata air dan sungai kecil, sebagai
daerah tangkapan hujan, sebagai penyedia
lahan subur, sebagai tempat wisata alam,
sebagai material bahan galian, dan sebagai
pengatur aliran udara melalui elevasinya
(perubahan tekanan dan suhu udara).

24 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik


71
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
vulkanik lereng bawah (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial piroklastik bagian lereng bawah, mempunyai kemiringan
lereng miring hingga landai, material
permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows), dan endapan dari aliran
lahar. Material tersebut sebagai hasil dari
aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru). Pegunungan
kerucut vulkanik lereng bawah memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air bersih dari
air tanah, mata air dan sungai kecil, sebagai
daerah tangkapan hujan, sebagai penyedia
lahan subur, sebagai tempat wisata alam,
sebagai material bahan galian, dan sebagai
pengatur aliran udara melalui elevasinya
(perubahan tekanan dan suhu udara).
25 Pegunungan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik lereng tengah (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
bermaterial campuran bagian lereng tengah, mempunyai
batuan beku luar dan kemiringan lereng sangat miring hingga
piroklastik miring, material permukaan sebagian besar
tersusun atas perselingan antara aliran lava
dan endapan piroklastik, baik dari jatuhan
piroklastik (pyroclastic falls) maupun aliran
piroklastik (pyroclastic flows). Material
tersebut sebagai hasil dari aktivitas
gunungapi stratovulkano dari awal hingga
terakhir (terbaru). Pegunungan kerucut
vulkanik lereng tengah memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih dari mata air dan
sungai kecil, sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai penyedia lahan subur,
sebagai tempat wisata alam, sebagai
pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara).
26 Pegunungan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
lipatan bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
metamorfik hingga terjal, tersusun atas batuan
metamorf, seperti sekiss, gneiss, phylit, atau
lainnya. Pegunungan struktural terbentuk
akibat aktivitas tektonik menghasilkan
struktur geologi berupa lipatan pada batuan.
Pola struktur lipatan ini dicirikan oleh
antiklin (hogback and cuesta) dan sinklin
(subsequent valley). Pegunungan struktural
72
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
lipatan memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air permukaan (sungai kecil),
sebagai pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), dan sebagai tempat wisata alam.
27 Pegunungan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
lipatan bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga terjal, tersusun atas material batuan
sedimen karbonat, seperti batugamping,
batunapal atau lainnya. Pegunungan
struktural terbentuk akibat aktivitas tektonik
menghasilkan struktur geologi berupa lipatan
pada batuan. Pola struktur lipatan ini
dicirikan oleh antiklin (hogback and cuesta)
dan sinklin (subsequent valley). Pegunungan
struktural lipatan memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air tanah (dalam gua bawah
tanah), sebagai pengatur aliran udara (iklim)
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan
suhu udara), sebagai tempat wisata alam,
dan sebagai habitat fauna kelelawar.
28 Pegunungan struktural Bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
patahan bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan metamorfik hingga terjal, tersusun atas batuan
metamorf, seperti sekiss, gneiss, phylit atau
lainnya. Pegunungan struktural terbentuk
akibat aktivitas tektonik menghasilkan
struktur geologi berupa patahan/sesar (fault)
pada batuan. Pola struktur patahan ini
dicirikan oleh kelurusan-kelurusan
(lineaments) pada punggungan maupun
lembahan, tebing patahan/gawir sesar (fault
scarp), atau blok patahan (hanging wall/foot
wall). Pegunungan struktural patahan
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan (sungai kecil), sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya
(perubahan
29 Perbukitan denudasional Bentuk lahan ini mempunyai relief
bermaterial batuan perbukitan yang tersusun oleh batuan
metamorfik (ultrabasa) metamorfik dengan komposisi kimia yang
sangat basa seperti serpentinit, hasburgit,
piroksenit dan dunit, atau lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pegunungan ini
awalnya merupakan kompleks perbukitan
struktural. Selanjutnya proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) menjadi proses
yang dominan yang terjadi di perbukitan ini
yang akhirnya menghasilkan morfologi baru
73
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
yang tidak meninggalkan pola-pola
struktural sebelumnya, seperti pola lipatan,
patahan, atau yang lainnya.
30 Perbukitan denudasional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
bermaterial campuran memiliki kemiringan lereng agak miring
batuan beku luar dan hingga sangat miring, tersusun atas
piroklastik perselingan batuan beku luar (aliran lava)
dan endapan piroklastik (pyroclastic fall,
pyroclastic flows). Proses denudasional
(pelapukan, erosi, longsor) telah berjalan
lanjut pada Bentuk lahan ini dan
menghasilkan morfologi denudasional
dimana pola-pola vulkanik sebelumnya
(seperti kerucut vulkanik) tidak tampak lagi
sebagai penciri utama Bentuk lahan.
Perbukitan denudasional ini memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air permukaan (mata
air, sungai kecil), sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai penyedia material bahan
galian, sebagai tempat wisata alam, dan
sebagai penyedia lahan subur.
31 Perbukitan kerucut Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
vulkanik parasiter anakan (small volcanic cone) menyerupai
bermaterial batuan beku kubah lava (lava dome) yang muncul pada
luar salah satu lereng di tubuh gunungapi
(kerucut vulkanik) yang lebih besar. Bukit ini
mempunyai kemiringan lereng sangat miring
hingga agak miring dimana material
permukaannya tersusun dari batuan beku
luar (aliran lava). Perbukitan kerucut
vulkanik ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia material bahan galian dan sebagai
tempat wisata alam.
32 Perbukitan solusional Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
karst bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestones) yang membentuk
topografi karst. Proses pelarutan (solution)
telah membentuk bukit-bukit karst (conical
karst) dan juga cekungan karst (sinkhole)
atau Bentuk lahan karst lainnya yang
berdampingan. Perbukitan solusional karst
ini memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
air tanah (dalam gua bawah tanah), sebagai
tempat wisata alam, dan sebagai habitat
fauna kelelawar.

74
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
33 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
metamorfik hingga sangat miring, tersusun atas batuan
metamorf, seperti sekiss, gneiss, phylit atau
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat
aktivitas tektonik yang menghasilkan
struktur geologi lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini di antaranya dicirikan
oleh antiklin (hogback and cuesta) dan
sinklin (subsequent valley). Perbukitan
struktural lipatan memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan (sungai
kecil) dan sebagai tempat wisata alam.
34 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen karbonat, seperti
batugamping (limestone), batunapal (marls)
atau lainnya. Perbukitan terbentuk akibat
aktivitas tektonik yang menghasilkan
struktur geologi lipatan pada batuan. Pola
struktur lipatan ini di antaranya dicirikan
oleh antiklin (hogback and cuesta) dan
sinklin (subsequent valley). Perbukitan
struktural lipatan ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air tanah (dalam gua bawah
tanah), sebagai tempat wisata alam, dan
sebagai habitat fauna kelelawar.
35 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan yang
lipatan bermaterial batuan memiliki kemiringan lereng agak miring
sedimen non karbonat hingga sangat miring, tersusun atas material
batuan sedimen non karbonat, seperti
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), konglomerat
(conglomerate) atau pun yang lainnya.
Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini
di antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
Perbukitan struktural lipatan ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
(mata air, sungai kecil), sebagai daerah
tangkapan hujan, dan tempat wisata alam.
36 Perbukitan struktural merupakan Bentuk lahan dengan relief
lipatan bermaterial perbukitan yang memiliki kemiringan lereng
campuran batuan sedimen agak miring hingga sangat miring, tersusun
karbonat dan non atas material campuran batuan sedimen
karbonat karbonat dan non karbonat, seperti
75
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
batugamping (limestones), napal (marls),
batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccia), konglomerat
(conglomerate), atau yang lainnya. Perbukitan
terbentuk akibat aktivitas tektonik yang
menghasilkan struktur geologi lipatan pada
batuan. Pola struktur lipatan ini di
antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback
and cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
Perbukitan struktural lipatan ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air permukaan
(mata air, sungai kecil), sebagai daerah
tangkapan hujan, dan sebagai tempat wisata
alam.
37 Perbukitan struktural Bentuk lahan dengan relief perbukitan
plutonik bermaterial dengan kemiringan lereng terjal hingga agak
batuan beku dalam miring, tersusun atas batuan intrusif (seperti
granit, gabro, diorite, pegmatite, atau
lainnya), dihasilkan dari pembekuan magma
(di dalam kulit bumi) dan membentuk
batuan beku. Batuan ini selanjutnya
tersingkap dan membentuk perbukitan
plutonik. Struktur plutonik yang membentuk
relief perbukitan ini biasanya dari stock,
lakolit, atau batolit. Perbukitan plutonik ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
material bahan galian dan sebagai tempat
wisata alam.
38 Perbukitan vulkanik Bentuk lahan berbentuk perbukitan,
bermaterial batuan beku mempunyai lereng bervariasi dari agak
luar miring hingga sangat miring, material
permukaannya tersusun secara dominan
atas batuan beku luar (aliran lava) yang
muncul dari proses vulkanik efusif.
Perbukitan vulkanik memiiki fungsi lahan
sebagai penyedia material bahan galian dan
sebagai tempat wisata alam.
39 Perbukitan vulkanik Bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
bermaterial piroklastik (volcanic cone) yang mempunyai relief
perbukitan dengan kemiringan lereng dari
sangat miring hingga landai, sebagian besar
tersusun atas endapan piroklastik yang
dibentuk dari jatuhan piroklastik (pyroclastic
falls), aliran-aliran piroklastik (pyroclastic
flows), dan sebagian kecil dari lahar.
Perbukitan vulkanik ini mmemiliki fungsi
lahan sebagai daerah tangkapan air hujan,
sebagai penyedia air bersih (air tanah, mata
air, sungai kecil), sebagai penyedia lahan
76
No Bentang Alam Sulawesi Deskripsi
subur, dan sebagai tempat wisata alam.
40 Perbukitan vulkanik Bentuk lahan bagian dari kompleks
lereng bawah bermaterial gunungapi yang terletak di bagian lereng
piroklastik bawah, mempunyai relief perbukitan dengan
lereng agak miring hingga miring. Material
permukaan secara dominan terdiri atas
bahan piroklastik. Perbukitan vulkanik
lereng bawah ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih (air tanah, mata
air, sungai kecil), sebagai penyedia lahan
subur, dan sebagai tempat wisata alam.
41 Perbukitan vulkanik Bentuk lahan bagian dari kompleks
lereng tengah bermaterial gunungapi yang terletak di bagian lereng
piroklastik tengah, mempunyai relief perbukitan dengan
lereng miring hingga sangat miring. Material
permukaan secara dominan terdiri atas
bahan piroklastik. Perbukitan vulkanik
lereng tengah ini memiliki fungsi lahan
sebagai daerah tangkapan air hujan, sebagai
penyedia air bersih (air tanah, mata air,
sungai kecil), sebagai penyedia lahan subur,
dan sebagai tempat wisata alam.

77
Sumatera
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
1 Danau Danau merupakan genangan air permanen di
permukaan lahan pada elevasi rendah-menengah.
Beberapa jenis danau berdasarkan penyebab
terbentuknya antara lain: a) danau tektonik
(akibat penurunan muka bumi karena
pergeseran/patahan); b) danau vulkanik (akibat
aktivitas gunung berapi); c) danau tektovulkanik
(akibat percampuran aktivitas tektonisme dan
vulkanisme); d) danau bendungan alami (aliran air
sungai yang terbendung oleh aliran lava saat
erupsi terjadi); e) danau karst (akibat pelarutan
tanah berkapur; dan danau buatan (danau yang
terbentuk akibat aktivitas manusia). Danau
memiliki fungsi lingkungan sebagai penyedia air
bersih di permukaan yang bersumber dari air
hujan dan air sungai, penyedia bahan pangan dari
ikan, rajungan, udang dan lain sebagainya. Selain
itu danau juga dapat menjadi objek wisata alam.
2 Dataran fluvial Dataran fluvial bermaterial alluvium merupakan
bermaterial aluvium Bentuk lahan yang mempunyai relief dataran rata
(flat) dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, tersusun atas material aluvium hasil
proses deposisi fluvial (aliran permukaan atau
sungai). Dataran ini memiliki fungsi lingkungan
sebagai penyedia air bersih di permukaan yang
bersumber dari air tanah dan sungai, lahan yang
subur untuk dimanfaatkan pertanian dan
perkebunan, serta sebagai pembentuk lapisan
tanah baru hasil sedimentasi fluvial.
3 Dataran fluvial Dataran fluvial berombak-bergelombang
berombak- bermaterial aluvium merupakan Bentuk lahan
bergelombang yang mempunyai relief dataran berombak hingga
bermaterial aluvium bergelombang (undulating to rolling plain),
tersusun atas material aluvium hasil proses
deposisi fluvial. Bentuk lahan ini mengalami
proses pengangkatan tektonik atau terbentuk
pada elevasi relatif tinggi dari sekitarnya. Proses
denudasi yang telah bekerjaa cukup lama
membentuk lembah-lembah yang melintas pada
dataran tersebut sehingga relief menjadi
berombak-bergelombang. Dataran ini memiliki
fungsi lingkungan sebagai penyedia air bersih
yang bersumber dari air tanah dan sungai,
terutama di bagian cekungan atau lembah,
mempunyai lahan subur untuk pertanian dan
perkebunan, serta pada area cekungan/lembah
78
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
sebagai pembentuk lapisan tanah baru hasil
sedimentasi fluvial.
4 Dataran fluviomarin Dataran fluviomarin bermaterial aluvium
bermaterial aluvium merupakan Bentuk lahan dengan relief dataran
rata (flat), dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium hasil
proses deposisi fluvio-marin yang berasal dari
aliran sungai, pasang-surut, dan banjir rab.
Dataran ini memiliki fungsi lingkungan sebagai
penyedia air bersih yang berasal dari air tanah
dan sungai, namun air tersebut memilki salinitas
yang tinggi (payau), seta sebagai pembentuk
lapisan tanah baru hasil sedimentasi fluvio-marin.
5 Dataran Dataran fluviovulkanik dengan material aluvium
fluviovulkanik merupakan Bentuk lahan yang memilki relief
bermaterial aluvium dataran (flat), dengan kemiringan lereng datar
hingga landai, serta tersusun atas material
aluvium hasil proses deposisi fluvial yang
mengangkut material vulkanik (seperti aliran
lahar). Dataran ini juga dapat disebut dengan
dataran laharik. Dataran ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih yang berasal dari air
tanah dan sungai, penyedia lahan yang subur,
serta pembentuk lapisan tanah baru hasil
sedimentasi fluvio-vulkanik.
6 Dataran lakustrin Dataran lakustrin dengan material aluvium
bermaterial aluvium merupakan bentuklaha dengan relief dataran rata
(flat), dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, serta tersusun atas material aluvium hasil
proses deposisi genangan air danau yang dicirikan
oleh stratifikasi lapisan sedimen lakustrin. Datran
ini memilki fungsi lahan sebagai penyedia air
bersih yang berasal dari air tanah dan sungai,
penyedia lahan agak subur, dan sebagai
pembentuk lapisan tanah baru hasil sedimentasi
lakustrin dan fluvial.
7 Dataran marin Dataran marin pasir dengan material aluvium
berpasir bermaterial merupakan Bentuk lahan yang memilki relief
aluvium dataran rata (flat) hingga berombak (undulating),
dengan kemiringan lereng datar hingga agak
miring, tersusun atas material aluvium berpasir
hasil proses deposisi proses marin (arus sepanjang
pantai dan gelombang laut), terletak di wilayah
pesisir. Bentuk lahan ini mencakup Bentuk lahan
gisik pantai (beach), gumuk pasir (sand dunes),
beting pantai (beach ridges) dan cekungan antar
beting (swales). Dataran ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia ar bersih yang berasal dari air
tanah dangkal, sebagai pembentuk lapisan tanah
79
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
baru hasil sedimentasi marin, sebagai pengatur
dinamika ekosistem pesisir, dan sebagai tempat
wisata alam.
8 Dataran organik Dataran organik dengan material gambut
bermaterial gambut merupakan Bentuk lahan dengan relief dataran
(flat), dengan kemiringan lereng datar hingga
landai, tersusun atas material gambut (peat) atau
material organik hasil dekomposisi sisa-sisa
tetumbuhan pada suatu cekungan. Dataran ini
memiliki fungsi lahan sebagai penampung air
hujan dan aliran permukaan, sebagai pengendali
banjir, dan sebagai pengatur dinamika ekosistem
gambut.
9 Dataran organik Dataran organik koralian dengan material batuan
koralian bermaterial sedimen karbonat merupakan Bentuk lahan
batuan sedimen dengan relief dataran rata (flat) dengan kemiringan
karbonat lereng datar hingga landai, tersusun atas material
sedimen karbonat jenis koral, terletak di wilayah
pesisir. Dataran ini memilki fungsi lahan sebagai
pelindung dari proses abrasi, sebagai pengatur
dinamika ekosistem pesisir, dan sebagai tempat
wisata alam.
10 Dataran solusional Dataran solusional karst dengan material batuan
karst bermaterial karbonat merupakan Bentuk lahan dengan relief
batuan sedimen dataran dengan kemiringan lereng datar hingga
karbonat landai, tersusun atas batuan karbonat
(batugamping, napal dll) pada kompleks karst.
Dataran ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia dan pengalir air permukaan yang berasal
dari aliran sungai bawah tanah pada kompleks
karst.
11 Dataran solusional Dataran solusional karst ini merupakan Bentuk
karst berombak- lahan dengan relief dataran berombak hingga
bergelombang bergelombang dengan kemiringan lereng landai
bermaterial batuan hingga agak miring, tersusun atas batuan
sedimen karbonat karbonat (batugamping, napal dll) pada kompleks
karst. Dataran ini berfungsi untuk mengalirkan
air permukaan dari sungai bawah tanah pada
kompleks karst, dan menyediakan air permukaan
pada cekungan (di musim hujan).
12 Dataran struktural Dataran struktural dengan material batuan
lipatan bermaterial metamorf merupakan Bentuk lahan dengan relief
batuan metamorfik dataran yang landai hingga agak miring dengan
kemiringan lereng landai hingga agak miring,
terbentuk akibat aktivitas tektonik sehingga
membentuk struktur geologi berupa lipatan pada
batuan yang tersusun dari material batuan
metamorf. Dataran ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan yang berasal dari
80
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
sungai dan sebagai material bahan galian.
13 Dataran struktural Dataran struktural ini merupakan bentuk lahan
lipatan berombak- dengan relief dataran berombak hingga
bergelombang bergelombang dengan kemiringan lereng landai
bermaterial batuan hingga berombak, terbentuk akibat aktivitas
metamorfik tektonik sehingga membentuk struktur geologi
berupa lipatan pada batuan, dataran ini tersusun
atas material batuan metamorf. Dataran ini
memiliki fungsi lahan untuk menyediakan air
permukaan yang berasal dari sungai dan material
bahan galian (batuan metamorf).
14 Dataran struktural Dataran struktural ini merupakan bentuk lahan
lipatan berombak- dengan relief dataran berombak hingga
bergelombang bergelombang dengan kemiringan lereng landai
bermaterial batuan hingga agak miring, terbentuk akibat aktivitas
sedimen non tektonik sehingga membentuk struktur geologi
karbonat berupa lipatan pada batuan, bentuk lahan ini
tersusun atas batuan sedimen non karbonat,
seperti batupasir (sandstones), batulempung
(claystones), breksi (breccias), konglomerat
(conglomerate). Dataran ini memiliki fungsi lahan
untuk menyediakan air permukaan yang berasal
dari sungai dan air tanah dangkal yang terdapat
pada lapisan akuifer.
15 Dataran struktural Dataran ini terbentuk di atas struktur tektonik
lipatan berombak- kulit bumi berupa lipatan yang mempunyai relief
bergelombang berombak hingga bergelombang dan tersusun atas
bermaterial batuan sedimen campuran antara karbonat dan
campuran batuan non karbonat, seperti batupasir (sandstones),
sedimen karbonat batugamping (limestones), batuliat (claystones),
dan non karbonat napal (marls) atau lainnya. Dataran ini memiliki
fungsi lingkungan menyediakan air permukaan
(sungai) dan air tanah dangkal yang terdapat pada
lapisan akuifer (sedimen klastik)
16 Dataran struktural Dataran ini merupakan bentuk lahan dengan relief
plutonik berombak- dataran berombak hingga bergelombang dengan
bergelombang kemiringan lereng landai hingga agak miring,
bermaterial batuan tersusun atas material batuan beku hasil
beku dalam pembekuan magma di dalam bumi, seperti gabro,
granit, diorite, dasit dll. Struktur plutonik yang
membentuk relief dataran berbentuk sill, dike,
lopolith, dan lacolith. Dataran ini memiliki fungsi
lahan sebagai bahan galian dan penampung aliran
air di permukaan tepatnya di lembahan.
17 Dataran vulkanik Dataran ini merupakan bentuk lahan dengan relief
bermaterial datar, memiliki kemiringan lereng datar-landai,
piroklastik berada pada lereng kaki kerucut vulkanik,
tersusun atas material piroklastik dan
vulkanoklastik hasil proses deposisi dari aliran
81
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
piroklastik dan/atau lahar. Dataran ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia lahan subur.
18 Dataran vulkanik Dataran vulkanik ini merupakan bentuk lahan
berombak- dengan relief berombak hingga bergelombang,
bergelombang memiliki kemiringan lereng bervariasi dari landai
bermaterial batuan hingga agak miring, berada pada lereng kaki
beku luar kerucut vulkanik, tersusun atas material batuan
beku luar atau aliran lava. Dataran ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia air bersih
permukaan yang berasal dari sungai dan sebagai
material bahan galian.
19 Dataran vulkanik Dataran vulkanik ini merupakan bentuk lahan
berombak- dengan relief berombak hingga bergelombang,
bergelombang memiliki kemiringan lereng bervariasi dari landai
bermaterial hingga agak miring, berada pada lereng kaki
campuran batuan kerucut vulkanik startovulkano, tersusun atas
beku luar dan material piroklastik dan vulkanoklastik hasil
piroklastik proses deposisi dari aliran piroklastik dan/atau
lahar. Proses denudasi telah bekerja padanya
cukup lama, perselingan material aliran lava dan
piroklastik membentuk lembah-lembah yang
melintas padanya sehingga terbentuk relief
berombak-bergelombang. Dataran ini memiliki
fungsi lahan sebagai penyedia lahan subur,
material bahan galian, dan penyedia air bersih
dari air tanah dan sungai besar.
20 Dataran vulkanik Dataran vulkanik ini merupakan bentuk lahan
berombak- dengan relief berombak hingga bergelombang,
bergelombang memiliki kemiringan lereng bervariasi dari landai
bermaterial hingga agak miring, berada pada lereng kaki
piroklastik kerucut vulkanik, tersusun atas material
piroklastik dan vulkanoklastik hasil proses
deposisi dari aliran piroklastik dan/atau lahar.
Proses denudasi telah bekerja padanya cukup
lama, terbentuk lembah-lembah
21 Lembah sungai Lembah sungai ini merupakan bentuk lahan
bermaterial aluvium berbentuk cekungan berpola memanjang, yang
terdapat sungai di dalamnya baik mengalir
sepanjang tahun (perenial) atau pun musiman
(intermitten). Di dalam lembah biasa terdapat
Bentuk lahan minor lain, seperti dataran banjir
(flood plain), tanggul alam (natural levee), rerawaan
(back swamps), dan tebing lembah sungai (bluff).
Lembah ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air permukaan dan air tanah dangkal
dan sebagai pengendali banjir.
22 Pegunungan Pegunungan denudasional merupakan bentuk
denudasional lahan dengan relief pegunungan yang memiliki
bermaterial kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
82
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
campuran batuan tersusun atas material vulkanik yaitu perselingan
beku luar dan antara aliran lava dan endapan piroklastik. Proses
piroklastik denudasional (pelapukan, erosi, longsor) telah
berjalan lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana bentuk vulkanik
sebelumnya (seperti kerucut vulkanik
stratovulkano) tidak tampak lagi sebagai penciri
utama Bentuk lahan. Pegunungan denudasional
ini memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan dari mata air dan sungai kecil, sebagai
daerah tangkapan hujan, sebagai penyedia
material bahan galian, sebagai pengatur aliran
udara (iklim) melalui elevasinya (perubahan
tekanan dan suhu udara), sebagai tempat wisata
alam, dan penyedia lahan subur.
23 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik merupakan bentuk
vulkanik bermaterial lahan berbentuk kerucut vulkanik (volcanic cone),
campuran batuan mempunyai kemiringan lereng sangat miring
beku luar dan hingga landai, material permukaan sebagian besar
piroklastik tersusun atas perselingan antara aliran lava dan
endapan piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Material tersebut sebagai hasil
dari aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru). Pegunungan kerucut
vulkanik memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
air bersih dari mata air dan sungai kecil, sebagai
daerah tangkapan hujan, sebagai penyedia lahan
subur, sebagai tempat wisata alam, sebagai
pengatur aliran udara (iklim) melalui elevasinya
(perubahan tekanan dan suhu udara).
24 Pegunungan kerucut -
vulkanik bermaterial
piroklastik
25 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik lereng atas
vulkanik lereng atas merupakan bentuk lahan bagian dari kerucut
bermaterial vulkanik (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
campuran batuan bagian lereng atas, mempunyai kemiringan lereng
beku luar dan sangat miring hingga miring, material permukaan
piroklastik sebagian besar tersusun atas perselingan antara
aliran lava dan endapan piroklastik, baik dari
jatuhan piroklastik (pyroclastic falls) maupun
aliran piroklastik (pyroclastic flows), dan endapan
dari aliran lahar. Material tersebut sebagai hasil
dari aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru). Pegunungan kerucut
vulkanik lereng atas memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air bersih dari mata air dan sungai kecil,
sebagai daerah tangkapan hujan sebagai penyedia
83
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
lahan subur, sebagai tempat wisata alam, dan
sebagai pengatur aliran udara (iklim) melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu udara).
26 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik lereng bawah
vulkanik lereng merupakan bentuk lahan bagian dari kerucut
bawah bermaterial vulkanik (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
campuran batuan bagian lereng bawah, mempunyai kemiringan
beku luar dan lereng miring hingga landai, material permukaan
piroklastik sebagian besar tersusun atas perselingan antara
aliran lava dan endapan piroklastik, baik dari
jatuhan piroklastik (pyroclastic falls) maupun
aliran piroklastik (pyroclastic flows), dan endapan
dari aliran lahar. Material tersebut sebagai hasil
dari aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru). Pegunungan kerucut
vulkanik lereng bawah memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih dari air tanah, mata
air dan sungai kecil, sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai penyedia lahan subur, sebagai
tempat wisata alam, sebagai material bahan
galian, dan sebagai pengatur aliran udara melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu udara).
27 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik lereng bawah
vulkanik lereng merupakan bentuk lahan bagian dari kerucut
bawah bermaterial vulkanik (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
piroklastik bagian lereng bawah, mempunyai kemiringan
lereng miring hingga landai, material permukaan
tersusun sebagian besar atas endapan jatuhan
piroklastik (pyroclastic falls), aliran piroklastik
(pyroclastic flows), dan aliran lahar. Pegunungan
kerucut vulkanik lereng bawah memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air bersih dari air tanah,
mata air dan sungai kecil, sebagai daerah
tangkapan hujan, sebagai penyedia lahan subur,
sebagai tempat wisata alam, sebagai material
bahan galian, sebagai pengatur aliran udara
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), sebagai pengatur aliran udara melalui
elevasinya (perubahan tekanan dan suhu udara).
28 Pegunungan kerucut Bentuk lahan ini adalah berupa kerucut vulkanik
vulkanik lereng (volcanic cone) yang mempunyai relief pegunungan
puncak bermaterial dengan lereng dari sangat miring hingga agak
campuran batuan miring i. Bentuk lahan ini sebagian besar tersusun
beku luar dan atas campuran antara batuan beku luar yang
piroklastik dibentuk dari aliran-aliran lava dengan material
pioklastik hasil proses letusan yang dihasilkan
sepanjang aktivitas gunungapi hingga aktivitasnya
yang terakhir.
29 Pegunungan kerucut Pegunungan kerucut vulkanik lereng tengah
84
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
vulkanik lereng merupakan bentuk lahan bagian dari kerucut
tengah bermaterial vulkanik (volcanic cone) yang mempunyai posisi di
campuran batuan bagian lereng tengah, mempunyai kemiringan
beku luar dan lereng sangat miring hingga miring, material
piroklastik permukaan sebagian besar tersusun atas
perselingan antara aliran lava dan endapan
piroklastik, baik dari jatuhan piroklastik
(pyroclastic falls) maupun aliran piroklastik
(pyroclastic flows). Material tersebut sebagai hasil
dari aktivitas gunungapi stratovulkano dari awal
hingga terakhir (terbaru). Pegunungan kerucut
vulkanik lereng tengah memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih dari mata air dan
sungai kecil, sebagai daerah tangkapan hujan,
sebagai penyedia lahan subur, sebagai tempat
wisata alam, sebagai
30 Pegunungan pengatur aliran udara (iklim) melalui elevasinya
solusional karst (perubahan tekanan dan suhu udara).
bermaterial batuan
sedimen karbonat
31 Pegunungan Pegunungan struktural lipatan merupakan bentuk
struktural lipatan lahan dengan relief pegunungan yang memiliki
bermaterial batuan kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
metamorfik tersusun atas batuan metamorf, seperti sekiss,
gneiss, phylit, atau lainnya. Pegunungan
struktural terbentuk akibat aktivitas tektonik
menghasilkan struktur geologi berupa lipatan
pada batuan. Pola struktur lipatan ini dicirikan
oleh antiklin (hogback and cuesta) dan sinklin
(subsequent valley). Pegunungan struktural
lipatan memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan (sungai kecil), sebagai pengatur aliran
udara (iklim) melalui elevasinya (perubahan
tekanan dan suhu udara), dan sebagai tempat
wisata alam.
32 Pegunungan Pegunungan struktural lipatan merupakan bentuk
struktural lipatan lahan dengan relief pegunungan yang memiliki
bermaterial batuan kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
sedimen non tersusun atas material batuan sedimen non
karbonat karbonat, seperti batupasir, batulempung, breksi,
konglomerat, atau lainnya. Pegunungan terbentuk
akibat aktivitas tektonik menghasilkan struktur
geologi berupa lipatan pada batuan. Pola struktur
lipatan ini dicirikan oleh antiklin (hogback and
cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
Pegunungan struktur lipatan memiliki fungsi
lahan untuk menyediakan air permukaan (mata
air, sungai kecil), sebagai daerah tangkapan
hujan, sebagai pengatur aliran udara (iklim)
85
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), dan sebagai tempat wisata alam.
33 Pegunungan Pegunungan struktural lipatan merupakan bentuk
struktural lipatan lahan dengan relief pegunungan yang memiliki
bermaterial kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
campuran batuan tersusun atas campuran batuan sedimen
sedimen karbonat karbonat (seperti batugamping, batunapal atau
dan non karbonat lainnya) dan batuan non karbobat (seperti
batupasir, batulempung, breksi, konglomerat,
atau lainnya). Pegunungan struktural terbentuk
akibat aktivitas tektonik menghasilkan struktur
geologi berupa lipatan pada batuan. Pola struktur
lipatan ini dicirikan oleh antiklin (hogback and
cuesta) dan sinklin (subsequent valley).
Pegunungan struktural lipatan memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia air permukaan (sungai
kecil), sebagai pengatur aliran udara (iklim)
melalui elevasinya (perubahan tekanan dan suhu
udara), dan sebagai tempat wisata alam.
34 Pegunungan Pegunungan vulkanik merupakan bentuk lahan
vulkanik bermaterial dengan relief pegunungan yang memiliki
batuan beku luar kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
secara dominan tersusun atas material batuan
beku luar (aliran lava) di permukaan sebagai
bentuk aktivitas gunungapi di masa lalu.
Pegunungan ini dapat merupakan satu atau lebih
gabungan kerucut vulkanik yang masih aktif
ataupun istirahat (dormant). Pegunungan
vulkanik memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
material bahan galian, sebagai pengatur aliran
udara (iklim) melalui elevasinya (perubahan
tekanan dan suhu udara), dan sebagai tempat
wisata alam.
35 Pegunungan Pegunungan vulkanik merupakan bentuk lahan
vulkanik bermaterial dengan relief pegunungan yang memiliki
campuran batuan kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
beku luar dan tersusun atas material batuan beku luar (aliran
piroklastik lava) dan endapan piroklastik di permukaan
sebagai bentuk aktivitas gunungapi di masa lalu.
Pegunungan vulkanik (stratovulkano) ini
merupakan satu atau gabungan beberapa kerucut
vulkanik yang masih aktif ataupun yang telah
istirahat (dormant). Pegunungan vulkanikini
memiliki fungsi lahan sebagai daerah tangkapan
air hujan, sebagai penyedia air bersih (mata air,
sungai kecil), sebagai penyedia lahan subur,
sebagai tempat wisata alam, dan sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya (perubahan
tekanan dan suhu udara).
86
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
36 Pegunungan Pegunungan vulkanik merupakan bentuk lahan
vulkanik bermaterial dengan relief pegunungan yang memiliki
piroklastik kemiringan lereng agak miring hingga terjal,
tersusun atas material endapan piroklastik di
permukaan sebagai bentuk aktivitas gunungapi di
masa lalu. Pegunungan vulkanik (stratovulkano)
ini merupakan satu atau gabungan beberapa
kerucut vulkanik yang masih aktif ataupun yang
telah istirahat (dormant). Pegunungan vulkanik ini
memiliki fungsi lahan sebagai daerah tangkapan
air hujan, menyediakan air bersih (mata air,
sungai kecil), sebagai penyedia lahan subur,
sebagai tempat wisata alam, dan sebagai pengatur
aliran udara (iklim) melalui elevasinya (perubahan
tekanan dan suhu udara).
37 Pegunungan Pegunungan vulkanik lereng bawah merupakan
vulkanik lereng bentuk lahan dengan relief pegunungan yang
bawah bermaterial memiliki kemiringan lereng agak miring hingga
piroklastik landai, tersusun atas material endapan piroklastik
(pyroclastic falls, pyroclastic flows) dan sebagian
endapan lahar. Bentuk lahan vulkanik
(stratovulkano) ini merupakan satu atau
gabungan beberapa kerucut vulkanik yang masih
aktif atau istirahat (dormant) dan mempunyai
posisi di bagian lereng paling bawah. Pegunungan
vulkanik lereng baah memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air bersih (sungai kecil, mata
air), sebagai penyedia lahan subur, sebagai tempat
wisata alam, dan sebagai pengatur aliran udara
(iklim) melalui elevasinya (perubahan tekanan dan
suhu udara).
38 Perbukitan Perbukitan denudasional merupakan bentuk
denudasional lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
bermaterial batuan kemiringan lereng agak miring hingga sangat
sedimen karbonat miring, tersusun atas material batuan sedimen
karbonat, seperti batugamping (limestones),
batunapal (marls), atau lainnya. Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor) telah
berjalan lanjut dan menghasilkan morfologi
denudasional dimana struktur geologi sebelumnya
(seperti lipatan, patahan) tidak tampak lagi
sebagai penciri utama Bentuk lahan. Perbukitan
denudasional ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia air tanah (dalam gua bawah tanah), dan
sebagai tempat wisata alam.
39 Perbukitan Perbukitan denudasional merupakan bentuk
denudasional lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
bermaterial kemiringan lereng agak miring hingga sangat
campuran batuan miring, tersusun atas perselingan batuan beku
87
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
beku luar dan luar (aliran lava) dan endapan piroklastik
piroklastik (pyroclastic fall, pyroclastic flows). Proses
denudasional (pelapukan, erosi, longsor) telah
berjalan lanjut pada Bentuk lahan ini dan
menghasilkan morfologi denudasional dimana
pola-pola vulkanik sebelumnya (seperti kerucut
vulkanik) tidak tampak lagi sebagai penciri utama
Bentuk lahan. Perbukitan denudasional ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan (mata air, sungai kecil), sebagai
daerah tangkapan hujan, sebagai penyedia
material bahan galian, sebagai tempat wisata
alam, dan sebagai penyedia lahan subur.
40 Perbukitan kerucut Perbukitan kerucut vulkanik merupakan bentuk
vulkanik bermaterial lahan bagian dari kerucut vulkanik (volcanic cone)
campuran batuan dengan relief perbukitan, mempunyai kemiringan
beku luar dan lereng sangat miring hingga agak miring,
piroklastik mempunyai material permukaan yang tersusun
atas perselingan antara batuan beku luar (aliran
lava) dan endapan piroklastik (jatuhan dan aliran
piroklastik) yang dihasilkan dari awal hingga akhir
aktivitasnya (terbaru). Perbukitan kerucut
vulkanik ini memiliki fungsi lahan sebagai daerah
tangkapan air hujan, sebagai penyedia air bersih
(mata air, sungai kecil), sebagai penyedia lahan
subur, dan sebagai tempat wisata alam.
41 Perbukitan kerucut Perbukitan kerucut vulkanik parasiter merupakan
vulkanik parasiter bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
bermaterial batuan anakan (small volcanic cone) menyerupai kubah
beku luar lava (lava dome) yang muncul pada salah satu
lereng di tubuh gunungapi (kerucut vulkanik)
yang lebih besar. Bukit ini mempunyai kemiringan
lereng sangat miring hingga agak miring dimana
material permukaannya tersusun dari batuan
beku luar (aliran lava). Perbukitan kerucut
vulkanik ini memiliki fungsi lahan sebagai
penyedia material bahan galian dan sebagai
tempat wisata alam.
42 Perbukitan kerucut Perbukitan kerucut vulkanik parasiter merupakan
vulkanik parasiter bentuk lahan bagian dari kerucut vulkanik
bermaterial anakan (small volcanic cone) yang muncul pada
campuran batuan salah satu lereng di tubuh gunungapi (kerucut
beku luar dan vulkanik) yang lebih besar. Bukit ini mempunyai
piroklastik kemiringan lereng sangat miring hingga agak
miring dimana material permukaannya tersusun
dari batuan beku luar (aliran lava) dan endapan
piroklastik. Perbukitan kerucut vulkanik parasiter
ini memiliki fungsi lahan sebagai daerah
tangkapan air hujan, sebagai penyedia air bersih
88
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
(mata air, sungai kecil), sebagai penyedia lahan
subur, sebagai tempat wisata alam, sebagai
material bahan galian.
43 Perbukitan Perbukitan solusional karst merupakan bentuk
solusional karst lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
bermaterial batuan kemiringan lereng agak miring hingga sangat
sedimen karbonat miring, tersusun atas material batuan sedimen
karbonat, seperti batugamping (limestones) yang
membentuk topografi karst. Proses pelarutan
(solution) telah membentuk bukit-bukit karst
(conical karst) dan juga cekungan karst (sinkhole)
atau Bentuk lahan karst lainnya yang
berdampingan. Perbukitan solusional karst ini
memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air tanah
(dalam gua bawah tanah), sebagai tempat wisata
alam, dan sebagai habitat fauna kelelawar.
44 Perbukitan Perbukitan struktural lipatan merupakan bentuk
struktural lipatan lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
bermaterial batuan kemiringan lereng agak miring hingga sangat
metamorfik miring, tersusun atas batuan metamorf, seperti
sekiss, gneiss, phylit atau lainnya. Perbukitan
terbentuk akibat aktivitas tektonik yang
menghasilkan struktur geologi lipatan pada
batuan. Pola struktur lipatan ini di antaranya
dicirikan oleh antiklin (hogback and cuesta) dan
sinklin (subsequent valley). Perbukitan struktural
lipatan memiliki fungsi lahan sebagai penyedia air
permukaan (sungai kecil) dan sebagai tempat
wisata alam.
45 Perbukitan Perbukitan struktural lipatan merupakan bentuk
struktural lipatan lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
bermaterial batuan kemiringan lereng agak miring hingga sangat
sedimen karbonat miring, tersusun atas material batuan sedimen
karbonat, seperti batugamping (limestone),
batunapal (marls) atau lainnya. Perbukitan
terbentuk akibat aktivitas tektonik yang
menghasilkan struktur geologi lipatan pada
batuan. Pola struktur lipatan ini di antaranya
dicirikan oleh antiklin (hogback and cuesta) dan
sinklin (subsequent valley). Perbukitan struktural
lipatan ini memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
air tanah (dalam gua bawah tanah), sebagai
tempat wisata alam, dan sebagai habitat fauna
kelelawar.

46 Perbukitan Perbukitan struktural lipatan merupakan bentuk


struktural lipatan lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
bermaterial batuan kemiringan lereng agak miring hingga sangat
89
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
sedimen non miring, tersusun atas material batuan sedimen
karbonat non karbonat, seperti batupasir (sandstones),
batulempung (claystones), breksi (breccia),
konglomerat (conglomerate) atau pun yang lainnya.
Perbukitan terbentuk akibat aktivitas tektonik
yang menghasilkan struktur geologi lipatan pada
batuan. Pola struktur lipatan ini di antaranya
dicirikan oleh antiklin (hogback and cuesta) dan
sinklin (subsequent valley). Perbukitan struktural
lipatan ini memiliki fungsi lahan sebagai penyedia
air permukaan (mata air, sungai kecil), sebagai
daerah tangkapan hujan, dan sebagai tempat
wisata alam.
47 Perbukitan Perbukitan struktural lipatan merupakan bentuk
struktural lipatan lahan dengan relief perbukitan yang memiliki
bermaterial kemiringan lereng agak miring hingga sangat
campuran batuan miring, tersusun atas material campuran batuan
sedimen karbonat sedimen karbonat dan non karbonat, seperti
dan non karbonat batugamping (limestones), napal (marls), batupasir
(sandstones), batulempung (claystones), breksi
(breccia), konglomerat (conglomerate), atau yang
lainnya. Perbukitan terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang menghasilkan struktur geologi
lipatan pada batuan. Pola struktur lipatan ini di
antaranya dicirikan oleh antiklin (hogback and
cuesta) dan sinklin (subsequent valley). Perbukitan
struktural lipatan ini memiliki fungsi lahan
sebagai penyedia air permukaan (mata air, sungai
kecil), sebagai daerah tangkapan hujan, dan
sebagai tempat wisata alam.
48 Perbukitan Perbukitan plutonik merupakan bentuk lahan
struktural plutonik dengan relief perbukitan dengan kemiringan
bermaterial batuan lereng terjal hingga agak miring, tersusun atas
beku dalam batuan intrusif (seperti granit, gabro, diorite,
pegmatite, atau lainnya), dihasilkan dari
pembekuan magma (di dalam kulit bumi) dan
membentuk batuan beku. Batuan ini selanjutnya
tersingkap dan membentuk perbukitan plutonik.
Struktur plutonik yang membentuk relief
perbukitan ini biasanya dari stock, lakolit, atau
batolit. Perbukitan plutonik ini memiliki fungsi
lahan sebagai penyedia material bahan galian dan
sebagai tempat wisata alam.

90
Bentang Alam
No Deskripsi
Sumatera
49 Perbukitan vulkanik Perbukitan vulkanik merupakan bentuk lahan
bermaterial batuan berbentuk perbukitan, mempunyai lereng
beku luar bervariasi dari agak miring hingga sangat miring,
material permukaannya tersusun secara dominan
atas batuan beku luar (aliran lava) yang muncul
dari proses vulkanik efusif. Perbukitan vulkanik
memiiki fungsi lahan sebagai penyedia material
bahan galian dan sebagai tempat wisata alam.
50 Perbukitan vulkanik Perbukitan vulkanik merupakan bentuk lahan
bermaterial bagian dari tubuh gunungapi (volcano) yang masih
campuran batuan aktif maupun yang sudah tidak aktif, mempunyai
beku luar dan relief perbukitan dengan kemiringan lereng
piroklastik bervariasi dari sangat miring hingga miring dan
landai. Perbukitan ini tersusun atas perselingan
batuan beku luar (aliran lava) dan material
piroklastik. Perbukitan vulkanik memiliki fungsi
lahan sebagai daerah tangkapan air hujan,
sebagai penyedia air bersih (air tanah, mata air,
sungai kecil), sebagai penyedia lahan subur, dan
sebagai tempat wisata alam.
51 Perbukitan vulkanik Perbukitan vulkanik merupakan bentuk lahan
bermaterial bagian dari kerucut vulkanik (volcanic cone) yang
piroklastik mempunyai relief perbukitan dengan kemiringan
lereng dari sangat miring hingga landai, sebagian
besar tersusun atas endapan piroklastik yang
dibentuk dari jatuhan piroklastik (pyroclastic
falls), aliran-aliran piroklastik (pyroclastic flows),
dan sebagian kecil dari lahar. Perbukitan vulkanik
ini mmemiliki fungsi lahan sebagai daerah
tangkapan air hujan, sebagai penyedia air bersih
(air tanah, mata air, sungai kecil), sebagai
penyedia lahan subur, dan sebagai tempat wisata
alam.
52 Tebing kaldera Tebing kaldera merupakan bentuk lahan berupa
bermaterial tebing terjal berpola melingkar sebagai bentuk sisa
campuran batuan dari runtuhan puncak gunungapi atau kerucut
beku luar dan vulkanik ke dalam dapur magma pada saat
piroklastik letusan besar (tipe plinian) terjadi yang menguras
isi dapur magma. Tebing kaldera ini memiliki
fungsi lahan sebagai daerah resapan air hujan
masuk ke dalam lapisan porus (piroklastik) yang
terdapat pada tebing dan sebagai tempat wisata
ekstrim.

91
TIPE VEGETASI ALAMI

Pulau Bali dan Nusa Tenggara


Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
1 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah monsun
batuan ultrabasa adalah komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pamah monsun wilayah dengan iklim monsun (kering) elevasi di
bawah 1000 mdpl dengan substrat tanah yang
berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium yang tinggi, kandungan silika
rendah, serta dicirikan oleh kandungan tinggi
unsur-unsur yang beracun bagi tumbuhan
(phytotoxins), terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini dapat berupa padang rumput,
vegetasi semak terbuka. Vegetasi hutan batuan
ultrabasa pamah monsun ini berfungsi sebagai
penutup permukaan pada lahan pamah beriklim
monsun (kering) dan komposisi lahannya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan oleh padang rumput, vegetasi
semak terdekomposisi menjadi humus hara tanah
serta berperan dalam menyerap sebagian air
hujan dan menghambat laju air permukaan.
2 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah monsun pada
batugamping monsun bentang alam karst adalah komunitas vegetasi
pamah pada bentang berupa varian dari tipe hutan dipterokarpa pamah
alam karst dan hutan non dipterokarpa pamah yang
berkembang pada lahan bentang alam karst
dengan karakteristik tegakan pohon tinggi
ramping bertajuk sedang. Vegetasi hutan
batugamping pamah monsun pada bentang alam
karst berfungsi sebagai penutup permukaan
morfologi karst dan batuan batugamping yang
tergolong lapisan tanahnya tipis dan miskin hara.
Komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
pamah menghasilkan serasah di lantai dasar
hutan terdekomposisi alami menjadi humus yang
mengikat sebagian besar air permukaan, sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap dan melalui batugamping karst yang
porus akan turun ke bawah masuk dalam sistem
hidrologi karst sebagai cadangan air. Air yang
dilepaskan akan menyebabkan proses karstifikasi.

92
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
3 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan
batugamping monsun bawah pada bentang alam karst adalah komunitas
pegunungan bawah vegetasi yang tumbuh dan berkembang pada
pada bentang alam bentang alam karst pegunungan bawah pada
karst elevasi di bawah 1500 – 2000 mdpl. Vegetasi
hutan batugamping monsun pegunungan bawah
dicirikan dengan karakteristik tegakan pohon
tinggi ramping bertajuk sedang.
Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan
bawah pada bentang alam karst berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong tipis lapisan tanah
dan miskin hara. Komunitas vegetasi spesies
pohonnya berupa tegakan pohon tinggi ramping
bertajuk sedang menghasilkan serasah daun
cukup banyak pada musim kering karena
umumnya merangas (menggugurkan daun).
Tumpukan serasah di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi secara alami menjadi humus dan
mempunyai sifat menyerap air sehingga terasa
lembab berair. Pada saat ada hujan sebagian
besar air permukaan, akan diserap diikat oleh
humus sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui batugamping
karst yang porus akan turun ke bawah masuk
dalam sistem hidrologi karst sebagai cadangan air.
Air yang dilepaskan akan menyebabkan proses
karstifikasi berlangsung dan kondisi lingkungan
menjadi relatif lebih lembab dan sejuk.
4 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
batugamping pamah adalah komunitas vegetasi yang berupa varian
monsun dari tipe hutan dipterokarpa pamah dan hutan
non dipterokarpa pamah yang tumbuh pada
habitat tanah yang berupa batugamping yang
beriklim monsun (kering). Iklim yang kering serta
media tumbuh tipis berupa batu menyebabkan
tidak banyak spesies yang mampu tumbuh
beradaptasi di wilayah yang berbatu seperti
batugamping ini, sehingga di wilayah ini sering
ditemukan spesies endemik dan jarang ditemukan
di tempat lain.
Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
berfungsi sebagai penutup permukaan lahan yang
morfologi berupa batuan batugamping. Lapisan
tanahnya secara fisik tergolong sangat tipis dan
miskin hara. Vegetasi dominan berupa herba
rerumputan, komunitas bambu, semak belukar
93
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
serta perdu pohon pioner. Meski tidak terlalu
banyak secara alami dedaunan yang merangas
saat musim kering menjadi tumpukan serasah
kering dan bersama percabangan semak yang mati
tertumpuk di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi menjadi humus. Humus akan
menyerap air sehingga terasa lebih lembab oleh
kandungan air. Pada saat ada hujan sebagian
besar air permukaan, akan diserap diikat oleh
humus sehingga akan mengurangi laju derasnya
aliran permukaan pada lereng perbukitan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap sebagai cadangan air. Bergantung
kepada iklim maka kecepatan proses reaksi air
dengan batugamping akan berlangsung lebih
lambat. Sehingga proses terurai karbonat menjadi
karbonat yang lapuk (melunak) juga lebih lambat.
Humus yang sifat relatif lebih asam dengan
kabonat yang lebih basa menjadikan batuan
karbonat melapuk bersama humus menjadi lebih
netral keasamannya. Bahan ini menjadi tanah
yang relatif lebih kaya haranya, sehingga beberapa
spesies tumbuhan dapat tumbuh.
5 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
batugamping pamah malar hijau adalah komunitas vegetasi berupa
monsun malar hijau varian dari tipe hutan dipterokarpa pamah dan
hutan non dipterokarpa pamah yang berkembang
pada lahan dengan substart batugamping pamah
pada wilayah yang beriklim monsun (kering)
dengan karakteristik hutan-hutan yang selalu
hijau atau malar hijau. Struktur dan komposisi
floristik hutan tersebut mirip seperti hutan hujan
meskipun perawakannya lebih kecil dan
stratifikasi pohon tidak terlalu kompleks.
Biasanya komunitas ini berdekatan dengan aliran
sungai atau sumber-sumber air.
Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
malar hijau berfungsi sebagai penutup permukaan
lahan yang morfologi berupa batuan batugamping.
Lapisan tanahnya secara fisik tergolong agak tipis.
Vegetasi didominasi oleh beberapa komunitas
tegakan pohon yang mirip dengan hutan hujan.
Secara alami dedaunan yang mati mengering jatuh
ke tanah dan menjadi tumpukan serasah kering
dan bersama percabangan semak yang mati
tertumpuk di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi menjadi humus. Humus akan
menyerap air sehingga terasa lebih lembab oleh
94
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
kandungan air. Pada saat ada hujan sebagian
besar air permukaan, akan diserap diikat oleh
humus sehingga akan mengurangi laju derasnya
aliran permukaan pada lereng perbukitan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap sebagai cadangan air. Proses reaksi air
dengan batugamping akan berlangsung relatif
lebih cepat karena air cukup tersedia baik dari
aliran sungai maupun sumber air di sekitarnya.
Humus yang sifat relatif lebih asam dengan
kabonat yang lebih basa menjadikan batuan
karbonat melapuk bersama humus menjadi lebih
netral keasamannya. Bahan ini menjadi tanah
yang relatif lebih kaya haranya, sehingga beberapa
spesies tumbuhan dapat tumbuh.
6 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
batugamping pamah merangas adalah komunitas vegetasi berupa
monsun merangas varian dari tipe hutan non dipterokarpa pamah
dan hutan dipterokarpa pamah yang berkembang
pada lahan dengan substart batugamping pamah
pada wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik tegakan pohon merangas
(menggugurkan daun) pada musim kering.
Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
merangas berfungsi sebagai penutup permukaan
lahan yang morfologi berupa batuan batugamping.
Lapisan tanahnya secara fisik tergolong sangat
tipis dan miskin hara. Vegetasi dominan berupa
herba rerumputan, komunitas bambu, semak
belukar, serta perdu pohon pioner maupun
tanaman tegakan pohon yang merangas pada saat
musim kemarau. Pada saat musim kemarau,
banyak dedaunan yang menggugurkan
dededaunannya menjadi tumpukan serasah
kering bersama percabangan semak yang mati
tertumpuk di lantai dasar hutan. Bahan organik
serasah dan percabangan mati akan busuk
terdekomposisi menjadi humus. Humus akan
menyerap air saat ada tetesan embun pagi
maupun hujan sehingga terasa lebih lembab oleh
kandungan air. Pada saat ada hujan sebagian
besar air permukaan akan diserap diikat oleh
humus sehingga akan mengurangi laju derasnya
aliran permukaan pada lereng perbukitan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap sebagai cadangan air. Iklim monsun
mengakibatkan kecepatan proses reaksi air
dengan batugamping berlangsung lebih lambat,
95
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
sehingga proses terurainya karbonat menjadi
batuan karbonat yang lapuk (melunak) juga lebih
lambat. Humus yang sifat relatif lebih asam
sementara kabonat yang lebih basa menjadikan
tanah yang terbentuk netral relatif lebih kaya hara
sehingga beberapa spesies tumbuhan dapat
tumbuh
7 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
batugamping pamah merangas pada bentang alam karst adalah
monsun merangas komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
pada bentang alam dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
karst pamah yang berkembang pada lahan pamah
bentang alam karst pada wilayah yang beriklim
monsun dengan karakteristik tegakan pohon
merangas (menggugurkan daun) pada musim
kering. Vegetasi ini berfungsi sebagai penutup
permukaan morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong tipis lapisan tanah
dan miskin hara. Komunitas vegetasi spesies
pohonnya berupa tegakan pohon tinggi ramping
bertajuk sedang menghasilkan serasah daun
cukup banyak pada musim kering karena
umumnya merangas (menggugurkan daun).
Tumpukan serasah di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi bersama bahan organik lain
seperti batang, cabang yang mati membusuk
secara alami oleh biota tanah menjadi humus.
Humus mempunyai sifat menyerap air seperti
spons, sehingga terasa lembab berair. Kelembaban
itu juga menimbulakan suasana yang lebih sejuk
dan segar. Pada saat hujan, sebagian besar air
permukaan akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui pori-pori
batuan batugamping karst akan turun ke bawah
masuk dalam sistem hidrologi karst sebagai
cadangan air. Air yang dilepaskan akan
menyebabkan proses kartstifikasi berlangsung
dan kondisi lingkungan menjadi relatif lebih
lembab dan sejuk
8 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang
batugamping pamah alam karst adalah komunitas vegetasi yang berupa
pada bentang alam varian dari tipe hutan dipterokarpa pamah dan
karst hutan non dipterokarpa pamah yang berkembang
pada lahan pamah bentang alam karst. Tidak
banyak spesies yang mampu tumbuh beradaptasi
di wilayah yang berbatu gamping, sehingga
96
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
banyak ditemukan spesies endemic dan langka.
Selain spesies pohon yang tumbuh, di wilayah ini
dapat ditemukan beberapa spesies dari kelompok
bambu, tumbuhan pemanjat atau merambat
berkayu, herba rumpu dan talas-talasan yang
tumbuh di sekitar mulut gua maupun sumber air.
Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang
alam karst berfungsi sebagai penutup permukaan
lahan yang morfologi karst dan singkapan batuan
batugamping. Lapisan tanahnya secara fisik
tergolong tipis dan miskin hara, namun kondisi
yang lembab oleh adanya air yang keluar dari
mulut gua menyebabkan lebih banyak tumbuhan
yang bisa tumbuh mulai dari kelompok lumut,
paku-pakuan, tumbuhan epifit, kelompok herba
seperti rumpun-rumpun rumput, talas, bambu,
semak serta perdu, tumbuhan pemanjat serta
kelompok palem sampai pohon kayu yang besar.
Akar pepohonan tersebut memperangkap humus
yang berasal dari serasah kering dan percabangan
semak yang mati. Tumpukan bahan organik di
lantai dasar hutan akan terdekomposisi oleh biota
tanah dan menjadi tanah humus. Humus seperti
spons, akan menyerap air sehingga terasa lebih
lembab oleh kandungan air, dan akan
mempengaruhi suasana sejuk di sekitarnya. Pada
saat hujan, sebagian besar air permukaan pada
permukaan luar karst (eksokarst) akan diserap
dan diikat oleh humus sehingga mengurangi laju
derasnya aliran permukaan pada lereng
perbukitan karst. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap sebagai cadangan air.
Selain itu air akan bereaksi dengan batugamping
sehingga terurai karbonatnya menjadi batuan
gamping yang lapuk (melunak). Humus yang sifat
relatif lebih asam dengan kabonat yang lebih basa
menjadikan batuan karbonat melapuk bersama
humus menjadi netral dan relatif lebih kaya unsur
haranya sehingga beberapa spesies tumbuh dapat
tumbuh.
9 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan bawah
batugamping monsun adalah komunitas vegetasi yang tumbuh
pegunungan bawah dan berkembang pada wilayah dengan iklim
monsun monsun pada substrat batugamping pegunungan
bawah yang terdapat pada topografi pegunungan
pada elevasi 800 mdpl - 2000 mdpl. Umumnya
didominasi oleh spesies yang pohonnya berdaun
berukuran sedang (mesofil) dan penampakan
97
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
tajuk pohon (kanopi) relatif tidak rata. Pada saat
musim kering beberapa spesies mengering dan
sebagian lain umumnya menggugurkan daun.
Variasi spesiesnya bergantung kepada tipe tanah
dan ketebalan tanah lokasi setempat.
Vegetasi hutan batugamping pegunungan bawah
monsun pada bentang alam karst berfungsi
sebagai penutup permukaan morfologi karst dan
batuan batugamping yang tergolong tipis lapisan
tanah dan miskin hara. Komunitas vegetasi ini
berisi spesies yang pohonnya berdaun berukuran
sedang (mesofil) dan penampakan tajuk pohon
(kanopi) relatif tidak rata. Pada saat musim kering
umumnya tegakan pohon dan vegetasi lainnya
mengering dan menggugurkan daunnya
(merangas). Serasah dedaunan tersebut dengan
bahan organik tumbuhan lain dan satwa yang
mati membusuk terdekomposisi oleh biota tanah
menjadi humus yang tebal di atas tanah dengan
karakter seperti spons yang mampu menyerap air.
Pada saat ada hujan sebagian besar aliran air
permukaan juga akan diserap diikat oleh lapisan
humus sehingga mengurangi laju derasnya aliran
air permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
batugamping yang porus akan turun ke bawah
masuk dalam sistem hidrologi bawah tanah
sebagai cadangan air. Air yang dilepaskan akan
menyebabkan kondisi lingkungan menjadi relatif
lebih lembab dan sejuk dan segar akibat
terbentuknya oksigen dari proses fotosintesa.
10 Vegetasi hutan Vegetasi hutan monsun tepian sungai malar hijau
monsun tepian adalah wilayah beriklim kering (monsun) fisik
sungai malar hijau habitatnya berupa bantaran sungai, komunitas
hutannya tersusun oleh berbagai jenis tumbuhan
yang tahan terhadap pengaruh langsung
perubahan air sungai, terutama pada saat air
sungai meluap. Beberapa ciri spesies komunitas
ini adalah tetumbuhannya selalu hijau (malar
hijau), pada wilayah yang terbuka tumbuh spesies
pionir, termasuk rerumputan, seperti Phragmites
karka, kemudian diinvasi oleh jenis-jenis pohon,
termasuk Glochidion, Ficus, Paraserianthes,
Casuarina equisetifolia, Litsea, Pygeum,
Pandanus, Alstonia spectabilis, Myristica, dan
Dillenia. Octomeles sumatrana.
Vegetasi hutan monsun tepian sungai malar hijau
fungsinya sebagai penangkap sedimentasi berupa
98
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
lumpur, pasir, batu maupun bahan lain yang
diakibatkan oleh aliran air permukaan yang dari
perbuitan di atasnya maupun yang mengalir pada
badan air sungai. Dengan proses ini maka air
yang menuju ke hulu sungai sudah tersaring
material batuannya sehingga proses sedimentasi
pada pinggiran sungai, pendangkalan sungai
maupun muara sungai berkurang. Sedimen yang
terbawa ini umumnya membawa unsur hara dari
bagian hulu, dan membentuk lahan relatif kering
yang tidak digenangi air secara permanen
membentuk bantaran sungai yang subur. Pada
bagian ini umumnya banyak ditumbuhi oleh
vegetasi berupa pohon yang selalu hijau di
sepanjang tahun. Vegetasi pepohonan yang
ukurannya tidak terlalu besar dengan sistem
perakaran yang kuat membentuk rajutan akar ini
akan memperkuat struktur pinggiran yang berupa
tebing sungai menjadi lebih kuat menahan
longsornya tanah, terutama saat musim hujan
tiba
11 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) adalah
pamah (non komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon
dipterokarpa) tinggi 30–45 m, batangnya lurus dan relatif
ramping, tajuknya lebat berdaun kecil, sedang
sampai lebar dan selalu hijau, tumbuh pada
berbagai tipe tanah dengan variasi tingkat
kesuburannya pada elevasi 0 - 1000 m.
Bergantung kepada wilayah dan iklimnya
dominasi spesies pada komunitas ini adalah
bukan dari kelompok Dipterocarpaceae, umumnya
banyak ditemukan bebagai spesies pohon
penghasil buah-buahan, penghasil getah dan
minyak atsiri, dan penghasil komoditas tanaman
perkebunan(kopi, kakao, minyak nabati,serat,dll.)
Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa)
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem
(abiotik dan biotik) yang berada di bawahnya.
Sebagai komunitas vegetasi yang mendominasi
suatu ekosistem, banyak komunitas vegetasi lain
maupun satwa yang hidup di dalamnya sangat
bergantung oleh keberadaan hutan pamah (non
dipterokarpa). Berbagai unsur hara tanah juga
menjadi terjaga kelestariannya oleh vegetasi hutan
pamah ini. Keragaman spesies hutan pamah
dengan tajuk yang beragam bentuknya berfungsi
sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen.
Tajuk pohon yang sangat beragam mampu untuk
99
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
menarik uap air menghasilkan tetesan kondensasi
karena adanya perbedaan suhu. Pohonnya
menghasilkan serasah organik yang cukup
banyak, dan bersama dengan bahan organik lain
yang mati melalui proses dekomposisi oleh
organisme tanah membentuk humus. Tajuk pohon
dengan dedaunan yang beragam akan mengurangi
terpaan air hujan dan angin. Air hujan akan
langsung terserap oleh humus yang berpengaruh
kepada kondisi kelembaban di dalam hutan. Air
hujan yang jatuh pada permukaan tanah selain
diserap oleh humus, laju aliran air pemukaan
terkendali kecepatannya sehingga permukaan
tanah tidak tererosi. Air yang terserap oleh humus
akan dilepas secara perlahan, sehingga
ketersediaan air dapat tercukupi meski pada
musim kemarau. Humus yang kaya akan bahan
organik (N, P, K), akan memperkaya unsur hara
tanah menjadi lebih subur.
12 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pamah monsun malar hijau adalah
pamah monsun vegetasi dengan komunitas hutan yang tumbuh
malar hijau dan berkembang pada lahan kering pamah di
wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik hutan-hutan yang selalu hijau atau
malar hijau meskipun pada musim kemarau yang
kering. Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan meskipun
perawakannya lebih kecil dan stratifikasi pohon
tidak terlalu kompleks.
Vegetasi hutan pamah monsun malar hijau
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem
(abiotik dan biotik) yang berada di bawahnya.
Komunitas vegetasi ini terletak pada wilayah yang
beriklim kering namun tegakan vegetasinya tidak
menggugurkan (merontokan) daunnya meskipun
pada musim kemarau. Banyak komunitas vegetasi
lain maupun satwa hidupnya sangat bergantung
oleh keberadaan hutan pamah monsun malar
hijau. Keragaman spesies hutan pamah monsun
malar hijau ditunjukkan dengan bentuk tajuknya
sekaligus berfungsi sebagai penyerap karbon dan
penghasil oksigen. Tajuk pohon yang sangat
beragam mampu untuk menarik uap air
menghasilkan tetesan air kondensasi oleh adanya
perbedaan suhu. Tetesan air ini kemudian jatuh
ke lantai dasar hutan diserap oleh humus yang
berasal dari serasah organik dan bahan organik
lain yang mati yang terdekomposisi. Proses ini
100
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
mengakibatkan wilayah ini menjadi lebih lembab,
dan banyak tumbuhan yang mampu tumbuh
hidup meski pada musim kemarau karena air
cukup dibawah lapisan atas tanah. Tajuk pohon
dengan dedaunan yang beragam akan mengurangi
terpaan air hujan dan angin. Dengan adanya
humus maka wilayah tersebut relatif lebih subur.
13 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pamah monsun merangas adalah
pamah monsun vegetasi dengan komunitas hutan yang tumbuh
merangas dan berkembang pada lahan kering pamah pada
wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik vegetasi hutan yang menggugurkan
daun (merangas) atau mengering pada musim
kemarau. Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan dengan
perawakan pohonnya lebih kecil serta stratifikasi
pohon tidak terlalu kompleks.
Vegetasi hutan pamah monsun merangas
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem
(abiotik dan biotik) yang berada di bawahnya.
Komunitas vegetasi ini terletak pada wilayah yang
beriklim kering, dimana tegakan vegetasinya
menggugurkan (merangas) daunnya pada musim
kemarau. Keragaman spesies hutan pamah
monsun merangas tidak terlalu tinggi, namun
pada saat musim hujan menghasilkan bahan
organik terutama dedauanan cukup lebat.
Dedaunan berfungsi sebagai penyerap karbon dan
penghasil oksigen pada saat musim hujan. Pada
saat musim kemarau dedaunan itu luruh dan
jatuh ke lantai dasar hutan menjadi serasah, cara
vegetasi menggugurkan daun agar penguapan
tidak terlalu tinggi. Karena lantai hutan mengering
maka proses dekomposisi lebih lambat, namun
serasah yang telah cukup tebal mampu menutupi
lantai hutan sehingga penguapan air dari
permukaan tanah pada lantai dasar hutan dapat
dicegah. Humus terbentuk dari serasah organik
dan bahan organik lain yang mati mulai dari
lapisan serasah paling bawah, proses ini
mengakibatkan wilayah ini menjadi lebih lembab
dan banyak tumbuhan yang mampu tetap
tumbuh hidup meski pada musim kemarau.
14 Vegetasi hutan pantai Vegetasi hutan pantai monsun adalah vegetasi
monsun yang tumbuh di wilayah pantai yang beriklim
monsun dengan komunitas vegetasi berupa
komunitas pes-caprae, dimana berkembang
spesies dominan dari semak atau komunitas
101
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
perdu dan pohon kecil. Komposisi floristik hutan
pantai seragam di seluruh Indonesia, baik yang
terdapat di kawasan beriklim basah maupun
beriklim kering (monsun). Spesies semak atau
komunitas perdu dan pohon kecil yang banyak
ditemukan di wilayah ini adalah spesies yang
mampu bertahan pada wilayah yang kering seperti
Caesalpina bonduc, Clerodendron inerme,
Colubrina asiatica, Desmodium umbellatum,
Dodonaea viscosa, Erythrina variegata,
Messerschmidia argentea, Pemphis acidula,
Pluchea indica, Premna corymbosa, Scaevola
taccada, Sophora tomentosa dan Tacca
leontopetaloides. Kelompok rumput-rumputan
sering ditemukan di wilayah ini seperti Canavallia
maritima dan Vigna marina, rerumputan
(Ischaemum muticum dan Spinifex littoreus) yang
mengering saat musim kemarau.
Vegetasi hutan pantai monsun fungsinya sebagai
pelindung bagi ekosistem pantai baik dari
gelombang air laut, angin dari laut, intrusi air laut
ke darat juga abrasi pantai. Komunitas vegetasi
hutan pantai monsun ini biasanya terletak di
belakang garis pantai. Meskipun tidak banyak
variasinya, sistem perakaran yang kuat akan
menjadikan spesies vegetasi pantai baik berupa
pohon, perdu, semak maupun spesies yang
memanjat mampu atau menjalar mampu
berfungsi menjaga kondisi ekosistem dari bencana
alam yang biasa terjadi di wilayah pantai seperti
abrasi baik yang disebakan oleh ombak, angin,
maupun tsunami.
15 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan atas monsun adalah
pegunungan atas vegetasi yang terdapat pada wilayah yang beriklim
monsun monsun dengan elevasi 2000 mdpl - 3000 mdpl.
Umumnya spesies pohonnya lebih jarang dan
lebih kerdil, berdaun berukuran kecil (mikrofil),
dengan penampakan tajuknya rapat dan
permukaan tajuk atau kanopi relatif rata. Batang
pohon ramping dan tidak lurus (bengkok-bengkok)
dan ditumbuhi lumut meskipun tidak lebat. Flora
hutan pegunungan atas monsun sangat miskin
jika dibandingkan hutan pegunungan bawah.
Spesies perdu dari suku Ericaceae lebih
mendominasi wilayah ini karena lebih tahan tahan
terhadap kondisi yang kering.
Vegetasi hutan pegunungan atas monsun ini
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
102
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
wilayah pegunungan yang umumnya berupa
batuan beku vulkanik pada ekosistem
pegunungan atas yang beriklim monsun.
Komunitas vegetasi pada ekosistem ini tidak
terlalu bervariasi, umumnya berupa perdu-perdu
kerdil, rumpun-rumpun rumput, dan kelompok
paku-pakuan. Serasah yang dihasilkan oleh
komunitas hutan ini menjadi salah satu sumber
hara utama di wilayah ini. Ketebalan humus tipis
sehingga wilayah ini relatif tandus.
Tumbuhan lumut tumbuh pada batang pohon
atau batuan vulkanik yang tersingkap hanya
ditemukan segar pada saat musim hujan, sifatnya
seperti spons sehingga mampu menyerap air. Pada
musim kemarau lumut ini mengering. Pada saat
ada hujan, sebagian besar air permukaan akan
diserap dan diikat oleh humus dengan lumut
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
permukaan lantai dasar hutan akan turun ke
bawah dan sebagian lain masuk dalam sistem
hidrologi permukaan tanah maupun bawah tanah
sebagai cadangan air.
16 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan bawah adalah
pegunungan bawah vegetasi yang terdapat pada wilayah dengan
elevasi 750-2500 mdpl. Vegetasi pada habitat ini
berupa hutan lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya spesies.
Umumnya ukuran batang pohonnya sudah
mengecil, demikian juga daunnya. Pada batang
pohon biasanya tumbuh melimpah berbagai jenis
epifit, tumbuhan memanjat dan lumut pada
batang pohon maupun substrat tanah dan batuan
di lantai dasar hutan. Jenis-jenis dari suku
Fagaceae dan Lauraceae melimpah. Jenis-jenis
pohon lain yang umumnya ditemukan antara lain
adalah Schima wallichii, Dacrycarpus imbricatus,
Turpinia pomifera, Eugenia banksii, Engelhardia
spicata, Lithocarpus spp., Quercus spp.,
Palaquium spp., dan juga paku pohon (Cyathea
spp.).
Vegetasi hutan pegunungan bawah berfungsi
sebagai penutup permukaan morfologi
pegunungan bawah dengan batuan vulkanik.
Komunitas vegetasi ini variasi spesies pohonnya
cukup melimpah, berupa tegakan pohon tinggi
ramping bertajuk yangmenghasilkan serasah daun
103
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
cukup banyak dan bersama lumut yang tumbuh
pada lantai dasar hutan membentuk komunitas
lantai dasar hutan yang lembab. Pada lantai dasar
hutan sering ditemukan semai dab merupakan
habitat yang baik bagi mikroorganisme dan satwa
perombak tanah. Tumpukan serasah di lantai
dasar hutan akan terdekomposisi secara alami
menjadi humus bersama dengan lumut yang
menyerap air. Lumut yang mati akan berubah
menjadi tanah yang kaya hara. Pada saat ada
hujan, sebagian besar air permukaan akan
diserap dan diikat oleh humus sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan. Air
yang diikat oleh humus dan lumut akan dilepas
secara bertahap dan melalui lantai dasar hutan
yang berupa batuan vulkanik akan akan turun ke
bawah masuk dalam sistem hidrologi permukaan
dan bawah tanah sebagai cadangan air. Air yang
dilepaskan akan menyebabkan proses kartstifikasi
berlangsung dan kondisi lingkungan menjadi
relatif lebih lembab dan sejuk.
17 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan bawah monsun
pegunungan bawah adalah vegetasi yang terdapat pada wilayah yang
monsun (monsoon beriklim monsun dengan elevasi 1000 mdpl - 2000
lower mountain mdpl, umumnya didominasi oleh spesies
forest) pohonnya berdaun berukuran sedang (mesofil)
dan penampakan tajuk pohon (kanopi) yang relatif
tidak rata. Beberapa spesies pohon yang
mencirikan komunitas vegetasi ini adalah
Castanopsis acuminatissima yang berasosiasi
dengan Lithocarpus spp dan Araucaria spp Pada
elevasi mendekati 1700 mdpl. Terdapat transisi ke
hutan berlumut yang dicirikan oleh hutan
Nothofagus. Sesuai dengan kondisi iklim wilayah
ini berupa monsun (kering), keragaman spesies
pada wilayah ini lebih rendah dibandingkan
dengan wilayah pegunungan bawah yang relatif
basah.
Vegetasi hutan pegunungan bawah monsun
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
pegunungan bawah dengan batuan vulkanik pada
wilayah pegunungan bawah yang beriklim kering.
Vegetasinya didominasi oleh semak, perdu dan
kelompok rumput. Vegetasi di wilayah in pada
saat musim hujan tajuknya menjadi cukup lebat
sehingga serasah daun cukup banyak. Serasah
daun Bersama lumut yang tumbuh pada lantai
dasar hutan membentuk komunitas lantai dasar
104
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
hutan yang lembab. Namun pada saat musim
kering, tumbuhan hutan maupun tumbuhan
bawah menjadi kering dan merangas. Serasah dan
lumut yangi kering menumpuk pada permukaan
atas lantai hutan. Tumpukan serasah di lantai
dasar hutan akan terdekomposisi secara perlahan
menjadi humus dan tanah tipis yang kaya hara.
Pada saat ada hujan sebagian besar air
permukaan akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang telah diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
lantai dasar hutan yang berupa batuan vulkanik
dan akan turun meresap ke bawah masuk dalam
sistem hidrologi permukaan dan bawah tanah
sebagai cadangan air.
18 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan meranggas pada bukit
pegunungan tinggi (deciduous forest on higher hills) definisi
meranggas pada operasionalnya adalah vegetasi yang terdapat pada
bukit tinggi wilayah bukit-bukit tinggi di wilayah pegunungan
(deciduous forest on yang beriklim monsun dengan elevasi >1000 m
higher hills) dpl, dimana vegetasinya lebih dari 50%
menggugurkan daun pada saat musim kemarau.
Komunitas ini terdapat di pulau Sumbawa yang
dicirikan oleh Santalum album dan Pterocarpus
indicus.
Vegetasi hutan pegunungan merangas pada
pegunungan tinggi berfungsi sebagai penutup
permukaan morfologi pegunungan bawah dengan
batuan vulkanik pada wilayah pegunungan tinggi
yang beriklim kering. Komunitas vegetasi variasi
spesies pohonnya tidak tinggi, sebagian berupa
tegakan pohon tinggi ramping bertajuk sedang.
Vegetasi di wilayah ini saat musim hujan cukup
lebat tajuknya, sehingga serasah daun cukup
banyak dan bersama lumut yang tumbuh pada
lantai dasar hutan membentuk komunitas lantai
dasar hutan yang lembab. Namun pada saat
musim kering, sebagian besar tumbuhan hutan
maupun tumbuhan bawah menjadi kering dan
menggugurkan daunnya (merangas). Serasah dan
lumut yangi kering menumpuk pada permukaan
atas lantai hutan. Tumpukan serasah di lantai
dasar hutan akan terdekomposisi secara perlahan
menjadi humus dan tanah tipis yang kaya hara.
Pada saat ada hujan sebagian besar air
permukaan, akan diserap diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
105
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
permukaan. Air yang diikat oleh humusdan lumut
akan dilepas secara bertahap dan melalui lantai
dasar hutan yang berupa batuan vulkanik akan
turun meresap ke bawah masuk dalam sistem
hidrologi permukaan dan bawah tanah sebagai
cadangan air.
19 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan subalpin monsun
pegunungan subalpin adalah vegetasi yang tumbuh menyusun
monsun komunitas hutan di ekosistem pegunungan
subalpin yang beriklim monsun. Umumnya
wilayah ini dapat ditemukan pada elevasi 2400 -
3800 mdpl. Hal yang mengindikasikan wilayah ini
relative kering adalah tidak melimpahnya lumut
pada permukaan tanah dan batuan, serta pada
dahan atau percabangan tegakan pohon.
Komunitas vegetaxi umumnya didominasi oleh
suku Ericaceae berupa pohon kecil dan perdu. Di
dalam lapisan perdu terdapat beberapa spesies
seperti Drymis piperita, Myrsine spp., Schefflera
monticola dan Symplocos cochinchinensis var.
orbicularis. Beberapa spesies pohon antara lain
Dacrycarpus compactus dan Papuacedrus
papuana namun populasinya tidak banyak.
Vegetasi hutan pegunungan subalpin monsun ini
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
batuan vulkanik tersingkap di wilayah ekosistem
pegunungan subalpin monsun. Wilayah ini
tergolong hampir tidak ada lapisan tanahnya.
Komunitas vegetasi antara lain spesies padang
rumput dengan perdu-perdu kerdil, rumpun-
rumpun rumput, paku-pakuan, lumut, dan lumut
kerak umum yang tumbuh pada sela-sela
bebatuan, rekahan batu maupun permukaan
batugamping. Sebagai produser oksigen utama di
wilayah ini, maka serasah vegetasi menjadi satu-
satunya sumber hara di lantai dasar batuan
bersama dengan bahan organik mati lain seperti
satwa yang mati akan terdekomposisi secara alami
oleh biota tanah menjadi humus. Humus sifatnya
seperti spons sehingga mampu menyerap ai
maupun uap air sehingga humus menjadi sumber
air di wilayah ini. Pada saat ada hujan, sebagian
besar air permukaan akan diserap dan diikat oleh
humus sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui permukaan
batuan vulkanik akan turun ke bawah dan
sebagian lain masuk dalam sistem hidrologi
106
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
bawah tanah sebagai cadangan air bagi wilayah di
bawahnya.
20 Vegetasi litoral Vegetasi litoral adalah kelompok komunitas yang
terdapat di sepanjang pantai berpasir atau
berbatu yang terendam air laut dengan pasang
surut harian dan terdiri atas berbagai spesies alga
dan lamun. Di beberapa tempat seperti Nusa
Tenggara Barat komunitas ganggang laut
membentuk zonasi pada hamparan pasir dan
karang dekat pantai didominasi oleh spesies dari
marga Bodlea, Chaetomorpha, Gracilaria, dan
Hypnea. Sementara itu di bagian tengah
hamparan terumbu karang komunitas didominasi
spesies dari marga Padina dan Halimeda, dan
pada tepi terumbu karang spesies yang dominan
adalah dari marga Acanthophora, Bodlea,
Chaetomorpha, Gracilaria, Laurensia dan
Turbinaria.
Vegetasi litoral berfungsi sebagai produsen primer
dan tempat memijah, mencari makan,
membesarkan atau mengasuh anakan dan tempat
berlindung bagi satwa air masin (laut). Tumbuhan
litoral seperti algae, rumput laut, komunitas
karang merupakan biota yang menghasilkan
oksigen terbesar. Beberapa satwa air baik
mamalia air laut, reptilia maupun ikan
menggunakan vegetasi litoral ini sebagai
makanannya.
21 Vegetasi mangrove Vegetasi mangrove monsun adalah vegetasi yang
monsun terdapat pada komunitas hutan yang tumbuh dan
berkembang pada habitat basah dan masin di
sepanjang pantai, terutama pantai berlumpur dan
pada muara-muara sungai besar/kecil, dan dapat
membentang sepanjang sungai besar jauh sampai
ke pedalaman. Karakteristik vegetasinya adalah
spesies ini tahan hidup di daerah kering dengan
tipe hujan D – H (index Q > 60 %) dan
evapotranspirasi melebihi curah hujan, yang
umumnya
Vegetasi hutan mangrove monsun fungsinya
sebagai pelindung bagi ekosistem pantai dan
terestrial (daratan) baik dari gelombang air laut,
angin dari laut, intrusi air laut ke darat dan juga
abrasi pantai di wilayah pantai yang beriklim
kering. Sebagai produsen primer pengguna karbon
dan penghasil oksigen. menjadikan wilayah ini
sangat nyaman bagi satwa konsumsi (produsen
sekunder). Komunitas vegetasi hutan mangrove ini
107
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
biasanya terletak di belakang garis pantai yang
biasa berupa pasir pantai dari yang berlumpur
hingga campuran lumpur dan pasir. Variasi
sistem perakaran yang kuat akan menjadikan
spesies vegetasi mangrove baik berupa pohon,
perdu, semak maupun spesies yang memanjat
mampu atau menjalar mampu berfungsi menjaga
kondisi ekosistem dari bencana alam yang biasa
terjadi di wilayah pantai seperti abrasi baik yang
disebakan oleh ombak, maupun angin, tsunami.
Komunitas vegetasi mangrove juga berperan
dalam mencegah masuknya air laut ke wilayah
daratan
22 Vegetasi nipah Vegetasi nipah monsun definisi operasionalnya
monsun adalah komunitas vegetasi dari kelompok palem
nipah (Nypa fruticans - Araceae) yang tumbuh
pada wilayah di ekosistem mangrove yang beriklim
kering (monsun), di sepanjang aliran sungai dari
muara ke arah bagian hulu sungai, dimana
tanahnya telah menjadi lebih padat (tidak lunak/
berlumpur). Wilayah ini secara alami masih
dipengaruhi oleh air pasang, sehingga airnya
masih tergolong masin (payau). Komunitas nipah
ini bisa membentuk wilayah yang sangat luas.
Vegetasi nipah monsun fungsinya sebagai
pelindung bagi ekosistem sungai yang beriklim
kering (monsun) dari gelombang air laut, angin
dari laut, intrusi air laut ke darat dan juga abrasi
pinggiran sungai. Sebagai produsen primer
pengguna karbon dan penghasil oksigen.
menjadikan wilayah ini sangat nyaman bagi satwa
konsumsi (produsen sekunder). Komunitas
vegetasi hutan nipah monsun ini biasanya terletak
di belakang garis pantai yang berlumpur hingga
campuran lumpur dan pasir. Variasi sistem
perakaran yang kuat akan menjadikan spesies
vegetasi nipah monsun mampu berfungsi menjaga
kondisi ekosistem muara sungai dari bencana
alam yang biasa terjadi di wilayah pantai seperti
abrasi baik yang disebakan oleh ombak, maupun
angin, tsunami. Komunitas vegetasi nipah juga
berperan menghasilkan bahan sumber
karbohidrat.
23 Vegetasi padang Padang rumput lahan kering pamah adalah
rumput lahan kering wilayah lahan kering yang terletak di elevasi
pamah kurang dari 1000 mdpl yang komunitas
vegetasinya berupa kelompok rerumputan
(Poaceae) atau semak pendek dengan pohon-
108
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
pohon yang tumbuh terpencar dan jarang, dengan
tajuknya yang tidak saling bersentuhan. Spesies
rumput Heteropogon contortus dan Themeda
australis seringkali mendominan, baik secara
bersama-sama maupun masing-masing berupa
komunitas murni.
Padang rumput lahan kering pamah fungsinya
adalah sebagai pelindung bagi lahan kering
dimana substartnya berupa batuan ultra basa,
batuan vulkanik, batuan karbonat pejal pada
lahan pamah sehingga lapisan tanahnya sangat
tipis. Pada kondisi seperti ini tidak banyak spesies
vegetasi pohon mampu tumbuh. Vegetasi padang
rumput yang tumbuh akan mengasilkan serasah,
yang akan menambah unsur hara pada
permukaan batuan yang memungkinkan beberapa
vegetasi lain dapat tumbuh.
24 Vegetasi padang Padang rumput lahan kering pamah monsun
rumput monsun adalah wilayah lahan kering dengan iklim monsun
pamah yang terletak di elevasi kurang dari 1000 mdpl
yang komunitas vegetasinya berupa kelompok
rerumputan (Poaceae) atau semak pendek dengan
pohon-pohon yang tumbuh terpencar dan jarang
dengan tajuknya yang tidak bersentuhan. Spesies
rumput Heteropogon contortus dan Themeda
australis seringkali mendominan, baik secara
bersama-sama maupun masing-masing berupa
komunitas murni. Karakteristik wilayah ini adalah
pada saat musim kering, hampir semua vegetasi
berwarna coklat, karena mengering dedaunnya.
Padang rumput lahan kering pamah monsun
fungsinya adalah sebagai pelindung lahan kering
dimana substartnya berupa batuan ultra basa,
batuan vulkanik, batuan karbonat pejal baik pada
lahan pamah yang beriklim kering (monsun)
sehingga lapisan tanahnya sangat tipis. Pada
kondisi seperti tidak banyak spesies vegetasi
pohon mampu tumbuh. Meskipun memerlukan
waktu lama karena kondisi iklim yang kering,
vegetasi padang rumput yang tumbuh akan
mengasilkan serasah, yang akan menambah
unsur hara pada permukaan batuan yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh.
25 Vegetasi savana Vegetasi savana monsun pamah adalah kelompok
monsun pamah komunitas vegetasi yang berupa padang rumput
atau semak pendek dengan pohon-pohon yang
tumbuh terpencar dan jarang ysng tajuknya tidak
109
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
saling bersentuhan dan tumbuh berkembang pada
wilayah lahan kering yang beriklim monsun pada
elevasi di bawah 1000 mdpl. Spesies yang
mendominasi wilayah ini antara lain adalah
rumput Heteropogon contortus. Pohon-pohon yang
biasa tumbuh dan dominan antara lain Acacia
leucophloea, Albizia chinensis, Borassus flabelifer,
Casuarina junghuhniana, Corypha gebanga dan
Schleichera oleosa.
Vegetasi savana monsun pamah fungsinya adalah
sebagai pelindung yang berupa lahan kering
dimana substartnya dapat berupa batuan ultra
basa, batuan vulkanik, batuan karbonat pejal baik
pada lahan pamah sehingga lapisan tanahnya
sangat tipis. Pada kondisi seperti tidak banyak
spesies vegetasi pohon mampu tumbuh, sehingga
tegakan pohon tumbuh terpencar-pencar diantara
rerumputan yang dominan. Vegetasi savana yang
tumbuh akan menghasilkan serasah yang
menambah unsur hara pada permukaan batuan
yang memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh.
26 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa air tawar definisi
air tawar operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah (rawa air tawar). Kawasan ini
dibanjiri secara periodik atau permanen oleh air
hujan atau air yang mengalir balik dari sungai. Air
kaya akan mineral dengan kemasaman rendah
(pH = 6 atau lebih). Wilayah ini tergolong kaya
hara dengan vegetasi terna (herba) seperti berupa
kelompok rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp., Panicum sp.,
dan Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana), kelompok pandan (Pandanus spp)
serta tegakan pohon yang jarang dan saling tidak
menutup tajuknya.
Vegetasi terna rawa air tawar berfungsi sebagai
tempat memijah, mencari makan, membesarkan
atau mengasuh anakan dan tempat berlindung
bagi satwa air tawar. Wilayah ini juga berfungsi
sebagai penyedia air tawar, meskipun rawa air
tawar sering kali tidak tergenang secara
permanen. Beberapa vegetasi terna rawanya
dihuni oleh beberapa spesies mamalia, burung,
reptilia, amfibia, yang semuanya itu berperan
110
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
dalam mendukung keseimbangan ekosistem.
Beberapa spesies migran terkadang menggunakan
wilayah ini untuk sementara selama migrasi dari
belahan utara ke selatan atau sebaliknya.
27 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa air tawar monsun definisi
air tawar monsun operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah (rawa air tawar) yang
beriklim monsun. Kawasan ini terkadang dibanjiri
oleh air hujan. Air kaya akan mineral dengan
kemasaman rendah (pH = 6 atau lebih). Wilayah
ini tergolong kaya hara dengan vegetasi terna
(herba) seperti berupa kelompok rerumputan
(Leersia hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza
spp., Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan (Cyclosorus), teki-
tekian (Thoracostachyum sumatranum dan Scleria
sp), bakung-bakungan (Hanguana), kelompok
pandan (Pandanus spp) serta tegakan pohon yang
jarang dan saling tidak menutup tajuknya.
Vegetasi terna rawa air tawar monsun berfungsi
sebagai tempat memijah, mencari makan,
membesarkan atau mengasuh anakan dan tempat
berlindung bagi satwa air tawar. Wilayah ini juga
berfungsi sebagai penyedia air tawar, meskipun
rawa air tawar sering kali tidak tergenang secara
permanen. Beberapa vegetasi terna rawanya
dihuni oleh beberapa spesies mamalia, burung,
reptilia, amfibia, yang semuanya itu berperan
dalam mendukung keseimbangan ekosistem.
Beberapa spesies migran terkadang menggunakan
wilayah ini untuk sementara selama migrasi dari
belahan utara ke selatan atau sebaliknya.
28 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa air tawar monsun pada
air tawar monsun bentang alam karst definisi operasionalnya adalah
pada bentang alam kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
karst berkembang pada wilayah lahan basah (rawa air
tawar) dan berupa bagian dari sistem bentang
alam karst yang beriklim monsun. Kawasan ini
tkaya akan mineral dengan kemasaman rendah
(pH = 6 atau lebih). Wilayah ini tergolong kaya
hara dengan vegetasi terna (herba) seperti berupa
kelompok rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp., Panicum sp.,
dan Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana), kelompok pandan (Pandanus spp)
111
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
serta tegakan pohon yang jarang dan saling tidak
menutup tajuknya. Terkadang terdapat komunitas
sagu (Metroxylon sagu) dan juga nipah (Nypa
fruticans).
Vegetasi terna rawa air tawar monsun pada
bentang alam karst berfungsi sebagai tempat
memijah, mencari makan, membesarkan atau
mengasuh anakan dan tempat berlindung bagi
satwa air tawar. Wilayah ini juga berfungsi sebagai
penyedia air tawar, meskipun rawa air tawar
sering kali tidak tergenang secara permanen dan
merupakan aliran sungai yang keluar dari mulut
gua karst. Beberapa vegetasi terna rawanya dihuni
oleh beberapa spesies mamalia, burung, reptilia,
amfibia, yang semuanya itu berperan dalam
mendukung keseimbangan ekosistem. Beberapa
spesies migran terkadang menggunakan wilayah
ini untuk sementara selama migrasi dari belahan
utara ke selatan atau sebaliknya.
29 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian danau definisi
danau operasionalnya adalah vegetasi dari kelompok
terna yang tumbuh umumnya pada tepian danau
yang airnya relatif dangkal. Beberapa spesies yang
biasa ditemukan pada wilayah ini adalah
kelompok rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp., Panicum sp.,
dan Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana).
Vegetasi terna tepian danau fungsinya adalah
sebagai pelindung yang berupa lahan basah
danau dimana substartnya dapat berupa lumpur.
Wilayah ini sering terpengaruh oleh air sungai
yang bermuara maupun outlet sungai. Pada
kondisi seperti tidak banyak spesies vegetasi
pohon mampu tumbuh, hanya kelompok herba
(rumput, teki, bakung), paku-pakuan yang
dominan. Vegetasi terna tepian danau yang
tumbuh akan mengasilkan serasah, yang akan
menambah unsur hara pada pinggiran danau
yang memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh. Beberapa spesies satwa air hidup
memijah mencari pakan dan berkembang biak di
wilayah ini. Beberapa spesies migran sering
ditemukan untuk mencari makan

112
Vegetasi Alami
No Pulau Bali dan Nusa Uraian
Tenggara
30 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna terna tepian danau pegunungan
danau pegunungan definisi operasionalnya adalah vegetasi dari
kelompok terna yang tumbuh di tepian danau
yang airnya relatif dangkal pada wilayah dengan
ekosistem pegunungan. Beberapa spesies yang
biasa ditemukan pada wilayah seperti di danau
sub alpin ini di Papua adalah kelompok
rerumputan Monostachya, teki-tekian Oreobolus
spp., terna Plantago polita, Astelia papuana,
Potentilla brassii, Eriocaulon spp.
Vegetasi terna tepian danau pegunungan
fungsinya adalah sebagai pelindung yang berupa
lahan basah danau dimana substartnya dapat
berupa lumpur di wilayah pegunungan. Wilayah
ini seringberhubungan dengan sungai di wilayah
pegunungan. Pada kondisi seperti tidak banyak
spesies vegetasi pohon mampu tumbuh, hanya
kelompok herba (rumput, teki, bakung), paku-
pakuan yang dominan. Vegetasi terna tepian
danau pegunungan yang tumbuh akan
mengasilkan serasah, yang akan menambah
unsur hara pada pinggiran danau yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh. Beberapa spesies satwa air hidup
memijah mencari pakan dan berkembang biak di
wilayah ini. Beberapa spesies migran sering
ditemukan untuk mencari makan.

113
Pulau Jawa
Vegetasi Alami
NO Deskripsi
Pulau Jawa
1 Vegetasi hutan Komunitas vegetasi yang tumbuh pada elevasi di
batuan ultrabasa bawah 1000 mdpl dengan substrat tanah yang
pamah berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka hingga ke hutan dengan tegakan pohon
lebat dan tinggi dengan komposisi floristik yang
kaya spesies.
2 Vegetasi hutan komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
batugamping pamah dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
pamah yang tumbuh pada habitat tanah batu
gamping. Tidak banyak spesies yang mampu
tumbuh beradaptasi di wilayah yang berbatu
gamping, sehingga banyak ditemukan spesies
endemik dan langka. Keragamannya bergantung
kepada tingkat kesuburan dan ketebalan tanah
dan iklim setempat, umumnya didominasi oleh
vegetasi perdu semak (pioner). Kerapatan tegakan
pohon hutan relatif jarang dengan diameter
batang yang relatif kecil serta tajuknya tidak
melebar.
3 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang berupa varian dari tipe
batugamping pamah hutan dipterokarpa pamah dan hutan non
monsun dipterokarpa pamah yang tumbuh pada habitat
tanah yang berupa batugamping yang beriklim
monsun (kering). Iklim yang kering serta media
tumbuh tipis berupa batu menyebabkan tidak
banyak spesies yang mampu tumbuh beradaptasi
di wilayah yang berbatu seperti batugamping ini,
sehingga di wilayah ini sering ditemukan spesies
endemik dan jarang ditemukan di tempat lain.
4 Vegetasi hutan komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
batugamping pamah non dipterokarpa pamah dan hutan dipterokarpa
monsun merangas pamah yang berkembang pada lahan dengan
substart batugamping pamah pada wilayah yang
beriklim monsun dengan karakteristik tegakan
pohon merangas (menggugurkan daun) pada
musim kering.
5 Vegetasi hutan komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
batugamping pamah dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
monsun merangas pamah yang berkembang pada lahan pamah
pada bentang alam bentang alam karst pada wilayah yang beriklim
karst monsun dengan karakteristik tegakan pohon
merangas (menggugurkan daun) pada musim
kering.
114
Vegetasi Alami
NO Deskripsi
Pulau Jawa
6 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang berupa varian dari tipe
batugamping pamah hutan dipterokarpa pamah dan hutan non
pada bentang alam dipterokarpa pamah yang berkembang pada lahan
karst pamah bentang alam karst. Tidak banyak spesies
yang mampu tumbuh beradaptasi di wilayah yang
berbatu gamping, sehingga banyak ditemukan
spesies endemic dan langka. Selain spesies pohon
yang tumbuh, di wilayah ini dapat ditemukan
beberapa spesies dari kelompok bambu,
tumbuhan pemanjat atau merambat berkayu,
herba rumpu dan talas-talasan yang tumbuh di
sekitar mulut gua maupun sumber air.
7 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang tumbuh dan berkembang
batugamping pada substrat batugamping pada ekosistem
pegunungan bawah pegunungan bawah dengan topografi pegunungan
pada elevasi 800 mdpl - 2000 mdpl. Umumnya
didominasi oleh spesies yang pohonnya berdaun
berukuran sedang (mesofil) dan penampakan
tajuk pohon (kanopi) relatif tidak rata. Variasi dan
keragaman spesiesnya cukup tinggi. Beberapa
kelompok spesies yang menghasilkan buah-
buahan cukup banyak ditemukan di wilayah ini.
Pada hutan yang sudah berumur tua, umumnya
lantai dasar hutannya relatif jarang ditemukan
semai pohon, kecuali kelompok herba, lumut dan
paku-pakuan.
8 Vegetasi hutan komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon
pamah (non tinggi 30–45 m, batangnya lurus dan relatif
dipterokarpa) ramping, tajuknya lebat berdaun kecil, sedang
sampai lebar dan selalu hijau, tumbuh pada
berbagai tipe tanah dengan variasi tingkat
kesuburannya pada elevasi 0 - 1000 m.
Bergantung kepada wilayah dan iklimnya
dominasi spesies pada komunitas ini adalah
bukan dari kelompok Dipterocarpaceae, umumnya
banyak ditemukan bebagai spesies pohon
penghasil buah-buahan, penghasil getah dan
minyak atsiri, dan penghasil komoditas tanaman
perkebunan (kopi, kakao, minyak nabati, serat
dll.)
9 Vegetasi hutan vegetasi dengan komunitas hutan yang tumbuh
pamah monsun dan berkembang pada lahan kering pamah di
malar hijau wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik hutan-hutan yang selalu hijau atau
malar hijau meskipun pada musim kemarau yang
kering. Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan meskipun
perawakannya lebih kecil dan stratifikasi pohon
tidak terlalu kompleks.
115
Vegetasi Alami
NO Deskripsi
Pulau Jawa
10 Vegetasi hutan vegetasi dengan komunitas hutan yang tumbuh
pamah monsun dan berkembang pada lahan kering pamah pada
merangas wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik vegetasi hutan yang menggugurkan
daun (merangas) atau mengering pada musim
kemarau. Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan dengan
perawakan pohonnya lebih kecil serta stratifikasi
pohon tidak terlalu kompleks.
11 Vegetasi hutan vegetasi dengan komunitas vegetasi di sepanjang
pantai pantai di belakang pantai pasir yang ditumbuhi
komunitas pes-caprae, dimana berkembang
spesies semak atau komunitas perdu dan pohon
kecil. Komposisi floristik hutan pantai seragam di
seluruh Indonesia, baik yang terdapat di kawasan
beriklim basah maupun beriklim kering musiman.
Spesies karakteristik wilayah ini adalah Ardisia
elliptica, Caesalpina bonduc, Clerodendron
inerme, Colubrina asiatica, Cycas rumphii,
Desmodium umbellatum, Dodonaea viscosa,
Erythrina variegata, Messerschmidia argentea,
Pemphis acidula, Pluchea indica, Premna
corymbosa, Scaevola taccada, Sophora tomentosa
dan Tacca leontopetaloides. Spesies pohon lain
juga ditemukan antara lain adalah Barringtonia
asiatica dan Calophyllum inophyllum.
12 Vegetasi hutan vegetasi yang tumbuh di wilayah pantai yang
pantai monsun beriklim monsun dengan komunitas vegetasi
berupa komunitas pes-caprae, dimana
berkembang spesies dominan dari semak atau
komunitas perdu dan pohon kecil. Komposisi
floristik hutan pantai seragam di seluruh
Indonesia, baik yang terdapat di kawasan beriklim
basah maupun beriklim kering (monsun). Spesies
semak atau komunitas perdu dan pohon kecil
yang banyak ditemukan di wilayah ini adalah
spesies yang mampu bertahan pada wilayah yang
kering seperti Caesalpina bonduc, Clerodendron
inerme, Colubrina asiatica, Desmodium
umbellatum, Dodonaea viscosa, Erythrina
variegata, Messerschmidia argentea, Pemphis
acidula, Pluchea indica, Premna corymbosa,
Scaevola taccada, Sophora tomentosa dan Tacca
leontopetaloides. Kelompok rumput-rumputan
sering ditemukan di wilayah ini seperti Canavallia
maritima dan Vigna marina, rerumputan
(Ischaemum muticum dan Spinifex littoreus) yang
mengering saat musim kemarau.

116
Vegetasi Alami
NO Deskripsi
Pulau Jawa
13 Vegetasi hutan vegetasi yang terdapat pada wilayah dengan
pegunungan atas elevasi 2000 mdpl - 3000 mdpl. Umumnya spesies
pohonnya berdaun berukuran kecil (mikrofil),
dengan penampakan tajuknya rapat dan
permukaan tajuk (kanopi) relatif rata dan batang
pohon ramping, tidak lurus batangnya (bengkok-
bengkok) dan banyak ditumbuh lumut. Flora
hutan pegunungan atas lebih miskin daripada
hutan pegunungan bawah. Marga-marga yang
umum antara lain adalah Daphniphyllum,
Dacrycarpus, Drimys, Elaeocarpus, Eurya,
Papuacedrus, Pittosporum, Podocarpus, Quintinia,
Myrsine, Saurauia, dan Symplocos.
14 Vegetasi hutan vegetasi yang terdapat pada wilayah yang beriklim
pegunungan atas monsun dengan elevasi 2000 mdpl - 3000 mdpl.
monsun Umumnya spesies pohonnya lebih jarang dan
lebih kerdil, berdaun berukuran kecil (mikrofil),
dengan penampakan tajuknya rapat dan
permukaan tajuk atau kanopi relatif rata. Batang
pohon ramping dan tidak lurus (bengkok-bengkok)
dan ditumbuhi lumut meskipun tidak lebat. Flora
hutan pegunungan atas monsun sangat miskin
jika dibandingkan hutan pegunungan bawah.
Spesies perdu dari suku Ericaceae lebih
mendominasi wilayah ini karena lebih tahan tahan
terhadap kondisi yang kering.
15 Vegetasi hutan vegetasi yang terdapat pada wilayah dengan
pegunungan bawah elevasi 750-2500 mdpl. Vegetasi pada habitat ini
berupa hutan lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya spesies.
Umumnya ukuran batang pohonnya sudah
mengecil, demikian juga daunnya. Pada batang
pohon biasanya tumbuh melimpah berbagai jenis
epifit, tumbuhan memanjat dan lumut pada
batang pohon maupun substrat tanah dan batuan
di lantai dasar hutan. Jenis-jenis dari suku
Fagaceae dan Lauraceae melimpah. Jenis-jenis
pohon lain yang umumnya ditemukan antara lain
adalah Schima wallichii, Dacrycarpus imbricatus,
Turpinia pomifera, Eugenia banksii, Engelhardia
spicata, Lithocarpus spp., Quercus spp.,
Palaquium spp., dan juga paku pohon (Cyathea
spp.).
16 Vegetasi hutan vegetasi yang terdapat pada wilayah yang beriklim
pegunungan bawah monsun dengan elevasi 1000 mdpl - 2000 mdpl,
monsun (monsoon umumnya didominasi oleh spesies pohonnya
lower mountain berdaun berukuran sedang (mesofil) dan
forest) penampakan tajuk pohon (kanopi) yang relatif

117
Vegetasi Alami
NO Deskripsi
Pulau Jawa
tidak rata. Beberapa spesies pohon yang
mencirikan komunitas vegetasi ini adalah
Castanopsis acuminatissima yang berasosiasi
dengan Lithocarpus spp dan Araucaria spp Pada
elevasi mendekati 1700 mdpl. Terdapat transisi ke
hutan berlumut yang dicirikan oleh hutan
Nothofagus. Sesuai dengan kondisi iklim wilayah
ini berupa monsun (kering), keragaman spesies
pada wilayah ini lebih rendah dibandingkan
dengan wilayah pegunungan bawah yang relatif
basah.
17 Vegetasi hutan vegetasi yang terdapat pada wilayah bukit-bukit
pegunungan tinggi di wilayah pegunungan yang beriklim
meranggas pada monsun dengan elevasi >1000 m dpl, dimana
bukit tinggi vegetasinya lebih dari 50% menggugurkan daun
(deciduous forest on pada saat musim kemarau. Komunitas ini
higher hills) terdapat di pulau Sumbawa yang dicirikan oleh
Santalum album dan Pterocarpus indicus.
18 Vegetasi hutan vegetasi yang tumbuh menyusun komunitas
pegunungan hutan di ekosistem pegunungan subalpin.
subalpin Umumnya wilayah ini dapat ditemukan pada
elevasi 2400 - 3800 mdpl. dengan indikasi
banyaknya lumut pada permukaan tanah dan
singkapan batuan serta pada dahan atau
percabangan tegakan pohon yang kerdil. Beberapa
komunitas umumnya didominasi oleh suku
Ericaceae, baik yang berupa pohon kecil, perdu
maupun epifit yang menempel pada tebing batuan
tegakan batang pohon. Dalam lapisan perdu
terdapat beberapa spesies seperti Drymis piperita,
Myrsine spp., Schefflera monticola dan Symplocos
cochinchinensis var. orbicularis. Beberapa spesies
pohon antara lain Dacrycarpus compactus dan di
beberapa tempat ditemukan Papuacedrus
papuana sebagai spesies yang dominan.
19 Vegetasi hutan rawa kelompok komunitas vegetasi yang menempati
air tawar kawasan aliran sungai-sungai besar yang
wilayahnya dibanjiri secara periodik atau
permanen oleh air hujan atau air yang mengalir
balik dari sungai. Air kaya akan mineral dengan
kemasaman rendah (pH = 6 atau lebih). Beberapa
spesies pohon yang banyak ditemukan adalah
seperti Campnosperma brevipetiolatum cenderung
membuat tegakan murni. Jenis pohon lain yang
banyak terdapat di hutan ini adalah spesies yang
termasuk marga Alstonia, Barringtonia,
Campnosperma, Dillenia, Eugenia, Mangifera,
Neesia, Pholidocarpus dan Shorea.

118
Vegetasi Alami
NO Deskripsi
Pulau Jawa
20 Vegetasi hutan kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
tepian sungai berkembang pada wilayah lahan basah yang
terdapat di bantaran sungai atau wilayah di
sekitar aliran sungai sehingga sering tergenang,
terkena arus sungai dan pengaruh sedimen yang
terbawa oleh air sungai. Vegetasi jenis sagu dan
pandan seringkali membentuk lapisan bawah yang
lebat.
21 Vegetasi hutan kelompok komunitas vegetasi yang tumbuh dan
tepian sungai malar berkembang di tepi aliran sungai atau wilayah di
hijau sekitar aliran sungai sehingga sering tergenang,
terkena arus sungai dan pengaruh sedimen yang
terbawa oleh air sungai. Vegetasi sagu dan pandan
seringkali membentuk lapisan bawah yang lebat.
Beberapa spesies marga dari Alstonia,
Barringtonia, Campnosperma, Dillenia, Eugenia,
Mangifera, Neesia, dan Pholidocarpus.
22 Vegetasi mangrove vegetasi yang terdapat pada komunitas hutan
yang tumbuh dan berkembang pada habitat basah
dan masin di sepanjang pantai, terutama pantai
berlumpur dan pada muara-muara sungai besar
atau sungai kecil, dan dapat membentang
sepanjang sungai besar jauh sampai ke
pedalaman. Kekayaan jenis tumbuhan hutan
mangrove rendah. Jumlah jenis seluruhnya hanya
sekitar 60, termasuk 38 jenis yang berupa pohon
mangrove sejati. Jenis-jenis utama termasuk
Avicennia alba, Avicennia officinalis, Bruguiera
gymnorrhiza, Bruguiera eriopetala, Ceriops
decandra, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa,
Lumnitzera littorea, Nypa fruticans, Rhizophora
apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora
stylosa, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris,
Sonneratia ovata, Xylocarpus granatum dan
Xylocarpus moluccensis.
23 Vegetasi mangrove vegetasi yang terdapat pada komunitas hutan
monsun yang tumbuh dan berkembang pada habitat basah
dan masin di sepanjang pantai, terutama pantai
berlumpur dan pada muara-muara sungai
besar/kecil, dan dapat membentang sepanjang
sungai besar jauh sampai ke pedalaman.
24 Vegetasi savana kelompok komunitas vegetasi pada lahan kering
lahan kering pamah yang berupa padang rumput atau semak pendek
dengan pohon-pohon yang tumbuh terpencar dan
jarang, tajuknya tidak saling bersentuhan yang
tumbuh dan berkembang pada wilayah lahan
lahan kering yang beriklim monsun pada elevasi di
bawah 1000 m dpl. Spesies yang mendominasi
antara lain adalah rumput Heteropogon contortus.
119
Vegetasi Alami
NO Deskripsi
Pulau Jawa
Pohon-pohon yang biasa tumbuh dan dominan di
savana antara lain Acacia leucophloea, Albizia
chinensis, Borassus flabelifer, Casuarina
junghuhniana, Corypha gebanga dan Schleichera
oleosa.
25 Vegetasi savana kelompok komunitas vegetasi yang berupa padang
monsun pamah rumput atau semak pendek dengan pohon-pohon
yang tumbuh terpencar dan jarang ysng tajuknya
tidak saling bersentuhan dan tumbuh
berkembang pada wilayah lahan kering yang
beriklim monsun pada elevasi di bawah 1000
mdpl. Spesies yang mendominasi wilayah ini
antara lain adalah rumput Heteropogon contortus.
Pohon-pohon yang biasa tumbuh dan dominan
antara lain Acacia leucophloea, Albizia chinensis,
Borassus flabelifer, Casuarina junghuhniana,
Corypha gebanga dan Schleichera oleosa.
26 Vegetasi terna rawa kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
air tawar berkembang pada wilayah lahan basah (rawa air
tawar). Kawasan ini dibanjiri secara periodik atau
permanen oleh air hujan atau air yang mengalir
balik dari sungai. Air kaya akan mineral dengan
kemasaman rendah (pH = 6 atau lebih). Wilayah
ini tergolong kaya hara dengan vegetasi terna
(herba) seperti berupa kelompok rerumputan
(Leersia hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza
spp., Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan (Cyclosorus), teki-
tekian (Thoracostachyum sumatranum dan Scleria
sp), bakung-bakungan (Hanguana), kelompok
pandan (Pandanus spp) serta tegakan pohon yang
jarang dan saling tidak menutup tajuknya.
27 Vegetasi terna rawa kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
monsun berkembang pada wilayah lahan basah (rawa air
tawar) yang beriklim monsun. Kawasan ini
terkadang dibanjiri oleh air hujan. Air kaya akan
mineral dengan kemasaman rendah (pH = 6 atau
lebih). Wilayah ini tergolong kaya hara dengan
vegetasi terna (herba) seperti berupa kelompok
rerumputan (Leersia hexandra, Echinochloa
stagnina, Oryza spp., Panicum sp., dan
Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana), kelompok pandan (Pandanus spp)
serta tegakan pohon yang jarang dan saling tidak
menutup tajuknya.

120
Vegetasi Alami
NO Deskripsi
Pulau Jawa
28 Vegetasi terna tepian vegetasi dari kelompok terna yang tumbuh
danau umumnya pada tepian danau yang airnya relatif
dangkal. Beberapa spesies yang biasa ditemukan
pada wilayah ini adalah kelompok rerumputan
(Leersia hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza
spp., Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan (Cyclosorus), teki-
tekian (Thoracostachyum sumatranum dan Scleria
sp), bakung-bakungan (Hanguana).
29 Vegetasi terna tepian kelompok komunitas tumbuhan terna yang
sungai tumbuh dan berkembang pada wilayah lahan
basah yang terdapat di bantaran sungai atau
wilayah di sekitar aliran sungai sehingga sering
tergenang, terkena arus sungai dan pengaruh
sedimen yang terbawa oleh air sungai. Berbagai
spesies rumput tinggi, seperti Phragmites karka
dan Saccharum robustum, dapat ditemukan
dalam komunitas tepi sungai di Papua.

121
Pulau Kalimantan
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Kalimantan
1 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa adalah
batuan ultrabasa komunitas vegetasi yang tumbuh pada tanah yang
berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka hingga ke hutan lebat dan tinggi dengan
komposisi floristik yang kaya spesies. Vegetasi
hutan ini berfungsi sebagai penutup permukaan
pada lahan yang komposisinya berupa batuan
beku yang mengandung besi, magnesium, silika,
kobal dan krom yang sejatinya miskin hara.
Serasah yang dihasilkan oleh padang rumput,
vegetasi semak terbuka hingga spesies pohon
hutan lebat dan tinggi terdekomposisi menjadi
humus hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan dan memperlambat
laju air permukaan tanah
2 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah adalah
batugamping pamah komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
pamah yang tumbuh pada habitat tanah batu
gamping. Tidak banyak spesies yang mampu
tumbuh beradaptasi di wilayah yang berbatu
gamping, sehingga banyak ditemukan spesies
endemik dan langka. Keragamannya bergantung
kepada tingkat kesuburan dan ketebalan tanah
dan iklim setempat, umumnya didominasi oleh
vegetasi perdu semak (pioner). Kerapatan tegakan
pohon hutan relatif jarang dengan diameter
batang yang relatif kecil serta tajuknya tidak
melebar.
3 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang
batugamping pamah alam karst adalah komunitas vegetasi yang berupa
pada bentang alam varian dari tipe hutan dipterokarpa pamah dan
karst hutan non dipterokarpa pamah yang berkembang
pada lahan pamah bentang alam karst. Tidak
banyak spesies yang mampu tumbuh beradaptasi
di wilayah yang berbatu gamping, sehingga
banyak ditemukan spesies endemic dan langka.
Selain spesies pohon yang tumbuh, di wilayah ini
dapat ditemukan beberapa spesies dari kelompok
bambu, tumbuhan pemanjat atau merambat
berkayu, herba rumpu dan talas-talasan yang
tumbuh di sekitar mulut gua maupun sumber air.
Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang
122
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Kalimantan
alam karst berfungsi sebagai penutup permukaan
lahan yang morfologi karst dan singkapan batuan
batugamping. Lapisan tanahnya secara fisik
tergolong tipis dan miskin hara, namun kondisi
yang lembab oleh adanya air yang keluar dari
mulut gua menyebabkan lebih banyak tumbuhan
yang bisa tumbuh mulai dari kelompok lumut,
paku-pakuan, tumbuhan epifit, kelompok herba
seperti rumpun-rumpun rumput, talas, bambu,
semak serta perdu, tumbuhan pemanjat serta
kelompok palem sampai pohon kayu yang besar.
Akar pepohonan tersebut memperangkap humus
yang berasal dari serasah kering dan percabangan
semak yang mati. Tumpukan bahan organik di
lantai dasar hutan akan terdekomposisi oleh biota
tanah dan menjadi tanah humus. Humus seperti
spons, akan menyerap air sehingga terasa lebih
lembab oleh kandungan air, dan akan
mempengaruhi suasana sejuk di sekitarnya. Pada
saat hujan, sebagian besar air permukaan pada
permukaan luar karst (eksokarst) akan diserap
dan diikat oleh humus sehingga mengurangi laju
derasnya aliran permukaan pada lereng
perbukitan karst. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap sebagai cadangan air.
Selain itu air akan bereaksi dengan batugamping
sehingga terurai karbonatnya menjadi batuan
gamping yang lapuk (melunak). Humus yang sifat
relatif lebih asam dengan kabonat yang lebih basa
menjadikan batuan karbonat melapuk bersama
humus menjadi netral dan relatif lebih kaya unsur
haranya sehingga beberapa spesies tumbuh dapat
tumbuh.
4 Vegetasi hutan danau Vegetasi hutan danau adalah vegetasi berupa
tegakan pohon dan komunitasnya yang tumbuh
umumnya pada tepian danau yang airnya relatif
dangkal. Beberapa spesies pohon yang umumnya
tumbuh adalah dari kelompok Anacardiaceae,
Myrtaceae (Eucalyptus spp), Dilleniaceae,
Lecythidaceae (Baringtonia spp. Araceae
(Metroxyllon sagu)
Vegetasi hutan danau fungsinya sebagai
penangkap sedimentasi berupa lumpur, pasir,
batu maupun bahan lain yang diakibatkan oleh
aliran air baik dari sungai maupun air
permukaan. Beberapa spesiesnya memiliki sistem
perakaran yang menciptakan kualitas perairan
dan habitat bagi kehidupan satwa air untuk
bersarang, berkembangbiak dan sebagai tempat
123
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Kalimantan
pengasuhan anakan satwa. Serasah dan kayu
yang mati menghasilkan bahan organik yang
meningkatkan nutrisi hara untuk pakan satwa
maupun semai tumbuhan komunitas vegetasi
hutan danau.
5 Vegetasi hutan Vegetasi hutan dipterokarpa pamah adalah
dipterokarpa pamah komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon
tinggi 30–60 m, batangnya lurus dan relatif
ramping, tajuknya lebat berdaun sedang sampai
lebar dan selalu hijau, pada tanah podsolik merah
kuning dan gugus tanah asosiasinya yang
beraneka ragam (kompleks) pada elevasi 0 - 1000
m. Tanah Podsolik Merah Kuning adalah tanah
yang telah mengalami pelapukan dan pelindian
sangat hebat dan banyak mengandung oksida besi
dan aluminium dan umumnya kurang subur.
Meskipun demikian secara alami keragaman
spesies di ekosistem hutan dipterokarpa ini cukup
tinggi, namun dominasi spesies pada komunitas
hutan ini adalah kelompok Dipterocarpaceae
6 Vegetasi hutan Vegetasi hutan gambut adalah vegetasi yang
gambut tumbuh pada substrat yang berupa gambut yang
cembung (dome/kubah) sehingga lahannya sudah
jarang tergenang oleh air. Fisik tanahnya berupa
lempung, meskipun sudah jarang terendam air
masih mengandung sulfida dan garam sehingga
merupakan racun bagi mikroorganisme yang
biasanya merombak bahan organik. Oleh karena
itu serasah dan bagian dari kayu dan cabang
pohon yang mati tidak terdekomposisi dengan
sempurna. Kanopi hutan gambut ini pada
umumnya terbuka dan tingginya seragam hingga
30 m, tidak banyak pohon yang tingginya mencua.
Jenis yang dominan bervariasi menurut lokasi,
seperti Alstonia scholaris, Terminalia complanata,
Terminalia copelandii dan Vatica rassak.
7 Vegetasi hutan Vegetasi hutan kerangas pamah adalah vegetasi
kerangas pamah yang tumbuh pada tanah podsol (spodosol) kering
yang berasal dari bahan induk silika bertekstur
kasar yang sangat masam, sangat mudah
menyerap air dan berdrainase baik, meskipun
terkadang tergenang air karena lapisan bawahnya
padat. Umumnya terdapat di kawasan hutan
hujan lahan pamah pada elevasi 0 – 800 mdpl,
mempunyai lapisan humus kasar atau lapisan
kelabu tua berpasir, sistem perakaran vegetasi
sebagian besar terdapat pada lapisan ini, akar
tumbuhan menembus langsung ke serasah yang
terdekomposisi, sehingga hara diserap oleh
124
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Kalimantan
tumbuhan diperoleh langsung dari bahan organik
mati tanpa melalui penyimpanan dalam tanah
mineral. Selama proses ini, jamur mikoriza banyak
berperan juga dalam penyerapan hara. Vegetasi
hutan ini tampak perwakan tajuk dan tingginya
sama meski berasal dari beberapa spesies yang
berbeda. Beberapa jenis dapat mencirikan hutan
ini seperti Baeckia frutescens, Casuarina nobillis,
Cotylelobium burckii, C. malayanum, Cratoxylum
glaucum, C. arborescens, Combretocarpus
rotundatus, Dactylocladus stenostachys,
Dacrydium elatum, Tristania obovata dan
Whiteodendron moultonianum.
8 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) adalah
pamah (non komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon
dipterokarpa) tinggi 30–45 m, batangnya lurus dan relatif
ramping, tajuknya lebat berdaun kecil, sedang
sampai lebar dan selalu hijau, tumbuh pada
berbagai tipe tanah dengan variasi tingkat
kesuburannya pada elevasi 0 - 1000 m.
Bergantung kepada wilayah dan iklimnya
dominasi spesies pada komunitas ini adalah
bukan dari kelompok Dipterocarpaceae, umumnya
banyak ditemukan bebagai spesies pohon
penghasil buah-buahan, penghasil getah dan
minyak atsiri, dan penghasil komoditas tanaman
perkebunan (kopi, kakao, minyak nabati, serat
dll.)
9 Vegetasi hutan pantai Vegetasi hutan pantai adalah vegetasi dengan
komunitas vegetasi di sepanjang pantai di
belakang pantai pasir yang ditumbuhi komunitas
pes-caprae, dimana berkembang spesies semak
atau komunitas perdu dan pohon kecil. Komposisi
floristik hutan pantai seragam di seluruh
Indonesia, baik yang terdapat di kawasan beriklim
basah maupun beriklim kering musiman. Spesies
karakteristik wilayah ini adalah Ardisia elliptica,
Caesalpina bonduc, Clerodendron inerme,
Colubrina asiatica, Cycas rumphii, Desmodium
umbellatum, Dodonaea viscosa, Erythrina
variegata, Messerschmidia argentea, Pemphis
acidula, Pluchea indica, Premna corymbosa,
Scaevola taccada, Sophora tomentosa dan Tacca
leontopetaloides. Spesies pohon lain juga
ditemukan antara lain adalah Barringtonia
asiatica dan Calophyllum inophyllum.

125
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Kalimantan
10 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan bawah adalah
pegunungan bawah vegetasi yang terdapat pada wilayah dengan
elevasi 750-2500 mdpl. Vegetasi pada habitat ini
berupa hutan lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya spesies.
Umumnya ukuran batang pohonnya sudah
mengecil, demikian juga daunnya. Pada batang
pohon biasanya tumbuh melimpah berbagai jenis
epifit, tumbuhan memanjat dan lumut pada
batang pohon maupun substrat tanah dan batuan
di lantai dasar hutan. Jenis-jenis dari suku
Fagaceae dan Lauraceae melimpah. Jenis-jenis
pohon lain yang umumnya ditemukan antara lain
adalah Schima wallichii, Dacrycarpus imbricatus,
Turpinia pomifera, Eugenia banksii, Engelhardia
spicata, Lithocarpus spp., Quercus spp.,
Palaquium spp., dan juga paku pohon (Cyathea
spp.).
11 Vegetasi hutan rawa Vegetasi terna rawa air payau adalah kelompok
air payau komunitas vegetasi yang tumbuh dan berkembang
pada lahan basah yang secara periodik atau
permanen digenangi oleh air payau dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Biasanya
di wilayah ini berkembang komunitas pandan
antara lain adalah Pandanus hollrungii, P.
hysterix, P. kaernbachii, P. lauterbachii, P.
leiophyllus, P. scabribracteatus dan P. tectorius.
Beberapa spesies pohon yang tumbuh di wilayah
ini adalah Terminalia copelandii, Hopea
novoguineenis, Garcinia dulcis, Polyosma, Rhus
taitensis, dan Alstonia scholaris.
12 Vegetasi hutan rawa Vegetasi hutan rawa air tawar adalah kelompok
air tawar komunitas vegetasi yang menempati kawasan
aliran sungai-sungai besar yang wilayahnya
dibanjiri secara periodik atau permanen oleh air
hujan atau air yang mengalir balik dari sungai. Air
kaya akan mineral dengan kemasaman rendah
(pH = 6 atau lebih). Beberapa spesies pohon yang
banyak ditemukan adalah seperti Campnosperma
brevipetiolatum cenderung membuat tegakan
murni. Jenis pohon lain yang banyak terdapat di
hutan ini adalah spesies yang termasuk marga
Alstonia, Barringtonia, Campnosperma, Dillenia,
Eugenia, Mangifera, Neesia, Pholidocarpus dan
Shorea.

126
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Kalimantan
13 Vegetasi hutan tepian Vegetasi hutan tepian sungai payau adalah
sungai payau kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang pada wilayah lahan basah di
bantaran sungai atau di sekitar aliran sungai yang
dipengaruhi oleh air pasang dan surut laut
sehingga sering tergenang. Kelompok palem
(Arecaceae) seperti nipah (Nypa fruticans) banyak
terdapat di wilayah ini. Terkadang komunitas
rotan dan pandan seringkali membentuk lapisan
bawah yang lebat.
Vegetasi hutan rawa tepian sungai air payau
berfungsi sebagai tempat memijah, mencari
makan, membesarkan atau mengasuh anakan
dan tempat berlindung bagi satwa air payau.
Meskipun wilayah ini tidak tergenang sepanjang
tahun namun beberapa spesies satwa air laut
bermigrasi ke air payau untuk memijah dan
demikian pula sebaliknya satwa air payau
memijah di air laut. Tumbuhan hutan rawa tepian
sungai air payau menjadi pembatas antara air
asin dan air tawar, sehingga air asin tidak masuk
kedalam air tawar
14 Vegetasi litoral Vegetasi litoral adalah kelompok komunitas yang
terdapat di sepanjang pantai berpasir atau
berbatu yang terendam air laut dengan pasang
surut harian dan terdiri atas berbagai spesies alga
dan lamun. Di beberapa tempat seperti Nusa
Tenggara Barat komunitas ganggang laut
membentuk zonasi pada hamparan pasir dan
karang dekat pantai didominasi oleh spesies dari
marga Bodlea, Chaetomorpha, Gracilaria, dan
Hypnea. Sementara itu di bagian tengah
hamparan terumbu karang komunitas didominasi
spesies dari marga Padina dan Halimeda, dan
pada tepi terumbu karang spesies yang dominan
adalah dari marga Acanthophora, Bodlea,
Chaetomorpha, Gracilaria, Laurensia dan
Turbinaria.
15 Vegetasi mangrove Vegetasi mangrove adalah vegetasi yang terdapat
pada komunitas hutan yang tumbuh dan
berkembang pada habitat basah dan masin di
sepanjang pantai, terutama pantai berlumpur dan
pada muara-muara sungai besar atau sungai
kecil, dan dapat membentang sepanjang sungai
besar jauh sampai ke pedalaman. Kekayaan jenis
tumbuhan hutan mangrove rendah. Jumlah jenis
seluruhnya hanya sekitar 60, termasuk 38 jenis
yang berupa pohon mangrove sejati. Jenis-jenis
utama termasuk Avicennia alba, Avicennia
127
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Kalimantan
officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera
eriopetala, Ceriops decandra, Ceriops tagal,
Lumnitzera racemosa, Lumnitzera littorea, Nypa
fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba,
Sonneratia caseolaris, Sonneratia ovata,
Xylocarpus granatum dan Xylocarpus
moluccensis.
16 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa air payau definisi
air payau operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan terna yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan basah rawa di bantaran
sungai maupun wilayah di sekitar aliran sungai.
Wilayah tersebut dipengaruhi oleh air pasang dan
surut laut sehingga sering tergenang. Pada rawa
yang agak dalam Saccharum robustum dan
Phragmites karka biasa ditemukan di wilayah ini
sedangkan pada lokasi yang dangkal biasa
ditumbuhi kelompok rumput rawa Leersia. Pohon
palem seperti nipah (Nypa fruticans) banyak
terdapat di wilayah ini. Terkadang komunitas
pandan seringkali membentuk lapisan bawah yang
lebat.
17 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa air tawar definisi
air tawar operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah (rawa air tawar). Kawasan ini
dibanjiri secara periodik atau permanen oleh air
hujan atau air yang mengalir balik dari sungai. Air
kaya akan mineral dengan kemasaman rendah
(pH = 6 atau lebih). Wilayah ini tergolong kaya
hara dengan vegetasi terna (herba) seperti berupa
kelompok rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp., Panicum sp.,
dan Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana), kelompok pandan (Pandanus spp)
serta tegakan pohon yang jarang dan saling tidak
menutup tajuknya
18 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa gambut definisi
gambut operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah rawa gambut yang dominasi
vegetasi terna seperti dari spesies rumput agak
tinggi seperti Echinochloa praestans, Hymenachne
acutigluma, Ischaemum polystachyum, Leersia
hexandria, Brachiaria mutica, Panicum auritum
dan Panicum paludosum. Spesies tersebut dapat
128
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Kalimantan
bercampur dengan spesies lain seperti Hanguana
malayana dan Typha orientali, atau jenis paku-
pakuan seperti Stenochaena, Nephrolepis,
Ceratopteris thalictroides, Ampelopteris prolifera
dan Cyclosorus interruptus. Seringkali kelompok
vegetasi ternanya membentuk pulau mengapung
19 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian danau definisi
danau operasionalnya adalah vegetasi dari kelompok
terna yang tumbuh umumnya pada tepian danau
yang airnya relatif dangkal. Beberapa spesies yang
biasa ditemukan pada wilayah ini adalah
kelompok rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp., Panicum sp.,
dan Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana).
20 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian sungai definisi
sungai operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan terna yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan basah yang terdapat di
bantaran sungai atau wilayah di sekitar aliran
sungai sehingga sering tergenang, terkena arus
sungai dan pengaruh sedimen yang terbawa oleh
air sungai. Berbagai spesies rumput tinggi, seperti
Phragmites karka dan Saccharum robustum,
dapat ditemukan dalam komunitas tepi sungai di
Papua
21 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian sungai payau definisi
sungai payau operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan terna yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan basah yang terdapat di
bantaran sungai atau wilayah di sekitar aliran
sungai sehingga sering tergenang, terkena arus
pasang surut air laut. Biasanya wilayah ini
banyak ditumbuhi dengan beberapa rerumputan
(Leersia hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza
spp., Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan (Cyclosorus), teki-
tekian (Thoracostachyum sumatranum dan Scleria
sp), bakung-bakungan (Hanguana), kelompok
pandan (Pandanus spp).

129
Pulau Sumatera
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
1 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa adalah
batuan ultrabasa komunitas vegetasi yang tumbuh pada tanah yang
berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka hingga ke hutan lebat dan tinggi dengan
komposisi floristik yang kaya spesies. Vegetasi
hutan ini berfungsi sebagai penutup permukaan
pada lahan yang komposisinya berupa batuan
beku yang mengandung besi, magnesium, silika,
kobal dan krom yang sejatinya miskin hara.
Serasah yang dihasilkan oleh padang rumput,
vegetasi semak terbuka hingga spesies pohon
hutan lebat dan tinggi terdekomposisi menjadi
humus hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan dan memperlambat
laju air permukaan tanah.
2 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah adalah
batuan ultrabasa komunitas vegetasi yang tumbuh pada elevasi di
pamah bawah 1000 mdpl dengan substrat tanah yang
berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka hingga ke hutan dengan tegakan pohon
lebat dan tinggi dengan komposisi floristik yang
kaya spesies. Vegetasi hutan batuan ultrabasa
pamah ini berfungsi sebagai penutup permukaan
pada lahan pamah yang komposisinya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan terdekomposisi menjadi humus
hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan sehingga laju air
permukaan tanah dapat diperlambat.
3 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
batuan ultrabasa adalah komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pegunungan elevasi di atas 800 - 1000 m dpl dengan substrat
tanah yang berasal dari serpentinit dengan
kandungan besi dan magnesium tinggi,
kandungan silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang beracun bagi
tumbuhan (phytotoxins), terutama kobal dan
130
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
krom. Vegetasi pada habitat ini dapat berupa
padang rumput, vegetasi semak terbuka hingga ke
tegakan pohon hutan dengan komposisi floristik
didominasi oleh pohon dengan ukuran pendek
yang ditumbuhi lumut. Vegetasi hutan
pegunungan ini berfungsi sebagai penutup
permukaan wilayah pegunungan yang komposisi
lahannya berupa batuan beku yang mengandung
besi, magnesium, silika, kobal dan krom yang
miskin hara. Serasah yang dihasilkan oleh
vegetasi padang rumput, vegetasi semak terbuka
hingga ke tegakan pohon hutan terdekomposisi
menjadi humus hara tanah serta humus berperan
dalam menyerap sebagian air hujan sehingga laju
air permukaan tanah dapat diperlambat.
4 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
batuan ultrabasa bawah adalah komunitas vegetasi yang tumbuh
pegunungan bawah pada elevasi 750 - 2500 mdpl dengan substrat
tanah berasal dari serpentinit dengan kandungan
besi dan magnesium tinggi, kandungan silika
rendah, serta dicirikan oleh kandungan tinggi
unsur-unsur yang beracun bagi tumbuhan
(phytotoxins), terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini dapat berupa hutan lebat dengan
tajuk yang tidak rata dengan komposisi floristik
yang kaya spesies. Vegetasi hutan pegunungan
bawah ini berfungsi sebagai penutup permukaan
wilayah pegunungan yang komposisinya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan oleh tegakan pohon hutan dengan
floristik beragam terdekomposisi menjadi humus
hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan sehingga laju air
permukaan tanah dapat diperlambat.
5 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah adalah
batugamping pamah komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
pamah yang tumbuh pada habitat tanah batu
gamping. Tidak banyak spesies yang mampu
tumbuh beradaptasi di wilayah yang berbatu
gamping, sehingga banyak ditemukan spesies
endemik dan langka. Keragamannya bergantung
kepada tingkat kesuburan dan ketebalan tanah
dan iklim setempat, umumnya didominasi oleh
vegetasi perdu semak (pioner). Kerapatan tegakan
pohon hutan relatif jarang dengan diameter
batang yang relatif kecil serta tajuknya tidak
melebar.
131
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
6 Vegetasi hutan -
batugamping pamah
pada bentang alam
karst
7 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah berfungsi
batugamping sebagai penutup permukaan lahan yang morfologi
pegunungan bawah berupa batuan batugamping. Lapisan tanahnya
secara fisik tergolong sangat tipis dan miskin
hara. Pada wilayah ini vegetasinya terdiri atas
rumpun-rumpun rumput, bambu dan semak serta
perdu pioner. Secara alami serasah kering dan
percabangan semak yang mati tertumpuk di lantai
dasar hutan akan terdekomposisi menjadi humus
yang menyerap air sehingga terasa lebih lembab
oleh kandungan air. Pada saat ada hujan sebagian
besar air permukaan, akan diserap diikat oleh
humus sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan pada lereng perbukitan. Air yang
diikat oleh humus akan dilepas secara bertahap
sebagai cadangan air. Selain itu air akan bereaksi
dengan batugamping sehingga terurai
karbonatnya menjadi batuan gamping yang lapuk
(melunak). Humus yang sifat relatif lebih asam
dengan kabonat yang lebih basa menjadikan
batuan karbonat melapuk bersama humus
menjadi lebih netral keasamannya. Bahan ini
menjadi tanah yang relatif lebih kaya haranya,
sehingga beberapa spesies tumbuh dapat tumbuh.
8 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pegunungan pada
batugamping bentang alam karst adalah vegetasi yang tumbuh
pegunungan pada menyusun komunitas hutan batugamping baik
bentang alam karst pada substrat batuan gamping maupun bentang
lahan karst di ekosistem pegunungan. Umumnya
terdapat pada elevasi di atas 1000 mdpl.
Komunitas vegetasi spesies pohonnya berupa
tegakan pohon tinggi ramping bertajuk sedang
biasanya berasosiasi dengan berbagai komunitas
perdu semak, herba, tumbuhan pemanjat berkayu
serta spesies pioner yang tumbuh pada pinggiran
hutan. Vegetasi hutan batugamping pegunungan
pada bentang alam karst ini berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi batuan
batugamping yang tersingkap. Wilayah ini
tergolong tipis lapisan tanah dan miskin hara
karena selain topografi berupa umumnya berupa
perbukitan dan pegunungan, lapisan tanahnya
cenderung mudah tererosi oleh air hujan.
Komunitas vegetasi spesies pohonnya berupa
tegakan pohon tinggi ramping bertajuk sedang
132
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
menghasilkan serasah daun cukup banyak. Selain
serasah daun di bagian lantai hutan ditumbuh
berbagai tumbuhan herba, perdu semak dan
pemanjat yang memberikan suasana lebih lembab
pada lantai hutan. Tumpukan serasah di lantai
dasar hutan bersama dengan bahan organik mati
lain seperti batang, cabang, maupun satwa yang
mati akan terdekomposisi secara alami oleh biota
tanah menjadi humus. Humus sifatnya seperti
spons sehingga mampu menyerap air, sehingga
wilayah ini terasa lembab dan sejuk. Pada saat
ada hujan sebagian besar air permukaan, akan
diserap diikat oleh humus sehingga mengurangi
laju derasnya aliran permukaan. Air yang diikat
oleh humus akan dilepas secara bertahap dan
melalui permukaan batugamping akan turun ke
bawah dan sebagian lain masuk dalam sistem
hidrologi bawah tanah karst sebagai cadangan air.
9 Vegetasi hutan Vegetasi hutan dipterokarpa pamah adalah
dipterokarpa pamah komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon
tinggi 30–60 m, batangnya lurus dan relatif
ramping, tajuknya lebat berdaun sedang sampai
lebar dan selalu hijau, pada tanah podsolik merah
kuning dan gugus tanah asosiasinya yang
beraneka ragam (kompleks) pada elevasi 0 - 1000
m. Tanah Podsolik Merah Kuning adalah tanah
yang telah mengalami pelapukan dan pelindian
sangat hebat dan banyak mengandung oksida besi
dan aluminium dan umumnya kurang subur.
Meskipun demikian secara alami keragaman
spesies di ekosistem hutan dipterokarpa ini cukup
tinggi, namun dominasi spesies pada komunitas
hutan ini adalah kelompok Dipterocarpaceae.
Vegetasi hutan dipterokarpa pamah fungsinya
sebagai pelindung bagi ekosistem (abiotik dan
biotik) yang berada di bawahnya. Sebagai
komunitas vegetasi yang mendominasi suatu
ekosistem, banyak komunitas vegetasi lain
maupun satwa yang hidup di dalamnya sangat
bergantung pada keberadaan hutan dipterokarpa.
Berbagai unsur hara tanah juga menjadi terjaga
kelestariannya oleh hutan dipterokarpa pamah ini.
Tajuk dan perawakan yang cukup besar berfungsi
sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen.
Tajuk pohon mampu untuk menarik uap air
menghasilkan tetesan kondensasi karena adanya
perbedaan suhu. Pohonnya menghasilkan serasah
organik yang cukup banyak, dan bersama dengan
bahan organik lain yang mati melalui proses
133
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
dekomposisi oleh organisme tanah membentuk
humus. Tajuk pohon dengan dedaunan yang
relatif lebar akan mengurangi jatuhnya air hujan
langsung ke permukaan tanah, sementara air
hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan
langsung terserap oleh humus yang berpengaruh
kepada kondisi kelembaban di dalam hutan dan
mengurangi laju air permukaan. Air yang terserap
oleh humus akan dilepas secara perlahan,
sehingga ketersediaan air dapat tercukupi meski
pada musim kemarau. Humus yang kaya akan
bahan organik (N,P,K), akan memperkaya unsur
hara tanah yang umumnya tergolong kurang
subur.
10 Vegetasi hutan Vegetasi hutan gambut adalah vegetasi yang
gambut tumbuh pada substrat yang berupa gambut yang
cembung (dome/kubah) sehingga lahannya sudah
jarang tergenang oleh air. Fisik tanahnya berupa
lempung, meskipun sudah jarang terendam air
masih mengandung sulfida dan garam sehingga
merupakan racun bagi mikroorganisme yang
biasanya merombak bahan organik. Oleh karena
itu serasah dan bagian dari kayu dan cabang
pohon yang mati tidak terdekomposisi dengan
sempurna. Kanopi hutan gambut ini pada
umumnya terbuka dan tingginya seragam hingga
30 m, tidak banyak pohon yang tingginya mencua.
Jenis yang dominan bervariasi menurut lokasi,
seperti Alstonia scholaris, Terminalia complanata,
Terminalia copelandii dan Vatica rassak. Vegetasi
hutan gambut fungsinya sebagai penangkap
sedimentasi lumpur, pasir, batu maupun bahan
lain yang diakibatkan oleh aliran air baik dari
sungai maupun air permukaan. Beberapa spesies
tumbuhan gambut memiliki sistem perakaran
yang menciptakan sistem hidrologi spesifik
gambut. Meskipun tidak banyak spesies wilayah
ini juga menjadi habitat bagi kehidupan satwa air
gambut pegunungan untuk bersarang,
berkembangbiak dan sebagai tempat pengasuhan
anakan. Komunitas hutan gambut dapat cukup
berkembang seperti di wilayah lahan pamah,
terutama pada wilayah yang membentuk dome
(kubah). Pembentukan serasah dan humus dapat
berlangsung meski kurang sempurna, dan di
wilayah ini relatif lebih subur. Proses pengikatan
air hujan dan penghambatan laju air permukaan
secara alami mengakibatkan pada wilayah ini
tersimpan air, meski kualitasnya air gambut
134
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
kurang baik. Tersedianya air pada hutan gambut
ini berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
sehingga lebih lembab, nyaman dan tidak mudah
terbakar secara alami (karena petir). Beberapa
spesies vegetasi mengikat karbon dan juga
melepaskan oksigen segar ke udara. Senyawa
karbon yang tidak terurai dari sisa-sisa bahan
organik di wilayah ini tersimpan dengan baik di
dalam tanah bergambut.
11 Vegetasi hutan Vegetasi hutan kerangas pamah adalah vegetasi
kerangas pamah yang tumbuh pada tanah podsol (spodosol) kering
yang berasal dari bahan induk silika bertekstur
kasar yang sangat masam, sangat mudah
menyerap air dan berdrainase baik, meskipun
terkadang tergenang air karena lapisan bawahnya
padat. Umumnya terdapat di kawasan hutan
hujan lahan pamah pada elevasi 0 – 800 mdpl,
mempunyai lapisan humus kasar atau lapisan
kelabu tua berpasir, sistem perakaran vegetasi
sebagian besar terdapat pada lapisan ini, akar
tumbuhan menembus langsung ke serasah yang
terdekomposisi, sehingga hara diserap oleh
tumbuhan diperoleh langsung dari bahan organik
mati tanpa melalui penyimpanan dalam tanah
mineral. Selama proses ini, jamur mikoriza banyak
berperan juga dalam penyerapan hara. Vegetasi
hutan ini tampak perwakan tajuk dan tingginya
sama meski berasal dari beberapa spesies yang
berbeda. Beberapa jenis dapat mencirikan hutan
ini seperti Baeckia frutescens, Casuarina nobillis,
Cotylelobium burckii, C. malayanum, Cratoxylum
glaucum, C. arborescens, Combretocarpus
rotundatus, Dactylocladus stenostachys,
Dacrydium elatum, Tristania obovata dan
Whiteodendron moultonianum. Vegetasi hutan
kerangas pamah fungsinya sebagai penangkap
sedimentasi berupa lumpur, pasir, batu maupun
bahan lain yang diakibatkan oleh air permukaan
pada wilayah yang substartnya tanahnya berupa
pasir silikat yang masam. Mosaik vegetasi yang
tingginya seragam diantara tegakan pohon yang
perawakan pendek tidak banyak menghasilkan
serasah dan humus yang terbentuk sangat sedikit
dan lamban proses dekomposisinya. Unsur hara
yang dihasilkan langsung digunakan oleh vegetasi
yang tumbuh. Jika mengalami kekurangan hara,
akan tumbuh beberapa spesies komunitas paku-
pakuan (paku resam - Gleichenia linearis) yang
menutup permukaan tanah. Humus merupakan
135
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
sumber hara yang penting di wilayah ini, sehingga
pada lapisan bawah humus biasanya banyak
sistem perakaran. Sistem perakaran ini akan
menghambat aliran air dan juga sedimen tanah
membentuk lapisan tanah yang lebih kaya unsur
hara. Pada wilayah yang relatif cukup haranya
beberapa tegakan pohonnya memiliki tajuk yang
cukup untuk mengikat karbon dan melepas
oksigen.
12 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) adalah
pamah (non komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon
dipterokarpa) tinggi 30–45 m, batangnya lurus dan relatif
ramping, tajuknya lebat berdaun kecil, sedang
sampai lebar dan selalu hijau, tumbuh pada
berbagai tipe tanah dengan variasi tingkat
kesuburannya pada elevasi 0 - 1000 m.
Bergantung kepada wilayah dan iklimnya
dominasi spesies pada komunitas ini adalah
bukan dari kelompok Dipterocarpaceae, umumnya
banyak ditemukan bebagai spesies pohon
penghasil buah-buahan, penghasil getah dan
minyak atsiri, dan penghasil komoditas tanaman
perkebunan (kopi, kakao, minyak nabati, serat
dll.) Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa)
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem
(abiotik dan biotik) yang berada di bawahnya.
Sebagai komunitas vegetasi yang mendominasi
suatu ekosistem, banyak komunitas vegetasi lain
maupun satwa yang hidup di dalamnya sangat
bergantung oleh keberadaan hutan pamah (non
dipterokarpa) . Berbagai unsur hara tanah juga
menjadi terjaga kelestariannya oleh vegetasi hutan
pamah ini. Keragaman spesies hutan pamah
dengan tajuk yang beragam bentuknya berfungsi
sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen.
Tajuk pohon yang sangat beragam mampu untuk
menarik uap air menghasilkan tetesan kondensasi
karena adanya perbedaan suhu. Pohonnya
menghasilkan serasah organik yang cukup
banyak, dan bersama dengan bahan organik lain
yang mati melalui proses dekomposisi oleh
organisme tanah membentuk humus. Tajuk pohon
dengan dedaunan yang beragam akan mengurangi
terpaan air hujan dan angin. Air hujan akan
langsung terserap oleh humus yang berpengaruh
kepada kondisi kelembaban di dalam hutan. Air
hujan yang jatuh pada permukaan tanah selain
diserap oleh humus, laju aliran air pemukaan
terkendali kecepatannya sehingga permukaan
136
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
tanah tidak tererosi. Air yang terserap oleh humus
akan dilepas secara perlahan, sehingga
ketersediaan air dapat tercukupi meski pada
musim kemarau. Humus yang kaya akan bahan
organik (N,P,K), akan memperkaya unsur hara
tanah menjadi lebih subur.
13 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pantai adalah vegetasi dengan
pantai komunitas vegetasi di sepanjang pantai di
belakang pantai pasir yang ditumbuhi komunitas
pes-caprae, dimana berkembang spesies semak
atau komunitas perdu dan pohon kecil. Komposisi
floristik hutan pantai seragam di seluruh
Indonesia, baik yang terdapat di kawasan beriklim
basah maupun beriklim kering musiman. Spesies
karakteristik wilayah ini adalah Ardisia elliptica,
Caesalpina bonduc, Clerodendron inerme,
Colubrina asiatica, Cycas rumphii, Desmodium
umbellatum, Dodonaea viscosa, Erythrina
variegata, Messerschmidia argentea, Pemphis
acidula, Pluchea indica, Premna corymbosa,
Scaevola taccada, Sophora tomentosa dan Tacca
leontopetaloides. Spesies pohon lain juga
ditemukan antara lain adalah Barringtonia
asiatica dan Calophyllum inophyllum. Vegetasi
hutan pantai fungsinya sebagai pelindung bagi
ekosistem pantai baik dari gelombang air laut,
angin dari laut, intrusi air laut ke darat juga
abrasi pantai. Komunitas vegetasi ini biasanya
terletak di belakang garis pantai yang dicirikan
berupa pasir pantai. Sistem perakaran yang kuat
akan menjadikan spesies vegetasi pantai baik
berupa pohon, perdu, semak maupun spesies
yang memanjat mampu menjaga kondisi
ekosistem dari bencana alam yang biasa terjadi di
wilayah pantai seperti abrasi baik yang
disebabkan oleh ombak, angin, maupun tsunami.
14 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan atas adalah vegetasi
pegunungan atas yang terdapat pada wilayah dengan elevasi 2000
mdpl - 3000 mdpl. Umumnya spesies pohonnya
berdaun berukuran kecil (mikrofil), dengan
penampakan tajuknya rapat dan permukaan tajuk
(kanopi) relatif rata dan batang pohon ramping,
tidak lurus batangnya (bengkok-bengkok) dan
banyak ditumbuh lumut. Flora hutan pegunungan
atas lebih miskin daripada hutan pegunungan
bawah. Marga-marga yang umum antara lain
adalah Daphniphyllum, Dacrycarpus, Drimys,
Elaeocarpus, Eurya, Papuacedrus, Pittosporum,
Podocarpus, Quintinia, Myrsine, Saurauia, dan
137
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
Symplocos. Vegetasi hutan pegunungan atas ini
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
wilayah pegunungan yang umumnya berupa
batuan beku vulkanik pada ekosistem
pegunungan atas. Komunitas vegetasi berupa
spesies pohon kecil, kerdil dengan bentuk batang
tidak beraturan (bengkok-bengkok), perdu-perdu
kerdil, rumpun-rumpun rumput, dan kelompok
paku-pakuan. Pada batang atau cabang pohon
biasa ditumbuhi lumut dan lumut kerak yang
berair. Serasah yang dihasilkan oleh komunitas
hutan ini menjadi salah satu sumber hara di
wilayah ini. Tumpukan serasah di lantai dasar
hutan bersama dengan bahan organik mati lain
seperti batang, cabang, maupun satwa yang mati
akan terdekomposisi secara alami oleh biota tanah
menjadi humus. Humus dan tumbuhan lumut
yang tumbuh pada batuan vulkanik tersingkap
sifatnya seperti spons sehingga mampu menyerap
air, sehingga wilayah ini terasa lembab berair.
Pada saat hujan, sebagian besar air permukaan
akan diserap dan diikat oleh humus dan lumut
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap melalui
permukaan lantai dasar hutan akan turun ke
bawah dan sebagian lain masuk dalam sistem
hidrologi permukaan tanah maupun bawah tanah
sebagai cadangan air.
15 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan bawah adalah
pegunungan bawah vegetasi yang terdapat pada wilayah dengan
elevasi 750-2500 mdpl. Vegetasi pada habitat ini
berupa hutan lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya spesies.
Umumnya ukuran batang pohonnya sudah
mengecil, demikian juga daunnya. Pada batang
pohon biasanya tumbuh melimpah berbagai jenis
epifit, tumbuhan memanjat dan lumut pada
batang pohon maupun substrat tanah dan batuan
di lantai dasar hutan. Jenis-jenis dari suku
Fagaceae dan Lauraceae melimpah. Jenis-jenis
pohon lain yang umumnya ditemukan antara lain
adalah Schima wallichii, Dacrycarpus imbricatus,
Turpinia pomifera, Eugenia banksii, Engelhardia
spicata, Lithocarpus spp., Quercus spp.,
Palaquium spp., dan juga paku pohon (Cyathea
spp.). Vegetasi hutan pegunungan bawah
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
pegunungan bawah dengan batuan vulkanik.
138
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
Komunitas vegetasi ini variasi spesies pohonnya
cukup melimpah, berupa tegakan pohon tinggi
ramping bertajuk yangmenghasilkan serasah daun
cukup banyak dan bersama lumut yang tumbuh
pada lantai dasar hutan membentuk komunitas
lantai dasar hutan yang lembab. Pada lantai dasar
hutan sering ditemukan semai dab merupakan
habitat yang baik bagi mikroorganisme dan satwa
perombak tanah. Tumpukan serasah di lantai
dasar hutan akan terdekomposisi secara alami
menjadi humus bersama dengan lumut yang
menyerap air. Lumut yang mati akan berubah
menjadi tanah yang kaya hara. Pada saat ada
hujan, sebagian besar air permukaan akan
diserap dan diikat oleh humus sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan. Air
yang diikat oleh humus dan lumut akan dilepas
secara bertahap dan melalui lantai dasar hutan
yang berupa batuan vulkanik akan akan turun ke
bawah masuk dalam sistem hidrologi permukaan
dan bawah tanah sebagai cadangan air. Air yang
dilepaskan akan menyebabkan proses kartstifikasi
berlangsung dan kondisi lingkungan menjadi
relatif lebih lembab dan sejuk.
16 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan subalpin adalah
pegunungan vegetasi yang tumbuh menyusun komunitas
subalpin hutan di ekosistem pegunungan subalpin.
Umumnya wilayah ini dapat ditemukan pada
elevasi 2400 - 3800 mdpl. dengan indikasi
banyaknya lumut pada permukaan tanah dan
singkapan batuan serta pada dahan atau
percabangan tegakan pohon yang kerdil. Beberapa
komunitas umumnya didominasi oleh suku
Ericaceae, baik yang berupa pohon kecil, perdu
maupun epifit yang menempel pada tebing batuan
tegakan batang pohon. Dalam lapisan perdu
terdapat beberapa spesies seperti Drymis piperita,
Myrsine spp., Schefflera monticola dan Symplocos
cochinchinensis var. orbicularis. Beberapa spesies
pohon antara lain Dacrycarpus compactus dan di
beberapa tempat ditemukan Papuacedrus
papuana sebagai spesies yang dominan. Vegetasi
hutan pegunungan subalpin ini berfungsi sebagai
penutup permukaan batuan vulkanik tersingkap
di wilayah ekosistem pegunungan subalpin.
Wilayah ini tergolong hampir tidak ada lapisan
tanahnya. Komunitas vegetasi ini antara lain
berupa spesies padang rumput dengan perdu-
perdu kerdil, rumpun-rumpun rumput, paku-
139
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
pakuan, lumut, dan lumut kerak yang tumbuh
pada sela-sela bebatuan, rekahan batu maupun
permukaan batugamping. Sebagai produser
oksigen utama di wilayah ini maka serasah
vegetasi menjadi satu-satunya sumber hara di
lantai dasar batuan bersama dengan bahan
organik mati lain seperti satwa yang mati, akan
terdekomposisi secara alami oleh biota tanah
menjadi humus. Humus sifatnya seperti spons
sehingga mampu menyerap air, maupun uap air
sehingga sumber air di wilayah ini adalah dari
humus. Pada saat ada hujan, sebagian besar air
permukaan akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui permukaan
batuan vulkanik akan turun ke bawah dan
sebagian lain masuk dalam sistem hidrologi
bawah tanah sebagai cadangan air bagi wilayah di
bawahnya.
17 Vegetasi hutan rawa Vegetasi terna rawa air payau adalah kelompok
air payau komunitas vegetasi yang tumbuh dan berkembang
pada lahan basah yang secara periodik atau
permanen digenangi oleh air payau dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Biasanya
di wilayah ini berkembang komunitas pandan
antara lain adalah Pandanus hollrungii, P.
hysterix, P. kaernbachii, P. lauterbachii, P.
leiophyllus, P. scabribracteatus dan P. tectorius.
Beberapa spesies pohon yang tumbuh di wilayah
ini adalah Terminalia copelandii, Hopea
novoguineenis, Garcinia dulcis, Polyosma, Rhus
taitensis, dan Alstonia scholaris. Vegetasi hutan
rawa air payau berfungsi sebagai tempat memijah,
mencari makan, membesarkan atau mengasuh
anakan dan tempat berlindung bagi satwa air
payau. Vegetasi hutan rawa air payau menjadi
tempat bermigrasi untuk pemijahan bagi satwa air
payau maupun satwa air laut. Tumbuhan hutan
rawa air payau menjadi pembatas antara air asin
dan air tawar, sehingga air asin tidak masuk
kedalam air tawar. Beberapa spesies terkadang
menggunakan wilayah ini sebagai habitat
sementara selama bermigrasi dari belahan utara
ke selatan atau sebaliknya
18 Vegetasi hutan Vegetasi hutan tepian sungai adalah kelompok
tepian sungai komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang pada wilayah lahan basah yang
terdapat di bantaran sungai atau wilayah di
140
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
sekitar aliran sungai sehingga sering tergenang,
terkena arus sungai dan pengaruh sedimen yang
terbawa oleh air sungai. Vegetasi jenis dagu dan
pandan seringkali membentuk lapisan bawah yang
lebat. Vegetasi hutan tepian sungai fungsinya
sebagai penangkap sedimentasi berupa lumpur,
pasir, batu maupun bahan lain yang diakibatkan
oleh aliran air permukaan dari perbukitan di
atasnya maupun yang mengalir pada badan air
sungai. Dengan proses ini maka air yang menuju
ke hulu sungai sudah tersaring material
batuannya sehingga proses sedimentasi pada
pinggiran sungai, pendangkalan sungai maupun
muara sungai berkurang. Sedimen yang terbawa
ini umumnya membawa unsur hara dari bagian
hulu, dan membentuk lahan relatif kering yang
tidak digenangi air secara permanen membentuk
bantaran sungai yang subur. Pada bagian ini
umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi berupa
pohon yang selalu hijau di sepanjang tahun.
Vegetasi pepohonan yang ukurannya tidak terlalu
besar dengan sistem perakaran yang kuat
membentuk rajutan akar ini akan memperkuat
struktur pinggiran yang berupa tebing sungai
menjadi lebih kuat menahan longsornya tanah,
terutama saat musim hujan tiba. Wilayah ini juga
berfungsi sebagai penyedia air tawar.
19 Vegetasi hutan Vegetasi hutan tepian sungai payau adalah
tepian sungai payau kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang pada wilayah lahan basah di
bantaran sungai atau di sekitar aliran sungai yang
dipengaruhi oleh air pasang dan surut laut
sehingga sering tergenang. Kelompok palem
(Arecaceae) seperti nipah (Nypa fruticans) banyak
terdapat di wilayah ini. Terkadang komunitas
rotan dan pandan seringkali membentuk lapisan
bawah yang lebat. Vegetasi hutan rawa tepian
sungai air payau berfungsi sebagai tempat
memijah, mencari makan, membesarkan atau
mengasuh anakan dan tempat berlindung bagi
satwa air payau. Meskipun wilayah ini tidak
tergenang sepanjang tahun namun beberapa
spesies satwa air laut bermigrasi ke air payau
untuk memijah dan demikian pula sebaliknya
satwa air payau memijah di air laut. Tumbuhan
hutan rawa tepian sungai air payau menjadi
pembatas antara air asin dan air tawar, sehingga
air asin tidak masuk kedalam air tawar.
20 Vegetasi hutan terna -
141
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
rawa air tawar
21 Vegetasi mangrove Vegetasi mangrove adalah vegetasi yang terdapat
pada komunitas hutan yang tumbuh dan
berkembang pada habitat basah dan masin di
sepanjang pantai, terutama pantai berlumpur dan
pada muara-muara sungai besar atau sungai
kecil, dan dapat membentang sepanjang sungai
besar jauh sampai ke pedalaman. Kekayaan jenis
tumbuhan hutan mangrove rendah. Jumlah jenis
seluruhnya hanya sekitar 60, termasuk 38 jenis
yang berupa pohon mangrove sejati. Jenis-jenis
utama termasuk Avicennia alba, Avicennia
officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera
eriopetala, Ceriops decandra, Ceriops tagal,
Lumnitzera racemosa, Lumnitzera littorea, Nypa
fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba,
Sonneratia caseolaris, Sonneratia ovata,
Xylocarpus granatum dan Xylocarpus
moluccensis. Vegetasi hutan mangrove fungsinya
sebagai pelindung bagi ekosistem pantai dan
terestrial (daratan) baik dari gelombang air laut,
angin dari laut, intrusi air laut ke darat dan juga
abrasi pantai. Sebagai produsen primer pengguna
karbon dan penghasil oksigen menjadikan wilayah
ini sangat nyaman bagi satwa konsumsi (produsen
sekunder). Komunitas vegetasi hutan mangrove ini
biasanya terletak di belakang garis pantai berupa
pasir pantai dari yang berlumpur hingga
campuran lumpur dan pasir. Variasi sistem
perakaran yang kuat menjadikan spesies vegetasi
mangrove baik berupa pohon, perdu, semak
maupun spesies yang memanjat mampu atau
menjalar mampu berfungsi menjaga kondisi
ekosistem dari bencana alam yang biasa terjadi di
wilayah pantai seperti abrasi baik yang disebakan
oleh ombak, maupun angin, tsunami. Komunitas
vegetasi mangrove juga berperan dalam mencegah
masuknya air laut ke wilayah daratan.
22 Vegetasi nipah Vegetasi nipah adalah komunitas vegetasi dari
kelompok palem nipah (Nypa fruticans) dari suku
Araceae yang tumbuh di ekosistem mangrove di
sepanjang aliran sungai dari muara ke arah
bagian hulu sungai, dimana tanahnya telah
menjadi lebih padat (tidak lunak atau berlumpur).
Wilayah ini secara alami masih dipengaruhi oleh
yang dipengaruhi air pasang, sehingga airnya
masih tergolong masin (payau). Komunitas nipah
ini bisa membentuk wilayah yang sangat luas.
142
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
Vegetasi nipah fungsinya sebagai pelindung bagi
ekosistem sungai dari gelombang air laut, angin
dari laut, intrusi air laut ke darat juga abrasi
pinggiran sungai. Sebagai produsen primer
pengguna karbon dan penghasil oksigen.
menjadikan wilayah ini sangat nyaman bagi satwa
konsumsi (produsen sekunder). Komunitas
vegetasi hutan nipah ini biasanya terletak di
belakang garis pantai yang berlumpur hingga
campuran lumpur dan pasir. Variasi sistem
perakaran yang kuat akan menjadikan spesies
vegetasi nipah mampu berfungsi menjaga kondisi
ekosistem muara sungai dari bencana alam yang
biasa terjadi di wilayah pantai seperti abrasi baik
yang disebakan oleh ombak, maupun angin,
tsunami. Komunitas vegetasi nipah juga berperan
menghasilkan bahan sumber karbohidrat.
23 Vegetasi savana Vegetasi savana lahan kering pamah definisi
lahan kering pamah operasionalnya adalah kelompok komunitas
vegetasi pada lahan kering yang berupa padang
rumput atau semak pendek dengan pohon-pohon
yang tumbuh terpencar dan jarang, tajuknya tidak
saling bersentuhan yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan lahan kering yang beriklim
monsun pada elevasi di bawah 1000 m dpl.
Spesies yang mendominasi antara lain adalah
rumput Heteropogon contortus. Pohon-pohon yang
biasa tumbuh dan dominan di savana antara lain
Acacia leucophloea, Albizia chinensis, Borassus
flabelifer, Casuarina junghuhniana, Corypha
gebanga dan Schleichera oleosa. Vegetasi savana
lahan kering fungsinya adalah sebagai pelindung
yang berupa lahan kering dimana substartnya
dapat berupa batuan ultra basa, batuan vulkanik,
batuan karbonat pejal baik pada lahan pamah.
Pada kondisi seperti ini tidak banyak spesies
vegetasi pohon mampu tumbuh dengan baik,
sehingga tegakan pohon tumbuh terpencar-pencar
diantara rerumputan yang dominan. Vegetasi
savana yang tumbuh akan mengasilkan serasah,
yang akan menambah unsur hara pada
permukaan batuan yang memungkinkan beberapa
vegetasi lain dapat tumbuh.
24 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa air payau definisi
air payau operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan terna yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan basah rawa di bantaran
sungai maupun wilayah di sekitar aliran sungai.
Wilayah tersebut dipengaruhi oleh air pasang dan
143
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
surut laut sehingga sering tergenang. Pada rawa
yang agak dalam Saccharum robustum dan
Phragmites karka biasa ditemukan di wilayah ini
sedangkan pada lokasi yang dangkal biasa
ditumbuhi kelompok rumput rawa Leersia. Pohon
palem seperti nipah (Nypa fruticans) banyak
terdapat di wilayah ini. Terkadang komunitas
pandan seringkali membentuk lapisan bawah yang
lebat. Vegetasi terna rawa air payau fungsinya
adalah sebagai pelindung yang berupa lahan
basah dimana substartnya dapat berupa lumpur.
Wilayah ini sering terpengaruh oleh air sungai
payau pasang surut laut yang terjebak.
Pada kondisi seperti tidak banyak spesies vegetasi
pohon mampu tumbuh, sehingga tegakan pohon
tumbuh terpencar-pencar diantara rerumputan
yang dominan. Vegetasi terna rawa yang tumbuh
akan mengasilkan serasah, yang akan menambah
unsur hara pada permukaan batuan yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh. Beberapa spesies satwa air hidup
memijah mencari pakan dan berkembang biak di
wilayah ini.
25 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa air tawar definisi
air tawar operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah (rawa air tawar). Kawasan ini
dibanjiri secara periodik atau permanen oleh air
hujan atau air yang mengalir balik dari sungai. Air
kaya akan mineral dengan kemasaman rendah
(pH = 6 atau lebih). Wilayah ini tergolong kaya
hara dengan vegetasi terna (herba) seperti berupa
kelompok rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp., Panicum sp.,
dan Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana), kelompok pandan (Pandanus spp)
serta tegakan pohon yang jarang dan saling tidak
menutup tajuknya. Vegetasi terna rawa air tawar
berfungsi sebagai tempat memijah, mencari
makan, membesarkan atau mengasuh anakan
dan tempat berlindung bagi satwa air tawar.
Wilayah ini juga berfungsi sebagai penyedia air
tawar, meskipun rawa air tawar sering kali tidak
tergenang secara permanen. Beberapa vegetasi
terna rawanya dihuni oleh beberapa spesies
mamalia, burung, reptilia, amfibia, yang
semuanya itu berperan dalam mendukung
144
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
keseimbangan ekosistem. Beberapa spesies
migran terkadang menggunakan wilayah ini untuk
sementara selama migrasi dari belahan utara ke
selatan atau sebaliknya.
26 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa gambut definisi
gambut operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah rawa gambut yang dominasi
vegetasi terna seperti dari spesies rumput agak
tinggi seperti Echinochloa praestans, Hymenachne
acutigluma, Ischaemum polystachyum, Leersia
hexandria, Brachiaria mutica, Panicum auritum
dan Panicum paludosum. Spesies tersebut dapat
bercampur dengan spesies lain seperti Hanguana
malayana dan Typha orientali, atau jenis paku-
pakuan seperti Stenochaena, Nephrolepis,
Ceratopteris thalictroides, Ampelopteris prolifera
dan Cyclosorus interruptus. Seringkali kelompok
vegetasi ternanya membentuk pulau mengapung.
Vegetasi terna rawa gambut fungsinya sebagai
penangkap sedimentasi berupa lumpur, pasir,
batu maupun bahan lain yang diakibatkan oleh
aliran air baik dari sungai maupun air
permukaan. Beberapa spesies terna rawa gambut
memiliki sistem perakaran yang menciptakan
sistem hidrologi spesifik gambut. Meskipun tidak
banyak spesies wilayah ini juga menjadi habitat
bagi kehidupan satwa rawa gambut untuk
bersarang, berkembangbiak dan sebagai tempat
pengasuhan anakan. Komunitas terna rawa
gambut dapat cukup berkembang seperti di
wilayah lahan pamah. Pembentukan serasah
tumbuhan herba dan humus dapat berlangsung
meski kurang sempurna, dan di wilayah ini relatif
lebih subur. Proses pengikatan air hujan dan
penghambatan laju air permukaan secara alami
mengakibatkan pada wilayah ini tersimpan air,
meski kualitasnya air gambut kurang baik.
Tersedianya air pada komunitas vegetasi terna
rawa gambut ini berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan sehingga lebih lembab, nyaman dan
tidak mudah terbakar secara alami (karena petir).
Beberapa spesies vegetasi terna rawa gambut
mengikat karbon dan juga melepaskan oksigen
segar ke udara. Senyawa karbon yang tidak
terurai dari sisa-sisa bahan organik di wilayah ini
tersimpan dengan baik di dalam tanah bergambut.
27 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian danau definisi
danau operasionalnya adalah vegetasi dari kelompok
145
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
terna yang tumbuh umumnya pada tepian danau
yang airnya relatif dangkal. Beberapa spesies yang
biasa ditemukan pada wilayah ini adalah
kelompok rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp., Panicum sp.,
dan Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana). Vegetasi terna tepian danau
fungsinya adalah sebagai pelindung yang berupa
lahan basah danau dimana substartnya dapat
berupa lumpur. Wilayah ini sering terpengaruh
oleh air sungai yang bermuara maupun outlet
sungai. Pada kondisi seperti tidak banyak spesies
vegetasi pohon mampu tumbuh, hanya kelompok
herba (rumput, teki, bakung), paku-pakuan yang
dominan. Vegetasi terna tepian danau yang
tumbuh akan mengasilkan serasah, yang akan
menambah unsur hara pada pinggiran danau
yang memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh. Beberapa spesies satwa air hidup
memijah mencari pakan dan berkembang biak di
wilayah ini. Beberapa spesies migran sering
ditemukan untuk mencari makan.
28 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna terna tepian danau pegunungan
danau pegunungan definisi operasionalnya adalah vegetasi dari
kelompok terna yang tumbuh di tepian danau
yang airnya relatif dangkal pada wilayah dengan
ekosistem pegunungan. Beberapa spesies yang
biasa ditemukan pada wilayah seperti di danau
sub alpin ini di Papua adalah kelompok
rerumputan Monostachya, teki-tekian Oreobolus
spp., terna Plantago polita, Astelia papuana,
Potentilla brassii, Eriocaulon spp. Vegetasi terna
tepian danau pegunungan fungsinya adalah
sebagai pelindung yang berupa lahan basah
danau dimana substartnya dapat berupa lumpur
di wilayah pegunungan. Wilayah ini
seringberhubungan dengan sungai di wilayah
pegunungan. Pada kondisi seperti tidak banyak
spesies vegetasi pohon mampu tumbuh, hanya
kelompok herba (rumput, teki, bakung), paku-
pakuan yang dominan. Vegetasi terna tepian
danau pegunungan yang tumbuh akan
mengasilkan serasah, yang akan menambah
unsur hara pada pinggiran danau yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh. Beberapa spesies satwa air hidup
memijah mencari pakan dan berkembang biak di
146
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
wilayah ini. Beberapa spesies migran sering
ditemukan untuk mencari makan.
29 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian sungai definisi
sungai operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan terna yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan basah yang terdapat di
bantaran sungai atau wilayah di sekitar aliran
sungai sehingga sering tergenang, terkena arus
sungai dan pengaruh sedimen yang terbawa oleh
air sungai. Berbagai spesies rumput tinggi, seperti
Phragmites karka dan Saccharum robustum,
dapat ditemukan dalam komunitas tepi sungai di
Papua. Vegetasi terna tepian sungai fungsinya
sebagai penangkap sedimentasi berupa lumpur,
pasir, batu maupun bahan lain yang diakibatkan
oleh aliran air permukaan yang dari perbukitan di
atasnya maupun yang mengalir pada badan air
sungai. Dengan proses ini maka air yang menuju
ke hulu sungai sudah tersaring material
batuannya sehingga proses sedimentasi pada
pinggiran sungai, pendangkalan sungai maupun
muara sungai berkurang. Sedimen yang terbawa
ini umumnya membawa unsur hara dari bagian
hulu, dan membentuk lahan relatif kering yang
tidak digenangi air secara permanen membentuk
bantaran sungai yang subur. Pada bagian ini
umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi berupa
terna dan juga pohon yang selalu hijau di
sepanjang tahun. Kombinasi terna dan vegetasi
pepohonan yang ukurannya tidak terlalu besar
dengan sistem perakaran yang kuat membentuk
rajutan akar ini akan memperkuat struktur
pinggiran yang berupa tebing sungai menjadi lebih
kuat menahan longsornya tanah, terutama saat
musim hujan tiba. Wilayah ini juga berfungsi
sebagai penyedia air tawar
30 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian sungai payau definisi
sungai payau operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan terna yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan basah yang terdapat di
bantaran sungai atau wilayah di sekitar aliran
sungai sehingga sering tergenang, terkena arus
pasang surut air laut. Biasanya wilayah ini
banyak ditumbuhi dengan beberapa rerumputan
(Leersia hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza
spp., Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan (Cyclosorus), teki-
tekian (Thoracostachyum sumatranum dan Scleria
sp), bakung-bakungan (Hanguana), kelompok
147
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sumatera
pandan (Pandanus spp). Vegetasi terna tepian
sungai payau fungsinya sebagai penangkap
sedimentasi berupa lumpur, pasir, batu maupun
bahan lain yang diakibatkan oleh aliran air
permukaan yang dari perbukitan di atasnya
maupun yang mengalir pada badan air sungai
yang terpengaruh oleh pasang surut laut. Dengan
proses ini maka air yang menuju ke hulu sungai
sudah tersaring material batuannya sehingga
proses sedimentasi pada pinggiran sungai,
pendangkalan sungai maupun muara sungai tidak
terjadi. Sedimen yang terbawa ini umumnya
membawa unsur hara dari bagian hulu, dan
membentuk lahan relatif kering yang tidak
digenangi air secara permanen membentuk
bantaran sungai yang subur. Pada bagian ini
umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi berupa
terna dan juga pohon yang selalu hijau di
sepanjang tahun. Kombinasi terna dan vegetasi
pepohonan yang ukurannya tidak terlalu besar
dengan sistem perakaran yang kuat membentuk
rajutan akar ini akan memperkuat struktur
pinggiran yang berupa tebing sungai menjadi lebih
kuat menahan longsornya tanah, terutama saat
musim hujan tiba.

Pulau Sulawesi

148
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
1 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang tumbuh pada tanah yang
batuan ultrabasa berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka hingga ke hutan lebat dan tinggi dengan
komposisi floristik yang kaya spesies. Vegetasi
hutan ini berfungsi sebagai penutup permukaan
pada lahan yang komposisinya berupa batuan
beku yang mengandung besi, magnesium, silika,
kobal dan krom yang sejatinya miskin hara.
Serasah yang dihasilkan oleh padang rumput,
vegetasi semak terbuka hingga spesies pohon
hutan lebat dan tinggi terdekomposisi menjadi
humus hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan dan memperlambat
laju air permukaan tanah.
2 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang tumbuh pada elevasi di
batuan ultrabasa bawah 1000 mdpl dengan substrat tanah yang
pamah berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka hingga ke hutan dengan tegakan pohon
lebat dan tinggi dengan komposisi floristik yang
kaya spesies. Vegetasi hutan batuan ultrabasa
pamah ini berfungsi sebagai penutup permukaan
pada lahan pamah yang komposisinya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan terdekomposisi menjadi humus
hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan sehingga laju air
permukaan tanah dapat diperlambat.
3 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang tumbuh pada wilayah
batuan ultrabasa dengan iklim monsun (kering) elevasi di bawah
pamah monsun 1000 mdpl dengan substrat tanah yang berasal
dari serpentinit dengan kandungan besi dan
magnesium yang tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka. Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah
monsun ini berfungsi sebagai penutup permukaan
149
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
pada lahan pamah beriklim monsun (kering) dan
komposisi lahannya berupa batuan beku yang
mengandung besi, magnesium, silika, kobal dan
krom yang miskin hara. Serasah yang dihasilkan
oleh padang rumput, vegetasi semak
terdekomposisi menjadi humus hara tanah serta
berperan dalam menyerap sebagian air hujan dan
menghambat laju air permukaan.
4 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang tumbuh pada elevasi di
batuan ultrabasa atas 800 - 1000 m dpl dengan substrat tanah yang
pegunungan berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka hingga ke tegakan pohon hutan dengan
komposisi floristik didominasi oleh pohon dengan
ukuran pendek yang ditumbuhi lumut. Vegetasi
hutan pegunungan ini berfungsi sebagai penutup
permukaan wilayah pegunungan yang komposisi
lahannya berupa batuan beku yang mengandung
besi, magnesium, silika, kobal dan krom yang
miskin hara. Serasah yang dihasilkan oleh
vegetasi padang rumput, vegetasi semak terbuka
hingga ke tegakan pohon hutan terdekomposisi
menjadi humus hara tanah serta humus
berperan dalam menyerap sebagian air hujan
sehingga laju air permukaan tanah dapat
diperlambat.
5 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang tumbuh pada elevasi
batuan ultrabasa 1500-3300 mdpl dengan substrat tanah berasal
pegunungan atas dari serpentinit dengan kandungan besi dan
magnesium tinggi, kandungan silika rendah, serta
dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-unsur yang
beracun bagi tumbuhan (phytotoxins), terutama
kobal dan krom. Vegetasi pada habitat ini
umumnya berupa padang rumput, vegetasi
semak, dan beberapa spesies diantaranya berupa
perdu dan pohon pendek dengan batang berlumut
berdiameter kecil. Vegetasi hutan pegunungan ini
berfungsi sebagai penutup permukaan wilayah
pegunungan yang komposisinya berupa batuan
beku yang mengandung besi, magnesium, silika,
kobal dan krom yang miskin hara. Serasah yang
dihasilkan oleh vegetasi padang rumput, vegetasi
semak terbuka hingga ke tegakan pohon berlumut
pendek dengan diameter batang kecil
terdekomposisi menjadi humus hara tanah
150
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
berperan dalam menyerap sebagian air hujan
serta menghambat laju air permukaan.
6 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang tumbuh pada elevasi 750
batuan ultrabasa - 2500 mdpl dengan substrat tanah berasal dari
pegunungan bawah serpentinit dengan kandungan besi dan
magnesium tinggi, kandungan silika rendah, serta
dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-unsur yang
beracun bagi tumbuhan (phytotoxins), terutama
kobal dan krom. Vegetasi pada habitat ini dapat
berupa hutan lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya spesies.
Vegetasi hutan pegunungan bawah ini berfungsi
sebagai penutup permukaan wilayah pegunungan
yang komposisinya berupa batuan beku yang
mengandung besi, magnesium, silika, kobal dan
krom yang miskin hara. Serasah yang dihasilkan
oleh tegakan pohon hutan dengan floristik
beragam terdekomposisi menjadi humus hara
tanah serta humus berperan dalam menyerap
sebagian air hujan sehingga laju air permukaan
tanah dapat diperlambat.
7 Vegetasi hutan -
batugamping
monsun pamah pada
bentang alam karst
8 Vegetasi hutan -
batugamping
monsun pegunungan
pada bentang alam
karst
9 Vegetasi hutan adalah komunitas vegetasi yang berupa varian
batugamping pamah dari tipe hutan dipterokarpa pamah dan hutan
monsun non dipterokarpa pamah yang tumbuh pada
habitat tanah yang berupa batugamping yang
beriklim monsun (kering). Iklim yang kering serta
media tumbuh tipis berupa batu menyebabkan
tidak banyak spesies yang mampu tumbuh
beradaptasi di wilayah yang berbatu seperti
batugamping ini, sehingga di wilayah ini sering
ditemukan spesies endemik dan jarang ditemukan
di tempat lain. Vegetasi hutan batugamping
pamah monsun berfungsi sebagai penutup
permukaan lahan yang morfologi berupa batuan
batugamping. Lapisan tanahnya secara fisik
tergolong sangat tipis dan miskin hara. Vegetasi
dominan berupa herba rerumputan, komunitas
bambu, semak belukar serta perdu pohon pioner.
Meski tidak terlalu banyak secara alami dedaunan
yang merangas saat musim kering menjadi
151
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
tumpukan serasah kering dan bersama
percabangan semak yang mati tertumpuk di lantai
dasar hutan akan terdekomposisi menjadi humus.
Humus akan menyerap air sehingga terasa lebih
lembab oleh kandungan air. Pada saat ada hujan
sebagian besar air permukaan, akan diserap diikat
oleh humus sehingga akan mengurangi laju
derasnya aliran permukaan pada lereng
perbukitan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap sebagai cadangan air.
Bergantung kepada iklim maka kecepatan proses
reaksi air dengan batugamping akan berlangsung
lebih lambat. Sehingga proses terurai karbonat
menjadi karbonat yang lapuk (melunak) juga lebih
lambat. Humus yang sifat relatif lebih asam
dengan kabonat yang lebih basa menjadikan
batuan karbonat melapuk bersama humus
menjadi lebih netral keasamannya. Bahan ini
menjadi tanah yang relatif lebih kaya haranya,
sehingga beberapa spesies tumbuhan dapat
tumbuh.
10 Vegetasi hutan komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
batugamping pamah dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
monsun merangas pamah yang berkembang pada lahan pamah
pada bentang alam bentang alam karst pada wilayah yang beriklim
karst monsun dengan karakteristik tegakan pohon
merangas (menggugurkan daun) pada musim
kering. Vegetasi ini berfungsi sebagai penutup
permukaan morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong tipis lapisan tanah
dan miskin hara. Komunitas vegetasi spesies
pohonnya berupa tegakan pohon tinggi ramping
bertajuk sedang menghasilkan serasah daun
cukup banyak pada musim kering karena
umumnya merangas (menggugurkan daun).
Tumpukan serasah di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi bersama bahan organik lain
seperti batang, cabang yang mati membusuk
secara alami oleh biota tanah menjadi humus.
Humus mempunyai sifat menyerap air seperti
spons, sehingga terasa lembab berair. Kelembaban
itu juga menimbulakan suasana yang lebih sejuk
dan segar. Pada saat hujan, sebagian besar air
permukaan akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui pori-pori
batuan batugamping karst akan turun ke bawah
masuk dalam sistem hidrologi karst sebagai
152
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
cadangan air. Air yang dilepaskan akan
menyebabkan proses kartstifikasi berlangsung
dan kondisi lingkungan menjadi relatif lebih
lembab dan sejuk.
11 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang berupa varian dari tipe
batugamping pamah hutan dipterokarpa pamah dan hutan non
pada bentang alam dipterokarpa pamah yang berkembang pada lahan
karst pamah bentang alam karst. Tidak banyak spesies
yang mampu tumbuh beradaptasi di wilayah yang
berbatu gamping, sehingga banyak ditemukan
spesies endemic dan langka. Selain spesies pohon
yang tumbuh, di wilayah ini dapat ditemukan
beberapa spesies dari kelompok bambu,
tumbuhan pemanjat atau merambat berkayu,
herba rumpu dan talas-talasan yang tumbuh di
sekitar mulut gua maupun sumber air.
Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang
alam karst berfungsi sebagai penutup permukaan
lahan yang morfologi karst dan singkapan batuan
batugamping. Lapisan tanahnya secara fisik
tergolong tipis dan miskin hara, namun kondisi
yang lembab oleh adanya air yang keluar dari
mulut gua menyebabkan lebih banyak tumbuhan
yang bisa tumbuh mulai dari kelompok lumut,
paku-pakuan, tumbuhan epifit, kelompok herba
seperti rumpun-rumpun rumput, talas, bambu,
semak serta perdu, tumbuhan pemanjat serta
kelompok palem sampai pohon kayu yang besar.
Akar pepohonan tersebut memperangkap humus
yang berasal dari serasah kering dan percabangan
semak yang mati. Tumpukan bahan organik di
lantai dasar hutan akan terdekomposisi oleh biota
tanah dan menjadi tanah humus. Humus seperti
spons, akan menyerap air sehingga terasa lebih
lembab oleh kandungan air, dan akan
mempengaruhi suasana sejuk di sekitarnya. Pada
saat hujan, sebagian besar air permukaan pada
permukaan luar karst (eksokarst) akan diserap
dan diikat oleh humus sehingga mengurangi laju
derasnya aliran permukaan pada lereng
perbukitan karst. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap sebagai cadangan air.
Selain itu air akan bereaksi dengan batugamping
sehingga terurai karbonatnya menjadi batuan
gamping yang lapuk (melunak). Humus yang sifat
relatif lebih asam dengan kabonat yang lebih basa
menjadikan batuan karbonat melapuk bersama
humus menjadi netral dan relatif lebih kaya unsur
haranya sehingga beberapa spesies tumbuh dapat
153
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
tumbuh.
12 Vegetasi hutan komunitas vegetasi yang tumbuh dan berkembang
batugamping pada substrat batugamping pada ekosistem
pegunungan bawah pegunungan bawah dengan topografi pegunungan
pada elevasi 800 mdpl - 2000 mdpl. Umumnya
didominasi oleh spesies yang pohonnya berdaun
berukuran sedang (mesofil) dan penampakan
tajuk pohon (kanopi) relatif tidak rata. Variasi dan
keragaman spesiesnya cukup tinggi. Beberapa
kelompok spesies yang menghasilkan buah-
buahan cukup banyak ditemukan di wilayah ini.
Pada hutan yang sudah berumur tua, umumnya
lantai dasar hutannya relatif jarang ditemukan
semai pohon, kecuali kelompok herba, lumut dan
paku-pakuan.
Vegetasi hutan batugamping pegunungan bawah
pada bentang alam karst berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong tipis lapisan tanah
dan miskin hara. Komunitas hutan ini
menghasilkan cukup banyak serasah dan bahan
organik tumbuhan yang mati di lantai dasar
hutan akan terdekomposisi secara alami menjadi
humus menjadi lapisan tanah yang kaya unsur
hara. Bersama dengan beberapa spesies lumut
dan kelompok herba lain, humus menjadi
tumpukan lapisan tanah tebal yang mampu
menyerap air. Pada saat ada hujan sebagian besar
aliran air permukaa akan diserap dan diikat oleh
lapisan humus sehingga mengurangi laju
derasnya aliran air permukaan. Air yang diikat
oleh humus dan lumut akan dilepas secara
bertahap dan melalui batugamping yang porus
akan turun ke bawah masuk dalam sistem
hidrologi bawah tanah sebagai cadangan air. Air
yang dilepaskan akan menyebabkan kondisi
lingkungan menjadi relatif lebih lembab dan sejuk
dan segar akibat terbentuknya oksigen dari proses
fotosintesa.
13 Vegetasi hutan vegetasi yang tumbuh menyusun komunitas
batugamping hutan batugamping baik pada substrat batuan
pegunungan pada gamping maupun bentang lahan karst di
bentang alam karst ekosistem pegunungan. Umumnya terdapat pada
elevasi di atas 1000 mdpl. Komunitas vegetasi
spesies pohonnya berupa tegakan pohon tinggi
ramping bertajuk sedang biasanya berasosiasi
dengan berbagai komunitas perdu semak, herba,
tumbuhan pemanjat berkayu serta spesies pioner
yang tumbuh pada pinggiran hutan.
154
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
Vegetasi hutan batugamping pegunungan pada
bentang alam karst ini berfungsi sebagai penutup
permukaan morfologi batuan batugamping yang
tersingkap. Wilayah ini tergolong tipis lapisan
tanah dan miskin hara karena selain topografi
berupa umumnya berupa perbukitan dan
pegunungan, lapisan tanahnya cenderung mudah
tererosi oleh air hujan. Komunitas vegetasi spesies
pohonnya berupa tegakan pohon tinggi ramping
bertajuk sedang menghasilkan serasah daun
cukup banyak. Selain serasah daun di bagian
lantai hutan ditumbuh berbagai tumbuhan herba,
perdu semak dan pemanjat yang memberikan
suasana lebih lembab pada lantai hutan.
Tumpukan serasah di lantai dasar hutan bersama
dengan bahan organik mati lain seperti batang,
cabang, maupun satwa yang mati akan
terdekomposisi secara alami oleh biota tanah
menjadi humus. Humus sifatnya seperti spons
sehingga mampu menyerap air, sehingga wilayah
ini terasa lembab dan sejuk. Pada saat ada hujan
sebagian besar air permukaan, akan diserap diikat
oleh humus sehingga mengurangi laju derasnya
aliran permukaan. Air yang diikat oleh humus
akan dilepas secara bertahap dan melalui
permukaan batugamping akan turun ke bawah
dan sebagian lain masuk dalam sistem hidrologi
bawah tanah karst sebagai cadangan air.
14 Vegetasi hutan vegetasi yang tumbuh pada substrat yang berupa
gambut gambut yang cembung (dome/kubah) sehingga
lahannya sudah jarang tergenang oleh air. Fisik
tanahnya berupa lempung, meskipun sudah
jarang terendam air masih mengandung sulfida
dan garam sehingga merupakan racun bagi
mikroorganisme yang biasanya merombak bahan
organik. Oleh karena itu serasah dan bagian dari
kayu dan cabang pohon yang mati tidak
terdekomposisi dengan sempurna. Kanopi hutan
gambut ini pada umumnya terbuka dan tingginya
seragam hingga 30 m, tidak banyak pohon yang
tingginya mencua. Jenis yang dominan bervariasi
menurut lokasi, seperti Alstonia scholaris,
Terminalia complanata, Terminalia copelandii dan
Vatica rassak. Vegetasi hutan gambut fungsinya
sebagai penangkap sedimentasi lumpur, pasir,
batu maupun bahan lain yang diakibatkan oleh
aliran air baik dari sungai maupun air
permukaan. Beberapa spesies tumbuhan gambut
memiliki sistem perakaran yang menciptakan
155
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
sistem hidrologi spesifik gambut. Meskipun tidak
banyak spesies wilayah ini juga menjadi habitat
bagi kehidupan satwa air gambut pegunungan
untuk bersarang, berkembangbiak dan sebagai
tempat pengasuhan anakan. Komunitas hutan
gambut dapat cukup berkembang seperti di
wilayah lahan pamah, terutama pada wilayah
yang membentuk dome (kubah). Pembentukan
serasah dan humus dapat berlangsung meski
kurang sempurna, dan di wilayah ini relatif lebih
subur. Proses pengikatan air hujan dan
penghambatan laju air permukaan secara alami
mengakibatkan pada wilayah ini tersimpan air,
meski kualitasnya air gambut kurang baik.
Tersedianya air pada hutan gambut ini
berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
sehingga lebih lembab, nyaman dan tidak mudah
terbakar secara alami (karena petir). Beberapa
spesies vegetasi mengikat karbon dan juga
melepaskan oksigen segar ke udara. Senyawa
karbon yang tidak terurai dari sisa-sisa bahan
organik di wilayah ini tersimpan dengan baik di
dalam tanah bergambut.
15 Vegetasi hutan komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon
pamah (non tinggi 30–45 m, batangnya lurus dan relatif
dipterokarpa) ramping, tajuknya lebat berdaun kecil, sedang
sampai lebar dan selalu hijau, tumbuh pada
berbagai tipe tanah dengan variasi tingkat
kesuburannya pada elevasi 0 - 1000 m.
Bergantung kepada wilayah dan iklimnya
dominasi spesies pada komunitas ini adalah
bukan dari kelompok Dipterocarpaceae, umumnya
banyak ditemukan bebagai spesies pohon
penghasil buah-buahan, penghasil getah dan
minyak atsiri, dan penghasil komoditas tanaman
perkebunan (kopi, kakao, minyak nabati, serat
dll.) Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa)
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem
(abiotik dan biotik) yang berada di bawahnya.
Sebagai komunitas vegetasi yang mendominasi
suatu ekosistem, banyak komunitas vegetasi lain
maupun satwa yang hidup di dalamnya sangat
bergantung oleh keberadaan hutan pamah (non
dipterokarpa). Berbagai unsur hara tanah juga
menjadi terjaga kelestariannya oleh vegetasi hutan
pamah ini. Keragaman spesies hutan pamah
dengan tajuk yang beragam bentuknya berfungsi
sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen.
Tajuk pohon yang sangat beragam mampu untuk
156
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
menarik uap air menghasilkan tetesan kondensasi
karena adanya perbedaan suhu. Pohonnya
menghasilkan serasah organik yang cukup
banyak, dan bersama dengan bahan organik lain
yang mati melalui proses dekomposisi oleh
organisme tanah membentuk humus. Tajuk
pohon dengan dedaunan yang beragam akan
mengurangi terpaan air hujan dan angin. Air
hujan akan langsung terserap oleh humus yang
berpengaruh kepada kondisi kelembaban di dalam
hutan. Air hujan yang jatuh pada permukaan
tanah selain diserap oleh humus, laju aliran air
pemukaan terkendali kecepatannya sehingga
permukaan tanah tidak tererosi. Air yang terserap
oleh humus akan dilepas secara perlahan,
sehingga ketersediaan air dapat tercukupi meski
pada musim kemarau. Humus yang kaya akan
bahan organik (N,P,K), akan memperkaya unsur
hara tanah menjadi lebih subur.
16 Vegetasi hutan vegetasi dengan komunitas hutan yang tumbuh
pamah monsun dan berkembang pada lahan kering pamah di
malar hijau wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik hutan-hutan yang selalu hijau atau
malar hijau meskipun pada musim kemarau yang
kering. Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan meskipun
perawakannya lebih kecil dan stratifikasi pohon
tidak terlalu kompleks. Vegetasi hutan pamah
monsun malar hijau fungsinya sebagai pelindung
bagi ekosistem (abiotik dan biotik) yang berada di
bawahnya. Komunitas vegetasi ini terletak pada
wilayah yang beriklim kering namun tegakan
vegetasinya tidak menggugurkan (merontokan)
daunnya meskipun pada musim kemarau. Banyak
komunitas vegetasi lain maupun satwa hidupnya
sangat bergantung oleh keberadaan hutan pamah
monsun malar hijau. Keragaman spesies hutan
pamah monsun malar hijau ditunjukkan dengan
bentuk tajuknya sekaligus berfungsi sebagai
penyerap karbon dan penghasil oksigen. Tajuk
pohon yang sangat beragam mampu untuk
menarik uap air menghasilkan tetesan air
kondensasi oleh adanya perbedaan suhu. Tetesan
air ini kemudian jatuh ke lantai dasar hutan
diserap oleh humus yang berasal dari serasah
organik dan bahan organik lain yang mati yang
terdekomposisi. Proses ini mengakibatkan wilayah
ini menjadi lebih lembab, dan banyak tumbuhan
yang mampu tumbuh hidup meski pada musim
157
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
kemarau karena air cukup dibawah lapisan atas
tanah. Tajuk pohon dengan dedaunan yang
beragam akan mengurangi terpaan air hujan dan
angin. Dengan adanya humus maka wilayah
tersebut relatif lebih subur.
17 Vegetasi hutan vegetasi dengan komunitas hutan yang tumbuh
pamah monsun dan berkembang pada lahan kering pamah pada
merangas wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik vegetasi hutan yang menggugurkan
daun (merangas) atau mengering pada musim
kemarau. Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan dengan
perawakan pohonnya lebih kecil serta stratifikasi
pohon tidak terlalu kompleks.
Vegetasi hutan pamah monsun merangas
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem
(abiotik dan biotik) yang berada di bawahnya.
Komunitas vegetasi ini terletak pada wilayah yang
beriklim kering, dimana tegakan vegetasinya
menggugurkan (merangas) daunnya pada musim
kemarau. Keragaman spesies hutan pamah
monsun merangas tidak terlalu tinggi, namun
pada saat musim hujan menghasilkan bahan
organik terutama dedauanan cukup lebat.
Dedaunan berfungsi sebagai penyerap karbon dan
penghasil oksigen pada saat musim hujan. Pada
saat musim kemarau dedaunan itu luruh dan
jatuh ke lantai dasar hutan menjadi serasah, cara
vegetasi menggugurkan daun agar penguapan
tidak terlalu tinggi. Karena lantai hutan mengering
maka proses dekomposisi lebih lambat, namun
serasah yang telah cukup tebal mampu menutupi
lantai hutan sehingga penguapan air dari
permukaan tanah pada lantai dasar hutan dapat
dicegah. Humus terbentuk dari serasah organik
dan bahan organik lain yang mati mulai dari
lapisan serasah paling bawah, proses ini
mengakibatkan wilayah ini menjadi lebih lembab
dan banyak tumbuhan yang mampu tetap
tumbuh hidup meski pada musim kemarau.
18 Vegetasi hutan vegetasi dengan komunitas vegetasi di sepanjang
pantai pantai di belakang pantai pasir yang ditumbuhi
komunitas pes-caprae, dimana berkembang
spesies semak atau komunitas perdu dan pohon
kecil. Komposisi floristik hutan pantai seragam di
seluruh Indonesia, baik yang terdapat di kawasan
beriklim basah maupun beriklim kering musiman.
Spesies karakteristik wilayah ini adalah Ardisia
elliptica, Caesalpina bonduc, Clerodendron
158
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
inerme, Colubrina asiatica, Cycas rumphii,
Desmodium umbellatum, Dodonaea viscosa,
Erythrina variegata, Messerschmidia argentea,
Pemphis acidula, Pluchea indica, Premna
corymbosa, Scaevola taccada, Sophora tomentosa
dan Tacca leontopetaloides. Spesies pohon lain
juga ditemukan antara lain adalah Barringtonia
asiatica dan Calophyllum inophyllum.
Vegetasi hutan pantai fungsinya sebagai
pelindung bagi ekosistem pantai baik dari
gelombang air laut, angin dari laut, intrusi air laut
ke darat juga abrasi pantai. Komunitas vegetasi ini
biasanya terletak di belakang garis pantai yang
dicirikan berupa pasir pantai. Sistem perakaran
yang kuat akan menjadikan spesies vegetasi
pantai baik berupa pohon, perdu, semak maupun
spesies yang memanjat mampu menjaga kondisi
ekosistem dari bencana alam yang biasa terjadi di
wilayah pantai seperti abrasi baik yang
disebabkan oleh ombak, angin, maupun tsunami.
19 Vegetasi hutan vegetasi yang tumbuh di wilayah pantai yang
pantai monsun beriklim monsun dengan komunitas vegetasi
berupa komunitas pes-caprae, dimana
berkembang spesies dominan dari semak atau
komunitas perdu dan pohon kecil. Komposisi
floristik hutan pantai seragam di seluruh
Indonesia, baik yang terdapat di kawasan beriklim
basah maupun beriklim kering (monsun). Spesies
semak atau komunitas perdu dan pohon kecil
yang banyak ditemukan di wilayah ini adalah
spesies yang mampu bertahan pada wilayah yang
kering seperti Caesalpina bonduc, Clerodendron
inerme, Colubrina asiatica, Desmodium
umbellatum, Dodonaea viscosa, Erythrina
variegata, Messerschmidia argentea, Pemphis
acidula, Pluchea indica, Premna corymbosa,
Scaevola taccada, Sophora tomentosa dan Tacca
leontopetaloides. Kelompok rumput-rumputan
sering ditemukan di wilayah ini seperti Canavallia
maritima dan Vigna marina, rerumputan
(Ischaemum muticum dan Spinifex littoreus) yang
mengering saat musim kemarau.
Vegetasi hutan pantai monsun fungsinya sebagai
pelindung bagi ekosistem pantai baik dari
gelombang air laut, angin dari laut, intrusi air laut
ke darat juga abrasi pantai. Komunitas vegetasi
hutan pantai monsun ini biasanya terletak di
belakang garis pantai. Meskipun tidak banyak
variasinya, sistem perakaran yang kuat akan
159
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
menjadikan spesies vegetasi pantai baik berupa
pohon, perdu, semak maupun spesies yang
memanjat mampu atau menjalar mampu
berfungsi menjaga kondisi ekosistem dari bencana
alam yang biasa terjadi di wilayah pantai seperti
abrasi baik yang disebakan oleh ombak, angin,
maupun tsunami.
20 Vegetasi hutan vegetasi yang terdapat pada wilayah dengan
pegunungan atas elevasi 2000 mdpl - 3000 mdpl. Umumnya spesies
pohonnya berdaun berukuran kecil (mikrofil),
dengan penampakan tajuknya rapat dan
permukaan tajuk (kanopi) relatif rata dan batang
pohon ramping, tidak lurus batangnya (bengkok-
bengkok) dan banyak ditumbuh lumut. Flora
hutan pegunungan atas lebih miskin daripada
hutan pegunungan bawah. Marga-marga yang
umum antara lain adalah Daphniphyllum,
Dacrycarpus, Drimys, Elaeocarpus, Eurya,
Papuacedrus, Pittosporum, Podocarpus, Quintinia,
Myrsine, Saurauia, dan Symplocos.
Vegetasi hutan pegunungan atas ini berfungsi
sebagai penutup permukaan morfologi wilayah
pegunungan yang umumnya berupa batuan beku
vulkanik pada ekosistem pegunungan atas.
Komunitas vegetasi berupa spesies pohon kecil,
kerdil dengan bentuk batang tidak beraturan
(bengkok-bengkok), perdu-perdu kerdil, rumpun-
rumpun rumput, dan kelompok paku-pakuan.
Pada batang atau cabang pohon biasa ditumbuhi
lumut dan lumut kerak yang berair. Serasah yang
dihasilkan oleh komunitas hutan ini menjadi
salah satu sumber hara di wilayah ini. Tumpukan
serasah di lantai dasar hutan bersama dengan
bahan organik mati lain seperti batang, cabang,
maupun satwa yang mati akan terdekomposisi
secara alami oleh biota tanah menjadi humus.
Humus dan tumbuhan lumut yang tumbuh pada
batuan vulkanik tersingkap sifatnya seperti spons
sehingga mampu menyerap air, sehingga wilayah
ini terasa lembab berair. Pada saat hujan,
sebagian besar air permukaan akan diserap dan
diikat oleh humus dan lumut sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan. Air
yang diikat oleh humus dan lumut akan dilepas
secara bertahap melalui permukaan lantai dasar
hutan akan turun ke bawah dan sebagian lain
masuk dalam sistem hidrologi permukaan tanah
maupun bawah tanah sebagai cadangan air.
21 Vegetasi hutan vegetasi yang terdapat pada wilayah dengan
160
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
pegunungan bawah elevasi 750-2500 mdpl. Vegetasi pada habitat ini
berupa hutan lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya spesies.
Umumnya ukuran batang pohonnya sudah
mengecil, demikian juga daunnya. Pada batang
pohon biasanya tumbuh melimpah berbagai jenis
epifit, tumbuhan memanjat dan lumut pada
batang pohon maupun substrat tanah dan batuan
di lantai dasar hutan. Jenis-jenis dari suku
Fagaceae dan Lauraceae melimpah. Jenis-jenis
pohon lain yang umumnya ditemukan antara lain
adalah Schima wallichii, Dacrycarpus imbricatus,
Turpinia pomifera, Eugenia banksii, Engelhardia
spicata, Lithocarpus spp., Quercus spp.,
Palaquium spp., dan juga paku pohon (Cyathea
spp.).
Vegetasi hutan pegunungan bawah berfungsi
sebagai penutup permukaan morfologi
pegunungan bawah dengan batuan vulkanik.
Komunitas vegetasi ini variasi spesies pohonnya
cukup melimpah, berupa tegakan pohon tinggi
ramping bertajuk yangmenghasilkan serasah
daun cukup banyak dan bersama lumut yang
tumbuh pada lantai dasar hutan membentuk
komunitas lantai dasar hutan yang lembab. Pada
lantai dasar hutan sering ditemukan semai dab
merupakan habitat yang baik bagi
mikroorganisme dan satwa perombak tanah.
Tumpukan serasah di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi secara alami menjadi humus
bersama dengan lumut yang menyerap air. Lumut
yang mati akan berubah menjadi tanah yang kaya
hara. Pada saat ada hujan, sebagian besar air
permukaan akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
lantai dasar hutan yang berupa batuan vulkanik
akan akan turun ke bawah masuk dalam sistem
hidrologi permukaan dan bawah tanah sebagai
cadangan air. Air yang dilepaskan akan
menyebabkan proses kartstifikasi berlangsung
dan kondisi lingkungan menjadi relatif lebih
lembab dan sejuk.
22 Vegetasi hutan vegetasi yang terdapat pada wilayah yang beriklim
pegunungan bawah monsun dengan elevasi 1000 mdpl - 2000 mdpl,
monsun (monsoon umumnya didominasi oleh spesies pohonnya
lower mountain berdaun berukuran sedang (mesofil) dan
forest) penampakan tajuk pohon (kanopi) yang relatif
161
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
tidak rata. Beberapa spesies pohon yang
mencirikan komunitas vegetasi ini adalah
Castanopsis acuminatissima yang berasosiasi
dengan Lithocarpus spp dan Araucaria spp Pada
elevasi mendekati 1700 mdpl. Terdapat transisi ke
hutan berlumut yang dicirikan oleh hutan
Nothofagus. Sesuai dengan kondisi iklim wilayah
ini berupa monsun (kering), keragaman spesies
pada wilayah ini lebih rendah dibandingkan
dengan wilayah pegunungan bawah yang relatif
basah.
Vegetasi hutan pegunungan bawah monsun
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
pegunungan bawah dengan batuan vulkanik pada
wilayah pegunungan bawah yang beriklim kering.
Vegetasinya didominasi oleh semak, perdu dan
kelompok rumput. Vegetasi di wilayah in pada
saat musim hujan tajuknya menjadi cukup lebat
sehingga serasah daun cukup banyak. Serasah
daun Bersama lumut yang tumbuh pada lantai
dasar hutan membentuk komunitas lantai dasar
hutan yang lembab. Namun pada saat musim
kering, tumbuhan hutan maupun tumbuhan
bawah menjadi kering dan merangas. Serasah dan
lumut yangi kering menumpuk pada permukaan
atas lantai hutan. Tumpukan serasah di lantai
dasar hutan akan terdekomposisi secara perlahan
menjadi humus dan tanah tipis yang kaya hara.
Pada saat ada hujan sebagian besar air
permukaan akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang telah diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
lantai dasar hutan yang berupa batuan vulkanik
dan akan turun meresap ke bawah masuk dalam
sistem hidrologi permukaan dan bawah tanah
sebagai cadangan air.
23 Vegetasi hutan rawa kelompok komunitas vegetasi yang tumbuh dan
air tawar pada berkembang pada pada bentang alam karst yang
bentang alam karst secara periodik atau permanen digenangi oleh air
hujan atau limpahan air sungai. Wilayah ini
cukup kaya dengan pohon buah-buahan seperti
kelompok matoa, rambai, mangga. Spesies lain
yang banyak terdapat di hutan ini adalah spesies
yang termasuk marga Alstonia, Barringtonia,
Campnosperma, Dillenia, Eugenia, Mangifera,
Neesia, dan Pholidocarpus.
Vegetasi hutan rawa air tawar bentang alam karst
berfungsi sebagai tempat memijah, mencari
162
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
makan, membesarkan atau mengasuh anakan
dan tempat berlindung bagi satwa air tawar.
Wilayah ini juga berfungsi sebagai penyedia air
tawar, terutama pada saat musim kemarau
meskipun hutan air tawar pada bentang alam
karst ini sering kali tidak tergenang secara
permanen. Beberapa pohon dihuni oleh beberapa
spesies mamalia, burung, reptilia, dan amfibia,
yang semuanya itu berperan dalam mendukung
keseimbangan ekosistem. Beberapa spesies
migran terkadang menggunakan wilayah ini untuk
sementara selama migrasi dari belahan utara ke
selatan atau sebaliknya.
24 Vegetasi litoral adalah kelompok komunitas yang terdapat di
sepanjang pantai berpasir atau berbatu yang
terendam air laut dengan pasang surut harian dan
terdiri atas berbagai spesies alga dan lamun. Di
beberapa tempat seperti Nusa Tenggara Barat
komunitas ganggang laut membentuk zonasi pada
hamparan pasir dan karang dekat pantai
didominasi oleh spesies dari marga Bodlea,
Chaetomorpha, Gracilaria, dan Hypnea.
Sementara itu di bagian tengah hamparan
terumbu karang komunitas didominasi spesies
dari marga Padina dan Halimeda, dan pada tepi
terumbu karang spesies yang dominan adalah dari
marga Acanthophora, Bodlea, Chaetomorpha,
Gracilaria, Laurensia dan Turbinaria.
Vegetasi litoral berfungsi sebagai produsen primer
dan tempat memijah, mencari makan,
membesarkan atau mengasuh anakan dan tempat
berlindung bagi satwa air masin (laut). Tumbuhan
litoral seperti algae, rumput laut, komunitas
karang merupakan biota yang menghasilkan
oksigen terbesar. Beberapa satwa air baik
mamalia air laut, reptilia maupun ikan
menggunakan vegetasi litoral ini sebagai
makanannya.
25 Vegetasi mangrove vegetasi yang terdapat pada komunitas hutan
yang tumbuh dan berkembang pada habitat basah
dan masin di sepanjang pantai, terutama pantai
berlumpur dan pada muara-muara sungai besar
atau sungai kecil, dan dapat membentang
sepanjang sungai besar jauh sampai ke
pedalaman. Kekayaan jenis tumbuhan hutan
mangrove rendah. Jumlah jenis seluruhnya hanya
sekitar 60, termasuk 38 jenis yang berupa pohon
mangrove sejati. Jenis-jenis utama termasuk
Avicennia alba, Avicennia officinalis, Bruguiera
163
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
gymnorrhiza, Bruguiera eriopetala, Ceriops
decandra, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa,
Lumnitzera littorea, Nypa fruticans, Rhizophora
apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora
stylosa, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris,
Sonneratia ovata, Xylocarpus granatum dan
Xylocarpus moluccensis.
Vegetasi hutan mangrove fungsinya sebagai
pelindung bagi ekosistem pantai dan terestrial
(daratan) baik dari gelombang air laut, angin dari
laut, intrusi air laut ke darat dan juga abrasi
pantai. Sebagai produsen primer pengguna karbon
dan penghasil oksigen. menjadikan wilayah ini
sangat nyaman bagi satwa konsumsi (produsen
sekunder). Komunitas vegetasi hutan mangrove ini
biasanya terletak di belakang garis pantai berupa
pasir pantai dari yang berlumpur hingga
campuran lumpur dan pasir. Variasi sistem
perakaran yang kuat menjadikan spesies vegetasi
mangrove baik berupa pohon, perdu, semak
maupun spesies yang memanjat mampu atau
menjalar mampu berfungsi menjaga kondisi
ekosistem dari bencana alam yang biasa terjadi di
wilayah pantai seperti abrasi baik yang disebakan
oleh ombak, maupun angin, tsunami. Komunitas
vegetasi mangrove juga berperan dalam mencegah
masuknya air laut ke wilayah daratan.
26 Vegetasi savana wilayah lahan kering dengan iklim monsun yang
monsun pamah terletak di elevasi kurang dari 1000 mdpl yang
komunitas vegetasinya berupa kelompok
rerumputan (Poaceae) atau semak pendek dengan
pohon-pohon yang tumbuh terpencar dan jarang
dengan tajuknya yang tidak bersentuhan. Spesies
rumput Heteropogon contortus dan Themeda
australis seringkali mendominan, baik secara
bersama-sama maupun masing-masing berupa
komunitas murni. Karakteristik wilayah ini adalah
pada saat musim kering, hampir semua vegetasi
berwarna coklat, karena mengering dedaunnya.
Padang rumput lahan kering pamah monsun
fungsinya adalah sebagai pelindung lahan kering
dimana substartnya berupa batuan ultra basa,
batuan vulkanik, batuan karbonat pejal baik pada
lahan pamah yang beriklim kering (monsun)
sehingga lapisan tanahnya sangat tipis. Pada
kondisi seperti tidak banyak spesies vegetasi
pohon mampu tumbuh. Meskipun memerlukan
waktu lama karena kondisi iklim yang kering,
vegetasi padang rumput yang tumbuh akan
164
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
mengasilkan serasah, yang akan menambah
unsur hara pada permukaan batuan yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh.
27 Vegetasi savanna kelompok komunitas vegetasi pada lahan kering
pegunungan monsun pegunungan beriklim monsun dengan vegetasinya
berupa padang rumput atau semak pendek
dengan pohon-pohon yang tumbuh terpencar dan
jarang, tajuknya tidak saling bersentuhan yang
tumbuh dan berkembang pada wilayah lahan
lahan kering yang beriklim monsun pada elevasi
di atas 750 (1000) m dpl. Spesies yang
mendominasi antara lain adalah rumput
Heteropogon contortus. Pohon-pohon yang biasa
tumbuh di wilayah ini antara lain Acacia
leucophloea, Albizia chinensis, Casuarina
junghuhniana, Eucalyptus platyphylla dan
Eucalyptus alba dan Schleichera oleosa.
Vegetasi savana pegunungan monsun fungsinya
adalah sebagai pelindung yang berupa lahan
kering dimana substartnya dapat berupa batuan
ultra basa, batuan vulkanik, batuan karbonat
pejal baik pada ekosistem pegunungan yang
beriklim kering. Pada kondisi seperti ini tidak
banyak spesies vegetasi pohon mampu tumbuh
dengan baik, sehingga tegakan pohon tumbuh
terpencar-pencar diantara rerumputan yang
dominan. Vegetasi savana yang tumbuh akan
mengasilkan serasah, yang akan menambah
unsur hara pada permukaan batuan yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh.
28 Vegetasi terna rawa kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
air tawar berkembang pada wilayah lahan basah (rawa air
tawar). Kawasan ini dibanjiri secara periodik atau
permanen oleh air hujan atau air yang mengalir
balik dari sungai. Air kaya akan mineral dengan
kemasaman rendah (pH = 6 atau lebih). Wilayah
ini tergolong kaya hara dengan vegetasi terna
(herba) seperti berupa kelompok rerumputan
(Leersia hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza
spp., Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan (Cyclosorus), teki-
tekian (Thoracostachyum sumatranum dan Scleria
sp), bakung-bakungan (Hanguana), kelompok
pandan (Pandanus spp) serta tegakan pohon yang
jarang dan saling tidak menutup tajuknya.
Vegetasi terna rawa air tawar berfungsi sebagai
tempat memijah, mencari makan, membesarkan
165
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
atau mengasuh anakan dan tempat berlindung
bagi satwa air tawar. Wilayah ini juga berfungsi
sebagai penyedia air tawar, meskipun rawa air
tawar sering kali tidak tergenang secara
permanen. Beberapa vegetasi terna rawanya
dihuni oleh beberapa spesies mamalia, burung,
reptilia, amfibia, yang semuanya itu berperan
dalam mendukung keseimbangan ekosistem.
Beberapa spesies migran terkadang menggunakan
wilayah ini untuk sementara selama migrasi dari
belahan utara ke selatan atau sebaliknya.
29 Vegetasi terna rawa kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
gambut berkembang pada wilayah lahan basah rawa
gambut yang dominasi vegetasi terna seperti dari
spesies rumput agak tinggi seperti Echinochloa
praestans, Hymenachne acutigluma, Ischaemum
polystachyum, Leersia hexandria, Brachiaria
mutica, Panicum auritum dan Panicum
paludosum. Spesies tersebut dapat bercampur
dengan spesies lain seperti Hanguana malayana
dan Typha orientali, atau jenis paku-pakuan
seperti Stenochaena, Nephrolepis, Ceratopteris
thalictroides, Ampelopteris prolifera dan
Cyclosorus interruptus. Seringkali kelompok
vegetasi ternanya membentuk pulau mengapung.
Vegetasi terna rawa gambut fungsinya sebagai
penangkap sedimentasi berupa lumpur, pasir,
batu maupun bahan lain yang diakibatkan oleh
aliran air baik dari sungai maupun air
permukaan. Beberapa spesies terna rawa gambut
memiliki sistem perakaran yang menciptakan
sistem hidrologi spesifik gambut. Meskipun tidak
banyak spesies wilayah ini juga menjadi habitat
bagi kehidupan satwa rawa gambut untuk
bersarang, berkembangbiak dan sebagai tempat
pengasuhan anakan. Komunitas terna rawa
gambut dapat cukup berkembang seperti di
wilayah lahan pamah. Pembentukan serasah
tumbuhan herba dan humus dapat berlangsung
meski kurang sempurna, dan di wilayah ini relatif
lebih subur. Proses pengikatan air hujan dan
penghambatan laju air permukaan secara alami
mengakibatkan pada wilayah ini tersimpan air,
meski kualitasnya air gambut kurang baik.
Tersedianya air pada komunitas vegetasi terna
rawa gambut ini berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan sehingga lebih lembab, nyaman dan
tidak mudah terbakar secara alami (karena petir).
Beberapa spesies vegetasi terna rawa gambut
166
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
mengikat karbon dan juga melepaskan oksigen
segar ke udara. Senyawa karbon yang tidak
terurai dari sisa-sisa bahan organik di wilayah ini
tersimpan dengan baik di dalam tanah bergambut.
30 Vegetasi terna tepian vegetasi dari kelompok terna yang tumbuh
danau umumnya pada tepian danau yang airnya relatif
dangkal. Beberapa spesies yang biasa ditemukan
pada wilayah ini adalah kelompok rerumputan
(Leersia hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza
spp., Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan (Cyclosorus), teki-
tekian (Thoracostachyum sumatranum dan Scleria
sp), bakung-bakungan (Hanguana).
Vegetasi terna tepian danau fungsinya adalah
sebagai pelindung yang berupa lahan basah
danau dimana substartnya dapat berupa lumpur.
Wilayah ini sering terpengaruh oleh air sungai
yang bermuara maupun outlet sungai. Pada
kondisi seperti tidak banyak spesies vegetasi
pohon mampu tumbuh, hanya kelompok herba
(rumput, teki, bakung), paku-pakuan yang
dominan. Vegetasi terna tepian danau yang
tumbuh akan mengasilkan serasah, yang akan
menambah unsur hara pada pinggiran danau
yang memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh. Beberapa spesies satwa air hidup
memijah mencari pakan dan berkembang biak di
wilayah ini. Beberapa spesies migran sering
ditemukan untuk mencari makan.
31 Vegetasi terna tepian kelompok komunitas tumbuhan terna yang
sungai tumbuh dan berkembang pada wilayah lahan
basah yang terdapat di bantaran sungai atau
wilayah di sekitar aliran sungai sehingga sering
tergenang, terkena arus sungai dan pengaruh
sedimen yang terbawa oleh air sungai. Berbagai
spesies rumput tinggi, seperti Phragmites karka
dan Saccharum robustum, dapat ditemukan
dalam komunitas tepi sungai di Papua.
Vegetasi terna tepian sungai fungsinya sebagai
penangkap sedimentasi berupa lumpur, pasir,
batu maupun bahan lain yang diakibatkan oleh
aliran air permukaan yang dari perbukitan di
atasnya maupun yang mengalir pada badan air
sungai. Dengan proses ini maka air yang menuju
ke hulu sungai sudah tersaring material
batuannya sehingga proses sedimentasi pada
pinggiran sungai, pendangkalan sungai maupun
muara sungai berkurang. Sedimen yang terbawa
ini umumnya membawa unsur hara dari bagian
167
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Sulawesi
hulu, dan membentuk lahan relatif kering yang
tidak digenangi air secara permanen membentuk
bantaran sungai yang subur. Pada bagian ini
umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi berupa
terna dan juga pohon yang selalu hijau di
sepanjang tahun. Kombinasi terna dan vegetasi
pepohonan yang ukurannya tidak terlalu besar
dengan sistem perakaran yang kuat membentuk
rajutan akar ini akan memperkuat struktur
pinggiran yang berupa tebing sungai menjadi lebih
kuat menahan longsornya tanah, terutama saat
musim hujan tiba. Wilayah ini juga berfungsi
sebagai penyedia air tawar.

168
Pulau Papua
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
1 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah adalah
batuan ultrabasa komunitas vegetasi yang tumbuh pada elevasi di
pamah bawah 1000 mdpl dengan substrat tanah yang
berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput, vegetasi semak
terbuka hingga ke hutan dengan tegakan pohon
lebat dan tinggi dengan komposisi floristik yang
kaya spesies. Vegetasi hutan batuan ultrabasa
pamah ini berfungsi sebagai penutup permukaan
pada lahan pamah yang komposisinya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan terdekomposisi menjadi humus
hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan sehingga laju air
permukaan tanah dapat diperlambat.
2 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah monsun
batuan ultrabasa adalah komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pamah monsun wilayah dengan iklim monsun (kering) elevasi di
bawah 1000 mdpl dengan substrat tanah yang
berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium yang tinggi, kandungan silika
rendah, serta dicirikan oleh kandungan tinggi
unsur-unsur yang beracun bagi tumbuhan
(phytotoxins), terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini dapat berupa padang rumput,
vegetasi semak terbuka. Vegetasi hutan batuan
ultrabasa pamah monsun ini berfungsi sebagai
penutup permukaan pada lahan pamah beriklim
monsun (kering) dan komposisi lahannya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan oleh padang rumput, vegetasi
semak terdekomposisi menjadi humus hara tanah
serta berperan dalam menyerap sebagian air
hujan dan menghambat laju air permukaan
3 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah monsun
batuan ultrabasa malar hijau adalah komunitas vegetasi yang
pamah monsun tumbuh pada wilayah dengan iklim monsun
malar hijau (kering) elevasi di bawah 1000 mdpl yang dicirikan
tajuknya selalu hijau segar meski pada musim
kemarau. Vegetasi ini tumbuh pada lahan dengan
substrat tanah yang berasal dari serpentinit
dengan kandungan besi dan magnesium tinggi,
169
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
kandungan silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang beracun bagi
tumbuhan (phytotoxins), terutama kobal dan
krom. Vegetasi pada habitat ini umumnya berupa
perdu hingga hutan malar hijau lebat yang kaya
spesies. Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah
monsun malar hijau ini berfungsi sebagai penutup
permukaan tanah pada lahan pamah beriklim
monsun (kering) yang komposisinya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan terdekomposisi menjadi humus
hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan dan menghambat
laju air permukaan.
4 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
batuan ultrabasa alpin adalah komunitas vegetasi yang tumbuh
pegunungan alpin pada elevasi 4000 - 4200 mdpl yang substrat
tanahnya berasal dari serpentinit dengan
kandungan besi dan magnesium tinggi,
kandungan silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang beracun bagi
tumbuhan (phytotoxins), terutama kobal dan
krom. Vegetasi yang dominan adalah perdu semak
paku-pakuan, lumut dan padang rumput.
Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
alpin ini berfungsi sebagai penutup permukaan
wilayah pegunungan alpin yang komposisi
tanahnya berupa batuan beku yang mengandung
besi, magnesium, silika, kobal dan krom yang
miskin hara. Serasah yang dihasilkan oleh
komunitas perdu semak paku-pakuan, lumut dan
padang rumput terdekomposisi menjadi humus
hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan serta menghambat
laju air permukaan tanah
5 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
batuan ultrabasa alpin monsun adalah komunitas vegetasi yang
pegunungan alpin tumbuh pada wilayah beriklim kering (monsun)
monsun dengan elevasi 4000 - 4200 mdpl di atas substrat
tanah yang berasal dari serpentinit dengan
kandungan besi dan magnesium tinggi,
kandungan silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang beracun bagi
tumbuhan (phytotoxins), terutama kobal dan
krom. Vegetasi yang dominan adalah semak paku-
pakuan, lumut dan padang rumput. Vegetasi
hutan batuan ultrabasa pegunungan alpin
monsun ini berfungsi sebagai penutup permukaan
170
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
wilayah pegunungan alpin yang komposisi
lahannya berupa batuan beku yang mengandung
besi, magnesium, silika, kobal dan krom yang
miskin hara. Serasah yang dihasilkan oleh
komunitas padang rumput dan perdu semak
terdekomposisi menjadi humus hara tanah serta
humus berperan dalam menyerap sebagian air
hujan serta menghambat laju air permukaan.
6 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan atas
batuan ultrabasa adalah komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pegunungan atas elevasi 1500-3300 mdpl dengan substrat tanah
berasal dari serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan silika rendah,
serta dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-
unsur yang beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini umumnya berupa padang rumput, vegetasi
semak, dan beberapa spesies diantaranya berupa
perdu dan pohon pendek dengan batang berlumut
berdiameter kecil. Vegetasi hutan pegunungan ini
berfungsi sebagai penutup permukaan wilayah
pegunungan yang komposisinya berupa batuan
beku yang mengandung besi, magnesium, silika,
kobal dan krom yang miskin hara. Serasah yang
dihasilkan oleh vegetasi padang rumput, vegetasi
semak terbuka hingga ke tegakan pohon berlumut
pendek dengan diameter batang kecil
terdekomposisi menjadi humus hara tanah
berperan dalam menyerap sebagian air hujan
serta menghambat laju air permukaan.
7 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan atas
batuan ultrabasa monsun adalah komunitas vegetasi yang tumbuh
pegunungan atas pada wilayah beriklim kering (monsun) berelevasi
monsun 1500 - 3300 mdpl yang substrat tanahnya berasal
dari serpentinit dengan kandungan besi dan
magnesium tinggi, kandungan silika rendah, serta
dicirikan oleh kandungan tinggi unsur-unsur
beracun bagi tumbuhan (phytotoxins), terutama
kobal dan krom. Vegetasi pada habitat ini
umumnya berupa padang rumput, vegetasi
semak, berbagai spesies lumut pada batuan dan
paku-pakuan. Vegetasi hutan pegunungan ini
berfungsi sebagai penutup permukaan wilayah
pegunungan yang komposisi lahannya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan oleh vegetasi berupa padang
rumput, vegetasi semak, lumut pada batuan dan
paku-pakuan terdekomposisi menjadi humus hara
171
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
tanah serta humus berperan dalam menyerap
sebagian air hujan sehingga laju air permukaan
tanah dapat diperlambat.
8 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
batuan ultrabasa bawah adalah komunitas vegetasi yang tumbuh
pegunungan bawah pada elevasi 750 - 2500 mdpl dengan substrat
tanah berasal dari serpentinit dengan kandungan
besi dan magnesium tinggi, kandungan silika
rendah, serta dicirikan oleh kandungan tinggi
unsur-unsur yang beracun bagi tumbuhan
(phytotoxins), terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini dapat berupa hutan lebat dengan
tajuk yang tidak rata dengan komposisi floristik
yang kaya spesies. Vegetasi hutan pegunungan
bawah ini berfungsi sebagai penutup permukaan
wilayah pegunungan yang komposisinya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan oleh tegakan pohon hutan dengan
floristik beragam terdekomposisi menjadi humus
hara tanah serta humus berperan dalam
menyerap sebagian air hujan sehingga laju air
permukaan tanah dapat diperlambat.
9 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
batuan ultrabasa bawah monsun adalah komunitas vegetasi yang
pegunungan bawah tumbuh pada wilayah beriklim kering (monsun)
monsun berelevasi 750 - 2500 mdpl yang substrat
tanahnya berasal dari serpentinit dengan
kandungan besi dan magnesium tinggi,
kandungan silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang beracun bagi
tumbuhan (phytotoxins), terutama kobal dan
krom. Vegetasi pada habitat ini dapat berupa
hutan yang tidak begitu lebat dengan tajuk yang
tidak rata. Vegetasi hutan batuan ultrabasa
pegunungan bawah monsun ini berfungsi sebagai
penutup permukaan wilayah pegunungan yang
komposisi tanahnyanya berupa batuan beku yang
mengandung besi, magnesium, silika, kobal dan
krom yang miskin hara. Serasah yang dihasilkan
oleh tegakan pohon hutan dengan floristik yang
kurang beragam terdekomposisi menjadi humus
hara tanah serta berperan dalam menyerap
sebagian air hujan sehingga laju air permukaan
tanah dapat diperlambat.
10 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
batuan ultrabasa subalpine adalah komunitas vegetasi yang
pegunungan tumbuh pada elevasi 2400-3800 mdpl dengan
subalpin substrat tanah yang berasal dari serpentinit
172
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
dengan kandungan besi dan magnesium tinggi,
kandungan silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang beracun bagi
tumbuhan (phytotoxins), terutama kobal dan
krom. Vegetasi yang dominan adalah semak,
padang rumput dan beberapa spesies paku pohon.
Vegetasi hutan pegunungan subalpin ini berfungsi
sebagai penutup permukaan wilayah
pegununganalpin yang komposisinya berupa
batuan beku yang mengandung besi, magnesium,
silika, kobal dan krom yang miskin hara. Serasah
yang dihasilkan oleh komunitas perdu semak
paku-pakuan, lumut dan padang rumput
terdekomposisi menjadi humus hara tanah serta
berperan dalam menyerap sebagian air hujan
sehingga laju air permukaan tanah dapat
diperlambat.
11 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
batuan ultrabasa subalpin monsun adalah komunitas vegetasi yang
pegunungan tumbuh pada wilayah beriklim kering (monsun),
subalpin monsun elevasi 2400-3800 m dpl dengan substrat tanah
yang berasal dari serpentinit dengan kandungan
besi dan magnesium tinggi, kandungan silika
rendah, serta dicirikan oleh kandungan tinggi
unsur-unsur yang beracun bagi tumbuhan
(phytotoxins), terutama kobal dan krom. Vegetasi
yang dominan adalah padang rumput dan
beberapa spesies semak, serta paku pohon.
Vegetasi hutan pegunungan subalpin monsun ini
berfungsi sebagai penutup permukaan wilayah
pegunungan subalpin yang komposisi lahannya
berupa batuan beku yang mengandung besi,
magnesium, silika, kobal dan krom yang miskin
hara. Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegununga
subalpin didominasi oleh perdu, semak, paku-
pakuan, lumut dan padang rumput. Serasah yang
terdekomposisi menjadi humus hara tanah
berperan dalam menyerap sebagian air hujan
sehingga laju air permukaan tanah dapat
diperlambat.
12 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah monsun pada
batugamping bentang alam karst adalah komunitas vegetasi
monsun pamah pada berupa varian dari tipe hutan dipterokarpa pamah
bentang alam karst dan hutan non dipterokarpa pamah yang
berkembang pada lahan bentang alam karst
dengan karakteristik tegakan pohon tinggi
ramping bertajuk sedang. Vegetasi hutan
batugamping pamah monsun pada bentang alam
karst berfungsi sebagai penutup permukaan
173
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
morfologi karst dan batuan batugamping yang
tergolong lapisan tanahnya tipis dan miskin hara.
Komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
pamah menghasilkan serasah di lantai dasar
hutan terdekomposisi alami menjadi humus yang
mengikat sebagian besar air permukaan, sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap dan melalui batugamping karst yang
porus akan turun ke bawah masuk dalam sistem
hidrologi karst sebagai cadangan air. Air yang
dilepaskan akan menyebabkan proses karstifikasi.
13 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan
batugamping atas pada bentang alam karst definisi
monsun pegunungan operasionalnya adalah komunitas vegetasi yang
atas pada bentang tumbuh dan berkembang pada bentang lahan
alam karst karst pegununungan atas pada elevasi 1500 m
(2000 m) dpl - 3300 m dpl. Umumnya spesies
pohonnya berdaun berukuran kecil (mikrofil)
dengan penampakan permukaan tajuk atau
kanopi relatif rata dengan batang pohon ramping,
pendek, berukuran lebih kecil dan terkadang
tumbuh kerdil dengan tajuknya rapat. Pada
batang maupun lantai dasar biasa ditemukan
lumut pada permukaan singkapan batugamping
maupun benda atau batang yang roboh. Jika
musim kering lumut menjadi agak kering. Vegetasi
hutan batugamping monsun pegunungan atas
pada bentang alam karst berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong tipis lapisan tanah
dan miskin hara. Komunitas vegetasi spesies
pohonnya berupa tegakan pohon bertajuk rapat
menghasilkan serasah daun cukup banyak pada
musim kering karena umumnya merangas
(menggugurkan daun). Tumpukan serasah di
lantai dasar hutan akan terdekomposisi secara
alami menjadi humus dan mempunyai sifat
menyerap air sehingga terasa lembab berair. Pada
saat ada hujan sebagian besar air permukaan,
akan diserap diikat oleh humus sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap dan melalui batugamping karst yang
porus akan turun ke bawah masuk dalam sistem
hidrologi karst sebagai cadangan air. Air yang
dilepaskan akan menyebabkan proses karstifikasi.

174
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
14 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan
batugamping subalpin pada bentang alam karst adalah vegetasi
monsun pegunungan yang tumbuh menyusun komunitas hutan
subalpin pada batugamping pada bentang lahan karst di
bentang alam karst ekosistem pegunungan subalpin yang beriklim
monsun. Umumnya wilayah ini dapat ditemukan
pada elevasi 2400 - 3800 mdpl dengan indikasi
singkapan permukaan batu gamping yang relatif
tidak banyak ditumbuhi lumut dan tegakan pohon
yang kerdil. Vegetasi hutan batugamping monsun
pegunungan sub alpin pada bentang alam karst
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
karst dan batuan batugamping yang tergolong
sangat tipis lapisan tanah dan miskin hara. Pada
wilayah ini vegetasinya terdiri atas rumpun-
rumpun rumput dan semak-semak, dan
substratnya tidak tertutup penuh. Serasah kering
dan percabangan semak yang mati tertumpuk di
lantai dasar hutan akan terdekomposisi secara
alami menjadi humus dan bersama lumut yang
tumbuh akan menyerap air sehingga terasa
lembab berair jika dipegang. Pada saat ada hujan,
sebagian besar air permukaan akan diserap dan
diikat oleh humus dan lumut sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan pada
lereng pegunungan. Air yang diikat oleh humus
akan dilepas secara bertahap dan melalui
batugamping karst yang porus akan turun ke
bawah masuk dalam sistem hidrologi karst
sebagai cadangan air. Air yang dilepaskan akan
menyebabkan proses karstifikasi berlangsung dan
kondisi lingkungan menjadi relatif lebih lembab.
15 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah adalah
batugamping pamah komunitas vegetasi berupa varian dari tipe hutan
dipterokarpa pamah dan hutan non dipterokarpa
pamah yang tumbuh pada habitat tanah batu
gamping. Tidak banyak spesies yang mampu
tumbuh beradaptasi di wilayah yang berbatu
gamping, sehingga banyak ditemukan spesies
endemik dan langka. Keragamannya bergantung
kepada tingkat kesuburan dan ketebalan tanah
dan iklim setempat, umumnya didominasi oleh
vegetasi perdu semak (pioner). Kerapatan tegakan
pohon hutan relatif jarang dengan diameter
batang yang relatif kecil serta tajuknya tidak
melebar. Vegetasi hutan batugamping pamah
berfungsi sebagai penutup permukaan lahan yang
morfologi berupa batuan batugamping. Lapisan
tanahnya secara fisik tergolong sangat tipis dan
175
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
miskin hara. Pada wilayah ini vegetasinya terdiri
atas rumpun-rumpun rumput, bambu dan semak
serta perdu pioner. Secara alami serasah kering
dan percabangan semak yang mati tertumpuk di
lantai dasar hutan akan terdekomposisi menjadi
humus yang menyerap air sehingga terasa lebih
lembab oleh kandungan air. Pada saat ada hujan
sebagian besar air permukaan, akan diserap diikat
oleh humus sehingga mengurangi laju derasnya
aliran permukaan pada lereng perbukitan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap sebagai cadangan air. Selain itu air akan
bereaksi dengan batugamping sehingga terurai
karbonatnya menjadi batuan gamping yang lapuk
(melunak). Humus yang sifat relatif lebih asam
dengan kabonat yang lebih basa menjadikan
batuan karbonat melapuk bersama humus
menjadi lebih netral keasamannya. Bahan ini
menjadi tanah yang relatif lebih kaya haranya,
sehingga beberapa spesies tumbuh dapat tumbuh.
16 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
batugamping pamah adalah komunitas vegetasi yang berupa varian
monsun dari tipe hutan dipterokarpa pamah dan hutan
non dipterokarpa pamah yang tumbuh pada
habitat tanah yang berupa batugamping yang
beriklim monsun (kering). Iklim yang kering serta
media tumbuh tipis berupa batu menyebabkan
tidak banyak spesies yang mampu tumbuh
beradaptasi di wilayah yang berbatu seperti
batugamping ini, sehingga di wilayah ini sering
ditemukan spesies endemik dan jarang ditemukan
di tempat lain.Vegetasi hutan batugamping pamah
monsun berfungsi sebagai penutup permukaan
lahan yang morfologi berupa batuan batugamping.
Lapisan tanahnya secara fisik tergolong sangat
tipis dan miskin hara. Vegetasi dominan berupa
herba rerumputan, komunitas bambu, semak
belukar serta perdu pohon pioner. Meski tidak
terlalu banyak secara alami dedaunan yang
merangas saat musim kering menjadi tumpukan
serasah kering dan bersama percabangan semak
yang mati tertumpuk di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi menjadi humus. Humus akan
menyerap air sehingga terasa lebih lembab oleh
kandungan air. Pada saat ada hujan sebagian
besar air permukaan, akan diserap diikat oleh
humus sehingga akan mengurangi laju derasnya
aliran permukaan pada lereng perbukitan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
176
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
bertahap sebagai cadangan air. Bergantung
kepada iklim maka kecepatan proses reaksi air
dengan batugamping akan berlangsung lebih
lambat. Sehingga proses terurai karbonat menjadi
karbonat yang lapuk (melunak) juga lebih lambat.
Humus yang sifat relatif lebih asam dengan
kabonat yang lebih basa menjadikan batuan
karbonat melapuk bersama humus menjadi lebih
netral keasamannya. Bahan ini menjadi tanah
yang relatif lebih kaya haranya, sehingga beberapa
spesies tumbuhan dapat tumbuh.
17 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
batugamping pamah malar hijau adalah komunitas vegetasi berupa
monsun malar hijau varian dari tipe hutan dipterokarpa pamah dan
hutan non dipterokarpa pamah yang berkembang
pada lahan dengan substart batugamping pamah
pada wilayah yang beriklim monsun (kering)
dengan karakteristik hutan-hutan yang selalu
hijau atau malar hijau. Struktur dan komposisi
floristik hutan tersebut mirip seperti hutan hujan
meskipun perawakannya lebih kecil dan
stratifikasi pohon tidak terlalu kompleks.
Biasanya komunitas ini berdekatan dengan aliran
sungai atau sumber-sumber air.Vegetasi hutan
batugamping pamah monsun malar hijau
berfungsi sebagai penutup permukaan lahan yang
morfologi berupa batuan batugamping. Lapisan
tanahnya secara fisik tergolong agak tipis.
Vegetasi didominasi oleh beberapa komunitas
tegakan pohon yang mirip dengan hutan hujan.
Secara alami dedaunan yang mati mengering jatuh
ke tanah dan menjadi tumpukan serasah kering
dan bersama percabangan semak yang mati
tertumpuk di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi menjadi humus. Humus akan
menyerap air sehingga terasa lebih lembab oleh
kandungan air. Pada saat ada hujan sebagian
besar air permukaan, akan diserap diikat oleh
humus sehingga akan mengurangi laju derasnya
aliran permukaan pada lereng perbukitan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap sebagai cadangan air. Proses reaksi air
dengan batugamping akan berlangsung relatif
lebih cepat karena air cukup tersedia baik dari
aliran sungai maupun sumber air di sekitarnya.
Humus yang sifat relatif lebih asam dengan
kabonat yang lebih basa menjadikan batuan
karbonat melapuk bersama humus menjadi lebih
netral keasamannya. Bahan ini menjadi tanah
177
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
yang relatif lebih kaya haranya, sehingga beberapa
spesies tumbuhan dapat tumbuh.
18 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang
batugamping pamah alam karst adalah komunitas vegetasi yang berupa
pada bentang alam varian dari tipe hutan dipterokarpa pamah dan
karst hutan non dipterokarpa pamah yang berkembang
pada lahan pamah bentang alam karst. Tidak
banyak spesies yang mampu tumbuh beradaptasi
di wilayah yang berbatu gamping, sehingga
banyak ditemukan spesies endemic dan langka.
Selain spesies pohon yang tumbuh, di wilayah ini
dapat ditemukan beberapa spesies dari kelompok
bambu, tumbuhan pemanjat atau merambat
berkayu, herba rumpu dan talas-talasan yang
tumbuh di sekitar mulut gua maupun sumber
air.Vegetasi hutan batugamping pamah pada
bentang alam karst berfungsi sebagai penutup
permukaan lahan yang morfologi karst dan
singkapan batuan batugamping. Lapisan
tanahnya secara fisik tergolong tipis dan miskin
hara, namun kondisi yang lembab oleh adanya air
yang keluar dari mulut gua menyebabkan lebih
banyak tumbuhan yang bisa tumbuh mulai dari
kelompok lumut, paku-pakuan, tumbuhan epifit,
kelompok herba seperti rumpun-rumpun rumput,
talas, bambu, semak serta perdu, tumbuhan
pemanjat serta kelompok palem sampai pohon
kayu yang besar. Akar pepohonan tersebut
memperangkap humus yang berasal dari serasah
kering dan percabangan semak yang mati.
Tumpukan bahan organik di lantai dasar hutan
akan terdekomposisi oleh biota tanah dan menjadi
tanah humus. Humus seperti spons, akan
menyerap air sehingga terasa lebih lembab oleh
kandungan air, dan akan mempengaruhi suasana
sejuk di sekitarnya. Pada saat hujan, sebagian
besar air permukaan pada permukaan luar karst
(eksokarst) akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan pada lereng perbukitan karst. Air yang
diikat oleh humus akan dilepas secara bertahap
sebagai cadangan air. Selain itu air akan bereaksi
dengan batugamping sehingga terurai
karbonatnya menjadi batuan gamping yang lapuk
(melunak). Humus yang sifat relatif lebih asam
dengan kabonat yang lebih basa menjadikan
batuan karbonat melapuk bersama humus
menjadi netral dan relatif lebih kaya unsur
haranya sehingga beberapa spesies dapat tumbuh.
178
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
19 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pegunungan alpin
batugamping adalah vegetasi yang tumbuh menyusun
pegunungan alpin komunitas hutan batugamping baik pada substrat
batuan gamping maupun bentang lahan karst di
ekosistem pegunungan alpin. Umumnya dapat
ditemui pada elevasi di atas 3500 mdpl seperti di
perbukitan terjal di Pulau Papua yang elevasinya
sampai 4200 mdpl. Pada elevasi sekitar 4000 mdpl
sering dijumpai singkapan batugamping pejal
pada lereng terjal dengan vegetasi padang rumput
dengan perdu-perdu kerdil, rumpun-rumpun
rumput, lumut dan lumut kerak. Vegetasi hutan
batugamping pegunungan alpin pada bentang
alam ini berfungsi sebagai penutup permukaan
morfologi batuan batugamping pejal yang
tersingkap di wilayah ekosistem pegunungan
alpin. Wilayah ini tergolong hampir tidak ada
lapisan tanahnya. Komunitas vegetasi yang dapat
ditemui merupakan spesies padang rumput
seperti perdu-perdu kerdil, rumpun-rumpun
rumput, paku-pakuan, lumut dan lumut kerak
yang umumnya tumbuh pada sela-sela bebatuan
dan rekahan batu maupun tumbuh pada
permukaan batugamping. Sebagai produser
oksigen utama di wilayah ini, maka serasah
vegetasi menjadi satu-satunya sumber hara di
lantai dasar batuan bersama dengan bahan
organik mati lain seperti satwa yang mati akan
terdekomposisi secara alami oleh biota tanah
menjadi humus. Humus sifatnya seperti spons
sehingga mampu menyerap air, sehingga sumber
air di wilayah ini adalah dari humus. Pada saat
ada hujan sebagian besar air permukaan, akan
diserap dan diikat oleh humus sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan. Air
yang diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap dan melalui permukaan batugamping
akan turun ke bawah dan sebagian lain masuk
dalam sistem hidrologi bawah tanah sebagai
cadangan air.
20 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan alpin
batugamping monsun adalah vegetasi yang tumbuh menyusun
pegunungan alpin komunitas hutan batugamping pada baik substrat
monsun batuan batugamping maupun bentang lahan karst
di ekosistem pegunungan alpin dengan iklim
monsun (kering). Umumnya terdapat pada elevasi
3500 - 4000 mdpl, seperti banyak terdapat di
perbukitan terjal di Papua. Pada elevasi sekitar
4000 m sering dijumpai singkapan batu gamping
179
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
pada lereng terjal dengan vegetasi berupa padang
rumput dengan perdu-perdu kerdil, rumpun-
rumpun rumput, paku-pakuan lumut dan lumut
kerak dengan populasi dan sebaran yang lebih
jarang. Vegetasi hutan batu gamping pegunungan
alpin monsun pada bentangalam ini berfungsi
sebagai penutup permukaan morfologi batuan
batugamping pejal yang tersingkap di wilayah
ekosistem pegunungan alpin monsun. Wilayah ini
tergolong kering (jarang hujan) serta lapisan tanah
hampir tidak ada. Komunitas vegetasi berupa
spesies padang rumput dengan perdu-perdu
kerdil, rumpun-rumpun rumput, paku-pakuan,
lumut dan lumut kerak umum yang tumbuh pada
sela-sela bebatuan dan rekahan batu maupun
tumbuh pada permukaan batugamping. Sebagai
produser oksigen utama di wilayah ini, maka
serasah vegetasi menjadi satu-satunya sumber
hara di lantai dasar batuan bersama dengan
bahan organik mati lain seperti satwa yang mati
akan terdekomposisi secara alami oleh biota tanah
menjadi humus. Humus sifatnya seperti spons
sehingga mampu menyerap air, sehingga sumber
air di wilayah ini adalah dari humus. Pada wilyah
ini vegetasi yang ada akan menangkap titik-titik
uap air awan melalui proses kondensasi. Tetesan
air diikat oleh humus akan dilepas secara
bertahap dan melalui permukaan batugamping
akan turun ke bawah dan sebagian lain masuk
dalam sistem hidrologi bawah tanah sebagai
cadangan air.
21 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan atas
batugamping adalah komunitas vegetasi yang tumbuh dan
pegunungan atas berkembang di wilayah dengan batuan
batugamping pada topografi pegunungan atas
pada elevasi 1500 mdpl - 3300 mdpl. Vegetasi
umumnya berukuran lebih kecil dan tumbuh
kerdil. Umumnya pada batang dan dahan akan
ditumbuhi lumut dan beberapa spesies epifit. Di
bawah tegakan pohon umumnya ditumbuhi lumut
(moss) yang tebal, beberapa spesies paku dan juga
perdu. Vegetasi hutan batugamping pegunungan
atas pada bentang alam ini berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi wilayah
pegunungan batuan batugamping umunya pejal
yang tersingkap di wilayah ekosistem pegunungan
atas. Komunitas vegetasi berupa spesies pohon
kecil, kerdil, bentuk batang tidak beraturan
(bengkok-bengkok), perdu-perdu kerdil, rumpun-
180
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
rumpun rumput, paku-pakuan, lumut dan lumut
kerak. Serasah yang dihasilkan oleh komuitas
hutan ini menjadi salah satu sumber hara di
wilayah ini. Tumpukan serasah di lantai dasar
hutan bersama dengan bahan organik mati lain
seperti batang, cabang, maupun satwa yang mati
akan terdekomposisi secara alami oleh biota tanah
menjadi humus. Humus sifatnya seperti spons
sehingga mampu menyerap air, sehingga wilayah
ini terasa lembab berair. Pada saat ada hujan
sebagian besar air permukaan, akan diserap diikat
oleh humus sehingga mengurangi laju derasnya
aliran permukaan. Air yang diikat oleh humus
akan dilepas secara bertahap dan melalui
permukaan batugamping akan turun ke bawah
dan sebagian lain masuk dalam sistem hidrologi
bawah tanah sebagai cadangan air.
22 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batugamping pegunungan atas
batugamping monsun adalah komunitas vegetasi yang tumbuh
pegunungan atas dan berkembang di wilayah iklim monsun dengan
monsun jenis batuan batugamping pada topografi
pegunungan atas berelevasi 1500 m dpl - 3300 m
dpl. Di wilayah ini vegetasi umumnya berukuran
lebih kecil dan tumbuh kerdil, lebih banyak
ditumbuhi kelompok perdu, semak dan komunitas
rumput-rumputan. Pada batang dan dahan tidak
banyak ditumbuhi lumut dan beberapa spesies
epifit. Namun di beberapa tempat yang agak
lembab, di bawah tegakan pohon ditumbuhi lumut
(moss) dan beberapa spesies paku-pakuan.
Vegetasi hutan batugamping pegunungan atas
monsun berfungsi sebagai penutup permukaan
morfologi batuan batugamping umumnya pejal
yang tersingkap di wilayah ekosistem pegunungan
atas monsun. Serasah yang dihasilkan oleh
komuitas hutan ini tidak begitu banyak meskipun
menjadi salah satu sumber hara di wilayah ini.
Vegetasi di wilayah ini juga akan menangkap titik-
titik uap air dari awan dan tetes-tetes air yang
dihasilkan akan diserap oleh lumut dan humus
yang ada. Humus yang jumlahnya terbatas
sifatnya seperti spons sehingga mampu menyerap
air. Pada saat ada hujan sebagian besar air
permukaan, akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui permukaan
batugamping akan turun ke bawah dan sebagian
lain masuk dalam sistem hidrologi bawah tanah
181
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
sebagai cadangan air.
23 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan atas pada bentang
batugamping alam karst adalah komunitas vegetasi yang
pegunungan atas tumbuh dan berkembang pada bentang lahan
pada bentang alam karst pegunungan atas pada elevasi 1500 mdpl-
karst 3300 mdpl. Umumnya spesies pohonnya berdaun
berukuran kecil (mikrofil), dengan penampakan
permukaan tajuk atau kanopi relatif rata dan
rapat dengan batang berukuran kecil, ramping,
pendek dan tumbuh kadang kerdil. Pertumbuhan
vegetasi cenderung mengecil dan melambat pada
elevasi di atas 2000 mdpl. Spesies Vegetasi
didominasi perdu semak dari suku Ericaceae,
kelompok rumput-rumputan, kelompok paku-
pakuan dan lumut. Vegetasi hutan batugamping
pegunungan atas pada bentang alam karst
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
karst dan batuan batugamping yang tergolong
tipis lapisan tanah dan miskin hara. Komunitas
vegetasi ini dicirikan dengan bentuk spesies
pohonnya berupa tegakan tajuk atau kanopi yang
relatif rata dengan batang pohon ramping, pendek,
berukuran kecil dan tumbuh kadang kerdil
dengan tajuknya rapat. Beberapa spesies perdu
semak dari suku Ericaceae dan komunitas
rumput-rumputan, paku-pakuan dan lumut
jugamenghasilkan bahan organik serasah.
Tumpukan serasah di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi secara alami menjadi humus dan
juga lumut yang tumbuh pada pemukaan batuan
gamping juga mempunyai sifat menyerap air. Pada
saat ada hujan sebagian besar aliran air
permukaan, akan diserap diikat oleh humus dan
juga lumut sehingga mengurangi laju derasnya
aliran permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
batugamping karst yang porus akan turun ke
bawah masuk dalam sistem hidrologi karst
sebagai cadangan air. Air yang dilepaskan akan
menyebabkan proses kartstifikasi berlangsung
dan kondisi lingkungan menjadi relatif lebih
lembab dan sejuk dan segar akibat terbentuknya
oksigen dari proses fotosintesa.
24 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan bawah
batugamping adalah komunitas vegetasi yang tumbuh dan
pegunungan bawah berkembang pada substrat batugamping pada
ekosistem pegunungan bawah dengan topografi
pegunungan pada elevasi 800 mdpl - 2000 mdpl.
Umumnya didominasi oleh spesies yang pohonnya
182
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
berdaun berukuran sedang (mesofil) dan
penampakan tajuk pohon (kanopi) relatif tidak
rata. Variasi dan keragaman spesiesnya cukup
tinggi. Beberapa kelompok spesies yang
menghasilkan buah-buahan cukup banyak
ditemukan di wilayah ini. Pada hutan yang sudah
berumur tua, umumnya lantai dasar hutannya
relatif jarang ditemukan semai pohon, kecuali
kelompok herba, lumut dan paku-pakuan.
Vegetasi hutan batugamping pegunungan bawah
pada bentang alam karst berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong tipis lapisan tanah
dan miskin hara. Komunitas hutan ini
menghasilkan cukup banyak serasah dan bahan
organik tumbuhan yang mati di lantai dasar hutan
akan terdekomposisi secara alami menjadi humus
menjadi lapisan tanah yang kaya unsur hara.
Bersama dengan beberapa spesies lumut dan
kelompok herba lain, humus menjadi tumpukan
lapisan tanah tebal yang mampu menyerap air.
Pada saat ada hujan sebagian besar aliran air
permukaa akan diserap dan diikat oleh lapisan
humus sehingga mengurangi laju derasnya aliran
air permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
batugamping yang porus akan turun ke bawah
masuk dalam sistem hidrologi bawah tanah
sebagai cadangan air. Air yang dilepaskan akan
menyebabkan kondisi lingkungan menjadi relatif
lebih lembab dan sejuk dan segar akibat
terbentuknya oksigen dari proses fotosintesa.
25 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan bawah
batugamping monsun adalah komunitas vegetasi yang tumbuh
pegunungan bawah dan berkembang pada wilayah dengan iklim
monsun monsun pada substrat batugamping pegunungan
bawah yang terdapat pada topografi pegunungan
pada elevasi 800 mdpl - 2000 mdpl. Umumnya
didominasi oleh spesies yang pohonnya berdaun
berukuran sedang (mesofil) dan penampakan
tajuk pohon (kanopi) relatif tidak rata. Pada saat
musim kering beberapa spesies mengering dan
sebagian lain umumnya menggugurkan daun.
Variasi spesiesnya bergantung kepada tipe tanah
dan ketebalan tanah lokasi setempat. Vegetasi
hutan batugamping pegunungan bawah monsun
pada bentang alam karst berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong tipis lapisan tanah
183
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
dan miskin hara. Komunitas vegetasi ini berisi
spesies yang pohonnya berdaun berukuran sedang
(mesofil) dan penampakan tajuk pohon (kanopi)
relatif tidak rata. Pada saat musim kering
umumnya tegakan pohon dan vegetasi lainnya
mengering dan menggugurkan daunnya
(merangas). Serasah dedaunan tersebut dengan
bahan organik tumbuhan lain dan satwa yang
mati membusuk terdekomposisi oleh biota tanah
menjadi humus yang tebal di atas tanah dengan
karakter seperti spons yang mampu menyerap air.
Pada saat ada hujan sebagian besar aliran air
permukaan juga akan diserap diikat oleh lapisan
humus sehingga mengurangi laju derasnya aliran
air permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
batugamping yang porus akan turun ke bawah
masuk dalam sistem hidrologi bawah tanah
sebagai cadangan air. Air yang dilepaskan akan
menyebabkan kondisi lingkungan menjadi relatif
lebih lembab dan sejuk dan segar akibat
terbentuknya oksigen dari proses fotosintesa.
26 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan bawah
batugamping pada bentang alam karst adalah komunitas
pegunungan bawah vegetasi yang tumbuh dan berkembang pada
pada bentang alam substrat batugamping pegunungan bawah yang
karst berupa bentang alam karst terdapat pada
topografi pegunungan pada elevasi 800 mdpl -
2000 mdpl, umumnya didominasi oleh spesies
yang pohonnya berdaun berukuran sedang
(mesofil) dan penampakan tajuk pohon (kanopi)
relatif tidak rata. Variasi dan keragaman
spesiesnya cukup tinggi terutama pada lokasi
dengan tanah yang relatif tebal. Beberapa
kelompok spesies yang menghasilkan buah-
buahan cukup banyak ditemukan di wilayah
ini.Vegetasi hutan batugamping pegunungan
bawah pada bentang alam karst berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong tipis lapisan tanah
dan miskin hara. Komunitas vegetasi spesies
pohonnya berupa tegakan tajuk atau kanopi relatif
tidak rata dengan batang pohon ramping.
Komunitas vegetasi ini menghasilkan cukup
banyak serasah dan bahan organik tumbuhan
yang mati di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi secara alami menjadi humus
menjadi lapisan tanah yang kaya unsur hara.
Bersama dengan beberapa spesies lumut tumbuh
184
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
bersama dengan kelompok herba lain, humus
menjadi tumpukan lapisan tanah yang tebal
menutupi cekungan (lobang/pori/ponor), maupun
permukaan karst lain menjadi masa tanah yang
gembur. Karakter humus adalah mampu
menyerap atau mengikat air. Pada saat ada hujan
sebagian besar aliran air permukaan, akan
diserap dan diikat oleh lapisan humus sehingga
mengurangi laju derasnya aliran air permukaan.
Air yang diikat oleh humus dan lumut akan
dilepas secara bertahap dan melalui batugamping
karst yang porus akan turun ke bawah masuk
dalam sistem hidrologi karst sebagai cadangan air.
Air yang dilepaskan akan menyebabkan kondisi
lingkungan menjadi relatif lebih lembab dan sejuk
dan segar akibat terbentuknya oksigen dari proses
fotosintesa.
27 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan
batugamping subalpin adalah vegetasi yang tumbuh menyusun
pegunungan komunitas hutan batugamping pada baik substrat
subalpin batuan gamping maupun bentang lahan karst di
ekosistem pegunungan subalpin. Umumnya
wilayah ini dapat ditemukan pada elevasi 2400 -
3800 mdpl. dengan indikasi banyaknya lumut
pada permukaan batu gamping yang tersingkap
dan dahan atau percabangan tegakan pohon yang
kerdil. Beberapa komunitasnya pada wilayah
batugamping berupa vegetasi yang terdiri atas
rumpun-rumpun rumput, tertutama Danthonia
vestita, Bromus insignis, dan Brachypodium
sylvaticum. Jenis -jenis rumput tersebut tumbuh
bersama dengan jenis paku Cheilanthos papuana
dan terna Tetramolopium prostratum, Parietaria
debilis dan Pilea spp. Vegetasi hutan batugamping
pegunungan subalpin pada bentang alam ini
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
batuan batugamping pejal yang tersingkap di
wilayah ekosistem pegunungan subalpin. Wilayah
ini tergolong hampir tidak ada lapisan tanahnya.
Komunitas vegetasi spesies padang rumput
dengan perdu-perdu kerdil, rumpun-rumpun
rumput, paku-pakuan, lumut dan lumut kerak
umum tumbuh pada sela-sela bebatuan, rekahan
batu maupun tumbuh pada permukaan
batugamping. Sebagai produser oksigen utama di
wilayah ini, maka serasah vegetasi menjadi satu-
satunya sumber hara di lantai dasar batuan
bersama dengan bahan organik mati lain seperti
satwa yang mati akan terdekomposisi secara alami
185
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
oleh biota tanah menjadi humus. Humus sifatnya
seperti spons sehingga mampu menyerap air,
sehingga sumber air di wilayah ini adalah dari
humus. Pada saat ada hujan sebagian besar air
permukaan, akan diserap diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui permukaan
batugamping akan turun ke bawah dan sebagian
lain masuk dalam sistem hidrologi bawah tanah
sebagai cadangan air bagi wilayah di bawahnya.
28 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan
batugamping subalpin monsun adalah vegetasi yang tumbuh
pegunungan menyusun komunitas hutan batugamping pada
subalpin monsun baik substrat batuan gamping maupun bentang
lahan karst di ekosistem pegunungan subalpin
yang beriklim monsun. Umumnya wilayah ini
dapat ditemukan pada elevasi 2400 - 3800 m dpl.
dengan indikasi singkapan permukaan batu
gamping yang relatif tidak banyak ditumbuhi
lumut dan tegakan pohon yang kerdil. Umumnya
komunitas vegetasinya didominasi oleh rumpun-
rumpun rumput, seperti Danthonia vestita,
Bromus insignis, dan Brachypodium sylvaticum.
Vegetasi hutan batugamping pegunungan
subalpin monsun pada bentang alam ini berfungsi
sebagai penutup permukaan morfologi batuan
batugamping umumnya pejal yang tersingkap di
wilayah ekosistem pegunungan subalpin monsun.
Vegetasi umumnya berperawakan lebih kecil dan
tumbuh kerdil, lebih banyak ditumbuhi kelompok
perdu, semak dan komunitas rumput-rumputan.
Pada batang dan dahan akan tidak banyak
ditumbuhi lumut maupun spesies epifit. Serasah
yang dihasilkan oleh komuitas hutan ini tidak
begitu banyak meskipun menjadi salah satu
sumber hara di wilayah ini. Secara alami vegetasi
di wilayah ini akan menangkap titik-titik uap air
dari awan dan tetes-tetes air yang dihasilkan akan
diserap oleh lumut dan humus yang ada. Humus
yang jumlahnya terbatas karena iklimnya kering
memiliki sifat seperti spons sehingga mampu
menyerap air. Humus akan melepaskan air secara
bertahap dan melalui permukaan batugamping
akan turun ke bawah dan sebagian lain masuk
dalam sistem hidrologi bawah tanah sebagai
cadangan air di wilayah sekitarnya.

186
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
29 Vegetasi hutan Vegetasi hutan batu gamping pegunungan
batugamping subalpin pada bentang alam karst adalah vegetasi
pegunungan yang tumbuh menyusun komunitas hutan
subalpin pada batugamping pada bentang lahan karst di
bentang alam karst ekosistem pegunungan subalpin. Umumnya
wilayah ini dapat ditemukan pada elevasi 2400 -
3800 m dpl. dengan indikasi banyaknya lumut
pada permukaan batuan batugamping yang
tersingkap dan dahan atau percabangan tegakan
pohon yang kerdil. Beberapa komunitas vegetasi
dapat ditemui di wilayah batugamping berupa
rumpun-rumpun rumput, tertutama Danthonia
vestita, Bromus insignis, dan Brachypodium
sylvaticum. Jenis -jenis rumput tersebut tumbuh
bersama dengan jenis paku Cheilanthos papuana
dan terna Tetramolopium prostratum, Parietaria
debilis dan Pilea spp. Vegetasi hutan batugamping
pegunungan subalpin pada bentang alam karst ini
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
singkapan karst dan batuan batugamping yang di
wilayah ekosistem pegunungan subalpin. Vegetasi
umumnya berperawakan lebih kecil dan tumbuh
kerdil, yang ditumbuhi oleh lumut pada batang
maupun percabangnnya. Lumut juga tumbuh
pada batuan batugampin yang tersingkap.
Serasah yang dihasilkan oleh komunitas hutan
bersama vegetasi lumut dan herba rumput
menjadi sumber hara di wilayah ini. Secara alami
vegetasi di wilayah ini akan menangkap aliran air
hujan sehingga memperlambat arus air
permukaan. Pada saat berkabut awan yang
membawa titik-titik uap terkondensasi menjadi
tetes-tetes air yang selanjutnya diserap oleh lumut
dan humus yang ada. Humus dan lumut (moss)
masa yang memiliki sifat seperti spons sehingga
mampu menyerap air. Masa humus dan moss
akan melepaskan air secara bertahap dan melalui
permukaan batugamping akan turun ke bawah
dan sebagian lain masuk dalam sistem hidrologi
karst bawah tanah sebagai cadangan air di
wilayah sekitarnya.
30 Vegetasi hutan Vegetasi hutan danau adalah vegetasi berupa
danau tegakan pohon dan komunitasnya yang tumbuh
umumnya pada tepian danau yang airnya relatif
dangkal. Beberapa spesies pohon yang umumnya
tumbuh adalah dari kelompok Anacardiaceae,
Myrtaceae (Eucalyptus spp), Dilleniaceae,
Lecythidaceae (Baringtonia spp). Araceae
(Metroxyllon sagu). Vegetasi hutan danau
187
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
fungsinya sebagai penangkap sedimentasi berupa
lumpur, pasir, batu maupun bahan lain yang
diakibatkan oleh aliran air baik dari sungai
maupun air permukaan. Beberapa spesiesnya
memiliki sistem perakaran yang menciptakan
kualitas perairan dan habitat bagi kehidupan
satwa air untuk bersarang, berkembangbiak dan
sebagai tempat pengasuhan anakan satwa.
Serasah dan kayu yang mati menghasilkan bahan
organik yang meningkatkan nutrisi hara untuk
pakan satwa maupun semai tumbuhan komunitas
vegetasi hutan danau.
31 Vegetasi hutan Vegetasi hutan danau gambut adalah vegetasi
danau gambut yang tumbuh umumnya pada tepian danau
gambut yang airnya relatif dangkal. Umumnya
danau gambut ini banyak terdapat di lahan
pamah, berupa cekungan berada di sekitar aliran
sungai besar atau cekungan diantara perbukitan.
Jenis-jenis pohon umum yang menyusun kanopi
antara lain adalah Alstonia scholaris,
Campnosperma brevipetiolata, Garcinia sp., Hopea
novoguineensis, Intsia bijuga, Nauclea coadunata,
Palaquium sp., Syzgium sp., Terminalia
canaliculate. Vegetasi hutan danau gambut
fungsinya sebagai penangkap sedimentasi berupa
lumpur, pasir, batu maupun bahan lain yang
diakibatkan oleh aliran air baik dari sungai
maupun air permukaan. Beberapa spesies
tumbuhan gambut memiliki sistem perakaran
yang menciptakan sistem hidrologi spesifik
gambut dan menjadi habitat bagi kehidupan satwa
air gambut untuk bersarang, berkembangbiak dan
sebagai tempat pengasuhan anakan satwa.
Serasah dan kayu yang mati menghasilkan bahan
organik yang meningkatkan nutrisi hara untuk
pakan satwa maupun semai tumbuhan komunitas
vegetasi hutan danau danau. Beberapa bahan
organiknya sebagian tidak terdekomposisi dengan
baik, sehingga tidak terurai dan tetap tersimpan
dalam bentuk senyawa karbon di dalam tanah
bergambut.
32 Vegetasi hutan Vegetasi hutan danau gambut pegunungan adalah
danau gambut vegetasi yang tumbuh umumnya pada tepian
pegunungan danau gambut yang airnya relatif dangkal.
Umumnya danau ini berupa cekungan diantara
perbukitan. Bahan organik berupa sisa tumbuhan
mati tertimbun secara alami dan terendam oleh
air yang terjebak di dalam cekungan. Tidak
banyak spesies pohon yang tumbuh di wilayah ini,
188
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
berberapa spesies tumbuh di pinggiran danau
seperti paku pohon Cyathea pseudomuelleri
membentuk rumpun dan tumbuh tersebar
bersama jenis perdu lain, seperti Gaultheria spp.
dan Styphelia suaveolens pada kelompok terna
rumput-rumputan yang mendominasi wilayah ini.
Vegetasi hutan danau gambut pegunungan
fungsinya sebagai penangkap sedimentasi berupa
lumpur, pasir, batu maupun bahan lain yang
diakibatkan oleh aliran air baik dari sungai
maupun air permukaan. Beberapa spesies
tumbuhan gambut pegunungan memiliki sistem
perakaran yang menciptakan sistem hidrologi
spesifik gambut. Meskipun tidak banyak spesies
wilayah ini juga menjadi habitat bagi kehidupan
satwa air gambut pegunungan untuk bersarang,
berkembangbiak dan sebagai tempat pengasuhan
anakan. Komunitas gambut pegunungan tidak
berkembang seperti di wilayah lahan pamah.
Namun pada wilayah ini tersimpan air gambut
yang berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
sehingga lebih lembab dan nyaman. Senyawa
karbon yang tidak terurai dari sisa-sisa bahan
organik di wilayah ini tersimpan dengan baik di
dalam tanah bergambut.
33 Vegetasi hutan Vegetasi hutan gambut adalah vegetasi yang
gambut tumbuh pada substrat yang berupa gambut yang
cembung (dome/kubah) sehingga lahannya sudah
jarang tergenang oleh air. Fisik tanahnya berupa
lempung, meskipun sudah jarang terendam air
masih mengandung sulfida dan garam sehingga
merupakan racun bagi mikroorganisme yang
biasanya merombak bahan organik. Oleh karena
itu serasah dan bagian dari kayu dan cabang
pohon yang mati tidak terdekomposisi dengan
sempurna. Kanopi hutan gambut ini pada
umumnya terbuka dan tingginya seragam hingga
30 m, tidak banyak pohon yang tingginya mencua.
Jenis yang dominan bervariasi menurut lokasi,
seperti Alstonia scholaris, Terminalia complanata,
Terminalia copelandii dan Vatica rassak. Vegetasi
hutan gambut fungsinya sebagai penangkap
sedimentasi lumpur, pasir, batu maupun bahan
lain yang diakibatkan oleh aliran air baik dari
sungai maupun air permukaan. Beberapa spesies
tumbuhan gambut memiliki sistem perakaran
yang menciptakan sistem hidrologi spesifik
gambut. Meskipun tidak banyak spesies wilayah
ini juga menjadi habitat bagi kehidupan satwa air
189
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
gambut pegunungan untuk bersarang,
berkembangbiak dan sebagai tempat pengasuhan
anakan. Komunitas hutan gambut dapat cukup
berkembang seperti di wilayah lahan pamah,
terutama pada wilayah yang membentuk dome
(kubah). Pembentukan serasah dan humus dapat
berlangsung meski kurang sempurna, dan di
wilayah ini relatif lebih subur. Proses pengikatan
air hujan dan penghambatan laju air permukaan
secara alami mengakibatkan pada wilayah ini
tersimpan air, meski kualitasnya air gambut
kurang baik. Tersedianya air pada hutan gambut
ini berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
sehingga lebih lembab, nyaman dan tidak mudah
terbakar secara alami (karena petir). Beberapa
spesies vegetasi mengikat karbon dan juga
melepaskan oksigen segar ke udara. Senyawa
karbon yang tidak terurai dari sisa-sisa bahan
organik di wilayah ini tersimpan dengan baik di
dalam tanah bergambut.
34 Vegetasi hutan Vegetasi hutan kerangas pamah adalah vegetasi
kerangas pamah yang tumbuh pada tanah podsol (spodosol) kering
yang berasal dari bahan induk silika bertekstur
kasar yang sangat masam, sangat mudah
menyerap air dan berdrainase baik, meskipun
terkadang tergenang air karena lapisan bawahnya
padat. Umumnya terdapat di kawasan hutan
hujan lahan pamah pada elevasi 0 – 800 mdpl,
mempunyai lapisan humus kasar atau lapisan
kelabu tua berpasir, sistem perakaran vegetasi
sebagian besar terdapat pada lapisan ini, akar
tumbuhan menembus langsung ke serasah yang
terdekomposisi, sehingga hara diserap oleh
tumbuhan diperoleh langsung dari bahan organik
mati tanpa melalui penyimpanan dalam tanah
mineral. Selama proses ini, jamur mikoriza banyak
berperan juga dalam penyerapan hara. Vegetasi
hutan ini tampak perwakan tajuk dan tingginya
sama meski berasal dari beberapa spesies yang
berbeda. Beberapa jenis dapat mencirikan hutan
ini seperti Baeckia frutescens, Casuarina nobillis,
Cotylelobium burckii, C. malayanum, Cratoxylum
glaucum, C. arborescens, Combretocarpus
rotundatus, Dactylocladus stenostachys,
Dacrydium elatum, Tristania obovata dan
Whiteodendron moultonianum. Vegetasi hutan
kerangas pamah fungsinya sebagai penangkap
sedimentasi berupa lumpur, pasir, batu maupun
bahan lain yang diakibatkan oleh air permukaan
190
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
pada wilayah yang substartnya tanahnya berupa
pasir silikat yang masam. Mosaik vegetasi yang
tingginya seragam diantara tegakan pohon yang
perawakan pendek tidak banyak menghasilkan
serasah dan humus yang terbentuk sangat sedikit
dan lamban proses dekomposisinya. Unsur hara
yang dihasilkan langsung digunakan oleh vegetasi
yang tumbuh. Jika mengalami kekurangan hara,
akan tumbuh beberapa spesies komunitas paku-
pakuan (paku resam - Gleichenia linearis) yang
menutup permukaan tanah. Humus merupakan
sumber hara yang penting di wilayah ini, sehingga
pada lapisan bawah humus biasanya banyak
sistem perakaran. Sistem perakaran ini akan
menghambat aliran air dan juga sedimen tanah
membentuk lapisan tanah yang lebih kaya unsur
hara. Pada wilayah yang relatif cukup haranya
beberapa tegakan pohonnya memiliki tajuk yang
cukup untuk mengikat karbon dan melepas
oksigen.
35 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) adalah
pamah (non komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon
dipterokarpa) tinggi 30–45 m, batangnya lurus dan relatif
ramping, tajuknya lebat berdaun kecil, sedang
sampai lebar dan selalu hijau, tumbuh pada
berbagai tipe tanah dengan variasi tingkat
kesuburannya pada elevasi 0 - 1000 m.
Bergantung kepada wilayah dan iklimnya
dominasi spesies pada komunitas ini adalah
bukan dari kelompok Dipterocarpaceae, umumnya
banyak ditemukan bebagai spesies pohon
penghasil buah-buahan, penghasil getah dan
minyak atsiri, dan penghasil komoditas tanaman
perkebunan (kopi, kakao, minyak nabati, serat
dll.) Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa)
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem
(abiotik dan biotik) yang berada di bawahnya.
Sebagai komunitas vegetasi yang mendominasi
suatu ekosistem, banyak komunitas vegetasi lain
maupun satwa yang hidup di dalamnya sangat
bergantung oleh keberadaan hutan pamah (non
dipterokarpa) . Berbagai unsur hara tanah juga
menjadi terjaga kelestariannya oleh vegetasi hutan
pamah ini. Keragaman spesies hutan pamah
dengan tajuk yang beragam bentuknya berfungsi
sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen.
Tajuk pohon yang sangat beragam mampu untuk
menarik uap air menghasilkan tetesan kondensasi
karena adanya perbedaan suhu. Pohonnya
191
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
menghasilkan serasah organik yang cukup
banyak, dan bersama dengan bahan organik lain
yang mati melalui proses dekomposisi oleh
organisme tanah membentuk humus. Tajuk pohon
dengan dedaunan yang beragam akan mengurangi
terpaan air hujan dan angin. Air hujan akan
langsung terserap oleh humus yang berpengaruh
kepada kondisi kelembaban di dalam hutan. Air
hujan yang jatuh pada permukaan tanah selain
diserap oleh humus, laju aliran air pemukaan
terkendali kecepatannya sehingga permukaan
tanah tidak tererosi. Air yang terserap oleh humus
akan dilepas secara perlahan, sehingga
ketersediaan air dapat tercukupi meski pada
musim kemarau. Humus yang kaya akan bahan
organik (N,P,K), akan memperkaya unsur hara
tanah menjadi lebih subur.
36 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pamah monsun malar hijau adalah
pamah monsun vegetasi dengan komunitas hutan yang tumbuh
malar hijau dan berkembang pada lahan kering pamah di
wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik hutan-hutan yang selalu hijau atau
malar hijau meskipun pada musim kemarau yang
kering. Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan meskipun
perawakannya lebih kecil dan stratifikasi pohon
tidak terlalu kompleks. Vegetasi hutan pamah
monsun malar hijau fungsinya sebagai pelindung
bagi ekosistem (abiotik dan biotik) yang berada di
bawahnya. Komunitas vegetasi ini terletak pada
wilayah yang beriklim kering namun tegakan
vegetasinya tidak menggugurkan (merontokan)
daunnya meskipun pada musim kemarau. Banyak
komunitas vegetasi lain maupun satwa hidupnya
sangat bergantung oleh keberadaan hutan pamah
monsun malar hijau. Keragaman spesies hutan
pamah monsun malar hijau ditunjukkan dengan
bentuk tajuknya sekaligus berfungsi sebagai
penyerap karbon dan penghasil oksigen. Tajuk
pohon yang sangat beragam mampu untuk
menarik uap air menghasilkan tetesan air
kondensasi oleh adanya perbedaan suhu. Tetesan
air ini kemudian jatuh ke lantai dasar hutan
diserap oleh humus yang berasal dari serasah
organik dan bahan organik lain yang mati yang
terdekomposisi. Proses ini mengakibatkan wilayah
ini menjadi lebih lembab, dan banyak tumbuhan
yang mampu tumbuh hidup meski pada musim
kemarau karena air cukup dibawah lapisan atas
192
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
tanah. Tajuk pohon dengan dedaunan yang
beragam akan mengurangi terpaan air hujan dan
angin. Dengan adanya humus maka wilayah
tersebut relatif lebih subur.
37 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pantai adalah vegetasi dengan
pantai komunitas vegetasi di sepanjang pantai di
belakang pantai pasir yang ditumbuhi komunitas
pes-caprae, dimana berkembang spesies semak
atau komunitas perdu dan pohon kecil. Komposisi
floristik hutan pantai seragam di seluruh
Indonesia, baik yang terdapat di kawasan beriklim
basah maupun beriklim kering musiman. Spesies
karakteristik wilayah ini adalah Ardisia elliptica,
Caesalpina bonduc, Clerodendron inerme,
Colubrina asiatica, Cycas rumphii, Desmodium
umbellatum, Dodonaea viscosa, Erythrina
variegata, Messerschmidia argentea, Pemphis
acidula, Pluchea indica, Premna corymbosa,
Scaevola taccada, Sophora tomentosa dan Tacca
leontopetaloides. Spesies pohon lain juga
ditemukan antara lain adalah Barringtonia
asiatica dan Calophyllum inophyllum. Vegetasi
hutan pantai fungsinya sebagai pelindung bagi
ekosistem pantai baik dari gelombang air laut,
angin dari laut, intrusi air laut ke darat juga
abrasi pantai. Komunitas vegetasi ini biasanya
terletak di belakang garis pantai yang dicirikan
berupa pasir pantai. Sistem perakaran yang kuat
akan menjadikan spesies vegetasi pantai baik
berupa pohon, perdu, semak maupun spesies
yang memanjat mampu menjaga kondisi
ekosistem dari bencana alam yang biasa terjadi di
wilayah pantai seperti abrasi baik yang
disebabkan oleh ombak, angin, maupun tsunami.
38 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pantai monsun adalah vegetasi
pantai monsun yang tumbuh di wilayah pantai yang beriklim
monsun dengan komunitas vegetasi berupa
komunitas pes-caprae, dimana berkembang
spesies dominan dari semak atau komunitas
perdu dan pohon kecil. Komposisi floristik hutan
pantai seragam di seluruh Indonesia, baik yang
terdapat di kawasan beriklim basah maupun
beriklim kering (monsun). Spesies semak atau
komunitas perdu dan pohon kecil yang banyak
ditemukan di wilayah ini adalah spesies yang
mampu bertahan pada wilayah yang kering seperti
Caesalpina bonduc, Clerodendron inerme,
Colubrina asiatica, Desmodium umbellatum,
Dodonaea viscosa, Erythrina variegata,
193
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
Messerschmidia argentea, Pemphis acidula,
Pluchea indica, Premna corymbosa, Scaevola
taccada, Sophora tomentosa dan Tacca
leontopetaloides. Kelompok rumput-rumputan
sering ditemukan di wilayah ini seperti Canavallia
maritima dan Vigna marina, rerumputan
(Ischaemum muticum dan Spinifex littoreus) yang
mengering saat musim kemarau. Vegetasi hutan
pantai monsun fungsinya sebagai pelindung bagi
ekosistem pantai baik dari gelombang air laut,
angin dari laut, intrusi air laut ke darat juga
abrasi pantai. Komunitas vegetasi hutan pantai
monsun ini biasanya terletak di belakang garis
pantai. Meskipun tidak banyak variasinya, sistem
perakaran yang kuat akan menjadikan spesies
vegetasi pantai baik berupa pohon, perdu, semak
maupun spesies yang memanjat mampu atau
menjalar mampu berfungsi menjaga kondisi
ekosistem dari bencana alam yang biasa terjadi di
wilayah pantai seperti abrasi baik yang disebakan
oleh ombak, angin, maupun tsunami.
39 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan atas adalah vegetasi
pegunungan atas yang terdapat pada wilayah dengan elevasi 2000
mdpl - 3000 mdpl. Umumnya spesies pohonnya
berdaun berukuran kecil (mikrofil), dengan
penampakan tajuknya rapat dan permukaan tajuk
(kanopi) relatif rata dan batang pohon ramping,
tidak lurus batangnya (bengkok-bengkok) dan
banyak ditumbuh lumut. Flora hutan pegunungan
atas lebih miskin daripada hutan pegunungan
bawah. Marga-marga yang umum antara lain
adalah Daphniphyllum, Dacrycarpus, Drimys,
Elaeocarpus, Eurya, Papuacedrus, Pittosporum,
Podocarpus, Quintinia, Myrsine, Saurauia, dan
Symplocos. Vegetasi hutan pegunungan atas ini
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
wilayah pegunungan yang umumnya berupa
batuan beku vulkanik pada ekosistem
pegunungan atas. Komunitas vegetasi berupa
spesies pohon kecil, kerdil dengan bentuk batang
tidak beraturan (bengkok-bengkok), perdu-perdu
kerdil, rumpun-rumpun rumput, dan kelompok
paku-pakuan. Pada batang atau cabang pohon
biasa ditumbuhi lumut dan lumut kerak yang
berair. Serasah yang dihasilkan oleh komunitas
hutan ini menjadi salah satu sumber hara di
wilayah ini. Tumpukan serasah di lantai dasar
hutan bersama dengan bahan organik mati lain
seperti batang, cabang, maupun satwa yang mati
194
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
akan terdekomposisi secara alami oleh biota tanah
menjadi humus. Humus dan tumbuhan lumut
yang tumbuh pada batuan vulkanik tersingkap
sifatnya seperti spons sehingga mampu menyerap
air, sehingga wilayah ini terasa lembab berair.
Pada saat hujan, sebagian besar air permukaan
akan diserap dan diikat oleh humus dan lumut
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap melalui
permukaan lantai dasar hutan akan turun ke
bawah dan sebagian lain masuk dalam sistem
hidrologi permukaan tanah maupun bawah tanah
sebagai cadangan air.
40 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan atas monsun adalah
pegunungan atas vegetasi yang terdapat pada wilayah yang beriklim
monsun monsun dengan elevasi 2000 mdpl - 3000 mdpl.
Umumnya spesies pohonnya lebih jarang dan
lebih kerdil, berdaun berukuran kecil (mikrofil),
dengan penampakan tajuknya rapat dan
permukaan tajuk atau kanopi relatif rata. Batang
pohon ramping dan tidak lurus (bengkok-bengkok)
dan ditumbuhi lumut meskipun tidak lebat. Flora
hutan pegunungan atas monsun sangat miskin
jika dibandingkan hutan pegunungan bawah.
Spesies perdu dari suku Ericaceae lebih
mendominasi wilayah ini karena lebih tahan tahan
terhadap kondisi yang kering. Vegetasi hutan
pegunungan atas monsun ini berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi wilayah
pegunungan yang umumnya berupa batuan beku
vulkanik pada ekosistem pegunungan atas yang
beriklim monsun. Komunitas vegetasi pada
ekosistem ini tidak terlalu bervariasi, umumnya
berupa perdu-perdu kerdil, rumpun-rumpun
rumput, dan kelompok paku-pakuan. Serasah
yang dihasilkan oleh komunitas hutan ini menjadi
salah satu sumber hara utama di wilayah ini.
Ketebalan humus tipis sehingga wilayah ini relatif
tandus. Tumbuhan lumut tumbuh pada batang
pohon atau batuan vulkanik yang tersingkap
hanya ditemukan segar pada saat musim hujan,
sifatnya seperti spons sehingga mampu menyerap
air. Pada musim kemarau lumut ini mengering.
Pada saat ada hujan, sebagian besar air
permukaan akan diserap dan diikat oleh humus
dengan lumut sehingga mengurangi laju derasnya
aliran permukaan. Air yang diikat oleh humus dan
lumut akan dilepas secara bertahap dan melalui
195
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
permukaan lantai dasar hutan akan turun ke
bawah dan sebagian lain masuk dalam sistem
hidrologi permukaan tanah maupun bawah tanah
sebagai cadangan air.
41 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan bawah adalah
pegunungan bawah vegetasi yang terdapat pada wilayah dengan
elevasi 750-2500 mdpl. Vegetasi pada habitat ini
berupa hutan lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya spesies.
Umumnya ukuran batang pohonnya sudah
mengecil, demikian juga daunnya. Pada batang
pohon biasanya tumbuh melimpah berbagai jenis
epifit, tumbuhan memanjat dan lumut pada
batang pohon maupun substrat tanah dan batuan
di lantai dasar hutan. Jenis-jenis dari suku
Fagaceae dan Lauraceae melimpah. Jenis-jenis
pohon lain yang umumnya ditemukan antara lain
adalah Schima wallichii, Dacrycarpus imbricatus,
Turpinia pomifera, Eugenia banksii, Engelhardia
spicata, Lithocarpus spp., Quercus spp.,
Palaquium spp., dan juga paku pohon (Cyathea
spp.). Vegetasi hutan pegunungan bawah
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
pegunungan bawah dengan batuan vulkanik.
Komunitas vegetasi ini variasi spesies pohonnya
cukup melimpah, berupa tegakan pohon tinggi
ramping bertajuk yangmenghasilkan serasah daun
cukup banyak dan bersama lumut yang tumbuh
pada lantai dasar hutan membentuk komunitas
lantai dasar hutan yang lembab. Pada lantai dasar
hutan sering ditemukan semai dab merupakan
habitat yang baik bagi mikroorganisme dan satwa
perombak tanah. Tumpukan serasah di lantai
dasar hutan akan terdekomposisi secara alami
menjadi humus bersama dengan lumut yang
menyerap air. Lumut yang mati akan berubah
menjadi tanah yang kaya hara. Pada saat ada
hujan, sebagian besar air permukaan akan
diserap dan diikat oleh humus sehingga
mengurangi laju derasnya aliran permukaan. Air
yang diikat oleh humus dan lumut akan dilepas
secara bertahap dan melalui lantai dasar hutan
yang berupa batuan vulkanik akan akan turun ke
bawah masuk dalam sistem hidrologi permukaan
dan bawah tanah sebagai cadangan air. Air yang
dilepaskan akan menyebabkan proses kartstifikasi
berlangsung dan kondisi lingkungan menjadi
relatif lebih lembab dan sejuk.
42 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan bawah monsun
196
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
pegunungan bawah adalah vegetasi yang terdapat pada wilayah yang
monsun (monsoon beriklim monsun dengan elevasi 1000 mdpl - 2000
lower mountain mdpl, umumnya didominasi oleh spesies
forest) pohonnya berdaun berukuran sedang (mesofil)
dan penampakan tajuk pohon (kanopi) yang relatif
tidak rata. Beberapa spesies pohon yang
mencirikan komunitas vegetasi ini adalah
Castanopsis acuminatissima yang berasosiasi
dengan Lithocarpus spp dan Araucaria spp Pada
elevasi mendekati 1700 mdpl. Terdapat transisi ke
hutan berlumut yang dicirikan oleh hutan
Nothofagus. Sesuai dengan kondisi iklim wilayah
ini berupa monsun (kering), keragaman spesies
pada wilayah ini lebih rendah dibandingkan
dengan wilayah pegunungan bawah yang relatif
basah. Vegetasi hutan pegunungan bawah
monsun berfungsi sebagai penutup permukaan
morfologi pegunungan bawah dengan batuan
vulkanik pada wilayah pegunungan bawah yang
beriklim kering. Vegetasinya didominasi oleh
semak, perdu dan kelompok rumput. Vegetasi di
wilayah in pada saat musim hujan tajuknya
menjadi cukup lebat sehingga serasah daun
cukup banyak. Serasah daun Bersama lumut yang
tumbuh pada lantai dasar hutan membentuk
komunitas lantai dasar hutan yang lembab.
Namun pada saat musim kering, tumbuhan hutan
maupun tumbuhan bawah menjadi kering dan
merangas. Serasah dan lumut yangi kering
menumpuk pada permukaan atas lantai hutan.
Tumpukan serasah di lantai dasar hutan akan
terdekomposisi secara perlahan menjadi humus
dan tanah tipis yang kaya hara. Pada saat ada
hujan sebagian besar air permukaan akan diserap
dan diikat oleh humus sehingga mengurangi laju
derasnya aliran permukaan. Air yang telah diikat
oleh humus dan lumut akan dilepas secara
bertahap dan melalui lantai dasar hutan yang
berupa batuan vulkanik dan akan turun meresap
ke bawah masuk dalam sistem hidrologi
permukaan dan bawah tanah sebagai cadangan
air.
43 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan subalpin adalah
pegunungan vegetasi yang tumbuh menyusun komunitas
subalpin hutan di ekosistem pegunungan subalpin.
Umumnya wilayah ini dapat ditemukan pada
elevasi 2400 - 3800 mdpl. dengan indikasi
banyaknya lumut pada permukaan tanah dan
singkapan batuan serta pada dahan atau
197
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
percabangan tegakan pohon yang kerdil. Beberapa
komunitas umumnya didominasi oleh suku
Ericaceae, baik yang berupa pohon kecil, perdu
maupun epifit yang menempel pada tebing batuan
tegakan batang pohon. Dalam lapisan perdu
terdapat beberapa spesies seperti Drymis piperita,
Myrsine spp., Schefflera monticola dan Symplocos
cochinchinensis var. orbicularis. Beberapa spesies
pohon antara lain Dacrycarpus compactus dan di
beberapa tempat ditemukan Papuacedrus
papuana sebagai spesies yang dominan. Vegetasi
hutan pegunungan subalpin ini berfungsi sebagai
penutup permukaan batuan vulkanik tersingkap
di wilayah ekosistem pegunungan subalpin.
Wilayah ini tergolong hampir tidak ada lapisan
tanahnya. Komunitas vegetasi ini antara lain
berupa spesies padang rumput dengan perdu-
perdu kerdil, rumpun-rumpun rumput, paku-
pakuan, lumut, dan lumut kerak yang tumbuh
pada sela-sela bebatuan, rekahan batu maupun
permukaan batugamping. Sebagai produser
oksigen utama di wilayah ini maka serasah
vegetasi menjadi satu-satunya sumber hara di
lantai dasar batuan bersama dengan bahan
organik mati lain seperti satwa yang mati, akan
terdekomposisi secara alami oleh biota tanah
menjadi humus. Humus sifatnya seperti spons
sehingga mampu menyerap air, maupun uap air
sehingga sumber air di wilayah ini adalah dari
humus. Pada saat ada hujan, sebagian besar air
permukaan akan diserap dan diikat oleh humus
sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui permukaan
batuan vulkanik akan turun ke bawah dan
sebagian lain masuk dalam sistem hidrologi
bawah tanah sebagai cadangan air bagi wilayah di
bawahnya.
44 Vegetasi hutan Vegetasi hutan pegunungan subalpin monsun
pegunungan adalah vegetasi yang tumbuh menyusun
subalpin monsun komunitas hutan di ekosistem pegunungan
subalpin yang beriklim monsun. Umumnya
wilayah ini dapat ditemukan pada elevasi 2400 -
3800 mdpl. Hal yang mengindikasikan wilayah ini
relative kering adalah tidak melimpahnya lumut
pada permukaan tanah dan batuan, serta pada
dahan atau percabangan tegakan pohon.
Komunitas vegetaxi umumnya didominasi oleh
suku Ericaceae berupa pohon kecil dan perdu. Di
198
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
dalam lapisan perdu terdapat beberapa spesies
seperti Drymis piperita, Myrsine spp., Schefflera
monticola dan Symplocos cochinchinensis var.
orbicularis. Beberapa spesies pohon antara lain
Dacrycarpus compactus dan Papuacedrus
papuana namun populasinya tidak banyak.
Vegetasi hutan pegunungan subalpin monsun ini
berfungsi sebagai penutup permukaan morfologi
batuan vulkanik tersingkap di wilayah ekosistem
pegunungan subalpin monsun. Wilayah ini
tergolong hampir tidak ada lapisan tanahnya.
Komunitas vegetasi antara lain spesies padang
rumput dengan perdu-perdu kerdil, rumpun-
rumpun rumput, paku-pakuan, lumut, dan lumut
kerak umum yang tumbuh pada sela-sela
bebatuan, rekahan batu maupun permukaan
batugamping. Sebagai produser oksigen utama di
wilayah ini, maka serasah vegetasi menjadi satu-
satunya sumber hara di lantai dasar batuan
bersama dengan bahan organik mati lain seperti
satwa yang mati akan terdekomposisi secara alami
oleh biota tanah menjadi humus. Humus sifatnya
seperti spons sehingga mampu menyerap ai
maupun uap air sehingga humus menjadi sumber
air di wilayah ini. Pada saat ada hujan, sebagian
besar air permukaan akan diserap dan diikat oleh
humus sehingga mengurangi laju derasnya aliran
permukaan. Air yang diikat oleh humus akan
dilepas secara bertahap dan melalui permukaan
batuan vulkanik akan turun ke bawah dan
sebagian lain masuk dalam sistem hidrologi
bawah tanah sebagai cadangan air bagi wilayah di
bawahnya.
45 Vegetasi hutan rawa Vegetasi terna rawa air payau adalah kelompok
air payau komunitas vegetasi yang tumbuh dan berkembang
pada lahan basah yang secara periodik atau
permanen digenangi oleh air payau dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Biasanya
di wilayah ini berkembang komunitas pandan
antara lain adalah Pandanus hollrungii, P.
hysterix, P. kaernbachii, P. lauterbachii, P.
leiophyllus, P. scabribracteatus dan P. tectorius.
Beberapa spesies pohon yang tumbuh di wilayah
ini adalah Terminalia copelandii, Hopea
novoguineenis, Garcinia dulcis, Polyosma, Rhus
taitensis, dan Alstonia scholaris. Vegetasi hutan
rawa air payau berfungsi sebagai tempat memijah,
mencari makan, membesarkan atau mengasuh
anakan dan tempat berlindung bagi satwa air
199
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
payau. Vegetasi hutan rawa air payau menjadi
tempat bermigrasi untuk pemijahan bagi satwa air
payau maupun satwa air laut. Tumbuhan hutan
rawa air payau menjadi pembatas antara air asin
dan air tawar, sehingga air asin tidak masuk
kedalam air tawar. Beberapa spesies terkadang
menggunakan wilayah ini sebagai habitat
sementara selama bermigrasi dari belahan utara
ke selatan atau sebaliknya.
46 Vegetasi hutan rawa Vegetasi hutan rawa air tawar adalah kelompok
air tawar komunitas vegetasi yang menempati kawasan
aliran sungai-sungai besar yang wilayahnya
dibanjiri secara periodik atau permanen oleh air
hujan atau air yang mengalir balik dari sungai. Air
kaya akan mineral dengan kemasaman rendah
(pH = 6 atau lebih). Beberapa spesies pohon yang
banyak ditemukan adalah seperti Campnosperma
brevipetiolatum cenderung membuat tegakan
murni. Jenis pohon lain yang banyak terdapat di
hutan ini adalah spesies yang termasuk marga
Alstonia, Barringtonia, Campnosperma, Dillenia,
Eugenia, Mangifera, Neesia, Pholidocarpus dan
Shorea. Vegetasi hutan rawa air tawar berfungsi
sebagai tempat memijah, mencari makan,
membesarkan atau mengasuh anakan dan tempat
berlindung bagi satwa air tawar. Wilayah ini juga
berfungsi sebagai penyedia air tawar, meskipun
hutan air tawar sering kali tidak tergenang secara
permanen. Beberapa pohon dihuni oleh beberapa
spesies mamalia, burung, reptilia, amfibia yang
semuanya itu berperan dalam mendukung
keseimbangan ekosistem. Beberapa spesies
migran terkadang menggunakan wilayah ini untuk
tinggal sementara selama migrasi dari belahan
utara ke selatan atau sebaliknya.
47 Vegetasi hutan rawa Vegetasi terna rawa air tawar pada bentang alam
air tawar monsun karst monsun adalah kelompok komunitas
pada bentang alam vegetasi yang tumbuh dan berkembang pada iklim
karst monsun di bentang alam karst yang secara
periodik atau permanen digenangi oleh air hujan
atau limpahan air sungai. Jenis pohon yang
banyak terdapat di hutan ini adalah spesies yang
termasuk marga Alstonia, Barringtonia,
Campnosperma, Dillenia, Eugenia, Mangifera,
Neesia, dan Pholidocarpus. Variasi dan jumlah
vegetasi di wilayah ini tidak terlalu tinggi. Vegetasi
hutan rawa air tawar bentang alam karst monsun
berfungsi sebagai tempat memijah, mencari
makan, membesarkan atau mengasuh anakan
200
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
dan tempat berlindung bagi satwa air tawar.
Wilayah ini juga berfungsi sebagai penyedia air
tawar, terutama pada saat musim kemarau
meskipun hutan air tawar pada bentang alam
karst ini sering kali tidak tergenang secara
permanen. Beberapa pohon dihuni oleh beberapa
spesies mamalia, burung, reptilia, dan amfibia,
yang semuanya itu berperan dalam mendukung
keseimbangan ekosistem. Beberapa spesies
migran terkadang menggunakan wilayah ini untuk
tinggal sementara selama migrasi dari belahan
utara ke selatan atau sebaliknya.
48 Vegetasi hutan Vegetasi hutan savana sekitar danau adalah
savana sekitar danau vegetasi yang tumbuh umumnya pada tepian
danau yang sudah tidak tergenang oleh air secara
permanen. Secara temporer saja wilayah ini
tergenang air. Wilayah ini didomiansi oleh
beberapa spesies rumput Saccharum robustum
dan Phragmites karka dan beberapa spesies pohon
dari suku Myrtaceae (Eucalyptus spp),
Dilleniaceae, dan Lecythidaceae (Baringtonia spp).
Vegetasi hutan savana sekitar danau berfungsi
sebagai tempat memijah, mencari makan,
membesarkan atau mengasuh anakan dan tempat
berlindung bagi satwa air tawar. Wilayah ini juga
berfungsi sebagai penyedia air tawar, terutama
pada saat musim kemarau. Beberapa pohon
dihuni oleh beberapa spesies mamalia, burung,
reptilia, dan amfibia yang semuanya itu berperan
dalam mendukung keseimbangan ekosistem.
49 Vegetasi hutan Vegetasi hutan tepian sungai adalah kelompok
tepian sungai komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang pada wilayah lahan basah yang
terdapat di bantaran sungai atau wilayah di
sekitar aliran sungai sehingga sering tergenang,
terkena arus sungai dan pengaruh sedimen yang
terbawa oleh air sungai. Vegetasi jenis dagu dan
pandan seringkali membentuk lapisan bawah yang
lebat. Vegetasi hutan tepian sungai fungsinya
sebagai penangkap sedimentasi berupa lumpur,
pasir, batu maupun bahan lain yang diakibatkan
oleh aliran air permukaan dari perbukitan di
atasnya maupun yang mengalir pada badan air
sungai. Dengan proses ini maka air yang menuju
ke hulu sungai sudah tersaring material
batuannya sehingga proses sedimentasi pada
pinggiran sungai, pendangkalan sungai maupun
muara sungai berkurang. Sedimen yang terbawa
ini umumnya membawa unsur hara dari bagian
201
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
hulu, dan membentuk lahan relatif kering yang
tidak digenangi air secara permanen membentuk
bantaran sungai yang subur. Pada bagian ini
umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi berupa
pohon yang selalu hijau di sepanjang tahun.
Vegetasi pepohonan yang ukurannya tidak terlalu
besar dengan sistem perakaran yang kuat
membentuk rajutan akar ini akan memperkuat
struktur pinggiran yang berupa tebing sungai
menjadi lebih kuat menahan longsornya tanah,
terutama saat musim hujan tiba. Wilayah ini juga
berfungsi sebagai penyedia air tawar.
50 Vegetasi hutan Vegetasi hutan tepian sungai payau adalah
tepian sungai payau kelompok komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang pada wilayah lahan basah di
bantaran sungai atau di sekitar aliran sungai yang
dipengaruhi oleh air pasang dan surut laut
sehingga sering tergenang. Kelompok palem
(Arecaceae) seperti nipah (Nypa fruticans) banyak
terdapat di wilayah ini. Terkadang komunitas
rotan dan pandan seringkali membentuk lapisan
bawah yang lebat. Vegetasi hutan rawa tepian
sungai air payau berfungsi sebagai tempat
memijah, mencari makan, membesarkan atau
mengasuh anakan dan tempat berlindung bagi
satwa air payau. Meskipun wilayah ini tidak
tergenang sepanjang tahun namun beberapa
spesies satwa air laut bermigrasi ke air payau
untuk memijah dan demikian pula sebaliknya
satwa air payau memijah di air laut. Tumbuhan
hutan rawa tepian sungai air payau menjadi
pembatas antara air asin dan air tawar, sehingga
air asin tidak masuk kedalam air tawar.
51 Vegetasi litoral Vegetasi litoral adalah kelompok komunitas yang
terdapat di sepanjang pantai berpasir atau
berbatu yang terendam air laut dengan pasang
surut harian dan terdiri atas berbagai spesies alga
dan lamun. Di beberapa tempat seperti Nusa
Tenggara Barat komunitas ganggang laut
membentuk zonasi pada hamparan pasir dan
karang dekat pantai didominasi oleh spesies dari
marga Bodlea, Chaetomorpha, Gracilaria, dan
Hypnea. Sementara itu di bagian tengah
hamparan terumbu karang komunitas didominasi
spesies dari marga Padina dan Halimeda, dan
pada tepi terumbu karang spesies yang dominan
adalah dari marga Acanthophora, Bodlea,
Chaetomorpha, Gracilaria, Laurensia dan
Turbinaria. Vegetasi litoral berfungsi sebagai
202
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
produsen primer dan tempat memijah, mencari
makan, membesarkan atau mengasuh anakan
dan tempat berlindung bagi satwa air masin (laut).
Tumbuhan litoral seperti algae, rumput laut,
komunitas karang merupakan biota yang
menghasilkan oksigen terbesar. Beberapa satwa
air baik mamalia air laut, reptilia maupun ikan
menggunakan vegetasi litoral ini sebagai
makanannya.
52 Vegetasi mangrove Vegetasi mangrove adalah vegetasi yang terdapat
pada komunitas hutan yang tumbuh dan
berkembang pada habitat basah dan masin di
sepanjang pantai, terutama pantai berlumpur dan
pada muara-muara sungai besar atau sungai
kecil, dan dapat membentang sepanjang sungai
besar jauh sampai ke pedalaman. Kekayaan jenis
tumbuhan hutan mangrove rendah. Jumlah jenis
seluruhnya hanya sekitar 60, termasuk 38 jenis
yang berupa pohon mangrove sejati. Jenis-jenis
utama termasuk Avicennia alba, Avicennia
officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera
eriopetala, Ceriops decandra, Ceriops tagal,
Lumnitzera racemosa, Lumnitzera littorea, Nypa
fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba,
Sonneratia caseolaris, Sonneratia ovata,
Xylocarpus granatum dan Xylocarpus
moluccensis. Vegetasi hutan mangrove fungsinya
sebagai pelindung bagi ekosistem pantai dan
terestrial (daratan) baik dari gelombang air laut,
angin dari laut, intrusi air laut ke darat dan juga
abrasi pantai. Sebagai produsen primer pengguna
karbon dan penghasil oksigen. menjadikan
wilayah ini sangat nyaman bagi satwa konsumsi
(produsen sekunder). Komunitas vegetasi hutan
mangrove ini biasanya terletak di belakang garis
pantai berupa pasir pantai dari yang berlumpur
hingga campuran lumpur dan pasir. Variasi
sistem perakaran yang kuat menjadikan spesies
vegetasi mangrove baik berupa pohon, perdu,
semak maupun spesies yang memanjat mampu
atau menjalar mampu berfungsi menjaga kondisi
ekosistem dari bencana alam yang biasa terjadi di
wilayah pantai seperti abrasi baik yang disebakan
oleh ombak, maupun angin, tsunami. Komunitas
vegetasi mangrove juga berperan dalam mencegah
masuknya air laut ke wilayah daratan.
53 Vegetasi mangrove Vegetasi mangrove monsun adalah vegetasi yang
monsun terdapat pada komunitas hutan yang tumbuh dan
203
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
berkembang pada habitat basah dan masin di
sepanjang pantai, terutama pantai berlumpur dan
pada muara-muara sungai besar/kecil, dan dapat
membentang sepanjang sungai besar jauh sampai
ke pedalaman. Karakteristik vegetasinya adalah
spesies ini tahan hidup di daerah kering dengan
tipe hujan D – H (index Q > 60 %) dan
evapotranspirasi melebihi curah hujan, yang
umumnya. Vegetasi hutan mangrove monsun
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem pantai
dan terestrial (daratan) baik dari gelombang air
laut, angin dari laut, intrusi air laut ke darat dan
juga abrasi pantai di wilayah pantai yang beriklim
kering. Sebagai produsen primer pengguna karbon
dan penghasil oksigen. menjadikan wilayah ini
sangat nyaman bagi satwa konsumsi (produsen
sekunder). Komunitas vegetasi hutan mangrove ini
biasanya terletak di belakang garis pantai yang
biasa berupa pasir pantai dari yang berlumpur
hingga campuran lumpur dan pasir. Variasi
sistem perakaran yang kuat akan menjadikan
spesies vegetasi mangrove baik berupa pohon,
perdu, semak maupun spesies yang memanjat
mampu atau menjalar mampu berfungsi menjaga
kondisi ekosistem dari bencana alam yang biasa
terjadi di wilayah pantai seperti abrasi baik yang
disebakan oleh ombak, maupun angin, tsunami.
Komunitas vegetasi mangrove juga berperan
dalam mencegah masuknya air laut ke wilayah
daratan.
54 Vegetasi padang Padang rumput lahan kering pamah adalah
rumput lahan kering wilayah lahan kering yang terletak di elevasi
pamah kurang dari 1000 mdpl yang komunitas
vegetasinya berupa kelompok rerumputan
(Poaceae) atau semak pendek dengan pohon-
pohon yang tumbuh terpencar dan jarang, dengan
tajuknya yang tidak saling bersentuhan. Spesies
rumput Heteropogon contortus dan Themeda
australis seringkali mendominan, baik secara
bersama-sama maupun masing-masing berupa
komunitas murni. Padang rumput lahan kering
pamah fungsinya adalah sebagai pelindung bagi
lahan kering dimana substartnya berupa batuan
ultra basa, batuan vulkanik, batuan karbonat
pejal pada lahan pamah sehingga lapisan
tanahnya sangat tipis. Pada kondisi seperti ini
tidak banyak spesies vegetasi pohon mampu
tumbuh. Vegetasi padang rumput yang tumbuh
akan mengasilkan serasah, yang akan menambah
204
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
unsur hara pada permukaan batuan yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh.
55 Vegetasi padang -
rumput monsun
pegunungan
56 Vegetasi padang Padang rumput rawa air payau adalah wilayah
rumput rawa air lahan basah (rawa air payau) musiman atau
payau permanen yang terletak di sekitar pinggiran
sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut
yang komunitas vegetasinya berupa kelompok
rerumputan tinggi (Poaceae) seperti Saccharum
robustum dan Phragmites karka atau semak
pendek dengan pohon-pohon seperti Glochidion,
Nauclea coadunata, Mytragyna speciosa,
Barringtonia tetraptera dan Palem Livistona yang
tumbuh terpencar dengan tajuknya yang tidak
bersentuhan. Padang rumput rawa air payau
fungsinya adalah sebagai pelindung yang berupa
lahan basah air payau dimana substartnya berupa
batuan ultra basa, batuan vulkanik, batuan
karbonat pejal yang kedap air dipengaruhi oleh
pasang-surut. Karena lahan kedap air dan
mengandung bahan organik yang berasal dari
serasah vegetasi padang rumput, wilayah ini
menjadi sangat miskin hara. Hanya tumbuhan
tertentu saja yang dapat tumbuh di wilayah ini.
57 Vegetasi padang Padang rumput rawa air payau monsun adalah
rumput rawa air wilayah lahan basah (rawa air payau) musiman
payau monsun beriklim monsun yang terletak di sekitar pinggiran
sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut
yang komunitas vegetasinya berupa kelompok
rerumputan tinggi (Poaceae) seperti Saccharum
robustum dan Phragmites karka atau semak
pendek. Padang rumput rawa air payau monsun
fungsinya adalah sebagai pelindung yang berupa
lahan basah air payau dimana substartnya berupa
batuan ultra basa, batuan vulkanik, batuan
karbonat pejal yang kedap air pada wilayah
pasang surut yang beriklim kering (monsun).
Karena lahan kedap air dan mengandung bahan
organik yang berasal dari serasah vegetasi padang
rumput, wilayah ini menjadi sangat miskin hara.
Hanya tumbuhan tertentu saja yang dapat
tumbuh di wilayah ini utamanya adalah kelompok
rumput.

58 Vegetasi padang Padang rumput rawa air tawar monsun adalah


rumput rawa air wilayah lahan basah (rawa air tawar) yang dengan
205
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
tawar monsun iklim monsun. Wilayah ini relatif kaya dengan
vegetasi terna (herba) seperti berupa kelompok
rerumputan (Leersia hexandra, Echinochloa
stagnina, Oryza spp., Panicum sp., dan
Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana sp.), kelompok pandan (Pandanus spp)
serta tegakan pohon yang jarang dan saling tidak
menutup tajuknya (Glochidion, Nauclea
coadunata, Mytragyna speciosa, Barringtonia
tetraptera dan Palem Livistona). Beberapa
kelompok terna pada musim kering (kemarau)
menjadi kering dedaunannya sehingga
membentuk hamparan berwarna coklat. Vegetasi
rawa air tawar monsun berfungsi sebagai tempat
memijah, mencari makan, membesarkan atau
mengasuh anakan dan tempat berlindung bagi
satwa air tawar. Wilayah ini juga berfungsi sebagai
penyedia air tawar, terutama semasa musim
kemarau meskipun padang rumput air tawar
sering kali tidak tergenang secara permanen.
Beberapa pohon dihuni oleh beberapa spesies
mamalia, burung, reptilia, amfibi yang semuanya
berperan dalam mendukung keseimbangan
ekosistem. Beberapa spesies migran terkadang
menggunakan wilayah ini untuk sementara
selama migrasi dari belahan utara ke selatan atau
sebaliknya.
59 Vegetasi padang Padang rumput rawa gambut pamah adalah
rumput rawa gambut wilayah lahan basah gambut pada elevasi di
pamah bawah 1000 m dpl. komunitas vegetasinya sering
membentuk pulau mengapung. Pulau mengapung
seringkali didominasi spesies rumput agak tinggi
seperti Echinochloa praestans, Hymenachne
acutigluma, Ischaemum polystachyum, Leersia
hexandria, Brachiaria mutica, Panicum auritum
dan Panicum paludosum. Spesies tersebut dapat
bercampur dengan spesies lain seperti Hanguana
malayana dan Typha orientali, atau jenis paku-
pakuan seperti Stenochaena, Nephrolepis,
Ceratopteris thalictroides, Ampelopteris prolifera
dan Cyclosorus interruptus. Vegetasi padang
rumput gambut pamah fungsinya sebagai
penangkap sedimentasi berupa lumpur, pasir,
batu maupun bahan lain yang diakibatkan oleh
aliran air baik dari sungai maupun air
permukaan. Beberapa spesies tumbuhan padang
rumput gambut memiliki sistem perakaran yang
206
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
menciptakan sistem hidrologi spesifik gambut.
Meskipun tidak banyak spesies wilayah ini juga
menjadi habitat bagi kehidupan satwa air gambut
pamah untuk bersarang, berkembangbiak dan
sebagai tempat pengasuhan anakan. Komunitas
padang rumput gambut dapat cukup berkembang
seperti di wilayah lahan pamah, terutama pada
wilayah yang membentuk dome (kubah).
Pembentukan serasah rerumputan dan humus
dapat berlangsung meski kurang sempurna, dan
di wilayah ini relatif lebih subur. Proses
pengikatan air hujan dan penghambatan laju air
permukaan secara alami mengakibatkan pada
wilayah ini tersimpan air, meski kualitasnya air
gambut kurang baik. Tersedianya air pada wilayah
padang rumput gambut ini berpengaruh terhadap
kualitas lingkungan sehingga lebih lembab,
nyaman dan tidak mudah terbakar secara alami
(karena petir). Beberapa spesies vegetasi padang
rumput mengikat karbon dan juga melepaskan
oksigen segar ke udara. Senyawa karbon yang
tidak terurai dari sisa-sisa bahan organik di
wilayah ini tersimpan dengan baik di dalam tanah
bergambut.
60 Vegetasi padang Padang rumput rumput tepian sungai payau
rumput tepian adalah kelompok komunitas tumbuhan yang
sungai payau tumbuh dan berkembang pada wilayah lahan
basah di sekitar aliran sungai yang dipengaruhi
oleh air pasang dan surut laut sehingga sering
tergenang. Spesies rumput tinggi seperti
Saccharum robustum, Phragmites karka dan teki
(Thoracostachyum sp. dan Scleria sp) serta dan
paku-pakuan Cyclosorus banyak tumbuh di
wilayah ini. Terkadang terdapat beberapa spot
pohon palem (Arecaceae) seperti nipah (Nypa
fruticans) dan kelompok rotan. Vegetasi padang
rumput tepian sungai payau berfungsi sebagai
tempat memijah, mencari makan, membesarkan
atau mengasuh anakan dan tempat berlindung
bagi satwa air payau. Wilayah ini sering tidak
tergenang di sepanjang tahun namun beberapa
spesies satwa air laut bermigrasi ke air payau
untuk memijah dan demikian pula sebaliknya
satwa air payau memijah di air laut. Tumbuhan
padang rumput tepian sungai air payau menjadi
pembatas antara air masin dan air tawar,
sehingga air asin tidak masuk kedalam air tawar.
61 Vegetasi sagu Vegetasi sagu adalah kelompok komunitas
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada
207
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
wilayah lahan basah rawa dangkal dengan aliran
air tawar permanen secara teratur. Komunitasnya
bisa berupa hutan sagu murni hingga hutan sagu
yang bercampur dengan pohon dari spesies lain,
seperti Alstonia scholaris, Garcinia dulcis, Hopea
novoguineensis, Octomeles sumatrana, Syzygium
argentea, Terminalia copelandii dan Pandanus
tectorius. Hutan sagu ini menjadi kerdil di tempat-
tempat yang airnya payau. Vegetasi sagu
fungsinya sebagai pelindung bagi ekosistem
sungai dari pasang surut air laut, intrusi air laut
ke darat dan juga abrasi pinggiran sungai.
Umumnya vegetasi mangrove merupakan
peralihan dari air masin ke air tawar. Sebagai
produsen primer pengguna karbon dan penghasil
oksigen. menjadikan wilayah ini sangat nyaman
bagi satwa untuk konsumsi (produsen sekunder).
Komunitas vegetasi sagu ini biasanya terletak di
barisan paling belakang garis pantai yang
berlumpur hingga campuran lumpur dan pasir
dari ekosistem semi terestrial. Variasi sistem
perakaran yang kuat akan menjadikan spesies
vegetasi sagu mampu berfungsi menjaga kondisi
ekosistem muara sungai dari bencana alam yang
biasa terjadi di wilayah pantai seperti abrasi baik
yang disebakan oleh ombak, maupun angin,
tsunami. Komunitas vegetasi nipah juga berperan
menghasilkan bahan sumber karbohidrat penting
bagi masyarakat.
62 Vegetasi sagu Vegetasi sagu monsun adalah kelompok
monsun komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang pada wilayah lahan basah rawa
dangkal yang beriklim monsun dengan aliran air
tawar permanen secara teratur. Komunitasnya
bisa berupa hutan sagu murni hingga hutan sagu
yang bercampur dengan pohon spesies lain. Hutan
sagu monsun ini umumnya menjadi kerdil atau
tidak berkembang dengan baik di tempat-tempat
yang permukaan air menurun jauh akibat musim
kering yang terlalu lama atau wilayahnya beralih
fungsi sehingga suplai air tawarnya berkurang.
Vegetasi sagu monsun fungsinya sebagai
pelindung bagi ekosistem sungai dari pasang
surut air laut, intrusi air laut ke darat dan juga
abrasi pinggiran sungai pada wilayah yang
beriklim kering(monsun). Umumnya vegetasi
mangrove monsun merupakan peralihan dari air
masin ke air tawar di wilayah beriklim kering.
Sebagai produsen primer pengguna karbon dan
208
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
penghasil oksigen. menjadikan wilayah ini sangat
nyaman bagi satwa untuk konsumsi (produsen
sekunder). Komunitas vegetasi sagu monsun ini
biasanya terletak di barisan paling belakang garis
pantai yang berlumpur hingga campuran lumpur
dan pasir dari ekosistem semi terestrial yang
beriklim kering. Variasi sistem perakaran yang
kuat akan menjadikan spesies vegetasi sagu
mampu berfungsi menjaga kondisi ekosistem
muara sungai dari bencana alam yang biasa
terjadi di wilayah pantai seperti abrasi baik yang
disebakan oleh ombak, maupun angin, tsunami.
Komunitas vegetasi nipah juga berperan
menghasilkan bahan sumber karbohidrat penting
bagi masyarakat.
63 Vegetasi salju Vegetasi salju batugamping pegunungan alpin
batugamping adalah vegetasi yang tumbuh pada wilayah
pegunungan alpin bersalju pada ekosistem pegunungan alpin dengan
substrat batugamping komunitas vegetasinya
berupa asosiasi berbagai spesies yang menyenangi
suhu rendah sekali atau kriofili. Pada wilayah ini
hanya tumbuh berbagai jenis ganggang. Vegetasi
salju batugamping pegunungan alpin berfungsi
sebagai penutup permukaan morfologi batuan
batugamping pejal yang tersingkap di wilayah
ekosistem salju pegunungan alpin. Komunitas
vegetasi salju ini berupa lumut dan lumut kerak
umum tumbuh pada sela-sela bebatuan, rekahan
batu maupun tumbuh pada permukaan
batugamping. Sebagai produser oksigen utama di
wilayah ini, maka serasah vegetasi lumut ini
menjadi satu-satunya sumber hara di lantai dasar
batuan bersama dengan bahan organik mati lain
seperti satwa yang mati akan terdekomposisi
secara alami oleh biota tanah menjadi humus.
Humus sifatnya seperti spons sehingga mampu
menyerap air, sehingga sumber air di wilayah ini
adalah dari humus bersalju salju akan dilepas
secara bertahap dan melalui permukaan
batugamping akan turun ke bawah dan sebagian
lain masuk dalam sistem hidrologi bawah tanah
sebagai cadangan air.
64 Vegetasi salju Vegetasi salju batugamping pegunungan alpin
batugamping monsun adalah vegetasi yang tumbuh pada
pegunungan alpin wilayah bersalju pada ekosistem pegunungan
monsun alpin monsun dengan substrat batugamping,
komunitas vegetasinya berupa asosiasi berbagai
spesies yang menyenangi suhu rendah sekali atau
kriofili. Di wilayah ini tumbuh berbagai jenis
209
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
ganggang. Vegetasi salju batugamping
pegunungan alpin monsun berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi batuan
batugamping pejal yang tersingkap di wilayah
ekosistem salju pegunungan alpin monsun.
Komunitas vegetasi salju ini berupa lumut dan
lumut kerak umum tumbuh pada sela-sela
bebatuan, rekahan batu maupun permukaan
batugamping. Sebagai produser oksigen utama di
wilayah ini, maka serasah vegetasi lumut ini
menjadi satu-satunya sumber hara di lantai dasar
batuan bersama dengan bahan organik mati lain
seperti satwa yang mati akan terdekomposisi
secara alami oleh biota tanah menjadi humus.
Humus sifatnya seperti spons sehingga mampu
menyerap air, sehingga sumber air di wilayah ini
adalah dari humus bersalju salju akan dilepas
secara bertahap dan melalui permukaan
batugamping akan turun ke bawah dan sebagian
lain masuk dalam sistem hidrologi bawah tanah
sebagai cadangan air.
65 Vegetasi savana Vegetasi savana monsun pamah adalah kelompok
monsun pamah komunitas vegetasi yang berupa padang rumput
atau semak pendek dengan pohon-pohon yang
tumbuh terpencar dan jarang ysng tajuknya tidak
saling bersentuhan dan tumbuh berkembang pada
wilayah lahan kering yang beriklim monsun pada
elevasi di bawah 1000 mdpl. Spesies yang
mendominasi wilayah ini antara lain adalah
rumput Heteropogon contortus. Pohon-pohon yang
biasa tumbuh dan dominan antara lain Acacia
leucophloea, Albizia chinensis, Borassus flabelifer,
Casuarina junghuhniana, Corypha gebanga dan
Schleichera oleosa. Vegetasi savana monsun
pamah fungsinya adalah sebagai pelindung yang
berupa lahan kering dimana substartnya dapat
berupa batuan ultra basa, batuan vulkanik,
batuan karbonat pejal baik pada lahan pamah
sehingga lapisan tanahnya sangat tipis. Pada
kondisi seperti tidak banyak spesies vegetasi
pohon mampu tumbuh, sehingga tegakan pohon
tumbuh terpencar-pencar diantara rerumputan
yang dominan. Vegetasi savana yang tumbuh
akan menghasilkan serasah yang menambah
unsur hara pada permukaan batuan yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh.
66 Vegetasi savana rawa Vegetasi savana rawa air payau adalah kelompok
air payau komunitas vegetasi yang berupa padang rumput
210
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
dengan perdu semak pendek dengan pohon-pohon
yang tumbuh di bantaran sungai atau wilayah di
sekitar aliran sungai yang dipengaruhi oleh air
pasang dan surut laut sehingga sering tergenang.
Biasanya dijumpai kelompok rerumputan (Leersia
hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza spp.,
Panicum sp., dan Hymenachne amplexycaulis),
paku-pakuan (Cyclosorus), teki-tekian
(Thoracostachyum sumatranum dan Scleria sp),
bakung-bakungan (Hanguana), kelompok pandan
(Pandanus spp) serta tegakan spesies pohon yang
jarang dan saling tidak menutup tajuknya.
Vegetasi savana rawa air payau fungsinya adalah
sebagai pelindung yang berupa lahan basah
dimana substartnya dapat berupa batuan ultra
basa, batuan vulkanik, batuan karbonat pejal baik
pada lahan pamah yang airnya payau sehingga
lapisan tanahnya sangat tipis. Wilayah ini sering
terpengaruh oleh air pasang surut laut yang
terjebak. Pada kondisi seperti tidak banyak
spesies vegetasi pohon mampu tumbuh, sehingga
tegakan pohon tumbuh terpencar-pencar diantara
rerumputan yang dominan. Vegetasi savana yang
tumbuh akan mengasilkan serasah, yang akan
menambah unsur hara pada permukaan batuan
yang memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh.
67 Vegetasi savana rawa Vegetasi savana rawa air tawar adalah kelompok
air tawar komunitas vegetasi yang berupa padang rumput
atau semak pendek dengan pohon-pohon yang
tumbuh pada rawa permanen yang dangkal atau
yang sewaktu-waktu mengering. Spesies yang
umum dijumpai termasuk rumput yang relatif
tinggi, seperti Leersia hexandra, Echinochloa
stagnina, Oryza spp., Panicum sp., Hymenachne
amplexycaulis, Saccharum robustum dan
Phragmites karka, serta tegakan spesies pohon
spot-spot kelompok sagu (Metroxyllon sagu) dan
pandan (Pandanus sp.). Vegetasi savana rawa air
tawar fungsinya adalah sebagai pelindung lahan
basah dimana substartnya dapat berupa batuan
ultra basa, batuan vulkanik, batuan karbonat
pejal baik pada lahan pamah yang airnya tawar
dipengaruhi oleh limpasan air sungai yang
terjebak sehingga lapisan tanahnya sangat tipis.
Pada kondisi seperti itu tidak banyak spesies
vegetasi pohon mampu tumbuh dengan baik,
sehingga tegakan pohon tumbuh terpencar-pencar
diantara rerumputan yang dominan. Vegetasi
211
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
savana yang tumbuh akan menghasilkan serasah
yang akan menambah unsur hara pada
permukaan batuan yang memungkinkan beberapa
vegetasi lain dapat tumbuh. Air tawar di wilayah
ini dapat digunakan sebagai air bersih untuk
mencuci.
68 Vegetasi savana rawa Vegetasi savana rawa gambut pamah adalah
gambut pamah kelompok komunitas vegetasi berupa padang
rumput atau semak pendek dengan beberapa
spesies pohon-pohon yang tumbuh pada rawa
gambut. Spesies yang umum dijumpai terbentuk
oleh campuran berbagai spesies, dan yang
menonjol adalah teki-tekian seperti
Thoracostachyum sumatranum, Cyperus
cephalotes, Cyperus imbricatus, Cyperus
platystylis, Eleocharis dulcis, Scleria spp., Scirpus
grossus, Scirpus littoralis, Scirpus mucronatus.
Spesies tersebut dapat bercampur dengan
Hanguana malayana dan Typha orientali, atau
jenis paku-pakuan seperti Stenochaena sp.,
Nephrolepis sp., Ceratopteris thalictroides,
Ampelopteris prolifera dan Cyclosorus interruptus.
Beberapa spesies pohon yang tumbuh berpencar
antara lain perdu dan pohon kecil, seperti dari
spesies Glochidion sp, Nauclea coadunata,
Mytragyna speciosa, Barringtonia tetraptera dan
palem Livistona sp serta kelompok rotan. Spesies
pandan (Pandanus spp.) sering tumbuh secara
sporadis. Vegetasi savana rawa air gambut
fungsinya sebagai penangkap sedimentasi berupa
lumpur, pasir, batu maupun bahan lain yang
diakibatkan oleh aliran air baik dari sungai
maupun air permukaan. Beberapa spesies savana
rawa gambut memiliki sistem perakaran yang
menciptakan sistem hidrologi spesifik gambut.
Meskipun tidak banyak spesies wilayah ini juga
menjadi habitat bagi kehidupan satwa air gambut
pegunungan untuk bersarang, berkembangbiak
dan sebagai tempat pengasuhan anakan.
Komunitas savana rawa gambut dapat cukup
berkembang seperti di wilayah lahan pamah.
Pembentukan serasah tumbuhan herba dan
humus dapat berlangsung meski kurang
sempurna, dan di wilayah ini relatif lebih subur.
Proses pengikatan air hujan dan penghambatan
laju air permukaan secara alami mengakibatkan
pada wilayah ini tersimpan air, meski kualitasnya
air gambut kurang baik. Tersedianya air pada
savana rawa gambut ini berpengaruh terhadap
212
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
kualitas lingkungan sehingga lebih lembab,
nyaman dan tidak mudah terbakar secara alami
(karena petir). Beberapa spesies vegetasi savanna
rawa gambut mengikat karbon dan juga
melepaskan oksigen segar ke udara. Senyawa
karbon yang tidak terurai dari sisa-sisa bahan
organik di wilayah ini tersimpan dengan baik di
dalam tanah bergambut.
69 Vegetasi savanna Vegetasi savana lahan kering pamah definisi
lahan kering pamah operasionalnya adalah kelompok komunitas
vegetasi pada lahan kering yang berupa padang
rumput atau semak pendek dengan pohon-pohon
yang tumbuh terpencar dan jarang, tajuknya tidak
saling bersentuhan yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan lahan kering yang beriklim
monsun pada elevasi di bawah 1000 m dpl.
Spesies yang mendominasi antara lain adalah
rumput Heteropogon contortus. Pohon-pohon yang
biasa tumbuh dan dominan di savana antara lain
Acacia leucophloea, Albizia chinensis, Borassus
flabelifer, Casuarina junghuhniana, Corypha
gebanga dan Schleichera oleosa. Vegetasi savana
lahan kering fungsinya adalah sebagai pelindung
yang berupa lahan kering dimana substartnya
dapat berupa batuan ultra basa, batuan vulkanik,
batuan karbonat pejal baik pada lahan pamah.
Pada kondisi seperti ini tidak banyak spesies
vegetasi pohon mampu tumbuh dengan baik,
sehingga tegakan pohon tumbuh terpencar-pencar
diantara rerumputan yang dominan. Vegetasi
savana yang tumbuh akan mengasilkan serasah,
yang akan menambah unsur hara pada
permukaan batuan yang memungkinkan beberapa
vegetasi lain dapat tumbuh.
70 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa air tawar pada bentang alam
air tawar pada karst definisi operasionalnya adalah kelompok
bentang alam karst komunitas tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang pada wilayah lahan basah (rawa air
tawar) dan berupa bagian dari sistem bentang
alam karst. Wilayah ini tergolong kaya dengan
vegetasi terna (herba) seperti berupa kelompok
rerumputan (Leersia hexandra, Echinochloa
stagnina, Oryza spp., Panicum sp., dan
Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana), kelompok pandan (Pandanus spp)
serta tegakan pohon yang jarang dan saling tidak
menutup tajuknya. Pada bagian tertentu yang
213
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
substratnya berlumpur dan dan air tawar cukup
secara teratur tumbuh komunitas sagu
(Metroxylon sagu). Vegetasi terna rawa air tawar
pada bentang alam karst berfungsi sebagai tempat
memijah, mencari makan, membesarkan atau
mengasuh anakan dan tempat berlindung bagi
satwa air tawar. Wilayah ini juga berfungsi sebagai
penyedia air tawar, meskipun rawa air tawar
sering kali tidak tergenang secara permanen dan
merupakan aliran sungai yang keluar dari mulut
gua karst. Beberapa vegetasi terna rawanya dihuni
oleh beberapa spesies mamalia, burung, reptilia,
amfibia, yang semuanya itu berperan dalam
mendukung keseimbangan ekosistem. Beberapa
spesies migran terkadang menggunakan wilayah
ini untuk sementara selama migrasi dari belahan
utara ke selatan atau sebaliknya.
71 Vegetasi terna rawa Vegetasi terna rawa gambut definisi
gambut operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah rawa gambut yang dominasi
vegetasi terna seperti dari spesies rumput agak
tinggi seperti Echinochloa praestans, Hymenachne
acutigluma, Ischaemum polystachyum, Leersia
hexandria, Brachiaria mutica, Panicum auritum
dan Panicum paludosum. Spesies tersebut dapat
bercampur dengan spesies lain seperti Hanguana
malayana dan Typha orientali, atau jenis paku-
pakuan seperti Stenochaena, Nephrolepis,
Ceratopteris thalictroides, Ampelopteris prolifera
dan Cyclosorus interruptus. Seringkali kelompok
vegetasi ternanya membentuk pulau mengapung.
Vegetasi terna rawa gambut fungsinya sebagai
penangkap sedimentasi berupa lumpur, pasir,
batu maupun bahan lain yang diakibatkan oleh
aliran air baik dari sungai maupun air
permukaan. Beberapa spesies terna rawa gambut
memiliki sistem perakaran yang menciptakan
sistem hidrologi spesifik gambut. Meskipun tidak
banyak spesies wilayah ini juga menjadi habitat
bagi kehidupan satwa rawa gambut untuk
bersarang, berkembangbiak dan sebagai tempat
pengasuhan anakan. Komunitas terna rawa
gambut dapat cukup berkembang seperti di
wilayah lahan pamah. Pembentukan serasah
tumbuhan herba dan humus dapat berlangsung
meski kurang sempurna, dan di wilayah ini relatif
lebih subur. Proses pengikatan air hujan dan
penghambatan laju air permukaan secara alami
214
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
mengakibatkan pada wilayah ini tersimpan air,
meski kualitasnya air gambut kurang baik.
Tersedianya air pada komunitas vegetasi terna
rawa gambut ini berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan sehingga lebih lembab, nyaman dan
tidak mudah terbakar secara alami (karena petir).
Beberapa spesies vegetasi terna rawa gambut
mengikat karbon dan juga melepaskan oksigen
segar ke udara. Senyawa karbon yang tidak
terurai dari sisa-sisa bahan organik di wilayah ini
tersimpan dengan baik di dalam tanah bergambut.
72 Vegetasi terna Vegetasi terna savana rawa gambut definisi
savana rawa gambut operasionalnya adalah kelompok komunitas pada
rawa bergambut yang vegetasinya berupa padang
rumput atau perdu atau semak pendek.
Vegetasinya sering membentuk pulau mengapung
dengan spesies vegertasi terna berupa campuran
dari berbagai spesies, seperti teki-tekian
(Thoracostachyum sumatranum, Cyperus
cephalotes, Cyperus imbricatus, Cyperus
platystylis, Eleocharis dulcis, Scleria, Scirpus
grossus, Scirpus littoralis, Scirpus mucronatus),
Hanguana malayana dan Typha orientali, dan
spesies paku-pakuan seperti Stenochaena,
Nephrolepis, Ceratopteris thalictroides,
Ampelopteris prolifera dan Cyclosorus interruptus.
Beberapa spesies pohon juga ditemukan dan
tumbuh saling berjauhan. Vegetasi terna savana
gambut fungsinya sebagai penangkap sedimentasi
berupa lumpur, pasir, batu maupun bahan lain
yang diakibatkan oleh aliran air baik dari sungai
maupun air permukaan. Beberapa spesies terna
savana gambut memiliki sistem perakaran yang
menciptakan sistem hidrologi spesifik gambut.
Meskipun tidak banyak spesies wilayah ini juga
menjadi habitat bagi kehidupan satwa savana
gambut untuk bersarang, berkembangbiak dan
sebagai tempat pengasuhan anakan. Komunitas
terna rawa gambut dapat cukup berkembang
seperti di wilayah lahan pamah. Pembentukan
serasah tumbuhan herba dan humus dapat
berlangsung meski kurang sempurna, dan di
wilayah ini relatif lebih subur. Proses pengikatan
air hujan dan penghambatan laju air permukaan
secara alami mengakibatkan pada wilayah ini
tersimpan air, meski kualitasnya air gambut
kurang baik. Tersedianya air pada komunitas
vegetasi terna savana gambut ini berpengaruh
terhadap kualitas lingkungan sehingga lebih
215
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
lembab, nyaman dan tidak mudah terbakar secara
alami (karena petir). Beberapa spesies vegetasi
terna savana gambut mengikat karbon dan juga
melepaskan oksigen segar ke udara. Senyawa
karbon yang tidak terurai dari sisa-sisa bahan
organik di wilayah ini tersimpan dengan baik di
dalam tanah bergambut.
73 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian danau definisi
danau operasionalnya adalah vegetasi dari kelompok
terna yang tumbuh umumnya pada tepian danau
yang airnya relatif dangkal. Beberapa spesies yang
biasa ditemukan pada wilayah ini adalah
kelompok rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp., Panicum sp.,
dan Hymenachne amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian (Thoracostachyum
sumatranum dan Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana). Vegetasi terna tepian danau
fungsinya adalah sebagai pelindung yang berupa
lahan basah danau dimana substartnya dapat
berupa lumpur. Wilayah ini sering terpengaruh
oleh air sungai yang bermuara maupun outlet
sungai. Pada kondisi seperti tidak banyak spesies
vegetasi pohon mampu tumbuh, hanya kelompok
herba (rumput, teki, bakung), paku-pakuan yang
dominan. Vegetasi terna tepian danau yang
tumbuh akan mengasilkan serasah, yang akan
menambah unsur hara pada pinggiran danau
yang memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh. Beberapa spesies satwa air hidup
memijah mencari pakan dan berkembang biak di
wilayah ini. Beberapa spesies migran sering
ditemukan untuk mencari makan.
74 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna terna tepian danau pegunungan
danau pegunungan definisi operasionalnya adalah vegetasi dari
kelompok terna yang tumbuh di tepian danau
yang airnya relatif dangkal pada wilayah dengan
ekosistem pegunungan. Beberapa spesies yang
biasa ditemukan pada wilayah seperti di danau
sub alpin ini di Papua adalah kelompok
rerumputan Monostachya, teki-tekian Oreobolus
spp., terna Plantago polita, Astelia papuana,
Potentilla brassii, Eriocaulon spp. Vegetasi terna
tepian danau pegunungan fungsinya adalah
sebagai pelindung yang berupa lahan basah
danau dimana substartnya dapat berupa lumpur
di wilayah pegunungan. Wilayah ini
seringberhubungan dengan sungai di wilayah
pegunungan. Pada kondisi seperti tidak banyak
216
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
spesies vegetasi pohon mampu tumbuh, hanya
kelompok herba (rumput, teki, bakung), paku-
pakuan yang dominan. Vegetasi terna tepian
danau pegunungan yang tumbuh akan
mengasilkan serasah, yang akan menambah
unsur hara pada pinggiran danau yang
memungkinkan beberapa vegetasi lain dapat
tumbuh. Beberapa spesies satwa air hidup
memijah mencari pakan dan berkembang biak di
wilayah ini. Beberapa spesies migran sering
ditemukan untuk mencari makan.
75 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian sungai definisi
sungai operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan terna yang tumbuh dan berkembang
pada wilayah lahan basah yang terdapat di
bantaran sungai atau wilayah di sekitar aliran
sungai sehingga sering tergenang, terkena arus
sungai dan pengaruh sedimen yang terbawa oleh
air sungai. Berbagai spesies rumput tinggi, seperti
Phragmites karka dan Saccharum robustum,
dapat ditemukan dalam komunitas tepi sungai di
Papua. Vegetasi terna tepian sungai fungsinya
sebagai penangkap sedimentasi berupa lumpur,
pasir, batu maupun bahan lain yang diakibatkan
oleh aliran air permukaan yang dari perbukitan di
atasnya maupun yang mengalir pada badan air
sungai. Dengan proses ini maka air yang menuju
ke hulu sungai sudah tersaring material
batuannya sehingga proses sedimentasi pada
pinggiran sungai, pendangkalan sungai maupun
muara sungai berkurang. Sedimen yang terbawa
ini umumnya membawa unsur hara dari bagian
hulu, dan membentuk lahan relatif kering yang
tidak digenangi air secara permanen membentuk
bantaran sungai yang subur. Pada bagian ini
umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi berupa
terna dan juga pohon yang selalu hijau di
sepanjang tahun. Kombinasi terna dan vegetasi
pepohonan yang ukurannya tidak terlalu besar
dengan sistem perakaran yang kuat membentuk
rajutan akar ini akan memperkuat struktur
pinggiran yang berupa tebing sungai menjadi lebih
kuat menahan longsornya tanah, terutama saat
musim hujan tiba. Wilayah ini juga berfungsi
sebagai penyedia air tawar.

76 Vegetasi terna tepian Vegetasi terna tepian sungai payau definisi


sungai payau operasionalnya adalah kelompok komunitas
tumbuhan terna yang tumbuh dan berkembang
217
Vegetasi Alami
No Deskripsi
Papua
pada wilayah lahan basah yang terdapat di
bantaran sungai atau wilayah di sekitar aliran
sungai sehingga sering tergenang, terkena arus
pasang surut air laut. Biasanya wilayah ini
banyak ditumbuhi dengan beberapa rerumputan
(Leersia hexandra, Echinochloa stagnina, Oryza
spp., Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan (Cyclosorus), teki-
tekian (Thoracostachyum sumatranum dan Scleria
sp), bakung-bakungan (Hanguana), kelompok
pandan (Pandanus spp). Vegetasi terna tepian
sungai payau fungsinya sebagai penangkap
sedimentasi berupa lumpur, pasir, batu maupun
bahan lain yang diakibatkan oleh aliran air
permukaan yang dari perbukitan di atasnya
maupun yang mengalir pada badan air sungai
yang terpengaruh oleh pasang surut laut. Dengan
proses ini maka air yang menuju ke hulu sungai
sudah tersaring material batuannya sehingga
proses sedimentasi pada pinggiran sungai,
pendangkalan sungai maupun muara sungai tidak
terjadi. Sedimen yang terbawa ini umumnya
membawa unsur hara dari bagian hulu, dan
membentuk lahan relatif kering yang tidak
digenangi air secara permanen membentuk
bantaran sungai yang subur. Pada bagian ini
umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi berupa
terna dan juga pohon yang selalu hijau di
sepanjang tahun. Kombinasi terna dan vegetasi
pepohonan yang ukurannya tidak terlalu besar
dengan sistem perakaran yang kuat membentuk
rajutan akar ini akan memperkuat struktur
pinggiran yang berupa tebing sungai menjadi lebih
kuat menahan longsornya tanah, terutama saat
musim hujan tiba.

Kepulauan Maluku
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
218
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
1 Vegetasi hutan batuan ultrabasa Komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pamah elevasi di bawah 1000 mdpl dengan
substrat tanah yang berasal dari
serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan
silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang
beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini dapat berupa padang
rumput, vegetasi semak terbuka
hingga ke hutan dengan tegakan
pohon lebat dan tinggi dengan
komposisi floristik yang kaya spesies.
2 Vegetasi hutan batuan ultrabasa Komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pamah monsun wilayah dengan iklim monsun (kering)
elevasi di bawah 1000 mdpl dengan
substrat tanah yang berasal dari
serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium yang tinggi,
kandungan silika rendah, serta
dicirikan oleh kandungan tinggi
unsur-unsur yang beracun bagi
tumbuhan (phytotoxins), terutama
kobal dan krom. Vegetasi pada habitat
ini dapat berupa padang rumput,
vegetasi semak terbuka.
3 Vegetasi hutan batuan ultrabasa -
pamah monsun merangas
4 Vegetasi hutan batuan ultrabasa Komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pegunungan atas elevasi 1500-3300 mdpl dengan
substrat tanah berasal dari serpentinit
dengan kandungan besi dan
magnesium tinggi, kandungan silika
rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang
beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini umumnya berupa
padang rumput, vegetasi semak, dan
beberapa spesies diantaranya berupa
perdu dan pohon pendek dengan
batang berlumut berdiameter kecil.
5 Vegetasi hutan batuan ultrabasa Komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pegunungan atas monsun wilayah beriklim kering (monsun)
berelevasi 1500 - 3300 mdpl yang
substrat tanahnya berasal dari
serpentinit dengan kandungan besi
219
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
dan magnesium tinggi, kandungan
silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur
beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini umumnya berupa
padang rumput, vegetasi semak,
berbagai spesies lumut pada batuan
dan paku-pakuan.
6 Vegetasi hutan batuan ultrabasa Komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pegunungan bawah elevasi 750 - 2500 mdpl dengan
substrat tanah berasal dari serpentinit
dengan kandungan besi dan
magnesium tinggi, kandungan silika
rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang
beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini dapat berupa hutan
lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya
spesies.
7 Vegetasi hutan batuan ultrabasa Komunitas vegetasi yang tumbuh pada
pegunungan bawah monsun wilayah beriklim kering (monsun)
berelevasi 750 - 2500 mdpl yang
substrat tanahnya berasal dari
serpentinit dengan kandungan besi
dan magnesium tinggi, kandungan
silika rendah, serta dicirikan oleh
kandungan tinggi unsur-unsur yang
beracun bagi tumbuhan (phytotoxins),
terutama kobal dan krom. Vegetasi
pada habitat ini dapat berupa hutan
yang tidak begitu lebat dengan tajuk
yang tidak rata.
8 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi berupa varian dari
monsun pamah pada bentang tipe hutan dipterokarpa pamah dan
alam karst hutan non dipterokarpa pamah yang
berkembang pada lahan bentang alam
karst dengan karakteristik tegakan
pohon tinggi ramping bertajuk sedang.
Vegetasi hutan batugamping pamah
monsun pada bentang alam karst
berfungsi sebagai penutup permukaan
morfologi karst dan batuan
batugamping yang tergolong lapisan
tanahnya tipis dan miskin hara.
9 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi yang tumbuh dan
monsun pegunungan atas pada berkembang pada bentang lahan karst
220
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
bentang alam karst pegununungan atas pada elevasi 1500
m (2000 m) dpl - 3300 m dpl.
Umumnya spesies pohonnya berdaun
berukuran kecil (mikrofil) dengan
penampakan permukaan tajuk atau
kanopi relatif rata dengan batang
pohon ramping, pendek, berukuran
lebih kecil dan terkadang tumbuh
kerdil dengan tajuknya rapat. Pada
batang maupun lantai dasar biasa
ditemukan lumut pada permukaan
singkapan batugamping maupun
benda atau batang yang roboh. Jika
musim kering lumut menjadi agak
kering.
10 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi hutan
monsun pegunungan bawah batugamping yang tumbuh
pada bentang alam karst berkembang pada wilayah
pegunungan dengan bentang alam
karst monsun di ekosistem
pegunungan. Umumnya terdapat pada
elevasi di atas 1000 mdpl.
Komunitasnya merupakan varian dari
hutan non dipterokarpa dengan
habitat khusus tanah batu gamping
dengan karakteristik tegakan pohon
tinggi ramping bertajuk sedang.
11 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi berupa varian dari
pamah tipe hutan dipterokarpa pamah dan
hutan non dipterokarpa pamah yang
tumbuh pada habitat tanah batu
gamping. Tidak banyak spesies yang
mampu tumbuh beradaptasi di
wilayah yang berbatu gamping,
sehingga banyak ditemukan spesies
endemik dan langka. Keragamannya
bergantung kepada tingkat kesuburan
dan ketebalan tanah dan iklim
setempat, umumnya didominasi oleh
vegetasi perdu semak (pioner).
Kerapatan tegakan pohon hutan relatif
jarang dengan diameter batang yang
relatif kecil serta tajuknya tidak
melebar.
12 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi yang berupa
pamah monsun varian dari tipe hutan dipterokarpa
pamah dan hutan non dipterokarpa
pamah yang tumbuh pada habitat
tanah yang berupa batugamping yang
221
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
beriklim monsun (kering). Iklim yang
kering serta media tumbuh tipis
berupa batu menyebabkan tidak
banyak spesies yang mampu tumbuh
beradaptasi di wilayah yang berbatu
seperti batugamping ini, sehingga di
wilayah ini sering ditemukan spesies
endemik dan jarang ditemukan di
tempat lain.
13 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi berupa varian dari
pamah monsun malar hijau tipe hutan dipterokarpa pamah dan
hutan non dipterokarpa pamah yang
berkembang pada lahan dengan
substart batugamping pamah pada
wilayah yang beriklim monsun (kering)
dengan karakteristik hutan-hutan
yang selalu hijau atau malar hijau.
Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan
meskipun perawakannya lebih kecil
dan stratifikasi pohon tidak terlalu
kompleks. Biasanya komunitas ini
berdekatan dengan aliran sungai atau
sumber-sumber air.
14 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi berupa varian dari
pamah monsun merangas tipe hutan non dipterokarpa pamah
dan hutan dipterokarpa pamah yang
berkembang pada lahan dengan
substart batugamping pamah pada
wilayah yang beriklim monsun dengan
karakteristik tegakan pohon merangas
(menggugurkan daun) pada musim
kering.
15 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi berupa varian dari
pamah monsun merangas pada tipe hutan dipterokarpa pamah dan
bentang alam karst hutan non dipterokarpa pamah yang
berkembang pada lahan pamah
bentang alam karst pada wilayah yang
beriklim monsun dengan karakteristik
tegakan pohon merangas
(menggugurkan daun) pada musim
kering. Vegetasi ini berfungsi sebagai
penutup permukaan morfologi karst
dan batuan batugamping yang
tergolong tipis lapisan tanah dan
miskin hara.
16 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi yang berupa
pamah pada bentang alam karst varian dari tipe hutan dipterokarpa
pamah dan hutan non dipterokarpa
222
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
pamah yang berkembang pada lahan
pamah bentang alam karst. Tidak
banyak spesies yang mampu tumbuh
beradaptasi di wilayah yang berbatu
gamping, sehingga banyak ditemukan
spesies endemic dan langka. Selain
spesies pohon yang tumbuh, di
wilayah ini dapat ditemukan beberapa
spesies dari kelompok bambu,
tumbuhan pemanjat atau merambat
berkayu, herba rumpu dan talas-
talasan yang tumbuh di sekitar mulut
gua maupun sumber air.
17 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi yang tumbuh dan
pegunungan atas pada bentang berkembang pada bentang lahan karst
alam karst pegunungan atas pada elevasi 1500
mdpl- 3300 mdpl. Umumnya spesies
pohonnya berdaun berukuran kecil
(mikrofil), dengan penampakan
permukaan tajuk atau kanopi relatif
rata dan rapat dengan batang
berukuran kecil, ramping, pendek dan
tumbuh kadang kerdil. Pertumbuhan
vegetasi cenderung mengecil dan
melambat pada elevasi di atas 2000
mdpl. Spesies Vegetasi didominasi
perdu semak dari suku Ericaceae,
kelompok rumput-rumputan,
kelompok paku-pakuan dan lumut.
18 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi yang tumbuh dan
pegunungan bawah berkembang pada substrat
batugamping pada ekosistem
pegunungan bawah dengan topografi
pegunungan pada elevasi 800 mdpl -
2000 mdpl. Umumnya didominasi oleh
spesies yang pohonnya berdaun
berukuran sedang (mesofil) dan
penampakan tajuk pohon (kanopi)
relatif tidak rata. Variasi dan
keragaman spesiesnya cukup tinggi.
Beberapa kelompok spesies yang
menghasilkan buah-buahan cukup
banyak ditemukan di wilayah ini. Pada
hutan yang sudah berumur tua,
umumnya lantai dasar hutannya
relatif jarang ditemukan semai pohon,
kecuali kelompok herba, lumut dan
paku-pakuan.

223
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
19 Vegetasi hutan batugamping Komunitas vegetasi yang tumbuh dan
pegunungan bawah pada berkembang pada substrat
bentang alam karst batugamping pegunungan bawah yang
berupa bentang alam karst terdapat
pada topografi pegunungan pada
elevasi 800 mdpl - 2000 mdpl,
umumnya didominasi oleh spesies
yang pohonnya berdaun berukuran
sedang (mesofil) dan penampakan
tajuk pohon (kanopi) relatif tidak rata.
Variasi dan keragaman spesiesnya
cukup tinggi terutama pada lokasi
dengan tanah yang relatif tebal.
Beberapa kelompok spesies yang
menghasilkan buah-buahan cukup
banyak ditemukan di wilayah ini.
20 Vegetasi hutan kerangas pamah Vegetasi yang tumbuh pada tanah
podsol (spodosol) kering yang berasal
dari bahan induk silika bertekstur
kasar yang sangat masam, sangat
mudah menyerap air dan berdrainase
baik, meskipun terkadang tergenang
air karena lapisan bawahnya padat.
Umumnya terdapat di kawasan hutan
hujan lahan pamah pada elevasi 0–800
mdpl, mempunyai lapisan humus
kasar atau lapisan kelabu tua
berpasir, sistem perakaran vegetasi
sebagian besar terdapat pada lapisan
ini, akar tumbuhan menembus
langsung ke serasah yang
terdekomposisi, sehingga hara diserap
oleh tumbuhan diperoleh langsung
dari bahan organik mati tanpa melalui
penyimpanan dalam tanah mineral.
Selama proses ini, jamur mikoriza
banyak berperan juga dalam
penyerapan hara. Vegetasi hutan ini
tampak perwakan tajuk dan tingginya
sama meski berasal dari beberapa
spesies yang berbeda. Beberapa jenis
dapat mencirikan hutan ini seperti
Baeckia frutescens, Casuarina nobillis,
Cotylelobium burckii, C. malayanum,
Cratoxylum glaucum, C. arborescens,
Combretocarpus rotundatus,
Dactylocladus stenostachys, Dacrydium
elatum, Tristania obovata dan
Whiteodendron moultonianum.
224
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
21 Vegetasi hutan kerangas pamah Vegetasi yang tumbuh pada wilayah
monsun beriklim kering (monsun), di atas
tanah podsol (spodosol) yang berasal
dari bahan induk silika bertekstur
kasar yang sangat masam, sangat
mudah menyerap air dan berdrainase
baik, Komunitas vegetasi ini terdapat
di kawasan hutan lahan pamah kering
pada elevasi 0 – 800 mdpl, mempunyai
lapisan tipis humus kasar atau lapisan
kelabu tua berpasir, sistem perakaran
sebagian besar terdapat pada lapisan
ini, akar tumbuhan menyerap unsur
hara langsung ke serasah yang sedang
terdekomposisi, tanpa melalui
penyimpanan dalam tanah mineral.
Jamur mikoriza banyak berperan
dalam penyerapan hara. Beberapa
jenis dapat mencirikan hutan ini
seperti Baeckia frutescens, Casuarina
nobillis, Cotylelobium burckii, C.
malayanum, Cratoxylum glaucum, C.
arborescens, Combretocarpus
rotundatus, Dactylocladus
stenostachys, Dacrydium elatum,
Tristania obovata dan Whiteodendron
moultonianum.
22 Vegetasi hutan monsun tepian Wilayah beriklim kering (monsun) fisik
sungai malar hijau habitatnya berupa bantaran sungai,
komunitas hutannya tersusun oleh
berbagai jenis tumbuhan yang tahan
terhadap pengaruh langsung
perubahan air sungai, terutama pada
saat air sungai meluap. Beberapa ciri
spesies komunitas ini adalah
tetumbuhannya selalu hijau (malar
hijau), pada wilayah yang terbuka
tumbuh spesies pionir, termasuk
rerumputan, seperti Phragmites karka,
kemudian diinvasi oleh jenis-jenis
pohon, termasuk Glochidion, Ficus,
Paraserianthes, Casuarina
equisetifolia, Litsea, Pygeum,
Pandanus, Alstonia spectabilis,
Myristica, dan Dillenia. Octomeles
sumatrana.

225
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
23 Vegetasi hutan pamah (non Komunitas vegetasi dengan tegakan
dipterokarpa) pohon-pohon tinggi 30–45 m,
batangnya lurus dan relatif ramping,
tajuknya lebat berdaun kecil, sedang
sampai lebar dan selalu hijau, tumbuh
pada berbagai tipe tanah dengan
variasi tingkat kesuburannya pada
elevasi 0 - 1000 m. Bergantung kepada
wilayah dan iklimnya dominasi spesies
pada komunitas ini adalah bukan dari
kelompok Dipterocarpaceae, umumnya
banyak ditemukan bebagai spesies
pohon penghasil buah-buahan,
penghasil getah dan minyak atsiri, dan
penghasil komoditas tanaman
perkebunan (kopi, kakao, minyak
nabati, serat dll.)
24 Vegetasi hutan pamah monsun Vegetasi dengan komunitas hutan
malar hijau yang tumbuh dan berkembang pada
lahan kering pamah di wilayah yang
beriklim monsun dengan karakteristik
hutan-hutan yang selalu hijau atau
malar hijau meskipun pada musim
kemarau yang kering. Struktur dan
komposisi floristik hutan tersebut
mirip seperti hutan hujan meskipun
perawakannya lebih kecil dan
stratifikasi pohon tidak terlalu
kompleks.
25 Vegetasi hutan pamah monsun Vegetasi dengan komunitas hutan
merangas yang tumbuh dan berkembang pada
lahan kering pamah pada wilayah
yang beriklim monsun dengan
karakteristik vegetasi hutan yang
menggugurkan daun (merangas) atau
mengering pada musim kemarau.
Struktur dan komposisi floristik hutan
tersebut mirip seperti hutan hujan
dengan perawakan pohonnya lebih
kecil serta stratifikasi pohon tidak
terlalu kompleks.
26 Vegetasi hutan pantai Vegetasi dengan komunitas vegetasi di
sepanjang pantai di belakang pantai
pasir yang ditumbuhi komunitas pes-
caprae, dimana berkembang spesies
semak atau komunitas perdu dan
pohon kecil. Komposisi floristik hutan
pantai seragam di seluruh Indonesia,
baik yang terdapat di kawasan
226
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
beriklim basah maupun beriklim
kering musiman. Spesies karakteristik
wilayah ini adalah Ardisia elliptica,
Caesalpina bonduc, Clerodendron
inerme, Colubrina asiatica, Cycas
rumphii, Desmodium umbellatum,
Dodonaea viscosa, Erythrina variegata,
Messerschmidia argentea, Pemphis
acidula, Pluchea indica, Premna
corymbosa, Scaevola taccada, Sophora
tomentosa dan Tacca leontopetaloides.
Spesies pohon lain juga ditemukan
antara lain adalah Barringtonia
asiatica dan Calophyllum inophyllum.
27 Vegetasi hutan pegunungan atas Vegetasi yang terdapat pada wilayah
monsun yang beriklim monsun dengan elevasi
2000 mdpl - 3000 mdpl. Umumnya
spesies pohonnya lebih jarang dan
lebih kerdil, berdaun berukuran kecil
(mikrofil), dengan penampakan
tajuknya rapat dan permukaan tajuk
atau kanopi relatif rata. Batang pohon
ramping dan tidak lurus (bengkok-
bengkok) dan ditumbuhi lumut
meskipun tidak lebat. Flora hutan
pegunungan atas monsun sangat
miskin jika dibandingkan hutan
pegunungan bawah. Spesies perdu
dari suku Ericaceae lebih
mendominasi wilayah ini karena lebih
tahan tahan terhadap kondisi yang
kering.
28 Vegetasi hutan pegunungan Vegetasi yang terdapat pada wilayah
bawah dengan elevasi 750-2500 mdpl.
Vegetasi pada habitat ini berupa hutan
lebat dengan tajuk yang tidak rata
dengan komposisi floristik yang kaya
spesies. Umumnya ukuran batang
pohonnya sudah mengecil, demikian
juga daunnya. Pada batang pohon
biasanya tumbuh melimpah berbagai
jenis epifit, tumbuhan memanjat dan
lumut pada batang pohon maupun
substrat tanah dan batuan di lantai
dasar hutan. Jenis-jenis dari suku
Fagaceae dan Lauraceae melimpah.
Jenis-jenis pohon lain yang umumnya
ditemukan antara lain adalah Schima
wallichii, Dacrycarpus imbricatus,
227
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
Turpinia pomifera, Eugenia banksii,
Engelhardia spicata, Lithocarpus spp.,
Quercus spp., Palaquium spp., dan
juga paku pohon (Cyathea spp.).
29 Vegetasi hutan pegunungan Vegetasi yang terdapat pada wilayah
bawah monsun (monsoon lower yang beriklim monsun dengan elevasi
mountain forest) 1000 mdpl - 2000 mdpl, umumnya
didominasi oleh spesies pohonnya
berdaun berukuran sedang (mesofil)
dan penampakan tajuk pohon (kanopi)
yang relatif tidak rata. Beberapa
spesies pohon yang mencirikan
komunitas vegetasi ini adalah
Castanopsis acuminatissima yang
berasosiasi dengan Lithocarpus spp
dan Araucaria spp Pada elevasi
mendekati 1700 mdpl. Terdapat
transisi ke hutan berlumut yang
dicirikan oleh hutan Nothofagus.
Sesuai dengan kondisi iklim wilayah
ini berupa monsun (kering),
keragaman spesies pada wilayah ini
lebih rendah dibandingkan dengan
wilayah pegunungan bawah yang
relatif basah.
30 Vegetasi hutan rawa air payau Kelompok komunitas vegetasi yang
monsun pada bentang alam tumbuh pada wilayah bentang alam
karst karst beriklim monsun dan
berkembang pada lahan basah yang
secara periodik atau permanen
digenangi oleh air payau dan
dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Biasanya di wilayah ini
berkembang komunitas pandan,
antara lain Pandanus hollrungii, P.
hysterix, P. kaernbachii, P.
lauterbachii, P. leiophyllus, P.
scabribracteatus dan P. tectorius.
Beberapa spesies pohon yang tumbuh
di wilayah ini adalah Terminalia
copelandii, Hopea novoguineenis,
Garcinia dulcis, Polyosma sp. , Rhus
taitensis, dan Alstonia scholaris.
31 Vegetasi hutan rawa air payau Kelompok komunitas vegetasi yang
pada bentang alam karst tumbuh dan berkembang pada
bentang alam karst yang secara
periodik atau permanen digenangi oleh
air payau dan dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Biasanya di wilayah ini
228
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
berkembang komunitas pandan.
Beberapa spesies pohon yang tumbuh
di wilayah ini adalah Terminalia
copelandii, Rhus taitensis, dan
Alstonia scholaris.
32 Vegetasi hutan rawa air tawar Kelompok komunitas vegetasi di
monsun wilayah yang beriklim monsun yang
menempati kawasan aliran sungai-
sungai besar yang wilayahnya dibanjiri
selama periode pendek oleh air hujan
atau air yang mengalir balik dari
sungai. Air kaya akan mineral dengan
kemasaman rendah (pH = 6 atau
lebih). Beberapa spesies pohon, yang
ditemukan adalah Campnosperma
brevipetiolatum, serta spesies yang
termasuk marga Alstonia,
Barringtonia, Campnosperma, Dillenia,
Eugenia, Mangifera, Neesia, dan
Pholidocarpus.
33 Vegetasi hutan tepian sungai Kelompok komunitas tumbuhan yang
payau tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah di bantaran
sungai atau di sekitar aliran sungai
yang dipengaruhi oleh air pasang dan
surut laut sehingga sering tergenang.
Kelompok palem (Arecaceae) seperti
nipah (Nypa fruticans) banyak
terdapat di wilayah ini. Terkadang
komunitas rotan dan pandan
seringkali membentuk lapisan bawah
yang lebat.
34 Vegetasi mangrove Vegetasi yang terdapat pada
komunitas hutan yang tumbuh dan
berkembang pada habitat basah dan
masin di sepanjang pantai, terutama
pantai berlumpur dan pada muara-
muara sungai besar atau sungai kecil,
dan dapat membentang sepanjang
sungai besar jauh sampai ke
pedalaman. Kekayaan jenis tumbuhan
hutan mangrove rendah. Jumlah jenis
seluruhnya hanya sekitar 60,
termasuk 38 jenis yang berupa pohon
mangrove sejati. Jenis-jenis utama
termasuk Avicennia alba, Avicennia
officinalis, Bruguiera gymnorrhiza,
Bruguiera eriopetala, Ceriops
decandra, Ceriops tagal, Lumnitzera
229
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
racemosa, Lumnitzera littorea, Nypa
fruticans, Rhizophora apiculata,
Rhizophora mucronata, Rhizophora
stylosa, Sonneratia alba, Sonneratia
caseolaris, Sonneratia ovata,
Xylocarpus granatum dan Xylocarpus
moluccensis.
35 Vegetasi mangrove monsun Vegetasi yang terdapat pada
komunitas hutan yang tumbuh dan
berkembang pada habitat basah dan
masin di sepanjang pantai, terutama
pantai berlumpur dan pada muara-
muara sungai besar/kecil, dan dapat
membentang sepanjang sungai besar
jauh sampai ke pedalaman.
Karakteristik vegetasinya adalah
spesies ini tahan hidup di daerah
kering dengan tipe hujan D – H (index
Q > 60 %) dan evapotranspirasi
melebihi curah hujan,
36 Vegetasi padang rumput monsun Wilayah lahan kering dengan iklim
pamah monsun yang terletak di elevasi
kurang dari 1000 mdpl yang
komunitas vegetasinya berupa
kelompok rerumputan (Poaceae) atau
semak pendek dengan pohon-pohon
yang tumbuh terpencar dan jarang
dengan tajuknya yang tidak
bersentuhan. Spesies rumput
Heteropogon contortus dan Themeda
australis seringkali mendominan, baik
secara bersama-sama maupun
masing-masing berupa komunitas
murni. Karakteristik wilayah ini
adalah pada saat musim kering,
hampir semua vegetasi berwarna
coklat, karena mengering dedaunnya.
37 Vegetasi sagu Kelompok komunitas tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah rawa dangkal
dengan aliran air tawar permanen
secara teratur. Komunitasnya bisa
berupa hutan sagu murni hingga
hutan sagu yang bercampur dengan
pohon dari spesies lain, seperti
Alstonia scholaris, Garcinia dulcis,
Hopea novoguineensis, Octomeles
sumatrana, Syzygium argentea,
Terminalia copelandii dan Pandanus
230
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
tectorius. Hutan sagu ini menjadi
kerdil di tempat-tempat yang airnya
payau.
38 Vegetasi sagu monsun Kelompok komunitas tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah rawa dangkal
yang beriklim monsun dengan aliran
air tawar permanen secara teratur.
Komunitasnya bisa berupa hutan sagu
murni hingga hutan sagu yang
bercampur dengan pohon spesies lain.
Hutan sagu monsun ini umumnya
menjadi kerdil atau tidak berkembang
dengan baik di tempat-tempat yang
permukaan air menurun jauh akibat
musim kering yang terlalu lama atau
wilayahnya beralih fungsi sehingga
suplai air tawarnya berkurang.
39 Vegetasi savana lahan kering Kelompok komunitas vegetasi pada
pamah lahan kering yang berupa padang
rumput atau semak pendek dengan
pohon-pohon yang tumbuh terpencar
dan jarang, tajuknya tidak saling
bersentuhan yang tumbuh dan
berkembang pada wilayah lahan lahan
kering yang beriklim monsun pada
elevasi di bawah 1000 m dpl. Spesies
yang mendominasi antara lain adalah
rumput Heteropogon contortus.
Pohon-pohon yang biasa tumbuh dan
dominan di savana antara lain Acacia
leucophloea, Albizia chinensis,
Borassus flabelifer, Casuarina
junghuhniana, Corypha gebanga dan
Schleichera oleosa.
40 Vegetasi savana monsun pamah Kelompok komunitas vegetasi yang
berupa padang rumput atau semak
pendek dengan pohon-pohon yang
tumbuh terpencar dan jarang ysng
tajuknya tidak saling bersentuhan dan
tumbuh berkembang pada wilayah
lahan kering yang beriklim monsun
pada elevasi di bawah 1000 mdpl.
Spesies yang mendominasi wilayah ini
antara lain adalah rumput
Heteropogon contortus. Pohon-pohon
yang biasa tumbuh dan dominan
antara lain Acacia leucophloea, Albizia
chinensis, Borassus flabelifer,
231
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
Casuarina junghuhniana, Corypha
gebanga dan Schleichera oleosa.
41 Vegetasi terna rawa air payau Kelompok komunitas tumbuhan terna
monsun pada bentang alam yang tumbuh dan berkembang pada
karst wilayah lahan basah rawa di bantaran
sungai maupun wilayah di sekitar
aliran sungai yang berupa bagian dari
sistem bentang alam karst di wilayah
beriklim kering (monsun). Wilayah
tersebut dipengaruhi oleh air pasang
dan surut laut sehingga sering
tergenang. Pada rawa yang agak dalam
Saccharum robustum dan Phragmites
karka biasa ditemukan di wilayah ini
sedangkan pada lokasi yang dangkal
biasa ditumbuhi kelompok rumput
rawa Leersia. Pohon palem seperti
nipah (Nypa fruticans) banyak
terdapat di wilayah ini. Terkadang
komunitas pandan seringkali
membentuk lapisan bawah yang lebat.
42 Vegetasi terna rawa air payau Kelompok komunitas tumbuhan terna
pada bentang alam karst yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah rawa di bantaran
sungai atau wilayah di sekitar aliran
sungai yang berupa bagian dari sistem
bentang alam karst dan dipengaruhi
oleh air pasang dan surut laut
sehingga sering tergenang. Pada rawa
yang agak dalam Saccharum
robustum dan Phragmites karka biasa
ditemukan di wilayah ini sedangkan
pada lokasi yang dangkal biasa
ditumbuhi kelompok rumput rawa
Leersia. Pohon palem seperti nipah
(Nypa fruticans) banyak terdapat di
wilayah ini. Terkadang komunitas
pandan seringkali membentuk lapisan
bawah yang lebat.
43 Vegetasi terna rawa air tawar Kelompok komunitas tumbuhan yang
monsun tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah (rawa air tawar)
yang beriklim monsun. Kawasan ini
terkadang dibanjiri oleh air hujan. Air
kaya akan mineral dengan
kemasaman rendah (pH = 6 atau
lebih). Wilayah ini tergolong kaya hara
dengan vegetasi terna (herba) seperti
berupa kelompok rerumputan (Leersia
232
Vegetasi Alami Kepulauan
No Deskripsi
Maluku
hexandra, Echinochloa stagnina,
Oryza spp., Panicum sp., dan
Hymenachne amplexycaulis), paku-
pakuan (Cyclosorus), teki-tekian
(Thoracostachyum sumatranum dan
Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana), kelompok pandan
(Pandanus spp) serta tegakan pohon
yang jarang dan saling tidak menutup
tajuknya.
44 Vegetasi terna tepian danau Vegetasi dari kelompok terna yang
tumbuh umumnya pada tepian danau
yang airnya relatif dangkal. Beberapa
spesies yang biasa ditemukan pada
wilayah ini adalah kelompok
rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp.,
Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian
(Thoracostachyum sumatranum dan
Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana).
45 Vegetasi terna tepian sungai Kelompok komunitas tumbuhan terna
payau yang tumbuh dan berkembang pada
wilayah lahan basah yang terdapat di
bantaran sungai atau wilayah di
sekitar aliran sungai sehingga sering
tergenang, terkena arus pasang surut
air laut. Biasanya wilayah ini banyak
ditumbuhi dengan beberapa
rerumputan (Leersia hexandra,
Echinochloa stagnina, Oryza spp.,
Panicum sp., dan Hymenachne
amplexycaulis), paku-pakuan
(Cyclosorus), teki-tekian
(Thoracostachyum sumatranum dan
Scleria sp), bakung-bakungan
(Hanguana), kelompok pandan
(Pandanus spp).

233
Kelas penutup lahan skala 1:250.000 Perdirjen Planologi Nomor P.1/VII-
IPSDH/2015 adalah :
1. Hutan lahan kering primer (Hp/ 2001) Seluruh kenampakan hutan
dataran rendah, perbukitan dan pegunungan (dataran tinggi dan subalpin)
yang belum menampakkan bekas penebangan, termasuk hutan kerdil,
hutan kerangas, hutan di atas batuan kapur, hutan di atas batuan ultra
basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut.
2. Hutan lahan kering sekunder/ bekas tebangan (Hs/ 2002) Seluruh
kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang
telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak
bekas tebang), termasuk hutan kerdil, hutan kerangas, hutan di atas
batuan kapur, hutan di atas batuan ultra basa, hutan daun jarum, hutan
luruh daun dan hutan lumut. Daerah berhutan bekas tebas bakar yang
ditinggalkan, bekas kebakaran atau yang tumbuh kembali dari bekas
tanah terdegradasi juga dimasukkan dalam kelas ini. Bekas tebangan
parah bukan areal HTI, perkebunan atau pertanian dimasukkan savanna,
semak belukar atau lahan terbuka.
3. Hutan rawa primer (Hrp/ 2005) Seluruh kenampakan hutan di daerah
berawa, termasuk rawa payau dan rawa gambut yang belum
menampakkan bekas penebangan, termasuk hutan sagu.
4. Hutan rawa sekunder/ bekas tebangan (Hrs/ 20051) Seluruh kenampakan
hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa gambut yang
telah menampakkan bekas penebangan, termasuk hutan sagu dan hutan
rawa bekas terbakar. Bekas tebangan parah jika tidak memperlihatkan
tanda genangan (liputan air) digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika
memperlihatkan bekas genangan atau tergenang digolongkan tubuh air
(rawa).
5. Hutan mangrove primer (Hmp/ 2004) Hutan bakau, nipah dan nibung
yang berada di sekitar pantai yang belum menampakkan bekas
penebangan. Pada beberapa lokasi, hutan mangrove berada lebih ke
pedalaman.
6. Hutan mangrove sekunder/ bekas tebangan (Hms / 20041) Hutan bakau,
nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai yang telah
memperlihatkan bekas penebangan dengan pola alur, bercak, dan
genangan atau bekas terbakar. Khusus untuk bekas tebangan yang telah
berubah fungsi menjadi tambak/sawah digolongkan menjadi
tambak/sawah, sedangkan yang tidak memperlihatkan pola dan masih
tergenang digolongkan tubuh air (rawa).
7. Hutan tanaman (Ht/ 2006) Seluruh kawasan hutan tanaman yang sudah
ditanami, termasuk hutan tanaman untuk reboisasi. Identifikasi lokasi
dapat diperoleh dengan Peta Persebaran Hutan Tanaman.
8. Perkebunan/ Kebun (Pk/ 2010) Seluruh kawasan perkebunan, yang sudah
ditanami. Identifikasi lokasi dapat diperoleh dengan Peta Persebaran
Perkebunan. Perkebunan rakyat yang biasanya berukuran kecil akan sulit
diidentifikasikan dari citra maupun peta persebaran, sehingga memerlukan
informasi lain, termasuk data lapangan.
9. Pertanian lahan kering (Pt/20091) Semua aktivitas pertanian di lahan
kering seperti tegalan, kebun campuran dan ladang.

234
10. Pertanian lahan kering campur semak / kebun campur (Pc/ 20092) Semua
jenis pertanian lahan kering yang berselang-seling dengan semak, belukar
dan hutan bekas tebangan. Sering muncul pada areal perladangan
berpindah, dan rotasi tanam lahan karst. Kelas ini juga memasukkan kelas
kebun campuran.
11. Sawah (Sw / 20093) Semua aktivitas pertanian lahan basah yang dicirikan
oleh pola pematang. Yang perlu diperhatikan oleh penafsir adalah fase
rotasi tanam yang terdiri atas fase penggenangan, fase tanaman muda,
fase tanaman tua dan fase bera. Kelas ini juga memasukkan sawah
musiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi. Khusus untuk sawah
musiman di daerah rawa membutuhkan informasi tambahan dari
lapangan.
12. Tambak (Tm / 20094) Aktivitas perikanan darat (ikan / udang) atau
penggaraman yang tampak dengan pola pematang (biasanya) di sekitar
pantai.
13. Permukiman / Lahan terbangun (Pm / 2012) Kawasan permukiman, baik
perkotaan, perdesaan, industry dll. yang memperlihatkan pola alur rapat.
14. Transmigrasi (Tr / 20122) Kawasan permukiman transmigrasi beserta
pekarangan di sekitarnya. Kawasan pertanian atau perkebunan di
sekitarnya yang teridentifikasi jelas sebaiknya dikelaskan menurut
pertanian atau perkebunan. Kawasan transmigrasi yang telah berkembang
sehingga polanya menjadi kurang teratur dikelaskan menjadi permukiman
perdesaan.
15. Lahan terbuka (T / 2014) Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa
vegetasi (singkapan batuan puncak gunung, puncak bersalju, kawah
vulkanik, gosong pasir, pasir pantai, endapan sungai), dan lahan terbuka
bekas kebakaran. Kenampakan lahan terbuka untuk pertambangan
dikelaskan pertambangan, sedangkan lahan terbuka bekas pembersihan
lahan- land clearing dimasukkan kelas lahan terbuka. Lahan terbuka
dalam kerangka rotasi tanam sawah / tambak tetap dikelaskan sawah /
tambak.
16. Pertambangan (Tb / 20141) Lahan terbuka yang digunakan untuk
aktivitas pertambangan terbuka- open pit (spt.: batubara, timah, tembaga
dll.), serta lahan pertambangan tertutup skala besar yang dapat
diidentifikasikan dari citra berdasar asosiasi kenampakan objeknya,
termasuk tailing ground (penimbunan limbah penambangan). Lahan
pertambangan tertutup skala kecil atau yang tidak teridentifikasi
dikelaskan menurut kenampakan permukaannya.
17. Tubuh air (A / 5001) Semua kenampakan perairan, terasuk laut, sungai,
danau, waduk, terumbu karang, padang lamun dll. Kenampakan tambak,
sawah dan rawa-rawa telah digolongkan tersendiri.
18. Rawa (Rw / 50011) Kenampakan lahan rawa (basah) yang sudah tidak
berhutan.
19. Bandara / Pelabuhan (Bdr/Plb / 20121) Kenampakan bandara dan
pelabuhan yang berukuran besar dan memungkinkan untuk didelineasi
tersendiri.
20. Savana/Padang rumput (S/ 3000): Kenampakan non hutan berupa padang
rumput, kadang-kadang dengan sedikit semak dan pohon. Kenampakan
ini merupakan kenampakan alami di sebagian Sulawesi Tenggara, Nusa
235
Tenggara Timur, dan bagian Selatan Papua. Kenampakan ini dapat terjadi
pada lahan kering ataupun rawa (rumput rawa) .
21. Semak Belukar (B/ 2007): Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah
tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau
kawasan dengan dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya
tidak menampakkan lagi bekas/bercak tebangan.
22. Semak Belukar Rawa (Br/20071) : Kawasan bekas hutan rawa / mangrove
yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang
(alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan
ini biasanya tidak menampakkan lagi bekas / bercak tebangan.

236

Anda mungkin juga menyukai