Anda di halaman 1dari 77

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian hutan menurut Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi pepohonon dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Salah satu

pembagian jenis hutan berdasarkan ketinggian tempatnya adalah hutan dataran

rendah (lowland forest) (Tamin dan Anggraini, 2014).

Hutan merupakan sumberdaya alam yang memegang peranan penting bagi

kehidupan dan telah memberikan sumbangan yang berarti bagi perekonomian

yaitu sebagai sumber devisa negara dan kesejahteraan masyarakat. Teknik

pemeliharaan tanaman hutan menjadi faktor penting bagi produktivitas hutan.

Teknik pemeliharaan tanaman hutan sangat penting bagi pertumbuhan tanaman

hutan, disamping untuk mengurangi persaingan dalam pengambilan unsur hara

dalam tanah, juga memberikan ruang masuknya cahaya yang dibutuhkan tanaman

untuk pertumbuhannya (Setiawan et al., 2020).

Agroforestri ialah suatu bentuk pengelolaan lahan yang

mengkombinasikan antara pohon/tanmaan kehutanan dengan tanaman yang

semusim yaitu pertanian maupun peternakan yang diolah secara keberlanjutan

dengan aspek ekonomi, ekologi dan social yang seimbang. Agroforestri dapat

diklasifikasikan menurut fungsi dan struktur penyusunnya, yaitu pepohonan,

tanaman semusim, peternakan dan komponen lainnya. Sistem agroforestri pada

umumnya ialah pengelolaan lahan dimana akan ditanam bersama-sama antara


2

pohon dengan tanaman semusim yang dapat dipanen maupun untuk pakan ternak.

Sistem agroforestri ini harus mempertimbangkan antara sistem ekonomi dan

system ekologi atau lingkungannya agar saling berhubungan yang

menguntungkan (Samosir et al., 2021).

Agroforestri merupakan sistem dan teknologi penggunaan lahan dengan

tanaman kayu berumur panjang (pepohonan) dan tanaman pangan dan atau

pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam

suatu pengaturan ruang atau waktu (Megantara dan Prasodjo, 2021). Sistem

budidaya pertanian agroforestri terdiri dari beberapa strata. Strata pertama adalah

tanaman hutan dan strata kedua tanaman hortikultura (monokultur atau tumpang

sari dan dapat juga dipadukan dengan semak. Vegetasi penutup tanah yang

mempunyai struktur tajuk berlapis dapat menurunkan energi kinetik air

hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan (Nurpilihan et al.,2017).

Sistem agroforestri juga mengusahakan agar tercipta struktur pelapisan tajuk yang

serapat mungkin tanpa mengurangi persaingan unsur hara dan sinar matahari antar

sesama vegetasi (Febriyano, 2019).

Agroforestri adalah salah satu upaya konservasi dalam bentuk system

pertanaman yang merupakan kegiatan kehutanan, pertanian, perikanan dan

peternakan ke arah usaha tani terpadu sehingga tercapai optimalisasi penggunaan

lahan (Sanudin dan Priambodo, 2013). Pemanfaatan lahan secara optimal dan

lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada

unit pengelolaan lahan yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan

fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang berperan serta (Henny, 2017).
3

Agroforestri berperan dalam menjaga keberlangsungan sumber daya

alam di pulau kecil memiliki manfaat untuk aspek ekologis, ekonomis dan aspek

sosial. peran agroforestri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

menjamin kesediaan pangan, penyedia fungsi ekologis dan penstabil ekonomi

masyarakat. Sistem agrofororestri merupakan kontribusi utama terhadap

kehidupan masyarakat dalam pendapatan langsung namun dengan modal yang

kecil (Afifah et al., 2021).

Pemanenan adalah kegiatan memotong tandan buah segar sesuai standar

kematangan panen, membuang sisa buah yang lepas untuk dikumpulkan ditempat

panen. Melalui pemanenan potensi buah dapat dilihat dan diperkirakan melalui

evaluasi. Penilaian produksi meliputi perkiraan jumlah produk yang akan

diproduksi di suatu area sehingga jumlah tandan yang akan dipanen besok dapat

ditentukan dengan standarisasi pengelolaan kebun (Nasution dan Sudiarti, 2023).

Perhitungan kandungan karbon tersimpan pada jagung manis, didekati

dengan menghitung biomassa, yang terbentuk melalui proses fotosintesis.

Semakin tua umur suatu tegakan, akan semakin banyak cadangan karbon yang

disimpannya. Kandungan karbon untuk setiap jenis vegetasi mangrove akan

berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung kepada massa jenis. Semakin tinggi

massa jenis, semakin banyak kandungan biomassa. Semakin besar kandungan

biomassa, maka kandungan karbon tersimpan juga akan semakin besar. Selama

pohon atau tegakan itu hidup, maka proses penyerapan karbon dioksida dari

atmosfer terus berlangsung (Senoaji dan Hidayat, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


4

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1 Bagaimana tahapan persiapan lahan sebelum penanaman?

2 Bagaimana tahapan perkecambah benih sebelum penanaman?

3 Bagaimana kegiatan dalam penanaman bibit jagung manis dan faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan bibit jagung manis?

4 Bagaimana cara pemberian pupuk organik terhadap tanaman jagung manis dan

cara tingkat pertumbuhan tanmahaman terhadap pemberian pupuk?

5 Bagaimana hasil panen dari tanaman jagung manis dan berapa keuntungan

setelah perhitungan nilai ekonomi dari tanaman jagung manis?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tahapan persiapan lahan sebelum penanaman

2. Untuk mengetahui tahapan perkecambah benih sebelum penanaman

3. Untuk mengetahui kegiatan dalam penanaman bibit jagung manis dan faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan bibit jagung manis

4. Untuk mengetahui cara pemberian pupuk organik terhadap tanaman jagung

manis dan cara tingkat pertumbuhan tanmahaman terhadap pemberian pupuk

5. Untuk mengetahui hasil panen dari tanaman jagung manis dan berapa

keuntungan setelah perhitungan nilai ekonomi dari tanaman jagung manis

Manfaat dari laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui tahapan persiapan lahan sebelum penanaman

2. Dapat mengetahui tahapan perkecambah benih sebelum penanaman


5

3. Dapat mengetahui kegiatan dalam penanaman bibit jagung manis dan faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan bibit jagung manis

4. Dapat mengetahui cara pemberian pupuk organik terhadap tanaman jagung

manis dan cara tingkat pertumbuhan tanmahaman terhadap pemberian pupuk

5. Dapat mengetahui hasil panen dari tanaman jagung manis dan berapa

keuntungan setelah perhitungan nilai ekonomi dari tanaman jagung manis


6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persiapan Lahan

2.1.1 Definisi Persiapan Lahan

Lahan merupakan permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan

manusia yang terbentuk secara kompleks oleh faktor-faktor fisik maupun nonfisik

yang terdapat di atasnya (Ruwayari et al., 2020). Menurut Helviani et al., (2021)

Lahan menjadi sumberdaya yang penting peranannya karena hampir seluruh

sektor pembangunan fisik membutuhkan lahan, terutama untuk sektor pertanian.

Menurut Latifa et al., (2015) persiapan lahan adalah langkah penting dalam

berbagai konteks, seperti pertanian atau kebun.

Pembersihan lahan merupakan proses pembersihan dan penyiapan lahan

sebelum dimulainya kegiatan dengan mempertimbangkan kajian yang

komprehensif dari berbagai kajian keilmuan seerti agronomi, meteorologi, dan

hidrologi agar menghindari terjadinya erosi atau longsor dalam rangka

menyiapkan lahan yang bagus adalah bersih dari segala macam tumbuhan, seperti

gulma (tanaman pengganggu) dan sejenisnya. Membersihkan sisa-sisa tanaman

tersebut berarti kita mengurangi laju peningkatan populasi dan ketahanan hidup

hama (Saharjo, 2015). Pembersihan lahan adalah pekerjaan yang terdiri dari

pembersihan lahan dari semua pohon, alang-alangan, semak–semak, sampah dan

bahan lainnya yang tidak dikehendaki atau menggangu keberadaannya

(Mokolensang et al., 2021). Menurut Arsela, (2020) persiapan lahan meliputi

pembersihan lahan, pembuatan bedengan dan pemberian pupuk. Fungsi dari


7

pembersihan lahan adalah untuk menghilangkan gulma dan agar tidak terjadi

pertukaran unsur hara baru yang terkandung di dalam lapisan tanah.

Gulma ialah tumbuhan yang tidak dikehendaki oleh manusia karena dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Keberadaan gulma dalam lingkungan

tumbuh tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

karena gulma dan tanaman akan berkompetisi untuk dapat memperoleh faktor

tumbuh seperti cahaya, air, unsur hara dan ruang tumbuh. Kehilangan hasil akibat

gangguan gulma dapat berkisar antara 20% hingga 80%, tergantung pada jenis

dan kerapatan gulma serta terjadinya gangguan gulma (Hardiman et al., 2014).

Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh persaingan

dengan gulma sangat tergantung pada lokasi atau kesuburan tanah, tanaman

budidaya, jenis gulma, tingkat kelembaban tanah, tingkat pengelolaan lahan,

pupuk, plot botani dan tingkat populasi gulma (Kilkoda et al., 2015). Menurut

Ginting dan Moenandir (2020), bahwa munculnya gulma pada awal pertumbuhan

tanaman budidaya dapat menyebabkan penurunan kuantitas hasil sedangkan pada

akhir pertumbuhan keberadaan gulma akan mengakibatkan penurunan kualitas

panen.

Pengolahan lahan sangatlah penting sebelum melakukan penanaman.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pengolahan lahan agar tumbuhan yang

ditanam dapat tumbuh dengan baik dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

Pengolahan lahan sangatlah penting dalam penanaman. Persiapan lahan

merupakan kegiatan mempersiapkan lahan yang sesuai dengan jenis tanaman

secara optimal, sebagai media tempat tumbuh tanaman yang perlu diolah
8

sedemikian rupa, agar menghasilkan tanaman yang baik. Persiapan lahan dalam

pengolahan lahan pertanian sistem huma tadah hujan (Permana, 2019).

2.1.2 Pengelolaan Tanah

Pengolahan lahan merupakan suatu proses mengubah sifat tanah dengan

mempergunakan alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh lahan

pertanian yang sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki manusia dan sesuai

untuk pertumbuhan tanaman Pengolahan primer (primary tillage) biasanya

dilakukan dengan menggunakan mesin bajak, sehingga sering disebut dengan

pembajakan.Tujuan dari pengolahan primer yaitu untuk membalik atau

membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan tanah. Kegiatan pembajakan

dilakukan sedalam 30 sampai 50 cm, Pengolahan sekunder dilakukan setelah

pembajakan (pengolahan primer) yang dapat diartikan sebagai pengadukan tanah

sampai jeluk yang relatif tidak terlalu dalam 10-15cm (Mohanty, 2018). Tujuan

dari pengolahan lahan adalah meningkatkan sifat fisik tanah (memperbaiki

struktur dan porositas tanah) sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik,

dan mempermudah penggunaan pupuk serta pesisida dalam tanah (Safitri, 2015).

Pengolahan lahan merupakan proses penyiapan lahan untuk usaha tani

padi. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat

tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh

tanaman (Syahrantau dan Rano, 2017). Pengolahan lahan merupakan proses

penggemburan tanah, yang bertujuan untuk membuat keadaan tanah siap untuk

ditanam. Pengolahan lahan merupakan tindakan mekanik terhadap tanah untuk


9

menyiapkan tempat persemaian, memberantas gulma, memperbaiki kondisi tanah

untuk penetrasi akar. Pengolahan tanah juga ditujukan khusus seperti

pengendalian hama, menghilangkan sisa-sisa tanaman dan pengendalian erosi

pada lahan yang akan ditanamai (Purnawati et al, 2015).

Persiapan lahan dengan olah tanah diharapkan dapat mematikan gulma

yang ada melalui kegiatan pencangkulan. pengelolaan tanah adalah untuk

menggemburkan massa tanah sehingga menyediakan cukup ruang bagi

pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman didalam tanah (Anesa et al., 2022).

Pengelolaan tanah merupakan cara memanipulasi tanah untuk mengurangi

pengaruh erosi dan meningkatkan kualitas lahan. Teknik-teknik pengelolaan tanah

meliputi penambahan bahan organik seperti pupuk hijau, pupuk kandang, mulsa

sisa-sisa tanaman (Syamsiyah dan Wicaksono, 2023). Tujuannya adalah untuk

mencampur dan menggemburkan tanah, mengontrol tanaman pengganggu,

mencampur sisa tanaman dengan tanah dan menciptakan kondisi kegemburan

tanah yang baik untuk pertumbuhan akar (Rachman et al., 2013).

Pengelolaan tanah merupakan kegiatan mekanik yang dilakukan terhadap

tanah dengan untuk memudahkan penanaman, menciptkan keadaan tanah yang

gembur bagi pertumbuhan akar tanaman. Pengelolaan lahan sawah baru memiliki

perbedaan yang cukup segnifikan terhadap perubahan tanah, lahan sawah baru

belum memiliki lapisan padas yang cukup dibandingkan lahan sawah yang sudah

diolah bertahun tahun. Pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan keadaan

tanah olah yang siap tanam baik secara fisik, kimia, maupun biologis, sehingga

tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik (Irsyandi et al., 2022).
10

Upaya meningkatkan produktivitas tanah maka sangat dibutuhkan

pengelolaan kesuburan tanah. Pengelolaan kesuburan tanah dalam konteks luas

merupakan upaya perbaikan sifat-sifat lahan baik fisik, kimia dan biologi untuk

meningkatkan produktivitas tanah dan pertumbuhan tanaman. Pengelolaan

kesuburan tanah perlu didasarkan pada sifat-sifat tanah dan proses fisika-kimia

yang berlangsung didalam tanah. Prinsip dasar pengelolaan tanah adalah berupaya

untuk memperbaiki kualitas tanah (Teapon dan Hadun).

Pengelolaan tanah adalah untuk menstabilkan juga menjaga kandungan

kadar bahan organik didalam tanah untuk mempengaruhi karakter tanah dalam

menjaga kadar air, kandungan hara serta dapat memaksimalkan pertumbuhan

tanaman (Yahya et al.,). Menurut Untung (2013), bahwa pengolahan tanah dapat

menghambat pertumbuhan populasi hama atau dapat membunuh langsung hama

yang hidup dalam tanah atau mencegah hama dalam tanah yang dapat

mengganggu tanaman.

2.2 Perkecambahan Benih Jagung Manis

2.2.1 Deskripsi Tanaman

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) adalah tanaman pangan dari

Famili Graminae atau rumput-rumputan, budidaya tanaman jagung manis relative

lebih menguntungkan dikarenakan jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang

tinggi dipasaran dan masa produksinya relative lebih cepat. Jagung manis

merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan sudah dikembangkan di

Jagung manis termasuk keluarga Graminae dari suku Maydeae yang pada
11

mulanya berkembang dari jagung tipe dent dan flint. Jagung manis mempunyai

umur genjah dan memiliki tongkol lebih kecil dibandingkan jagung biasa.

Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata, Sturt) merupakan tanaman

mempunyai nilai komersil yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh adanya rasa

manis yang terkandung dalam biji jagung. Jagung manis mempunyai nilai gizi

tinggi sehingga membuat jagung manis mempunyai permintaan pasar yang tinggi.

Dalam 100 gram bahan basah jagung manis mengandung 96 kalori yang terdiri

dari 3,5 gram protein; 1,0 gram lemak; 22,8 gram karbohidrat; 3,0 mg K, 0,7 mg

Fe; 111,0 mg P; 400 SI vitamin A; 0,15 mg vitamin B; 12 mg vitamin C dan

0,727% air (Kantikowati et al., 2022).

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan komoditi yang

dapat diusahakan secara intensef karena banyak digemari sehingga terbuka

peluang pasar yang baik. Jagung manis selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pangan juga digunakan untuk bahan baku industri jagung (Noviarini et al., 2018).

Jagung manis adalah tanaman yang cukup populer di masyarakat Indonesia,

memiliki kandungan karbohidrat, protein, vitamin dan kadar gula yang tinggi

tetapi tetap rendah lemak (Sofyan et al., 2019).

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan komoditi yang

dapat dikembangkan secara intensif, karena bernilai ekonomis serta memiliki

peluang yang baik jika dikembangkan di Indonesia. Jenis jagung yang

dikembangkan di Indonesia yaitu jagung komposit, jagung transgenik, jagung

hibrida dan jagung manis (Rofiah et al., 2022).


12

Jagung manis adalah komoditas tanaman pangan yang cukup dikenal dan

disukai oleh masyarakat. Jagung manis dikonsumsi ketika bulir masih lunak dan

segar sehingga bisa menjadi alternative pangan, baik sebagai pelengkap sayur,

jagung bakar, sirup bahkan sebagai pemanis pengganti gula tebu. Jagung manis

dapat dipanen lebih awal, yaitu pada umur 80 hingga 90 hari setelah tanam, lebih

awal 35 hingga 45 hari dibandingkan jagung biasa (Cahyanti dan Etica, 2020).

2.2.2 Perkecambahan Benih

Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tanaman

khususnya tanaman berbiji. Pada tahap perkecambahan, embrio di dalam biji yang

semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis

yang menyebabkan embrio berkembang menjadit umbuhan muda yang dikenal

dengan kecambah (Amartani, 2019).

Perkecambahan merupakan proses perubaha nmorfologis, seperti

penonjolan akar lembaga (radikula). Sedangkan secara teknis perkecambahan

merupakan permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan

pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Subantoro, 2014).

Fase perkecambahan benih merupakan tahapan yang paling penting dalam

siklus pertumbuhan tanaman karena menentukan pertumbuhan mata tunas,

populasi dan pertumbuhan tanaman pada fase berikutnya serta produktivitas

tebusaat panen (Putra, 2020).

Perkecambahan biji disebabkan proses metabolism biji (pertumbuhan

embrio) sehingga menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah, yaitu


13

radikula dan plumula. Selama proses perkecambahan akan terjadi reaksi, yaitu

hidrolisis, sintesis, oksidasi dan mobilitas protein (Khairi et al., 2014).

Perkecambahan benih muncul pada struktur penting dari embrio yaitu

calon pucuk, batang, daun dan calon akar akan mengalami perkembangan dan

kecambah yang menampilkan kemampuan perkembangan menjadi tanaman yang

normal di kondisi lingkungan yang menguntungkan (Tasfa et al., 2016).

Perkecambahan merupakan tahap awal dalam perkembangan suatu

tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahapini, embrio di dalam biji

yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan

fisiologis yang menyebabkan embrio berkembang menjadi tumbuhan muda yang

dikenal sebagai kecambah (Solle et al., 2019).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dapat berasal dari

dalam benih (faktor internal) dan dari luar benih (faktor eksternal). Faktor internal

yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain adalah tingkat kemasakan

benih, ukuran benih, bobot benih serta dormansi benih. Sedangkan factor

eksternal yang dapatmempengaruhi perkecambahan benih antara lain suhu,

oksigen, cahaya dan media (Tanjung dan Lahay, 2017).

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan ada 2 yaitu factor dalam

berupa gen, persediaan makanan dalam biji, hormon, ukuran dan kekerasan biji,

dormansi dan factor luar yaitu air, temperatur, oksigen, medium. Perkecambahan

merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan.

Presentase perkecambahan adalah presentase kecambah normal yang dapat


14

dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang dapat dihasilkan oleh benih murni

pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan

(Imansari dan Haryanti, 2017).

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu tingkat

kematangan benih, ketidak sempurnaan embrio, daya tembus air dan oksigen

terhadap kulit biji dan faktor internal, faktor eksternal seperti suhu, air dan

oksigen dan cahaya juga mempengaruhi perkecambahan biji, perkecambahan

benih tidak terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungannya sendiri

(Angraeni, 2014). Faktor-faktor yang terpenting pada umumnya mempengaruhi

perkecambahan biji-biji adalah air, aerasi, temperature dan cahaya. Kandungan air

dalam biji relative rendah, dengan demikian biji memerlukan pengambilan

jumlah air yang besar sebelum perkecambahan dapat terjadi (Subantoro, 2014).

Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perendaman benih adalah

konsentrasi giberelin dan lama perendaman, karena jika konsentrasi dan waktu

aplikasinya tidak tepatakan menyebabkan terhambatnya perkecambahan dan

pertumbuhan. Sampai batas tertentu, giberelin dapat mempercepat pertumbuhan

vegetative semai, semakin tinggi konsentrasi giberelin yang diberikan maka semai

kini semakin cepat pertumbuhannya (Setiawan et al., 2021).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan

dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat

genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor

eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang
15

simpan. Tujuan utama pengemasan benih adalah untuk mempertahankan visbilitas

dan vigor benih salah satu tolak ukurnya adalah kadar air benih (Suryanto, 2013).

2.3 Penanaman Bibit

2.3.1 Lahan

Lahan adalah permukaan bumi tempat berlangsungnya berbagai aktivitas

dan merupakan sumberdaya alam yang terbatas, dimana pemanfaatannya

memerlukan penataan, penyediaan dan peruntukan secara berencana untuk

maksud-maksud penggunaan bagi kesejahteraan masyarakat. Pengertian lahan

terbagi menjadi dua segi, yaitu berdasarkan segi geografis fisik dan ekonomi.

Berdasarkan segi geografi, lahan merupakan tanah yang tetap dalam

lingkungannya dan kualitas fisik tanah sangat menentukan fungsi. Sedangkan

menurut segi ekonomi, lahan adalah sumber alamiah yang nilainya tergantung dari

produksinya. Lahan merupakan suatu komoditi yang memiliki harga, nilai dan

biaya (Natanel et al., 2023).

Lahan adalah suatu wilayah permukaan bumi mencakup semua

komponen biosfir yang dianggap tetap atau yang bersifat siklus yang berada di

atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfir, tanah, batuan induk, relief,

hidrologi, tumbuhan dan hewan. Lahan juga merupakan ekosistem karena

mencerminkan adanya hubungan interaksi antara unsur-unsur pembentuknya yang

menghasilkan sesuatu keseimbangan ekologis tertentu (Japar et al., 2023).

Lahan adalahsuatu wilayah yang ada di permukaan bumi, yang meliputi

komponen biosfer dan dianggap tetap maupun bersifat siklis yang terdapatdiatas
16

dan di bawah suatu wilayah . Sifat lahan merupakan suatu penciri dari segala

sesuatu yang terdapat di lahan tersebut yang merupakan pembeda dari suatu lahan

yang lainnya. Penggunaan lahan adalah kegiatan campur tangan oleh manusia

terhadap lingkungan di lahan seperti ladang, pertanian, dan pemukiman penduduk

baik secara permanen maupun tidak permanen dengan memanfaatkan simberdaya

buatan dan sumberdaya alam serta digunakan untuk memenuhi kebutuhan

manusia sehari-hari (Mubarok et al., 2022).

Pemanfaatan lahan untuk membantu kebutuhan hidup manusia maka

butuh pengelolaan. Untuk itu di perlukan kebijakan atau keputusan untuk

penggunaan lahan lebih lanjut. Penggunaan lahan adalah suatu bentuk usaha

manusia dalam pemanfaatan lahan untuk kebutuhan hidup. Lahan bisa di gunakan

untuk kegiatan pertaniana taupun non pertanian. Penggunaan lahan dibidang

pertanian seperti untuk kebun, sawah, lahan peternakan dan lainnya, untuk non

pertanian seperti untuk pemukiman, industri dan lainnya (Murtiningrum, 2019).

2.3.1.1 Bedengan

Setelah lahan dibersihkan, maka selanjutnya dilakukan pengolahan lahan.

Pengolahan lahan dilakukan dua kali yaitu pembajakan tanah dan menggaru.

Lahan dibajak untuk membalikkan tanah sehingga tanah akan terbuka dan udara

dapat masuk kedalam tanah. Langkah selanjutnya adalah lahan digaru sehingga

tanah menjadi gembur dan mudah dilakukan pembuatan bedengan. Bedengan

dibuat dengan lebar 1 meter dengantinggi 10-15 cm. Tinggi bedengan dibuat

rendah agar lahan tidak cepat kering. Fungsi bedengan adalah untuk membuat

jalur sehingga tanaman menjadi lurus dan rapi. Hal ini akan memudahkan
17

peternak dalam merawat tanaman dan mengambil hasil panen. Di samping itu

dengan dibuat bedengan, maka pada saathujan, air akan mengalir sesuai dengan

jalur dan arah bedengan (Kusnadi et al., 2022).

Bedengan adalah gundukan tanah yang sengaja dibuat oleh petani untuk

menanam tanaman pangan dengan lebar dan tinggi tertentu dan diantara dua

bedengan dipisahkan oleh saluran atau parit drainase yang berguna untuk

mengalirkan air agar aerasi tanah atau kelembapan tanah dalam bedengan tetap

terjaga (Yoandari et al., 2017). Bedengan adalah tempat tumbuhnya tanaman

budidaya dengan cara meninggikan tanah dan memberikan perlakuan khusus

dengan menambahkan pupuk dasar berupa pupuk organik, pupuk kandang atau

kompos (Sifaunajah et al., 2021).

Bedengan merupakan gundukan tanah yang terdapat pada lahan

budidaya tanaman hortikultura. Fungsi dari bedengan sendiri antara lain yaitu

sebagai media tumbuh untuk tanaman sayuran, mempermudah system irigasi,

serta mempermudah petani dalam melakukan perawatan tanaman. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam membuat bedengan yaitu setelah tanah sudah di

campur dengan pupuk kemudian dilakukan pembentukan dengan menggunakan

cangkul (Wijayanto et al., 2021).

2.3.1.2 Jarak Tanam

Jarak tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun sangat

menentukan pertumbuhan tanaman. Semakin rapat suatu populasi tanaman maka

semakin sedikit jumlah intensitas cahaya matahari yang didapat oleh tanaman dan
18

semakin tinggi tingkat kompetisi antar tanaman untuk mendapatkan sinar

matahari tersebut. Tujuan pengaturan jarak tanam adalah untukmendapatkan

ruang tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman guna menghindari persaingan

unsur hara dan sinar matahari, mengetahui jumlah benih yang diperlukan serta

mempermudah dalam pemeliharaan terutama penyiangan (Sujarwadi, 2015).

Jarak tanam dapat mempengaruhi hasil, karena dengan populasi tanaman

yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang berbeda pula.

Peningkatan jarak tanam sampai tingkat tertentu, hasil per satuan luas dapat

meningkat sedangkan hasil tiap tanaman dapat menurun. Rekomendasi jarak

tanam tergantung pada jenis tanaman, kondisi iklim dan tingkat kandungan hara

dalam tanah (Ramli et al., 2015).

Pengaturan jarak tanam adalah salah satu teknik budidaya yang sangat

berpengaruh pada hasil yang akan dicapai. Pupuk kotoran mempunyai keunggulan

yaitu dapat memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah, serta dapat

memberikan tambahan bahan organik dan mengembalikan hara yang terangkut

oleh hasil panen sebelumnya. Kombinasi perlakuan jarak tanam dan pemberian

dosis pupuk kotoran yang berbeda diharapkan mampu merangsang pertumbuhan

tanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan dan meningkatkan hasil

produksi (Hadi et al., 2015).

Bentuk bedengan dengan lebar 1 meter tinggi 30 cm dan panjang

disesuaikan bentuk lahan. Jarak tanam dari berbagai ukuran mulai dari tegel 20

cm x 20 cm; 25 cm x 25 cm; 27,5 cm x 27,5 cm; 30 cm x 30 cm hingga pola jajar

legowo dengan berbagai variasinya kini banyak diterapkan di lapang. Jarak tanam
19

yang lebar memungkinkan tanaman memiliki kesempatan yang sangat banyak

dalam memperoleh unsure hara, sinar matahari dan udara sehingga dapat

meningkatkan produksi tanaman yang dicobakan. Namun demikian, jarak tanam

yang terlalu lebar juga berpotensi menjadi mubazir. Banyak bagian lahan yang

tidak termanfaatkan oleh tanaman sehingga tersisa banyak ruang kosong.

Banyaknya ruang yang tidak termanfaatkan ini pada akhirnya menyebabkan

berkurangnya hasil Caisim yang dihasilkan persatuan luas lahan (Irmawati, 2018).

2.3.2 Penyapihan dan Pemindahan Tanaman

Penyapihan bibit merupakan usaha untuk memindahkan bibit dari bedeng

tabur ke dalam polybag yang sudah berisi media tanah guna untuk semai dapat

tumbuh lebih besar dengan perakaran yang lebih baik. Pemindahan bibit dari

bedeng tabur yang akan disapih dilakukan secara hati-hati agar akar dan daunnya

tidak rusak dan tidak berpengaruh pada pertumbuhan nantinya. Secara umum

penyapihan dilakukan di bawah naungan dan penyapihan bibit yang sudah siap

disapih harus dilakukan secara cepat dan tepat waktu. Agar dapat mengurangi

kerawanan terhadap jamur dan berakibat mati (Sari et al., 2020).

Ciri-ciri kecambah bisa disapih adalah ketika akar mulai berkembang.

Selanjutnya adalah pemeliharaan berupa kuantitas penyiraman tergantung pada

suhu, kelembaban, dan angin yang berpengaruh terhadap kebasahan media. Faktor

lain yang perlu diperhatikan adalah curah hujan, tingkat pertumbuhan tanaman

dan media yang digunakan (Roslinda et al., 2022).

Bibit yang tumbuh pada lahan persemaian yang telah berumur 20 hari

atau telah mengeluarkan minimal 4-5 helai daun, dicabut dan kemudian di
20

pindahkan kedalam polybag pembibitan yang berisi media tanam yang sama

dengan media yang akan di cobakan dan setiap polybag ditanami satu bibit.

Selanjutnya bibit disiram dengan menggunakan air. Setelah bibit berumur 21 hari,

baru dipindahkan ke media tumbuh yg di cobakan. Pemindahan bibit ke media

tanam akan dilakukan setelah tanaman berumur 21 hari setelah tanam (berdaun

empat helai), pemindahan ini dilakukan pada sore hari. Bibit dipindahkan di

polybag berukuran 25 cm x 30 cm yg sudah disediakan. Setelah bibit di tanam

kemudian disiram hingga cukup basah (Supyandi dan Rahmi, 2023).

Pembibitan secara sengaja melalui pengadaan bibit dengan persemaian

secara khusus Pemindahan bibit biasanya ditanam langsung di lapangan. Masih

belum banyak dijumpai dilakukan penyapihan dengan memasukan anakan bibit

tersebut ke dalam polybag atau bedengan pembiitan. Pola tanamnya agroforestri

atau tumpangsari dengan tanaman keras lainnya. Pembuatan lubang tanaman

biasanya dibuat secukupnya atau sesuai dengan panjang akar bibit. Lubang tanam

yang dibuat tidak lebih dari 50x50 cm dan jarak antar lubang tidak terlalu

diperhatikan (Fatah dan Sutejo, 2015).

2.3.2.1 Penyapihan

Penyapihan merupakan proses pemindahan tanaman dari bak kecambah

ke polybag agar bibit dapat menyesuaikan sesuai dengan ukuran pertumbuhannya.

Tujuan penyapihan bibit antara lain : a) Mempercepat pertumbuhan bibit b)

Memudahkan bibit menyesuaikan dengan lingkungan barunya c) Mengurangi

tingkat kematian bibit di lapangan d) Memudahkan dalam pemindahan bibit ke


21

lapangan. Tatkala penyapihan hendaknya dipilih bibit yang benar-benar siap

untuk disapih (Adjria et al., 2014).

Penyapihan dilakukan pada sore hari untuk mencegah

kematian hal ini menyebabkan penyapihan tidak dapat dilakukan secara langsung,

melainkan bertahap. Penyapihan juga dilakukan tiap perlakuan agar mudah dalam

penyusunan tanaman (Herliyana et al., 2012). Langkah-langkah yang dilakukan

dalam penyapihan bibit ini dicabut dari media tanam sebelumnya dan dibersihkan

serta akar bibit tersebut. Kemudian lubang tanam kecil dibuat di tailing dengan

menggunakan kayu kecil agar mudah menanam bibit ke dalam polybag yang

berisi tailing tersebut. Penyapihan bibit Mahoni dimulai ke dalam masing-masing

campuran tailing (Wasis dan Sandrasari, 2014).

Setelah benih keluar calon akar sepanjang 1-2 mm, benih

semangkah segera dipindahkan ke polybag dengan media tanamnya berupa

campuran arang sekam, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.

Setelah benih dipindah ke polybag, benih semangka ditutup lagi dengan arang

sekam. Lingkungan persemaian harus terkena sinar matahari penuh dan

terlindungi dari curah hujan dan hama penyakit (Wulandari, 2014).

2.3.2.2 Pemindahan Bibit

Penanaman adalah proses pemindahan bibit dari media tanam ke lahan.

Penanaman bibit dilakukan dengan cara seleksi atau memilih benih yang bagus

pertumbuhannya, bibit yang sudah mempunyai daun 2-4 helai siap untuk ditanam.

Sebelum bibit dipindahkan siram terlebih dahulu area penanaman supaya tanah

siap menerima penanaman bibit dan dibiarkan sampai air meresap. Sebelum
22

batang bibit ditanam dilakukan penyiraman sampai polybag tergenang, agar

mudah pelepasan bibit menggunakan pada polybag (Azies et al., 2018).

Benih yang telah disemai dipindahkan pada umur 7-28 hari ke petak

percobaan saat tanaman memiliki daun sebanyak 2-4 helai dan perakaran yang

kuat. Cara pemindahan bibit adalah dengan cara mengambil dengan perlahan

bersama akarnya pada tiap tanaman selada yang telah dipilih untuk dipindahkan

ke petak percobaan. Pemindahan bibit dilakukan dengan hati-hati karena bibit

rentan tercabut akarnya. Jarak tanam pada petak percobaan yaitu 50 cm x 50 cm

sehingga didapatkan 40 tanaman pada petak (Januariska, 2018).

Pemindahan bibit ini bertujuan agar tanaman bisa memiliki ruang yang

lebih luas dan juga nutrisi yang cukup. Pemindahahan bibit dilakukan saat

tanaman telah memiliki 4 daun atau lebih. Tujuan pemindahan bibit adalah

sebagai tempat untuk tanaman, agar asupan nutrisi tanaman bisa tercukupi. Bibit

yang tidak segera dipindah akan rawan rusak, dengan pemanfaatan pemindahan

tanaman akan meminimalisir resiko kerusakan pada bibit (Sundari et al., 2022).

Pemindahan bibit tanaman dari tempat persemaian kedalam polybag.

Lakukan pemindahan bibit dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan pada

perakaran tanaman. Buat lubang tanam pada polybag sedalam 5-7 cm. Apabila

persemaian dilakukan di atas polybag atau daun pisang, copot polybag dan daun

pisang lalu masukan seluruh tanah dalam tempat persemaian kedalam lubang

tanam (Pasir dan Hakim, 2014).


23

2.3.3 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang berinteraksi dengan tanaman baik

yang biotik maupun abiotik. Faktor lingkungan abiotik yang umumnya

berpengaruh terhadap kondisi morfologi suatu tanaman adalah iklim mikro dan

makro (suhu, kelembaban, curah hujan), ketinggian tempat serta kondisi tapak

(kesuburan lahan). Tanaman sejenis akan bervariasi morfologinya apabila faktor

lingkungan lebih dominan mempengaruhi tanaman dari pada faktor genetik.

Tanaman tidak akan menunjukkan variasi morfologi yang signifikan apabila

faktor genetik lebih dominan mempengaruhi tanaman tersebut (Puspasari, 2018).

Kondisi lingkungan tanah sangat menentukan perkembangan penyakit

tular tanah. keasaman tanah berpengaruh secara tidak langsung terhadap

kehidupan patogen tanah karena pH tanah sangat erat kaitannya dengan sifat

kimia tanah, termasuk ketersediaan nutrisi bagi patogen tanaman. Meskipun hasil

regresi berpengaruh tidak nyata, pada tanah dengan rata-rata kemasaman 6.04

intesnitaspenyakitnya adalah terendah, sedangkan tanah-tanah dengan pH tanah

kurang kejadian penyakitnya lebih tinggi (Hadiwiyono, 2018).

Selama siklus hidupnya tanaman memperoleh air dengan cara menyerap

air dari lingkungannya. Yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor

tanaman. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kandungan air tanah,

kelembaban udara dan suhu tanah. Faktor tanaman yang berpengaruh adalah

efisiensi perakaran, perbedaan tekanan difusi air tanah ke akar, dan keadaan

protoplasma tanaman (Ai dan Torey, 2013).


24

Faktor lingkungan, cuaca dan iklim juga akan sangat mempengaruhi

proses terjadinya pertumbuhan dan perkembangan sel dalam tanaman. Suhu atau

temperatur merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat penting bagi

tumbuhan.Hubungan antara temperatur udara dan pertumbuhan tanaman sangat

kompleks, namun pada umumnya memengaruhi kinerja enzim tanaman dan

aktivitas air (Wardhana et al., 2016).

Faktor lingkungan bukan menjadi kendala dalam perkembangan

tanaman, maka pertumbuhan tanaman sangat dikendalikan oleh faktor genetik dan

management. Penggunaan berbagai macam varietas merupakan implementasi dari

faktor genetik, karena potensi hasil dari suatu varietas akan sangat berhubungan

dengan genetisnya. Sedang faktor mangement tanaman dapat berupa pengaturan

jumlah dan waktu pemberian pupuk (Apriliani, 2022).

Kelembaban tanah merupakan salah satu faktor lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kelembapan tanah adalah air yang mengisi

sebagian atau seluruh pori-pori tanah. Definisi yang lain menyebutkan bahwa

kelembapan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di pori-pori tanah

sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah dan

perkolasi. Tingkat kelembapan tanah yang tinggi dapat menimbulkan masalah dan

keadaan tanah yang terlalu lembab mengakibatkan kesulitan dalam melakukan

kegiatan pertanian. Kelembapan tanah digunakan untuk manajemen sumber daya

air, penjadwalan irigasi dan perkiraan cuaca, pengukuran kelembapan tanah secara

akurat dan tepat waktu (Marcos dan Muzaki, 2022).


25

Faktor lingkungan sangat ditentukan oleh lingkungan mikro disekitar

pertanaman, seperti suhu, kelembabandan air berada pada kondisi yang sama.

Faktor unsur hara atau nutrisi. Jenis dan jumlah unsur hara yang digunakan,

memliki jenis dan jumlah yang sama. Faktor-faktor tersebut diatas yang akan

mempengaruhi pertumbuhan daun tanaman, walaupun pada kondisi pH yang

berbeda.Penyerapan unsur hara oleh tanaman bergantung pada keadaan suhu dan

kelembaban disekitar pertanaman (Karoba et al., 2015).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang

penting dalam kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Pertumbuhan dan

perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup suatu

tanaman. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor genetik dan

faktor lingkungan. Semakin baik kondisi lingkungan tanaman tumbuh maka

tanaman akan dapat mengekspresikan sifat genotipnya dengan baik sehingga

tanaman dapat tumbuh secara normal (Herlina dan Fitriani, 2017).

Kondisi lingkungan tanah sangat menentukan perkembangan penyakit

tular tanah. keasaman tanah berpengaruh secara tidak langsung terhadap

kehidupan patogen tanah karena pH tanah sangat erat kaitannya dengan sifat

kimia tanah, termasuk ketersediaan nutrisi bagi patogen tanaman. Meskipun hasil

regresi berpengaruh tidak nyata, pada tanah dengan rata-rata kemasaman 6.04

intesnitas penyakitnya adalah terendah, sedangkan tanah-tanah dengan pH tanah

kurang kejadian penyakitnya lebih tinggi (Hadiwiyono, 2018).

Air juga merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan

makhluk hidup. Air sering kali membatasi pertumbuhan dan perkembangan


26

tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman berbeda-beda, tergantung jenis tumbuhan

dan fase pertumbuhannya. Kekurangan air dapat mempengaruhi turgor sel

sehinggan akan mengurangi perkembangan sel, sintesis protein, dan sintesis

dinding sel. Ketersediaan air akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan suatu tanaman. Kehilangan air dari tanaman oleh transpirasi

merupakan suatu akibat yang tidak dapat dielakkan dari keperluan membuka dan

menutupnya stomata untuk masuknya CO2 dan kehilangan air melalui transpirasi

lebih besar melalui stomata dari pada melalui kutikula. Pengaruh awal dari

tanaman yang mendapat kekurangan air adalah terjadinya hambatan terhadap

pembukaan stomata daun yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses

fisiologis dan metabolisme dalam tanaman (Felania dan Soelistyono, 2017).

2.4 Pemberian Pupuk Organik

2.4.1 Pengertian Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang

penting, tanpa dilakukannya pemupukan maka lahan akan dapat mengalami

kemunduran, terutama kualitas lahannya, antara lain berkurangnya unsur hara

tanah, rusaknya sifat fisik dan biologis tanah, serta menipisnya ketebalan tanah.

Berkurangnya unsur hara tanah juga dapat disebabkan karena kegiatan panen,

pencucian, denitrifikasi, dan erosi yang terjadi di daerah perakaran tanaman

konservasi (Azri, 2017). Pemupukan adalah salah satu upaya yang digunakan

dalam memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Selain dapat menambah
27

nutrisi, penggunaan pupuk dapat memperbaiki beberapa sifat fisika dan biologi

tanah (Subardja, 2017).

Pemupukan adalah pemberian bahan berupa pupuk atau bahan-bahan lain

seperti bahan organik, bahan kapur, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah yang

bertujuan untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah proses untuk

memperbaiki atau memberikan tambahan unsur-unsur hara pada tanah, baik

secara langsung atau tak langsung agar dapat memeuhi kebutuhan bahan

makanan. (Kalasari et al., 2021).

Pemupukan merupakan salah satu cara untuk dapat memperbaiki tingkat

kesuburan tanah dan meningkatkan kesuburan produksi tanaman. Pemupukan

dapat dilakukan melalui tanah dan daun. Pemupukan melalui daun dilakukan

karena adanya kenyataan bahwa pemupukan melalui tanah kadang-kadang kurang

menguntungkan, karena unsur hara sering terfiksasi, tercuci dan adanya interaksi

dengan tanah sehingga unsur hara tersebut relatif kurang (Uminawar et al., 2013).

Pupuk digolongkan menjadi dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk

anorganik. Pupuk anorganik memiliki kelebihan dalam memenuhi sifat kimia

tanah seperti penambahan unsur hara yang tersedia di dalam tanah, tetapi

penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan akan berdampak terhadap

penurunan kualitas tanah dan lingkungan. Salah satu jenis pupuk anorganik yang

biasa digunakan adalah pupuk NPK Majemuk, Urea, TS, dan lain-lain. Pemberian

pupuk organik pada tanaman budidaya dapat meningkatkan produktivitas tanah

karena bahan organik memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat anorganik,

fisika maupun biologi tanah (Astuti dan Herawati, 2021).


28

Pemupukan merupakan usaha yang penting untuk meningkatkan

produksi tanaman karena dengan pemupukan kebutuhan tanaman akan unsur hara

terpenuhi. Unsur yang terpenting adalah unsure hara N (nitrogen). Karena N di

dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pembentukan protein

dan hijau daun. Unsur hara N pada pupuk berperan tinggi dalam peningkatan hasil

produksi buah semangka, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

produksi dengan penggunaan pupuk kandang yang tepat (Beja dan Jeksen, 2021).

Pemupukan perlu dilakukan untuk mengganti kehilangan unsur hara

dalam tanah akibat pencucian serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur

hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Unsur-

unsur hara utama yang perlu ditambahkan pada pemupukan tanaman meliputi

nitrogen, fosfor, kalium, dan magnesium. Pada umumnya unsur-unsur tersebut

dapat diperoleh melalui penambahan pupuk anorganik pada tanah (Tobing, 2019).

Pemberian pupuk pada tanaman haruslah dijaga keseimbangan dan

pengaturan kadar pemberian pupuk tersebut, karena bila berlebihan atau kurang

dari takaran dalam memberikannya akan berdampak tidak baik bagi pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Ketidaktepatan pemberian pupuk, selain akan

menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal, juga

merupakan pemborosan tenaga dan biaya. Oleh sebab itulah pemberian pupuk

harus mengikuti petunjuk agar tidak keliru dalam mengaplikasikannya. Aplikasi

pupuk terdiri dari dosis atau konsentrasi pemberian, cara memberikan, dan waktu

yang tepat untuk memberikan (Darmawan, 2015).


29

2.4.2 Tujuan Pemupukan

Pemupukan merupakan hal atau cara memberikan zat yang bertujuan

untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah. Berdasarkan bahan

bakunya, pupuk digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan anorganik.

Pupuk organik disebut pupuk alam karena seluruh atau sebagian besar pupuk ini

berasal dari alam. Kotoran hewan, sisa (serasah) tanaman, limbah rumah tangga,

dan batu- batuan merupakan bahan dasar pupuk organik. Kelebihan pupuk

organik

dibandingkan pupuk buatan (pupuk kimia) yaitu mampu memperbaiki sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah serta dapat mengurangi penggunaan bahan kimia pada

produk pertanian (Mansur et al., 2021).

Pemupukan bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan

bibit anggrek. Unsur-unsur yang diperlukan meliputi unsur makro dan mikro yang

harus selalu tersedia bagi tanaman karena tanaman tidak mampu menyediakan

sendiri unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya (Hartati et al., 2019).

Pemupukan bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman.

Pupuk menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah

untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Manfaat utama dari pupuk yang

berkaitan dengan sifat fisik tanah adalah memperbaiki struktur tanah

dari padat menjadi gembur dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara

dan air, pemberian pupuk (pemupukan) sangat penting karena memperkaya tanah

sehingga makanan yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia (Kusuma, 2014).


30

Pemupukan merupakan hal penting dalam kegiatan budi daya dengan

tujuan memperbaiki kualitas dan kesehatan tanah. Aplikasi pupuk organik dapat

memperkaya kandungan bahan organik, hara makro-mikro sehingga dapat

meningkatkan produksi (Zhou et al., 2013). Pemupukan bertujuan mengganti

unsur hara yang hilang dan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan

tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur

hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan

faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman (Dewanto et al.,

2017). Pemupukan bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman.

Pupuk menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah

untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Setiawan, 2019). Pupuk organik akan

meningkatkan kandungan bahan organik tanah, memberikan kontribusi

ketersediaan hara N, P, K dan mengifisienkan penggunaan pupuk anorganik

(pabrik) (Adi dan Nyoman, 2019).

2.4.3 Tingkat Pertumbuhan Tanaman Terhadap Pemberian Pupuk Organik

Upaya untuk meningkatkan produksi dengan teknik budidaya antara lain

pemilihan bibit unggul dan pemupukan yang tepat. Pemupukan bertujuan untuk

menambah unsur hara pada tanah, selain untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah unsur nitrogen, fosfor dan

kalium (Rustiana et al., 2020). Peningkatan produksi tanaman dipengaruhi oleh

ketersediaan unsur hara didalam tanah salah satunya ialah unsur hara fosfor (P).

kegunaan dari unsur hara P yaitu dapat merangsang pertumbuhan akar dan
31

tanaman muda, mempercepat pembungaan dan protein serta membantu asimilasi

dan pernapasan. Ketersediaan unsur hara fosfor pada tanah sangat rendah

sehungga perlu dilakukan pemupukan P pada tanah untuk meningkatkan produksi

tanaman (Makhliza et al., 2014).

Unsur hara pada pupuk organik juga dapat meningkatkan tinggi tanaman,

volume akar dan berat kering tanaman. Pupuk organik merupakan salah satu

sumber unsur hara penting bagi pertumbuhan tanaman, karena mengandung unsur

hara esensial makro dan mikro yang diperlukan oleh tanaman untuk dapat tumbuh

dan berproduksi dengan baik. Pupuk organik juga mengandung asam-asam humat,

fulvat, hormon tumbuh yang bersifat memacu pertumbuhan tanaman sehingga

serapan hara oleh tanaman meningkat (Muaz et al., 2020).

Pertumbuhan dan produksi tanaman semangka unsur hara merupakan

salah satu faktor mutlak yang diperlukan oleh tanaman, karena itu memperoleh

hasil mutu tanaman semangka yang maksimum, maka diadakan pemupukan,

perawatan secara teratur dan tepat. Hasil tanaman semangka ditingkatkan melalui

pemupukan yang efektif. Pemberian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi tanaman atau sesuai dengan tahap perkembangan tanaman. Jumlah hara

yang dibutuhkan untuk setiap fase pertumbuhan tanaman berbeda-beda, oleh

karena itu pemberian perlu dilakukan beberapa kali (Hariyanto, 2016).

Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat akan berperan dalam

meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, sehingga akan

mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman akan tumbuh subur

apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup
32

dan seimbang pada media tanam. Meningkatnya serapan N, P, dan K dan jumlah

klorofil dapat meningkatkan laju fotosintesis yang kemudian akan meningkatkan

hasil tanaman (Kurniawati et al., 2015). Bahan organik berupa pupuk kandang

ayam dan pupuk kandang sapi dan pupuk sekam telah banyak digunakan dalam

budidaya tanaman. Pupuk Hayati mengandung beberapa jenis mikroba yang

mampu menyediakan hara bagi tanaman dan mengendalikan serangan penyakit

yang penyebarannya melalui tanah (Hasyim, 2015).

2.5 Pemanenan, Perhitungan Karbon Serasah dan Perhitungan Nilai


Ekonomi

2.5.1 Pemanenan

Pemanenan didefinisikan sebagai kegiatan pemungutan atau pemetikan

hasil dari suatu ladang, sawah, atau kebun (Sebayang, 2018). Tujuan pemanenan

adalah untuk mengumpulkan komoditas dari lahan dengan kematangan yang tepat

dan kerusakan yang minimal (Yulius, 2013). Panen juga suatu rangkain proses

dalam perkebunan ataupun pertanian yang dilakukan untuk mengumpulkan dan

mendapatkan buah dari hasil panen yang akan dialokasikan baik langsung kepada

distributor maupun konsumen langsung (Lestari, 2017).

Proses pemanenan merupakan salah satu kegiatan dalam budidaya

pertanian. Kegiatan pemanenan meliputi semua proses kegiatan yang dilakukan

dilahan (on farm) (Anisa, 2018). Panen sebagai kegiatan menumpuk atau

mengumpulkan buah dari tanaman budidaya yang digolongkan masak atau sudah

dapat di panen. Panen merupakan tahap akhir dari proses budidaya tanaman, salah

satu hal yang penting dalam pemanenan ialah cara panen (Yafizham, 2019).
33

Panen ialah pemetikan hasil budidaya sebagai kegiatan akhir dari siklus

budidaya. Hasil panen atau hasil budidaya yaitu besaran yang menggambarkan

banyaknya produk panen usaha tani yang diperoleh dalam hasil meluaskan lahan

dalam satu siklus produksi (Abbas et al., 2021).

2.5.2 Tahapan Pemanenan

Pemanenan buah biasanya menggunakan gunting agar pangkal buah dan

pilar tidak rusak. Sebelum diadakannya pemanenan buah ada beberapa prosedur

yang harus diperhatikan yaitu pemilihan buah siap petik dan cara pemetikan. Jika

salah satu tidak diperhatikan maka akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas

buah. Pemilihan buah siap petik sangat diperlukan untuk mendapatkan buah

dengan kualitas baik dengan masak panen (Seni, 2013).

Tahapan pemanenan salah satunya ialah evaluasi panen. Kegiatan panen

yang baik disertai dengan evaluasi terhadap mutu panen, ini dilakukan untuk

memperhitungkan potensi kehilangan hasil dan mencegah terjadinya kehilangan

hasil. Kegiatan panen secara umum meliputi beberapa tahapan atau proses yaitu

proses penuaian, penumpukan, pembersihan, dan pengangkutan (Andoko, 2013).

Cara panen dapat digolongkan dalam dua macam yaitu secara mekanis dan

tradisional. Secara mekanis pemanenan dilakukan dengan teknologi pemanenan,

penggunaan teknologi sangat mendukung kegiatan panen, terutama dalam

peningkatan produktivitas hasil panen. Adapun cara tradisional yaitu kegiatan

pemanenan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan, cara ini

memiliki kekurangan yaitu dibutuhkan tenaga kerja yang banyak serta kapasitas

kerja yang rendah (Zuhair et al., 2018).


34

Tahapan awal penanganan Pasca Panen yang sangat penting dan akan

menentukan besarnya susut dan mutu gabah yang dihasilkan. Umur tanaman

antara 30-35 hari setelah pembungaan. Kadar air bulir padi dapat juga dicek

dengan menggigitnya, jika mudah patah saat digigit, maka padi siap untuk

dipanen. Kegiatan pemungutan atau pemetikan hasil bumi. Pemanenan dapat

dilakukan dengan teknik apa saja dan dengan bantuan alat apa saja, yang penting

adalah mengarah pada pencapaian hasil bumi (Juarsah, 2016).

Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:- Grading

(pengkelasan) dan standarisasi - Pengemasan dan pelabelan - Penyimpanan -

Pengangkutan. Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan

antara lain : pemberian bahan kimia, pelilinan, pemeraman. Pentingnya

penanganan pasca panen disebabkan beberapa faktor sebagai berikut : Komoditas

pangan masih merupakan komoditas penting (Idjudin, 2014).

Tahap panen meliputi kumpulan dari proses penuaian, penumpukan,

perontokan, pembersihan, dan pengangkutan yang dilakukan secara bertahap.

pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman sudah dewasa. kegiatan panen dan

pascapanen yang merupakan tahap akhir dari proses budidaya tanaman “Panen

adalah pemetikan hasil budidaya sebagai kegiatan akhir dari siklus budidaya,

sedangkan pasca panen adalah penanganan hasil tanaman segera setelah dilakukan

panen (Imaniasita, 2020).

2.5.3 Nilai Ekonomi


35

Sektor pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian Indonesia

karena pertanian memberikan kontribusi cukup besar dalam memberikan

sumbangan untuk pendapatan Negara. Sektor pertanian juga mempunyai peranan

penting dalam perekonomian nasional, diantaranya dalam memperluas lapangan

kerja dan meningkatkan pendapatan petani (Adi et al., 2017). Salah satu upaya

yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan cara

mengusahakan komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta

mempunyai potensi pasar yang cukup besar, baik pasar dalam negeri maupun luar

negeri. Salah satu komoditas buah yang mempunyai prospek untuk dikembangkan

adalah jagung (Eliza, 2017).

Pengembangan budidaya komoditas ini mempunyai prospek cerah karena

dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, pengentasan kemiskinan,

perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengurangan impor dan

peningkatan ekspor non migas (Fuads, 2017).

Nilai ekonomi tidak sama dengan harga pasar, begitu pula nilai ekonomi

tidak sama dengan nilai pasar. Jika seorang konsumen bersedia untuk membeli

barang, itu menyiratkan bahwa pelanggan menempatkan nilai yang lebih tinggi

pada barang tersebut daripada harga pasar. Selisih antara nilai bagi konsumen dan

harga pasar disebut surplus konsumen Sangat mudah untuk melihat situasi di

mana nilai sebenarnya jauh lebih besar dari harga pasar: pembelian hasol

pertanian adalah salah satu contohnya (Ginting, 2020).

Nilai ekonomi adalah nilai yang diberikan seseorang terhadap suatu

barang ekonomi berdasarkan manfaat yang diperolehnya dari barangtersebut. Hal


36

ini sering kali diperkirakan berdasarkan kesediaan seseorang untuk membayar

barang tersebut, biasanya diukur dalam satuan mata uang. Nilai ekonomi tidak

sama dengan nilai pasar yaitu harga pasar suatu barang atau jasa yang bisa lebih

tinggi atau lebih rendah daripada nilai ekonomi yang diberikan oleh orang

tertentu pada suatu barang (Notohadiprawiro, 2016).

Preferensi seseorang menentukan nilai ekonomi suatu barang atau jasa

dan pengorbanan yang bersedia mereka lakukan untuk memperolehnya. Misalnya

, jika seseorang mempunyai sebuah jagung, maka nilai ekonomi dari jagung

tersebut adalah manfaat yang diperolehnya dari penggunaan apel tersebut. Jika

mereka berniat memakan apel tersebut, maka nilai ekonominya adalah

kenikmatan dan gizi yang mereka harapkan dari memakan jagung tersebut. Nilai

ekonomi sebuah apel tidak ada sebagai kualitas obyektif apa pun dari sebuah

jagung namun sepenuhnya bergantung pada niat subyektif orang yang menilai

jagung tersebut (Wahyuningtyas, 2018).

2.5.4 Simpanan Karbon

Simpanan karbon adalah kandungan karbon yang tersimpan, baik diatas

permukaan tanah (above ground carbon) seperto biomasa pada tanaman ataupun

didalam tanah (below ground carbon) seperti bahan organik, beberapa tanaman

berfungsi menyimpan karbon yang menjadi sumber utama penyebab pemanasan

global. Serat karbon terbuat dari polimer organik dan terdiri dari untaian panjang

molekul yang disatukan oleh atom karbon. Sebagian besar serat karbon (sekitar

90%) dibuat dari proses poliakrilonitril sejumlah sekitar (10%) dibuat dari proses

pitch petroleum (Hadianto, 2019).


37

Simpanan karbon pohon dianalisis dengan menggunakan Standar

Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional

(BSN) tahun 2011 tentang Pengukuran dan perhitungan cadangan karbon –

Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based

forest carbon accounting). Simpanan karbon pohon dianalisis dengan

menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) ini menggunakan acuan

Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2003 dan IPCC tahun

2006 (Erly et al., 2019).

Karbon dioksida diambil tumbuhan melalui stoma pada daun. Cahaya,

terutama cahaya merah dan ungu ditangkap tumbuhan melalui klorofil. Klorofil

disebut juga zat hijau daun terdapat pada kloroplas bagian tilakoid.

Fungsi unsur karbon bagi tanaman adalah sebagai pembentuk tubuh

fisik tanaman yang terdiri dari seluruh senyawa organic seperti karbohidrat,

protein, minyak, lignin, fenol, cellulose, klorofil, enzim, vitamin, hormon dan

lain-lain (Notohadiprawiro, 2016).

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi,

dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada

proses fotosintesis. Karbon dioksida menjadi komponen penting dalam siklus

karbon. CO2 juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang berperan dalam

menjaga suhu di bumi. Senyawa karbon dioksida dihasilkan oleh semua

tumbuhan, hewan, fungi, dan proses respirasi (Kusumawati, 2021).

Potensial untuk peningkatan serapan karbon terkait upaya mitigasi

perubahan iklim global yang dikenal sebagai blue carbon, yaitu kawasan yang
38

mampu menyimpan karbon di dalam biomasa dan sedimennya dalam jumlah

besar. Kawasan mampu menyimpan karbon jika tidak dilakukan pengelolaan yang

baik, kawasan tersebut rentan terdegradasi dan justru berubah menjadi

penyumbang emisi karbon (Budiadi, 2020).

Jumlah karbon yang tersimpan dipermukaan tanah dalam bentuk

biomassa tanaman, sisa-sisa tanaman yang mati atau yang berada di dalam tanah

dalam bentuk bahan organik tanah. Informasi mengenai cadangan karbon pada

RTH (Ruang Terbuka Hijau) penting diketahui untuk mengetahui potensi

cadangan karbon yang tersimpan pada vegetasi. Setiap vegetasi menyimpan

karbon dengan jumlah yang berbeda, tergantung kemampuannya dalam menyerap

karbon yang ada di udara (Ahmad et al., 2023).

Pemanenan yang tepat akan mempengaruhi kualitas jagung, karena apabila

pemmanenan terlambat akan menyebabkan jagung manis menjadi keriput, kareana

terjadinya perubahan gula menjadi pati di dalam biji, yang menyebabkan rasanya

tidak manis. Pemanenan dapat dilakukan dengan teknik apa saja dan dengan

bantuan alat apa saja yang penting adalah mengarah pada pencapaian hasil bumi,

tapi awal dari pekerjaan pasca panenyaitu melakukan persiapan untuk

penyimpanan dan pemasaran (Bahar, 2021).

Pentingnya tahapan pemanenan serta penanganan pasca panen disebabkan

beberapa faktor sebagai berikut : Komoditas pangan masih merupakan komoditas

penting dalam kehidupan masyarakat pada beberapa komoditas ada yang diberi

perlakuan tambahan antara lain : pemberian bahan kimia, pelilinan, pemeraman.


39

panen meliputi kumpulan dari proses penuaian, penumpukan, perontokan,

pembersihan, dan pengangkutan yang dilakukan secara bertahap (Samosir, 2021).

III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum agroforestri dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 september 2023

sampai 6 januari 2024, bertempat di Jl. Simbo, Watubangga, Kec. Baruga, Kota

Kendari, Sulawesi Tenggara

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu parang, cangkul

digunakan, patiba, sekop, meteran roll. Tali raffia, patok, paku, palu, oven, ,

timbangan analitik dan timbangan duduk . Alat tulis untuk mencatat hasil

praktikum dan kamera handphone untuk dokumentasi. Bahan yang digunakan

dalam praktikum ini yaitu kantong packing, waring dan amplop coklat.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Prosedur Kerja Praktikum Persiapan Lahan

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum persiapan lahan adalah

sebagai berikut:

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses persiapan lahan

2. Bersihkan gulma-gulma yang berada di sekitar lahan hingga habis dengan

menggunakan pacul, parang dan patiba.


40

3. Membuat Plot dengan ukuran 12 x 12 meter dengan menggunakan patok, tali

rafia, paku dan palu.

4. Lakukan pencangkulan lahan yang akan digunakan agar tanahnya menjadi

gembur.

5. Membuat bedengan yang masing-masing dengan panjang ½ meter.

3.3.2 Prosedur kerja perkecambahan benih

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum perkecambahan benih

jagung manis adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan benih dan alat-alat yang digunakan dalam pembibitan benih

dengan bak kecambah.

2. Merendam benih jagung dengan air hangat selama 8-10 jam atau semalaman.

3. Memindahkan kecambah ke polibag yang telah diisi tanah

4. Melakukan perawatan pada kecambah benih dan mengamati pertumbuhan

benih setelah beberapa minggu.

3.3.3 Prosedur Kerja Tanaman Bibit Jagung Manis

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum penanaman bibit jagung

manis adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Melakukan penyiraman sebelum pada bedengan yang telah dibuat.

3. Membuat lubang tanam dengan kedalaman sekitar 8-10 cm dengan lebar 10cm.

4. Melakukan penanaman pada lahan yang telah dilubangi dengan jarak tanam

50x50 cm
41

5. Menyiram tanaman yang telah ditanam dan dilanjutkan setiap pagi dan sore

3.3.4 Prosedur Kerja Pemberian Pupuk Organik

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum pemberian pupuk organik

adalah sebagai berikut:

1. Membersihkan area tanaman jagung dari gulma dan rumput.

2. Mengemburkan tanah terlebih dahulu sebelum pemupukan.

3. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran sapi di campur arang

dan sekam).

3.3.5 Prosedur Kerja Pemanenan, Perhitungan Karbon dan Perhitungan


Nilai Ekonomi

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum pemanenan, perhitungan

karbon dan perhitungan nilai ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mencabut batang tanaman jagung manis untuk dijadikan sebagai sampel.

3. Mengambil sampel tanaman jagung manis yaitu 100 gram daun dan batang

serta 100 gram buah, yang kemudian dimasukkan kedalam amplop coklat.

4. Sebelum mengoven, serasah yang telah diambil ditimbang kembali sebanyak

100 gram.

5. Membungkus serasah yang telah ditimbang dengan aluminium foil.

6. Memasukkan sampel serasah kedalam oven.

7. Mengoven serasah selamam 1 (satu) jam.


42

8. Mengeluarkan serasah dari oven kemudian keringkan terlebih dahulu, setelah

kering kemudian ditimbang ulang.

9. Memfoto dan mencatat hasil timbangan kemudian serasah atau sampel

dibungkus kembali dengan aluminium foil, setelah itu masukkan kembali ke

dalam oven untuk dioven selama 1 (satu) jam.

10. Lakukan proses tersebut 3-4 kali atau sampai berat sampel tidak berubah.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima dari kegiatan seperti

penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Rumus penentuan pendapatan

yaitu:

W= Biaya untung – Biaya Modal

Ket:

Biaya untung = jumlah hasil panen x harga jual

Biaya modal = jumlah pengeluaran sejak pembibitan sampai pemanenan

120
W =( x Rp. 15.000) – (Benih (Rp. 100.000) + Pupuk Anorganik (Rp.
3

50.000) + Jaring (Rp. 240.000) + Air (Rp. 162.000) + Papan Nama (Rp.21.000))

= Rp. 600.000 –Rp. 573000

= Rp. 27.000– 289.000

3.4.2 Karbon
43

Karbon merupakan suatu unsur yang diserap dari atmosfer melalui proses

fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Rumus penentuan simpanan

karbon yaitu:

1. Persamaan pendugaan biomasa pada tumbuhan bawah, yaitu:

B = (BK sample / BB sampel) x Total BB

Ket:

BK = Berat Kering

BB =Berat Basah

B Serasah = (95,1 gram / 100 gram) x (98,3 gram + 97 gram)

= (95,1 gram / 100 gram) x 195,3 gram

= 185,73 gram

= 0,18573 kg

2. Persamaan kandungan karbon dari biomasa, yaitu:

Cb = B x Kostanta

Ket:

Cb = Kandungan Karbon dari Biomasa (Kg)

B =Biomasa tumbuhan bawah (Kg)

Kostanta = nilai faktor konversi (0,5)

Cb Serasah = 0,18573 kg x 0,5

= 0,092865 kg

3. Perhitungan rata-rata karbon plot, yaitu:

Total Karbon(kg)x 1000


T otal Karbon ( plot )=
Luas Plot
44

(Cb Serasah+Cb Buah) x 1000


T otal Karbon ( plot )=
10 x 10 m

(0,092865 kg+0,074436) x 1000


T otal Karbon ( plot )=
144 m2

Total Karbon ( plot )=1,161817 kg

4. Cadangan karbon total dalam suatu areal, yaitu:

C total = C x Luas Areal

Keterangan :

C = Total Kandungan Karbon plot

Luas Areal = Luas Total Lahan (Ha)

C total = 1,161817 kg x (100 x jumlah plot (19 plot)

=1,161817 kg x 1900 m2

= 1,161817 kg x 0,19 Ha

= 0,220745 kg
45

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Praktikum Persiapan Lahan

Hasil dari praktikum persiapan lahan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Langkah-Langkah Persiapan Lahan


N Kegiatan Gambar Keterangan
o
1. Proses Proses pembersihan
pembersihan lahan dengan
lahan membersikan lahan dari
daun-daun kering dan
gulma

2. Proses Proses penggemburan


pembuatan plot tanah dengan
12 x 12 meter menggunakan pacul agar
lebih cepat dan hasilnya
bagus

3. Proses Proses pembutan


pembuatan bendengan tanah dengan
bendengan menggunakan patida dan
tanah membuang batu-batu
kecil yang ada pada
lahan

Dari tabel di atas menggambarkan setiap proses persiapan lahan dengan

cara menggemburkan tanah dengan pacul dengan tujuan membuat mempermudah

perakaran tanaman untuk masuk ke dalam tanah dan mempermudah akar


46

tanaman menyerap unsur hara sehingga kan bermanfaat yaitu membantu

pertumbuhan akar tanaman pada semangka menjadi maksimal serta dapat

memperbaiki struktur tanah.

4.1.2 Hasil Praktikum Perkecambahan Benih

Hasil dari praktikum perkecambahan benih yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Tahapan Perkecambahan Benih


No Kegiatan Gambar Keterangan
1. Proses Proses perendaman
perendaman menggunakan air hangat
kuku selama 8-10 jam atau
semalaman

2. Proses Proses setelah perendaman


perkencambahan di tiriskan airnya, setelah
itu di tutup menggunakan
tissue dan kapas agar
mendapatkan kelembaban
yang maksimal.
3. Proses Proses setelah benih
pemindahan dikecambahkan, di
benih ke polibag pindahkan ke polibag agar
pertumbuhannya lebih
cepat.
47

4.1.3 Hasil Praktikum Penanaman Bibit

Hasil dari praktikum penanaman bibit adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Proses penanaman bibit


No Kegiatan Gambar Keterangan
1. Penyiraman Sebelum melakukan
sebelum penanaman maka terlebih
penanaman dahulu dilakukan
penyiraman

2. Pemindahan Setelah bibit disemai


bibit setelah maka dilakukan
penyemaian pembindahan bibit
kelahan

3. Penyiraman Setelah bibit dipindahkan


setelah selanjutnya di lakukan
pemindahan penyiraman dan
bibit diteruskan setiap pagi
dan sore.
4. Pembuatan Setelah bibit disiram
mulsa setelah maka dibuatkan mulsa
penyiraman menggunakan alang
bibit alang yang telah kering

5. Pembuatan Setelah bibit dibuatkan


pagar pada plot mulsa selanjutnya dibuat
pagar agar tanaman
terlindungi dari hewan
yang merusak tanaman.
48

4.1.4 Hasil Praktikum Pemberian Pupuk Organik

Hasil dari praktikum pemberian pupuk disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. Persentase pengukuran tanaman jagung manis (Zea mays saccharata


Sturt)
Jenis Tanaman Minggu Ke-
Persentase
Nama Jumlah
Tumbuh
Lokal Nama Latin 1 2 3
Jagung Zea mays saccharata
Manis Sturt 65 38 82 120 100%

Berdasarkan tabel 1. pada minggu ke-1 ditanam sebanyak 65 bibit, pada

minggu ke-2 ditanam sebanyak 38 bibit dan pada minggu ke-3 ditanam sebanyak

82 bibit. Jumlah bibit yang telah ditanam adalah 120 bibit dengan persentase

tumbuh 100%.

Tabel 5. Pengamatan pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea mays saccharata


Sturt)
Jumlah
Bedeng ke- No Tinggi Tanaman (cm) Daun Keterangan
1. 5,7 2 Kurang Subur
2. 4,8 2 Kurang Subur
3. 3,2 2 Kurang Subur
4. 4,6 2 Kurang Subur
5. 7,2 3 Subur
6. 5,3 2 Kurang Subur
7. 6,5 3 Subur
8. 7,8 4 Subur
9. 7,4 4 Subur
10
. 7 4 Subur
11
1. . 5,1 2 Kurang Subur
1. 6,7 4 Subur
2. 6,8 4 Subur
3. 7,2 4 Subur
4. 6,6 4 Subur
5. 4,2 3 Kurang subur
2. 6. 7,3 4 Subur
49

Jumlah
Bedeng ke- No Tinggi Tanaman (cm) Daun Keterangan
7. 6,5 4 Subur
8. 7,8 4 Subur
9. 7,4 4 Subur
10
. 7 4 Subur
11
. 7,1 4 Subur
1. 6,7 4 Subur
2. 6,8 4 Subur
3. 7,2 4 Subur
4. 6,6 4 Subur
5. 7,2 4 Subur
6. 7,3 4 Subur
7. 6,5 4 Subur
8. 7,8 4 Subur
9. 7,4 4 Subur
10
3. . 7 4 Subur
1. 7,1 4 Subur
2. 6,7 4 Subur
3. 6,8 4 Subur
4. 7,2 4 Subur
5. 6,6 4 Subur
6. 7,2 4 Subur
7. 7,3 4 Subur
8. 6,5 4 Subur
4. 9. 7,8 4 Subur
1. 7,4 4 Subur
2. 7 4 Subur
3. 7,1 4 Subur
4. 6,7 4 Subur
5. 6,8 4 Subur
6. 7,2 4 Subur
5. 7. 6,6 4 Subur
1. 6,2 4 Subur
2. 7,3 4 Subur
3. 6,5 4 Subur
4. 7,8 4 Subur
6. 5. 7,4 4 Subur
50

Jumlah
Bedeng ke- No Tinggi Tanaman (cm) Daun Keterangan
6. 7 4 Subur
7. 7,1 4 Subur
8. 6,7 4 Subur
1. 6,8 4 Subur
2. 7,2 4 Subur
3. 6,6 4 Subur
4. 4,2 3 Kurang Subur
5. 3,3 3 Kurang Subur
6. 4,5 3 Kurang Subur
7. 7,8 4 Subur
7. 8. 7,4 4 Subur
1. 7 4 Subur
2. 7,1 4 Subur
3. 6,7 4 Subur
4. 6,8 4 Subur
5. 7,2 4 Subur
6. 6,6 4 Subur
8. 7. 4,2 4 Subur
1. 7,3 4 Subur
2. 6,5 4 Subur
3. 7,8 4 Subur
4. 7,4 4 Subur
5. 7 4 Subur
6. 7,1 4 Subur
7. 7,4 4 Subur
8. 7 4 Subur
9. 9. 7,1 4 Subur
1. 6,7 4 Subur
2. 6,8 4 Subur
3. 7,2 4 Subur
4. 6,6 4 Subur
5. 6,2 4 Subur
6. 7,3 4 Subur
7. 6,5 4 Subur
10. 8. 7,8 4 Subur
1. 7,4 4 Subur
2. 7,4 4 Subur
3. 7 4 Subur
11. 4. 7,1 4 Subur
51

Jumlah
Bedeng ke- No Tinggi Tanaman (cm) Daun Keterangan
5. 6,7 4 Subur
6. 6,8 4 Subur
7. 7,2 4 Subur
1. 6,6 4 Subur
2. 6,2 4 Subur
3. 7,3 4 Subur
4. 6,5 4 Subur
5. 7,8 4 Subur
6. 7,4 4 Subur
7. 7,4 4 Subur
8. 7 4 Subur
12. 9. 7,1 4 Subur
1. 6,7 4 Subur
2. 6,8 4 Subur
3. 7,2 4 Subur
4. 6,6 4 Subur
5. 6,2 4 Subur
13. 6. 7,3 4 Subur
1. 6,5 4 Subur
2. 7,8 4 Subur
3. 7,4 4 Subur
4. 7,4 4 Subur
5. 7 4 Subur
6. 7,1 4 Subur
7. 6,7 4 Subur
14. 8. 6,8 4 Subur
1. 7,2 4 Subur
2. 6,6 4 Subur
3. 6,2 4 Subur
4. 7,3 4 Subur
5. 6,5 4 Subur
6. 7,8 4 Subur
7. 7,4 4 Subur
15. 8. 6,3 4 Subur
Rata rata 6,8
52

Berdasarkan tabel 3. pada minggu ke-3 sebanyak 120 bibit, telah

mempunyai 2-4 daun dengan rata-rata tinggi tanaman 6,8 cm dengan keterangan

pada bedeng 1 dari 11 tanaman ada 6 kurang subur, bedeng 2 dari 11 tanaman ada

1 kurang subur, bedeng 3 dari 10 tanaman subur semua, bedeng 4 dari 9 tanaman

subur semua, bedeng 5 ada 9 tanaman subur semua, bedeng 6 ada 8 tanaman

subur semua, bedeng 7 dari 8 tanaman ada 3 tanaman kurang subur, bedeng 8 dari

7 tanaman subur semua, bedeng 9 dari 9 tanaman subur semua, bedeng 10 dari 8

tanaman subur semua, bedeng 11 dari 7 tanaman subur semua, bedeng 12 dari 10

tanaman subur semua, bedeng 13 dari 6 tanaman subur semua, bedeng 14 dari 8

tanaman subur semua dan bedeng ke 15 dari 8 tanaman subur semua.

4.1.5 Hasil Praktikum Pemanenan, Perhitungan Karbon dan Perhitungan


Nilai Ekonomi

Hasil dari praktikum pemanenan, perhitungan karbon dan perhitungan

nilai ekonomi adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil pendapatan jagung manis


Biaya Untung Biaya Modal
No. Jumlah Harga/kg
Nama Barang Harga
Panen
1. 120/3 buah Rp. 15.000 Benih Rp. 100.000
2. Pupuk Anorganik Rp. 50.000
3. Jaring Rp. 240.000
4. Air Rp. 162.000
5. Papan Nama Rp. 21.000
Jumlah Rp. 600.000 Rp. 573.000
Total Rp. 27.000
53

Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa modal awal yang

dikeluarkan yaitu sebanyak Rp. 573.000 dan hasil keuntungan yang didapat yaitu

Rp. 27.000.

Tabel 7. Hasil Pendugaan biomassa


No Biomassa
. Serasah Buah
1. BK (95,1 gram) BK (77,7 gram)
2. BB (100 gram) BB (100 gram)
Total BB (195,3
3. Total BB (173 gram)
gram)
Hasil
0,18573 kg 0,134421 kg

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan yaitu diperoleh hasil

jumlah biomassa serasah yaitu 0,18573 kg dan biomassa buah 0,134421 kg.

Dengan membagi BK (Berat Kering) dan BB (Berat Basah) kemudian dikalikan

dengan total BB (Berat Basah).

Tabel 8. Hasil perhitungan kandungan karbon


No Kandungan Karbon
. Serasah (Kg) Buah (Kg)
1. 0,0928652 0,0744365
Total Karbon
1,61817 Ton
Perplot
Total karbon dalam suatu areal 0,220745 Ton

Berdasarkan hasil analisis data di atas, diperoleh kandungan karbon dari

serasah sebesar 0,0928652 kg dan buah sebesar 0,0744365kg, dengan total karbon

perplot yaitu 1,61817 kg dan total karbon dalam suatu areal (seluruh plot) yaitu

0,220745 kg.
54

4.2 Pembahasan

Pembersihan lahan adalah upaya agar daerah sekitar taman selalu dalam

kondisi yang bersih dari sampah-sampah, baik itu sampah sisa tanaman

ataupunsampah non tanaman (kertas, plastik-plastik pembungkus, batu, dll).

Pembersihan yang dilakukan setelah pemangkasan tanaman atau pemangkasan

rumput, di mana sisa tanamantersebut harus segera di bersihkan dari lokasi taman.

Pembersihan lahan rutin dilakukan setiap hari pada sekitar taman, hal ini biasanya

di akukan dengan penyapuan lahan yang rutin dilakukan pada pagi hari atau sore

hari (Wahyudi et al, 2023).

Tahap pertama dalam pengolahan lahan yang dilakukan adalah

pembersihan lahan. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara mencabut rumput-

rumput atau gulma yang ada dilahan serta sisa tanaman yang sudah mati. Sisa

tanaman dan rumput tersebut tidak dibuang tetapi akan ditimbun sebagai pupuk.

Peralatan yang digunakan untuk proses pembersihan ini menggunakan cangkul.

Tujuan proses pembersihan lahan ini adalah untuk mengurangi gulma yang dapat

mengganggu tanaman. Tahapan selanjutnya yaitu proses penggemburan tanah.

Tahap penggemburan tanah ini sekaligus sebagai proses pembalikan tanah.

Peralatan yang digunakan untuk proses pembalikan tanah menggunakan cangkul.

Tujuan dari proses pembalikan tanah ini adalah untuk mengembalikan unsur hara

yang ada di dalam tanah (Wijayanto, et al., 2021).

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dapat dikatakan bahwa di lokasi

praktikum ditemukan masih banyak gulma yang menggangu pertumbuhan

tanaman yang akan ditanam, sehingga diperlukan persiapan lahan sebelum


55

penanaman, persiapan lahan yang dilakukan yaitu membersihkan kawasan

praktikum dengan membersihkan gulma- gulma yang terdapat di lokasi praktikum

habis dengan menggunakan pacul, parang dan patiba. Persiapan lahan selanjutnya

dengan cara megemburkan tanah dengan pacul dan membuat bedengan.

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan penting dan

mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya

yang multiguna sebagai sumber pangan. Hamper seluruh bagian tanaman jagung

memiliki nilai ekonomis. Biji jagung sebagai hasil utama digunakan sebagai

bahan pangan manusia, bahan pakan ternak, bahan baku industri, makanan,

minuman, kertas, minyak dan bahan baku bioethanol (Saijo, 2022).

Perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya struktur

terpenting embrio benih serta kecambah tersebut menunjukkan kemampuan untuk

berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang

menguntungkan, viabilitas benih menunjukkan daya hidup benih dan aktifitasnya

secara metabolic (Nuryanti et al., 2019).

Ketersediaan air di lingkungan sekitar benih memegang peranan penting

dalam menghilangkan inhibitor perkecambahan. Air juga berfungsi dalam

penguraian karbohidrat dalam kotiledon biji untuk dapat digunakan bagi

pertumbuhan embrio, karena peranan penting ini, sebelum mengecambahkan

benih para petani umumnya akan merendam benih dalam air dalam waktu

tertentu. Perlakuan skarifikasi dapat mematahkan dormansi mekanik, sehingga

dapat mempermudah air dan gas masuk kedalam biji, dan biji terpacu untuk

melakukan perkecambahan dengan cepat dan maksimal. Proses awal dalam


56

perkecambahan benih adalah imbibisi air kedalam benih. Proses imbibisi bisa

terhambat karena adanya hambatan fisik kulit biji, sehingga mengakibatkan

perkecambahan akan terhambat juga. Imbibisi terjadi karena potensial air dalam

benih lebih rendah dari sekitarnya, sehingga air akan bergerak masuk kedalam biji

(Romdyah et al., 2017).

Perlakuan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan viabilitas benih

yaitu dengan menggunakan cara perendaman dengan air maupun larutan ZPT. Zat

Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organic bukan hara yang dalam jumlah

sedikit dapat mendukung serta merangsang, menghambat dan mengubah proses

fisiologi tanaman (Amin et al., 2017).

Kematangan benih merupakan salah satu factor penting dalam

berlangsungnya proses perkecambahan. Benih yang belum matang secara

fisiologis umumnya belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan struktur

benih belum terbentuk sempurna sehingga dapat menghambat proses

perkecambahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat

perkecambahan benih adalah dengan merendam benih dalam air selama 8 jam

atau lebih (Gea et al., 2018).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah adanya air yang

cukup untuk melembabkan biji, suhu, oksigen dan adanya cahaya. Air memegang

peranan yang terpenting dalam proses perkecambahan biji. Air merupakan faktor

yang menentukan perkecambahan. Fungsi air pada perkecambahan biji adalah

untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embryo dan

endosperm, memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam biji,


57

mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan bermacam-macam

fungsi, sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau cotyledon

kepada titik tumbuh pada embryonic axis (Ayub dan Elfina, 2014).

Berdasarkan hasil yang telah di dapat, kegiatan perkecambahan benih

jagung manis dimulai dari kegiatan perendaman biji jagung manis dengan air

hangat kuku selama 8 jam atau lebih. Air memegang peranan yang terpenting

dalam proses perkecambahan biji. Proses setelah perendamanya itu ditiriskan

airnya, kemudian di tutup menggunakan tissue. Jika benih telah berkecambah

maka dipindahkan di polybag atau gelas aqua. Pada lahan dilakukan pencampuran

media tanah dengan pupuk kendang.

Keberhasilan pembudidayaan tanaman pada hakekatnya ditentukan oleh

pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh tanah yang

merupakan media pertumbuhan, air, cahaya matahari, serta zat hara yang ada

dalam tanah (Jailani, 2022). Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat

pada kualitas benih tanaman itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan

faktor lingkungan salah satunya adalah media tanam tanaman (Rahmania dan

Nahlunnisa, 2020).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil berupa

beberapa kegiatan yaitu penyiraman lahan atau bedengan yang dilakukan sebelum

dilakukan penanaman. Penyiraman lahan dilakukan agar tanah menjadi gembur

dan dikerjakan sehari sebelum penanaman bibit tanaman (Firman et al., 2017).

Namun, pada saat praktikum penyiraman dilakukan pada hari penanaman.


58

Penyiraman lahan merupakan bagian dari perawatan lahan, adapun perawatan

Lahan dan 17 tanaman dilakukan melalui kegiatan pemuatan pagar. Kegiatan ini

bertujuan agar lahan aman dari hewan perusak atau penggangu. Selanjutnya

perawatan lahan dengan tanaman lainnya dilakukan dengan kegiatan penyiraman

lahan, agar lahan atau tanaman yang sudah ditanam menjadi subur dan segar

(Dayono et al., 2020).

Kegiatan praktikum berikutnya yang dilakukan yaitu penanaman bibit

semangka. Penanaman bibit dilakukan dengan pembuatan lubang tanam dengan

menggunakan kayu atau jari tangan. Sebanyak 2 bibit ditanam per polybag untuk

mengantisipasi apabila terdapat bibit yang tidak tumbuh (Wilda et al., 2017).

penanaman bibit semangka pada lahan praktikum, setelah persemaian berumur 10

hari dan telah tumbuh daun 2-3 lembar. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan

dengan jarak antara lubang sekitar 80100 cm atau tergantung tebal tipisnya

bedengan (Gunawan, 2014).

Kegiatan praktikum terakhir yang dilakukan yaitu penyiraman tanaman

yang dilakukan setekah bibit semangka ditanam. Penyiraman bibit dilakukan

dengan menggunakan ember dan takaran untuk penyiraman. Penyiraman

dilakukan dua kali dalam sehari saat tidak hujan atau cuaca panas. Volume

penyiraman atau banyaknya air yang digunakan dalam menyiram bibit

disesuaikan dengan kondisi dan luas lahan (Usodri et al., 2022).

Faktor lingkungan memegang peranan penting untuk mencapai

pertumbuhan dan hasil yang maksimal. Faktor lingkungan sangat berperan dalam

proses pertumbuhan tanaman, media tumbuh adalah salah satu faktor lingkungan
59

yang perlu dipertimbangkan. Selanjutnya juga dinyatakan bahwa media tanam

yang baik biasanya digunakan campuran pasir, tanah, pupuk kandang.

Penggunaan pasir sangat baik untuk perbaikan sifat fisik tanah terutama tanah liat

(Fadhillah dan Harahap, 2020).

Hasil dari praktikum penanaman bibit dimulai dengan kegiatan

menyiram tanah sebelum dilakukan penanaman. Setelah itu dibuatkan lubang dan

diberi pupuk (pupuk kandang telah dicampur arang dan sekam) lalu dilakukan

penanaman. Proses setelah penanaman yaitu penyiraman tanaman dan seterusnya

dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore. Jika bibit telah ditanam selanjutnya

dibuatkan mulsa diatas bedengan dan mengelilingi tanaman. Proses terakhir

adalah pembuatan pagar pada plot agar tanaman terlindungi dari hewan perusak

tanaman.

Pemberian pupuk dilakukan pada saat sebelum tanam tidak akan

semuanya terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan

fase pertumbuhan (Gunawan, 2014). Pupuk organik baik yang berasal dari

kotoran hewan maupun sisa tumbuhan pada dasarnya dapat menurun kantingkat

keasaman tanah namun tidak dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan

karena pupuk organik termasuk dalam pupuk slow release atau pupuk yang

melepaskan unsur-unsur haranya lebih lambat bila dibandingkan dengan pupuk

anorganik yang langsung tersedia bagi tanaman (Alfiah, 2017).

Tujuan kegiatan pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi

tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman, serta

memperbaiki kualitas dan kuantitas tanaman. Pemupukan juga menentukan dalam


60

keberhasilan produksi tanaman, sehingga perlu dikakukan kegiatan pemupukan

dengan prinsip 5T (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat dan tepat

cara) yang harus dilaksanakan dengan tepat. Jenis pupuk yang diaplikasikan harus

sesuai dengan kebutuhan tanaman agar nantinya tanaman dapat menyerap dengan

sempurna nutrisi atau hara yang diberikan (Fathilulliyana, 2020).

Pupuk organik mengandung unsur hara makro yang rendah tetapi

mengandung unsur hara mikro dalam jumlah cukup, yang sangat diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman. Pupuk organik juga mempengaruhi sifat fisik dan sifat

kimia, maupun sifat biologi tanah, juga mencegah erosi dan mengurangi

terjadinya keretakan tanah. Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang

kedalam tanah merupakan salah satu teknik budidaya yang lebih baik dari segi

teknis, ekonomis, social maupun dari lingkungan karena tidak menimbulkan

pencemaran (Khair et al., 2013).

Berdasarkan hasil yang telah didapat ada 120 tanaman, telah mempunyai

2-4 daun dengan rata-rata tinggi tanaman 6,79 cm dengan keterangan pada bedeng

1 dari 11 tanaman ada 6 kurang subur, bedeng 2 dari 11 tanaman ada 1 kurang

subur, bedeng 3 dari 10 tanaman subur semua, bedeng 4 dari 9 tanaman subur

semua, bedeng 5 ada 9 tanaman subur semua, bedeng 6 ada 8 tanaman subur

semua, bedeng 7 dari 8 tanaman ada 3 tanaman kurang subur, bedeng 8 dari 7

tanaman subur semua, bedeng 9 dari 9 tanaman subur semua, bedeng 10 dari 8

tanaman subur semua, bedeng 11 dari 7 tanaman subur semua, bedeng 12 dari 10

tanaman subur semua, bedeng 13 dari 6 tanaman subur semua, bedeng 14 dari 8

tanaman subur semua dan bedeng ke 15 dari 8 tanaman subur semua.


61

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini antara lain sebagai berikut:

1. Lahan yaitu antara lain setiap tahapan persiapan lahan sebelum penanaman

yaitu pertama dilakukan dengan membersihkan lahan dari rumput atau gulma

yang ada di lahan tersebut, kemudian dilakukan penggemburan tanah dengan

menggunakn pacul, langkah selanjutnya dilakukan dengan pembuatan

bedengan dengan menggunkan sekop dengan tujuan dapat membantu tanah

dapat subur sehingga lahan tersebut siap di gunakan.

2. Kegiatan perkecambahan benih jagung manis dimulai dari kegiatan

perendaman biji jagung manis dengan air hangat kuku selama 8 jam atau lebih.

Air memegang peranan yang terpenting dalam proses perkecambahan biji.

Proses setelah perendamanya itu ditiriskan airnya, kemudian di tutup

menggunakan tissue. Jika benih telah berkecambah maka dipindahkan di

polybag atau gelas aqua. Pada lahan dilakukan pencampuran media tanah

dengan pupuk kendang.

3. Penanaman bibit dimulai dengan kegiatan menyiram tanah sebelum dilakukan

penanaman. Setelah itu dibuatkan lubang dan diberi pupuk (pupuk kandang

telah dicampur arang dan sekam) lalu dilakukan penanaman. Proses setelah

penanaman yaitu penyiraman tanaman dan seterusnya dilakukan penyiraman

setiap pagi dan sore. Jika bibit telah ditanam selanjutnya dibuatkan mulsa
62

diatas bedengan dan mengelilingi tanaman. Proses terakhir adalah pembuatan

pagar pada plot agar tanaman terlindungi dari hewan perusak tanaman.

4. Pemberian pupuk dilakukan pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya

terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fase

pertumbuhan. Berdasarkan hasil yang telah didapat ada 120 tanaman, telah

mempunyai 2-4 daun dengan rata-rata tinggi tanaman 6,79 cm dengan

keterangan pada bedeng 1 dari 11 tanaman ada 6 kurang subur, bedeng 2 dari

11 tanaman ada 1 kurang subur, bedeng 3 dari 10 tanaman subur semua,

bedeng 4 dari 9 tanaman subur semua, bedeng 5 ada 9 tanaman subur semua,

bedeng 6 ada 8 tanaman subur semua, bedeng 7 dari 8 tanaman ada 3 tanaman

kurang subur, bedeng 8 dari 7 tanaman subur semua, bedeng 9 dari 9 tanaman

subur semua, bedeng 10 dari 8 tanaman subur semua, bedeng 11 dari 7

tanaman subur semua, bedeng 12 dari 10 tanaman subur semua, bedeng 13

dari 6 tanaman subur semua, bedeng 14 dari 8 tanaman subur semua dan

bedeng ke 15 dari 8 tanaman subur semua.

5. Panen dilakukan pada saat rambut luar terlihat mongering, selain itu tongkol

jagung sudah mengeras saat dipegang dan keketatan kelobot. Jagung yamg

dipanen pada saat biji keriting umumnya dilakukan saat jagung sudah berumur

80-110 hari setelah tanam, atau saat umur sudah mencapai maksimum, dalam

hal ini melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran dapat di

artikan sebagai tindakan meliputi pemetikan hasil yang bertujuan menghasilkan

panen yang berkualitas. Modal awal yang dikeluarkan yaitu sebanyak Rp.

573.000 dan hasil keuntungan yang didapat yaitu Rp. 27.000. Berdasarkan
63

hasil analisis data yang telah dilakukan yaitu diperoleh hasil jumlah biomassa

serasah yaitu 0,18573 kg dan biomassa buah 0,134421 kg. Dengan membagi

BK (Berat Kering) dan BB (Berat Basah) kemudian dikalikan dengan total BB

(Berat Basah). Diperoleh kandungan karbon dari serasah sebesar 0,0928652 kg

dan buah sebesar 0,0744365 kg, dengan total karbon perplot yaitu 1,61817 ton

dan total karbon dalam suatu areal (seluruh plot) yaitu 0,220745 ton.

5.2 Saran

Saran yang diberikan pada praktikum ini yaitu dalam sebaiknya untuk

melakukan budidaya tanaman jagung manis dilakukan pada musim penghujan

kemudian dipilih varietas yang unggul agar dapat memberikan hasil yang baik.

Perlu diteliti jenis dan cara pemberian mulsa organik sehingga dapat

mempermudah dalam penyiangan dan dapat menghasilkan produk yang optimal.


64

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Y., M. Mukmin dan A. Brawijaya, 2021. Hidroponik skerwoll dan faedah
pekarangan rumah untuk pertanian dengan menerapkan konsep hidroponik
nyaman di hati dan kantong. Jurnal Qardhul Hasan; Media Pengabdian
kepada Masyarakat. 5(2):107-114.
Adi, A. N. I. Y. W., S. Widodo dan A. Nurwaskito, 2017. Analisis reklamasi
tambang batukapur di Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep Provinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Geo mine. 5(2).
Adi, I. G dan P. I. Nyoman, 2019. Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi
Sawah Melalui Pemupukam Kompos dan NPK. Jurnal Agrotrop. 9 (2):
178-187.
Adjria, T., I. Bempah dan W. K Tolinggi, 2014. Analisis implementasi kebijakan
pemerintah daerah terhadap penggunaan lahan sistem agroforestri di
Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango. AGRINESIA:
Jurnal Ilmiah Agribisnis. 4(2): 118-126.
Afifah, F.,A.,N, G.F., Indra, S.Trio dan Arief D, 2021. Identifikasi Perubahan
Penggunaan Lahan Agroforestri di Pulau Pahawang. Journal of Tropical
Marine Science. 4(1): 1-8.
Ahmad, Z., I. M. L. Aji dan H. Anwar, 2023. Pendugaan cadangan karbon pada
ruang terbuka hijau Kota Mataram. Journal of Forest Science Avicennia.
6.(2): 125-133.
Ai, N. S. dan P. Torey, 2013. Karakter morfologi akar sebagai indikator
kekurangan air pada tanaman (Root morphological characters as water-
deficit indicators in plants). Jurnal Bioslogos. 3(1): 31-39.
Alfiah, L.N., 2017. Pertumbuhan Semangka (Citrulus vulgaris Schard) dengan
Menggunakan Beberapa Jenis Pupuk Organik. Jurnal Sungkai. 5(1): 22-
31.
Amartani, K, 2019. Respon perkecambahan benih jagung (Zea mays. L) pada
kondisi cekaman garam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian. 3(1): 9-14.
Amin, A., B. R. Juanda dan M. Zaini, 2017. Pengaruh Konsentrasi dan Lama
Perendaman dalam ZPT Auksin terhadap Viabilitas Benih Semangka
(Citurullus lunatus) Kadaluarsa. Jurnal Penelitian Agrosamudra. 4(1):45-
57.
Andoko, A, 2013. Berkebun kelapa sawit si emas cair. Jurnal Agro Media.
4(1):163-170.
Anesa, D., R. Qurniati, Y. R. Fitriana, 2022. Budaya dan kearifan lokal dalam
pengelolaan lahan dengan pola agroforestri di kesatuan pengelolaan hutan
lindung batutegi provinsi lampung. Jurnal Hutan Tropis. 6(1): 26-37.
65

Angraeni, S. P, 2014. Luas persinggungan benih dan air tanah. Jurnal


Agroteknologi. 4(2): 1-10.
Anisa, R, 2018. Panen dan pascapanen padi, jadung dan kedelai. Jurnal Eugenia.
26(1):17-28.
Apriliani, I. N, 2022. Pengaruh kalium pada pertumbuhan dan hasil dua varietas
tanaman ubi jalar (Ipomea batatas (L.) Lamb). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian [JIMTANI]. 2(5): 148-157.
Arsela, Y, 2020. Analisis kepuasaan petani sayuran organik anggota gapoktan
bangkit merbabu dalam mengikuti program kemitraan usaha dengan PT
Bloom Agro (Doctoral dissertation, Program studi S1 Agribisnis
Departemen Pertanian).
Astuti, D. T., dan N. Herawati, 2021. Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Semangka
(Citrullus vulgaris Schard). Klorofil: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu
Pertanian. 15(1): 30-36.
Ayub, M. dan Y.S. Elfiana, 2014. Penggunaan Trichokompos Jerami Padi Dengan
Berbagai Stater Trichoderma Sp Untuk Pertumbuhan dan Mengendalikan
Penyakit Busuk Pelepah dan Blas Pada Padi Muda (Doctoral dissertation,
Riau University).
Azies, A. F., A. Budiyono dan A. Prasetyo, 2018. Peningkatan kualitas semangka
dengan zat pengatur tumbuh giberelin. agrineca. 18(2): 3-17.
Azri, S, 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Anatomi Fisiologi. 15(2) :
21-31.
Bahar, 2021. Standar Operasional Prosedur (SOP) Buncis. Kementerian Pertanian
Direktorat Jenderal Hortikultura Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat.
47- 8.
Budiadi, B, 2020. Pendugaan simpanan karbon pada kawasan rehabilitasi pesisir
selatan Pulau Jawa. Jurnal Ilmu Kehutanan, 14(1), 71-83.
Cahyanti, L.D. dan U. Etica, 2020. Pengaruh Metode Penanaman Lingkar Berjajar
Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata).
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 20(1):57-64.
Darmawan., Sufardi dan Bakhtiar, 2015. Serapan Hara dan Efisiensi Pemupukan
Phosfat serta Pertumbuhan Padi Varietas Lokal. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan. 1 (2) : 159-170.
Daryono., Y. Mujiwati., O.D. Masita dan M. Khuzaemi, 2020. Pembudidayaan
tanaman sayur dengan media tanam pada polybag dan pemanfaatan lahan
20 kosong. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 1(3): 259-264.
66

Dewanto, F. G., J. J. Londok, R. A. Tuturoong dan W. B. Kaunang, 2017.


Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan. Zootec. 32(5): 110-117.
Dwijoseputro, S, 2014. Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Tomat pada Tanah Aluvial. Jurnal Sains Pertanian
Equator. 6(2): 23-35.
Eliza, A, 2017. Analisis nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan
permukiman di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [skripsi]. Program
Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Erly, H., C. Wulandari, R. Safe', H. Kaskoyo, dan C. D. Winarno, 2019.
Keanekaragaman jenis dan simpanan karbon pohon di resort pemerihan,
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Sylva Lestari. 7(2): 139-
149.
Fadhillah, W. dan F.S. Harahap, 2020. Pengaruh Pemberian Solid (Tandan
Kosong Kelapa Sawit) dan Arang Sekam Padi terhadap Produksi Tanaman
Tomat. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 7(2): 299-304.
Fatah, S. dan B. M. Sutejo, 2015. Pengaruh komposisi media tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sambiloto (Andrographis paniculata,
Nees). Jurnal Embryo. 5(2): 133-148.
Fathilulliyana, F., 2020. Pemupukan Tembakau Bawah Naungan (TBN) Di PT
Perkebunan Nusantara X Kebun Ajong-Gayasan Jember. Politeknik
Negeri Jember.
Febriyono, R., Y.E. Susilowati dan A. Suprapto, 2017. Peningkatan Hasil
Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans, l.) Melalui Perlakuan Jarak
Tanam dan Jumlah Tanaman perlubang. Vigor: Jurnal Ilmu Pertanian
Tropika dan Subtropika. 2(1): 22-27.
Felania, C. S dan R. Soelistyono, 2019. Kajian Tinggi Bedengan dan Kerapatan
Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum
melongena L.). Jurnal Produksi Tanaman. 7(4) : 1278–1287.
Fermana, S., Jesica, E. Sadjati dan M. Ikhwan, 2019. Analisis biaya pemanenan
dan produktivitas produksi kayu ekaliptus (Studi Kasus: Hphti Pt. Pspi
Distrik Petapahan). Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan. 14(2): 38-55.
Firman, F., H. Hamma dan S. Syamsinar, 2017. IBM kelompok petani jagung di
Kabupaten Wajo. Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (SNP2M). 2(1): 213-216.
Fitriani, H. P dan S. Haryanti, 2016. Pengaruh Penggunaan Pupuk Nanosilika
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
var.Bulat. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. 24(1): 31-40.
67

Fitriani, S., S. Surya dan R. B. Hastuti, 2016. Pengaruh perbedaan konsentrasi


pupuk organik cair tehadap produksi bawang merah (Allium ascalonicum
L). Bioma : Berkala Ilmiah Biologi. 12(2): 44-48.
Fuads, B, 2017. Penyebab Penyakit layu pada tanaman semangka di Karawang,
Jawa Barat. West Java. 8(4): 89-96.
Gea, D. T. Y., Haryanti dan J. Ginting, 2018. Pengaruh suhu air dan lama
perendaman pada dua tingkat kematangan buah terhadap perkecambahan
benih sirsak (Annona muricata Linn). Jurnal Agroekoteknologi. 6(3): 501-
507.
Ginting, A.K. dan J. Moenandir. 2020. Pengaruh pengendalian gulma pada
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.). Jurnal Produksi
Tanaman. 8 (10):951-960.
Gunawan, I., 2014. Analisis Pendapatan Usaha Tani Semangka (Citrullus
vulgaris) di Desa Rambah Muda Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten
Rokan Hulu. Jurnal Sungkai. 2(1): 231-240.
Gunawan, I., 2014. Analisis pendapatan usahatani semangka (Citrullus Vulgaris)
di Desa Rambah Muda Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu.
Jurnal Sungkai. 2(1): 52-63.
Hadi, R. Y., Y. B. S. Heddy dan Y. Sugito, 2015. Pengaruh Jarak Tanam dan
Dosis Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Buncis (Phaseolus Vulgaris L.). Jurnal Produksi Tanaman. 3(4):
294-310.
Hadiwiyono, E.S., Indriyanto dan Surnayanti, 2018. Identifikasi jenis tanaman
hutan rakyat dan pemeliharaannya di Hutan Rakyat Desa Kelungu
Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus. Jurnal Sylva Lestari. 5(2)
: 63-77.

Hardiman T., T. Istami dan H. T. Sebayang, 2014. Pengaruh waktu penyiangan


gulma pada system tanam tumpangsarikacang tanahh (Arachis hypogae
L.) dengan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Jurnal Produksi
Tanaman. 2 (2) : 111-120.
Hariyanto, R. dan S. Khalimatus, 2018. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Dan
Hama pada Tanaman Tebu Menggunakan Metode Certainty Factor.
(JOINTECS) Journal of Information Technology and Computer Science.
3(1): 2541-3619
Hartanti, B., R Nafery dan A. P. Sari, 2017. Respon Tanaman Terong Ungu
(Solanum melongena L.) Akibat Pemberian Pupuk Organik Cair Mol Daun
Gamal (Gliricidia sepium Jacq.) (Kunth ex Walp.) Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil. Jurnal TriAgro. 3(1).
Hasyim, S. I, 2015. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Keseburan
Tanah. Jurnal Universitas Tukungagung Bonorowo. 1(1): 31-42.
68

Helviani, A. W. Juliatmaja, D. I. Bahari, Masitah dan Husnaeni, 2021.


Pemanfaatan dan optimalisasi lahan kering untuk pengembangan budidaya
tanaman palawija di Desa Puday Kecamatan Wongeduku Kabupaten
Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 2
(1):49-55
Henny, H. Y., Q. Rommy dan H. Rudi, 2017. Analisis finansial dan komposisi
tanaman dalam rangka persiapan pengajuan izin HKm. 3(1): 31-40.
Herlina, N. dan W. Fitriani, 2017. Pengaruh persentase pemangkasan daun dan
bunga jantan terhadap hasil tanaman jagung (Zea Mays L.). Jurnal
Biodjati. 2(2): 115-125.
Herliyana, R., B. Prakoso dan R. Naila, 2014. Peran Kelompok Wanita Tani
dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Budidaya Tanaman
Sayuran Organik. Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP). 7(1): 145-156.
Idjudin, A. A., 2014. Peranan konservasi lahan dalam pengelolan perkebunan.
Jurnal Academia. 2(1): 43 – 54.
Imansari, F. dan S. Haryanti, 2017. Pengaruh konsentrasi HCL terhadap laju
perkecambahan biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.). Buletin Anatomi
dan Fisiologi. 2(2): 187-192.
Irmawati, D., S. Faiza., D. Ireng dan I. Satriyas, 2018. Pengaruh suhu dan
perkecambahan terhadap vabilitas dan vigor benih purwoceng untuk
menentukan metode pengujian benih. Jurnal Buletin Littro. 25 (1) : 45-52.
Irsyandi, A., Darwis, S. Alam, 2022. Dynamics of soil characteristics of old and
new field rice: their effect on water use efficiency and rice production in
Lambandia. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Inovasi dan
Penyuluhan Kolaboratif. 475-482.
Ishak, W, 2017. Pupuk Organik Sebagai Produk Unggulan Bumdes Mitra Usaha
Desa Banjar Rejo kecamatan Belitang Jaya Ogan Komering Ulu Timur.
Jurnal Inovasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 1 (1): 7-12.
Jailani, J., 2022. Pengaruh pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan
tanaman tomat (Licopersicum esculentum Mill). Serambi Saintia: Jurnal
Sains dan Aplikasi. 10(1): 1-8.
Januariska, E., 2018. Efek residu berbagai biochar dan pupuk majemuk npk
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.). Diss.
Universitas Mataram.
Japar, K., U. Hasanah dan M. R. C. Toana, 2023. Identifikasi Sifat Fisika Tanah
dan Status Sodium pada Lahan Mina Padi di Desa Sidondo I Kecamatan
Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Jurnal Agrotekbis. 11(1): 95-103.
Jeksen. J., 2021. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus Vulgaris.).
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 7(6): 116-122.
69

Kabelwa, S. dan M.H. Soekamto, 2017. Pengaruhair kelapa terhadap


perkecambahan benih kedelai (Glycine max (L) Merr. Jurnal Median.
9(2): 9-19.
Kalasari, R., S. Syafrullah, D. T. Astuti dan N. Herawati, 2021. Pengaruh
Pemberian Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa
Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard). Klorofil: Jurnal
Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian.15(1): 30-36.
Kantikowati, E. dan I.H. Khotimah, 2022. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis
(Zea mays saccharata sturt) Varietas Paragon Akibat Perlakuan Jarak
Tanam dan Jumlah Benih. Jurnal Ilmiah Pertanian. 4(2): 43-56.
Kantikowati, E., dan I. H. Khotimah, 2022. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis
(Zea Mays Saccharata Sturt) Varietas Paragon Akibat Perlakuan Jarak
Tanam dan Jumlah Benih. Agro tatanen| Jurnal Ilmiah Pertanian. 4(2): 1-
10.
Karoba, F., Suryani dan R. Nurjasmi, 2015. Pengaruh perbedaan ph terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman Kailan (Brassica oleraceae) sistem
hidroponik NFT (Nutrient Film Tecnique). Jurnal Ilmiah Respati
Pertanian. 7(2): 529-534.
Khair., M. Hadriman., S. Pasaribu dan E. Suprapto, 2013. Respon Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk
Kandang Ayam Dan Pupuk Organik Cair Plus. Jurnal Ilmu
Pertanian.18(1): 120-127.
Khairi, S. F., 2014. Pengaruh penggunaan mesin akselerator terhadap
perkecambahan benih terong (Solanum melongena L.) varietas f1 hitavi.
Jurnal Agroteknologi Merdeka Pasuruan. 4(2): 12-25.
Kilkoda, A. K., T. Nurmala dan D. Widayat, 2015. Pengaruh keberadaan gulma
(Ageratum conyzoides dan Boreria alata) terhadap pertumbuhan dan hasil
tiga ukuran varietas kedelai (Glycine max L. Merr) pada percobaan pot
bertingkat. Jurnal Kultivasi. 14 (2).
Kurniawati, H. Y., A. Karyanto dan Rugayah, 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik Cair Dan Dosis Pupuk NPK (15: 15: 15) Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Agrotek
Tropika 3.(1).
Kusnadi, H., A. Ishak dan J. Firison, 2022. Evaluasi Teknis Budidaya Rumput
Gajah Mini Di Kabupaten Bengkulu Selatan (Kasus Desa Gunung Kayo,
Kecamatan Bunga Mas). Jurnal Peternakan Silampari (JPS) Issn. 11(2):
49-56.
Kusuma, M. E, 2014. Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Terhadap
Pemberian Pupuk Majemuk. Jurnal Ilmu Hewani Tropika (journal of
tropical animal science). 3(1): 6-11.
70

Kuswanto, Ir., 2019. Petunjuk pemupukan yang efektif. PT. Agro . Media
Pustaka. Jakarta.
Latifa, R.Y., M. Dawam dan E. Widyanto, 2015. Pengaruh pengendalian gulma
terhadap tanaman kedelai (Glycine max (L.) merril) pada sistem olah
tanah. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (4):311-20.
Lestari, I. A., A. Rahayu dan Y. Mulyaningsih, 2017. Pertumbuhan dan produksi
tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada berbagai media tanam dan
konsentrasi nutrisi pada sistem hidroponik Nutrient Film Technique
(NFT). Jurnal Agronida. 8(1): 31-39.
Maftuah, E., dan A. Hayati, 2019.Pengaruh persiapan lahan dan penataan lahan
terhadap sifat tanah, pertumbuhan dan hasil cabai merah (Capsicum
annum) di lahan Gambut. Jurnal Hortikultura Indonesia. 10(2): 02-111.
Maftuah, E., dan A. Hayati. 2019. Pengaruh persiapan lahan dan penataan lahan
terhadap sifat tanah, pertumbuhan dan hasil cabai merah (Capsicum
annum) di lahan Gambut. Jurnal Hortikultura Indonesia. 10(2): 02-111.
Makhliza, T., A. R. Noor dan M. Elma, 2014. Pembuatan Pupuk Organik Cair
Dari Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Bioaktivator EM4
(Effective microorganisms). Konversi. 5(2): 44-51.
Mamang, K.I. I. Umarie dan H. Hasbi, 2017. Pengaplikasian berbagai macam
pupuk azolla (Azolla Microphyla) dan interval waktu aplikasi terhadap
pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine Max (l) merill). Jurnal
Agritrop. 15(1): 25-43.
Mansyur, N. I., E. H. Pudjiwati dan A. Murtilaksono, 2021. Pupuk dan
Pemupukan. Syiah Kuala University Press
Marcos, H. dan H. Muzaki, 2022. Monitoring suhu udara dan kelembaban tanah
pada budidaya tanaman papaya. Jurnal Teknologi dan Sistem Pertanam.
3(2): 32-43.
Marina, I dan A.H. Dharmawan, 2013. Analisis konflik sumberdaya hutan di
kawasan konservasi. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan
Ekologi Manusia. 5(1): 90-96.
Marsono, A, 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum MiII). Jurnal Pendidikan
Biologi. 1 (1): 1-3.
Mashud, N., Maliangkay dan M. Nur, 2013. Pengaruh Pemupukan Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Aren Belum Menghasilkan. Jurnal B.
Palma. 14 (1): 13-19.
Megantara, F. S. dan N. W. Prasodjo, 2021. Analisis Gender Pada Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Petani Agroforestri. Jurnal Sains Komunikasi Dan
Pengembangan Masyarakat [JSKPM]. 5(4): 577-596.
71

Megantara, F. S. dan N. W. Prasodjo. 2022. Analisis Gender Pada Ketahanan


Pangan Rumah Tangga Petani Agroforestri. Jurnal Sains Komunikasi Dan
Pengembangan Masyarakat [JSKPM]. 5(4): 577-596.
Mohanty, S.K., dan G Filipovski, 2018. Fertility potential classification of rice
growing soils using principipal component analysis. Journal Indian Soc.
Soil Sci. 30 (3) : 312-319.
Mokolensang, V. M., T. T. Arsjad dan G. Y. Malingkas, 2021. Analisis rencana
anggaran biaya pada proyek pembangunan rumah susun Papua 1 di distrik
muara tami Kota Jayapura Provinsi Papua. Jurnal Sipil Statik. 9(4): 619-
624.
Muaz, H. K., E. Safriyani dan S. Bahri, 2020. Pemberian Pupuk Organik dan
Pupuk NPK pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt).
Klorofil: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian. 11(1): 1-6.
Mubarok, R., H. Widyasamratri dan S. P. Budi, 2020. Analisis Perubahan Lahan.
Jurnal Kajian Ruang. 2(2): 1-10.
Murtiningrum, F. 2019. Perencanaan Pengembangan Kawasan Kopi di Kabupaten
Rejang Lebong, Provinsi Jambi. Jurnal Agro Bali. 2(2): 121-129.
Nasution, A. dan S. Sudiarti, 2023. Analisis Pengaruh Taksasi Penjualan Bibit
Kelapa Sawit pada Daerah di Kebun Lingkup Unit Marihat Tahun 2021-
2023. JIKEM: Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen. 3(2),
6105-6109.
Natanel, M. Nanang dan A. Rahman, 2023. Pemanfaatan Lahan Gambut
Masyarakat Desa Pagar Kecamatan Sembakung Kabupaten Nunukan.
Jurnal Pembangunan Sosial. 11(1): 200-217.
Nath, F, 2013. Pengaruh Penambahan Effective Microorganisms Pada Limbah
Cair Industri Perikanan Terhadap Kualitas Pupuk Cair Organik. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 1 (1): 7-11.
Noviarini, M., N. N. Subadiyasa dan I. N. Dibia, 2018. Produksi dan mutujagung
manis (zea mays saccharatasturt.) Akibat pemupukan kimia, organik,
mineral, dan kombinasinya pada tanah inceptisol kebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Jurnal Agroekoteknologi
Tropika. 7(2): 242-253.
Novita, D., L.A. Sari dan D. Hendrawan, 2020. Persepsi dan tingkat kepuasan
petani dalam penggunaan benih padi bersertifikasi di Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Agribisnis Sumatera Utara. 13(2): 136-
143.
Nuro, F., P. Dody dan S. M. Enung, 2016. Efek Pupuk Organik Terhadap Sifat
Kimia Tanah dan Produksi Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.)
Prosiding. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurpilihan, P. dan N. A. Jariyah, 2017. Analisis Finansial Pengelolaan
Agroforestri Dengan Pola Aengon Kapulaga di Desa Tirip, Kecamatan
72

Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Jurnal Penelitian Sosial dan


Ekonomi Kehutanan. 7(2):93-100.
Nurpilihan, P. dan N.A. Jariyah, 2017. Analisis Finansial Pengelolaan
Agroforestri Dengan Pola Aengon Kapulaga di Desa Tirip, Kecamatan
Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Jurnal Penelitian Sosial dan
Ekonomi Kehutanan. 7(2):93-100.
Nuryadin, A. K., E. Suprapti dan A. Budiyono, 2016. Pengaruh jarak tanam dan
dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (zea mays
saccharata, sturt). Jurnal Agrineca. 16(2): 12-23.
Parmila, P., J.H. Purba dan L.Suprami, 2019. Pengaruh Dosis Pupuk Petroganik
dan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Semangka (Citrulus
vulgaris). Agro Bali:Agricultural Journal 2(1): 37-45.
Pasir, S. dan M. S. Hakim, 2014. Penyuluhan penanaman sayuran dengan media
polybag. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship (AJIE). 3(03):
159-163.
Permana, R, 2019. Kearifan Lokal Pengolahan Lahan Pertanian Sistem Huma
Tadah Hujan Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar. Jurnal Komunikasi &
Desain Visual, 1(1), 69-76.
Purbasari, K, 2018. Variasi morfologi rambutan (Nephelium Lappaceum L.)
berdasarkan ketinggian tempat di Kabupaten Ngawi. Widya Warta: Jurnal
Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. 42(2): 217-231.
Purnawati, A., S. Gitosaputro dan B. Viantimala, 2015. Tingkat penerapan
teknologi budidaya sayuran organik di Kelurahan Karangrejo Kecamatan
Metro Utara Kota Metro. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 3(2): 173-178.
Purwantoro, A. danYudono, P, 2021. Studi aspek fisiologis dan biokimia
perkecambahan benih jagung (Zea mays L.) pada umur penyimpanan
benih yang berbeda. Jurnal Vegetalika. 1(3): 120-130.
Puspitojati, Triyono, 2021. Persoalan definisi hutan dan hasil hutan dalam
hubungannya dengan pengembangan HHBK melalui hutan
tanaman. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 8(3): 210-227.
Putra, R.P. 2020. Perkecambahan dan pertumbuhan awal budset dan budchip tebu
(Saccharum officinarum L.) yang ditanam pada berbagai posisi mata
tunas. Jurnal Agrotek Tropika. 8(3): 435-444.
Rachman, A., A. Dariah dan E. Husein, 2013. Olah tanah konservasi. Jurnal
Tanah Konservasi. 1 (1) : 22 - 34
Rahman, B., A. Pratiwi, dan S. F. Sa’idah, 2020. Studi Literatur: Peran
Masyarakat terhadap Konservasi Hutan. Jurnal Pondasi. 25(1): 50-62.
Rahmania dan Nahlunnisa, 2020. Keanekaragaman tumbuhan obat di Hutan Pau
Desa Weluk Praimemang Kabupaten Sumba Tengah. Jurnal Inovasi
Penelitian. 3(12): 8031-8036.
73

Ramli, M. B., I. Mariyono dan I. Junaidi, 2015. Respon produktivitas tanaman


terong ungu (Solanum melongena L.) terhadap pemberian pupuk urea.
Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional. 1(1) : 1-10.
Rizaldi, 2016. Unjuk kerja mesin pemotong padi (paddy mower) saat pemanenan
padi (Oryza sativa L.) di lahan basah. Jurnal Teknik Pertanian Lampung.
7(2): 97-105.
Rofiah, S. A., S. R. Hikamah dan H. Hasbiyati, 2022. Efektivitas Bokashi
Fermentasi Feses Ayam untuk Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea
mays saccharata Sturt). Jurnal Bioshell. 11(1): 32-40.
Rohaniatun, A. M. Oklima dan I. W. Ayu, 2021. Pengaruh biochar sekampadi dan
pupuk silikat cair terhadap tanaman jagung manis (zea mays
saccharatasturt.l) dilahan kering. Jurnal Agroteknologi. 1(1): 1-11.
Romdyah, N. L., Indriyanto dan Duryat, 2017. Skartifikasi dengan perendaman air
panas dan air kelapa muda terhadap perkecambahan benih Saga
(Adenantherapavonina L.). Jurnal Sylva Lestari. 5(3): 58-65.
Roslinda, E., F. Diba dan H. Prayogo, 2022. Pelatihan pembibitan secara generatif
dan vegetatif bagi petani di Kelurahan Setapuk Besar, Kota
Singkawang. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat.
8(2): 212-219.
Rustiana, R., Suwardji dan A. Suriadi, 2021. Pengelolaan Unsur Hara Terpadu
Dalam Budidaya Tanaman Porang. Jurnal Agrotek Ummat 8(2): 99-109.
Ruwayari, D. K. H., V. A. Kumurur dan F. Mastutie, 2020. Analisis daya dukung
dan daya tampung lahan di pulau bunaken. Jurnal Spasial. 7(1): 94-103.
Safitri, L. S, 2015. Analisis pendapatan usahatani Kubis Bunga Di Desa
Gandasari, Kecamatan Cikaum, Kabupaten Subang. Jurnal Agrorektan.
2(1): 30-30.
Saharjo, B. H, 2015. Acacia mangium amankah dari gangguan. Rimba Indonesia.
12(3) 40-50.
Saijo, 2020. Teknologi peningkatan kualitas hasil panen jagung(Zea mays L.) di
lahan berpasir. Jurnal Planta Simbiosa. 4(2): 1-18.
Samosir, Irawati dan Z. Yamani, 2021. Analisis pengelolaan agroforestri
tradisional pada masyarakat desa paraduan kecamatan ronggurnihuta
kabupaten samosir. Jurnal Sylva Scienteae. 4(2): 300-307.
Samosir, Irawati dan Z. Yamani, 2021. Analisis pengelolaan agroforestri
tradisional pada masyarakat desa paraduan kecamatan ronggurnihuta
kabupaten samosir. Jurnal Sylva Scienteae. 4(2): 300-307.
Sanudin dan D. Priambodo, 2013. Analisis sistem dalam pengelolaan hutan rakyat
agroforestry di hulu DAS Citanduy: kasus di Desa Sukamaju,
Ciamis. Pertanian Tropik. 1(1): 156-162.
74

Sari, N.P., T.I. Santoso dan S. Mawardi, 2013. Sebaran tingkat kesuburan tanah
pada perkebunan rakyat kopi Arabika di dataran tinggi Ijen-Raung
menurut ketinggian tempat dan tanaman penaung. Pelita Perkebunan.
29(2): 93-107.
Sebayang, S. A, 2018. Analisis structural equation modelling (semangka)
terhadap alih fungsi lahan pertanian dan kesejahteraan ekonomi
masyarakat. At-tijaroh: Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis Islam. 4(2):
169-184.
Seni, K., 2013. Kesiapan teknologi panen dan pascapanen padi dalam menekan
kehilangan hasil dan meningkatkan mutu beras. Jurnal Litbang Pertanian.
31(2):58-67.
Setiawan, M. A., U. Husain dan Hamzari, 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea
Terhadap Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis L.f) pada Lahan
Bekas Tambang Poboya. Jurnal Warta Rimba. 7 (1): 39-46.
Setiawan, M.B., I. Mariyono dan I. Junaidi, 2021. Respon produktivitas tanaman
terongungu (Solanum melongena L.) terhadap pemberian pupuk urea.
Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional. 1(1): 1-10.
Sifaunajah, A., M.R. Iskandar dan Q. Afifudin, 2021. Optimalisasi Lahan Kosong
untuk Penunjang Pangan Harian. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 2(1): 1-
3.
Siregar, M., 2018. Potensi pemanfaatan jenis media tanam terhadap
perkecambahan beberapa varietas cabai merah (Capsicum annum
L.). Jurnal Jasa Padi. 3(1): 11-14.
Sofyan, E.T., Y. Machmud dan H. Yeni, 2019. Penyerapan Unsur Hara N, P Dan
K Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Akibat Aplikasi
Pupuk Urea, Sp-36, Kcl Dan Pupuk Hayati Pada Fluventic Eutrudepts
Asal Jatinangor. Jurnal Agrotek Indonesia. 4(1): 1-7
Solle, H.R.L., M. Nitsae danM.E.S. Ledo, 2019. Pengaruh pupuk organic cair
(POC) terhadap perkecambahan cendana (Santalum album L.) secara in
vitro di Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati. 110 – 115.
Subantoro, R., 2014. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap respon fisiologis
perkecambahan benih kacang tanah (Arachis hypogaea L). Jurnal
Mediagro. 10(2): 32-44.
Subardja, V., 2017. Karakteristik Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis Dilahan
Marginal dengan Dosis Pemupukan N Yang Berbeda. Jurnal Agrotek
Indonesia. 2(1): 7-12.
Sudjadi., S. Yati dan R. Erlina, 2014. Kajian Penggunaan Pupuk Organik Oleh
Petani di Kabupaten Bogor. Jurnal Agrosains dan Teknologi. 1 (2): 23-30.
Sujarwadi, H., B.S Daryono., H. Hanini dan Supriyadi, 2020. Pengembangan
Benih Unggul Semangka Citra Jingga melalui Teknik Kastrasi dan
75

Polinasi di Desa Depokrejo, Purworejo, Jawa Tengah. Jurnal Pengabdian


kepada Masyarakat. 6(2): 129 – 135.
Sundari, E. T., Muchtolifah dan A. F. Utami, 2022. Strategi Pengembangan
Potensi Desa Wisata Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Di Kelurahan
Bringin, Surabaya. Jumat Ekonomi: Jurnal Pengabdian Masyarakat. 3(2):
117-125.
Supyandi dan Rahmi, 2023. Pengaruh pemberian pupuk organik cair (poc nasa)
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa
L.). AGROTEKBIS: E-Jurnal Ilmu Pertanian. 11(4): 989-998.
Suryanto, H, 2013. Pengaruh beberapa perlakuan penyimpanan terhadap
perkecambahan benih Suren (toona sureni) (effects of storage of suren
(toona sureni) seeds on germination). Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea. 2(1): 26-40.
Syahrantau, G. dan Rano, 2017. Analisis perbandingan penerapan dan non
penerapanterhadap teknologi sapta usahatani padi di Kelurahan Kempas
Jaya Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Agribisnis.
6(2): 1-15.
Syam, N., S.Suriyanti dan L.H. Killian, 2017. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan
Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Seledri (Apium graveolus
L.). Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian. 1(2): 43-53.
Syamsiyah, K. N dan L. S. Wicaksono, 2023. Evaluasi retensi hara pada lahan
padi di kabupaten pamekasan. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.
10(1): 175-184.
Tamin, R. P. dan R. A. Anggraini, 2017. Keanekaragaman Jenis Pohon Pada Tipe
Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah di Hutan Kampus
Universitas Jambi Mendalo. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas
Jambi (JIITUJ): 1(1): 85-92.
Tanjung, S.A danR.R. Lahay, 2017. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman
asam sulfat terhadap perkecambahan biji aren (Arenga pinnata
Merr.). Jurnal Online Agroekoteknologi. 5(2): 396 – 408.
Tasfa M.B.S., M.I. Mariyono dan I. Junaidi, 2016. Respon Produktivitas Tanaman
Terong Ungu (Solanum melongena L.) Terhadap Pemberian Pupuk Urea.
Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional. 1(1) : 1-10.
Teapon, A. dan R. Hadun, 2014. Evaluasi status kesuburan kimia tanah pada
beberapa subgroup tanah di kecamatan tidore timur.1(3): 7-15.
Tidore, A., H. D. Walangitan dan M. A. Langi, 2020. Jurnal
evaluasi prestasi kerja penanaman pada proyek rehabilitasi
daerah aliran sungai berdasarkan tipe tutupan lahan
(Studi Kasus Proyek Rehabilitasi DAS PT. J Resources Bolaang
Mongondow). 1(1):1-11.
76

Tobing, R., 2019. Respon pupuk organik dan pupuk anorganik terhadap
pertumbuhan dan produktivitas buah naga. Jurnal Pertanian Agros. 20 (1):
1-9.
Tokoro, E. L., 2021. Desain alatpenanamJagung manual di Kampung Kali Semen
DistrikNabire Barat KabupatenNabire. Jurnal Teknologi dan Rekayasa.
6(2): 40-49.
Uminawar, U., H. Umar dan R. Rahmawati, 2013. Pertumbuhan Semai Nyatoh
(Palaquium sp.) pada Berbagai Perbandingan Media dan Konsentrasi
Pupuk Organik Cair di Persemaian. Jurnal Warta Rimba. 1(1): 1-9.
Untung, K., 2013. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (Edisi Kedua). Cetakan
Keenam. Gadjah Mada University Press.
Usodri, K. S., B. Utoyo., D. P. Widiyani dan J. Saputri, 2022. Respon
pertumbuhan bibit kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) Abnormal akibat
terserang penyakit bercak daun setelah aplikasi pemupukan di main-
nursery. Jurnal Agrotek Tropika. 10(2): 203-209.
Wahyono, S., I. F. L. Sahwan dan F. Suryanto, 2021. Membuat Pupuk Organik
Granul dari Aneka Limbah. Agromedia. 3(6): 117-127.
Wahyudin, A., D. Widayat dan A. Hafiz, 2018. Respons tanaman jagung (Zea
mays L.) hibrida terhadap aplikasi paraquat pada lahan tanpa olah tanah
(TOT). Jurnal Kultivasi. 17(3): 738-743.
Wardhana, S., Wijaya, R. dan E. Adelina, 2016. Respons pertumbuhan bibit kopi
arabika terhadap pemberian ekstrak bawang merah (Allium cepa L.).
Agrotekbis: E-Jurnal Ilmu Pertanian. 11(1): 258-264.
Warintan, S. E., Purwaningsih dan Noviyanti, 2021. Pupuk Organik Cair
Berbahan Dasar Limbah Ternak Untuk Tanaman Sayuran. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. 5 (6): 1465-1471.
Wasis, H. dan A. Sandrasari, 2014. Perilaku dalam Pengelolaan Lahan Pertanian
di Kawasan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Hulu Kabupaten
Karanganyar. Journal of Agriculture and Human Resource Development
Studies. 2(1): 25-34.
Wijayanto, H., S. Anantayu dan A. Agung, 2021. PerilakudalamPengelolaan
Lahan Pertanian di Kawasan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Hulu Kabupaten Karanganyar. Journal of Agriculture and Human
Resource Development Studies. 2(1): 25-34.
Wijayanto, H., S. Anantayu dan A. Wibowo, 2021. Perilaku dalam pengelolaan
lahan pertanian di kawasan konservasi daerah aliran sungai (DAS) hulu
Kabupaten Karanganyar. AgriHumanis: Journal of Agriculture and
Human Resource Development Studies. 2(1): 25-34.
Wilda, R., B. Prakoso da R. Naila, 2017. Peran Kelompok Wanita Tani dalam
Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Budidaya Tanaman Sayuran
Organik. Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP). 7(1): 145-156.
77

Wulandari, A. A., 2012. Budidaya tanaman buah semangka (Citrullus lanatus)


magang mahasiswa di pusat pendidikan dan pelatihan pembangunan
masyarakat desa oisca (organization for industrial spritual and cultural
advancement) Karanganyar.
Yafizham, S. A., 2019. Penerapan teknologi tepat guna (penanam hidroponik
menggunakan media tanam) bagi masyarakat Sosrowijayan Yogyakarta.
Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat.
2(3): 425-430.
Yahya, N., A. D. Serdani, P. Puspitorini, 2023. Pengaruh jenis media tanam dan
pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit
(Capsicum frutescens L.) Seminar Nasional Peran Petani Milenial dalam
Pembangunan Pertanian Menuju Kedaulatan Pangan Berkelanjutan. 50-58.
Yoandari, R.R. Lahay dan N. Rahmawati, 2017. Respons pertumbuhan dan
produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) terhadap tinggi bedengan dan
dosis pupuk kandang ayam. Jurnal Agroekoteknologi FP USU. 5(1): 33-
41.
Yulius, R., 2013. Nilai ekonomi total konversi lahan pertanian di Kabupaten
Sleman. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 20(1): 35-48.
Zhou, A. D., F. H. Kuswanta dan U. Muhajir, 2013. Pengaruh Pemupukan
Nitrogen Dan Sistem Olah Tanah Jangka Panjang Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.) Tahun ke-27 di Lahan
Politeknik Negeri Lampung. Jurnal Agrotek Tropika. 4 (1): 36-42.
Zuhair, M., A. Husain dan A. N. Muttaqin, 2018. Pengembangan desain kontruksi
mesin pemanen padi menggunakan pemotong ripper. Diss. Politeknik
Negeri Ujung Pandang.

Anda mungkin juga menyukai