Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN KAJIAN AKADEMIK

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 32 Tahun 2019 Tentang


Pendirian Perusahaan Umum Daerah
Agribisnis Pitu Limpoe Kab Sinjai

Pusat Kajian
Universitas Muhammadiyah Sinjai
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TIM KAJIAN

BAB I. PROLOG ....................................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Ruang Lingkup ......................................................................... 5

BAB II. KAJIAN TEORTIS ..................................................................................... 6


2.1. Analisis Finansial ........................................................................................ 6
2.2. Public Interprice (BUMN dan BUMD) ........................................................ 16
2.3. Badan Usaha Milik Daerah .......................................................................... 19
2.4. Teori Tentang Badan Usaha dan Keuangan Daerah ...................................... 21
2.5. Pendapatan Daerah ...................................................................................... 24
2.6. Teori Tentang Investasi (Penanaman Modal) ................................................ 26

BAB III. METODOLOGI DAN TEKNIK ANALISIS DATA ................................... 30


3.1. Desain Penelitian ......................................................................................... 30
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 31
3.3. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 32
3.4. Alat Analisis ................................................................................................ 33

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERUSAHAAN UMUM DAERAH


(PERUMDA) AGRIBISNIS PITU LIMPOE ............................................... 37
4.1. Kondisi Wilayah .......................................................................................... 37

BAB V. PEMBAHASAN ......................................................................................... 56


5.1. Rancangan Penyertaan Modal ...................................................................... 56

BAB VI. EPILOG ..................................................................................................... 63


6.1. Kesimpulan ................................................................................................. 64
6.2. Saran ........................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TIM TENAGA AHLI KAJIAN IVESTASI TENTANG
PENYETARAAN MODAL PERUSAHAAN UMUM DAERAH AGRIBISNIS PITU
LIMPOE KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2021

No Nama TIM Pengusul Perguruan Tinggi


1 Dr. Ir. Ahfandi Ahmad, SP., M. Si., IPM. Ketua
2 Wawan Mansur, SE Tenaga Ahli
3 Baharuddin, S. Sos., S. Pd. I., M. Si. Tenaga Ahli
4 Risma Niswati Tarman, ST., MT Analisis Data
5 Mifta Fadli As’ad, S. Kom Surveyor
1

BAB. I.
PROLOG

Berbagai sumberdaya pertanian yang tersedia di Kabupaten Sinjai.


Beberapa komoditi yang menjadi andalan wilayah berdasarkan pada
luasan pengusahaan lahannya, jumlah produksinya, pilihan mata
pencaharian masyarakat, dan sumbangannya dalam memberikan
pendapatan pada masyarakat maupun terhadap wilayah. Komoditi yang
menjadi andalan dalam sektor pertanian ini terbagi dalam kelompok-
kelompok sub sektor meliputi: sub sektor tanaman pangan; sub sektor
hortikultura, dengan komoditi andalan sayuran dan buahan; sub sektor
perkebunan; sub sektor kehutanan; sub sektor peternakan dengan
komoditi andalan sapi dan unggas; dan sub sektor perikanan, dengan
komoditi andalan perikanan budidaya maupun perikanan tangkap.

Kondisi potensi yang begitu besar, maka wajar jika sektor ini
menjadi salah satu prioritas dalam pelaksanaan pembangunan di
Kabupaten Sinjai. Perkembangan pertanian yang memiliki peran dan
kontribusi yang besar tersebut hingga saat ini sudah seharusnya dikelola

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


2

secara professional, terorganisir dan terpadu dengan berbasis pada


konsep pengusahaan agribisnis yang mengintegrasikan sektor hulu, on
farm dan hilir berikut sektor-sektor pendukungnya. Optimalisasi
pengelolaan tersebut dapat dilakukan melalui pembentukan kelembagaan
milik daerah yang mampu memberdayakan masyarakat berikut Lembaga
yang dimilikinya dalam operasional pengelolaan sumberdaya pertanian
yang berorientasi agribisnis, di bawah koordinasi pemerintah daerah.
Untuk itulah diperlukan Lembaga mandiri milik daerah yang secara khusus
mengelola komoditi-komoditi pertanian unggulan agar dapat memberikan
nilai tambah, berorientasi bisnis dan mampu bersaing di pasaran,
sehingga akan meningkatkan pendapatan petani serta pelaku-pelaku
bisnis pertanian sekaligus menaikkan pendapatan daerah.

Lembaga yang dimaksud dan dianggap paling ideal untuk


melaksankan amanat tersebut adalah Badan Usaha Milik Daerah atau
Perusahaan Umum Daerah yang berorientasi Agribisnis. Peran lembaga
ini dalam sistem perekonomian daerah diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam meningkatkan pendapatan daerah melalui penyetoran
deviden sebagai laba BUMD/perusda. Berdasarkan beberapa
pertimbangan diatas, dididirikanlah Perusahaan Umum Daerah yang
berbasis Agribisnis. Perusahaan Umum daerah ini didirikan berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Sinjai Nomor 32 Tahun 2019 Tentang
Pendirian Perusahaan Umum daerah Agribisnis Pitu Limpoe.

UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, salah satu


tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat yakni mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi dan keanekaragaman
sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pemerintah daerah
dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membangun daerahnya
serta memiliki daya saing yang tinggi untuk mengkombinasikan faktor

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


3

kondisi ekonomi, kualitas kelembagaan publik, sumber daya manusia dan


teknologi agar lebih berkembang dan berdaya saing.

Upaya yang giat dilakukan dalam rangka pengembangan daerah


agar dapat mandiri adalah dengan pendirian Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) sebagai salah satu basis yang paling mendasar di daerah. Agar
dapat memperoleh manfaat dan keuntungan yang maksimal bagi
pengelolaan BUMD/perusahaan daerah, maka sangat diperlukan jiwa
entrepreneurship yang baik di kalangan pemerintah daerah (eksekutif
daerah) sebagai pemegang saham utama BUMD/perusahaan daerah
(Sudarno, dkk, 2010).

Menyoroti Potensi BUMD yang bisa menjadi penggerak ekonomi


daerah (mesin ekonomi). Perumda Agribisnis Pitu Limpoe diharapkan
mampu menjadi instrumen untuk menjalankan fungsi pelayanan publik
dengan lebih cepat dan sekaligus menjadi pengungkit pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Sinjai. Akan tetapi pertanyaan yang perlu menjadi
pemikiran adalah apakah Perumda Agribisnis Pitu Limpoe mampu
mengelola segala potensi yang dimiliki Kabupaten Sinjai sehingga mampu
eksis dalam mendukung peningkatan pendapatan Asli Daerah dan
meningkatkan Kesejahtraan masyarakat. Pertanyaan tersebut akan
terjawab apabila, pemeritah daerah sebagai pendiri dari perusahaan
tersebut dapat dan mampu mengelola perumda tersebut dan memberikan
dukungan yang optimal dalam pengembangannya. empat filosofi alam
pengembangan Perumda Agribisnis Pitu Limpoe yaitu; Pertama, Profit
oriented company atau perusahaan yang berorientasi keuntungan.
perumda ini diharapkan memiliki usaha yang menhasilkan keuntungan.
Kedua, Community empowering atau perusahaan memberdayakan
masyarakat. Usaha yang profitabilitasnya tidak begitu tinggi, namun
membuka pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat. Ketiga, Community
mentoring atau perusahaan yang mendampingi masyarakat. Perumda
Agribisnis Piu Limpoe diharapkan menjadi perusahaan mitra, sehingga

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


4

mengembangkan usaha-usaha masyarakat. Keempat, Pioneering


company atau perusahaan perintis. Perumda dalam filosofi ini diharapkan
menjadi perusahaan perintis bisnis-bisnis baru, sehingga membuka
peluang peluang baru ditengah masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut maka merupakan suatu kebutuhan


apabila penyertaan modal Pemerintah Daerah kepada Perumda Agribisnis
Pitu Limpoe sebelum dituangkan dalam perda, terlebih dahulu akan diurai
dan meneropong lebih dalam terkait bagaimana kajian kelayakannya.
Studi kelayakan merupakan suatu kajian yang bersifat menyeluruh dan
mencoba menyoroti segala aspek kelayakan (Fitriani, 2010).

Analisa kelayakan investasi didefinisikan sebagai penelitian tentang


dapat tidaknya suatu proyek atau investasi dilaksanakan dengan berhasil.
Pengertian berhasil dalam artian yang terbatas adalah berhasil
memberikan manfaat dari investasi tersebut, dengan kata lain adalah
bahwa investasi tersebut menguntungkan bagi investornya. Pengkajian
yang bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek
kelayakan proyek atau investasi dikenal sebagai studi kelayakan. Studi
kelayakan atas rencana investasi harus dilakukan untuk semua aspek
yang terkait sehingga keputusan investasi yang dibuat didukung oleh
kelayakan dari semua aspek yang terkait dimaksud, dan tidak hanya
karena kelayakan aspek finansialnya saja. Penyertaan modal Pemerintah
Daerah kepada Perumda Agribisnis Pitu Limpoe mempunyai tujuan a)
sumber pendapatan asli daerah, b) pertumbuhan ekonomi, c) pendapatan
masyarakat, dan d) penyerapan tenaga kerja.

Perumusan masalah yang ada dalam kajian ini adalah “Bagaimana


kelayakaan dari penyertaan modal Kabupaten Sinjai kepada Perumda
Agribisnis Pitu Limpoe yang telah di bentuk Berdasrkan Peraturan Daerah
Nomor 32 Tahun 2019”.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


5

Tujuan:
1. Menguji dan menganalisis kelayakan penyertaan modal Kabupaten
Sinjai pada Perumda Agribisnis Pitu Limpoe
2. Menguji dan menganalisis kelayakan penyertaan modal Kabupaten
Sinjai pada Perumda Agribisnis Pitu Limpoe.

Ruang Lingkup:
Pembahasan kajian feasibility study ini melingkupi aspek finansial dari
Perumda Agribisnis Pitu Limpoe.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


6

BAB. II.
KAJIAN TEORITIS

2.1 Analisis Finansial

Analisa kelayakan finansial adalah landasan untuk menentukan


sumber dayafinansial yang diperlukan untuk tingkat kegiatan tertentu dan
laba yang bisa diharapkan. Kebutuhan finansial dan pengembalian
(return) bisa sangat berbeda, tergantung pada pemilihan alternatif yang
ada bagi sebagian besar usaha baru. Contohnya, komponen produk baru
mungkin perlu dibuat dalam ruangan yang memerlukan investasi pada
mesin produksi dan mungkin juga bangunan. Sebaliknya, pembuatan

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


7

produk baru bisa di subkontrakkan kepada pensuplai di luar, disini


perusahaan pada dasarnya menjadi gudang penyimpanan dan operasi
pemasaran bisa dilakukan dengan investasi kecil dalam aset tetap. Pada
kasus ini mungkin marginlaba dari perusahaan sangat kecil. Akan tetapi,
pengembalian total dari modal yang diinvestasikan bisa lebih tinggi
dibandingkan kasus operasi terintegrasi penuh di atas.

Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah bidang kajian dalam


studi kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis
(marketing, operasi, manajemen/SDM, hukum, lingkungan, dan
keuangan). Pelaksanaan studi dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis
tersebut terkadang disesuaikan dengan kebutuhan dari analis ataupun
stakeholder. Untuk beberapa kasus ada aspek-aspek yang tidak dikaji
atau dimasukkan dalam studi kelayakan dengan pertimbangan
urgensinya.

A. Analisis Kelayakan Investasi Daerah


Prinsip manajemen investasi daerah antara lain (Harahap,
2009): legalitas, keamanan, likuiditas, keuntungan, dan kesesuaian.
Legalitas Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas, misalnya
undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Untuk investasi jangka
panjang harus mendapat persetujuan DPRD dengan mengacu pada
peraturan di tingkat daerah peraturan kepala daerah tentang kebijakan
manajemen investasi daerah.
Keamanan Keputusan investasi daerah harus
mempertimbangkan aspek keamanan investasi. Oleh karena itu,
setiap keputusan investasi daerah harus didukung dengan analisis
yang memadai tentang manfaat dan risiko investasi. Karakteristik
investasi adalah semakin tinggi tingkat keuntungan investasi (rate of
return), maka semakin tinggi risiko investasi tersebut (high risk high
return). Untuk tujuan keamanan, investasi dengan tingkat risiko tinggi

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


8

pada dasarnya kurang sesuai bagi daerah. Pemerintah daerah


sebaiknya memilih instrument investasi yang lebih aman bagi
keuangan daerah.
Likuiditas investasi adalah seberapa mudah investasi tersebut
dapat dicairkan kembali menjadi kas tanpa mengalami kerugian
berarti. Semakin likuid suatu investasi, maka semakin mudah
pemerintah daerah memperoleh dana untuk memenuhi kebutuhan kas
yang mendadak atau tidak terduga. Pemerintah daerah yang tidak
memiliki proyeksi arus kas yang baik perlu menghindari instrumen
investasi yang tidak likuid.
Keuntungan Tujuan utama investasi adalah untuk memperoleh
keuntungan. Investasi yang dilakukan daerah harus memberikan
keuntungan yang optimal. Manajer keuangan daerah harus berupaya
untuk membuat portofolio investasi yang memberikan keuntungan
terbesar bagi daerah dengan tingkat resiko tertentu. Kesesuaian
karena organisasi pemerintah daerah bukan seperti perusahaan
bisnis, bukan juga lembaga keuangan, maka tidak semua jenis
instrumen investasi cocok untuk daerah. Sebagai contoh, pemerintah
daerah tidak dibenarkan ikut bermain valas meskipun investasi pada
zero couponbond dan surat berharga yang jatuh temponya lebih dari
lima tahun. Pemerintah daerah perlu memilih instrumen investasi yang
sesuai untuk operasionalisasi manajemen keuangan daerah dan tidak
melanggar peraturan perundangan yang terkait Analisis Finansial
Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dan
kelayakan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Sinjai pada Perumda Agribisnis Pitu Limpoe.

1) Average Rate of Return


Average rate of return atau Return on Investment (ROI) merupakan
rasio antara laba setelah pajak terhadap investasi, metode ini
hanya didasarkan atas laba dari data laporan keuangan. Rumus

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


9

yang digunakan dalam perhitungan Average Rate of Return adalah


sebagai berikut:

𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛
𝐴𝑅𝑅 =
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡

Dimana:
Initial Investment : Total Investasi yang dikeluarkan
Average Return : Rata-rata keuntungan

2) Payback Period
Payback Period adalah Waktu yang dibutuhkan atas suatu
investasi yang menghasilkan cash flow yang dapat menutupi biaya
investasi yang telah dikeluarkan. Sebuah investasi diterima/layak
jika payback period lebih rendah daripada waktu yang
dipersyaratkan. Menurut Sofyan (2002), teknik ini digunakan untuk
menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu
akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha
yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha
yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2004), Perhitungan didapat dari
perhitungan nilaikas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun.
Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak
ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100%
menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan dalam
perhitungan payback period adalah sebagai berikut:

𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = 𝑥 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑒𝑑

Dimana:

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


10

Initial Investment : Total Investasi yang dikeluarkan


Proceed : Aliran kas masuk bersih

3) Net Present Value


Net Present Value mengukur berapa nilai yang dihasilkan
saat ini seandainya menanamkan sebuah investasi. NPV juga
merupakan perbedaan di antara nilai pasar investasi dan biaya
yang dikeluarkannya. Discounted cash flow valuation adalah
proses penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada
masa datang. Untuk mengintepretasikan kelayakan suatu usaha
dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV. Jika nilai NPV positif
maka investasi layak dilakukan, sebaliknya jika negatif maka
investasi ditolak atau tidak layak.
Menurut Sofyan (2002), NPV adalah nilai neto sekarang dari dana
yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan
besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek,
oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah
memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan merugi.
Rumus yang digunakan dalam NPV adalah sebagai berikut:

𝑛
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑒𝑑
𝑁𝑃𝑉 = −𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 + ∑ ( )
(1 + 𝑟 )𝑡
𝑡=1

Dimana:
Initial Investment : Total Investasi yang dikeluarkan
Proceed : Aliran kas masuk bersih
r : Tingkat bunga/biaya modal
t : Periode Investasi

Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan


metode NPV adalah sebagai berikut:

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


11

 Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,


 Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan
 Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau
nilai
perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.

4) Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto yang
menyebabkan NPV investasi sama dengan NPV Proceedes. IRR
dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi
bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh
secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan
mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga
selama sisa umur usaha.
Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi tingkat return yang
dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga
tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam
kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity
cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak
dilaksanakan (Sofyan 2002). Rumus yang digunakan untuk IRR
adalah sebagai berikut:

Keterangan:
IRR : Internal Rate of Return
i1 : Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 : Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1 : Net Present Value bernilai positif
NPV2 : Net Present Value bernilai negatif

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


12

B. Aspek Sosial Ekonomi


Aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh yang akan
terjadi dengan adanya penyertaan modal Pemerintah Kabupaten
Sinjai terhadap Perumda Agribisnis Pitu Limpoe, khususnya dibidang
perekonomian masyarakat setempat dan bidang social
kemasyarakatan. Setiap usaha yang dijalankan akan memberikan
dampak positif dan negatif bagi berbagai pihak. Bagi masyarakat
adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi memberikan peluang
untuk meningkatkan pendapatan, sedangkan bagi pemerintah akan
memberikan pemasukan berupa pendapatan baik bagi pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.
Dalam Aspek ekonomi dan sosial perlu ditelaah apakah
keberadaaan suatu proyek atau usaha akan memberikan manfaat
secara ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak atau sebaliknya.

1. Dampak Aspek Ekonomi


Dampak yang ditimbulkan dengan penyertaan modal pemerintah
kepada pihak perumda Agribisnis Pitu Limpoe dilihat dari aspek
sosial ekonomi adalah sebagai berikut:
a) Dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui:
• Terbukanya kesempatan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekaligus mengurangi angka pengangguran.
• Tersedianya sarana dan prasarana umum yang dapat
berguna untuk masyarakat banyak juga pemerintah.
• Tersedianya dana pinjaman untuk meningkatkan kegiatan
ekonomi daerah dan masyarakat pada umumnya.
• Tersedianya beragam produk barang dan jasa di
masyarakat, sehingga meningkatkan persaingan dalam
menciptakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


13

b) Menggali, mengatur dan menggunakan ekonomi sumber daya


alam melalui:
• Penggunaaan lahan yang efisien dan efektif
• Peningkatan nilai tambah sumber daya alam
• Membangkitkan lahan tidur
c) Meningkatkan perekonomian pemerintah yaitu:
• Menambah peluang dan kesempatan kerja bagi
masyarakat.
• Pemerataan pendistribusian pendapatan.
• Meningkatkan devisa negara.
• Memperoleh pendapatan berupa pajak dari sumber-sumber
yang dikelola oleh perusahaan.
• Pengembangan wilayah
• Meningkatan pemerataan pembangunan (dengan prioritas
daerah tertentu).
• Membuka isolasi wilayah dan cakrawakala pemikiran
masyarakat dengan masuknya pembangunan.
d) Dampak negatip yang mungkin timbul dari aspek ekonomi:
• Eksplorasi sumberdaya yang berlebihan.
• Masuknya pekerja dari luar yang mengurangi kesempatan
atau
• peluang kerja bagi masyarakat sekitar.

2. Dampak Aspek Sosial


Sedangkan dampak sosial dengan adanya suatu proyek atau
investasi meliputi:
a) Komponen Demografi
• Struktur penduduk
• Tingkat pendapatan penduduk.
• Pertumbuhan penduduk.
• Tenaga kerja.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


14

b) Komponen Budaya
• Kebudayaan (adat istiadat, nilai dan norma budaya)
• Proses sosial.
• Warisan budaya.
• Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha
atau kegiatan.
c) Kesehatan masyarakat
• Parameter lingkungan masyarakat yang diperkirakan
terkena dampak rencana pembangunan dan berpengaruh
terhadap kesehatan.
• Proses dan potensi terjadinya pencemaran.
• Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses
penyebaran penyakit.
Terdapat dampak negative yang timbul dari aspek sosial, yaitu :
• Perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan
struktur social lainnya.
• Meningkatnya kriminalitas.
Pengukuran manfaat ekonomis lebih sulit dibanding
pengukuran biaya ekonomis, karena di samping manfaat
ekonomis yang diterima secara langsung berupa output proyek
yang dapat diukur dengan satuan moneter, terdapat juga
manfaat sekunder yang sulit diukur dengan satuan moneter.
Manfaat sekunder ekonomi yang sulit diukur dengan satuan
moneter:
 Naiknya Tingkat Konsumsi.
 Membantu proses pemerataan pendapatan.
 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
 Mengurangi ketergantungan (menambah swadaya negara).
 Mengurangi pengangguran (menambah kesempatan kerja).
 Manfaat sosial, budaya dan lain-lain

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


15

Pengukuran manfaat ekonomi lebih sulit dibanding biaya


ekonomi, karena:
a) Beberapa manfaat primer sulit diukur dengan uang.
b) Kebanyakan manfaat memerlukan perkiraan jangka
panjang.
Banyak manfaat yang bersifat tidak langsung dan dalam
perwujudannya perlu proyek tambahan.

3. Peningkatan Pendapatan Nasional


Apabila suatu investasi bisa meningkatkan pendapatan
masyarakat, maka secara otomatis akan meningkatkan
pendapatan nasional. Artinya dengan adanya investasi akan
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan secara nasional
dan pendapatan daerah dimana investasi tersebut dilakukan.
Untuk menghitung Pendapatan Nasional dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan:
1) Pendekatan Produksi (Production Approach) yaitu nilai
keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam satu tahun tertentu. Cara menghitung pendapatan nasional
dengan pendekatanproduksi adalah dengan menjumlahkan nilai
seluruh barang dan jasa.
2) Pendekatan Pengeluaran (Ekpenditure Approach) yaitu
pendapatan nasional yang dihitung dengan cara menjumlahkan
seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai golongan
masyarakat dalam perekonomian. Pengeluaran yang dimaksud
disini yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi dan
investasi pemerintah, ekspor impor.
3) Pendekatan Pendapatan (Income Approach) yaitu pendapatan
nasional yang dihitung dengan menjumlahkan balasan jasa yang
diterima oleh faktor produksi. Yang termasuk dalam jenis

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


16

pendapatan yaitu gaji dan upah, sewa, bunga, pajak tidak


langsung, dan lain-lain.

2.2 Public Interprice (BUMN dan BUMD)


Secara konseptual perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh
negara atau pemerintah dikenal sebagai perusahaan negara (public
interprice). Batasan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut Tangier
(1981), bahwa BUMN merupakan organisasi yang dimiliki oleh pemerintah
baik pusat maupun daerah dengan penyertaan modal sebesar 50% atau
lebih. BUMN berada di bawah top manajerial pemerintah, yang meliputi
hak untuk menunjuk top manajemen dan menentukan kebijaksanaan
pokok. BUMN didirikan untuk mencapai public purpose yang telah
ditetapkan yang bersifat multi dimensi yang secara konsekuen ada dalam
sistem public accountability. BUMN berusaha dalam aktivitas yang
mempunyai sifat bisnis, yang menyangkut ide investasi dan keuntungan
dengan memasarkan produk yang dihasilkan berupa barang/jasa.

Adapun menurut Fernandes (1981:99) bahwa BUMN itu adalah


public enterprise is an organization, wholly or by a majority public owned,
set up to achieve commercial and social goals, enggage in economic
activities within the sphere of agriculture, industry, commerce or services
and whose affairs are capable of being stated in term of balance sheets
and loss account.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa BUMN/BUMD merupakan


badan usaha milik pemerintah pusat/daerah, organisasi yang mengatur
berbagai sumber daya berusaha memproduksi dan menjual barang jasa
yang terjangkau tanpa mengurangi mutu untuk mencapai keuntungan.
BUMN/BUMD merupakan wujud nyata dari investasi negara dalam dunia
usaha, tujuannya adalah untuk mendorong dan mengembangkan aktivitas
perekonomian nasional. Adapun tujuan BUMN menurut Rees dalam Sri
Maemunah (1984) adalah:

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


17

• Guna efisiensi ekonomi yang meliputi alokasi teknologi dan


manajerial.
• Kemampuan memperoleh laba, yang merupakan sumber
pendapatan negara berupa pajak penghasilan atas laba yang
diperoleh BUMN dan bagian laba yang diterima pemerintah sebagai
pemilik. Meningkatkan kemampuan laba adalah penting bagi BUMN
karena menjadi sumber dana intern juga merupakan sumber
pendapatan pemerintah.
• Distribusi pendapatan, merupakan alat pemerintah untuk
mengadakan distribusi pendapatan melalui kebijksanaan harga di
bawah rata-rata atau dengan keputusan investasi yang mengabaikan
economies of scale untuk meningkatkan pendapatan riil golongan
tertentu.
• Tujuan bersifat makro, sebagai alat kebijaksanaan pemerintah
mempunyai tujuan yang bersifat aggregate, antara lain untuk
memperluas kesempatan kerja, memperbaiki neraca pembayaran,
menekan inflasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan menurut Sri Maemunah (1996) tujuan BUMN/BUMD


adalah: (1) menunjang perkembangan ekonomi; (2) Mencapai pemerataan
secara horizontal dan vertikal melalui perintisan usaha dan pembinaan
pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi; (3) menjaga stabilitas
dengan menyediakan persediaan barang yang cukup terutama
menyangkut hajat hidup orang banyak; (4) mencapai efisiensi teknik agar
dapat menjual dengan harga yang terjangkau tanpa mengurangi mutu dan
kemampuan memupuk dana dari keuntungan; (5) menunjang
terselenggaranya rencana pembangunan.

Tujuan BUMN/BUMD selalu terdiri dari tujuan sosial dan tujuan


komersial. Sebaiknya tujuan sosial dibedakan dari tujuan komersial, untuk
tujuan sosial pemerintah memberi subsidi sedang tujuan komersial
dibayar oleh konsumen. Turut campur tangan pemerintah dalam

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


18

perekonomian dalam bentuk BUMN/BUMD, secara ekonomis merupakan


tindakan untuk mengatasi kegagalan mekanisme pasar dalam distribusi
sumber daya secara optimal, yang berarti pula mengatasi adanya
kegagalan mekanisme pasar dalam mencapai nilai ekonomis yang optimal
atas sumber daya. Kegagalan pasar pertama adalah kegagalan yang
disebabkan oleh struktur pasar di mana tingkat teknologi yang
menyebabkan turunnya biaya (decreasing cost technology) menyebabkan
terbentuknya monopoli secara alamiah (natural monopoly) atau
oligopoli. Apabila terjadi monopoli atau oligopoli maka pasar akan dikuasai
oleh sebuah atau beberapa perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar
untuk mendapatkan keuntungan yang berlebihan dengan mengurangi
produksi dan menaikkan harga di atas biaya marginal.

Kegagalan pasar yang lain adalah eksternalitas yaitu adanya


perbedaan nilai dan manfaat sosial dengan manfaat dan nilai pribadi
(Mangkoesoebroto,1993:43). Kegagalan pasar yang lain adalah
kegagalan mekanisme pasar secara dinamis yang disebabkan belum
berkembangnya pasar modal dan keengganan pihak swasta terhadap
resiko usaha. Apabila kondisi ini dibiarkan tanpa adanya turut campur
tangan pemerintah maka akan terjadi kebangkrutan, dan pengangguran
yang mempunyai akibat luas terhadap perekonomian suatu negara.

Sepherd (1979:406), berpendapat bahwa untuk memperjelas arti


BUMN ada 3 (tiga) dimensi ekonomi yang akan menentukan menentukan
dimensi publik dari sebuah badan usaha: (a) Pemilikan sebagian atau
seluruh modal badan usaha oleh negara; (b)Subsidi dari pemerintah yang
disebabkan oleh penetapan harga di bawah biaya atau adanya tambahan
modal oleh pemerintah; dan (c) Pengawasan oleh pemerintah.

Pada pertemuan Tangier (1981), disimpulkan bahwa BUMN terdiri


dari 2 (dua) dimensi yaitu dimensi publik dan dimensi badan usaha,
adapun dimensi publik terdiri dari: (a) Tujuan yang berorientasi
kepentingan masyarakat (public purpose); (b) Pemilikan oleh negara

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


19

(public ownership); (c) Pengawasan Public (public control). Perbedaan


konseptual antara BUMN dengan perusahaan swasta terletak pada
definisi public purpose (Sicherl, 1981:79). Pada perusahaan swasta
sasaran perusahaan ditentukan di dalam perusahaan oleh
pimpinann/pemilik untuk mencapai hasil yang optimal sesuai dengan
kepentingan mereka. Dampak terhadap masyarakat berada di luar
kepentingan mereka. Sasaran BUMN ditetapkan berdasarkan tujuan
dasar negara yang ditetapkan sebagai public purpose. Ini berarti tujuan
BUMN merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional.

Public ownership menyatakan adanya pemilikan perusahaan oleh


pemerintah. Pemilikan saham dapat secara langsung/tidak langsung
melalui pemilikan saham sebesar 50% dari modal saham atau lebih. Hal
ini untuk menjamin pengawasan dari pemerintah atas perusahaan.
Pemilikan di bawah 50 % dari modal saham hanya akan membawa
penagruh besar atas perusahaan apabila pemerintah melengkapi
pemilikan tersebut dengan pengawasan ketat.

Public control adalah pengawasan atas pelaksanaan top


manajeman yang meliputi keputusan investasi, modal, penetapan harga,
kebijakan upah, corporate plan, dan pengangkatan direksi. Implikasi lebih
jauh dari public control adalah publi k manajemen. Implikasi public control
dan publik manajemen adalah public accountability yang merupakan
fenomena kompleks yang meliputi evaluasi kinerja atas berbagai tujuan
multi dimensi dan ketepatan dari tindakan manajerial. BUMN bertanggung
jawab kepada berbagai pengawasan dan kepentingan.

2.3 Badan Usaha Milik Daerah

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang


didirikan oleh Pemerintah Daerah (PP No 25 Tahun 2000). Badan Usaha
Milik Daerah mencakup semua badan usaha milik pemerintah daerah
yang pengelolaan dan pembinaannya berada dibawah pemerintah daerah.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


20

Tujuan pendirian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah:

• Memberikan sumbangsih pada perekonomian daerah dan


penerimaan kas daerah.
• Mencari keuntungan.
• Pemenuhan hajat hidup orang banyak.
• Perintis kegiatan usaha.
• Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan
lemah.

Fungsi Badan Usaha Milik Daerah:

Pelaksana kebijakan pemerintah daerah dalam bidang ekonomi


dan pembangunan.

• Pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan.


• Penyusun kebijakan teknis administrative dibidang investasi,
promosi, kerjasama investasi dan pemberdayaan BUMD.

Peran Badan Usaha MIlik Daerah (BUMD):

• Mendorong peran serta masyarakat dibidang usaha.


• Memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat.
• Menjadi perintis kegiatan yang kurang diminati masyarakat

Eksistensi BUMD sebagai lembaga bisnis yang dimiliki dan dikelola


oleh pemerintah daerah memiliki peran strategis dalam pembangunan
ekonomi daerah. Keberadaan BUMD diyakini dapat memberikan multiplier
effect yang sangat besar bagi perekonomian masyarakat. Dengan adanya
pendirian BUMD akan membuka lapangan kerja baru, menggerakkan
sector-sektor ekonomi produktif serta menjadi stimulant bagi pertumbuhan
ekonomi daerah serta meningkatkan penerimaan daerah.

Ciri-ciri Badan Usaha Milik Daerah (BUMD):

• Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


21

• Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam


permodalan perusahaan.
• Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam
menetapkan kebijakan perusahaan.

2.4 Teori Tentang Badan Usaha dan Keuangan Daerah


Secara global, bdan usaha disefenisikan sebagai organisasi yang
terstruktur dalam mengelola factor-faktor produksi untuk mendapatkan
keuntungan. Pengertian lain badan usaha dalam buku kompeten Ekonomi
adalah kekuasaan yuridis dan ekonomi yang menggunakan factor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan mencari
keuntungan.

Dalam perkembangannya, keberadaan badan usaha seringkali


didefinisikan sebagai sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan badan
usaha seringkali dibentuk oleh individu-individu atau golongan orang yang
membentuk badan hukum yang didirikan kedalam bentuk peusahaan.
Namun pada hakekatnya, badan usaha memiliki definisi yang sangat luas
daripada defenisi perusahaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini:

Tabel 1. Perbedaan Antara Badan Usaha Dengan Perusahaan

Badan Usaha Perusahaan


1. Suatu kebulatan ekonomi 1. Bagian dari badan usaha
2. Kesatuan Yurudis dan 2. Kesatuan Teknis
Ekonomi 3. Bagian dari proses produksi
3. Kesatuan organisasi yang dan merupakan alat dan
menggunakan factor badan untuk memperoleh
produksi untuk meghasilkan laba
barang dan jasa dengan
tujuan mencari laba

Ada beberapa bentuk badan usaha, antara lain: Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Badan Usaha Milik swasta (BUMS), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), dan badan usaha campuran. Badan Usaha Milik daerah

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


22

sesungguhnya memiliki karasteristik yang sama dengan Badan Usaha


Milik Negara. BUMD dan BUMN merupakan wujud nyata dari investasi
negara dalam dunia usaha, tujuannya adalah mendorong dan
mengembangkan aktivitas perekonomian nasional. Secara legalitas,
BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara
(berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuagan
Negara).

Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara, disebutkan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Defenisi keuangan negara di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang keuangan negara, disebut oleh para ahli sebagai keuangan
negara dalam arti luas. Definisi ini juga meliputi pengertian keuangan
daerah. Hal ini dikarenakan bahwa daerah otonom merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga
keuangan yang dimiliki oleh daerah otonom, juga merupakan bagian dari
kepemilikan negara.

Ruang lingkup keuangan negara dalam arti luas yaitu meliputi


Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Unit Usaha Negara, yang pada
hakikatnya merupakan seluruh kekayaan negara. Sedangkan keuangan
negara dalam arti sempit yaitu hanya meliputi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Seiriung dengan teori yang dikemukakan oleh
Atmadja (2009) di atas, maka keuangan daerah masuk ke dalam
keuangan negara sepanjang dipahami dalam arti luas. Bila dilihat dari arti
sempit, maka keuangan daerah adalah milik daerah sepanjang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


23

Teoti inilah kemudian yang dikembangkan dalam Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana pengertian
keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 156 ayat
1 Undang-Undang Nomor 323 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah
adalah: Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang
dapat dinilai dangn uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang
yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.

Kemudian dalam Undang-Undang terbaru yaitu UU Nomor 32


Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 279 ayat (1) hingga ayat
(3) dinyatakan bahwa Pemerintah pusat memiliki hubungan keuangan
dengan daerah untuk menbiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang diserahkan dan/atau ditugaskan kepada daerah. Hubungan
keuangan dalam penyelenggaraan ursan pemerintahan yang diserahkan
kepada daerah meliputi:

a. Pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak daerah


dan retribusi daerah;
b. Pemberian dana bersember dari perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
c. Pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusus untuk
pemerintah Daerah tertentu yang ditetapkan dalam Undang-
Undang; dan
d. Pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat, dan insentif
(fiscal).
Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang ditigaskan kepada daerah disertai dengan pendanaan sesuai
dengan urusan pemerintahan yang ditugaskan sebagai pelaksanaan dari
Tugas Pembantuan. Pada Pasal 281 UU Nomor 23 Tahun 2014,
disebutkan bahwa dalam menyelenggarakan Sebagian urusan
pemerintahan yang diserahkan dan/atau ditugaskan, penyelenggaraan

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


24

Pemerintah daerah mempunyai kewajiban dalam pengelolaan keuangan


daerah. Kewajiban penyelenggaraan Pemerintah daerah dalam
pengelolaan keuangan daerah meliputi:

a. Mengelola dana secara efektif, efisien, transparan dan


akuntabel;
b. Menyingkronkan pencapaian sasaran program daerah dalam
APBD dangan Program pemerintah Pusat; dan
c. Melaporkan realisasi pendanaan urusan pemerintahan yang
ditugaskan sebagai pelaksanaan dari tuugas pembantuan.
Dari ketentuan Undang-Undang tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pemerintah daerah, maka dapat
kita ambil kesimpulan bahwa BUMD/Perumda yang setengah atau
keseluruhan modal dasarnya bersumber dari keuangan daerah adalah
milik daerah, dimana BUMD/Perumda ini dalam pembentukannya
merupakan hak daerah, dan Pengurusannya merupakan suatu kewajiban
daerah. Namun, dalam pengelolaan keuangan daerah yang menjadi
modal dasar dalam pembentukan BUMD/Perumda, merupakan bagian
dari keuangan negara dalam arti luas. Sehingga apa yang dimiliki oleh
daerah, kepemilikan terssebut juga milik negara.

2.5 Pendapatan Daerah

Pembiayaan keuangan daerah salah satunya didukung oleh


Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang merupakan Sebagian kecil dari total
APBD. Dimana APBD sebagimana diketahui memuat pendapatan dan
pengeluaran pemerintah daerah. PAD adalah penerimaan daerah dari
sector pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan
yang sah.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


25

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahin 2004 tentang perimbangan


keuangan Pusat dan daerah, disebutkan bahwa sumber-sumber
penerimaan daerah terdiri:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD);


b. Dana Perimbangan;
c. Pinjaman daerah; dan lain-lain pendapatan yang sah.
Sedangkan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat
diperoleh dari:

a. Hasil Pajak Daerah, yaitu dilakukan oleh pemerintah daerah


berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
hasilnya dipergunakan bagi pembiayaan pengeluaran umum
pemerintah daerah, imbalan jasa tidak langsung diberikan pada
pembayar pajak dan pelaksanaannya dimana perlu dipaksakan,
sehingga bersifat mengikat bagi warga negara.
b. Hasil retribusi Daerah, Yaitu pungutan daerah sebagai
pembayaran/pemakainan atau memperoleh pekerjaan, usaha atau
milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang
diberikan oleh daerah, dengan kata lain retribusi daerah adalah
pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sumberjasa atau
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah daerah secara langsung
dan nyata kepada pembayar.
c. Hasil Perusahaan Milik daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
daerah Lainnya yang dipisahkan. Perusahaan daerah adalah
perusahaan yang modal usahanya seluruh atau sebahagian
berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan dan diatur oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penerimaan berpa
bagian laba dari Badan Usaha Milik daerah yang terdiri dari bagian
laba Bank Pembangunan daerah dan dari Badan Usaha Milik
daerah lainnya. Perusahaan daerah ini diwajibkan untuk meyetor
seluruh atau Sebagian labanya untuk dana pembangunan daerah.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


26

2.6 Teori Tentang Investasi (Penanaman Modal)


Menurut Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan
sebagai penanaman uang di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu
asset yang diharapkan di masa dating dapat di jual Kembali dengan nilai
yang lebih tinggi. Inversitasi dapat juga dikatakan sebagai suatu
penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa depan. Harapan
pada keuntungan di masa dating merupakan konpensasi atas waktu dan
resiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan. Aktivitas
investasi yang umum dilakukan adalah menginvestasikan sejumlah dana
pada asset rill seperti tanah, emas, mesin dan bangunan maupun asset-
aset finansial seperti deposito, saham ataupun obligasi. Pihak-pihak yang
melakukan kegiatan investasi tersebut disebut investor.

Mnurut tandelilin (2001) pada umumnya investor digolongkan


menjadi dua, yaitu investor individual yang terdiri dari individu-individu
yang melakukan akyivitas investasi dan investor institusional yang
biasanya terdiri dari perusahaan perusahaan asuransi, Lembaga
penyimpanan dana (bank dan Lembaga simpan-pinjam), Lembaga dana
pensiun, maupu perusahaan investasi.

Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga.


Definisi efek adalah suatu intrumen bentuk kepemilikan yang dapat
dipindah tangankan dalam bentuk surat berharga, saham/obligasi, bukti
hutang, bunga atau partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (reksa
dana), Hak untuk membeli suatu saham, garansi untuk membeli saham
pada masa mendatang atau instrument yang dapat diperjualbelikan.
Dasar keputusan dari investor untuk melakukan investasi adalah tingkat
return yang diharapkan, tingkat risiko yang diterima dan hubungan antara
return dan resiko. Alasan utama seseorang berinvestasi adalah untuk
memperoleh keuntungan dan dalam konteks manajemen investasi tingkat

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


27

keuntungan investasi disebut Return. Dalam prakteknya, dalam usaha


untuk mencatat nilai investasi (penanaman modal) yang dilakukan dalam
suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau
pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi
pengeluaran/perbelanjaan yang berikut:

1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan


peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis
industry dan perusahaan;
2. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah dan barang yang masih dalam proses prosuksi pada
akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi diatas, dinamakan
investasi bruto, yaitu meliputi investasi untuk menambah kemampuan
memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang
sudah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai
apresiasi maka akan didapat investasi neto. Dalam teori ekonomi makro
yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan pembatasan tersebut maka
definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran
yang meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal adalah jumlah
barang modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.

Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan


tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) ia sejajar dengan sumbu
datar, atau (b) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti
makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau
kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi
otonomi dan fungsi investasi yang tinggi apabila pendapatan nasional
meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makro

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


28

ekonomi biasanya diimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat


investasi otonomi.

Menurut Schumpeter dalam nanga (2001), investasi otonom


dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjasi di dalam
jangka Panjang seperti:

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.


2. Tingkat Bunga
3. Ramala mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
4. Kemajuan teknologi.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
Sementara itu factor-faktor yang mempengaruhi investasi secara
umum adalah:

1. Tingkat Pengebalian yang diharapkan (Expected Rate of Return)


a. Kondisi Internal Perusahaan
b. Kondisi Eksternal Perusahaan
2. Biaya Investasi
Hal yang paling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman.
Makin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi makin
mahal. Akibatnya minat akan investasi makin menurun. Namun
tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat
akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total
investasi masih tinggi dan factor yang mempengaruhi adalah
masalah kelembagaan
3. Margin Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga dan Margin
Efficiency of Investement.
Terkait Pendirian BUMD/Permda Agribisnis di Kabupaten
Sinjai, penyertaan modal pada BUMD/Perumda merupakan
bagian dari investasi jangka Panjang daerah, yang jumlah
akumulatifnya disajikan dalam neraca pada sisi asset. Dalam

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


29

penganggarannya, penyertaan modal atau investasi ini tidak


diakui sebagai belanja, namundimasukkan sebagai pengeluaran
pembiayaan. Di sisi lain, hasil yang diterima dari investasi yang
telah dilakukan dikategorikan sebagai PAD. Oleh karena itu,
kebijakan Umum Anggaran akan memuat Informasi tentang
Pendapatan dan pembiayan dalam rangka pengelolaan
BUMD/Perumda di Kabupaten Sinjai.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


30

BAB III.

METODOLOGI DAN TEKNIK


ANALISIS DATA

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya termasuk
penelitian yang bersifat kuantitatif dan bersifat kajian. Penelitian yang
dikembangkan ini diharapkan dapat lebih menjelaskan kelayakan dari
penyertaan modal Kabupaten Sinjai kepada PERUMDA AGRIBISNIS
PITU LIMPOE. Penelitian ini difokuskan pada pengujian data secara

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


31

finansial yang meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar, sehingga
diperoleh gambaran yang komprehensif tentang studi kelayakan.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Untuk mendapat data yang akurat dan faktual, maka diperlukan data
primer dan data sekunder.

a) Data Primer.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari


objeknya. Data primer diperoleh atau dikumpulkan dengan melakukan
studi lapangan penelitian (field research), wawancara dan/atau
observasi yang bertujuan untuk menggali informasi yang dibutuhkan
penulis terkait dengan perumusan permasalahan yang diteliti.

b) Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan


kepustakaan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan studi atau
penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mempelajari
peraturan-peraturan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.
Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

3.3 Metode Pengumpulan Data

a) Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan peneliti untuk


menghimpun atau mengumpulkan data sekunder yang relevan dengan
topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Data sekunder itu
dapat diperoleh dari peraturan perundangundangan, buku-buku hukum,
jurnal-jurnal hukum, karya tulis ilmiah dan sumber-sumber tertulis
lainnya.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


32

b) Observasi

Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti


mengumpulkan data langsung dari lapangan. Sedangkan menurut
Nasution observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan observasi terbuka, dimana peneliti
dalam melakukan pengumpulan data menyatakan sebenarnya kepada
sumber data bahwa sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka
yang diteliti mengetahui sejak awal hingga akhir tentang aktivitas
peneliti.

c) Wawancara

Menurut Maleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud


tertentu. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan.

Cara wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin,


yaitu wawancara yang dilakukan dengan tidak dibatasi oleh waktu dan
daftar pertanyaan, tetapi tetap berpegang pada pokok-pokok
permasalahan yang sesuai dengan tujuan wawancara. Wawancara
bebas terpimpin ini dimaksudkan agar memperoleh jawaban spontan
dan gambaran yang lebih luas tentang masalah yang diteliti. Sifat
wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka artinya
subyeknya mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan
mengetahui maksud dan tujuan wawancara tersebut.

d) Focus Group Discussion dan Public Hearing

Sementara itu, metode Focus Group Discussion (FGD)


diselenggarakan untuk merumuskan dan menyelesaikan persoalan-
persoalan krusial dalam penyusunan raperda Perusahaan Umum
Daerah (PERUMDA) Agribisnis Pitu Limpoe Kabupaten Sinjai, sehingga

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


33

memperoleh kesepahaman diantara stakeholders yang kepentingannya


terkait.

3.4 Alat Analisis


Alat analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan penyertaan
modal Kabupaten Sinjai menggunakan tinjauan aspek finansial sebagai
berikut :

a. Paybac Period

Payback period merupakan alat ukur jangka waktu berapa lama


investasi akan kembali. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Dimana:

Initial Investment : Total Investasi yang dikeluarkan

Proceeds : Aliran kas masuk bersih

b. Average Rate of Return

Average Rate of Return atau Return on Investment (ROI)


merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap investasi, metode
ini hanya didasarkan atas laba dari data laporan keuangan. Rumus
yang digunakan dalam perhitungan average rate of return adalah
sebagai berikut:

Dimana:

Initial Investment : Total Investasi yang dikeluarkan

Average Return : Rata-rata keuntungan

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


34

c. Net Present Value

Net Present Value mengukur berapa nilai yang dihasilkan saat


ini seandainya menanamkan sebuah investasi. NPV juga
merupakanperbedaan di antara nilai pasar investasi dan biaya yang
dikeluarkannya. Discounted cash flow valuation adalah proses
penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada masa
datang. Untuk mengintepretasikan kelayakan suatu usaha dapat
dilihat dari hasil perhitungan NPV. Jika nilai NPV positif maka
investasi layak dilakukan, sebaliknya jika negatif maka investasi
ditolak atau tidak layak.

Menurut Sofyan (2002), NPV adalah nilai neto sekarang dari


dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan
besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh
karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai
NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan merugi. Rumus yang
digunakan dalam NPV adalah sebagai berikut:

Dimana:

Initial Investment : Total Investasi yang dikeluarkan

Proceed : Aliran kas masuk bersih

r : Tingkat bunga/biaya modal

t : Periode Investasi

Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan


metode NPV adalah sebagai berikut:

• Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,

• Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


35

• Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai

perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.

d. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto yang


menyebabkan NPV investasi sama dengan nol. IRR dapat juga
dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu
usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis
ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat
keuntungan I yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha.
Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi tingkat return yang
dipersyaratkan.

IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat


pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria
investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of
capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan
(Sofyan 2002).

Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut:

Keterangan:
IRR : Internal Rate of Return
i1 : Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 : Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1 : Net Present Value bernilai positif
NPV2 : Net Present Value bernilai negatif

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


36

Kriteria pengambilan keputusan investasi

Metode Hasil Keputusan


Payback Period Jangka waktu investasi -
ARR ARR > Biaya Modal Layak
NPV NPV + (positif) Layak
IRR IRR > Biaya Modal Layak

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


37

BAB IV.
GAMBARAN UMUM LOKASI
PERUSAHAAN UMUM DAERAH
(PERUMDA) AGRIBISNIS PITU
LIMPOE

4.1. Kondisi Wilayah


A. Geografis
Secara geografis, wilayah Kabupaten Sinjai terletak di bagian
timur Provinsi Sulawesi Selatan, dengan potensi sumberdaya alam yang
cukup menjanjikan untuk dikembangkan, disamping memiliki luas wilayah
yang relatif luas. Kabupaten Sinjai secara astronomis terletak 5 0 2’ 56” -
50 21’ 16” Lintang Selatan (LS) dan antara 119 0 56’ 30” - 1200 25’ 33”
Bujur Timur (BT), yang berada di Pantai Timur Bagian Selatan Provinsi
Sulawesi Selatan dengan batas-batas sebagai berikut:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone;
 Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone;
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba; dan

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


38

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa.


Kondisi tofografi Kabupaten Sinjai didominasi oleh bentuk wilayah
perbukitan dan pegunungan sebahagian besar terletak di Kecamatan
Sinjai Barat, Kecamatan Sinjai Tengah, Kecamatan Sinjai Selatan dan
Kecamatan Bulupoddo. Dari 9 (sembilan) Kecamatan yang ada di
Kabupaten Sinjai, Kecamatan yang memiliki wilayah datar yang cukup
luas adalah Kecamatan Sinjai Timur, Kecamatan Tellulimpoe dan
Kecamatan Pulau Sembilan. Dataran yang memiliki sumberdaya air yang
cukup dimanfaatkan masyarakat sebagai area persawahan. Ketinggian
dari permukaan laut wilayah Kabupaten Sinjai bervariasi dari 0 – 1.000
Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL).

Secara administrasi Kabupaten Sinjai terdiri dari 9 (sembilan)


kecamatan, dan sebanyak 80 (delapan puluh) desa/kelurahan dengan
luas 819,96 Km² (81.996 Ha). Kabupaten Sinjai terletak arah timur dari
Kota Makassar dengan jarak 233 Km dari Kota Makassar, Ibukota Provinsi
Sulawesi Selatan. Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi Kabupaten
Sinjai, dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.:

Tabel
Luas Wilayah Kabupaten Sinjai Menurut Kecamatan (km2),
Persentase Luas dan Jumlah Kelurahan/Desa Tahun 2018
Luas Wilayah
Jumlah
No Kecamatan (km2)
Kelurahan Desa Total
1 Sinjai Barat 2 7 9 135,53

2 Sinjai Borong 1 8 66,97


7
1
3 Sinjai Selatan 1 11 131,99
0
1
4 Tellu Limpoe 1 11 147,30
0
1
5 Sinjai Timur 1 13 71,88
2

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


39

1
6 Sinjai Tengah 1 11 129,70
0
7 Sinjai Utara 6 - 6 29,57

8 Bulupoddo - 7 7 99,47

9 Pulau Sembilan - 4 7,55


4
Jumlah 13 67 80 819,96
Sumber: Sinjai Dalam Angka, 2019

Gambar Peta Administrasi Kabupaten Sinjai

B. KONDISI DEMOGRAFI
Jumlah penduduk Kabupaten Sinjai pada tahun 2010 adalah
229.583 jiwa. Jumlah tersebut telah mengalami perubahan dan
pertumbuhan, karena pada tahun 2017 jumlahnya mencapai 242.672 jiwa.
Selama 8 tahun telah terjadi penambahan penduduk sejumlah 13.089 jiwa.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


40

Tabel
Jumlah Penduduk Tahun 2018 dan Proyeksi Tahun 2023
Kabupaten Sinjai

Proyeksi Jumlah Penduduk


Jumlah Penduduk Tahun 2018
No. Kecamatan Tahun 2023

Perkotaan Perdesaan Jumlah Perkotaan Perdesaan Jumlah

1 Sinjai Barat 6.035 18.356 24.391 6.252 19.017 25.269

2 Sinjai Borong 2.158 14.001 16.159 2.236 14.001 16.741

3 Sinjai Selatan 6.632 32.571 39.203 6.871 33.744 40.615

4 Tellu Limpoe 4.139 29.357 33.496 4.288 30.414 34.702

5 Sinjai Timur 4.292 26.694 30.986 4.447 27.655 32.102

6 Sinjai Tengah 2.378 24.896 27.274 2.464 25.792 28.256

7 Sinjai Utara 47.530 0 47.530 49.241 0 49.241

8 Bulupoddo 821 15.196 16.017 851 15.743 16.594

Pulau
9 1.077 6.539 7.616 1.116 6.774 7.890
Sembilan

TOTAL 75.062 167.610 242.672 77.765 173.645 251.410

Sumber: Sinjai Dalam Angka, 2021

Berdasarkan rincian table diatas Jumlah Penduduk Kabupaten


Sinjai pada tahun 2018 sebesar 242.672 jiwa, terdiri dari penduduk
perkotaan sebesar 75.062 jiwa, dan perdesaan sebesar 167.610 jiwa.
Sedangkan proyeksi jumlah penduduk tahun 2023 sebesar 251.410 Jiwa,
yang terdiri dari penduduk perkotaan sebesar 77.765 jiwa dan penduduk
perdesaan sebesar 173.645 jiwa.

Tabel
Jumlah Penduduk Kabupaten Sinjai Tahun 2020
berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN JUMLAH
NO KECAMATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
1 2 3 4 5
1 Sinjai Barat 12.117 12.274 24.391
2 Sinjai Borong 8.003 8.156 16.159

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


41

3 Sinjai Selatan 18.910 20.293 39.203


4 Tellu Limpoe 16.015 17.481 33.496
5 Sinjai Timur 14.625 16.361 30.986
6 Sinjai Tengah 13.457 13.817 27.274
7 Sinjai Utara 22.887 24.643 47.530
8 Bulupoddo 7.778 8.239 16.017
9 Pulau Sembilan 3.728 3.888 7.616
JUMLAH 117.520 125.152 242.672
Sumber : Sinjai Dalam Angka, 2021

Tabel
Jumlah Penduduk Kabupaten Sinjai Tahun 2020
berdasarkan Kelompok Umur
KELOMPOK JENIS KELAMIN
NO JUMLAH TOTAL
UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 2 3 4 5

1 00 - 04 11.675 11.230 22.905

2 05 – 09 12.548 12.162 24.710

3 10 - 14 12.079 11.659 23.738

4 15 - 19 10.409 9.705 20.114


5 20 - 24 8.763 8.721 17.484
6 25 – 29 8.424 9.023 17.447
7 30 - 34 8.336 9.091 17.427
8 35 - 39 8.317 9.072 17.389
9 40 - 44 7.640 8.364 16.004
10 45 - 49 6.879 7.803 14.682
11 50 - 54 6.374 7.223 13.597
12 55 – 59 4.903 5.777 10.680
13 60 - 64 3.673 4.556 8.229
14 65 – 69 2.942 3.738 6.680
15 70 - 74 2.167 3.054 5.221
16 75 + 2.391 3.974 6.365
JUMLAH 117.520 125.152 242.672
Sumber : Sinjai Dalam Angka, 2021

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


42

Tabel
Persentase Penduduk Usia 7-24 Tahun Menurut Jenis Kelamin
dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Sinjai, 2020
JENIS KELAMIN JUMLAH
PARTISIPASI SEKOLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
1 2 3 4
Tidak/Belum Pernah
1,18 0,33 0,77
Sekolah
SD/MI 41,70 39,63 40,71
SMP 12,36 12,27 12,32
SMA/SMK/MA 14,01 24,00 18,77
Tidak Bersekolah Lagi 30,74 23,77 27,42
Sumber : Sinjai Dalam Angka 2021

Tabel
Jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA)
di Kabupaten Sinjai Tahun 2020

TK RA
NO KECAMATAN
NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA
1 2 3 4 5 6
1 Sinjai Barat 4 8 - 4
2 Sinjai Borong 5 6 - -
3 Sinjai Selatan 6 13 - 4
4 Tellu Limpoe 2 11 - 1
5 Sinjai Timur 7 5 - 7
6 Sinjai Tengah 5 15 - 8
7 Sinjai Utara 7 9 - 5
8 Bulupoddo 6 2 - 1
9 Pulau Sembilan 1 1 - -
JUMLAH
TOTAL 43 70 - 30
Sumber : Sinjai Dalam Angka 2021

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


43

Tabel
Jumlah Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
di Kabupaten Sinjai Tahun 2020

SD MI
NO KECAMATAN
NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA
1 2 3 4 5 6
1 Sinjai Barat 27 - - 5
2 Sinjai Borong 25 - 1 1
3 Sinjai Selatan 34 - 1 6
4 Tellu Limpoe 32 - - 3
5 Sinjai Timur 27 - - 4
6 Sinjai Tengah 31 - - 5
7 Sinjai Utara 28 4 2 1
8 Bulupoddo 24 - - 1
9 Pulau Sembilan 10 - - -
JUMLAH
TOTAL 238 4 4 26
Sumber : Sinjai Dalam Angka 2021

Tabel
Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
di Kabupaten Sinjai Tahun 2020
SMP MTs
NO KECAMATAN
NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA
1 2 3 4 5 6
1 Sinjai Barat 6 - - 5
2 Sinjai Borong 3 - 1 2
3 Sinjai Selatan 7 - - 6
4 Tellu Limpoe 4 - - 5
5 Sinjai Timur 3 1 - 5
6 Sinjai Tengah 5 - 1 5
7 Sinjai Utara 4 1 2 3
8 Bulupoddo 5 - - 4
9 Pulau Sembilan 3 - - 1
JUMLAH
TOTAL 40 2 4 36
Sumber : Sinjai Dalam Angka 2021

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


44

Tabel
Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)/
Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Sinjai Tahun 2020

SMA SMK MA
NO KECAMATAN
NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sinjai Barat 2 - - - - 5
2 Sinjai Borong 1 - - - - 2
3 Sinjai Selatan 3 - - 1 - 5
4 Tellu Limpoe 1 - - 1 - 4
5 Sinjai Timur 2 - 1 2 1 2
6 Sinjai Tengah 2 1 - - - 5
7 Sinjai Utara 2 1 2 3 1 3
8 Bulupoddo 1 - - - - 1
9 Pulau Sembilan - - 1 - - -
JUMLAH TOTAL 14 2 4 7 2 27
Sumber : Sinjai Dalam Angka 2019

C. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)


Kemajuan pembangunan suatu daerah dapat ditunjukkan melalui
kemajuan pembangunan sumber daya manusianya. Hal ini dapat dilihat
dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meliputi capaian kemajuan
bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Perkembangan IPM
Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Indeks Pembangunan Manusia

TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
Kabupaten
1 Sinjai 63,83 64,48 65,36 65,80 66,24
2 Provinsi 68,49 69,15 69,76 70,34 70,90
3 Nasional 68,90 69,55 70,18 70,81 71,39
Sumber : BPS Kabupaten Sinjai

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


45

Tabel Pertumbuhan IPM Kabupaten Sinjai

TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
Kabupaten
1 Sinjai 0,56 1,02 1,37 0,67 0,67
2 Provinsi 0,84 0,96 0,88 0,83 0,8
Sumber : BPS Kabupaten Sinjai

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER (IPG)

Indeks Pembangunan Gender Digunakan untuk mengukur


pencapaian dimensi dan variabel yang sama seperti IPM, tetapi
mengungkapkan ketidakadilan pencapaian laki-laki dan perempuan.
Berikut adalah tabel Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sinjai :

Tabel Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Sinjai


TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
Kabupaten
1 Sinjai 98,52 98,61 98,74 98,01 98,13
Sumber: BPS Kab. Sinjai

C. KESEJAHTERAAN SOSIAL
1. Angka Melek Huruf
Salah satu indikator penilaian mendasar dari tingkat pendidikan
penduduk di suatu daerah adalah dengan melihat angka melek huruf
(AMH). Melek huruf sendiri adalah kemampuan membaca dan
menulis, dimana seseorang mempunyai kemampuan membaca dan
menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Sedangkan seseorang
yang hanya dapat membaca atau menulis saja belum dianggap
sebagai melek huruf. Indikator ini dapat dijadikan gambaran
peningkatan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah.
Perkembangan angka melek huruf di Kabupaten Sinjai dapat dilihat

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


46

pada tabel berikut:


Tabel Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Sinjai
TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
AMH Usia 15 >
1. 94,49 89,12 89,19 90,7 89,97
Kabupaten Sinjai
Sumber : BPS Kab.Sinjai
2. Angka Rata-rata Lama Sekolah
Selain Angka Melek Huruf (AMH), indikator lain yang dapat
digunakan untuk melihat tingkat pendidikan di suatu daerah adalah
Rata-Rata Lama Sekolah. Indikator ini memberikan informasi tentang
sejauh mana tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk daerah
tersebut. Lamanya sekolah adalah sebuah angka yang menunjukkan
lamanya seorang duduk di bangku sekolah, mulai dari sekolah dasar
sampai pada jenjang pendidikan terakhir. Di Kabupaten Sinjai, rata-
rata lama sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Angka Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Kabupaten Sinjai
TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
Rata-rata Lama
1. Sekolah 7,03 7,05 7,06 7,28 7,29
Kabupaten Sinjai
Rata-rata Lama
2. 7,49 7,64 7,75 7,95 8,02
Sekolah Provinsi
Sumber : BPS Kab.Sinjai
3. Angka Harapan Lama Sekolah
Angka harapan lama sekolah di kabupaten sinjai dari tahun
2013 sampai tahun 2018 mengalami peningkatan. Meskipun demikian
jika dibandingkan dengan provinsi masih berada dibawah rata-rata
sebesar 13,28 persen pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat harapan lama sekolah masih perlu ditingkatkan. Dapat dilihat
pada tabel berikut :

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


47

Tabel Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Sinjai


TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
Harapan Lama
1. Sekolah 11,96 12,34 12,83 12,84 12,85
Kabupaten Sinjai
Harapan Lama
2. 12,9 12,99 13,16 13,28 13,34
Sekolah Provinsi
Sumber : BPS Kab.Sinjai

4. Angka Partisipasi Kasar (APK)


Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah
siswa pendidikan SD/SMP/SMA dibagi dengan jumlah penduduk
berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun
usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap
jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu. Hal ini dapat memberikan informasi mengenai
tingkat serapan pendidikan dan partisipasi penduduk pada setiap
jenjang pendidikan. Semakin tinggi APK berarti semakin tinggi pula
akses penduduk suatu daerah terhadap pendidikan, serta semakin
tinggi tingkat kemampuan daerah tersebut dalam penyelenggaraan
otonomi daerah. Berikut tabel APK:
Tabel Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Tahun 2013-2017
Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Sinjai
TAHUN
NO URAIAN
2013 2014 2015 2016 2017
1. SD/MI/Sederajat 105,98 101,25 105,63 108,89 113,98
2. SMP/MTs/Sederajat 116,51 109,12 109,04 89,46 82,08
3. SMA/MA/Sederajat 82,22 83,93 83,31 85,53 -
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Sinjai

5. Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Angka Partisipasi Sekolah untuk jenjang pendidikan dasar
adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


48

13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1000


penduduk usia pendidikan dasar. APS merupakan indicator dasar
yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas
pendidikan khususnya bagi pendiuduk usia sekolah. Semakin tinggi
angka partiipasi sekolah semakin besar jumlah penduduk yang
berkesempatan meraih pendidikan. Untuk lebih jelas dapat diliat pada
tabel ini:
Tabel Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Sinjai
TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
SD/MI/Sederajat
1. (Penduduk Usia 7-12 98,74 98,34 99,5 99,4 100
yang bersekolah)

SMP/MTs/Sederajat
2. (Penduduk Usia 13- 97,78 92,66 91,81 93,34 93,08
15 yang bersekolah)

SMA/MA/Sederajat
3. (Penduduk Usia 16- 70,19 69,66 82,13 77,94 71,04
18 yang bersekolah)
Sumber : BPS Kab.Sinjai

6. Angka Partisipasi Murni (APM)


Angka Partisipasi Murni adalah proporsi penduduk pada
kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah
terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. Berikut tabel
persentase APM di Kabupaten Sinjai :
Tabel Persentase Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Sinjai
TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
1. SD/MI/Sederajat 94,88 97,15 99,5 99,02 100

2. SMP/MTs/Sederajat 68,92 81,91 78,27 78,77 75,06

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


49

3. SMA/MA/Sederajat 64,32 64,34 68,37 72,62 70,29


Sumber : BPS Kab.Sinjai
D. VISI MISI KABUPATEN SINJAI

Pemerintah kabupaten Sinjai periode 2018-2023 dibawah


kepemimpinan Bupati Sinjai, Andi Seto Ghadista Asapa dan Wakil Bupati
Sinjai, Andi Kartini Ottong, mempunyai Visi yang hendak dicapai yaitu:

“Terwujudnya Masyarakat Sinjai yang Mandiri, Berkeadilan dan


Religius melalui Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia
yang Unggul dan Berdaya Saing”

Untuk mewujudkan visi tersebut maka upaya umum yang hendak


dijalankan dinyatakan dalam rumusan misi sebagai berikut;
(1) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik berlandaskan
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, bersih,
profesional, transparan dan partisipatif;
(2) Mewujudkan peran Kabupaten Sinjai sebagai penyelenggara
pelayanan dasar yang memuaskan serta sebagai pusat
pelayanan pada bidang-bidang strategis;
(3) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kolaborasi
pemerintah, pelaku usaha dan kelompok-kelompok masyarakat
dalam berkembangnya iklim usaha dan investasi serta
pemanfaatan pendapatan daerah secara tepat;
(4) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Kuasa;
(5) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana publik
serta infrastruktur wilayah dalam mengoptimalkan
perkembangan wilayah dan koneksivitas antar wilayah;
(6) Mendorong terciptanya ketenteraman dan ketertiban umum serta
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat;

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


50

(7) Memelihara kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam pada


wilayah pulau dan pesisir, dataran rendah serta pegunungan
dalam mendukung keberlanjutan pembangunan.

6.1 Potensi Pertanian, Perkebunan, Peternakan Kab.


Sinjai

Menurut sector lapangan usaha, sector pertanian merupakan sector


yang menyerap tenaga kerja paling banyak yaitu sekitar 60,71%. Sektor
ini banyak diminati oleh penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas
dengan jam kerja keseluruhan minimal 35 jam. Komoditi yang banyak di
usahakan oleh masyarakat di kabupaten sinjai adalah komoditi pangan
utama seperti Padi dan Jagung. Berikut data luas panen, produktivitas dan
produksi pangan utama dapat di lihat pada table berikut:

Tabel
Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Pangan Utama
Kabupaten Sinjai

Tahun 2020
Kecamatan Produksi (Ton) Rataan Provitas Produksi (Ton)
(kw/Ha)
KOMODITI PADI
Sinjai Utara 1.092 41,56 4.538
Sinjai Timur 2.722 42,55 11.582
Sinjai Selatan 5.857 43,35 25.391
Sinjai Tengah 2.509 42,44 10.648
Sinjai Barat 1.836 43,92 8.064
Sinjai Borong 1.824 43,33 7.903
Bulupoddo 3.287 41,32 13.582
Tellulimpoe 3.075 41,66 12.808
Jumlah 22.202 42,57 94.517
KOMODITI JAGUNG
Sinjai Utara 233 49,65 1.157
Sinjai Timur 684 49,55 3.387
Sinjai Selatan 739 48,92 3.615
Sinjai Tengah 683 46,75 3.192
Sinjai Barat 117 45,55 533

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


51

Sinjai Borong 1.267 47,65 6.037


Bulupoddo 805 49,23 3.961
Tellulimpoe 1.015 49,43 5.016
Jumlah 5.542 48,54 26.898
Sumber Dinas TPHP Kab. Sinjai, 2021

Data table di atas, menunjukkan bahwa dua komoditi pangan utama


yang dominan di usahakan oleh masyarakat di Kabupaten Sinjai memiliki
jumlah produksi untuk tahun 2020 sebesar 94.517 Ton komoditi padi dan
26.898 untuk komoditi Jagung. Komoditi padi, Kecamatan Sinjai Selatan
adalah merupakan kecamatan lumbung pangan bagi Kabupaten Sinjai
dengan produksi Tahun 2020 sebesar 25.391 Ton. Kecamatan lain
menjadi Kecamatan Penyangga untuk kebutuhan pangan khususnya padi.
Kecamatan Sinjai Utara adalah kecamatan dengan memiliki produksi padi
paling kecil sebesar 4.538 Ton, hal ini di sebabkan karena kecamatan ini
adalah Ibu Kota Kabupaten yang dominal lahan wilayah ini di pergunakan
untuk pemukiman dan aktifitas lain non pertanian.

Selain Komoditi Pertanian, komoditi peternakan juga menjadi salah


satu potensi unggulan di bidang peternakan yang dapat berkembang
adalah pengembangan sapi potong, hal ini didasarkan bahwa wilayah
barat Kabupaten Sinjai mempunyai iklim yang refresentatif untuk
mengembangkan ternak sapi potong yakni suhu yang dingin, tersedia
lahan yang cukup sebagai basis ekologi untuk peternakan dan
mempunyai sumber hijauan dan limbah pertanian yang cukup sebagai
bahan makanan dan pakan ternak sapi potong.

Kabupaten Sinjai merupakan salah satu penghasil ternak sapi


potong di Sulawesi Selatan, peningkatan populasi ternak sapi potong
dalam kurun waktu 5 tahun dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel Populasi ternak sapi kabupaten sinjai, tahun 2016-2020

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


52

No Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020


1 Sinjai Barat 8.036 8.796 9.299 9.689 10.069
2 Sinjai Borong 4.957 5.427 5.737 5.983 6.219
3 Sinjai 14.627 16.007 16.923 17.632 18.319
Selatan
4 Tellulimpoe 14.424 15.789 16.692 17.391 18.073
5 Sinjai Timur 12.200 13.353 14.118 14.709 15.286
6 Sinjai 11.804 12.921 13.660 14.233 14.790
Tengah
7 Sinjai Utara 4.804 5.058 5.347 5.571 5.789
8 Bulupoddo 13.706 15.004 15.862 16.526 17.173
9 Pulau IX - - - - -
Kabupaten Sinjai 84.558 92.355 97.638 101.734 105.718
Sumber : Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab. Sinjai 2021

Data Popolasi Ternak pada table di atas, memberikan gambaran


terkait jumlah peternak yang berada di setiap kecamatan di Kabupaten
Sinjai. Kecamatan Sinjai Selatan dan kecamatan tellulimpoe adalah
kecamatan yang memiliki jumlah populasi ternak Sapi Potong yaitu
masing masing 18.319 ekor dan 18.073 ekor. Adapun jumlah total sapi
potong yang ada di kabupaten Sinjai adalah 105.718 ekor.

Selain sector pertanian, sector industry juga memiliki peran penting


dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sektor industry menjadi
salah satu pendapatan asli daerah. Kabupaten Sinjai Juga memiliki
industri Kecil menengah (IKM) yang tersebar di semua kecamatan. IKM ini
memiliki bidang usaha yang berbeda-beda tergantung karesteristik
wilayah masing-masing. Data jumlah IKM dan sector usahanya dapat
dilihat pada tabel berikut.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


53

Tabel Data Jumlah IKM Kabupaten Sinjai, 2019

KECAMATAN MAKMIN HUTAN LOGAM MESIN KERAJINAN PENJAHITAN TEMBAKAU JUMLAH


UTARA 35 29 2 2 39 107
TENGAH 13 67 1 1 20 102
BARAT 13 7 11 2 1 10 91 135
TIMUR 15 2 3 19 39
SELATAN 10 158 8 5 6 38 225
TELLULIMPOE 5 14 8 1 1 15 44
BORONG 7 68 1 1 6 21 104
BULUPODDO 8 25 14 1 2 5 55
PULAU SEMBILAN 1 1 2
JUMLAH 107 339 73 12 18 152 112 813
Sumber: Dinas Perindustrian Kab. Sinjai. 2021

Industri Kecil Menengah (IKM) yang berada di Kabupaten Sinjai menurut data Dinas Perindustrian kabupaten
Sinjai adalah sebanyak 813 Unit IKM. Yang tersebar di Sembilan kecamatan. Kecamatan yang memiliki jumlah IKM
terbesar adalah kecamatan Sinjai Selatan. Bidang usaha/sector usaha yang paling banyak di geluti adalah bidang
usaha yang memanfaatkan hasil hutan. Seperti produksi gula merah. kemuadian industry penjahitan dan kerajinan
logam.
54

Data empiris di atas memberikan gambaran bahwa kondisi


perekonomian Kabupaten Sinjai, banyak di topang oleh beberapa sector.
Akan tetapi sector dominan adalah sector pertanian, perkebunan,
peternakan dan industry. Sehingga sepantasnya Pemerintah kabupaten
Sinjai membuat Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)/Perumda yang dapat
memberikan dukungan terhadap kemajuan usaha masyarakat. Bidang
Usaha yang BUMD yang akan didirikan juga tidak boleh lepas dari sector
pendukungnya yakni Bidang Agribisnis.

Upaya dalam Pendirian BUMD/Perumda tergolong tepat dalam


upaya optimalisasi pendapatan daerah, karena dapat membenahi
pengelolaan sumber-sumber daya pada sector unggulan di Kabupaten
Sinjai khususnya pada aspek Pemasaran dan Kelembagaannya. Bentuk
Lembaga yang paling ideal adalah BUMD/Perumda yang dikelola secara
professional dan memiliki kekuatan hukum melalui penetapan
keberadaannya melalui Perda.

Sistem pengelolaan merupakan factor yang penting dalam


operasional BUMD/Perumda, dikarenakan BUMD/Perumda merupakan
usaha yang dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana tujuannya adalah
sebagai salah satu sumber penerimaan daerah (PAD), tetapi pada
kenyataannya masih banyak BUMD/Perumda yang selama ini belum
mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD.

BUMD/Perumda Agribisnis Pitu Limpoe yang akan dibentuk di


Kabupaten Sinjai ini bertujuan untuk : mengoptimalkan potensi pertanian,
peternakan, kehutanan, Perkebunan dan perikanan di Kabupaten Sinjai
menjadi bidang usaha yang berorientasi Agribisnis. Mampu memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat, dapat mengoptimalkan Kontribusi
pada PAD, serta mengoptimalkan implementasi kompetensi dan
pengembangan sector pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan dan
perikanan di Kabupaten Sinjai.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


55

Dalam pencapaian tujuan tersebut, maka karakter BUMD/Perumda


Agribisnis Pitu Limpoe ini akan dibangun sebagai badan usaha yang
dapat mengelola kegiatan usaha/bisnis secara professional, mampu
menjadi mitra investasi di Kabupaten Sinjai dan tetap menjaga partisipasi
aktif serta keterlibatan masyarakat dalam kegiatan usaha/investasi.
BUMD/Perumda Agribisnis Pitu Limpoe akan menjadi holding dari
kegiatan usaha yang dikembangkan baik secara mandiri, bermitra dengan
swasta/investor, dan bermitra dengan perusahaan daerah dan BUMD lain
yang ada di kabupaten Sinjai dan di Provinsi Sulawesi Selatan.

Dari jenis-jeis komoditi unggulan yang ada di Kabupaten Sinjai,


pengembangan yang dapat dilakukan oleh BUMD/Perumda Agribisnis Pitu
Limpoe dalam pengelolaannya akan dibagi menjadi usaha utama (core
business) yang meliputi: Usaha Pengelolaan Kopi Bubuk; Usaha
Pengolahan gula Aren; Usaha Peternakan Sapi dan usaha Pengolahan
Ikan.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


56

BAB V.
PEMBAHASAN

5.1. Rancangan Penyertaan Modal

Pasal 333 ayat (1) Penyertaan modal Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 332 ayat (1) huruf a ditetapkan dengan Perda.
Ayat (2) Penyertaan modal Daerah dapat dilakukan untuk pembentukan
BUMD dan penambahan modal BUMD. Ayat (3) Penyertaan modal
Daerah dapat berupa uang dan barang milik Daerah. Ayat (4) Barang milik
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinilai sesuai nilai riil pada
saat barang milik Daerah akan dijadikan penyertaan modal. Ayat (5) Nilai
riil sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh dengan melakukan
penafsiran harga barang milik Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 334 ayat (1) Perusahaan umum Daerah adalah BUMD yang
seluruh modalnya dimiliki oleh satu Daerah dan tidak terbagi atas saham.
Ayat (2) Dalam hal perusahaan umum Daerah akan dimiliki oleh lebih dari
satu Daerah, perusahaan umum Daerah tersebut harus merubah bentuk
hukum menjadi perusahaan perseroan Daerah. Ayat (3) Perusahaan

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


57

umum Daerah dapat membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki


saham pada perusahaan lain.

Pasal 337 ayat (1) Perusahaan umum Daerah dapat melakukan


restruksturisasi untuk menyehatkan perusahaan umum Daerah agar dapat
beroperasi secara efisien, akuntabel, transparan, dan profesional. Ayat (2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai restruksturisasi perusahaan umum
Daerah sebagaimana imaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan
pemerintah. Pasal 339 Ayat (1) Perusahaan Perseroan Daerah adalah
BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam
saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen)
sahamnya dimiliki oleh satu Daerah. Ayat (2) Perusahaan perseroan
Daerah setelah ditetapkan dengan Perda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 331 ayat (2), pembentukan badan hukumnya dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas.
Ayat (3) Dalam hal pemegang saham perusahaan perseroan Daerah
terdiri atas beberapa Daerah dan bukan Daerah, salah satu Daerah
merupakan pemegang saham mayoritas

Peraturan Daerah Kupaten Sinjai Nomor 32 Tahun 2019 Tentang


Pendirian Perusahaan Umum Daerah Agribisnis Pitu Limpoe telah di
rencanakan bahwa Modal awal Perumda Pitu Limpoe yang berdasumber
dari Pemerintah Kabupaten Sinjai adalah sebesar Rp 500.000.000 (Lima
Ratus Juta Ribu Rupiah). Adapun estimasi / prediksi pembagian
keuntungan yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai tiap tahun
direncanakan berdasarkan perjanjian akan di tetapkan.

Analisis Kelayakan dan Pembahasan Analisis kelayakan


penyertaan modal Kabupaten Kabupaten Sinjai diuraikan menurut obyek
yang diteliti sebagai berikut:

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


58

Tabel

Predisi Kebutuhan Investasi dan Net Cashflow Perumda Agribisnis Pitu


Limpoe Kabupaten Sinjai

Cost of Capital 12%


Initial Investment Rp 500,000,000
Salvage Value 10%
Revenue Rp 210,000,000
Revenue Growt 5%
Inflation 4%
Years Project 10 Tahun
Net
Uraian Revenue Accumulatioan
Cashflow
Tahun 0 0 -Rp500,000,000
Tahun1 Rp 210,000,000 -Rp420,000,000
Tahun 2 Rp 220,500,000 -Rp334,700,000
Tahun 3 Rp 231,525,000 -Rp243,783,000
Tahun 4 Rp 243,101,250 -Rp146,914,070
Tahun 5 Rp 255,256,313 -Rp43,739,370
Tahun 6 Rp 268,019,128 Rp66,114,881
Tahun 7 Rp 281,420,085 Rp183,043,493
Tahun 8 Rp 295,491,089 Rp307,463,450
Tahun 9 Rp 310,265,643 Rp439,815,117
Tahun 10 Rp 325,778,925 Rp630,563,506
IRR 16%
NPV Rp 92,190,682
Payback Period 6 Tahun
ROI 7%

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


59

Accumulated Net Cashflow Revenue


10 Rp630,563,506
Rp325,778,925
9 Rp439,815,117
Rp310,265,643
8 Rp307,463,450
Rp295,491,089
7 Rp183,043,493
Rp281,420,085
6 Rp66,114,881
Rp268,019,128
-Rp43,739,370 5
Rp255,256,313
-Rp146,914,070 4 Rp243,101,250
-Rp243,783,000 3 Rp231,525,000
-Rp334,700,000 2 Rp220,500,000
-Rp420,000,000 1 Rp210,000,000
-Rp500,000,000 0 0

-6E+08 -4E+08 -2E+08 0 200000000 400000000 600000000 800000000

Grafik. Penyertaan Modal dan Penerimaan dalam kurun waktu 10 Tahun

Penyertaan modal Kabupaten Sinjai pada Perumda Agribisnis Pitu


Limpoe Rencana akan dilakukan pada tahun 2022 dan dipergunakan
untuk kegiatan investasidan operasional. Dari hasil investasi tersebut
dapat dinilai kelayakan investasi sebagai berikut, Dari hasil investasi
tersebut dapat dinilai kelayakan investasi sebagai berikut:

a) Payback period untuk menghitung jangka waktu kembalinya investasi,


dan diketahui bahwa investasi akan kembali dalam jangka waktu 6
tahun;
b) Average rate of return dengan cara membagi rata-rata laba pertahun
dibagi dengan rata-rata investasi (penyertaan modal) diperoleh angka
sebesar 16%;
c) Internal rate of return dengan menggunakaan rata-rata investasi
sebagai initial investment outlay (cash out) dan penerimaan laba
pertahun sebagai proceed (aliran kas masuk bersih) diperoleh angka
sebesar 7%, yang artinya investasi ini layak digunakan karena return

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


60

yang dihasilkan lebih besar dibandingkan biaya modal yang


menggunakan standar BI 7day repo rate yang sebesar 4,00%;
d) Net Present Value dengan menggunakaan dengan menggunakaan
rata-rata investasi sebagai initial investment outlay (cash out) dan
penerimaan laba pertahun sebagai proceed (aliran kas masuk bersih)
diperoleh angka sebesar Rp Rp 92,190,682, yang artinya investasi ini
dipandang layak untuk dilaksanakan karena menghasilkan angka
yang positif.

Maksud pendirian Perusahaan Umum Daerah Agribisnis Pitu


Limpoe yaitu untuk meningkatkan peran dan fungsi BUMD dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian, menggali dan meningkatkan
potensi pendapatan asli Daerah guna mewujudkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Tujuan Pendirian Perusahaan Umum Daerah
Agribisnis Pitu Limpoe yaitu:

a. memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian;


b. menyelenggarakan pemanfaatan umum;
c. menjadi wadah usaha secara terencana dan terorganisir sesuai
dengan prinsip tata kelola perusahaan;
d. memperoleh laba/keuntungan; dan
e. turut serta mendukung pembangunan Daerah sesuai dengan
bidang usaha yang dikelola dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah.

Analisis Kelayakan yang dilakukan di Anggap Layak. Perusahaan Umum


Daerah Agribisnis Pitu Limpoe dapat menglokasikan Penyertaan modal
yang berasal dari pemerintah Kabupaten Sinjai dalam berbagai usaha.
Bidang dan jenis usaha antara lain:

1) Bidang Pengelolaan Agribisnis dengan jenis usaha sebagai berikut:


a. usaha pengolahan kopi bubuk;
b. usaha pengolahan gula aren;

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


61

c. usaha peternakan sapi; dan


d. usaha pengolahan ikan.
2) Bidang pengelolaan air minum kemasan.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


62

ASSUMPTIONS

Cost of Capital 12%


Initial Investment Rp 500,000,000
Salvage Value 10%
Revenue Rp 210,000,000
Revenue Growt 5%
Inflation 4%
Years Project 10

Tahun Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10
Revenue Rp 210,000,000 Rp 220,500,000 Rp 231,525,000 Rp 243,101,250 Rp 255,256,313 Rp 268,019,128 Rp 281,420,085 Rp 295,491,089 Rp 310,265,643 Rp 325,778,925

Manpower Rp20,000,000 Rp20,800,000 Rp21,632,000 Rp22,497,280 Rp23,397,171 Rp24,333,058 Rp25,306,380 Rp26,318,636 Rp27,371,381 Rp28,466,236
Marketing Rp50,000,000 Rp52,000,000 Rp54,080,000 Rp56,243,200 Rp58,492,928 Rp60,832,645 Rp63,265,951 Rp65,796,589 Rp68,428,453 Rp71,165,591
Administration Rp10,000,000 Rp10,400,000 Rp10,816,000 Rp11,248,640 Rp11,698,586 Rp12,166,529 Rp12,653,190 Rp13,159,318 Rp13,685,691 Rp14,233,118
other Exp Rp50,000,000 Rp52,000,000 Rp54,080,000 Rp56,243,200 Rp58,492,928 Rp60,832,645 Rp63,265,951 Rp65,796,589 Rp68,428,453 Rp71,165,591
OPEX Rp130,000,000 Rp135,200,000 Rp140,608,000 Rp146,232,320 Rp152,081,613 Rp158,164,877 Rp164,491,472 Rp171,071,131 Rp177,913,977 Rp185,030,536

EBITDA/CASHFLOW Rp 80,000,000 Rp 85,300,000 Rp 90,917,000 Rp 96,868,930 Rp 103,174,700 Rp 109,854,251 Rp 116,928,612 Rp 124,419,957 Rp 132,351,667 Rp 140,748,390
Ebitda Margin 38% 39% 39% 40% 40% 41% 42% 42% 43% 43%

Initial Investment -Rp 500,000,000


ebitda Rp 80,000,000 Rp 85,300,000 Rp 90,917,000 Rp 96,868,930 Rp 103,174,700 Rp 109,854,251 Rp 116,928,612 Rp 124,419,957 Rp 132,351,667 Rp 140,748,390
Salvage Value Rp 50,000,000
Net Chastflow -Rp 500,000,000 Rp80,000,000 Rp85,300,000 Rp90,917,000 Rp96,868,930 Rp103,174,700 Rp109,854,251 Rp116,928,612 Rp124,419,957 Rp132,351,667 Rp190,748,390
Accumulated Cashflow -Rp 500,000,000 -Rp 420,000,000 -Rp 334,700,000 -Rp 243,783,000 -Rp 146,914,070 -Rp 43,739,370 Rp 66,114,881 Rp 183,043,493 Rp 307,463,450 Rp 439,815,117 Rp 630,563,506

cost of invesment
Initial Investment Rp 500,000,000
Manpower Rp20,000,000 Rp20,800,000 Rp21,632,000 Rp22,497,280 Rp23,397,171 Rp24,333,058 Rp25,306,380 Rp26,318,636 Rp27,371,381 Rp28,466,236
Marketing Rp50,000,000 Rp52,000,000 Rp54,080,000 Rp56,243,200 Rp58,492,928 Rp60,832,645 Rp63,265,951 Rp65,796,589 Rp68,428,453 Rp71,165,591
Administration Rp10,000,000 Rp10,400,000 Rp10,816,000 Rp11,248,640 Rp11,698,586 Rp12,166,529 Rp12,653,190 Rp13,159,318 Rp13,685,691 Rp14,233,118
other Exp Rp50,000,000 Rp52,000,000 Rp54,080,000 Rp56,243,200 Rp58,492,928 Rp60,832,645 Rp63,265,951 Rp65,796,589 Rp68,428,453 Rp71,165,591
cost of invesment Rp 500,000,000 Rp 130,000,000 Rp 135,200,000 Rp 140,608,000 Rp 146,232,320 Rp 152,081,613 Rp 158,164,877 Rp 164,491,472 Rp 171,071,131 Rp 177,913,977 Rp 185,030,536
PV Cost Of Invesment Rp 500,000,000 Rp 116,071,429 Rp 107,780,612 Rp 100,081,997 Rp 92,933,283 Rp 86,295,191 Rp 80,131,249 Rp 74,407,588 Rp 69,092,761 Rp 64,157,564 Rp 59,574,880
Accumulated COI Rp 500,000,000 Rp 616,071,429 Rp 723,852,041 Rp 823,934,038 Rp 916,867,321 Rp 1,003,162,512 Rp 1,083,293,761 Rp 1,157,701,350 Rp 1,226,794,111 Rp 1,290,951,674 Rp 1,350,526,555

IRR 16%
NPV Rp92,190,682
Payback Period 6 Tahun
ROI 7%
63

BAB VI.
EPILOG

6.1 Kesimpulan
Hasil kajian kelayakan penyertaan modal Kabupaten Sinjai kepada
Perumda Agribisnis Pitu Limpoe dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Perumda Agribisnis Pitu Limpoe, kajian kelayakan penyertaan modal
Kabupaten Sinjai layak dilaksanakan dengan dengan payback period
6 tahun, IRR mencapai 16%, ROI sebesar 7%, dan NPV positif
sebesar Rp Rp Rp 92. 190. 682,-.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


64

b) Penyertaan modal Kabupaten Sinjai memiliki dampak social ekonomi


yaitu penyediaan lapangan kerja, peningkatan sarana dan prasarana
bagi masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Sinjai.
c) Sebagai Perusahaan Umum daerah yang bergerak di bidang
Agribisnis maka Bidang dan jenis usaha yang dapat di Kelola
berdasarkan potensi Kabupaten Sinjai antara lain: Bidang
Pengelolaan Agribisnis (usaha pengolahan kopi bubuk; usaha
pengolahan gula aren; usaha peternakan sapi; dan usaha pengolahan
ikan) dan Bidang pengelolaan air minum kemasan.

6.2 Saran

Kajian kelayakan penyertaan modal ini terbatas pada aspek finansial


dan sosial ekonomi sehingga untuk lebih menghasilkan obyektivitas
sebaiknya menggunakan aspek lain seperti manajemen, pasar dan
pemasaran, produksi, lingkungan dan yang paling penting adalah aspek
kebermanfaatan dari program yang dijalankan.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


65

DAFTAR PUSTAKA

Arief, S. Jouro. 1998. Teori dan kebijakan Pembangunan, PT> Pustaka


Cidesindo, Jakarta
Asikin, Zainal dan Amiruddin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F, 2011. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi 11, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Choloid Narbuko dan Abu Achmadi, 2001, Metodologi Penelitian, Bumi
Aksara, Jakarta.
Harahap, M. Yahya, 2009. Hukum Perseroan Terbatas. Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta
Heizer, J. dan Render, B., 2006. Manajemen Operasi. Edisi 7, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Kasmir dan Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana
Prenadia Group, Jakarta.
Maleong, Lexy, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung.
Muana. 2001, makro ekonomi Teori, masalah dan kebijakan, edisi
Pertama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muryanto, Y.T 2014. Model Pengelolaan BUMD dalam Rangka
Mewujudkan Good Coorporat Governance. Jurnal Yustisia Vol3
No. 1 januari_april 2014,
Hiti, M.A. Ireland, R.D and Hoskosson, R.E 2005. Manajemen Startegi
(Daya Saing dan Globalisasi), terjemahan, edisi Pertama,
Jakarta: Slemba Empat.
Ibrahim, A. 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik serta Implekasinya.
Mandar Maju. Bandung.
Sartono, Agus, 2011. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Penerbit
BPFE, Yogyakarta
Sawir, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan.
Penerbit PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sofyan, Safri H., 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”


66

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha
Milik Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 118 Tahun 2018 tentang
Rencana Bisnis, Rencana Kerja dan Anggaran, Kerjasama,
Pelaporan dan Evaluasi Badan Usaha Milik Daerah.
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2019 tentang Pendirian Perusahaan
Umum Daerah Agribisnis Pitu Limpoe.

Kajian “PENYERTAAN MODAL PERUMDA AGRIBISNIS PITU LIMPOE”

Anda mungkin juga menyukai