Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 3

Ketua:
Trisna Claudia Simamora (20600140)

Anggota:
Mahkota Al-Ch Sinaga (20600114)
Dewi Elena Lumban Tobing (20600121)
Sonya Elecia Sinaga (20600134)
Immanuel Sihol Hamonangan Pohan (20600144)
Kevin Jaya Hutabarat (20600148)
Ribka Sari Duma Yanti Manurung (20600149)
1. Jelaskan pengertian inventarisasi lingkungan hidup yang telah ada!

Inventarisasi lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan bertujuan untuk memperoleh
data dan informasi mengenai sumber daya alam yang bersumber dari:

1. Status lingkungan hidup daerah (SLHD) selama 5 tahun terakhir.

2. Profil daerah

3. Daerah dalam angka selama 5 tahun terakhir.

4. Indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) selama 3 tahun terakhir.

5. Peta indikasi daya dukung dan daya tamping

6. Data dan informasi kehutanan tingkat Provinsi dan kabupaten/kota.

Dengan demikian hasil inventarisasi lingkungan hidup memiliki fungsi strategis karena menurut ketentuan
Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 9 UUPPLH 2009 menjadi dasar penetapan wilayah ekoregion dan penyusunan
RPPLH, mengingat RPPLH adalah dasar pemanfaatan SDA.
2. Jelaskan penetapan wilayah ekoregion yang telah ada!

Pasal 7 UU NO. 32 Tahun 2009 menetapkan bahwa ada 8 pertimbangan untuk penetapan
ekoregion,antara lain:

1. Karakteristik bentang alam;

2. Daerah aliran sungai; 3. Iklim;

3. Flora dan fauna;

4. Sosial budaya;

5. Ekonomi;

6. Kelembagaan masyarakat;

7. Hasil inventarisasi lingkungan hidup.


Pendekatan ekoregion bertujuan untuk memperkuat dan memastikan terjadinya koordinasi
horizontal antarwilayah administrasi yang saling bergantung dalam pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup.
Dengan demikian peta dan deskripsi ekoregion yang saat ini ditetapkan pada :
1. Skala 1:500.000 akan digunakan untuk dasar penyusunan RPPLH Nasional.
2. Skala 1:250.000 akan digunakan untuk dasar penyusunan RPPLH Provinsi.
3. Skala 1:100.000 akan digunakan untuk dasar penyusunan RPPLH Kabupaten.
4. Skala 1:50.000 akan digunakan untuk dasar penyusunan RPPLH Kota.
3. Jelaskan RPPLH yang telah dilakukan

RPPLH untuk Sumberdaya Hutan di Kabupaten Banggai Kepulauan,


Sulawesi Tengah

Disusun berdasarkan inventarisasi tingkat pulau/kepulauan.


A. Pemanfaatan/Potensi atau pencadangan sumberdaya hutan

Berdasarkan atas hasil kajian Basisdata Kehutanan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banggai Kepulauan tahun
2013. Potensi hutan pada fungsi hutan di Kabupaten Banggai Kepulauan, mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Nomor: 757/Kpts-II/1999, tanggal 23 September 1999. Yakni pada Kawasan Hutan di Kabupaten Banggai Kepulauan
mempunyai fungsi hutan sebagai Kawasan Hutan Lindung (HL).

- Hutan Lindung (HL) berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
- Lokasi didaerah Pondobian, Desa Ponding-Ponding, Kecamatan Tinangkung.
- Luas Hutan Lindung di Kabupaten Banggai Kepulauan sebesar 51.336 hektar (32,35%) menurut Keputusan Menteri Kehutanan
dan Perkebunan Nomor: 757/Kpts-II/1999.
- Kerapatan pohon 322 pohon/hektar, volume kayu 179 m3/hektar, Diameter pohon 18-30 cm, ketinggian pohon 10-15m.
- jenis pepohonan antaralain matoa, jambu jambuan, nangka, beringin ,dll.
- Terdapat sumber Mata air Paisusinangkal, yang menurut penuturan penduduk berarti air yang keluar dari dinding atau celah-
celah tebing batuan dan telah dikelola dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten
- Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Jenis HHBK yang ada
dalam Kawasan Hutan Produktif di Kabupaten Banggai Kepulauan antara lain:

a. kelompok hasil hutan dan tanaman, berupa rotan dan sagu

b. kelompok hasil hewan lebah berupa madu


- Pada ukuran tertentu, perubahan fungsi hutan dapat menyebabkan perubahan kondisi iklim mikro di suatu wilayah. Berdasarkan
B. Pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi sumberdaya hutan

Permasalahan utama terkait dengan sumberdaya hutan di Kabupaten Banggai Kepulauan adalah masalah
konversi hutan atau perubahan fungsi hutan. Upaya yg dilakukan :

a) Mempertahankan luas penutup lahan artinya tidak boleh dilakukan kegiatan konversi hutan ke bentuk
pemanfaatan lahan yang bersifat non-budidaya;

b) Penghijauan atau pengubahan lahan semak belukar untuk dihutankan; dan

c) Pengendalian atau pembatasan pemanfaatan lahan yang bersifat budidaya,


C. Pengendalian, pemantauan, dan pendayagunaan sumberdaya hutan

Sebagai bentuk upayanya maka perlu dilakukan hal-hal berikut ini.

a) Perlu mengkaji kembali Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Banggai Kepulauan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 757/Kpts-II/1999, tanggal 23
September 1999 guna penetapannya.

b) Maka perlu segera dilakukan kegiatan verifikasi dan inventarisasi data secara menyeluruh

c) Pengusulan Perubahan Peta Kawasan Hutan menurut Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor: 757/Kpts-II/1999, tanggal 23 September 1999, yang disesuaikan dengan kondisi terkini

D. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim


Upaya yang dilakukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah kegiatan penanaman hutan tanaman pada area
lahan kritis yaitu pada lahan kering bukan kawasan hutan sebagai Hutan Produksi Terbatas.
4. Jelaskan bagaimana pemanfaatan daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup
yang ada di kebijakan PP

Menurut kebijakan PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN


2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

Penetapan konsep daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup memiliki kedudukan strategis sebagai
salah satu instrument penilai kelayakan kebijakan,rencana atau program (KRP) dalam Kajian Lingkungan
Hidup Strategis. Bahkan jika hasil dari KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah
terlampaui, maka KRP pembangunan wajib diperbaiki melalui rekomendasi KLHS. Selain itu, usaha dan
atau kegiatan yang telah mengakibatkan terlampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
tidak
diperbolehkan lagi. Informasi terkait usaha dan atau kegiatan tersebut hendaknya termuat pada rekomendasi
KLHS dan diintegrasikan dalam KRP.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang PPLH, daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antarkeduanya, sedangkan daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan
ke dalamnya.

Terdapat banyak pendekatan dalam menentukan daya dukung suatu wilayah. Beberapa konsep dalam
pengukuran daya dukung lingkungan diantaranya adalah pendekatan Carrying Capacity Ratio (CCR),
konsep daya dukung wilayah untuk permukiman (DDPm), daya dukung lingkungan untuk lahan
pertanian, konsep daya dukung lingkungan untuk fungsi lindung, daya dukung sumber daya lahan,
daya dukung sumber daya air, dan sebagainya.

Konsep daya tampung lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan hidup didefinisikan sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dalam menetapkan status
pencemaran diperlukan baku mutu lingkungan hidup (KLHK, 2014). Baku mutu lingkungan hidup
digunakan sebagai batas/kadar zat, energi atau komponen sebagai unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
5. Jelaskan bagaimana pemanfaatan SDA yang diatur oleh RPPLH yang telah dilakukan
berikut contohnya yang memperhatikan keberlanjutan, keselamatan,mutu hidup dan
kesejahteraan.

Pemanfaatan sumber daya alam yang telah diatur oleh RPPLH yang dilakukan harus selaras, serasi,
dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana,
dan/atau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan
hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Dalam Undang-Undang RPPLH mewajibkan Pemerintah dan pemerintah daerah untuk membuat
kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. Dengan perkataan lain, hasil KLHS harus dijadikan dasar bagi
kebijakan, rencana dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS
menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui, kebijakan, rencana, dan/atau
program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS dan segala usaha
dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak
diperbolehkan lagi.
Contoh pemanfaatan sumber daya alam yang memperhatikan
keberlanjutan, keselamatan,mutu hidup dan kesejahteraan Yaitu :

Pemanfaatan kehutanan dengan menerapkan upaya pelestarian hutan yaitu dengan cara tebang pilih.
Tebang pilih taman Indonesia (TPTI) adalah suatu sistem silvikultur yang menggunakan penebangan
pohon berdiameter 50 cm ke atas dan pemudaan hutan dengan pengayaan tanaman.Penerapan sistem isi
biasanya dalam industri kertas.Bahan baku yang digunakan berasal dari hutan produksi tebang pilih
secara selektif sehingga kayu yang diambil benar-benar akan digunakan.hal ini memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan"dan akan telah melakukan
prinsip pembangunan yang berkelanjutan

Proses penebangan kayu tersebut diharuskan tidak merusak tanaman dan satwa lainnya sehingga hutan
produksi masih terus berproduksi secara lestari.dan harus memperhatikan keselamatan ekosistem di
hutan tersebut.
Contoh pemanfaatan sumber daya alam yang memperhatikan
keberlanjutan, keselamatan,mutu hidup dan kesejahteraan Yaitu :

Untuk memperhatikan mutu hidup dan kesejahteraan dimana Hutan sebagai kekayaan yang sangat
penting, usaha pelestariannya perlu dilakukan. Usaha-usaha tersebut antara lain:

1. Penebangan bersifat selektif serta mengganti pohon dengan pohon yang mempunyai peranan sama.

2. Keseimbangan antara penebangan dan penghijauan kembali.

3. Sosialisasi bahwa hutan juga berfungsi sebagai pengawet sumber air, tanah, dan tempat rekreasi
perlu digalakkan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai