Penulis:
Farida Yustina, Retno Anggraini,
Nur Ariyanto, Arif Purbantara,
Muhammad Fazri
Sumarlan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Permasalahan 5
1.3. Tujuan Penelitian 6
1.4. Manfaat Penelitian 6
1.5. Batasan Penelitian 7
1.6. Alur Pikir 7
1.7. Metode Penelitian 7
1.7.1. Pendekatan Penelitian 7
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data 7
Bab I
Pendahuluan
guna, seperti air minum desa, usaha listrik desa, lumbung pangan
dan sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya yang
mudah ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa sehari-hari.
Bab II
BUM Desa Sebagai
Penggerak Ekonomi Lokal
a. Konsensus
Sebuah kawasan akan bisa mendorong kearah percepatan
pembangunan apabila diantara desa-desa atau pemangku
kepentingan pembangunan desa membangun konsensus.
Konsensus selain dibangun melalui pertemuan langsung yang
dilakukan secara bersama antara Bupati, Wakil Bupati, Setda,
Kepala Dinas OPD terkait, Kepala Desa, BKAD, BUM Desa
Bersama dan ketua ketua Kelompok Tani juga dilakukan
melalui sosial media, seperti Whatsapp grup. Dengan kedua
media tersebut diharapkan komunikasi dan diskusi antar
pemangku kepentinga yang melibatkan 15 Desa dari 5
b. Keterpaduan
Keterpaduan yang dimaksud adalah kolaborasi antara
pemerintah, perusahaan swasta atau lembaga lain. Para
pelaku usaha hadir atau dihadirkan di kawasan perdesaan
bukan untuk bersaing mengembangkan usahanya masing-
masing dengan mengeksploitasi sumber daya desa. Kehadiran
para pelaku usaha maupun pemerintah dipastikan atas dasar
komitmen untuk bersama-sama mengkonsolidasikan potensi
masing-masing, berkolaborasi memajukan desa-desa dalam
kawasan.
c. Kelembagaan
Kelembagaan adalah aturan main atau mekanisme tata kelola
yang yang dijalankan oleh para pihak, utamanya oleh para
pelaku dalam lembaga terkait.
Beberapa institusi yang ditetapkan berdasarkan azas
pengurusan desa diantaranya adalah Musyawarah Antar Desa
(MAD), Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD), Tim Koordinasi
Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) dan Badan Usaha
Milik Desa Bersama (BUM Desa Bersama).
d. Komunitas
Komunitas adalah pemilik utama pembangunan. Peran
pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota lebih
sebagai fasilitator yang memfasilitasi kemudahan-kemudahan
yang dibutuhkan. Sedangkan pihak ketiga baik perusahaan
swasta atau pihak lain merupakan mitra setara dalam
pengembangan usaha bersama.
e. Keberlanjutan
Pembangunan kawasan perdesaan beras organik di Kabupaten
Karanganyar di jadikan sebagai dasar (backbone) dan trigger
pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) yang tidak
saja bicara masalah peningkatan hasil panen atau produksi
komoditi, diversifikasi pangan penyiapan infrastruktur namun
juga harus menjamin ketahanan pangan bagi masyarakat dan
bangsa. Dukungan regulasi yang baik yang mendorang
pengelolaan pembangunan kearah yang berkelanjutan
merupakan investasi pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional
Bab III
Gambaran Umum Pertanian
3.2.4. Kelembagaan
60 KK, Sejahtera II 397, Sejahtera III 430 KK, dan Sejahtera IIIplus
11 KK.
3.3.4. Kelembagaan
Bab IV
Pengembangan BUM Desa Pertanian
Bab V
Kesimpulan dan Rekomendasi
Daftar Pustaka
BPTP. (2018, January 23). Panen dan Tanam Setiap Hari, Jawa
Tenah Berdaulat Pangan. Retrieved from
jatemg.litbang.pertanian: https://jateng.litbang.pertanian.
go.id/index.php/artikel/berita/item/386-panen-dan-tanam-
setiap-hari-jawa-tengah-berdaulat-pangan.
M4P. (2008). Making Value Chains Work Better for the Poor: A
Toolbook for Practicioners of Value Chain Analysis. Phnom
Penh: Agricultural Development International.