Anda di halaman 1dari 3

Nama : Niken Ayu Restiana

NIM : 119220012

Motivasi Petani Mempertahankan Lahan Pertanian Tanaman Jagung


(Studi Kasus: Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan)

1.1 Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah.
Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki iklim tropis yang terletak di garis
khatulistiwa sehingga menjadikan Indonesia memiliki potensi di bidang agrikultur atau sektor
pertanian (Wibowo, 2018). Lahan pertanian merupakan sumber pendapatan bagi petani dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang didapat dari hasil usaha tani (Aprildahani et al., 2018). Salah
satu komoditas pertanian yang strategis yaitu tanaman jagung, dimana jagung memiliki potensi
dalam mendukung ketahanan pangan. Dilihat dari ketahanan pangan, jagung dapat dikonsumsi
langsung untuk dimanfaatkan sebagai makanan pokok masyarakat (selain beras), maupun
sebagai bahan produk olahan pangan (Ariani & Pasandran, 2005). Tanaman jagung sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, tanaman jagung menempati
posisi kedua sebagai tanaman pangan terpenting setelah padi (Rangkuti et al., 2014).

Keberlanjutan fungsi pertanian terancam dengan makin maraknya alih fungsi lahan
pertanian ke non-pertanian. Alih fungsi sawah ke penggunaan lain telah menjadi ancaman
serius terhadap keberlanjutan swasembada pangan. Konversi lahan pertanian menjadi salah
satu sumber penyebab krisis pangan dalam satu dekade ke depan kalau tidak dipikirkan solusi
yang tepat (Handoyo, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan adalah usia,
pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan (Riantini, 2022). Menurut Dewi dan Sarjana
(2015) faktor utama yang mempengaruhi alih fungsi lahan yaitu terletak pada faktor ekonomi,
diantaranya yaitu rendahnya pendapatan usaha tani karena kalah bersaing dengan sektor yang
lain, terutama non pertanian seperti usaha industri dan perumahan. Rendahnya penghasilan dari
sektor tani mengakibatkan pemilik lahan sebagai pelaku alih fungsi lahan pertanian, sering
berusaha memperoleh penghasilan dari sektor lain. Adanya peningkatan kebutuhan akan
permukiman mengakibatkan permintaan lahan juga terus meningkat. Hal ini mengakibatkan
harga jual lahan semakin tinggi dan menjadi daya tarik bagi pemilik lahan untuk menjual lahan
miliknya.

Aktivitas pada konversi lahan menimbulkan dampak negatif, sehingga pemerintah


memiliki kewajiban untuk menekan laju konversi lahan. Salah satu langkah yang dilakukan
adalah dengan menerbitkan Undang-Undang No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan (Prasada & Priyanto, 2019). Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara
konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
pangan nasional (UU No. 41, 2009). Penerapan kebijakan LP2B bertujuan untuk
mempertahankan lahan pertanian pada suatu daerah dan menghindari terjadinya alih fungsi
lahan ke sektor non-pertanian sebagai upaya mempertahankan ketahanan pangan (Hidayah, et
all, 2022). Apabila terjadi peningkatan pada produksi tanaman pangan tentunya akan
memberikan dampak positif bagi daerah karena dapat meningkatkan nilai pendapatan domestik
regional bruto (PDRB) daerah. Sisi lain dari tujuan implementasi LP2B masih terdapat
beberapa kontra, dikarenakan penetapan LP2B dapat mengganggu pertumbuhan investasi di
daerah dan mengurangi potensi penerimaan daerah dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Tidak ada sanksi untuk daerah yang tidak menetapkan LP2B, kemudian pemerintah daerah
harus memberi anggaran sebagai insentif bagi petani yang menerapkan program LP2B. Faktor
tersebut yang membuat sebagian besar pemerintah daerah enggan untuk memuat data dan
informasi spasial dari letak bidang tanah yang kemudian ditetapkan menjadi LP2B (Bappenas,
2016).

Lahan pertanian tentunya akan memberikan manfaat baik secara ekonomi, lingkungan
maupun budaya. Ditinjau dari segi ekonomi memberikan kontribusi dalam pengembangan
pangan, tenaga kerja,sektor pertanian juga menyediakan pasar bagi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor non-pertanian (Zamroni, 2010). Manfaat bagi lingkungan dimana suhu
tanah dapat meningkatkan kehidupan tanah dan pertumbuhan tanaman (Lumbanraja, 2013).
Selain itu lahan pertanian juga memberikan manfaat dari segi budaya dapat membentuk budaya
mandiri dalam membuat pupuk organik, adanya pemanfaatan sampah, terbentuknya pertanian
terintegrasi dalam masyarakat dengan kesadaran untuk melestarikan lingkungan dengan
mengendalikan pemanasan global melalui aktivitas pertanian (Zamroni, 2010).

Kesejahteraan petani ditentukan oleh struktur kepemilikan dan penguasaan lahan.


Pengelolaan lahan pertanian yang baik juga dapat memberikan kesejahteraan bagi petani itu
sendiri (Kusdiane, 2018). Pengolahan lahan pertanian merupakan semua tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada lahan dalam menjaga dan meningkatkan produktivitas lahan
dengan mempertimbangkan kelestarian (Yetro & Koyoga, 2014). Hal ini juga berlaku pada
petani yang ada di Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan. Pada tahun 2018 produksi jagung
menunjukkan angka sebesar 50.135 ton dengan luas panen 9.004 Ha, pada tahun 2020 produksi
jagung di Kecamatan Jati Agung menunjukkan angka sebesar 55.463 ton dengan luas panen
sebesar 8.752 Ha (BPS Lampung Selatan, 2021). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
produksi jagung pada Kecamatan Jati Agung. Produktivitas jagung yang mengalami
peningkatan pada tiap tahunnya jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan hasil pendapatan
usaha tani tersebut dan dapat mensejahterakan petani Kecamatan Jati Agung.

Adanya manfaat dan potensi pengelolaan yang baik dengan luas lahan yang memadai
pada tanaman jagung dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di Kecamatan
Jati Agung. Namun, pada kenyataannya Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu daerah
yang melakukan aktivitas alih fungsi lahan pertanian dimana terjadi penyusutan sebesar -0.02%
atau sebesar 941,18 Ha pertahunnya. Berdasarkan hal tersebut sebagai rujukan untuk
mengetahui motivasi petani mempertahankan lahan pertanian tanaman jagung di Kecamatan
Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Lampung Selatan sebagai daerah penghasil tanaman pangan jagung yang tinggi dengan luas
lahan yang memadai. Namun jika dilihat pada fakta di lapangan, lahan pertanian di Kecamatan
Jati Agung ini masih terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke lahan non pertanian untuk
memenuhi kebutuhan industri, pengembangan wilayah, dan sebagai lahan pemukiman.
Luas lahan pertanian sering kali mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan banyaknya
alih fungsi lahan pertanian yang terjadi. Semakin berkurangnya lahan pertanian maka akan
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan dapat menyebabkan
produktivitas Jagung di Kecamatan Jati Agung menjadi turun sehingga berpengaruh pada
penyediaaan tanaman pangan lokal maupun nasional. Motivasi petani dalam mempertahankan
lahan pertanian tanaman jagung perlu ditingkatkan dimana tanaman jagung merupakan
tanaman pangan kedua setelah padi dan merupakan komoditas utama yang ada di Kecamatan
Jati Agung.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah kondisi alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Jati Agung?
2. Bagaimanakah kondisi pertanian di Kecamatan Jati Agung berdasarkan persepsi
masyarakat?
2. Bagaimanakah motivasi petani dalam mempertahankan lahan pertanian tanaman
padi?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah:


1. Mengetahui kondisi alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Jati Agung
2. Mengetahui kondisi variabel-varabel pertanian di Kecamatan Metro Utara
berdasarkan persepsi petani.
3. Mengetahui variabel-variabel pertanian yang mempengaruhi motivasi petani dalam
mempertahankan lahan pertanian tanaman padi.

1.5 Sasaran

Berdasarkan tujuan di atas, adapun sasaran dalam penelitian ini adalah:


1. Mengidentifikasi kondisi alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Jati Agung
2. Mengidentifikasi kondisi sektor pertanian tanaman jagung di Kecamatan Jati
Agung, Kabupaten Lampung Selatan
3. Mengidentifikasi motivasi petani mempertahankan lahan pertanian tanaman jagung
di Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

Anda mungkin juga menyukai