Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS PENYEBAB GAGALNYA BADAN USAHA MILIK DESA

(BUMDes) DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN


MASYARAKAT DI DESA LASIAI KECAMATAN SINJAI TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

ABD. WAHID
1822064

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN 2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : ABD. WAHID


NIM : 1822064
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Administrasi Publik
Judul Skripsi : Analisis Penyebab Gagalnya Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Masyarakat di Desa Lasiai
Kecamatan Sinjai Timur

Telah diperiksa oleh Pembimbing dan dinyatakan layak diajukan untuk Ujian
proposal pada Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Sinjai.

Menyetujui;

Pembimbing I Pembimbing II

Baharuddin, S.Sos., S.Pd.I., M.Si. Syamsuddin, S.Sos., M.Si.


NIDN. 0911098603 NIDN. 0904099001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
2.1 Literatur Review.......................................................................... 5
2.2 Landasan Teori............................................................................ 15
2.3 Kerangka Konseptual................................................................... 28
2.4 Definisi Operasional ................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 31
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................................. 31
3.2 Lokasi Penelitian......................................................................... 31
3.3 Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 31
3.4 Informan Penelitian..................................................................... 32
3.5 Jenis dan Sumber Data................................................................ 32
3.6 Teknik Analisis Data................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 35

iii
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 1.1 Jenis Usaha BUMDes 2
Tabel 2.1 Taxonomi Literatur Review 5

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 29
Gambar 3.1 Skema Analisis Data 34

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia yang sebagian besar penduduknya hidup di daerah

pedesaan. Oleh karena itu titik sentral pembangunan adalah daerah pedesaan.

Arti penting pembangunan pedesaan adalah bahwa dengan menempatkan desa

sebagai sasaran pembangunan, usaha untuk mengurangi berbagai kesenjangan

dapat diwujudkan. Pada kenyataannya pembangunan pedesaan masih kurang

sehingga masih banyak pedesaan yang tertinggal. Salah satu kelembagaan

sebagaimana dimaksud diatas adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Badan usaha ini sesungguhnya telah diamanatkan di dalam UU Nomor 23 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 71

Tahun 2005 Tentang Desa. Pendirian badan usaha ini harus disertai dengan

penguatan kapasitas dan dukungan dari pemerintah (kebijakan) yang

memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari ancaman persaingan para pemodal

besar. (Tri Atmoj, 1-14)

Pemberdayaan merupakan proses meningkatkan kemampuan individu

atau masyarakat untuk berdaya yang dilakukan secara demokratis agar mampu

membangun diri dan lingkungannya dalam meningkatkan kualitas hidupnya

sehingga mampu hidup mandiri dan sejahtera. Kehidupan yang layak dengan

terpenuhi kebutuhan masyarakat yang menjadi tujuan dalam meningkatkan

kesejahteraan.

1
Dari hasil pengamatan tentang penelitian badan usaha milik desa

(BUMDes) di desa Lasiai. Badan usaha ini sudah berdiri dari sejak tahun 2017

hingga sekarang. Badan usaha milik desa disini menjalankan beberapa jenis unit

usaha antara lain yaitu unit usaha dibidang pertanian, bidang perdagangan dan

unit usaha dibidang peternakan dan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1
Jenis Usaha BUMDes

No. Jenis Usaha Tahun Pelaksanaan

1. Sapi 2018 – sekarang

2. Minimarket BUMDes 2019 – sekarang

3. Perkebunan BUMDes 2020

Sumber Data: Diolah dari BUMDes, 2022.

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 bahwa desa untuk memiliki suatu

usaha yang berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama

kebutuhan pokok dan tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan,

dan tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha

sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Fokus penelitian ini mengkaji BUMDes yang terjadi di Pemerintah

Desa Lasiai mendirikan BUMDes yang diharapkan dapat meringankan

kehidupan ekonomi masyarakat melalui program pelatihan, penyuluhan agar

masyarakat mempunyai pemahaman dan keterampilan dalam mengelola

usahanya namun keberadaan BUMDes masih belum bisa berjalan efektif seperti:

program pembagian sapi baru satu kepala keluarga yang mendapatkan dan tidak

2
berjalan lagi dan perkebunan dengan memberikan bibit tanaman namun ini

hanya bisa berjalan beberapa bulan saja setelah itu panen sehingga ada senggang

waktu beberapa bulan masyarakat tidak memiliki pekerjaan dan ini

menyebabkan kesejahteraan masyarakat menurun dan juga masih ada

masyarakat belum tergugah untuk bergabung dan memanfaatkan adanya

BUMDES.

Berdasarkan permasalahan di atas, sehingga penulis tertarik untuk

meneliti dengan judul: “Analisis Penyebab Gagalnya Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Lasiai

Kecamatan Sinjai Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah

1.2.1 Bagaimana analisis penyebab gagalnya Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Desa Lasiai

Kecamatan Sinjai Timur?

1.2.2 Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Desa

Lasiai Kecamatan Sinjai Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

3
1.3.1 Untuk mengetahui analisis penyebab gagalnya Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Desa Lasiai

Kecamatan Sinjai Timur.

1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam mewujudkan kesejahteraan

masyarakat di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan Analisis Penyebab Gagalnya Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Mewujudkan Kesejahteraan

Masyarakat di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur.

1.4.2 Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai

pihak antara lain:

1. Pihak masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman

bagi masyarakat dalam Analisis Penyebab Gagalnya Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes) dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat

di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur

2. Pihak pemerintah desa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

pertimbangan pemerintah dalam Analisis Penyebab Gagalnya Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Mewujudkan Kesejahteraan

Masyarakat di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literatur Review

Literatur review merupakan uraian secara sistematis tentang hasil-hasil

penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji dan berkaitan dengan

penelitian ini. Adapun literatur review dapat dilihat sebagai berikut:

Nama Judul Metodolo


No Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian gi
1. Dwi Analisis peran Kualitatif Mengungkapkan bahwa
Susilowati badan usaha deskriptif. BUMDes Sinar Harapan Desa
(2020) milik desa Isorejo yang berdiri sejak tahun
(BUMDes) 2017 dan memiliki 2 unit usaha
Dalam yaitu unit usaha pertanian
pemberdayaan berupa pertanian dan usaha
masyarakat persawahan. Selain itu juga ada
desa Menurut program pemberdayaan
perspektif masyarakar berupa penyuluhan
ekonomi islam dan pelatihan pertanian yang
(studi di desa hingga saat ini paling
isorejo pada berkembang dalam
bumdes sinar menungkatkan kehidupan
harapan) ekonomi masyarakat.Peran
BUMDES Sinar Harapan yang
sudah berdiri sejak tahun 2017
belum dapat memaksimalkan
peran dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dari
perspektif Ekonomi Islam,
masyarakat Isorejo dikatakan
telah terpenuhinya kebutuhan
dasar yang bersifat fisik saja
seperti makanan dan tempat
tinggal namun juga yang
bersifat non-fisik seperti
pendidikan dan spiritualitas.
Terpenuhinya kebutuhan primer
(Dlaruriyyat), kebutuhan
sekunder (Hajiyyat) dan
kebutuhan tersier (Tahsiniyyat).
2. Singgih Tri Peran Badan Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan
Atmojo, Kris Usaha Milik deskriptif. bahwa Peran Badan Usaha
Hendrijanto.2 Desa Milik Desa dalam
015. (BUMDes) pemberdayaan masyarakat desa

5
dipublikasika Dalam mempunyai tujuan profit atau
n sebagai Pemberdayaan hasil akhirnya. Yang di maksud
jurnal Masyarakat Sisa Hasil Usaha disini nantinya
kesejahteraan Desa (Studi dibagi untuk kepentingan
sosial jurusan Kasus Pada lingkungan dan masyarakat
ilmu Badan Usaha yang tidak mampu (janda dan
kesejahteraan Milik Desa anak yatim). Peran yang
sosial (BUMDes) Di diakukan oleh relawan sosial
univesitas Desa Temurejo (pekerja sosial) yaitu Peran
jember. Kecamatan sebagai pemercepat perubahan
Bangorejo (enabler); Peran sebagai
Kabupaten perantara (broker); peran
Banyuwangi) sebagai pendidik (educator);
peran sebagai tenaga ahli
(expert); Peran sebagai
perencana sosial (social
planner).
3. Ratna Azis Peranan Kualitatif Menunjukkan bahwa Sebagai
Prasetyo. bumdes dalam deskriptif. program strategis dalam
2016. pembangunan pembangunan dan
dipublikasikan dan pemberdayaan masyarakat desa,
sebagai jurnal pemberdayaan keberadaan BUMDes di
dialektika masyarakat di berbagai daerah justru
departemen Desa Pejambon mengalami situasi sulit dan
sosiologi Kecamatan banyak yang dalam
FISIP Sumberrejo perjalanannya tidak
Universitas Kabupaten membuahkan hasil. Berbagai
Airlangga. Bojonegoro kendala telah diteliti dan
menemukan banyak variabel
penyebab yang menjadikan
BUMDes tidak bisa berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
BUMDes Desa Pejambon
merupakan salah satu bukti
BUMDes yang masih eksis
ditengahtengah pembangunan
desa tersebut
4. Bambang. Implemetasi Kualitatif Menemukan bahwa, akad-akad
Badan Usaha dalam ekonomi islam dapat di
Milik Desa terapkan pada kegiatan usaha
Berbasis BUMDes yang sesuai dengan
Ekonomi Islam: Peraturan Menteri Desa,
Suatu Kajian Pembangunan Daerah
Elementer) Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia nomor 4
tahun 2015. Penerapan ekonomi
syariah dalam bisnis BUMDes
ini diharapkan mampu membuat
pengelolaan sumber daya desa
dan pelayanan masyarakat
menjadi lebih adil dan bijaksana.
Meskipun, terdapat kelemahan
dan ancaman yang mungkin
datang dalam penerapan konsep
bisnis baru BUMDes ini.

6
5. Anwar Basri. Kontribusi Kualitatif Menemukan bahwa, Kehadiran
BUMDes negara dalam pemberdayaan
Dalam masyarakat di Desa Banglas
Pembangunan melalui pembentukan BUMDes
Ekonomi Desa Banglas Bestari memiliki tiga
manfaat, yakni Penambahan
PADes, Mengurangi Monopoli
Usaha oleh Kelompok Tertentu,
dan adanya Upaya
Pembangunan Desa Secara
Mandiri. Dengan demikian,
peran negara (pemerintah)
dalam membangun ekonomi di
Desa Banglas sudah dimulai
dari pelaku ekonomi terkecil.
Terdapat beberapa masalah
peranan negara dalam
membangun ekonomi di Desa
Banglas, yaitu Sejak menjadi
BUMDes SHU selalu
mengalami penurunan,
berkurangnya alokasi SHU
untuk dana sosial, berkurangnya
dana alokasi SHU untuk
pembangunan desa, dan adanya
stagnasi jumlah tunggakan
antara tahun 2013 dan tahun
2014. Dengan demikian,
BUMDes Banglas Bestari
disimpulka mengalami masalah
yang cukup serius, terutama
soal tunggakan dan manajemen.
Meskipun demikian, usaha
BUMDes terutama di bidang
transportasi patut diapresiasi.
Adanya sarana penyeberangan
yang disebut masyarakat
setempat sebagai “kempang”.
Kempangini sangat vital bagi
warga desa Banglas ketika ingin
melintasi sungai yang ada di
Desa Banglas. Biaya
penyeberangan itulah yang
nantinya akan menjadi PADes
Desa Banglas disamping usaha-
usaha lainnya yang dikelola
BUMDes
6. Kadek Peran BUMDes Kualitatif Menemukan bahwa, Eksistensi
Sumiasih Dalam BUMDes di Indonesia secara
Pengelolaan keseluruhan telah mengalami
Sektor perkembangan dengan semakin
Pariwisata, bertambahnya jumlah desa
Studi di Desa yang membentuk BUMDes.
Pakse Bali, Keberadaan BUMDes di Bali
Kabupaten dapat diterima sebagai sarana

7
Klungkung peningkatan kesejahteraan,
namun masih terdapat desa di
Bali termasuk desa yang
memiliki potensi wisata belum
membentuk BUMDes. Hal
tersebut disebabkan oleh
kendala seperti kurangnya
pemahaman perangkat desa
mengenai BUMDes,
keterbatasan SDM pengelola
BUMDes, kurangnya
pengetahuan dan kemampuan
masyarakat mengelola usaha,
belum maksimalnya sosialisasi,
pembinaan dan pengawasan
oleh pihak pemerintah, belum
maksimalnya pengalokasian
modal dan kurang digalinya
potensi desa. Pengelolaan
sektor pariwisata melalui
BUMDes Pakse Bali dilakukan
dengan memperhatikan unsur
pengelolaan seperti jenis sektor
wisata, modal, pengelola, pola
pengelolaan, strategi
pemasaran,
pertanggungjawaban, dan
pembagian hasil secara efektif
dan terstruktur sehingga dapat
dijadikan contoh oleh desa lain
yang belum mampu mengelola
potensi wisatanya
7. Jonnius. Analisis Kualitatif Menemukan bahwa, Secara
Kinerja umum tingkat kinerja,
Karyawan kompetensi potensi, kompetensi
BUMDes Di reality dan motivasi karayawan
Kabupaten BUMDes di Kabupaten Kampar
Kampar kategori tinggi. Dari ketiga
variabel independen, ternyata
kompetensi reality dan motivasi
yang mempengaruhi kinerja
karyawan, sedangkan
kompetensi potensi tidak.
Secara keseluruhan ketiga
variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen
sebesar 44,4%, sedangkan
sisanya 55,6% akan dijelaskan
oleh variabel lain selain ketiga
variabel tersebut
8. Niswatun Upaya Kualitatif Menemukan bahwa, Strategi
Hasanah. Peningkatan yang dilakukan oleh BUMDes
Kesejahteraan pada dasarnya sudah memenuhi
Ekonomi fokus capaian dengan
Masyarakat berhasilnya pengembangan

8
Desa Melalui usaha-usaha yang ada dan
Strategi pengelolaan korporasi dari
Pengembangan BUMDes. Hal ini dapat
Badan Usaha dijelaskan bahwa fokus capaian
Milik Desa, jika dilihat dari segi bisnis,
Desa Melirang korporasi dan fungsionalnya
Kecamatan BUMDes “eMHa” sudah
Bungah memenuhinya. Akan tetapi
Kabupaten masih ada hal yang perlu
Gresik diperbaiki yaitu pada level
korporasi/lembaga. Pada level
ini, BUMDes belum
menemukan strategi yang
terkonsep dalam implementasi
strategi yang digunakan. Bahkan
dalam kaitannya dengan strategi
yang harus dilakukan oleh
BUMDes, peneliti belum
menemukan adanya strategi
yang jelas baik dalam
pengembangan usaha (bisnis)
atau korporate (lembaga) nya.
Karena dalam menentukan
strategi diperlukan tahapan
analisis, pilihan dan
implementasi strategi. Dimana
analisis strategi itu didapatkan
melalui turunan visi dan misi
yang kemudian dianalisis
menggunakan alat analisis
SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats).
Meskipun secara pengembangan
bisnis, BUMDes telah
menghasilkan omzet yang
meningkat setiap tahunnya
9. Amelia Sri Peranan Badan Kualitatif Menemukan bahwa, Adanya
Kusuma Dewi Usaha Milik peluang demokratisasi pada
Desa tingkat desa seharusnya pula
(BUMDes) membawa dampak positif bagi
Sebagai Upaya desa untuk membangun inisiatif
Dalam dan keinginan memajukan desa.
Meningkatkan Inisiatif itu harus melihat pada
Pendapatan banyak aspek meliputi
Asli Desa pelayanan, demokratisasi dan
(PADes) Serta partisipasi serta hal yang lebih
Menumbuhkan penting adalah meningkatkan
perekonomian potensi ekonomi desa.
Desa Peningkatan perekonomian desa
hendaknya dimulai dengan
memberikan legalitas yang tepat
sehingga BUMDes benar-benar
membuktikan perannya sebagai
salah satu upaya dalam
meningkatkan Pendapatan Asli

9
Desa (PADes) serta
menumbuhkan perekonomian
desa secara utuh dan
menyeluruh
10. Maria Rosa Peranan Badan Kualitatif Menemukan bahwa,
Ratna Sri Usaha Milik Keberadaan BUMDes
Anggraeni Desa membawa perubahan yang
(BUMDes) signifikan di bidang ekonomi
Pada dan juga sosial. Pergeseran nilai
Kesejahteraan sosial dan juga perubahan pola
Masyarakat interaksi antar warga akan
Pedesaan Studi terjadi. BUMDes memberikan
Pada BUMDes peningkatan Pendapatan Asli
di Gunung Desa, namun pendapatan ini
Kidul, tidak dapat dirasakan langsung
Yogyakarta). oleh masyarakat. Hal ini
menyebabkan warga
berpendapat bahwa keberadaan
BUMDes tidak membawa
manfaat signifikan bagi
peningkatan kesejahteraan
warga. Komunikasi dan
sosialisasi merupakan hal
penting yang harus dilakukan
oleh BUMDes. Kurangnya
komunikasi dan sosialisasi
memunculkan ketidakpercayaan
warga kepada kemampuan
pengelola dalam pengelolaan
BUMDes. Kurangnya
komunikasi dan sosialisasi ini
memunculkan tuntutan adanya
transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan BUMDes.
Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengkaji

Badan Usaha Milik desa (BUMDes). Perbedaan dengan penelitian ini yaitu

mengkaji Analisis Penyebab Gagalnya Badan Usaha Milik desa (BUMDes)

dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Desa Lasiai Kecamatan

Sinjai Timur.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Analisis

Menurut Smith dalam Nanang Martono (2012:86) analisis

merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mendapatkan informasi

10
yang diinginkan dari tubuh materi (teks) (biasanya verbal) secara

sistematis dan objektif dengan mengidentifikasi karakteristik tertentu dari

suatu materi.

Berdasarkan penelitian di atas penulis menyimpulkan bahwa

analisis merupakan kegiatan memperhatikan, mengamati, dan

memecahkan permasalahan atau (mencari jalan keluar) yang dilakukan

seseorang.

2.2.2 Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010,

BUMDes merupakan usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah

desa dimana kepemilikan modal dan pengelolaannya dilaksanakan oleh

pemerintah desa dan masyarakat. Tujuan dari dibentuknya BUMDes

merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kemampuan keuangan

pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan

pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi

masyarakat perdesaan. Keberadaan BUMDes ini juga diperkuat oleh UU

Nomor 6 Tahun 2014 pasal 87-90 antara lain menyebutkan bahwa

pendirian BUMDes disepakati melalui musyawarah desa dan dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. (Ratna,86).

11
Dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa

pemerintah bahkan membuat dua bab khusus mengenai BUM Desa yaitu

pada BAB X Badan Usaha Milik Desa dalam pasal 87 yang berbunyi:

1. Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang di sebut

BUMDes.

2. BUMDes dikelola dengan semangat kekeluargaan dan

kegotongroyongan.

3. BUMDes dapat menjalankan usaha dibidang ekonomi dan pelayanan

umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BUMDes setelah diatur dalam Undang-undang kemudian diatur

lebih lanjut dalam peraturan pemerintah terahir diatur dalam Peraturan

Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa yaitu dalam BAB VIII

BADAN USAHA MILIK DESA bagian kesatu pendirian dan

organisasian pengelolaan. (Herry,14)

2.2.3 Pendirian BUMDES

Dalam pasal 87 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa dinyatakan bahwa “desa dapat mendirikan Badan Usaha

Milik Desa yang disebut BUMDes “frasa” dapat mendirikan BUMDes”

dalam peraturan perundang-undangan tentang desa tersebut menunjukkan

pengakuan dan penghormatan terhadap prakarsa desa dalam gerakan

usaha ekonomi. Interpretasi sistem hukum terhadap peraturan perundang-

12
undangan tentang desa menghasilkan peta jalan (road map) pendirian

BUMDes.

Pendirian BUMDes didasarkan atas prakarsa desa yang

mempertimbangkan (Herry,21):

1. Inisiatif pemerintah desa dan masyarakat desa.

2. Potensi usaha alam di desa.

3. Sumber daya alam desa.

4. Sumber daya manusia yang mampu mengelola BUMDes.

5. Pernyataan modal dari memerintah desa dalam bentuk pembiayaan

dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagian dari usaha

BUMDes.

Pendirian BUMDES tersebut hendaklah disepakati melalui

musyawarah desa. Musyawarah desa atau yang disebut dengan nama lain

adalah musyawarah antara badan permusyawarah desa, pemerintah desa,

dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh badan permusyawaratan

desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. Kesepakatan

musyawarah desa adalah suatu hasil keputusan dari musyawarah desa

dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam berita acara

kesepakatan musyawarah desa yang ditandatangani oleh ketua badan

permusyawaratan desa dan kepala desa. Pokok pembahasan yang

dibicarakan dalam musyawarah desa meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Pendirian BUMDes sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya

masyarakat.

13
2) Organisasi pengelola BUMDes.

3) Modal usaha BUMDes.

4) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUMDes.

2.2.4 Pengurus dan Pengelola BUMDes

BUMDes dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hu

kum. Unit usaha yang berbadan hukum dapat berupa lembaga bisnis yang

kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDes dan masyarakat. Dalam hal

BUMDes tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum,bentuk

organisasi BUMDes didasarkan pada peraturan desa tentang pendirian

BUMDes.

BUMDes dapat dibentuk unit usaha meliputi:

1. Perseroan terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan

perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang

sebagian besa dimiliki oleh BUMDes, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan tentang perseroan terbatas.

2. Lembaga keuangan mikro dengan andil BUMDes sebesar 60 persen,

sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga

keuangan mikro.

Organisasi pengelola BUMDes hendaklah dilakukan terpisah

dari organisasi pemerintah desa. Susunan kepengurusan organisasi

pengelola BUMDes terdiri dari:

1. Penasehat.

2. Pelaksana operasional.

14
3. Pengawas.

Pemberian nama penyusunan kepengurusan organisasi dapat

menggunakan penyebutan nama setempat yang dilandasi semangat

kekeluargaan dan gotong kegotong-royongan.

Penasehat dalam kepengurusan organisasi pengelola BUMDes

dijabat secara ex-offico oleh kepala desa yang bersangkutan. Penasehat

berkewajiban:

1. Memberikan penasehat kepada pelaksana operasional dalam

melaksanakan pengelolaan BUMDes.

2. Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap

penting bagi pengelola BUMDes.

3. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelola BUMDes.

Penasehat berwenang:

1) Meminta penjelasan dari pelaksana operasional mengenai persoalan

yang menyangkut pengelolaan usaha desa.

2) Melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan

kinerja BUMDes.

Pelaksanaan operasional dalam kepengurusan organisasi

pengelola BUMDes mempunyai tugas mengurus dan mengelola

BUMDes sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Pelaksanaan operasional berkewajiban:

15
1. Melaksanakan dan mengembangkan BUMDes agar menjadikan

lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan pelayanan umum

masyarakat desa.

2. Menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi desa untuk

meningkatkan pendapatan asli desa.

3. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian desa

lainnya. Pelaksana operasional berwenang:

1) Membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUMDes

setiap bulan

2) Membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUMDes

setiap bulan.

3) Memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUMDes

kepada masyarakat desa melalui musyawarah desa sekurang-

kurangnya 2 kali dalam 1 tahun.

2.2.5 Tujuan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Pendirian BUMDes dimaksudkan sebagai upaya menampung

seluruh kegiatan dibidang ekonomi dan pelayanaan umum yang dikelola

oleh desa dan kerja sama antar desa. Didalam pasal 3 permendesa PDTT

Nomor 4 Tahun 2015 BUMDes di dirikan dengan tujuan:

1. Meningkatkan perekonomian desa.

2. Mengoptimalkan asset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa.

3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam mengelola potensi ekonomi

desa.

16
4. Mengembangkan rencana kerjasama usaha antar desa atau dengan

pihak ketiga.

5. Menciptakan peluang dari jaringan pasar yang mendukung kebutuhan

layanan umum warga.

6. Membuka lapangan kerja.

7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan

umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.

8. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa.

9. Pelaksanaan usaha dalam menggunakan sumber-sumber pemecahan

masalah harus efisien dan tepat guna. Pada tahap ini kita harus dapat

menyesuaikan antara masalah dengan sumber pemecahan masalah

yang tepat dan dapat diselesaikan dengan cepat.

10.Pelaksanaan usaha meningkatkan kesejahteraan harus bersifat

demokratis.

Dalam hal ini meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat

lebih baik masyarakat tersebut dilibatkan di dalamnya. Mencegah adanya

dampak buruk dari usaha tersebut hal ini juga harus diperhatikan dalam

meningkatkan kesejahteraan. Sebaiknya dalam melakukan usaha tersebut

tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, tetapi dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan sehingga mampu menimbulkan

dampak positif bagi masyarakat (Wardatul Asriyah; 2007).

2.2.6 Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan

17
sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,

kesusilaan dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan setiap

warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan

jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban

manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. (A. Rambe: 2008)

Edi. Suharto (2014) Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup

tiga konsepsi yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan kesejahteraan, yakni terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga

kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang

menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha yang

terorganisasi untuk mencapai kondisi sejahtera.

Secara umum, kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai

kondisi sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan yang

terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup khususnya yang bersifat

mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan

perawatan kesehatan (Edi Suharto: 2014)

Wardatul Asriyah (2007) Kesejahteraan terdiri dari dua macam

diantaranya:

1. Kesejahteraan pengorangan

18
Kesejahteraan perorangan sinonim dengan tingkat

terpenuhnya kebutuhan dari warga bersangkutan, sepanjang

terpenuhinya kebutuhan ini tergantung dari faktor-faktor ekonomis,

oleh karena itu kesejahteraan perorangan selalu merupakan saldo dari

“utilities” yang positif dan negatif dalam “utilities” yang positif

termask kenikmatan yang diperoleh sang warga dari semua barang

langka pada asasnya dapat memenuhi kebutuhan manusiawi. Dalam

“untilities” negatif termasuk biaya-biaya yang dibutuhkan untuk

memperoleh barang itu (seperti terbuang waktu senggang) dampak

negatif dari perbuatan-perbuatan warga lain (seperti dampak negatif

terhadap lingkungan) dimana kesejahteraan perorangan terbatas hanya

pada kesejahteraan itu sendiri.

2. Kesejahteraan masyarakat

Kesejahteraan masyarakat yang menyangkut kesejahteraan

semua perorangan secara keseluruhan anggota masyarakat, dalam hal

ini kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan masyarakat,

kesejahteraan dari beberapa individu atau kesejahteraan bersama,

adapun tahapan yang harus diperhatikan dalam meningkatkan

kesejahteraan diantaranya:

1. Adanya persediaan sumber-sumber pemecahan masalah yang

dapat digunakan.

Dalam hal ini memang harus di perhatikan guna

menyelesaikan permasalahan yang ada khususnya dalam hal

19
meningkatkan kesejahteraan karena tanpa adanya sumber

pemecahan masalah maka masalah tersebut akan tetap ada.

2. Pelaksanaan usaha dalam menggunakan sumber-sumber

pemecahan masalah harus efisien dan tepat guna. Pada tahap ini

kita harus dapat menyesuaikan antara masalah dengan sumber

pemecahan masalah yang tepat dan dapat diselesaikan dengan

cepat.

3. Pelaksanaan usaha meningkatkan kesejahteraan harus bersifat

demokratis.

Dalam hal ini meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat lebih

baik masyarakat tersebut dilibatkan di dalamnya.

Mencegah adanya dampak buruk dari usaha tersebut hal ini juga

harus diperhatikan dalam meningkatkan kesejahteraan. Sebaiknya dalam

melakukan usaha tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi

masyarakat, tetapi dapat membantu meningkatkan kesejahteraan

sehingga mampu menimbulkan dampak positif bagi masyarakat

(Wardatul Asriyah; 2007).

2.2.7 Penyebab Kegagalan BUMDes

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha

Milik Desa, alasan yang paling umum faktor kegagalan dalam

20
menjalankan BUMDes dapat dirangkum dalam 6 faktor penyebab

BUMDes gagal sebagai berikut:

1) BUMDes coba-coba

BUMDes itu bukanlah seperti permainan game dan bertaruh

yang biasa dilakukan atas dasar coba coba keberuntungan semata.

Menjalankan usaha BUMDes harus berdasarkan kajian yang benar.

Menjalankan BUMDes adalah sebuah tugas berat, karenanya usaha

BUMDes harus tertata dengan rapi baik dari segi perencanaan, sarana

dan prasarananya. Dengan cara seperti ini BUMDes bisa terorganisir

dengan jelas serta memiliki tujuan yang pasti yaitu keberhasilan dan

penghasilan. 

Pun demikian, banyak sekali orang yang memulai mendirikan

BUMDes dengan niat untuk mencoba coba siapa tau beruntung. Cara

seperti ini, memang tidak menutup kemungkinan peluang keberhasilan

tetap ada, namun sudah tentu target serta hasil final yang diperoleh

akan berbeda dengan BUMDes yang sudah memiliki perencanaan

dengan matang sejak pembentukannya.

2) BUMDes salah memilih pokok usaha, padahal tidak menguasai bidang

usaha yang dipilih.

Apapun jenis usaha yang dipilih, akan lebih baik dan mudah

dijalankan jika kita memiliki keahlian dalam bidang

tersebut. Meskipun bukan keahlian yang professional, setidaknya

pernah mengetahui tentang seluk beluk usaha yang akan dijalani.

21
Minimal orang yang mengelola BUMDes pernah bekerja

dengan orang lain dengan bentuk usaha yang sama, sehingga dapat

memberikan pengalaman yang lebih spesifik serta memiliki bekal

kemampuan untuk membuat perencanaan dan perhitungannya.

Sebagai contoh ingin memulai sebuah usaha kuliner dan kita pernah

bekerja disebuah restoran, maka tidak akan sesulit jika dibandingkan

kita sebelumnya adalah mantan pekerja bengkel.

3) BUMDes yang menjalankan sekedar mengikuti trend.

Ini juga bisa berdampak lebih parah dan banyak sekali

BUMDes yang gagal, hanya karena memilih jalur trending semata.

Sangat tidak cocok untuk melakukan investasi dengan memilih

peluang usaha seperti ini karena akan sangat beresiko besar jika kita

tidak cermat dalam mengamati situasi dan kondisi. Masih ingat

jamannya trending usaha yang cukup membuat masyarakat tercengang

dan melihat nilai uang yang seperti tidak masuk akal yaitu: Jaman

populernya bunga gelombang cinta, Trending booming batu akik,

Berburu tokek harga ratusan juta.

Dari ketiga jenis bisnis tersebut seolah olah hanya tampak

seperti permainan orang yang sudah memiliki banyak uang. Sehingga

dengan cepat mempengaruhi masyarakat yang sebelumnya tidak

mengerti apa-apa kemudian mencoba melakukan investasi dalam

bidang ini kemudian saat tiba masa surut, mereka hanya memperoleh

kehancuran yang luar biasa.

22
Karena itu, dalam memilih usaha BUMDes setidaknya

pahami dahulu tentang bentuk-bentuk investasi jangka pendek atau

jangka panjang apa yang lebih masuk akal daripada hanya sekedar

mengikuti trending semata.

4) BUMDes yang kerjasama dengan orang yang salah (sumber daya

manusia)

Ketika BUMDes memiliki modal kemudian ingin membentuk

sebuah team atau partner kerja maka cermati dan analisa lebih dalam

mengenai track record orang tersebut sebelumnya. Pastikan ia adalah

personal yang sudah memiliki pengalaman atau minimal pernah

berperan dalam bidang bisnis tersebut. Jangan mengambil keputusan

hanya berdasarkan kata orang ataupun mudah percaya dengan bujuk

rayu dimana ia sendiri belum memiliki skill keahlian yang tampak

dengan mata kepala anda sendiri.

5) Pegawai BUMDes yang mendua.

Konsisten dan tekun adalah faktor penting yang dapat

mendukung keberhasilan dalam menjalankan BUMDes. Dengan sikap

rajin tanpa merasa bimbang akan pilihannya, maka sudah dapat

memberikan banyak waktu untuk mendalami segala aspek yang

berhubungan dengan usaha tersebut. Minimal akan lebih mudah dan

cepat memahami apa kekurangan serta kelebihannya.

2.3 Kerangka Konseptual

23
Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar

yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial

and error). Adanya landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data (Sugiyono, 2010:55).

Menurut Hoy dan Miskel (dalam Sugiyono, 2003:55), teori adalah

seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk

mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.

Berdasarkan definisi ini dapat dikemukakan disini bahwa, teori itu berkenan

dengan konsep, asumsi dan genaralisasi yang logis, berfungsi untuk

mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksikan perilaku yang memiliki

keteraturan dan sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan

pengetahuan.

Pada penelitian yang akan dilaksanakan di Desa Lasiai Kecamatan

Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, penulis akan memfokuskan pada analisis

penyebab gagalnya Badan Usaha Milik desa (BUMDes) dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten

Sinjai. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis memaparkan kerangka

konseptual sebagai berikut:

Analisis Penyebab Gagalnya Badan


Usaha Milik desa (BUMDes) dalam
mewujudkan kesejahteraan
masyarakat meliputi:
1. BUMDes coba-coba
2. BUMDes salah memilih pokok
usaha, padahal tidak menguasai
bidang usaha yang dipilih
3. BUMDes yang menjalankan
sekedar mengikuti trend
4. BUMDes yang kerjasama
dengan orang yang salah (SDM)
24
5. Pegawai BUMDes yang mendua
(Sumber: Permendes No. 4 Tahun
2015)
Mewujudkan
kesejahteraan
Desa Lasiai masyarakat
Kecamatan Sinjai yang lebih
Timur Kabupaten baik
Sinjai kedepannya

Faktor-faktor yang mendukung dan


menghambat Badan Usaha Milik
desa (BUMDes) dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.4 Definisi Operasional

2.4.1 Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai merupakan salah

satu desa yang ada di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

2.4.2 Analisis Penyebab Gagalnya Badan Usaha Milik desa (BUMDes) dalam

mewujudkan kesejahteraan masyarakat meliputi:

1. BUMDes coba-coba yaitu pembentukan BUMDes dilakukan dengan

coba-coba tanpa perencanaan yang rapi sehingga ini dapat

menyebabkan kegagalan dalam mewujudkan kesejahteraan

masyarakat.

2. BUMDes salah memilih pokok usaha, padahal tidak menguasai bidang

usaha yang dipilih yaitu pembentukan BUMDes yang salah dalam

25
memiliki bidang usaha tanpa menguasai bidang usaha yang dipilih

sehingga ini dapat menyebabkan kegagalan dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

3. BUMDes yang menjalankan sekedar mengikuti trend. Dimana

pembentukan BUMDes hanya dilakukan dengan mengikuti trend

tanpa perencanaan yang matang sehingga ini dapat menyebabkan

kegagalan dalam mewujudkan kesejahteraan masyakarat.

4. BUMDes yang kerjasama dengan orang yang salah (SDM). Dimana

pembentukan BUMDes yang bekerjasama dengan orang yang tidak

kompeten dalam bidangnya.

5. Pegawai BUMDes yang mendua. Dimana pembentukan BUMDes

baik direktur maupun pegawai BUMDes yang memiliki dua pekerjaan

sehingga tidak fokus dalam bekerja.

2.4.3 Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat merupakan faktor-

faktor yang mendukung dan menghambat BUMDes dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Tujuan penelitian

kualitatif adalah untuk mendapat uraian mendalam tentang ucapan, tingkahlaku

yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat maupun

organisasi tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh dan menyeluruh

(Moleong, 1993:105). Subjek yang diteliti dalam hal ini adalah Analisis

Penyebab Gagalnya Badan Usaha Milik desa (BUMDes) dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur.

3.2 Lokasi dan Penelitian

27
Penelitian ini dilakukan di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur

Kabupaten Sinjai dan adapun waktu penelitian direncanakan selama 2 bulan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghimpun data yang diperlukan penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

3.3.1 Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang

akan diteliti yaitu masyarakat Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur.

3.3.2 Interview (wawancara) merupakan salah satu metode pengumpulan data

dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi

dengan pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden).

Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan serangkaian

pertanyaan kepada sejumlah responden yang mampu memberikan

keterangan yang diperlukan oleh penulis yaitu Analisis Penyebab

Gagalnya Badan Usaha Milik desa (BUMDes) dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat di Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur.

3.3.3 Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, peraturan-

peraturan, foto-foto, film dokumenter, dan data-data yang relevan.

Menurut Sugiono, studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan

kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika

melibatkan atau menggunakan studi dokumen ini dalam metode

penelitian kualitatif.

28
3.4 Informan Penelitian

Informan yang dikemukakan oleh Moleong adalah “orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

belakang penelitian”. Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini adalah

3.4.1 Kepala Desa Lasiai

3.4.2 Sekretaris Desa Lasiai

3.4.3 Aparat Desa Lasiai

3.4.4 Ketua BUMDes

3.4.5 Anggota BUMDes

3.4.6 Masyarakat Desa Lasiai

3.5 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengguanakan sumber data, yaitu :

3.5.1 Data Primer

Data primer adalah sebagai data pokok yang diperoleh langsung

dari informan penelitian.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data pelengkap atas data-data yang

memberikan keterangan atau informasi tambahan kepada peneliti sebagai

bahan pelengkap penelitian seperti buku-buku yang mendukung terhadap

judul ini.

3.6 Teknik Analisis Data

29
Metode analisis data yang akan digunakan adalah model analisis

interaktif yang dikembangkan Miles dan Hubermen (1992 : 73), adapun metode

tersebut adalah :

3.6.1 Reduksi Data

Hasil penelitian lapangan sebagai bahan mentah dirangkum dan

direduksi. Reduksi yaitu pemilahan data hasil penelitian di lapangan

untuk menentukan data mana yang tidak sesuai. Hasil penelitian yang

telah direduksi kemudian masing-masing disusun secara tersendiri

supaya lebih sistematis untuk mempermudah peneliti dalam mencari

kembali data yang diperoleh apabila diperlukan.

3.6.2 Sajian Data (Display)

Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan

(Miles, 1992:17). Sajian data ini membantu peneliti untuk melihat

gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari hasil penelitian.

3.6.3 Penarikan Kesimpulan

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, diteliti kemudian

penelitian mencari makna hasil penelitian. Penelitian mencari pola

hubungan serta hal-hal yang sering timbul dari hasil penelitian atau data

yang diperoleh peneliti yang membuatnya menarik kesimpulan. Hanya

sebagian dari satu kegiatan dari informasi yang utuh. Dalam penarikan

30
kesimpulan ini didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang

merupakan jawaban atas masalah yang dibahas dalam penelitian. Analisis

trianggulasi digambarkan seperti skema berikut ini :

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Analisis Data

Skema ini menunjukkan bahwa kegiatan analisis data yang dilakukan

penulis secara berulang-ulang untuk menghasilkan data yang valid.

Selanjutnya data tersebut akan dipaparkan dalam bentuk narasi pada Bab IV

yaitu pembahasan hasil penelitian.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Basri. Kontribusi BUMDes Dalam Pembangunan Ekonomi Desa.

Amelia Sri Kusuma Dewi. Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai
Upaya Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) Serta
Menumbuhkan perekonomian Desa.

Bambang. Implemetasi Badan Usaha Milik Desa Berbasis Ekonomi Islam: Suatu
Kajian Elementer.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


Ketiga, Jakarta. Balai Pustaka.

Dwi Susilowati. 2020. Analisis peran badan usaha milik desa (BUMDes) Dalam
pemberdayaan masyarakat desa Menurut perspektif ekonomi islam (studi di
desa isorejo pada bumdes sinar harapan

Edi Suharto, 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:


Refika Aditama.

Herry Kamaroesid, 2016. Tata Cara Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa. Jakarta Edisi Pertama: Mitra Wacana Media.

32
Jonnius. Analisis Kinerja Karyawan BUMDes Di Kabupaten Kampar

Kadek Sumiasih. Peran BUMDes Dalam Pengelolaan Sektor Pariwisata, Studi di


Desa Pakse Bali, Kabupaten Klungkung

Lutfi Muhammad, dkk. 2020. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Edisi 4
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Sinjai.

Maria Rosa Ratna Sri Anggraeni. Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Pada Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Studi Pada BUMDes di Gunung
Kidul, Yogyakarta.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial :Perspektif Klasik, Modern


Postmodern, dan Poskolonial. Rajawali Pers : Jakarta.

Milles, M.B. and Huberman, M.A. 1992.Analisa Data Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Niswatun Hasanah. Upaya Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa


Melalui Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa, Desa Melirang
Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU


Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi


Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa

Ratna Azis Prasetyo, 2016. Peranan Bumdes Dalam Pembangunan Dan


Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Pejambon Kecamatan Sumberrejo
Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Dialektika, Vol. 10 No. 1, Maret 2016.

Singgih Tri Atmoj. 2015. Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Desa Temurejo Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi, Jurnal Kesejahteraan Social. Vol. 1 No.1

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta:


Bandung.

.............., Hoy dan Miskel 2003. Metode Penelitian Administrasi, Bandung. Alfabeta.

Undang-undang dasar 1945

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

33
Wardatul Asriyah, 2007. Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

34

Anda mungkin juga menyukai