Anda di halaman 1dari 37

PL 3205 PERENCANAAN PERDESAAN

PEMBANGUNAN DESA MELALUI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI DESA


KARANGSARI, KECAMATAN PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Grace Debora Fralisia 119220077
Nadin Trisintya Br. Sinaga 119220133
Niken Ayu Restiana 119220012
Rohani Magdalena Buaton 119220170
Wiswati Tambunan 119220038

Kelas RD

Dosen Pengampu:
Dr. Teguh Endaryanto
Nela Agustin Kurnianingsih, S.T., M.T.
Baiq Rindang A., S.T., M.T.
Andi Syahputra, S.Hut., M.Sc.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3

DAFTAR GAMBAR 4

DAFTAR TABEL 4

BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Tujuan dan Sasaran 7
1.3 Rumusan Masalah 8
1.4 Metodologi Penelitian 8
1.5 Sistematika Penelitian 8

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 10


2.1 Gambaran Umum Desa Karangsari 10
2.2 Potensi dan Masalah Desa Karangsari 13

BAB III BEST PRACTICE 17


3.2 Program Pengembangan Pertanian di Desa Gadabung, Kalimantan Tengah 19

BAB IV ANALISIS 21
4.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Desa Karangsari 21
4.2 Program Pembangunan Desa Karangsari 22
4.3 Pengembangan Pertanian di Desa Karangsari 30
4.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Karangsari 31

BAB V KESIMPULAN 35
5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 37

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Desa Karangsari 10


Gambar 2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Karangsari 12

4
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Karangsari Berdasarkan Usia Tahun 2018 11
Tabel 2.2 Sarana dan Prasarana di Desa Karangsari 12
Tabel 3.1 Program Kebijakan Pertanian di Jepang 17
Tabel 4.1 Analisis SWOT Desa Karangsari 27
Tabel 4.4 APBDes Karangsari Tahun 2021 32

5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa memiliki batas wilayah tertentu dan memiliki kekuasaan hukum, dan dikendalikan
oleh seorang pemimpin desa. Desa ini juga dapat disebut sebagai hasil dari penggabungan
aktivitas kelompok orang dengan lingkungan mereka. Hasil dari persatuan ini adalah
kewujudan atau fenomena di bumi yang disebabkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial,
ekonomi, politik dan budaya yang berinteraksi antara satu sama lain dan juga dalam hubungan
mereka dengan wilayah lain. Wilayah-wilayah ini memiliki ketertiban asli dan oleh karena itu
dapat dianggap sebagai wilayah khusus. Oleh karena itu, keberadaannya diwajibkan, terus
diakui dan dijamin hidupnya dalam rangka Republik Indonesia. Dengan kata lain desa adalah
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi atau kondisi yang
lebih baik dari kondisi atau kondisi sebelumnya. Pelaksanaan pembinaan menjadi kewajiban
pemerintah, baik dari pemerintah pusat atau pemerintah regional ke tingkat desa, harus
diintegrasikan di tingkat pemerintah. Pemerintah pedesaan harus mengatur urusan
pembangunan pedesaan berdasarkan rencana pembangunan pedesaan yang sistematis,
berorientasi, bersepadu, komprehensif dan berorientasi pada perubahan. Ini bertujuan untuk
mencapai tujuan konstruksi yang efektif, efektif dan tepat untuk meningkatkan tingkat hidup
dan kesejahteraan penduduk desa. Oleh karena itu perlu untuk membangun sistem perencanaan
pembangunan pedesaan sebagai unit dari metodologi perencanaan pembangunan pedesaan
untuk mengembangkan rencana pembangunan pedesaan enam tahun (6 tahun) dan rencana
kerja satu tahun (1 tahun) pemerintah pedesaan. Konsep pembinaan desa sedang diterapkan di
desa.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Karangsari, Kecamatan
Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, merupakan sebagai penjabaran Visi, Misi dan Program
Kepala Desa. RPJM Desa Karangsari berisi sumber daya yang diperlukan Desa Karangsari
sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa Karangsari
sesuai dengan ketentuan Umum Pasal 1 Permendagri Nomor 114 Tahun 2014. Hal yang
tercantum dalam dokumen rencana ini merupakan indikasi yang hendak dicapai oleh Desa
Karangsari dalam jangka waktu 6 tahun mendatang dan bersifat tidak kaku. Dokumen ini

6
disusun sesuai dengan peran dan fungsi Desa, sebagaimana telah disepakati oleh masyarakat
Desa Karangsari, pandangan Desa tentang pembangunan periode sebelumnya serta, posisi dan
muatan RPJM Desa Karangsari yang disusun dalam mencapai Visi dan Misi Kepala Desa yang
saat ini menjabat, sampai terpilihnya Kepala desa yang baru pada tahun 2024.
RPJM Desa ini mencakup bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan
pembangunan desa, serta pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa. Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka perlu untuk dilakukan perencanaan melalui pengintensifan seluruh
bidang yang menjadi kewenangan desa dengan pelaksanaan penganggaran yang proporsional.
Maksud disusunnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
adalah, untuk melengkapi dan memperbaiki rencana pembangunan jangka menengah yang
telah disusun sebagai, pedoman atau acuan resmi dalam penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKP Desa) bagi pemerintah Desa Karangsari, dan penentuan pilihan-pilihan
program kegiatan tahunan desa yang akan dibahas dalam rangkaian musyawarah desa secara
berjenjang. Dengan maksud bahwa, pembangunan desa terlaksana secara berkesinambungan,
dan tidak terjadi tumpang tindih rencana kegiatan.
Tujuan disusunnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa adalah untuk
meningkatkan pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat
yang lebih berdaya guna serta, lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja
pemerintah Desa Karangsari sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai visi dan misi
kepala desa terpilih.

1.2 Tujuan dan Sasaran


Tujuan pada penelitian ini yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat di Desa Karangsari dalam konteks perdesaan melalui pengembangan potensi
pengembangangan pertanian. Adapun sasaran yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi potensi dan masalah Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih,
Kabupaten Kulon Progo.
2. Mengidentifikasi best practice program pembangunan desa di Desa Karangsari,
Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo.
3. Mengidentifikasi analisis konsep perencanaan dan program pembangunan Desa
Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo.

7
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, berikut adalah rumusan masalah yang akan menjadi
pembahasan dalam laporan ini yaitu:
1. Bagaimana potensi dan masalah Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, kabupaten
Kulon Progo?
2. Bagaimana best practice program pembangunan desa di Desa Karangsari, Kecamatan
Pengasih, kabupaten Kulon Progo?
3. Bagaimana analisis konsep perencanaan dan program pembangunan Desa Karangsari,
Kecamatan Pengasih, kabupaten Kulon Progo?

1.4 Metodologi Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif adalah cara untuk lebih menekankan aspek pemahaman yang mendalam tentang
masalah dan potensi yang dimiliki Desa Karangsari, dan menggunakan analisis SWOT untuk
potensi dan masalah desa.

1.5 Sistematika Penelitian


Penulisan laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal laporan
Bagian ini berisi halaman judul atau cover, daftar isi,daftar gambar, dan daftar tabel
2. Bagian isi laporan
Bagian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.3 Batasan Masalah
1.4 Metodologi Penelitian
1.5 Sistematika Penelitian
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Gambaran Umum Desa Karangsari
2.2 Potensi dan Masalah Desa Karangsari
BAB III BEST PRACTICE
3.1 Program Pengembangan Pertanian di Jepang
3.2 Program Pengembangan Pertanian di Desa Gadabung, Kalimantan Tengah
BAB IV ANALISIS

8
4.1 Konsep Perencanan Pembangunan Desa Karangsari
4.2 Program Pembangunan Desa Karangsari
4.3 Pengembangan Pertanian di Desa Karangsari
4.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Karangsari
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

9
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Gambaran Umum Desa Karangsari
Secara administratif, Desa Karangsari terletak di Kecamatan Pengasih, Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Provinsi DI Yogyakarta. Desa Karangsari merupakan gabungan dari
tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Josutan, Kelurahan Kopat, dan Kelurahan Kedungtangkil.
Desa Karangsari memiliki luas wilayah 1.054,0885 Ha. Dengan luas wilayah 1.054,0885 Ha,
pemanfaatan lahan di Desa Karangsari yaitu:
a. Pekarangan: 650,6635 Ha
b. Sawah: 38,9300 Ha
c. Tegalan : 91,6950 Ha
d. Hutan: 135,0000 Ha
e. Dan lainnya: 137,8000 Ha

Gambar 2.1 Peta Administrasi Desa Karangsari


Sumber: Hasil Olah Data Arcgis Kelompok 2, 2022

10
Adapun batas-batas wilayah Desa Karangsari adalah sebagai berikut
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih dan Desa
Hargowilis Kecamatan Kokap.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sendangsari, Desa Pengasih Kecamatan
Pengasih dan Kelurahan Wates Kecamatan Wates.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Wates, Desa Triharjo Kecamatan Wates,
dan Desa Tawangsari Kecamatan Pengasih.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Hargorejo dan Desa Hargowilis Kecamatan
Kokap.
Jumlah penduduk Desa Karangsari pada tahun 2021 adalah 11.089 jiwa yang terdiri
dari 3.727 kk atau sebesar 20,9%. Desa Karangsari memiliki topografi yang berbukit-bukit
dengan ketinggian rata-rata 20 m diatas permukaan laut yang terdiri dari 12 Pedukuhan, 68 RT,
dan 30 RW. Curah hujan per tahun adalah sekitar 2000 – 3000 mm/tahun, dengan suhu rata-
rata harian 24 – 33°C.

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Karangsari Berdasarkan Usia Tahun 2018

Usia Jumlah

00-04 tahun 703 orang

05-09 tahun 794 orang

10-14 tahun 741 orang

15-19 tahun 780 orang

20-24 tahun 771 orang

25 tahun keatas 6.898 orang

Total 10.687 orang

Sumber: RPJM Desa Karangsari Tahun 2019-2024


Sebagian besar penduduk Desa Karangsari hanya menamatkan pendidikan hingga
tingkat SMA. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan diagram di bawah ini. Untuk mengelola
potensi yang ada di Desa Karangsari diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas
terutama potensi pertaniannya. Karena dalam pengelolaannya dibutuhkan keahlian dan
keterampilan, kecerdasan yang tujuannya juga adalah kesejahteraan masyarakat. Namun

11
berdasarkan data dari RPJM Desa Karangsari, mayoritas penduduk di Desa Karangsari masih
memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah yaitu tamatan SD, SMP, dan SMA. Terdapat
pula penduduk yang memiliki tingkat pendidikan D3, S1 dan S2, tetapi kuantitasnya tidak
banyak.

Gambar 2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Karangsari


Sumber: Profil Desa Karangsari
Mayoritas masyarakat Desa Karangsari bermata pencaharian sebagai petani dengan
menanam tanaman pangan seperti padi, jagung, macam-macam ubi, cabai dan sebagainya.
Selain itu lahan pekarangan warga banyak tumbuh pohon kelapa sebagai pemasukan bulanan.
Tidak banyak warga yang memanfaatkan pekarangan yang dimiliki untuk menanam buah-
buahan seperti mangga, rambutan, hanya pohon pisang dikembangkan itupun belum dalam
tahap pengembangangan pertanian produktif hanya sekedar mengisi lahan kosong, yang hanya
sesekali dapat dijual untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain sebagai petani,
masyarakat Desa Karangsari sebagian besar berprofesi sebagai wiraswasta namun dalam skala
memiliki usaha peternakan, kerajinan, warung dan toko kelontong yang menyediakan
kebutuhan sehari-hari.
Di wilayah Desa Karangsari terdapat 1 puskesmas pembantu di Pedukuhan Blumbang
dan 1 poskesdes yang terletak di Pedukuhan Josutan, dan 3 (tiga bidan). Dengan fasilitas-
fasilitas yang dimiliki dan tenaga medis yang profesional, untuk pelayanan kesehatan lanjutan
masyarakat Desa Karangsari dilayani di Puskesmas Pengasih I di Sendangsari dan Pengasih
II di Margosari. Sarana kesehatan lainnya adalah pelayanan kesehatan melalui posyandu.

Tabel 2.2 Sarana dan Prasarana di Desa Karangsari

Sarana dan Prasarana Jumlah

12
Puskesmas Pembantu 1

Poskesdes 1
Kesehatan
Posyandu 12

Formal 17

Pendidikan
Non formal 36

Masjid 18

Peribadatan
Mushola 30

Lapangan Bola Voli 5

Lapangan Bulutangkis 5
Olahraga
Lapangan Sepak bola 1

Sumber: RPJM Desa Karangsari Tahun 2019-2024


Desa Karangsari memiliki sarana dan prasarana untuk masyarakat yang meliputi sarana
prasarana di bidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan keagamaan. Terdapat
juga kelembagaan masyarakat umum di Desa Karangsari diantaranya BPD, LPMD, PKK,
Karang Taruna, IPPK, KORDES, KDD, GAPOKTAN, dan lainnya. Mayoritas masyarakat
Desa Karangsari menganut Agama Islam sehingga tempat ibadah yang ada adalah mushola dan
masjid.

2.2 Potensi dan Masalah Desa Karangsari


Profil Desa Karangsari adalah gambaran menyeluruh terkait Desa Karangsari meliputi
data keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan dan lainnya.
Desa Karangsari memiliki beragam potensi yang mendukung terwujudnya Desa Karangsari
yang mandiri, diantaranya adalah potensi sumber daya manusia, potensi sumber daya alam,
potensi pembeli (pasar) serta kelembagaan dan budaya lokalnya. Potensi tersebut dapat
diketahui melalui profil desa maupun yang ada dalam RPJM Desa Karangsari Tahun 2019-
2024. Adapun potensinya adalah sebagai berikut:
a. Kerajinan tangan Jingga Kirana yang bergerak di bidang jasa pembuatan plakat
miniatur souvenir, hiasan dekorasi rumah, perusahaan, dan sebagainya.

13
b. Aisyah Tas, bergerak di bidang jasa pembuatan tas seminar tas, tas diklat, tas seragam,
dan lainnya. Melalui ide kreatifnya usaha Aisyah Tas berusaha memberikan banyak
pilihan desain yang unik, bagus, menarik, inovatif, elegan, dan tentunya menyesuaikan
dengan permintaan konsumen.
c. Kerajinan stik dan bambu, berupa maket rumah, maket tempat wisata, miniatur perahu,
dan sebagainya.
d. Kerajinan Irus Batok Kelapa, yang memanfaatkan batok kelapa yang tidak terpakai
dijadikan sebuah barang yang bermanfaat. Batok kelapa diubah menjadi irus.’
e. Kerajinan parut kelapa yang digunakan sebagai alat bantu di dapur.
f. Dodol Pisang Eka, dengan bahan baku adalah pisang bandung. Pisang bandung untuk
saat ini tidak begitu disukai untuk dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Sehingga
warga setempat melakukan inovasi pengembangan produk seperti dodol pisang
sehingga perlu dikembangkan.
g. Pandai Besi, merupakan usaha turun temurun dari sesepuh terdahulu sehingga SDM
yang menangani pun cukup teliti dan berkualitas.
h. Kerajinan tas anyaman, yang awal mulanya dari melihat kerajinan tas rajutan di daerah
lain. Hal ini mendorong warga setempat untuk berinovatif kerajinan tas rajutan dengan
motif unik yang banyak ditemui di Yogyakarta. Hal ini yang membuat warga Desa
Karangsari semakin tertarik untuk membuat tas tersebut .
i. Kerajinan limbah kayu, berlatar belakang dari hibah kayu yang tidak termanfaatkan.
Warga berinisiatif untuk mengubahnya menjadi barang yang bermanfaat. Limbah kayu
diubah menjadi berbagai macam produk.
j. Kebun Bibit Sendang Rejeki. Kebun hortikultura organik adalah perkebunan yang
diolah oleh kelompok wanita tani bernama Sendang Rejeki. Di dalam perkebunan
tersebut kelompok wanita tani melakukan kegiatan pembibitan dan budidaya sayur siap
konsumsi. Berbagai macam jenis yang dibudidayakan diantaranya seperti tomat,
terong, sawi, cabai, dan sebagainya.
k. Ternak Sapi Perah Milk Mong, menghasilkan susu sapi segar yang siap dikonsumsi.
Setiap harinya mereka mampu memproduksi 20 liter.
l. Ternak ayam dan kelinci, usaha ini sangat menarik dikarenakan tidak banyak diminati
oleh banyak orang. Keuntungan dari ternak ayam dan kelinci selain dapat dikelola
menjadi makanan olahan, kotorannya juga dapat dijadikan sebagai pupuk. Tidak
banyak orang tahu akan manfaat dari air kencing kelinci yang banyak mengandung
banyak nutrisi dan harga jualnya pun juga tinggi.

14
m. Tangkil Cliff, merupakan salah satu spot pemandangan alam yang dilihat dari
ketinggian tebing tangkil. Pemandangan yang disuguhkan berupa sawah, sungai,
gunung, yang menghampar luas.
n. Bukit Sajen, menyuguhkan pemandangan yang cukup bagus sehingga sangat cocok
dijadikan sebagai spot foto. Terlebih lagi pemandangannya saat pagi hari.
o. Kedung Kender, awal mulanya adalah sungai kumuh namun seiring berjalannya waktu
masyarakat pun sadar dan berinisiatif menjadikannya tempat wisata alam pemandian.
p. Gua Batu Jonggol, dibuat pada masa Belanda sehingga menambah jumlah wisatawan
goa yang ada di Kulonprogo.
q. Kesenian Kirab Budaya, dimana masyarakat Desa Karangsari yang masih memegang
erat kebudayaan daerah.
Selain itu, potensi sumber daya manusia yang dimiliki Desa Karangsari berdasarkan
RPJM Desa Karangsari Tahun 2019-2024 berupa jumlah penduduk usia produktif cukup
tinggi, kemampuan bertani masyarakat desa yang sudah dimiliki secara turun-temurun,
lembaga desa dan pedukuhan yang cukup banyak, tingkat gotong royong antar warga masih
tinggi, hubungan kepala desa, lembaga desa dan masyarakat tergolong kondusif, sumber daya
manusia khususnya pemuda yang menguasai bidang teknologi informasi semakin banyak,
sehingga pemerintah desa hanya perlu memberikan ruang dan fasilitas mereka untuk kemajuan
desa dalam hal teknologi informasi, kegiatan PAUD semakin meningkat yang bertujuan
memberikan sedini mungkin kepada anak.
Upaya pengelolaan dan pengembangan potensi desa dilakukan dengan melibatkan
seluruh komponen masyarakat Desa Karangsari, tanpa ada satu orang pun yang ditinggalkan,
seperti pengembangan potensi ekonomi, kemandirian berusaha, dan kewirausahaan di desa
yang bermitra dengan BUMDesa. Pengembangan potensi sosial, lingkungan hidup
pengembangan kualitas SDM dan penguatan kelembagaan masyarakat di desa serta,
pengembangan jejaring dan kemitraan yang baik, akan mampu mewujudkan desa Karangsari
yang mandiri.
Berkembangya potensi desa ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa Karangsari, yang terwujud melalui penciptaan lapangan kerja baru di desa,
meningkatnya usaha ekonomi dan budaya berbasis kearifan lokal, meningkatnya kemandirian
Desa Karangsari dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, serta menurunnya disparitas
pembangunan wilayah desa dengan kota.
Dari potensi yang ada di Desa Karangsari, terdapat pula permasalahan yaitu:

15
a. Sebagian besar masyarakat memiliki latar belakang pendidikan masih rendah sehingga
perlu adanya pelatihan keterampilan yang intensif.
b. Belum maksimalnya penguasaan teknologi pertanian guna peningkatan produktivitas
pertanian.
c. Partisipasi masyarakat pada lembaga desa maupun pedukuhan belum maksimal.
d. Kurang optimalnya program pengembangan wisata terkait dengan pembangunan wisata
desa.
e. Paradigma masyarakat masih pada hasil bukan pada proses pencapaian, sehingga perlu
sosialisasi dalam mewujudkan program desa.

16
BAB III
BEST PRACTICE

Pembangunan Desa Karangsari dilakukan dengan mengambangkan potensi sumber


daya yang ada. Untuk itu konsep pembangunan yang dapat diterapkan untuk mengembangkan
potensi tersebut dilakukan melalui pengembangan pertanian. Pengembangan pertanian dapat
ditentukan dengan meninjau desa lain yang memiliki konsep pengembangan pertanian yang
telah diterapkan dan menghasilkan output yang baik. Penerapan konsep tersebut menjadi
preseden yang bisa digunakan Desa Karangsari, sehingga menjadi best practice dari program
pembangunan pertanian yang berhasil baik dari dalam maupun luar negeri.

3.1 Program Pengembangan Pertanian di Jepang


Secara mendasar arah dan sasaran kebijakan pertanian Jepang terdiri dari
pengembangan strategi ekspor sesuai dengan spesifikasi khusus dan negara tujuan,
pengembangan budaya dan industri pangan, aliansi strategis berbagai industri, pengembangan
dan promosi teknologi baru dan varietas, pengembangan strategi regional untuk reformasi
strukturisasi pertanian, konsolidasi dan optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian, serta
pengembangan infrastruktur lahan pertanian (peningkatan skala usaha). Sementara itu, pada
tahun 2010 program kebijakan pertanian di Jepang adalah:

Tabel 3.1 Program Kebijakan Pertanian di Jepang

No. Kebijakan Program

a. Introduksi subsidi (pendapatan) rumah tangga


petani;
Transformasi kebijakan agraria (target b. Pergeseran sistem produksi sesuai dengan
1. 50% swasembada pangan dan kebutuhan konsumen (kualitas, keamanan, dan
mempertahankan multifungsi lahan) stabilitas); dan
c. Kerjasama industri (primer, sekunder, dan
tersier) di pedesaan.

a. Pemberian standar subsidi (pendapatan) untuk


Penciptaan lingkungan pertanian
mengatasi perbedaan biaya diiringi dengan
berkelanjutan melalui motivasi
2. dukungan manajemen; dan
stabilisasi petani (subsidi pendapatan
b. Antisipasi dalam mengatasi jatuhnya harga
rumah tangga)
beras.

17
a. Subsidi (pendapatan) bagi petani padi dan
b. Subsidi (pendapatan) bagi pelaku pertanian
Perubahan orientasi kebijakan pertanian
3. secara adil untuk menjamin validasi kesesuaian
dari pola reduksi ke sistem produksi
penawaran dan permintaan serta menghindari
segregasi pasar.

Sumber: Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 2014


Salah satu implementasi kebijakan operasional kunci pemerintah Jepang dalam
pembangunan pertanian adalah dukungan pembayaran langsung untuk pendapatan petani.
Kebijakan tersebut memberikan pembayaran langsung baik pembayaran tetap maupun
pembayaran variabel kepada setiap petani yang bersedia bergabung secara sukarela dalam
sistem penyesuaian penawaran-permintaan Kementerian Pertanian Jepang. Besaran
pembayaran langsung tersebut disesuaikan berdasarkan beda harga antara harga jual standar
yang ditetapkan oleh pemerintah dengan harga jual panen petani. Besaran pembayaran
ditetapkan untuk menutupi biaya pokok/standar komoditas petani, sedangkan besaran
pembayaran variabel ditetapkan untuk menjamin keuntungan normal petani. Kebijakan
operasional lainnya adalah pembayaran langsung untuk mendukung pendapatan petani
pekebun di dataran tinggi. Mekanisme dan implementasinya mirip dengan tanaman pangan;
perbedaannya hanya pada besaran pembayaran langsung didasarkan pada perbedaan mutu jual
(bukan beda harga seperti tanaman pangan). Mekanisme dan implementasi kebijakan tersebut
dialokasikan untuk komoditas dataran tinggi seperti gandum, kedelai, gula bit, dan kentang
(Iqbal, 2014). Selain itu diketahui bahwa pertanian di Jepang memang lah lebih maju dibanding
dengan di Indonesia, namun dibalik teknologi yang maju, berikut adalah beberapa alasan yang
membuat pertanian di Jepang lebih unggul:
1. Pemerintahnya peduli terhadap produk pertanian
Petani di Jepang diatur untuk menanam sesuai dengan permintaan pasar, sehingga
dijamin harga tidak akan jatuh karena telah ada penyesuaian permintaan.
2. Harga terkontrol dengan baik
Tak hanya masalah apa yang ditanam, pemerintah juga turut campur tangan terhadap
harga produk pertanian. Pengaturan itu dilakukan oleh bagian pemerintah semacam
Dinas Pertanian di Indonesia. Kebanyakan hasil pertanian dibeli oleh pemerintah
sehingga pemerintah bisa mengendalikan harga yang layak. Meski begitu, ada juga
pihak swasta yang membeli hasil pertanian di sana. Pihak swasta tidak akan membeli
hasil pertanian di bawah harga pemerintah, pasti di atasnya. Dengan begitu, tak ada
istilah petani dirugikan karena dipermainkan tengkulak.

18
3. Lahan pertanian yang dimiliki tiap petani luas
Di Jepang, seorang petani biasa memegang 7-10 hektare sawah. Sawah yang dimiliki
satu keluarga di Jepang diwariskan dengan cara tidak dibagi-bagi seperti yang terjadi
di Indonesia. Dengan memiliki lahan pertanian yang luas, pengaturan pertanian akan
lebih mudah dilakukan. Penggunaan mesin-mesin dalam pertanian juga lebih mudah
karena luasnya lahan.
4. Teknologi canggih
Kuatnya industri otomotif di Jepang juga berdampak pada pertanian. Sistem pertanian
di Jepang telah menggunakan teknologi yang canggih. Untuk menanam, menyirami,
hingga memanen, petani Jepang telah dibantu dengan mesin. Jika di Indonesia
membajak sawah masih menggunakan bajak tunggal, di Jepang membajak telah
menggunakan bajak enam sehingga 1-2 jam telah selesai.
5. Etos kerja yang tinggi
Bertani di Jepang juga menerapkan jam kerja seperti bekerja di kantoran. Setiap petani
di Jepang akan mempunyai sejumlah karyawan yang membantu mengelola lahan
pertanian seluas 7-10 hektare.

3.2 Program Pengembangan Pertanian di Desa Gadabung, Kalimantan Tengah


Desa Gadabung merupakan kawasan pertanian yang sekarang menjadi bagian dari food
estate di Provinsi Kalimantan Tengah. Pengembangan pertanian ini dilakukan secara bertahap,
berkaitan dengan diperlukannya kesesuaian dan kesiapan lahan, petani, dan infrastruktur tata
air di lokasi yang akan dikembangkan. Sehingga membutuhkan proses yang panjang. Meski
demikian, Program Strategis Nasional (PSN) dipercayakan kepada Provinsi Kalimantan
Tengah bukan hanya didasari oleh pertimbangan ketersediaan lahan yang luas. Namun juga
sudah melalui pertimbangan yang matang dari segala aspek. Melalui program ini akan
memberikan multiplier effect bagi semua sektor, peningkatan kesejahteraan petani, hingga
penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya menjadi daya ungkit perekonomian di Kalimantan
Tengah. Adapun kegiatan yang dilaksanakan di kawasan food estate ini berupa intensifikasi
lahan di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulang Pisau. Intensifikasi lahan merupakan
kegiatan pengembangan budidaya pada lahan pertanian eksisting petani. Pada kegiatan ini
pemerintah memberikan bantuan berupa pengolahan tanah dan sarana produksi (benih, pupuk,
pembenah tanah dan pestisida) yang sesuai rekomendasi. Program food estate ini juga
diarahkan pada kegiatan multi-komoditas di lahan petani dengan tujuan menghasilkan ragam

19
produk pertanian selain padi, yang tentunya akan lebih mengoptimalkan pemanfaatan lahan
pertanian serta meningkatkan pendapatan petani dari penjualan produk-produk tersebut.

20
BAB IV
ANALISIS
4.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Desa Karangsari
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Desa memegang peranan penting dalam
pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat
tinggal di desa, tetapi desa memberikan sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas
nasional. Perencanaan Pembangunan desa ini bertujuan untuk mengkoordinasikan antar pelaku
pembangunan, menjamin terciptanya sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan
pembangunan daerah, menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksana, dan pengawasan, mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan
menjamin tercapainya penggunaan sumber daya yang ada di desa secara efektif, efisien,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Prinsip dasar yang digunakan sebagai landasan pemikiran perencanaan desa terdiri dari
keanekaragaman, partisipasi, otonomi, demokratis, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan
berpedoman pada landasan pemikiran untuk meningkatkan pelayanan serta pemberdayaan
masyarakat Desa, maka diperlukan pedoman perencanaan pembangunan Desa yang
menyeluruh, terukur dan berkelanjutan. Sistem penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan Desa menggunakan pendekatan perencanaan partisipatif Pembangunan
Masyarakat Desa yaitu sistem penyusunan perencanaan yang dilaksanakan dengan melibatkan
semua pihak yang berkepentingan dengan pembangunan Desa untuk mendapatkan aspirasi dan
menciptakan rasa memiliki serta tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan rencana.
Perencanaan Pembangunan Desa Karangsari dilakukan guna menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia. Pembangunan Desa Karangsari merupakan upaya untuk memperoleh perubahan
sosial masyarakat Desa ke arah yang lebih baik dan dilaksanakan oleh semua komponen
masyarakat Desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat
Karangsari melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yaitu forum
perencanaan pembangunan di tingkat Desa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dan
melibatkan partisipasi masyarakat dengan semangat musyawarah untuk mufakat. Sistem
Perencanaan Pembangunan Desa Karangsari dilaksanakan dengan satu kesatuan tata

21
perencanaan pembangunan Desa untuk menghasilkan rencana pembangunan yang
dilaksanakan secara partisipatif oleh pemerintah Desa sesuai kewenangannya.
Pemerintah Desa dalam menyelenggarakan urusan pembangunan Desa perlu
mendasarkan pada perencanaan pembangunan Desa yang sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan. Hal tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan
pembangunan dapat secara efektif, efisien dan tepat sasaran dalam rangka meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa. Oleh karena itu, diperlukan adanya konsep
perencanaan pembangunan Desa yang merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan Desa guna menghasilkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJM Desa) untuk jangka waktu 6 tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Karangsari Tahun 2019-2024 disusun berpedoman pada RTRW Kabupaten Kulon Progo 2012-
2032. RPJM Desa Karangsari Tahun 2019-2024 digunakan sebagai pedoman dalam
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPD) yang selanjutnya akan dijadikan
pedoman dalam penyusunan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) selama tahun 2019-2024.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 Pasal 43 tentang
kawasan peruntukan pertanian, Kecamatan Pengasih masuk ke dalam kawasan pengembangan
pertanian tanaman pangan. Desa Karangsari merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Pengasih yang memiliki banyak potensi dalam pengembangan pertanian. Sehingga
konsep perencanaan Desa Karangsari yang diterapkan yaitu pembangunan desa melalui
pengembangan pertanian yang berdaya saing dan memiliki nilai pertanian yang tinggi dengan
melibatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat setempat.
4.2 Program Pembangunan Desa Karangsari
Keberadaan visi dan misi Desa Karangsari ini merupakan cita-cita yang akan dituju di
masa mendatang oleh segenap warga Desa Karangsari. Dengan visi ini diharapkan akan
terwujud masyarakat Desa Karangsari yang maju dalam berbagai bidang sehingga bisa
mengantarkan kehidupan yang rukun dan makmur. Program pembangunan Desa Karangsari
dirumuskan berdasarkan visi, misi, potensi dan permasalahan yang ada di Desa Karangsari.
Adapun visi Desa Karangsari yaitu “Terwujudnya Desa Karangsari yang Maju, Mandiri,
Sejahtera dan Berbudaya dengan Tata Kelola Pelayanan Masyarakat yang Profesional” dengan
misi meliputi :
1. Meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat melalui penurunan angka kemiskinan,
peningkatan derajat kesehatan, perekonomian, pendidikan;

22
2. Meningkatkan kerukunan seagama dan antar umat beragama;
3. Menjaga dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat yang ada dalam
masyarakat;
4. Meningkat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan melalui program
pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan ekonomi dan optimalisasi potensi
lokal;
5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia aparatur pemerintah desa;
6. Meningkatkan sistem pelayanan kepada masyarakat;
7. Meningkatkan pendapatan asli desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintah desa
dan pemberdayaan masyarakat.
Tujuan pembangunan Desa Karangsari periode jangka menengah 2019-2024 adalah
hasil yang hendak dicapai dalam melaksanakan misi yaitu:
a. Terwujudnya desa yang mandiri dengan mengoptimalkan potensi yang ada dalam
wilayah Desa Karangsari;
b. Terselenggaranya tata kelola pemerintah desa yang baik (good governance), transparan,
bertanggung jawab dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
tentang penyelenggaraan pemerintah desa;
c. Mengoptimalkan kinerja perangkat desa secara maksimal dan terukur sesuai tugas
pokok dan fungsinya perangkat desa demi tercapainya pelayanan yang baik bagi
masyarakat berbasiskan pada tata kelola desa berbasis kebutuhan masyarakat;
d. Meningkatnya kapasitas pengetahuan maupun keterampilan masyarakat;
e. Meningkatnya partisipasi kaum rentan dan difabel dalam pembangunan desa;
f. meningkatkan peran pemuda/karang taruna dalam kegiatan desa dengan meningkatkan
kapasitas pengetahuan dan keterampilan pemuda/karang taruna;
g. Menurunkan angka stunting dan gizi buruk balita dengan mengoptimalkan Posyandu
dan kapasitas kader kesehatan desa;
h. Meningkatkan kapasitas pengelola BUMDes Binangun Karangsari, berikut dengan
pengelola unit-unit usaha dan seluruh karyawannya;
i. Pengembangan sistem informasi desa;
j. Pembuatan/pemutakhiran peta wilayah dan sosial desa;
k. Pembuatan jaringan/instalasi komunikasi dan informasi lokal desa;
l. Tumbuhnya industri kreatif;

23
m. Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan proses
penyusunan pelaporan kegiatan dengan memaksimalkan fungsi lembaga
kemasyarakatan desa; dan
n. Memaksimalkan fungsi dan peran BPD sebagai mitra pemerintah desa.
Sasaran pembangunan Desa Karangsari merupakan kondisi yang diharapkan
masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan pada periode 2019-2024 ditetapkan beberapa
sasaran sebagai berikut:
1. Terwujudnya desa yang mandiri dengan mengoptimalkan potensi yang ada dalam
wilayah Desa Karangsari, dengan tolok ukur sasaran:
a. Terwujudnya kemandirian desa melalui pedukuhan pedukuhan dengan memperkuat
potensi ekonomi, potensi alam, potensi sosial dan potensi budaya;
b. Bertambahnya pendapatan masyarakat dengan mengembangkan potensi ekonomi,
potensi alam dengan memajukan potensi sosial dan budaya dalam masyarakat yang
ada di 12 pedukuhan di Desa Karangsari;
c. Berkurangnya rumah tangga miskin di wilayah Desa Karangsari.
2. Terselenggaranya tata kelola pemerintah desa yang baik (good governance), transparan,
bertanggung jawab dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
tentang penyelenggaraan pemerintah desa dengan tolok ukur sasaran:
a. Tersedianya aparatur desa yang siap melayani masyarakat;
b. Tersedianya layanan kepada masyarakat desa yang memuaskan;
c. Tersedianya sarana dan prasarana desa yang mendukung pelayanan masyarakat desa.
3. Mengoptimalkan kinerja perangkat desa secara maksimal dan terukur sesuai tugas
pokok dan fungsinya perangkat desa demi tercapainya pelayanan yang baik bagi
masyarakat berbasiskan pada tata kelola desa berbasis, dengan tolok ukur sasaran:
a. Tersedianya data dan informasi desa;
b. Tersedianya perencanaan pembangunan desa yang mudah diakses masyarakat.
4. Meningkatnya kapasitas pengetahuan maupun keterampilan masyarakat, dengan tolok
ukur sasaran:
a. Terselenggaranya pelatihan usaha industri level desa;
b. Terselenggaranya pelatihan/pendampingan kelompok usaha ekonomi produktif;
c. Terselenggaranya pelatihan dan peningkatan kapasitas serta pemberdayaan
kelompok petani/pembudidaya ikan;
d. Terselenggaranya pelatihan dan peningkatan kapasitas pelaku wisata, pelaku
budaya, dan pelaku olahraga.

24
5. Meningkatnya partisipasi kaum rentan dan difabel dalam pembangunan desa, dengan
tolok ukur sasaran:
a. Pelatihan dan penguatan penyandang difabel (penyandang disabilitas);
b. Pembinaan dan pelatihan penyandang masalah kesejahteraan sosial;
c. Pelatihan keterampilan dan wirausaha bagi keluarga miskin;
d. Peningkatan kapasitas masyarakat kelompok masyarakat miskin.
6. Meningkatkan peran pemuda/karang taruna dalam kegiatan desa dengan meningkatkan
kapasitas pengetahuan dan keterampilan pemuda/karang taruna, dengan tolok ukur
sasaran:
a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan bela negara bagi para pemuda/karang
taruna;
b. Peningkatan kapasitas pemuda/karang taruna dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat;
c. Fasilitasi penyelenggaraan festival/lomba kepemudaan dan olahraga tingkat
desa;
d. Fasilitasi kontingen kepemudaan dan olahraga sebagai wakil desa di tingkat
kecamatan dan kabupaten/kota;
e. Fasilitasi penyelenggaraan festival kesenian, adat/kebudayaan dan keagamaan
(perayaan hari kemerdekaan, hari besar keagamaan) tingkat desa;
f. Pembinaan bahaya terorisme, aliran sesat dan organisasi terlarang;
g. Pembinaan grup kesenian dan kebudayaan tingkat desa;
h. Fasilitasi pengiriman kontingen grup kesenian dan kebudayaan sebagai wakil
desa di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota.
7. Menurunkan angka stunting dan gizi buruk balita dengan mengoptimalkan Posyandu
dan kapasitas kader kesehatan desa, dengan tolok ukur sasaran:
a. Penyelenggaraan Posyandu dan pemberian makanan tambahan serta kelas ibu
hamil;
b. Penyuluhan dan pelatihan bidang kesehatan (untuk masyarakat, tenaga
kesehatan, dan kader kesehatan);
c. Pembinaan kader kesehatan, PPKBD, dan kader KB/KS;
d. Pembinaan pengurangan angka kematian ibu dan bayi;
e. Pembinaan pengasuh tumbuh kembang anak;
f. Penyuluhan pemberian air susu ibu eksklusif;
g. Pembinaan ibu hamil.

25
8. Meningkatkan kapasitas pengelola BUMDes Binangun Karangsari, berikut dengan
pengelola unit-unit usaha dan seluruh karyawannya, dengan tolok ukur sasaran:
a. Fasilitasi pelatihan pengelolaan BUMDes.
9. Pengembangan sistem informasi desa, dengan tolok ukur sasaran:
a. Terselenggaranya informasi desa yang mudah di akses;
b. Tersedianya data dan informasi desa.
10. Pembuatan/pemutakhiran peta wilayah dan sosial desa, dengan tolok ukur sasaran:
a. Tersedianya perencanaan pembangunan desa;
b. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan skala prioritas pembangunan desa.
11. Pembuatan jaringan/instalasi komunikasi dan informasi lokal desa
a. Tersedia lokasi-lokasi koneksi internet gratis yang dapat dimanfaatkan bagi
warga.
12. Tumbuhnya industri kreatif, dengan tolok ukur sasaran:
a. Fasilitasi pelatihan kerajinan, souvenir, pengolahan makanan dengan
memanfaatkan bahan baku yang ada di wilayah desa;
b. Fasilitasi tumbuhnya industri teknologi informatika karya pemuda/karang
taruna;
c. Pemanfaatan teknologi dalam pengembangan usaha agar mempunyai daya
saing.
13. Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan proses
penyusunan pelaporan kegiatan dengan memaksimalkan fungsi lembaga
kemasyarakatan desa, dengan tolok ukur sasaran:
a. Fasilitasi peningkatan kapasitas LPMD,PKK, KDD, Karangtaruna, dan LKD
lainnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan yang menggunakan
anggaran desa.
14. Memaksimalkan fungsi dan peran BPD sebagai Mitra Pemerintah Desa, dengan tolok
ukur sasaran:
a. Fasilitasi peningkatan kapasitas BPD.
Untuk memberikan gambaran tentang kondisi potensi dan masalah lingkungan strategis
di Desa Karangsari, dapat melalui pendekatan analisis SWOT yaitu gambaran yang mendalam
tentang kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki sebagai kondisi
lingkungan internal daerah/organisasi serta peluang (opportunity) dan tantangan (treat) yang
ada sebagai kondisi lingkungan eksternal daerah/organisasi. Pendekatan analisis SWOT tidak

26
terlepas dari beberapa isu strategis yang diangkat di Desa Karangsari berdasarkan RPJM Desa
Karangsari tahun 2019-2024 yaitu:
1. Lahan pertanian yang cukup luas yang produktivitasnya masih dapat ditingkatkan;
2. Lahan pertambangan, batu kapur, batu kali, dan lainnya;
3. Usaha peternakan dan perikanan yang meningkat dilakukan oleh perseorangan maupun
kelompok masyarakat;
4. Kebun warga yang dimanfaatkan untuk menanam tanaman buah-buahan, sayur-mayur,
jahe, kencur yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi;
5. Sumberdaya kehutanan yang cukup luas yang ditanami pohon jati, akasia, albasia,
mahoni, kepala, dan lain-lain;
6. Mulai munculnya destinasi wisata alam maupun wisata edukasi yang diinisiasi oleh
masyarakat dan pemerintah desa sehingga perlu dikembangkan di kemudian hari;
7. Jaringan internet sudah masuk ke pedukuhan sehingga ke depan Desa Karangsari siap
menjadi desa digital.

Tabel 4.1 Analisis SWOT Desa Karangsari


Strength Weakness

1. Memiliki lahan pertanian yang cukup luas 1. Pendidikan masyarakat masih rendah
dan memiliki lahan-lahan yang dapat sehingga perlu adanya pelatihan
dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan, keterampilan yang intensif.
batu kapur, batu kali dan lainnya. 2. Belum maksimalnya penguasaan teknologi
2. kemampuan bertani masyarakat desa yang pertanian guna peningkatan produktivitas
sudah dimiliki secara turun-temurun. pertanian
3. Jumlah penduduk usia produktif cukup 3. Paradigma masyarakat masih pada hasil
tinggi. bukan pada proses pencapaian, sehingga
4. Sumberdaya kehutanan yang cukup luas perlu sosialisasi dalam mewujudkan
yang ditanami pohon jati, akasia, albasia, program desa.
mahoni, kepala, dan lain-lain.

Opportunities Treats

27
1. Kebun warga yang dimanfaatkan untuk 1. Belum optimalnya pengelolaan potensi
menanam tanaman buah-buahan, sayur- alam yang ada dalam hal agribisnis,
mayur, jahe, kencur, dan lain-lain. agroindustri, dan pariwisata yang
2. Usaha peternakan dan perikanan yang mendukung perekonomian desa serta
meningkat dilakukan oleh perseorangan rendahnya pertumbuhan dunia usaha dan
maupun kelompok masyarakat. yang dapat investasi ke desa.
dijual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2, 2022


Berdasarkan visi, misi, potensi dan masalah yang ada di Desa Karangsari, guna
menunjang keberhasilan Pembangunan di Desa Karangsari maka ditetapkan kebijakan program
pembangunan desa yaitu sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan peraturan perundang-undangan, Peningkatan
perencanaan dan pengendalian pembangunan serta meningkatkan kualitas perencanaan
pembangunan.
a. Program penataan kelembagaan sesuai peraturan perundang-undangan yang baru;
b. Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat di desa;
c. Program pengembangan kapasitas otonomi desa;
d. Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan desa;
e. Program peningkatan peran dan fungsi kelembagaan dan pemerintah desa;
f. Program peningkatan pemahaman, kesadaran, dan penegakan terhadap peraturan
desa dan keputusan kepala desa;
g. Program peningkatan kerjasama antar pemerintah desa;
h. Program perencanaan tata ruang;
i. Program pemanfaatan ruang;
j. Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;
k. Program pengembangan data/ informasi/ statistik pembangunan;
l. Program kerjasama pembangunan;
m. Program perencanaan pembangunan desa;
n. Program perencanaan pembangunan ekonomi;
o. Program perencanaan sosial budaya;
p. Program perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh;
q. Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam.

28
2. Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparatur pemerintah dan Peningkatan
akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan pemerintahan.
a. Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala desa;
b. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur;
c. Program pembinaan dan pengembangan aparatur;
d. Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan desa;
e. Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan
kepala desa.
3. Pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam pelaksanaan
pengembangan dan Pengembangan perekonomian pedesaan.
a. Program peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan;
b. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa;
c. Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan;
d. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa;
e. Program peningkatan Investasi pemerintah desa dengan memajukan BUMDes
sebagai pusat belanja desa;
f. Program peningkatan Investasi pemerintah desa dengan menguatkan para pelaku
UMKM;
g. Program peningkatan Investasi pemerintah desa dengan memajukan wisata desa
dengan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal manajemen tata kelola.
Dalam mewujudkan visi dan misi Desa Karangsari, maka dibutuhkan kondisi
kehidupan masyarakat yang aman dan terpelihara. Kondisi ini telah tercipta melalui proses
sejarah yang tercermin dari nilai-nilai budaya dalam etos kerja masyarakat Desa Karangsari.
Nilai-nilai ini meliputi :
1. Gotong-royong, efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya dan proses
pemanfaatan hasil;
2. Akuntabilitas dengan hasil kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua
pihak;
3. Transparansi melalui keterbukaan dan sosialisasi program ataupun kegiatan yang
dilaksanakan;
4. Etos kerja para stakeholder pertanian meliputi petani, keluarga tani, kelompok tani,
penyuluh pertanian, dan pemerintah desa.

29
4.3 Pengembangan Pertanian di Desa Karangsari
Pentingnya pembangunan pertanian dalam pembangunan pedesaan dimana dalam
pembangunan perdesaan peran pembangunan pertanian memiliki potensi sumber daya yang
besar dan beragam selain itu pertanian merupakan pendapatan nasional yang cukup besar
karena sampai ke pasar ekspor nasional. Penduduk bergantung hidupnya pada sektor pertanian
dikarenakan sektor ini berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa sedikitnya ada empat poin yang perlu
dipertimbangkan:
a. Pertama, rendahnya pendapatan masyarakat sebaiknya dilihat tidak hanya dari
karakteristik masyarakat secara statis. Melainkan dilihat secara dinamis yang menyangkut
usaha dan kemampuan dalam merespon rendahnya pendapatannya.
b. Kedua, indikator untuk mengukur kesejahteraan sebaiknya tidak tunggal, melainkan
indikator komposit dengan unit analisis keluarga atau rumah tangga.
c. Ketiga, konsep kemampuan sosial (social capabilities) dipandang lebih lengkap
daripada konsep pendapatan (income) dalam memotret kondisi sekaligus dinamika tingkat
kesejahteraan.
d. Keempat, model tersebut juga harus mampu menyadarkan bahwa tidak akan ada
seseorang/lingkungan yang dapat keluar dari rendahnya tingkat pendapatan, melainkan atas
usaha orang/keluarga/lingkungan itu sendiri serta memberikan pemahaman bahwa masalah
peningkatan kesejahteraan merupakan tugas dan tanggung jawab bersama antara pemerintah
desa dan masyarakat.
Mayoritas masyarakat Desa Karangsari bermata pencaharian sebagai petani dengan
menanam tanaman pangan seperti padi, jagung, macam-macam ubi, cabai dan sebagainya.
Selain itu lahan pekarangan warga banyak tumbuh pohon kelapa sebagai pemasukan bulanan.
Tidak banyak warga yang memanfaatkan pekarangan yang dimiliki untuk menanam buah-
buahan seperti mangga, rambutan, hanya pohon pisang dikembangkan itupun belum dalam
tahap pengembangangan pertanian produktif hanya sekedar mengisi lahan kosong, yang hanya
sesekali dapat dijual untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain sebagai petani,
masyarakat Desa Karangsari sebagian besar berprofesi sebagai wiraswasta namun dalam skala
memiliki usaha peternakan, kerajinan, warung dan toko kelontong yang menyediakan
kebutuhan sehari-hari.
Desa Karangsari memiliki beragam potensi yang mendukung terwujudnya desa
Karangsari yang mandiri, diantaranya adalah potensi sumber daya manusia, potensi sumber
daya alam seperti lahan pertanian yang cukup luas yang produktivitasnya masih dapat

30
ditingkatkan, potensi pembeli (pasar) serta kelembagaan dan budaya lokalnya. Upaya
pengelolaan dan pengembangan potensi desa dengan melibatkan seluruh komponen
masyarakat Desa Karangsari, tanpa ada satu orang pun yang ditinggalkan, seperti
pengembangan potensi ekonomi, kemandirian berusaha, dan kewirausahaan di desa yang
bermitra dengan BUMDes. Pengembangan potensi sosial, lingkungan hidup pengembangan
kualitas SDM dan penguatan kelembagaan masyarakat di desa serta, pengembangan jejaring
dan kemitraan yang baik, akan mampu mewujudkan desa Karangsari yang mandiri.
Namun adanya permasalahan dalam mengembangkan pembangunan pertanian yaitu
belum maksimalnya penguasaan teknologi pertanian guna peningkatan produktivitas pertanian.
Karena itu pemerintah desa sebagai penyelenggara pemerintahan memiliki tugas dan fungsi
mewujudkan masyarakat yang memiliki wawasan pengembangan diri berbasis pada ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi
yang begitu cepat maka, pemerintah Desa Karangsari memberikan pembelajaran atau edukasi
kepada masyarakat dalam pengembangan diri yang berbasis atau berdasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini tidak dapat dipungkiri ataupun dihindari dengan mudahnya
akses mendapatkan akses informasi melalui internet. Maka pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai daya dukung dalam proses kemajuan desa merupakan inovasi pemerintah
Desa Karangsari dan memajukan masyarakatnya.

4.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Karangsari


Dalam rangka meningkatkan kemandirian Desa Karangsari, perlu dilakukan
identifikasi yang maksimal atas potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya
buatan dan sumber daya keuangan, untuk selanjutnya sumber daya tersebut dikembangkan
menjadi pendukung utama dari berbagai kegiatan yang akan menghasilkan nilai tambah yang
berdaya saing tinggi sehingga mampu mendukung kemandirian Desa Karangsari. Keuangan
desa merupakan semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
desa. Pendapatan Desa Karangsari bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sumber
pendapatan Desa Karangsari meliputi :
1. Peningkatan PAD (pendapatan asli desa): hasil usaha, hasil aset

31
2. Pendapatan transfer: dana desa, bagi hasil pajak dan retribusi, alokasi dana desa,
bantuan keuangan provinsi.
3. Pendapatan lain-lain: hibah dan sumbangan dari pihak ketiga, koreksi kesalahan belanja
tahun-tahun sebelumnya, bunga bank dan lain-lain pendapatan desa yang sah.
Berikut Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Karangsari pada tahun
2021, yakni:

Tabel 4.4 APBDes Karangsari Tahun 2021

PENDAPATAN ANGGARAN

1 Pendapatan Asli Daerah 353.114.095

2 Pendapatan Transfer 2.504.946.571

3 Pendapatan Lain-lain 11.250.000

Jumlah Pendapatan 2.869.310.666

BELANJA

1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa 1.241.902.142

a Sub Bidang Penyelenggaraan Belanja Penghasilan 1.005.398.581

b Sub Bidang Sarana dan Prasarana Pemerintahan 62.790.500

c Sub Bidang Administrasi Kependudukan 80.413.000

d Sub Bidang Tata Praja Pemerintahan, Perencanaan 91.844.061

e Sub Bidang Pertanahan 1.456.000

2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 1.035.988.350

a Sub Bidang Pendidikan 165.760.950

b Sub Bidang Kesehatan 277.165.400

c Sub Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 317.172.200

d Sub Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 275.889.800

3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan 76.766.787

a Sub Bidang Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat 15.595.000

b Sub Bidang Kebudayaan dan Keagamaan 3.536.071

32
c Sub Bidang Kepemudaan dan Olahraga 18.365.316

d Sub Bidang Kelembagaan Masyarakat 39.270.400

4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat 141.118.600

Sub Bidang Kelautan dan Perikanan -

Sub Bidang Pertanian dan Peternakan 117.148.600

Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan 23.970.000

Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian -

5 Bidang Penanggulangan Belanja, Darurat, dan Mendesak 373.385.000

Sub Bidang Penanggulangan Bencana 52.210.000

Sub Bidang Keadaan Darurat 56.250.000

Sub Bidang Keadaan Mendesak 264.925.000

Jumlah Belanja 3.869.160.879

SURPLUS/DEFISIT 149.787

PEMBIAYAAN

1 Penerimaan Pembiayaan 129.850.213

2 Pengeluaran Pembiayaan 130.000.000

Jumlah Pembiayaan 149.787

Sumber: Laporan Realisasi Pelaksanaan APBD Karangsari Tahun 2021

Berdasarkan APBDes Karangsari tahun 2021, anggaran belanja pembangunan desa


terbesar dialokasikan pada sub bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Meninjau pada
potensi pengembangan pertanian di Desa Karangsari, maka perlu adanya anggaran yang
diprioritaskan untuk menunjang pengembangan pertanian seperti pada pembangunan desa
untuk program peningkatan infrastruktur jalan dan pembangunan sarana perdagangan, dan
bidang pemberdayaan masyarakat untuk menunjang program penyuluhan pertanian.
Anggaran diupayakan dapat memenuhi prinsip keseimbangan finansial, yaitu antara
pendapatan dengan belanja terdapat keseimbangan (tidak terjadi defisit maupun surplus),
namun demikian dalam beberapa kondisi yang cukup beralasan dan dapat dipertanggung
jawabkan apabila terjadi defisit maupun surplus hal tersebut dapat ditolerir. Dalam hal APB
Desa terjadi surplus (pendapatan lebih besar daripada belanja), maka kebijakan yang diambil

33
adalah sebagai sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan. Apabila APB-Desa mengalami
defisit (pendapatan lebih kecil daripada belanja), maka kebijakan yang dapat diambil antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran pada tahun
lalu.
2. Melakukan rasionalisasi dan efisiensi belanja berdasar kriteria urutan prioritas urgensi
dan pembiayaannya.
3. Mencari pinjaman pemerintah desa kepada masyarakat untuk kepentingan pendanaan
pembangunan desa.
Pada dasarnya anggaran desa merupakan salah satu instrumen utama kebijaksanaan
publik dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, maka penyusunan anggaran
desa yang dilaksanakan selama 6 tahun kedepan (2019–2024) tetap memperhatikan norma dan
prinsip – prinsip sebagai berikut:
1. Disiplin anggaran, anggaran desa disusun berdasarkan prioritas yang sesuai dengan
sasaran pembangunan dan dilaksanakan secara efisien, tepat guna, tepat waktu, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara kualitatif dan kuantitatif.
2. Anggaran berimbang dan dinamis, upaya yang ditempuh oleh pemerintah Desa
Karangsari adalah mempertemukan secara berimbang antara penerimaan dengan
alokasi pengeluaran yang realistis.
3. Efisien anggaran, yang dapat dilakukan oleh pemerintah Desa Karangsari agar dapat
mengendalikan tingkat efisiensi pengelolaan keuangan desa secara optimal dimulai
sejak awal proses perencanaan dengan tujuan dan target yang jelas.
4. Transparansi anggaran, sejalan dengan prinsip ini pemerintah Desa Karangsari, baik
untuk kepentingan pemerintah daerah, pemerintah desa sendiri, lembaga maupun
masyarakat dalam format yang akomodatif khususnya berkaitan dengan pelaksanaan
pengendalian dan pengawasan.
5. Tertib anggaran, melakukan pengelolaan tata usaha keuangan desa dengan mencatat
pada kesempatan pertama setiap terjadi penerimaan maupun pengeluaran keuangan
desa dan dilengkapi dengan bukti–bukti sebagai pertanggungjawaban.

34
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Desa adalah kesatuan masyarakat umum yang memegang peranan penting dalam
pembangunan nasional pada dasarnya memerlukan rencana pembangunan untuk menciptakan
kondisi yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Mengoptimalkan desa, membangun daerah-
daerah yang ada menjadi lingkup perencanaan pembangunan desa. Dalam pembangunan
tersebut dilaksanakan pembinaan sebagai kewajiban pemerintah agar pembangunan desa
berjalan sistematis, komprehensif serta serta berorientasi. Pembangunan yang berhasil dimulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi di desa. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.
Penyusunan program pembangunan desa harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang akan mendorong percepatan pembangunan desa menuju kemandirian. Program
pembangunan membutuhkan pedoman dengan melibatkan partisipasi masyarakat melalui
semangat musyawarah mufakat. Sehingga dibutuhkan sebuah konsep perencanaan
pembangunan desa yang merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan desa
guna menghasilkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka
waktu 6 tahun. Desa Karangsari menjadikan RPJM sebagai pedoman dalam penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPD) yang selanjutnya akan dijadikan pedoman dalam
penyusunan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
Penyusunan APBDes berguna agar pembangunan desa berjalan lancar dan dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat. Adanya APBDes mengoptimalkan pembangunan dalam
memaksimalkan potensi yang ada di desa baik sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatannya. Pada Desa Karangsari, APBDes dialokasikan untuk meninjau potensi
pengembangan pertanian di Desa Karangsari dengan program peningkatan infrastruktur jalan
dan pembangunan sarana perdagangan, dan bidang pemberdayaan masyarakat untuk
menunjang program penyuluhan pertanian. Oleh karena itu, anggaran diupayakan memenuhi
prinsip keseimbangan finansial sehingga tidak terjadi defisit maupun surplus.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diberikan saran yaitu:
1. Pengelolaan APBDes diharapkan berjalan dengan baik agar semua program
terlaksanakan.
2. Tetap memperhatikan prinsip dan norma secara rasional dalam penyusunan anggaran
desa agar memenuhi keseimbangan finansial, sesuai urgensi dan pembiayaannya.

35
3. Masyarakat desa dapat berpartisipasi aktif dalam segala program pembangunan yang
bertujuan untuk peningkatan potensi-potensi yang ada di desa guna kesejahteraan
masyarakat.
4. Guna mewujudkan potensi pengembangan pertanian di Desa Karangsari maka
anggaran diprioritaskan ke arah pengembangan pertanian baik meningkatkan sarana
dan prasarana serta melaksanakan penyuluhan pertanian.

36
DAFTAR PUSTAKA

Dyah, E. (2022, Maret 13). Dimulai Sejak 2020, Ini Progres Pengembangan Food
Estate Kalteng. Retrieved from Detik News: https://news.detik.com/berita/d-
5980799/dimulai-sejak-2020-ini-progres-pengembangan-food-estate-kalteng

Iqbal, F. B. (2014). Kebijakan Pembangunan Pertanian Thailand, India, dan Jepang


serta Implikasinya Bagi Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, 10.

Mujirin. (2020). Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Karangsari. Desa


Karangsari: Pemerintah Desa.

Redaksi, P. (2019, Mei 14). Belajar dari Kemajuan Jepang, Jadi Raksasa Industri
Pertanian Paling Unggul di Dunia. Retrieved from NTT Bangkit:
https://nttbangkit.com/berita/1399/belajar-dari-kemajuan-jepang-jadi-raksasa-
industri-pertanian-paling-unggul-di-dunia/

Wibowo, A. (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)


Tahun 2019-2024. Desa Karangsari: Pemerintah Desa.

37

Anda mungkin juga menyukai