Anda di halaman 1dari 365

COVER

BUNGA RAMPAI

PENGANTAR AKUNTANSI
(IMPLEMENTASI DALAM PERUSAHAAN)
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PENGANTAR AKUNTANSI
(IMPLEMENTASI DALAM PERUSAHAAN)
Laynita Sari | Latersia Br Gurusinga
Angga Prasetia | Putu Pande R. Aprilyani Dewi Meifida
Ilyas | Linda Rambu Kuba Yowi
Duma Megaria Elisabeth | Hotlan Butarbutar
Nijar Kurnia Romdoni | Anita Nopiyanti
Mutiara Kemala Ratu | Enny Kartini
Shinta Widyastuti | Hendrik ES Samosir | Suradi
Rizqy Aiddha Yuniawati | Ranti Nugraheni
Christian Daniel Manu
Yanuar Lazuardi | Masnawaty Sangkala
Tutut Dwi Andayani

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
PENGANTAR AKUNTANSI
(IMPLEMENTASI DALAM PERUSAHAAN)

Laynita Sari | Latersia Br Gurusinga


Angga Prasetia | Putu Pande R. Aprilyani Dewi Meifida Ilyas
Linda Rambu Kuba Yowi | Duma Megaria Elisabeth
Hotlan Butarbutar | Nijar Kurnia Romdoni | Anita Nopiyanti
Mutiara Kemala Ratu | Enny Kartini
Shinta Widyastuti | Hendrik ES Samosir | Suradi
Rizqy Aiddha Yuniawati | Ranti Nugraheni
Christian Daniel Manu | Yanuar Lazuardi
Masnawaty Sangkala | Tutut Dwi Andayani

Editor :
Hartini

Tata Letak :
Dina Verawati
Desain Cover :
Nathanael
Ukuran :
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman :
x, 349
ISBN :
978-623-195-212-7
Terbit Pada :
April 2023

Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kepada Sang Pencipta, dan rasa bangga bagi


kami, karena buku ini telah terbit sesuai rencana. Buku
ini menyajikan pengetahuan mengenai dasar-dasar
akuntansi. Dalam akuntansi terdapat beberapa kegiatan
mulai dari pencatatan, pengumpulan, pengikhtisaran
sampai pada penyajian dari transasksi terhadap aktivitas
perusahaan, sehingga hal ini sangat penting untuk
keberhasilan dalam dunia usaha. Selain itu, akuntansi
berperan penting dalam menyajikan informasi keuangan
perusahaan dan analisis bisnis yang berguna untuk
pengambilan keputusan.
Buku ini terdiri dari dua puluh dua bab, yang diberi judul
Pengantar Akuntansi (Implementasi dalam Perusahaan).
Adapun pembahasan secara terperinci dengan subbab:
Sejarah Perkembangan Akuntansi; Konsep Dasar dan
Prinsip Akuntansi; Persamaan Akuntansi; Siklus
Akuntansi; Sistem Akuntansi Perusahaan Manufaktur;
Bukti Transaksi untuk Pencatatan Keuangan; Jurnal
Umum; Jurnal Khusus (Special Journal); Buku Besar dan
Neraca Saldo; Jurnal Penyesuaian; Neraca Lajur; Laporan
Keuangan Perusahaan Jasa; Jurnal Penutup dan Jurnal
Pembalik; Kas; Piutang; Persediaan; Investasi Jangka
Pendek dan Investasi Jangka Panjang; Pengendalian
Internal; Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud; Hutang dan
Ekuitas; Sistem Informasi Akuntansi; dan Akuntansi
Manajemen.
Berkat bantuan dari banyak pihak, sehingga buku ini
berhasil diterbitkan. Oleh sebab itu, kami untuk
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tinggnya kepada pihak atas kontribusinya dalam
penyusunan sampai penerbitan buku ini. Secara khusus,
terima kasih kepada Media Sains Indonesia sebagai
inisiator buku ini. Semoga buku ini bermanfaat.

Bandung, Maret 2023


Editor

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI .................................................................... iii
1 SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI ...............1
Pendahuluan ..........................................................1
Pengertian Akuntansi .............................................5
Hubungan Akuntansi dengan Bidang Lain .............7
Profesi Akuntan ......................................................8
Bidang Spesialisasi Akuntansi ..............................11
Peran Akuntansi dalam Masyarakat .....................13
2 KONSEP DASAR DAN PRINSIP AKUNTANSI ..........17
Pendahuluan ........................................................17
Kerangka Konseptual ............................................17
Tujuan Laporan Keuangan ...................................19
Karakteristik Kualitatif .........................................19
Unsur-Unsur Laporan Keuangan ..........................20
Asumsi dan Konsep Dasar Akuntansi ...................21
Prinsip Akuntansi .................................................26
Kendala-Kendala...................................................28
3 PERSAMAAN AKUNTANSI .....................................33
Konsep Dasar Akuntansi ......................................33
Persamaan Dasar Akuntansi ................................36
Transaksi dan Persamaan Dasar Akuntansi .........37
Pencatatan Transaksi Persamaan
Dasar Akuntansi ...................................................38
Unsur-Unsur Laporan Keuangan ..........................42
Harta atau Aktiva .................................................42

iii
4 SIKLUS AKUNTANSI .............................................48
Pengertian Siklus Akuntansi .................................48
Transaksi ..............................................................51
Penggolongan Rekening ........................................51
Saldo Normal Rekening .........................................53
Elemen-Elemen Laporan Keuangan ......................54
Jurnal ...................................................................57
Contoh Kasus .......................................................58
5 SISTEM AKUNTANSI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR ...............................63
Latar Belakang .....................................................63
Karakteristik Perusahaan Manufaktur ..................64
Fokus Khusus Perusahaan Manufaktur ...............65
Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost) ................66
Biaya Produksi (Production Cost) dan
Biaya Periode (Period Cost) ....................................67
Beban Pokok Produksi
(Cost of Goods Manufactured) ................................68
Metode Pencatatan Persediaan..............................68
Metode Pencatatan Periodikal ...............................69
Metode Pencatatan Perpetual ................................70
Kombinasi Metode Pencatatan Periodikal
dan Perpetual .......................................................71
Kesimpulan...........................................................73
6 BUKTI TRANSAKSI UNTUK PENCATATAN
KEUANGAN ..........................................................79
Pengertian Bukti Transaksi...................................79
Jenis dan Macam Bukti Transaksi ........................80

iv
Manfaat Bukti Transaksi ......................................92
Tujuan Bukti Transaksi ........................................92
7 JURNAL UMUM ....................................................97
Pendahuluan ........................................................97
Pengertian Jurnal Umum......................................97
Tujuan Pembuatan Jurnal Umum ........................98
Fungsi Jurnal Umum............................................99
Cara Membuat Jurnal Umum ............................. 101
Contoh Jurnal Umum .........................................103
Kesimpulan.........................................................105
8 JURNAL KHUSUS (SPECIAL JOURNAL) ..............111
Pendahuluan ......................................................111
Pengertian Jurnal Khusus ..................................112
Manfaat dan Keunggulan Jurnal Khusus............112
Jenis-Jenis Jurnal Khusus .................................115
9 BUKU BESAR DAN NERACA SALDO..................127
Buku Besar (General Ledger)............................... 127
Klasifikasi Akun ..................................................127
Penomoran Akun ................................................128
Format Kolom Buku Besar..................................131
Cara Pemindahbukuan (Posting) .........................132
Neraca Saldo (Trial Balance) ................................ 136
10 JURNAL PENYESUAIAN ......................................143
Pengertian Jurnal Penyasuaian .......................... 143
Fungsi Jurnal Penyesuaian.................................146
Karakteristik proses Penyesuaian .......................147
Proses Jurnal Penyesuaian .................................147

v
Contoh Soal Jurnal Penyesuaian ........................148
Contoh Soal Jurnal Penyesuaian ........................151
Neraca Saldo Disesuaikan ..................................153
11 NERACA LAJUR ..................................................157
Definisi Neraca Lajur ..........................................157
Manfaat Neraca Lajur .........................................158
Format Neraca Lajur ...........................................158
Tahap Penyusunan Neraca Lajur ........................164
12 LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN JASA .......173
Pendahuluan ......................................................173
Laporan Laba Rugi..............................................176
Laporan Perubahan Ekuitas ............................... 179
Laporan Neraca...................................................179
Laporan Arus Kas ...............................................180
Contoh Laporan Keuangan .................................181
13 JURNAL PENUTUP DAN JURNAL PEMBALIK.....191
Jurnal Penutup (Closing Entries) .........................191
Ilustrasi Jurnal Penutup .....................................193
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
(Post-Closing Trial Balance) .................................194
Jurnal Pembalik (Reversing Entries) ....................196
14 KAS ....................................................................203
Pendahuluan ......................................................203
Pengendalian Intern Penerimaan Kas ..................204
Selisish Kas ........................................................205
Pengendalian Intern Pengeluaran Kas .................206
Rekonsiliasi Bank ...............................................207

vi
Sistem Voucher...................................................211
Dana Kas Kecil ...................................................211
15 PIUTANG............................................................. 217
Pengertian dan Jenis-Jenis Piutang ....................217
Penilaian dan Pelaporan .....................................220
Penyisihan Piutang tidak Tertagih ......................221
Akuntansi Piutang Dagang .................................222
Pencatatan Piutang tidak Tertagih ......................223
Risiko Piutang.....................................................224
Manajemen Piutang ............................................224
Kesimpulan.........................................................226
16 PERSEDIAAN ......................................................229
Pendahuluan ......................................................229
Pengelompokan Persediaan .................................230
Penentuan Kuantitas Persediaan ........................231
Penghitungan Fisik Persediaan ........................... 232
Penentuan Kepemilikan Barang .......................... 232
Barang dalam Perjalanan ....................................233
Barang Konsiyansi ..............................................234
Penetapan Biaya Perolehan Persediaan ...............235
Metode Identifikasi Khusus .................................235
Asumsi Aliran Biaya Perolehan ........................... 236
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama .............237
Metode Biaya Perolehan Rata-Rata .....................238
Dampak Metode Aliran Biaya Perolehan
terhadap Laporan Keuangan dan Pajak ..............238
Dampak terhadap Laporan Laba - Rugi ..............239

vii
Dampak terhadap Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) .............................................................. 240
Dampak terhadap Pajak .....................................241
17 INVESTASI JANGKA PENDEK DAN
INVESTASI JANGKA PANJANG ........................... 245
Tujuan dan Jenis Investasi .................................245
Investasi dalam Bentuk Utang vs Ekuitas ...........246
Klasifikasi dan Pelaporan ....................................247
Klasifikasi dan Pelaporan ....................................247
Investasi dalam Ekuitas ......................................254
18 PENGENDALIAN INTERNAL ................................ 263
Definisi Pengendalian Internal ............................ 263
Elemen-Elemen Pengendalian Internal................265
Lingkungan Pengendalian ...................................265
Penilaian Risiko ..................................................266
Aktivitas Pengendalian ........................................268
Informasi dan Komunikasi ..................................269
Pemantauan .......................................................271
Pengendalian Internal dan Komite Audit .............275
Daftar Pustaka....................................................276
19 ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD ..........281
Konsep Dasar .....................................................281
Karakteristik Aset Tetap......................................282
Identifikasi Biaya ................................................284
Menentukan Biaya Perolehan Aset ......................285
Aset Tetap Tanah ................................................287
Aset Tetap Bangunan ..........................................288

viii
Aset Tetap Peralatan ...........................................289
Biaya Penyusutan ...............................................290
Metode Garis Lurus (Straight Line Method) ..........291
Metode Beban Menurun
(Decreasing Charge Methods)............................... 292
Metode Aktivitas .................................................293
Metode Penyusutan Khusus ............................... 293
Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap ...............293
Aset tak Berwujud ..............................................294
20 HUTANG DAN EKUITAS ......................................299
Hutang ............................................................... 299
Kebijakan Hutang ...............................................302
Teori Kebijakan Hutang ......................................304
Faktor Kebijakan Hutang ....................................307
Ekuitas ............................................................... 309
Jenis-Jenis Ekuitas ............................................310
Pentingnya Ekuitas dalam Perusahaan ...............311
Contoh Ekuitas ...................................................311
21 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI .......................315
Konsep Dasar .....................................................315
Sistem Informasi Akuntansi ................................ 317
Siklus Akuntansi ................................................320
Identifikasi Transaksi .........................................323
Pembuatan Jurnal ..............................................324
Pemindahbukuan (Posting) .................................325
Neraca Saldo dan Neraca Saldo
Setelah Disesuaikan ...........................................326

ix
Neraca Lajur .......................................................328
Penyajian Laporan Keuangan Berbasis SIA .........329
22 AKUNTANSI MANAJEMEN ..................................333
Pengertian Akuntansi Manajemen ......................333
Akuntansi Manajemen dan
Akuntansi Keuangan ..........................................334
Sejarah Perkembangan Akuntansi Manajemen ...336
Akuntansi Sebelum Pencatatan Ganda
(Double Entry System) .........................................336
Double Entry System ...........................................338
Akuntansi Setelah Double Entry System..............338
Revolusi Pertama Akuntansi Manajemen ............339
Revolusi Kedua Akuntansi Manajemen ...............339
Pengaruh Teknologi terhadap Akuntansi
Manajemen .........................................................340
Arah Perkembangan Akuntansi Manajemen .......341
Peran Akuntan Manajemen .................................345
Profesi Akuntan Manajemen ............................... 346

x
1
SEJARAH PERKEMBANGAN
AKUNTANSI

Laynita Sari, S.E., M.M., Ak.


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi KBP

Pendahuluan
Akuntansi sudah muncul sejak manusia pertama kali
mengenal uang sebagai alat pembayaran yang sah. Asal
usul praktik akuntansi, dimulai di Mesir kuno dan
digunakan untuk tujuan bisnis. Saat itu, orang Mesir
kuno menggunakan metode pencatatan untuk
memfasilitasi perdagangan di luar wilayahnya. Ketika
mereka menemukan akuntansi, mereka melakukan
pencatatan di lembar daun atau di kulit kayu. Hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya dokumen akuntansi
dalam bahasa Arab.
Orang Mesir kuno menghitung untung atau rugi dengan
menghitung barang yang mereka bawa selama perjalanan
dan barang yang mereka bawa kembali setelah
perjalanan. Bukti lain bahwa pembukuan sudah ada
sejak zaman Mesir kuno adalah adanya gudang-gudang
yang digunakan untuk menyimpan berbagai barang
berharga seperti emas, biji-bijian, permata, tekstil, dan
ternak. Ada catatan terjadinya peristiwa pada benda-
benda ini.
Pada zaman Babilonia, melakukan pencatatan pada
lempengan tanah liat yang disebut tablet. Tablet ini, berisi
catatan informasi akuntansi seperti jumlah uang dan
barang yang diterima, nama orang yang memberikan,
tanggal kejadian, mencatat arus kas dan tabel

1
pembayaran. Pada era Yunani Kuno, memberikan bukti
adanya akuntansi di bawah kepemimpinan Alexander
Agung pada abad ke-4 SM. Dokumen tersebut, memuat
berbagai transaksi, seperti meminjam uang atau harta
benda lain yang diterima oleh pimpinan lembaga. Catatan
ini, menunjukkan adanya akun kas dan aset lainnya
seperti makanan, minyak, pakaian, dan arus kas masuk
dan keluar. Setiap item dan total pengeluaran kemudian
dikelompokkan ke dalam catatan yang sama.
Lahirnya ilmu akuntansi berabad-abad kemudian, pada
tahun 1494, matematikawan Italia Luca Pacioli
menerbitkan buku berjudul Summa de Aritmatica,
Geometrica Proortioni et Propotionallia, menggunakan
sistem pembukuan berpasangan. Isi buku yang menjadi
pelopor lahirnya ilmu akuntansi. Tak lama setelah
terbitnya buku tersebut, ilmu akuntansi diterapkan di
Italia sebelum kemudian menyebar ke berbagai belahan
dunia. Itulah mengapa Luca Pacioli disebut sebagai bapak
akuntansi dunia.
Dalam bukunya, Pacioli mengajarkan tentang cikal bakal
pembukuan double-entry, yang masih dipelajari dalam
akuntansi saat ini, yaitu bookkeeping. Selain itu, Pacioli
juga mengajarkan tentang sistem debit dan kredit di mana
jumlah/debit yang dimasukkan di sebelah kiri harus
sama dengan jumlah/nominal yang dimasukkan di
kredit/kanan. Jika penjumlahan debit/sisi kiri sama
dengan kredit/sisi kanan, maka buku besar baru dapat
dikatakan balance atau seimbang. Sejak itu, akuntansi
mulai berkembang di Eropa Barat seperti Inggris dan
Belanda. Sistem akuntansi di Inggris disebut sebagai
sistem akuntansi Inggris, sedangkan di Belanda disebut
sebagai sistem akuntansi Belanda. Kedua sistem tersebut,
didasarkan pada sistem akuntansi Italia, meskipun
namanya berbeda.
Sistem pembukuan double-entry menjadi populer di
banyak negara besar lainnya. Negara-negara seperti
Amerika Serikat juga menggunakannya, meski dengan
nama yang berbeda. Di Amerika, akuntansi disebut
sebagai sistem Anglo-Saxon. Beberapa kelompok di

2
Amerika Serikat (AS) terus melakukan pengujian dan
analisis kritis teori dan prinsip akuntansi.
Ada empat fase yang dapat diidentifikasi, pada fase
pertama (1900-1933) kepemimpinan sepenuhnya
menguasai Informasi keuangan yang akan dipublikasikan
dalam laporan tahunan, fase kedua (1933-1959) dan fase
ketiga (1959-1973) lembaga profesional memainkan peran
penting dalam pembangunan Prinsip akuntansi dan di
tahap keempat, yang berlangsung sampai
sekarang. Financial Accounting Standards Board (FASB)
dan berbagai kelompok kepentingan mempromosikan
politisasi akuntansi.
Sejarah perkembangan akuntansi Indonesia, tidak dapat
dipisahkan dari sejarah di Indonesia, baik secara politik
maupun dalam perkembangan bisnis berlangsung di
Indonesia. Indonesia dengan sejarah yang panjang,
perdagangan telah dilakukan sejak zaman kerajaan Hindu
Dasawarsa Kerajaan Islam.
Arus lalu lintas pada saat itu, menarik minat negara lain
untuk datang ke kawasan Indonesia. Awalnya mereka
menjalin hubungan bisnis. Namun, seiring berjalannya
waktu, perdagangan yang saling menguntungkan
akhirnya memunculkan kepentingan sepihak, yaitu pihak
yang memiliki daya tawar lebih kuat, yang pada akhirnya
melahirkan kolonialisme. Koloni-koloni tersebut, berasal
dari Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Jepang,
sehingga perkembangan akuntansi saat ini sangat
dipengaruhi oleh perjalanan jauh ke negeri yang didiami
Belanda selama 350 tahun.
Sejarah akuntansi di Indonesia diwarnai oleh pengaruh
Belanda. Oleh karena itu, gambaran perkembangan
akuntansi Indonesia berdasarkan sejarah terbagi dalam
beberapa dekade, yang dapat menambah warna
akuntansi Indonesia. Bukti tertulis pengenalan
pembukuan di Indonesia adalah pembukuan sejak tahun
1747 pada perusahaan perusahaan Amphioen Societeit di
Jakarta. Namun, sistem akuntansi yang digunakan saat
itu tidak mencakup keseluruhan dan hanya yang
diperlukan saja.

3
Praktik akuntansi di Indonesia dimulai sejak zaman VOC
(1642). Akuntan-akuntan Belanda mendominasi praktik
akuntansi di Indonesia, mulai abad ke-17 hingga ke-19.
Mereka bekerja pada pabrik-pabrik pengolahan dan
perdagangan hasil pertanian dan perkebunan yang pada
masa itu dikuasai secara monopoli oleh pemerintah
kolonial Belanda. Akuntansi yang berkembang saat itu,
sangat dipengaruhi oleh perkembangan perdagangan
yang bercorak single voyage venture. Model perdagangan
ini, menggunakan armada laut dengan sekali berlayar lalu
pulang membawa hasil. Itulah model perdagangan
Belanda yang sedang menjadi trend pada masa itu.
Pendidikan untuk memperoleh gelar Akuntan di Indonesia
dimulai Tahun 1955 pada Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, berdasarkan UU No. 34 Tahun 1954.
Sebelumnya, untuk menjadi akuntan harus belajar di luar
negeri, terutama di Negeri Belanda. Prof. Dr. Abutari
merupakan akuntan pertama Indonesia yang
menyelesaikan pendidikannya di negeri Belanda sebelum
Tahun 1955.
Pada awal masa kemerdekaan Indonesia, masih mengikuti
pola Belanda di mana akuntan didaftarkan dalam suatu
register negara. Di negara Belanda sendiri ada dua
organisasi profesi, yaitu Verininging Van Academisch
Gevormande Accountants (VAGA), yaitu Ikatan Akuntan
Lulusan Perguruan Tinggi dan Nederland Institut Van
Accountants (NIVA) yang anggotanya terdiri dari lulusan
berbagai program sertifikasi akuntan dan memiliki
pengalaman kerja.
Akuntan-akuntan Indonesia, pertama lulusan periode
sesudah kemerdekaan tidak dapat menjadi anggota VAGA
atau NIVA. Situasi ini, mendorong Prof. R. Soemardjo
Tjitrosidojo dan empat lulusan pertama FEUI yaitu Drs.
Basuki T. Siddharta, Drs. Hendra Darmawan, Drs. Tan
Tong Joe, dan Drs. Go Tie Siem memprakarsai berdirinya
perkumpulan akuntan Indonesia yang dinamakan Ikatan
Akuntan Indonesia yang disingkat IAI pada tanggal 23
Desember 1957 di Aula Universitas Indonesia.

4
Sengketa politik antara Indonesia dan Belanda pada
tahun 1958 dalam kasus Irian Barat, mengakibatkan
banyaknya mahasiswa Indonesia yang dikirim ke luar
negeri untuk belajar akuntansi di Amerika
Serikat. Para lulusan Amerika Serikat ini, setelah kembali
ke Indonesia mengajar sesuai model Amerika. Jadi, ada
dualisme yang terjadi pada tahun 1960-an dan 1970-
an dalam sistem pendidikan akuntansi di Indonesia.
Sistem akuntansi di Amerika menganut sistem Anglo-
Saxon. Perkembangan akuntansi dari sistem kontinental
ke Anglo-Saxon pada abad pertengahan, pusat
perdagangan pindah dari Venesia ke Eropa Barat. Eropa
Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada
masa revolusi industri. Pada waktu itu pula akuntansi
mulai berkembang dengan pesat.
Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan
berkembang di Amerika Serikat yang disebut accounting
(akuntansi). Walaupun kata akuntansi merupakan
terjemahan dari kata pembukuan, tetapi akuntansi
memiliki arti yang lebih luas dibandingkan kata
pembukuan. Kongres IAI Tahun 1973 yang berorientasi ke
pola Amerika maka konsorsium Ilmu Ekonomi
menetapkan kurikulum Jurusan Akuntansi berdasarkan
pola Amerika pada Tahun 1979.

Pengertian Akuntansi
Akuntansi sendiri sering disebut dengan “bahasa bisnis”,
karena akuntansi merupakan suatu sistem informasi
yang melaporkan kepada pemangku kepentingan
(stakeholders) tentang kegiatan ekonomi dan keadaan
perusahaan. Pesatnya perkembangan perusahaan,
menyebabkan kompleksitas bahasa perusahaan.
Akuntansi digunakan untuk mencatat dan
menginterpretasikan informasi keuangan, sehingga
manajer, investor (pemegang saham dan kreditur), calon
investor, pemerintah dan lembaga lainnya dapat
menggunakannya untuk mengambil keputusan.
Keputusan yang baik harus didasarkan pada informasi
yang andal dan relevan, sehingga dana yang terbatas

5
dapat didistribusikan dan dialokasikan secara efektif dan
efisien.
Akuntansi terkait erat dengan pengumpulan, pemilihan,
dan ringkasan data transaksi entitas (unit ekonomi) dan
interpretasi hasilnya. Data tersebut, terutama mencakup
masalah keuangan dan dinyatakan dalam rupiah.
Akuntansi juga mencakup topik yang terkait dengan
pelaporan dan interpretasi data.
Secara umum, akuntansi didefinisikan sebagai berikut:
proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, dan
pengomunikasian informasi ekonomi, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau
kebijakan. Informasi akuntansi terutama berisi informasi
keuangan tentang transaksi bisnis, yang dinyatakan
dalam satuan moneter/uang. Transaksi itu sendiri
merupakan peristiwa keuangan yang memengaruhi
kondisi keuangan masyarakat.
Pencatatan data transaksi berguna sebagai dasar
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, catatan-catatan
tersebut, harus dipilah dan diringkas kemudian disajikan
dalam bentuk laporan akuntansi atau yang lebih dikenal
dengan laporan keuangan. Manajemen kemudian
mengomunikasikan laporan keuangan tersebut kepada
pihak luar melalui surat kabar, laporan tahunan
perusahaan, atau media elektronik seperti internet.
Akuntansi mempelajari ilmu tentang mengumpulkan dan
mengomunikasikan informasi keuangan kepada berbagai
entitas yang membutuhkannya. Investor membutuhkan
informasi mengenai posisi keuangan dan masa depan
(prospek) perusahaan. Kreditur dan pemasok perusahaan
menilai apakah kondisi keuangan perusahaan sehat dan
menilai risiko kredit yang dihadapi perusahaan. Otoritas
pemerintah memerlukan informasi tentang aktivitas
keuangan perusahaan untuk keperluan pajak dan
peraturan. Pekerja dan organisasi buruh juga
membutuhkan informasi dari akuntansi untuk
mengetahui tentang stabilitas dan profitabilitas
perusahaan tempat mereka bekerja. Akademisi

6
membutuhkan informasi akuntansi untuk tujuan
penelitian dan pendidikan.
Pihak yang paling bergantung dan paling terlibat dalam
hasil akhir akuntansi adalah manajer perusahaan, yaitu
orang yang bertanggung jawab dalam mengelola
perusahaan. Jenis informasi yang dibutuhkan manajer
bergantung pada ukuran dan jenis bisnis. Manajer usaha
kecil mungkin memerlukan informasi akuntansi yang
sedikit. Namun, ketika perusahaan tumbuh dan menjadi
lebih kompleks, tanggung jawab manajer untuk kegiatan
operasional sehari-hari semakin berkurang. Demikian
pula, data di industri perbankan berbeda dengan data di
industri manufaktur. Contohnya, Bank sering membuat
laporan untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia,
sedangkan perusahaan manufaktur tidak diwajibkan.
Oleh karena itu, akuntansi harus menyediakan informasi
tentang berbagai aspek perusahaan.
Banyaknya pihak yang berkepentingan memerlukan
akuntansi dan mengharuskan menggunakan bahasa atau
istilah yang sama, agar informasi yang tersedia tidak
disalahartikan. Saat menyajikan laporan keuangan,
akuntan menggunakan pedoman yang dikenal di Amerika
Serikat sebagai GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles) dan di Indonesia dikenal dengan PABU (Prinsip-
prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum) untuk
menyiapkan laporan keuangan. PABU disusun oleh
Dewan Standar Akuntansi Ikatan Akuntan Indonesia
(Ikatan Akuntan Indonesia) dalam bentuk Standar
Akuntansi Keuangan yang terdiri
dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Hubungan Akuntansi dengan Bidang Lain


Seseorang yang bekerja pada bidang pemasaran,
keuangan, produksi, sumber daya manusia, dan lainnya
tidak perlu menjadi ahli akuntansi. Namun, pekerjaan
mereka akan lebih berhasil jika mereka memiliki
pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip akuntansi.
Setiap posisi di perusahaan selalu terkait dengan masalah
akuntansi. Semakin tinggi posisinya, semakin besar
kebutuhan untuk memahami konsep dan istilah

7
akuntansi. Akuntansi memainkan peran penting dalam
masyarakat saat ini dan secara umum dapat dikatakan
bahwa akuntansi memengaruhi setiap bagian organisasi
dengan cara yang berbeda. Akuntansi dewasa ini, memilik
peran sebagaimana matematika dalam kehidupan sehari-
hari.

Profesi Akuntan
Profesi akuntan adalah sebutan bagi seseorang yang telah
menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Ekonomi, dengan
jurusan akuntansi dan juga telah menyelesaikan
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Seorang akuntan
juga harus terdafatar pada organisasi profesi yang
menaungi seluruh Akuntan Indonesia, organisasi ini
dinamakan dengan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).
Pekerjaan utama seorang akuntan adalah memeriksa,
menghitung dan menyusun laporan keuangan untuk
lembaga, instansi atau perusahaan tempat mereka
bekerja.
Profesi akuntansi merupakan pekerjaan yang
menggunakan keahlian akuntansi. Menjadi seorang
akuntan harus mematuhi kode etik profesi dan bertindak
sesuai standar akuntansi Indonesia. Profesi akuntan
sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan, terutama
perusahaan yang besar sebagai bahan utama untuk
menentukan kebijakan perusahaan pada masa depan.
Tugas akuntan, berikut ini.
1. Menyusun laporan keuangan dari perusahaan secara
integral, sehingga dapat digunakan oleh pihak
internal maupun pihak eksternal perusahaan dalam
pengambilan keputusan.
2. Membuat laporan keuangan yang sesuai dengan
karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu dapat
dipahami, relevan materialistis, keandalan, dan dapat
dibandingkan, kendala informasi yang relevan dan
handal, serta penyajian yang wajar.

8
3. Perencanaan, menyusun dan berpartisipasi dalam
mengembangkan sistem perencanaan, menyusun
sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih cara-
cara yang tepat untuk memonitor arah kemajuan
dalam pencapaian sasaran.
4. Pengevaluasian, mempertimbangkan implikasi-
implikasi historical dan kejadian-kejadian yang
diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik
untuk bertindak.
5. Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial
yang berhubungan dengan aktivitas organisasi dan
sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur
prestasi, dan mengadakan tindakan koreksi yang
diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada
cara-cara yang diharapkan.
6. Menjamin pertanggungjawaban sumber,
mengimplementasikan suatu sistem pelaporan yang
disesuaikan dengan pusat-pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi,
sehingga sistem pelaporan tersebut dapat
memberikan kontribusi kepada efektivitas
penggunaan sumber daya dan pengukuran prestasi
manajemen.
7. Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses
mengembangkan prinsip-prisip akuntansi yang
mendasari pelaporan eksternal.
Adapun keahlian akuntan sebagai berikut.
1. Analisis data, dalam fungsi keuangan akuntan
menyediakan data laporan keuangan pada dewan
direksi dengan data historis yang dapat digunakan
juga dalam pengambilan keputusan. Akuntan
membutuhkan pengetahuan tentang mengubah Big
Data dalam aktivitas akuntansi menjadi informasi
ringkas yang bisa dijadikan dalam pengambilan
keputusan bisnis.
2. Memiliki pemahaman bisnis, berkontribusi pada
bisnis dalam tingkat strategis membutuhkan lebih
dari sekadar pemahaman tentang angka-angka.

9
Akuntan juga perlu memahami bisnis secara
keseluruhan.
3. Kemampuan untuk memberikan masukan kepada
direksi yang membutuhkan gambaran secara
menyeluruh tentang bagaimana masing-masing area
fungsional bekerja dengan cara terbaik untuk
memperoleh hasil terbaik.
4. Kemampuan berpikir logis, kemampuan
menginterpretasikan angka, kemampuan melakukan
analisis, kemampuan manajerial, penguasaan Bahasa
Inggris dan orientasi detail dan teliti.
5. Memiliki kemampuan untuk mengoperasikan
software akuntasi seperti misalnya Ms. Excel atau
Accurate.
6. Memiliki kemampuan untuk membuat laporan L/R
(laba rugi), jurnal, neraca, dan lain-lain.
7. Memiliki Serifikasi Breavet A & B, memiliki loyalitas
yang tinggi terhadap pekerjaan dan mampu bekerja
secara tim atau perorangan.
8. Mampu menghadapi target dan bekerja di bawah
tekanan dan memiliki ketelitian dan kemampuan
berhitung yang baik.
Lima prinsip dasar etika untuk Akuntan.
1. Integritas
Bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis.
2. Objektivitas
Tidak mengompromikan pertimbangan profesional
atau bisnis karena adanya bias, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya
dari pihak lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
a. Mencapai dan mempertahankan pengetahuan
dan keahlian profesional pada level yang
disyaratkan, untuk memastikan bahwa klien atau

10
organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa
profesional yang kompeten, berdasarkan standar
profesional dan standar teknis terkini serta
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan
standar professional dan standar teknis yang
berlaku.
4. Kerahasiaan
Menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
hasil hubungan profesional dan bisnis.
5. Perilaku Profesional
Mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan menghindari perilaku apa pun yang
diketahui oleh Akuntan mungkin akan
mendiskreditkan profesi Akuntan.

Bidang Spesialisasi Akuntansi


Seperti dalam ilmu-ilmu sosial lainnya, akuntansi juga
mengenal spesialisasi yang timbul dari perkembangan
teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Spesialisasi akuntansi
meliputi akuntansi keuangan, akuntansi biaya, akuntansi
manajemen, audit, sistem akuntansi, akuntansi sosial,
akuntansi pemerintah, dan lain sebagainya.
1. Akuntansi Keuangan
Bidang ini berkaitan dengan masalah pencatatan
transaksi suatu perusahaan atau organisasi dan
penyusunan berbagai laporan keuangan berkala dari
hasil pencatatan tersebut. Laporan keuangan ini,
disusun untuk kepentingan umum dan umumnya
digunakan oleh pemilik bisnis untuk mengevaluasi
kinerja perusahaan dan manajerial, atau oleh manajer
sebagai alat pertanggungjawaban keuangan kepada
pemegang saham.

11
2. Auditing
Auditing adalah tinjauan independen atas laporan
keuangan. Tugas dan kewajiban auditor dalam
melakukan audit, yaitu pemeriksaan rekening
tahunan dengan mengumpulkan dan menilai bukti
pembukuan dan rekening tahunan serta
mengeluarkan opini audit atas kebenaran rekening
tahunan yang diaudit. Laporan keuangan dikatakan
benar, jika disusun sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.
3. Akuntansi Biaya
Salah satu fungsi utama akuntan biaya adalah
mengumpulkan dan menginterpretasikan data biaya
(baik biaya aktual maupun perkiraan), sehingga
manajemen dapat mendorong perencanaan biaya.
Bidang ini, sering dianggap sebagai bagian dari
akuntansi manajemen.
4. Akuntansi Manajemen
Akuntansi Manajemen, seringkali terdapat masalah
untuk memilih tindakan alternatif yang terbaik, yang
merupakan tugas manajer perusahaan. Dalam
akuntansi manajemen, standar akuntansi
manajemen tidak dikenal. Akuntan manajemen bebas
menggunakan kreativitasnya dalam menyusun
laporan akuntansi manajemen sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan manajemen.
5. Akuntansi Perpajakan
Akuntan yang memilih spesialisasi ini harus
memahami dan mematuhi peraturan perpajakan yang
berlaku. Akuntan pajak harus menyelesaikan kursus
dan ujian Brevet A, Brevet B dan Brevet C.
6. Sistem Akuntansi
Seorang ahli sistem akuntansi saat ini, harus memiliki
pengetahuan tentang teknologi informasi. Saat ini
pengolahan data dalam bidang akuntansi hampir
seluruhnya dilakukan dengan bantuan program
komputer.

12
7. Akuntansi Anggaran
Akuntansi Anggaran menyajikan rencana tindakan
keuangan untuk periode tersebut menggunakan
catatan dan ringkasan, membandingkan aktivitas
aktual dan rencana. Apabila terdapat penyimpangan
antara realisasi dan anggaran, maka perbedaan
tersebut harus dianalisis dan dicari penyebab
perbedaan tersebut untuk dapat dilakukan tindakan
perbaikan. Kombinasi perencanaan dan pengendalian
berdasarkan anggaran, yang sering dipandang
sebagai bagian dari akuntansi manajemen.

Peran Akuntansi dalam Masyarakat


Mengetahui hasil kegiatan masa lalu sangat membantu
untuk perencanaan masa depan. Perbandingan
implementasi sebelumnya dengan tindakan saat ini dapat
menunjukkan perkembangan yang baik atau tidak
menguntungkan. Manajemen seringkali mendasarkan
operasi hariannya pada data akuntansi. Misalnya,
manajemen perlu mengetahui berapa banyak hutang yang
harus dibayar, kapan jatuh tempo, dan kepada siapa
hutang itu jatuh tempo. Semua ini bisa diketahui dari
akuntansi.

13
Daftar Pustaka
Alexander, J. R. (2002). History of accounting. Association
of Chartered Accountants in the United States, 341.
Bahri, S. (2020). Pengantar Akuntansi Berdasarkan SAK
ETAP dan IFRS (EDISI III). Yogyakarta: Andi.
Gade, M. (2005). Teori Akuntansi. Jakarta: Almahira.
Hartono, N. U. R. (2018). Pengantar Akuntansi (1st ed.).
Yogyakarta: Deepublish.
Indonesia, I. A. (2020). Kode Etik Akuntan Indonesia.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Roberts, A. R. (1988). The Accounting Historians. The
Accounting Historians Notebook, 11(1).
Yamey, B. S. (1994a). Benedetto Cotrugli on bookkeeping
(1458). Accounting, Business & Financial History,
4(1), 43–50.
Yamey, B. S. (1994b). Notes on Pacioli’s first chapter.
Accounting, Business & Financial History, 4(1), 51–
66.

14
Profil Penulis
Laynita Sari, S.E., M.M., Ak.
Ketertarikan penulis terhadap ilmu ekonomi
khususnya Akuntansi dimulai pada tahun
2002 silam. Hal tersebut membuat penulis
memilih untuk masuk ke Perguruan Tinggi
Universitas Andalas Padang Jurusan
Akuntansi. Setelah menamatkan studi S-1 di
Prodi Akuntansi, penulis kemudian melanjutkan studi ke
Pendidikan Profesi Akuntansi pada tahun 2007 di
Universitas Andalas. Tahun 2008 penulis memulai
pekerjaannya di Bank Rakyat Indonesia. Penulis menjadi
Officer di Bank Rakyat Indonesia lebih dari 10 tahun. Pada
tahun 2019 penulis menamatkan studi Magister
Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi KBP Padang
konsentrasi Manajemen Keuangan. Tahun 2020 penulis
melanjutkan Studi Doktoral Imu Manajemen konsentrasi
Manajemen Keuangan di Universitas Putra Indonesia
YPTK konsentrasi Manajemen Keuangan. Saat ini penulis
berprofesi sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
KBP Padang. Penulis memiliki kepakaran di bidang
Akuntansi, Perbankan, dan Manajemen Keuangan. Dan
untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional,
penulis pun aktif sebagai peneliti di bidang kepakarannya
tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
didanai oleh internal perguruan tinggi dan juga
Kemenristek DIKTI. Selain peneliti, penulis juga aktif
menulis buku dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat
tercinta ini.
E-mail Penulis: laynitasari4@gmail.com

15
16
2
KONSEP DASAR DAN PRINSIP
AKUNTANSI

Latersia Br Gurusinga, S.E., M.Si.


S.T. Manajemen Bisnis Multi Sarana Manajemen
Administrasi dan Rekayasa Teknologi

Pendahuluan
Akuntansi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan,
pengumpulan, pengikhtisaran dan penyajian dari
transasksi terhadap aktivitas perusahaan yang menjadi
bagian penting untuk kesuksesan suatu bisnis. Akuntansi
memiliki peran penting dalam berbagai bidang usaha,
sebagai dasar dalam menyajikan informasi keuangan
perusahaan dan analisis bisnis untuk pengambilan
keputusan. Informasi akuntansi pada perusahaan
disajikan dalam bentuk pelaporan keuangan yang
menunjukkan kinerja perusahaan pada periode tertentu,
sebagai bentuk tanggung manajemen dalam
melaksanakan aktivitas operasional perusahaan.
Penyajian pelaporan keuangan pada suatu perusahaan,
memiliki aturan yang telah ditetapkan atau prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum, sehingga laporan
yang disajikan andal dan dapat dipercaya oleh
penggunanya.

Kerangka Konseptual
Kerangka dasar merupakan desain awal yang akan
dibentuk sebelum didirikannya sebuah bangunan,
sehingga selanjutnya akan ditentukan bentuk bangunan
secara keseluruhan. Demikian juga dengan akuntansi
yang memerlukan konsep dasar, atau kerangka

17
konseptual untuk membentuk akuntansi secara
keseluruhan. Perusahaan memiliki berbagai jenis dengan
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga diperlukan
suatu aturan atau kerangka konsep yang mempersatukan
perbedaan tersebut. Kerangka konsep ini, akan membuat
suatu laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
yang berbeda, memiliki patokan atau tolok ukur tertentu
yang telah ditetapkan, sehingga informasi keuangan yang
disajikan bersifat seragam antar perusahaan yang satu
dengan yang lainnya.
Kerangka konseptual adalah sistem yang berhubungan
dengan tujuan dan dasar-dasar yang saling terkait yang
dapat menghasilkan standar yang konsisten dan
menentukan sifat, fungsi, serta batasan dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan. Jadi, kerangka
konseptual sangat penting bagi perkembangan akuntansi
secara umum karena berguna untuk
1. membentuk dasar konsep dan tujuan;
2. memberikan kerangka kerja bagi pemecahan masalah
praktis yang baru;
3. meningkatkan pemahaman dan keyakinan para
pemakai laporan keuangan; dan
4. mendorong komparabilitas di antara laporan
keuangan perusahaan-perusahaan.
Kerangka konseptual akuntansi dapat dipilah dalam tiga
tingkatan yang berbeda, tetapi saling terkoneksi. Di
antara setiap unsur dalam setiap tingkatan maupun
setiap unsur dari setiap tingkatan yang berbeda tersebut,
saling terkait dan terintegrasi satu dengan lainnya.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Akuntansi

18
Tujuan Laporan Keuangan
Setiap Perusahaan memiliki bidang usaha serta jumlah
aset dan skala usaha yang berbeda satu dengan yang lain,
tetapi secara umum laporan keuangan disusun dengan
tujuan yang sama. Tujuan umum laporan keuangan
adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi
sebagain besar kalangan pengguna laporan keuangan
untuk membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban mananajemen atas penggunaan
sumber daya yang di percayakan kepada mereka. Jadi,
tujuan umum perusahaan melakukan pelaporan
keuangan adalah:
1. memberikan informasi yang berguna bagi para
pengambil keputusan;
2. memberikan informasi yang dapat membantu investor
dan kreditor saat ini maupun masa depan dalam
menilai jumlah, waktu, serta ketidakpastian harus
kas; dan
3. memberikan informasi, yang dapat membantu
investor dan kreditor saat ini maupun masa depan
dalam menilai sumber ekonomi, klaim terhadapnya,
serta penambahanya.

Karakteristik Kualitatif
Kerangka dasar IFRS memberikan uraian terkait dengan
basis penyusunan dan karakteristik laporan keuangan
yang harus dipenuhi, sehingga berguna bagi pengambilan
keputusan para penggunanya. Karakteristik kualitatf
tersebut, digambarkan pada piramida di bawah ini pada
gambar 2.2

19
Gambar 2.2 Karakteristik Kualitatif
Berdasarkan piramida tersebut, laporan keuangan harus
disusun dengan menggunakan asumsi keberlangsungan
hidup atau going concern. Asumsi tersebut, mendasari
penggunaan basis akrual dalam menyusun laporan
keuangan. Di samping going concern, ada asumsi lain yang
dapat digunakan dalam menyusun laporan keuangan
yaitu asumsi likuidasi. Namun, asumsi likuidasi hanya
berlaku apabila entitas bisnis tidak lagi memiliki
kelangsungan hidup atau segera akan dipailitkan
ataupun dibubarkan. Apabila asumsi likuidasi yang
digunakan, maka laporan keuangan harus disusun
dengan basis realisasi atau laporan keuangan tidak
disusun berdasarkan IFRS.

Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Kerangka konseptual menjelaskan unsur-unsur laporan
keuangan sebagai berikut.
1. Aset (Asset)
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh
suatu entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan
dari aset tersebut, diharapkan ada manfaat ekonomi
masa depan yang mengalir ke dalam entitas pada
masa yang akan datang.

20
2. Liabilitas (Liabilities)
Liabilitas adalah kewajiban kini perusahaan yang
timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesainnya
mengakibatkan arus keluar sumber daya suatu
entitas.
3. Ekuitas (Equity)
Ekuitas adalah kepentingan sisa dalam aset
perusahaan setelah dikurangi liabilitas.
4. Penghasilan (Income)
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama periode akuntansi dalam bentuk arus kas
masuk atau peningkatan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas,
selain berasal dari kontribusi dari pemegang saham.
5. Beban (Expense)
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau
deplesi aset, atau terjadinya kewajiban yang
menurunkan ekuitas, selain yang berasal dari
distribusi kepada pemegang saham.

Asumsi dan Konsep Dasar Akuntansi


Berdasarkan Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) atau praktik akuntansi yang mengacu pada
Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) asumsi
atau konsep dasar dari akuntansi terdiri dari Kesatuan
Usaha (Economic Entity Assumption), Kontinuitas Usaha
(The Going Concern/Continuity Assumption), Periodisasi
Asumsi Tepat Waktu (The Periodicity Assumption),
Pengakuan Unit Moneter (Measurement and Units of
Measure Assumption), Arm’s-Length Transactions
Assumption, Keandalan Asumsi (Reliability Assumption),
Konsistensi Asumsi (Consistency Assumption) dan Akrual
Asumsi (Accrual Assumption).

21
Asumsi dan konsep dasar ini, menjadi acuan bagi
akuntan dalam membuat laporan keuangan dan auditor
dalam melakukan audit terhadap laporan keuangan pada
suatu perusahaan.
1. Kesatuan Usaha (Economic Entity Assumption)
Kesatuan usaha menunjukkan perusahaan sebagai
entitas terpisah dari pemilik dan pengelolanya.
Transaksi yang dicatat, hanya transaksi yang terkait
dengan kegiatan etitas. Rahmaniar dan Soegijanto
(2016) dalam bukunya Pengantar Akuntansi I (Siklus
Akuntansi untuk Perusahaan Jasa) menjelaskan
konsep kesatuan usaha menganggap entitas sebagai
suatu badan atau orang yang berdiri sendiri,
bertindak atas namanya sendiri dan terpisah dari
pemilik. Oleh karena itu, akuntansi lebih
berkepentingan dengan perushaan sebagai unit usaha
yang melaporkan kegiatan usahanyakepada pihak
luar (pemilik).
Pertanggungjawaban perusahaan dalam pencatatan
transaksinya disajikan dalam bentuk laporan
keuangan yang terdiri dari lima komponen, yaitu
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan modal, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Kelima
komponen ini, disebut sebagai informasi keuangan
yang akan digunakan oleh pihak yang berkepentingan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang
menyangkut suatu perusahaan.
2. Kontinuitas Usaha (The Going Concern/Continuity
Assumption)
Going concern merupakan konsep keberlanjutan
usaha dari suatu entitas. Perusahaan adalah satuan
ekonomi yang pelaksanaan fungsi-fungsinya secara
berkelanjutan dalam mencapai tujuannya tanpa ada
maksud untuk membubarkan, sehingga perlu
dilakukannya pelaporan secara periodik dan membagi
aset dan kewajibannya menjadi jangka pendek dan
jangka panjang. Konsep kontinuitas usaha
membenarkan akuntansi pada suatu perusahaan

22
untuk menunda pengakuan beban tertentu pada
periode berikutnya, selama entitas masih dalam bisnis
dan menggunakan asetnya seefektif mungkin.
Dari sisi auditor, berdasarkan Generally Accepted
Auditing Standard (GAAS) atau standar auditing yang
berlaku umum tentang kontinuitas usaha. Auditor
juga dapat mempertimbangkan hal-hal berikut dalam
memutuskan apakah terdapat keraguan substansial
tentang kemampuan entitas untuk melanjutkan
kelangsungan usahanya
a. tren negatif dalam hasil operasi, seperti
serangkaian kerugian yang terjadi pada entitas
bisnis;
b. wanprestasi pinjaman oleh perusahaan;
c. penolakan kredit perdagangan oleh pemasok
kepada perusahaan;
d. komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis di
mana perusahaan berdiri; dan
e. proses hukum terhadap perusahaan.
3. Periodisasi Asumsi Tepat Waktu (The Periodicity
Assumption)
Penyajian pelaporan keuangan pada suatu entitas
dituntut untuk selalu konsisten berdasarkan periode
waktu yang disusun dan diterbitkan. Pernyataan
Standar Aakuntansi Keuangan (PSAK 1) tentang
Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa
periode tahun buku perusahaan dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari dan berakhir periode di
akhir desember tahun yang sama.
Namun, di sisi lain, terdapat periode akuntansi
dengan durasi di bawah 1 (tahun) buku, yaitu per
semester, kwartal (triwulan) atau bulanan. Laporan
keuangan bulanan umumnya digunakan oleh
manajemen hanya untuk umpan balik dan evaluasi
manajemen terhadap kegiatan operasional
perusahaan. Perusahaan yang telah go public
diwajikan oleh Securities and Exchange Commission

23
untuk menyajikan laporan keuangan tahunan dan
triwulan sebagai tambahan dari laporan bulanan yang
di terbitkan pada internal perusahaan.
4. Pengakuan Unit Moneter (Measurement and Units of
Measure Assumption)
Pencatatan kegiatan ekonomi entitas dalam laporan
keuangan dinyatakan dalam unit moneter atau mata
uang tertentu dalam penyajiannya. Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) memasukkan
asumsi unit moneter ke dalam penyajian laporan
keuangan karena didasarkan pada kemungkinan
entitas dalam membandingkan kinerja keuangan
mereka dengan perusahaan lain, dengan
menggunakan mata uang yang sama atau mata uang
yang berbeda dengan mengkonversi mata uang asing,
sehingga membantu dalam transaksi bisnis baik
nasional maupun internasional.
5. Arm’s-Length Transactions Assumption
Asumsi dan konsep ini, berkenaan dengan
keterlibatan dari kedua belah pihak pada perusahan
dalam suatu transaksi yang wajar. Transaksi wajar
adalah negosiasi antara kedua belah pihak yang
diasumsikan masing-masing telah memiliki informasi
yang baik tentang bisnis dan masing-masing pihak
bertindak untuk memaksimalkan kepentingannya
masing-masing. Pada Bursa Efek terdapat transaksi
jual beli Efek pinjam-meminjam Efek, atau kontrak
lain mengenai Efek atau harga Efek yang
menggunakan harga pasar dengan pihak yang terlibat
yaitu orang perseorangan, perusahaan, usaha
bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.
6. Keandalan Asumsi (Reliability Assumption)
Laporan keuangan yang disajikan dituntut untuk
bersifat andal, sehingga dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
andal merupakan laporan keuangan yang bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan disajikan secara tulus dan jujur (faithful

24
representation). Asumsi tentang keandalan laporan
keuangan menyangkut tentang bukti objektif
terhadap transaksi yang dicatat dalam laporan
keuangan. Salah satu contohnya, pada pengukuran
umur piutang diperlukan bukti berupa tagihan,
laporan bank, faktur, dan beberapa dokumen lainnya.
Asumsi keandalan akan lebih relevan saat
bersinggungan dengan audit atas laporan keuangan.
Auditor melakukan prosedur untuk menilai otorisasi,
dukungan, dan persetujuan transaksi. Selanjutnya,
dokumen eksternal sebagai bukti dianggap lebih
andal daripada dokumen yang dihasilkan secara
internal. Selain itu, keandalan laporan keuangan juga
penting bagi pemangku kepentingan sebagai dasar
dalam melakukan pengambilan keputusan.
7. Konsistensi Asumsi (Consistency Assumption)
Konsistensi dalam penyajian laporan keuangan
berkenaan dengan ketepatan periode penyajian
laporan keuangan, baik dari sisi periode penyajian
maupun penggunaan metode-metode di dalamnya.
Kebijakan atau metode akuntansi tersebut, sekali
diadopsi, maka harus dipraktikkan secara konsisten
dan berkelanjutan, sehingga laporan keuangan yang
disajikan dapat diperbadingkan tanpa perlu
melakukan penyesuaian.
Namun, jika terdapat perubahan kebijakan metode
akuntansi untuk tujuan perbaikan dan peningkatan
kualitas laporan keuangan, maka perlu dilakukan
pengungkapan atas perubahan tersebut di dalam
laporan keuangan. Konsistensi dalam pelaporan
keuangan, akan membantu efisiensi dalam
manajemen waktu dan biaya untuk pelaporan
keuangan.
8. Akrual Asumsi (Accrual Assumption)
Pencatatan transaksi pelaporan menggunakan basis
akrual, ini sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) tentang keharusan perusahaan
mencatat transaksi keuangan menggunakan accrual

25
basis. Asas ini, mengharuskan perusahaan untuk
menyusun laporan keuangan atas dasar akrual,
kecuali arus kas.
Asas akrual merupakan dasar dari pengakuan aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban yang
diakui pada saat terjadi dan bukan didasarkan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, dan
dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan pada
periode terjadinya.

Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi merupakan aturan dan konsep penting
yang mengatur bidang akuntansi, dan memandu proses
akuntansi harus mencatat, menganalisis, memverifikasi,
dan melaporkan posisi keuangan bisnis. Prinsip ini,
digunakan dalam setiap langkah proses akuntansi untuk
representasi yang tepat dari posisi keuangan bisnis
berdasarkan prinsip akuntansi menurut GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles).
1. Prinsip Biaya Historis (Hirtorical Cost Principle)
Prinsip biaya historis yaitu prinsip yang berkenaan
dengan pencatatan aset perusahaan dengan
menggunakan harga perolehan (harga beli aset
ditambah biaya terkait dengan pemeliharan aset).
Selain itu, biaya historis juga digunakan dalam
pencatatan utang, modal dan biaya. Harga perolehan
juga didefinisikan sebagai harga kesepakatan dari
pihak-pihak yang berkepentingan dalam membentuk
kekayaan (harta/aset) perusahaan.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition
Principle)
Prinsip pengakuan pendapatan berkaitan dengan
pendapatan entitas yang diakui dalam laporan laba
rugi. Prinsip ini, akan mencatat penerimaan
pencatatan hanya pada saat benar-benar diterima dan
terukur.

26
Rudianto (2018) dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Intermedite mengungkapkan, secara umum
terdapat empat metode yang digunakan untuk
menetapkan kapan pendapatan suatu perusahaan
dapat diakui. Keempat metode tersebut adalah
sebagai berikut:
a. pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi;
b. pendapatan diakui pada saat diterimanya uang;
c. pendapatan diakui pada saat proses produksi;
dan
d. pendapatan diakui pada saat selesainya produksi.
3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Matching merupakan prinsip yang dibutuhkan untuk
merekaan biaya yang berkaitan dengan pembuatan
produk dengan pendapatan yang dihasilkan dari
produk tersebut selama satu periode tertentu. Pada
prinsip ini, biaya yang dikeluarkan dalam suatu
periode akuntansi harus disesuaikan dengan
pendapatan yang diakui pada periode tersebut,
misalnya, jika pendapatan diakui pada semua barang
yang dijual selama periode tersebut, biaya barang-
barang yang dijual juga harus dibebankan pada
periode itu.
Salah untuk mengakui pendapatan pada semua
penjualan, tetapi membebankan biaya hanya pada
penjualan tersebut yang dikumpulkan secara tunai
sampai periode tersebut.
4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Laporan keuangan suatu oleh penggunanya seringkali
dibandingkan dengan periode sebelumnya, sehingga
dalam hal ini diperlukannya konsistensi dalam sisi
metode atau prosedur yang digunakan dari tahun ke
tahun.
Prinsip konsistensi menyatakan bahwa semua
perlakuan akuntansi harus diikuti secara konsisten
sepanjang periode saat ini, dan masa depan kecuali
diharuskan oleh undang-undang untuk mengubah

27
atau perubahan tersebut, memberikan penyajian yang
lebih baik dalam akun. Prinsip ini, membantu
perusahaan dalam mencegah manipulasi dalam akun
dan membuat laporan keuangan dapat
diperbandingkan di seluruh periode historis.
5. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure
Principle)
Prinsip pengungkapan penuh menyatakan bahwa
laporan keuangan merupakan sarana untuk
menyampaikan suatu informasi, sehingga laporan
keuangan harus mengungkapkan segala aktivitas dan
transaksi entitas yang relevan dan dapat diandalkan
secara penuh. Prinsip ini merupakan suatu kebijakan
akuntansi yang didukung oleh GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles) dan IFRS (International
Financial Accounting Standard).
Prinsip ini mengharuskan manajemen organisasi
untuk mengungkapkan setiap informasi keuangan
yang relevan dan material baik moneter atau non-
moneter kepada kreditor, investor, dan pemangku
kepentingan lainnya yang bergantung pada laporan
keuangan yang diterbitkan oleh organisasi dalam
proses pengambilan keputusan terkait dengan
organisasi.

Kendala-Kendala
Laporan keuangan sangat berguna bagi para pemakai
atau penggunanya, karna bagi mereka laporan keuangan
merupakan sumber informasi. Ada beberapa hal yang
menjadi penghambat tercapainya batas kualitas yang
diharapkan.
1. Kendala Biaya
Manajemen perusahaan sangat memahami bahwa
proses menghasilkan informasi keuangan yang
memadai membutuhkan biaya yang sangat besar.
Karena itu, sangatlah penting untuk menghitung
biaya menghasilkan informasi keuangan tersebut
bersamaan dengan manfaat yang akan diterimanya.

28
Evaluasi atas biaya dan manfaatnya merupakan
proses pertimbangan yang substansial. Biaya
tersebut, tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang
menikmati manfaat. Ketika mengevaluasi manfaat
dan biayanya, entitas harus memahami bahwa
manfaat informasi mungkin juga dinikmati oleh
pengguna eksternal. Contoh, penyedian informasi
lanjutan kepada kreditur mungkin mengurangi biaya
pinjaman yang dipikul perusahaan.
2. Kendala Materialitas
Suatu pos akan dinyatakan material jika
penyajiannya atau penghapusan memengaruhi atau
mengubah penilaian dan keputusan pihak lain.
Sebaliknya, pos tersebut akan dinyatakan tidak
material jika penyajianya atau penghapusanya tidak
memengaruhi atau mengubah penilaian dan
keputusan pihak lain. Dengan demikian, dampak
materialitas suatu pos terhadap penilaian dan
keputusan harus ditentukan, karena materialitas
terkait dengan ukuran dengan ukuran relative dan
kepentingan.
Jika nilai pos tersebut cukup besar dibandingkan
dengan pendapatan dan beban, aset dan kewajiban
atau laba bersih, standar yang ada harus diikuti.
Sebaliknya, jika nilai pos tersebut kecil dibandingkan
dengan pendapatan dan beban, aset dan liabilitas
atau laba bersih, penerapan standar ini kurang
penting. Namun, sangat sulit memberikan pedoman
yang tepat tentang materialitas tidaknya suatu pos,
karena sangat dipengaruhi oleh nilai dan
kepentinganya.

29
Daftar Pustaka
Ani, R., & Soegijanto. (2016). Pengantar Akuntansi Dasar
1. Jakarta: In Media.
Ati, R., Defia, N., & Supami, W. (2017). Akuntansi
Keuangan Berbasi PSAK. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Ati, R., Defia, N., & Supami, W. (2017). Akuntansi
Keuangan dalaam Perspektif IFRS dan SAK-ETAP.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rudianto. (2018). Akuntansi Intermediate. Jakarta:
Erlangga.
Yusup, Al., & Haryono. (2005). Dasar-Dasar Akuntansi.
Jilid 1. Edisi Keempat. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
https://www.cfajournal.org/basic-accounting-
assumptions/

30
Profil Penulis
Latersia Br Gurusinga, S.E., M.Si.
Penulis Lahir pada tanggal 15 Juni 1993 di
desa Limang, Kabupaten Tanah Karo. Penulis
saat ini menetap di Medan, Sumatera Utara.
Penulis merupakan anak keempat dari empat
bersaudara. Penulis menamatkan kuliah
sarjananya pada pada Program Studi Akuntansi di
Universitas Nommensen Medan pada tahun 2015, dan
kemudian melanjutkan Program Magisternya pada
Program Studi Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2019.
Saat ini, penulis diberi Amanah untuk memangku jabatan
sebagai Ketua Program Studi Akuntansi sejak Tahun 2021
di Sekolah Tinggi Manajemen Bisnis Multi Sarana
Manajemen Administrasi dan Rekayasa Teknologi, dengan
Jabatan Lektor 200 dan Kepangkatan penata Gol III/c.
Penulis juga dalam keseharianya mengajar mata kuliah:
Hukum Bisnis, Teori Akuntansi, Perilaku Organisasi,
Sistem Informasi Akuntansi, Auditing dan Akuntansi.
Penulis saat ini juga aktif sebagai Anggota Asosiasi Dosen
Akuntansi Indonesia (ADAI). Penulis juga pernah menulis
Book Chapter dengan judul “Etika Bisnis (Etika dan
Penerapannnya)” terbitan Media Sains Indonesia. Penulis
memiliki kepakaran dibidang Akuntansi. Untuk
mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun
aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya tersebut.
E-mail Penulis: latersiagurusinga76@gmail.com

31
32
3
PERSAMAAN AKUNTANSI

Angga Prasetia, S.E., M.Ak., CA.


Universitas Ibn Khaldun Bogor

Konsep Dasar Akuntansi

Pada prinsipnya, semua pelaku ekonomi, besar maupun


kecil, tidak lepas dari ide dasar akuntansi. Perusahaan
yang menerapkan konsep dasar akuntansi ini dengan
benar dan efektif, akan lebih mudah mengembangkan
usahanya. Konsep dasar akuntansi sendiri diartikan
sebagai suatu rumusan atau konsep yang secara umum
diterapkan untuk memperoleh analisis, pandangan, dan
pendapat yang konsisten dari penyedia informasi
keuangan kepada pihak lain.
Konsep ini harus dipahami dengan seksama dan
menyeluruh. Pemahaman yang menyeluruh dapat
membantu bisnis menghindari kesalahan saat
menyiapkan laporan keuangan mereka. Jika risiko ini
terwujud, dapat menyebabkan kerugian besar atau
kebangkrutan perusahaan. Secara keseluruhan, konsep
dasar akuntansi ini berfungsi sebagai panduan untuk
persiapan berbagai jenis masalah keuangan, terutama
praktik akuntansi.
Pendapat dari Paton dan Littleton yang dikutip dari
Suwardjono (2005) menyatakan bahwa konsep dasar
akuntansi terdiri atas konsep kesatuan usaha atau entity
theory, kelangsungan usaha atau going concern,
penghargaan sepakatan, upaya dan hasil atau effort and
accomplishment, harga melekat atau cost attach, asumsi
dan yang terakhir terdiri atas bukti terverifikasi.

33
Dalam memahami konsep akuntansi terdapat rumus
dasar sebagai berikut.
1. Kesatuan
Kesatuan akuntnasi merupakan data dan informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan tahunan.
Data dan informasi harus secara jelas mengacu pada
entitas atau perusahaan yang dilaporkan. Kejelasan
data dan informasi keuangan perusahaan,
memudahkan perusahaan dalam melakukan
pelaporan keuangan.
2. Kesinambungan
Kesinambungan perusahaan dalam konsep dasar
akuntansi sangat diperlukan. Kontinuitas
perusahaan memungkinkan untuk memantau
informasi keuangan perusahaan. Tentu saja, jika
bisnis baru berjalan beberapa minggu atau bulan,
informasi akuntansi yang diterima sama sekali tidak
berguna. Oleh karena itu, perusahaan harus tetap
eksis atau dilanjutkan. Berbagai informasi atau data
keuangan suatu perusahaan dapat terus dipantau.
3. Periode Akuntansi
Adanya periode akuntansi diperlukan suatu
perusahaan untuk memantau keadaan keuangannya.
Periode akuntansi ini, juga terkait erat dengan
pelaporan informasi keuangan dalam perusahaan,
yang dapat dibagi oleh perusahaan berkelanjutan ke
dalam periode dalam bentuk laporan keuangan.
Lamanya suatu periode tertentu dalam suatu
perusahaan, dapat menjadi ukuran posisi keuangan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajemen
perusahaan dapat menggunakan laporan keuangan
tahunan sebagai dasar yang kuat untuk keputusan
perusahaan selanjutnya.
4. Pengukuran Nilai Uang
Informasi akuntansi dalam sebuah usaha juga harus
mempunyai keseragaman bahasa yang disebut
dengan nilai uang. Keseragaman bahasa dengan uang

34
adalah hal yang penting dalam menyajikan informasi
atau data perusahaan. Jika satuan unit
pengukurannya berbeda, tentu akan sulit
membandingkan setiap informasi yang ada. Secara
keseluruhan, nilai moneter serta posisi keuangan
ataupun hasil usaha sebuah perusahaan menjadi
dasar kesatuan dalam bahasa akuntansi.
5. Harga Perolehan
Setiap harta kekayaan yang didapatkan harus dicatat
dalam laporan keuangan. Setiap nilai yang
dibayarkan dalam memperoleh harta kekayaan
tersebut adalah nilai yang akan dicatat pada laporan
keuangan. Selanjutnya, nilai tersebut akan disajikan
pada laporan keuangan perusahaan.
6. Penetapan Pendapatan dan Biaya
Untuk masalah penetapan pendapatan dan biaya,
maka pihak perusahaan harus menunjukkan periode
pelaporan secara jelas. Pelaporan pendapatan dan
biaya juga berkaitan erat dengan aktiva serta utang
perusahaan atau pihak-pihak terkait. Penetapan
pendapatan dan biaya pada dasarnya selain
memerlukan catatan yang transparan juga
membutuhkan pencatatan yang konsisten setiap
tahunnya.
7. Konsistensi
Prinsip konsistensi dalam konsep dasar akuntansi
juga penting pada sebuah perusahaan. Sebuah
perusahaan yang secara konsisten menerapkan
prinsip ini pada satu periode ke periode berikutnya,
akan memudahkan mereka dalam memperoleh data
dan informasi keuangan yang tersaji di dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan yang akurat bisa
menjadi dasar pengambilan keputusan penting dalam
perusahaan.
8. Obejktivitas dan Materialistis
Objektivitas dapat didefinisikan sebagai data serta
informasi keuangan yang disajikan tanpa

35
mempertimbangkan satu atau pihak-pihak tertentu.
Adapun pengertian materialitas dapat diartikan
sebagai data maupun informasi keuangan yang
muncul dari transaksi dengan jumlah kecil.
Materialitas ini bisa dikatakan tidak berpengaruh
terhadap laporan keuangan perusahaan, sehingga
bisa abaikan.

Persamaan Dasar Akuntansi


Persamaan Dasar Akuntansi (PDA) digunakan untuk
melihat keseimbangan antara Aset, kewajiban dan modal
perusahaan. Ketika aset (aset) merupakan sumber
ekonomi dari suatu perusahaan yang diharapkan dapat
memberikan manfaat bisnis dimasa yang akan datang.
Kewajiban (Liabilities) merupakan klaim pihak ketiga
terhadap bisnis, yang merupakan kewajiban ekonomi
dalam bentuk pinjaman yang wajib dibayarkan kepada
pihak ketiga.
Modal (ekuitas) adalah tuntutan perseroan sebagai
pemilik perseroan atas kekayaan perseroan oleh para
pemegang saham yang telah menanamkan modalnya
dalam perseroan.
Rumus Persamaan Dasar Akuntansi (PDA)

ASET = UTANG + MODAL

Persamaan dasar akuntansi jumlah Aset sama dengan


total Utang dengan Modal, Persamaan dasar akuntansi,
tidak terpisahkan dari sistem pencatatan berpasangan, di
mana pencatatan Aset sama dengan pencatatan Utang
dan/atau Modal. Transaksi persamaan dasar akuntansi
dicatat sebagai Aset, Utang dan/atau Modal. Total asset
perusahaan berasal dari Modal pemilik perusahaan atau
dari Utang.
Pemilik perusahaan menyetorkan sejumlah uang untuk
dijadikan sebagai modal awal, setoran awal tidak
menjamin pemilik modal menyetorkan uang saja
melainkan menyetorkan sejumlah asset lain seperti:

36
kendaraan, tanah, bangunan ataupun aset lain yang tidak
berupa uang.

Transaksi dan Persamaan Dasar Akuntansi


Transaksi merupakan pertukaran barang di mana penjual
dan pembeli terlibat di dalamnya. Terlepas dari aktivitas
jual dan beli, transaksi memiliki cakupan kegiatan yang
lebih luas lagi. Dalam suatu kegiatan transaksi, harus
terdapat perubahan nilai dari finansial kedua pihak. Oleh
sebab itu, pembayaran gaji dan bentuk pembayaran
kebutuhan lainnya dapat dikategorikan sebagai bentuk
transaksi juga.
Dalam kegiatannya, transaksi harus dicatat di
pembukuan khusus untuk akuntansi. Perlu diketahui,
terdapat dua macam bentuk pembukuan transaksi
perusahaan, yaitu: akuntansi akrual dan akuntansi kas.
Terdapat dua macam kegiatan transaksi, yaitu transaksi
secara tunai dan nontunai, pada era saat ini nontunai
diartikan pembayaran tidak menggunakan fisik uang,
pada era sebelumnya nontunai dapat diartikan bahwa
pembayaran bukan hanya tidak menggunakan fisik uang,
melainkan pembayaran dilakukan dengan tempo atau
bisa dikatakan secara kredit.
Transaksi dapat memberikan dampak perubahan bagi
keuangan atau laporan perusahaan, terdapat dua jenis
transaksi dalam kegiatannya.
1. Transaksi Internal
Transaksi internal merupakan transaksi dalam
perusahaan sebatas perpindahan posisi saldo
keuangan, yang disebabkan oleh transaksi yang tidak
melibatkan penjual dan pembeli melainkan transaksi
guna menyesuaikan saldo keuangan.
Contoh transaksi internal adalah
a. penggunaan perlengkapan; dan
b. penyusutan perlengkapan.

37
2. Transaksi Eksternal
Transaksi eksternal adalah transaksi yang dilakukan
dengan pihak lain di luar perusahaan, dalam
transaksi eksternal merupakan trasaksi yang
melibatkan penjual dan pembeli serta pihak lain.
Transaksi tersebut, selain merubah posisi saldo
keuangan juga menimbulkan kewajiban yang harus
dibayar atau hak yang harus diterima oleh
perusahaan.
Contoh traksaksi ekternal adalah
a. penjualan,
b. pembelian,
c. pembayaran utang, dan
d. penerimaan piutang.
Transaksi yang terjadi dalam perusahaan
didokumentasikan dengan bukti-bukti transaksi, bukti
yang tertulis guna menjelaskan jenis transaksi yang telah
terjadi, sejalan dengan transaksi bukti transaksi terdapat
dua jenis bukti.
1. Bukti Transaksi Internal
Bukti transaksi internal merupakan bukti yang
digunakan untuk menunjang transaksi internal, bukti
transaksi internal berisi informasi kegiatan
penyesuaian saldo keuangan perusahaan.
2. Bukti Transaksi Ekternal
Tidak jauh berbeda dengan bukti transaksi internal,
bukti transaksi ekternal juga menunjukan informasi
kegiatan transaksi keuangan perusahaan bedanya
adalah bukti ekternal lebih bervariasi mengikuti jenis
transaksinya.

Pencatatan Transaksi Persamaan Dasar Akuntansi


Pencatatan transaksi persamaan dasar akuntansi hanya
sebatas Aset, Utang dan/atau Modal. Setiap transaksi
persamaan dasar akuntansi Aset, Utang dan/atau Modal
harus seimbang penambahan ataupun pengurangannya.
38
1. Penambahan aset seimbang dengan penambahan
modal.
Setiap penambahan asset diimbangi dengan
penambahan modal hal ini disebabkan transaksi
penambahan asset diakui pula sebagai penambahan
modal.
Contoh 1
Pada 1 Januari 2021 Tuan Abdul selaku pemilik
perusahaan menyetorkan modal awal berupa uang
sebesar Rp10.000,00, kendaraan Rp5.000,00 dan
peralatan kantor Rp35.000,00.
Contoh 2
Pada 11 Januari 2021 perusahaan menjual barang
secara tunai Rp2.500,00
Berdasarkan transaksi di atas, dapat kita analisis
bahwa asset bertambah maka penyeimbangnya
adalah modal yang bertambah, dan pada contoh 2
perusahaan menjual barang dagangan secara tunai,
maka dalam hal penjualan asset perusahaan akan
bertambah.
Tabel 3.1 Penambahan Aset Seimbang dengan
Penambahan Modal
Aset Kewaji Ekuitas
Ket ban
Kas Kendaraan Peralatan Utang Modal
1/1/21 10.000,00 5.000,00 35.000,00 - 50.000,00

2/1/21 2.500,00 - - - 2.500,00

Saldo 12.500,00 5.000,00 35.000,00 0 52.500,00

2. Pengurangan aset seimbang dengan pengurangan


modal.
Pengurangan asset yang terjadi diimbangi dengan
pengurangan modal, disebabkan pada persamaan
dasar akuntansi pengurangan asset, maka terjadi
pula pengurangan utang atau modal.
Contoh 1
39
Pada 3 Januari 2021 membayar biaya perbaikan
listrik kantor Rp125,00
Contoh 2
Pada 4 Januari 2021 membayar biaya pengiriman
dokumen perusahaan Rp70,00.
Tabel 3.2 Pengurangan Aset Seimbang dengan
Pengurangan Modal
Aset Kewaji Ekuit
Ket ban as
Kas Kendaraan Peralatan Utang Modal
3/1/21 ( 125 ) - - - ( 125 )
4/1/21 ( 70 ) - - - ( 70 )
Saldo ( 195 ) 0 0 0 ( 195 )
3. Penambahan aset seimbang dengan penambahan
utang.
Setiap penambahan asset diimbangi dengan
penambahan utang, hal ini terjadi karena dalam
penambahan asset tidak berasal dari pemilik modal,
melainkan dari pinjaman pihak eksternal.
Contoh 1
Pada 5 Januari 2021 perusahaan membeli secara
kredit kendaraan Rp3.500,00 dan meja kantor
Rp1.100,00.
Contoh 2
Pada 6 Januari 2021 perusahaan melakukan
peminjaman uang kepda Bank ABC sebesar
Rp7.000,00
Berdasarkan transaksi diatas, perusahaan
melakukan pembelian secara kredit dan peminjaman
kepada Bank ABC, catatan pada persamaan dasar
akuntansi perusahaan adalah asset bertambah
diimbangi dengan penambahan utang perusahaan,
tidak lagi menambah modal karena perusahaan
bertransaksi kredit oleh pihak luar.

40
Tabel 3.3 Penambahan Aset Seimbang dengan
Penambahan Utang
Aset Kewajiba Ekuitas
Ket n
Kas Kendaraan Peralatan Utang Modal
5/1/21 - 3.500 1.100 4.600 -

6/1/21 7.000,00 - - 7.000,00 -

Saldo 7.000,00 3.500 1.100 10.600 -

4. Pengurangan aset seimbang dengan pengurangan


utang.
Pengurangan utang pada umumnya didasari adanya
pembayaran, sehingga jika utang berkurang maka
asset perusahaan akan berkurang. Dalam hal ini,
keurangan utang bukan hanya dari pembayaran bisa
saja terjadi karena adanya pengembalian pembelian
(return).
Contoh transaksi
Contoh 1
pada 7 Januari 2021 Perusahaan melakukan
pembayaran atas pembelian secara kredit Rp550,00
Contoh 2
Pada 8 Januari 2021 perusahaan mengembalikan
sejumlah peralatan yang dibeli karena rusak sebesar
Rp200,00.
Dari transaksi tersebut, dapat dianalisis
berkurangnya asset disebabkan oleh pembayaran
utang dan pengembalian pembelian, maka catatan
persamaan dasar akuntansinya asset berkurang
diimbangi pengurangan utang.
Tabel 3.4 Pengurangan Aset Seimbang dengan
Pengurangan Utang
Aset Kewajiban Ekuitas
Ket
Kas Kendaraan Peralatan Utang Modal
5/1/21 (550) - - (550) -
6/1/21 - - (200) (200) -
Saldo (550) - (200) (750) -

41
Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Transaksi keuangan setiap hari terjadi, di mana agar
mempermudah pencatatannya maka akan digolongkan.
Misalnya, penerimaan dan pengeluaran uang dicatat
dalam satu akun kas.
Akun digolongkan menjadi dua kelompok, akun riil dan
akun nominal. Akun riil disebut akun tetap, di mana akun
yang dicatat dalam Neraca termasuk akun harta, akun
kewajiban dan akun modal, sedangkan akun nominal
atau akun sementara adalah akun-akun yang terdapat
dalam laporan laba-rugi. Akun nominal terdiri dari akun
pendapatan dan akun beban. Selanjutnya, selisih akun
pendapatan dan akun beban dicatat dalam laporan
perubahan modal.
Unsur laporan keuangan dalam pengukuran posisi
keuangan yang terdri dari asset, liabilitas, dan ekuitas,
sedangkan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi
adalah revenue dan expenses.

Harta atau Aktiva


Harta merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan
untuk menjalankan usahanya, atau sumber daya
ekonomi perusahaan yang meliputi biaya yang terjadi
akibat transaksi sebelumnya, dan mempunyai manfaat
dimasa yang akan datang.
Harta dapat di golongkan harta lancar, investasi jangka
panjang, harta tetap, harta tidak berwujud dan harta lain-
lain.
1. Harta Lancar
Hutang lancar adalah harta yang berupa uang
kas/bank dan harta yang sangat mudah dijadikan
uang atau umur pemakaian kurang dari satu tahun.
Harta lancar terdiri dari:
a. kas yaitu uang tunai yang siap digunakan dan
bebas digunakan setiap saat, baik yang ada dalam
perusahaan maupun saldo rekening giro
perusahaan yang terdapat dalam bank;

42
b. surat-surat berharga (efek) yaitu surat-surat
berharga yang dimiliki perusahaan dan dapat
diperjualbelikan, yang berguna untuk
memanfaatkan dana kas/bank yang tidak
dipakai, contohnya saham;
c. wesel tagih yaitu piutang yang dikuatkan dengan
janji (promes);
d. piutang yaitu tagihan kepada pihak lain baik
perorangan maupun badan usaha, Piutang dapat
digolongkan menjadi piutang usaha yaitu tagihan
karena penyerahan jasa dan piutang dagang,
yaitu tagihan penyerahan barang di perusahaan
dagang. Pitang yang terjadi karena di luar
kegiatan usaha disebut putang karyawan;
e. persediaan yaitu barang dagangan yang tersedia
untuk dijual dalam perusahaan dagangan dan
manufaktur;
f. perlengkapan yaitu barang yang digunakan untuk
kegiatan perusahaan dan diperkirakan habis
dipakai dalam setahun. Misalnya, perlengkapan
kontor, perlengkapan toko. Perlengkapan bisa
disebut dengan bahan habis pakai; dan
g. beban dibayar di muka yaitu biaya yang telah
dibayar, tetapi manfaat pembayaran belum
diperoleh. Misalnya asuransi dibayar di muka,
sewa dibayar di muka dan iklan dibayar di muka.
2. Harta tetap
Harta tetap merupakan harta berwujud yang
digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan
mempunyai umur ekonomis atau masa manfaat lebih
dari 1 tahun.
Harta tetap terdiri dari
a. tanah,
b. gedung,
c. kendaraan, dan

43
d. peralatan.
3. Harta tidak Berwujud
Harta tidak berwujud merupakan harta yang tidak
mempunyai wujud fisik, tetapi mempunyai nilai uang.
Harta ini mempunyai hak istimewa atau hak hukum
dalam jangka panjang.
Harta tidak berwujud terdiri dari:
a. Hak Paten
b. Hak Cipta
c. Franchise
d. Goodwill
3. Kewajiban
Kewajiban merupakan pengorbanan ekonomis yang
harus dilakukan oleh perusahaan pada masa yang
akan datang. Pengorbanan untuk masa yang akan
datang ini, terjadi akibat kegiatan usaha. Kewajiban
dibedakan atas utang lancar dan utang jangka
panjang.
4. Modal
Modal merupakan selisih antara harta dengan hutang
dan merupakan hak pemilik perusahaan atas
sebagian harta perusahaan. Perusahaan berbentuk
perseroan terbatas dapat disebut modal saham.
5. Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil usaha dari kegiatan
yang di jalankan perusahaan.
6. Beban
Beban merupakan pengorbanan yang terjadi selama
melaksanakan kegiatan usaha untuk memperoleh
pendapatan.

44
Daftar Pustaka
Horngren, Harrison, Robinson & Secokusumo. (2007).
Akuntansi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Rollin, Niswonger., Philip E. Fess & Carl S. Warren. (1981).
Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi 16. Jakarta:
Erlangga.
Bastian, Indra. (2001). Akuntansi Sektor Publik di
Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Hanafi, Mamduh M dan Halim, Abdul. (2007). Analisis
Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Harahap, Sofyan Safri. (2007). Teori Akuntansi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Horngren. (2021). Accounting. New Jersey: Pearson
Education Inc.

45
Profil Penulis
Angga Prasetia, S.E., M.Ak., CA.
Penulis adalah salah satu dosen Akuntansi
di Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Ketertarikan penulis terhadap ilmu ekonomi
dimulai pada tahun 2006 silam, karena
penulis gagal masuk jurusan tehnik mesin,
Hal tersebut membuat penulis memilih
untuk masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan di SMK
Islam Assa’adatul Abadiyah Jakarta dengan memilih
Jurusan Akuntansi dan berhasil lulus pada tahun 2009.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi pada tahun 2011 dan berhasil menyelesaikan studi
S-1 di prodi Akuntansi Universitas Borobudur Jakarta
pada tahun 2016. Empat tahun kemudian tepatnya tahun
2020, penulis menyelesaikan studi S-2 di prodi Akuntansi
Program Pascasarjana Universitas Pancasila. Penulis
memiliki kepakaran di bidang Akuntansi dan Pajak, hal
ini dikarenakan penulis sudah banyak terjun dalam
bidang Akuntansi Pajak dalam dunia Industri khususnya
industry berbasis starup, serta saat ini penulis fokus
dalam dunia pendidikan dan untuk mewujudkan karir
sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai
peneliti di bidang kepakarannya tersebut. Selain
melakukan penelitian, penulis juga menulis buku dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa
dan negara yang sangat tercinta ini.
E-mail Penulis: angga.prasetia046@gmail.com

46
47
4
SIKLUS AKUNTANSI

Putu Pande R. Aprilyani Dewi, S.E., M.Si.


Universitas Pendidikan Nasional

Pengertian Siklus Akuntansi


Akuntansi adalah sebuah proses mencatat,
mengelompokkan, mengolah dan menyajikan data yang
berhubungan dengan keuangan yang berasal dari
aktivitas bisnis/kegiatan ekonomi untuk menjadi sebuah
laporan keuangan, sehingga laporan keuangan tersebut
dapat digunakan oleh para pengambil keputusan dan
para pemangku kepentingan.
Proses akuntansi akan menghasilkan sebuah informasi
laporan keuangan yang sangat berguna bagi para
pemangku kepentingan (stakeholder) mengenai aktivitas
ekonomi dan kondisi sebuah perusahaan. Untuk
mendapatkan hasil sebuah laporan keuangan, sebuah
perusahaan memerlukan suatu proses yang terdiri dari
beberapa kegiatan proses akuntansi. Proses akuntansi
akan terjadi secara berulang dan berkesinambungan pada
periode-periode akuntansi yang akan datang, di mana
sebuah proses akuntansi disebut dengan siklus akuntansi
(accounting cycle).
Siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan mulai dari
terjadinya sebuah transaksi sampai dengan Menyusun
sebuah laporan keuangan, sehingga siap untuk
pencatatan berikutnya. Siklus akuntansi ini, dimulai dari
bagaimana transaksi itu dicatat, bagaimana munculnya
akun-akun pada jurnal dan bagaimana akun itu dinilai
serta disajikan di laporan keuangan dan kembali
pencatatan transaksi berikutnya seperti tahapan-tahapan
48
berikutnya. Proses akuntansi akan melalui proses
tahapan-tahapan sebagai berikut
1. bukti transaksi;
2. jurnal, yang terdiri dari jurnal umum dan jurnal
khusus;
3. posting ke buku besar (ledger);
4. neraca saldo (trial balance);
5. jurnal penyesuaian (adjustment);
6. neraca lajur (work sheet);
7. laporan keuangan (financial report) yang terdiri dari
a. laporan posisi keuangan/neraca (balance sheet),
yaitu bentuk laporan yang menggambarkan harta
kekayaan/aktiva, kewajiban/utang dan modal
dari suatu usaha. Antara aktiva/harta dan pasiva
(kewajiban dan modal) harus menunjukan nilai
yang sama (balance). Aktiva disajikan pada sisi
debit/kiri, sedangkan kewajiban dan modal
disajikan di sisi kredit/kanan;
b. laporan laba rugi (income statement), yaitu
ikhtisar dari pendapatan/revenue dan beban-
beban/expenses untuk suatu periode tertentu,
misalnya satu bulan atau satu tahun. Laporan
laba rugi memuat informasi mengenai kegiatan
usaha perusahaan berupa laba (rugi) bersih yang
merupakan hasil dari pendapatan dikurangi
jumlah beban. Jika pendapatan lebih besar dari
beban maka perusahaan laba, dan sebaliknya jika
beban lebih besar dari pendapatan maka
perusahaan mengalami kerugian;
c. laporan perubahan ekuitas, yaitu ikhtisar dari
perubahan-perubahan dalam ekuitas atau modal
yang terjadi selama periode tertentu, misalnya
satu bulan atau satu tahun. Penambahan dalam
ekuitas berasal dari penambahan investasi yang
dilakukan oleh pemilik dan laba bersih dari
kegiatan usaha perusahaan. Pengurangan ekuitas
berasal dari pengambilan pribadi (prive) oleh
49
pemilik dan kerugian bersih dari kegiatan usaha
perusahaan;
d. laporan arus kas, yaitu ikhtisar dari jumlah kas
masuk yang diterima perusahaan dab jumlah kas
keluar untuk pembayaran – pembayaran suatu
kegiatan perusahaan dalam periode tertentu.
Laporan arus kas akan menggambarkan kenaikan
atau penurunan bersih kas yang dimiliki
perusahaan pada periode tertentu, serta saldo kas
yang dimiliki pada akhir periode; dan
e. catatan atas laporan keuangan, yaitu catatan
yang berisi tentang kebijakan akuntansi yang
digunakan perusahaan dan informasi penting
lainnya pada masing-masing akun laporan posisi
keuangan dan akun laporan laba rugi.
8. jurnal penutup (closing entry);
9. neraca saldo setelah penutup (post closing trial
balance); dan
10. jurnal balik (reversing entries).

Gambar 4.1 Tahapan-tahapan dalam proses


akuntansi.

50
Transaksi
Transaksi adalah semua kegiatan perusahaan yang dapat
diukur dengan nilai uang dan kegiatan perusahaan, yang
mengakibatkan berubahnya posisi keuangan perusahaan.
Transaksi yang terjadi disebuah perusahaan
didokumentasikan ke dalam bukti-bukti transaksi,
kemudian dilakukan pencatatan atau penjurnalan ke
dalam buku jurnal.
Pada umumnya, bukti-bukti transaksi beragam dan
biasanya didasarkan pada jenis perusahaan, di mana
bukti-bukti transaksi untuk perusahaan jasa terdiri dari:
1. bukti kas masuk, yaitu bukti tentang transaksi yang
berhubungan dengan penerimaan kas perusahaan;
2. bukti kas keluar, yaitu bukti tentang transaksi yang
berhubungan dengan pengeluaran kas perusahaan;
dan
3. bukti memorial, yaitu bukti yang berisi tentang
transaksi harian yang tidak menyangkut transaksi
penerimaan kas dan pengeluaran kas perusahaan,
misalnya pembelian secara kredit (utang) dan
pendapatan yang belum diminta (piutang). Bukti ini
biasanya digunakan dalam membuat jurnal
penyesuaian.

Penggolongan Rekening
Setiap transaksi yang terjadi pada suatu perusahaan,
dicatat dalam buku jurnal. Untuk melakukan sebuah
penjurnalan, maka harus membuat daftar akun yang
tepat. Dalam akuntansi daftar akun tersebut dikenal
dengan istilah rekening. Rekening adalah alat yang
digunakan untuk menampung perubahan saldo pada
setiap elemen laporan keuangan seperti perubahan
aktiva, kewajiban, modal, pendapatan dan beban.
Rekening memberikan informasi tentang operasional
perusahaan setiap hari, sehingga diketahui perubahan
saldo pada aktiva, kewajiban, modal, pendapatan dan
beban. Tujuan dari pemakaian rekening adalah untuk
mencatat transaksi yang menjadi dasar dalam menyusun

51
laporan keuangan. Kumpulan dari rekening-rekening
dinamakan buku besar.
Pada dasarnya rekening-rekening tersebut dikelompokan
menjadi dua golongan.
1. Rekening Rill
Rekening riil adalah rekening yang ada pada laporan
keuangan neraca, yang mana rekening riil ini disebut
dengan rekening neraca, yang termasuk dalam
rekening riil ini seperti aktiva, utang dan ekuitas.
Rekening riil ini adalah rekening nyata, yang artinya
saldo pada akhir periode, akan menjadi saldo awal
pada periode berikutnya.
2. Rekening Nominal atau Sementara
Rekening nominal adalah rekening yang ada pada
laporan keuangan laba rugi, yang mana rekening ini
terdiri dari pendapatan dan beban. Rekening nominal
juga dikatakan rekening sementara yang artinya, pada
akhir periode saldonya harus ditutup atau dinolkan,
sehingga pada awal periode berikutnya rekening ini
akan menunjukan saldo nol.
Penggolongan rekening dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.2 Penggolongan Rekening

52
Saldo Normal Rekening
Saldo normal rekening adalah saldo normal dari masing-
masing rekening, yang bertujuan untuk menunjukan
keadaan saldo secara umum dari masing-masing rekening
tersebut. Saldo normal ini, akan berpengaruh pada
bertambah atau berkurangnya suatu rekening.
Saldo normal rekening aktiva terletak pada posisi debit,
sehingga penambahan/kenaikan saldo ini akan dicatat
pada posisi debit dan sebaliknya jika ada
pengurangan/penurunan berada pada posisi kredit. Saldo
normal utang dan ekuitas terletak pada posisi kredit,
sehingga jika terjadi penambahan/kenaikan saldo ini
akan dicatat pada posisi kredit dan sebaliknya, jika ada
pengurangan/penurunan berada pada posisi debit.
Rekening pendapatan, beban dan prive dapat
memengaruhi ekuitas, di mana pendapatan dapat
menambah ekuitas, sehingga bila terjadi penambahan,
akan dicatat pada sisi kredit, dan jika terjadi pengurangan
akan dicatat pada sisi debit. Beban dan prive merupakan
rekening yang dapat mengurangi ekuitas, jika terjadi
penambahan akan dicatat pada sisi debit, sedangkan jika
terjadi pengurangan akan dicatat pada sisi kredit.
Agar lebih mudah memahami saldo normal dari masing-
masing rekening disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Saldo Normal Rekening
Nama Saldo
Bertambah Berkurang
Rekening Normal
Aktiva / Harta Debit (D) Debit (D) Kredit (K)
Kewajiban /
Kredit (K) Kredit (K) Debit (D)
Utang
Modal /
Kredit (K) Kredit (K) Debit (D)
Ekuitas
Pendapatan /
Kredit (K) Kredit (K) Debit (D)
Penjualan
Beban Debit (D) Debit (D) Kredit (K)
Prive Debit (D) Debit (D) Kredit (K)

53
Elemen-Elemen Laporan Keuangan
1. Aktiva (Asset)
a. Aktiva Lancar (Current Asset)
Aktiva lancar adalah komponen yang ada pada
neraca keuangan perusahaan, yang biasanya
aktiva lancar disusun berdasarkan likuiditasnya,
yaitu aktiva yang paling likuid adalah yang paling
pertama muncul.
Aktiva lancar terdiri dari:
1) kas (cash),
2) piutang wesel (notes receivable),
3) piutang usaha (account receivable),
4) beban dibayar di muka (prepaid expenses),
dan
5) perlengkapan (supplies).
b. Aktiva Tetap Berwujud (Fixed Asset)
Aktiva tetap berwujud terdiri dari:
1) tanah (land),
2) bangunan (building),
3) kendaraan (vehicle), dan
4) peralatan (equipment).
c. Aktiva Tetap tidak Berwujud (Intangible Asset)
Aktiva tetap tidak berwujud terdiri dari:
1) hak paten, yaitu hak sebuah perusahaan atas
pembuatan suatu barang yang dilindungi oleh
undang-undang dari peniruan-peniruan; dan
2) hak merek, yaitu pemakaian suatu tanda
(logo) dalam perdangan yang dilindungi
undang-undang dari peniruan.

54
2. Kewajiban Atau Utang (Liabilities)
a. Utang jangka pendek (current liabilities), yaitu
kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka
waktu paling lambat 1 tahun.
Jangka pendek terdiri dari:
1) utang usaha (account payable), yaitu hutang
yang biasanya dibutuhkan oleh perusahaan
atau pelaku usaha untuk mendapatkan
barang atau jasa untuk kebutuhan dagang;
2) utang wesel (notes payable), yaitu utang yang
dilakukan pelaku usaha atau perusahaan
dengan memakai bukti tertulis berupa surat
wesel, pada surat wesel ini mencantumkan
informasi-informasi debitur dan kreditur
tanpa adanya syarat maupun jaminan;
3) utang gaji (salaries payable);
4) utang pajak (tax payable); dan
5) pendapatan diterima di muka (revenue in
advanced), yaitu hutang yang dilakukan
perusahaan agar bisa mendapatkan sebagian
pelunasan sebelum nantinya konsumen
menerima jasa atau barang, dengan kata lain
jenis utang ini dalam bentuk uang muka dan
konsumen harus melunasi sisa biaya yang
belum dibayarkan dengan secepatnya.
b. Utang jangka panjang (long term debt), yaitu utang
yang dapat dilunasi dalam jangka waktu lebih dari
1 tahun, biasanya jatuh tempo hutang jangka
panjang ini berkisaran 5 tahun – 20 tahun atau
tergantung perjanjian kedua belah pihak. Pihak
yang biasanya memberikan hutang jangka
panjang yaitu bank, investor maupun perusahaan
lain.
Perusahaan yang memerlukan modal besar dalam
mengembangkan kegiatan usahanya dapat
mengajukan pinjaman utang jangka panjang.
Umumnya, utang jangka panjang digunakan

55
untuk memperkuat posisi modal suatu
perusahaan, selain itu juga dapat meningkatkan
total aset, baik bentuk peralatan, properti,
maupun investasi. Utang jangka panjang juga
mencerminkan rasio ekuitas (total debt to equity
ratio) yang membandingkan jumlah utang dengan
modal sebuah perusahaan.
3. Ekuitas
Ekuitas terdiri dari:
a. modal,
b. prive,
c. modal saham,
d. agio saham atau disagio saham,
e. laba ditahan,
f. dividen,
g. saldo laba,
h. simpanan wajib, dan
i. simpanan pokok.
4. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan terdiri dari:
a. pendapatan usaha (operating revenue), yaitu
kegiatan yang didapat dari kegiatan perusahaan
yaitu pendapatan dari penjualan jasa atau
penjualan barang dagangan; dan
b. pendapatan non-usaha (nonoperating revenue),
yaitu pendapatan yang didapat dari kegiatan di
luar usaha perusahaan, misalnya pendapatan
dividen, pendapatan bunga bank dan pendapatan
sewa.
5. Beban (Expenses)
Beban terdiri dari:
a. beban pemasaran (marketing expenses), yaitu
beban yang digunakan untuk pengelolaan

56
pemasaran, penjualan barang dan pengiriman
barang. Misalnya beban iklan, beban perjalanan
dan sebagainya.
b. beban administrasi (administration expenses),
yaitu beban yang mencakup semua beban yang
terjadi dalam menyelenggarakan pengarahan,
pengawasan dan pelaksanaan tugas dalam
perusahaan. Misalnya beban gaji, beban listrik,
beban pemeliharaan kantor dan sebagainya; dan
c. beban di luar usaha (nonoperating expenses),
yaitu beban yang dikeluarkan perusahaan yang
untuk pengeluaran di luar usaha perusahaan.
Misalnya beban bunga, beban administrasi bank
dan sebagainya.

Jurnal
Jurnal adalah pencatatan yang sistematis dan kronologis
atas transaksi keuangan yang terjadi pada suatu
perusahaan, di mana jurnal ini merupakan langkah awal
dalam siklus akuntansi. Jurnal berbentuk kolom-kolom
yang berisi tanggal (date), nama rekening/keterangan
(account name), referensi (ref), debit dan kredit. Jurnal
adalah catatan berupa pendebitan dan pengkreditan atas
pengaruh transaksi dan disertai penjelasan-penjelasan
yang diperlukan untuk transaksi tersebut.
Bentuk jurnal yang paling sederhana, yaitu bentuk dua
kolom. Dinamakan dua kolom karena hanya terdapat satu
kolom debit dan satu kolom kredit. Contoh bentuk
standar jurnal adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Bentuk Standar Jurnal
Jurnal Umum Halaman: ……….
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

Pemakaian kolom-kolom pada jurnal di atas adalah


sebagai berikut.

57
Halaman : diisi dengan halaman jurnal
Tanggal : diisi dengan tanggal terjadinya transaksi
Keterangan : diisi dengan nama rekening/perkiraan
yang didebit dan dikredit
Ref : diisi dengan nomor perkiraan pada saat
diposting ke buku besar
Debit : diisi dengan jumlah/nilai yang harus
didebit
Kredit : diisi dengan jumlah yang harus di kredit

Contoh Kasus

Berikut adalah transaksi-transaksi pada PT. Maju


Makmur. Usaha yang dijalankan adalah pebengkelan
berupa service kendaraan sepeda motor dan berikut
adalah transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan
Maret 2022.
1 Maret 2022 Dedi mendirikan usaha yang bergerak
pada bidang jasa perbengkelan berupa
servis kendaraan roda dua. Sebagai
modal awal Dedi menanamkan
kekayaan berupa Kas Rp2.000.000;
perlengkapan bengkel Rp18.000.000;
bangunan Rp20.000.000; dan tanah
senilai Rp40.000.000.
4 Maret 2022 Meminjam uang ke bank sebesar
Rp10.000.000.
7 Maret 2022 Membeli peralatan bengkel kepada
Toko Jaya senilai Rp3.000.000 yang
akan dibayar pada bulan Mei 2022.
15 Maret 2022 Membeli perlengkapan bengkel senilai
Rp1.000.000. Jumlah tersebut dibayar
sebesar Rp750.000 dan sisanya belum
dibayar.
17 Maret 2022 Menyelesaikan suatu pekerjaan service
yang telah diserahkan kepada
pelanggan. Atas pekerjaan tersebut
58
telah diterima uang sebesar
Rp2.000.000.
20 Maret 2022 Diselesaikan pekerjaan service sepeda
motor dengan ongkos sebesar
Rp500.000, tetapi akan dibayar
kemudian.
20 Maret 2022 Membayar utang ke bank sebesar
Rp7.000.000.
22 Maret 2022 Menerima pelunasan piutang sebesar
Rp500.000 atas jasa yang diberikan
pada tanggal 20 Maret 2022.
24 Maret 2022 Membayar beban listrik sebesar
Rp500.000 dan beban telepon 450.000.
26 Maret 2022 Membayar gaji karyawan sebesar
Rp1.500.000.
29 Maret 2022 Mengambil uang untuk keperluan
pribadi Dedi sebesar Rp400.000.
31 Maret 2022 Menerima pendapatan service
Rp5.600.000 dan membayar beban
iklan sebesar Rp300.000.
Tabel 4.3
PT Maju Makmur
Jurnal Umum Halaman 01

Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit

2022 1 Kas 2.000.000


Mar Perlengkapan 18.000.000
bengkel 20.000.000
Bangunan 40.000.000
Tanah 80.000.000
Modal, Dedi

4 Kas 10.000.000
Utang bank 10.000.000

7 Peralatan bengkel 3.000.000


Utang usaha 3.000.000

15 Perlengkapan 1.000.000
bengkel 750.000

59
Kas 250.000
Utang usaha

17 Kas 2.000.000
Pendapatan jasa 2.000.000

20 Piutang usaha 450.000


Pendapatan jasa 450.000

20 Utang bank 7.000.000


Kas 7.000.000

22 Kas 500.000
Piutang usaha 500.000

24 Beban listrik 500.000


Beban telepon 450.000
Kas 950.000
26 Beban gaji 1.500.000
Kas 1.500.000

29 Prive, Dedi 400.000


Kas 400.000

31 Kas 5.600.000
Pendapatan jasa 5.600.000

Beban iklan 300.000


Kas 300.000

60
Daftar Pustaka
Bahri, S. (2016). Pengantar Akuntansi Berdasarkan SAK
ETAP dan IFRS. Yogyakarta: Andi.
Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi Konsep & Teknik
Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Widyatama, A., Suprapty, R. (2018). Dasar – Dasar
Akuntansi Untuk Pemula. Sleman: Deepublish.

61
Profil Penulis
Putu Pande R. Aprilyani Dewi, S.E., M.Si.
Ketertarikan penulis terhadap akuntansi
dimulai pada tahun 2010 ketika duduk
dibangku SMA di SMA Negeri 6 Denpasar.
Setelah lulus SMA penulis melanjutkan
Pendidikan S1 di Universitas Pendidikan
Nasional pada tahun 2013 dan berhasil menyelesaikan
studi selama tiga setengah tahun dan melanjutkan studi
S-2 di Universitas Udayana dengan memilih jurusan
Akuntansi dan berhasil lulus pada tahun 2021. Penulis
memiliki kepakaran di bidang Akuntansi Keuangan dan
Perpajakan. Untuk mewujudkan karir menjadi dosen yang
profesional, penulis juga aktif sebagai peneliti di bidang
kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan telah terbit diberbagai jurnal. Ini merupakan
buku ketiga penulis, penulis mulai menulis buku dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif dalam
bidang keilmuan penulis.
E-mail Penulis: aprilyanidewi@undiknas.ac.id/
panderad94@gmail.com

62
5
SISTEM AKUNTANSI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Dr. Meifida Ilyas, S.E., M.Si., Ak., CA., CSRS., CSRA.


Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Satya Negara Indonesia

Latar Belakang
Saat ini, industri manufaktur Indonesia sudah masuk
kedalam peringkat sepuluh besar di dunia. Indonesia
sudah menjadi basis industri manufaktur terbesar se-
ASEAN dengan kontribusi mencapai 20,27% pada
perekonomian skala nasional. Posisi ini, diharapkan dapat
meningkat seiring dengan penetapan kebijakan prioritas
industri nasional.
Transaksi yang terjadi di perusahaan manufaktur, lebih
rumit jika dibandingkan dengan transaksi di perusahaan
jasa dan dagang, karena karakteristik perusahaan
manufaktur berbeda. Perusahaan manufaktur membuat
sendiri produk yang akan dijualnya dengan mengolah
bahan mentah (bahan baku) menjadi barang setengah jadi
ataupun barang jadi, yang memiliki nilai jual dengan
proses pembuatan produk yang relatif cukup lama.
Kegiatan ini, sering disebut proses produksi. Hasil proses
ini, terkadang diproduksi bukan untuk keperntingan
sendiri melainkan juga untuk perusahaan.
Perbedaan mendasar antara perusahaan manufaktur dan
perusahaan dagang adalah pada saat pemrosesan
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Pada
perusahaan dagang ada proses pengolahan bahan baku.
Pada perusahaan manufaktur, pencatatan akuntansi
yang pertama kali adalah pencatatan pembelian bahan
baku untuk produksi dan diolah, bahan baku yang

63
digunakan, jumlah tenaga kerja, fasilitas yang digunakan
dalam proses produksi hingga pengiriman produk jadi ke
gudang atau ke departemen selanjutnya.
Pada perusahaan manfaktur, terdapat penghitungan
Harga Pokok Produksi (HPP) untuk menentukan harga
pokok, ada persediaan bahan baku/mentah dan
persediaan bahan pembantu dalam proses produksi dan
harus ada laporan harga pokok produksi yang terdapat
biaya akuntansi di dalamnya

Karakteristik Perusahaan Manufaktur


Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang
memiliki kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang
jadi dan kemudian dijual. Kegiatan ini, dinamakan proses
produksi seperti pada gambar di bawah. Bidang akuntansi
yang menangani masalah produksi adalah akuntansi
biaya (cost accounting).

Proses Produksi

Gambar 5.1 Karakteristik perusahaan manufaktur.


Karakteristik perusahaan manufaktur yang membedakan
dengan perusahaan lain adalah persediaan, biaya
pabrikasi (manufacturing cost), biaya produksi dan beban
pokok produksi seperti gambar 5.1.

64
Gambar 5.2 Harga Pokok Penjualan pada perusahaan
manufaktur.
Perbedaan komponen beban harga pokok penjualan dapat
dilihat pada gambar 5.2. Harga Pokok Penjualan pada
perusahaan manufaktur diperoleh dari persediaan barang
dalam proses awal di tambah dengan harga pokok
pabrikasi/beban produksi yang dibebankan selama
proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi
berlangsung, sehingga diperoleh barang yang tersedia
untuk dijual kemudian dikurangi dengan persediaan
akhir, sedangkan pada perusahaan dagang harga pokok
pembelian ditambahkan ke persediaan awal kemudian
dikurangi dengan persediaan akhir.

Fokus Khusus Perusahaan Manufaktur


Fokus dalam perusahaan manufaktur adalah persediaan,
biaya pabrikasi (manufacturing costs), biaya produksi dan
beban pokok produksi.
Persediaan (Inventory) dalam perusahaan manufaktur
biasanya terdiri dari:
1. persediaan bahan baku (raw materials inventory),
bahan yang digunakan dalam proses produksi;
2. persediaan barang dalam proses (work in process
inventory), biaya bahan baku dan biaya-biaya
manufaktur lain yang telah terjadi untuk
memproduksi barang yang belum selesai; dan

65
3. persediaan barang jadi (finished goods inventory), total
biaya pabrik untuk barang-barang yang telah selesai
diproduksi, tetapi belum dijual.

Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)


Biaya-biaya yang terjadi suatu periode disebut biaya
manufaktur (manufacturing cost)/biaya pabrik, yang
dikeluarkan untuk menyelesaikan proses produksi. Biaya
ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian.
1. Raw Materials Cost (Biaya Bahan Baku)
Biaya yang dapat dengan mudah dan langsung
diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh, kayu
pada meja atau tembakau pada rokok
2. Direct Labor Cost (Biaya Tenaga Kerja Langsung).
Biaya tenaga kerja yang langsung terlibat dalam
proses produksi atau dapat diidentifikasikan
langsung dengan barang jadi. Contoh, tukang kayu
dalam membuat meja atau pelinting rokok dalam
proses pembuatan rokok.
3. Overhead Cost (Biaya Overhead Pabrik)
Biaya pabrik selain bahan baku dan tenga kerja
langsung yang dapat diidentifikasikan langsung pada
produk. Contoh biaya overhead pabrik antara lain (1)
Indirect materials (bahan pembantu) seperti mur,
baut, pelitur untuk membuat meja; (2) Indirect Labour
(tenga kerja tidak langsung), seperti supervisor,
cleaning service, yang tenaga kerjanya tidak dapat
diidentifikasi langsung kepada produk; (3)
Maintenance and repair (pemeliharaan dan
perbaikan); dan (4) listrik, air telepon dan lain-lain.

66
Hubungan ketiga biaya ini, dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 5.3 Biaya manufaktur (manufacturing cost).

Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode


(Period Cost)
Production cost (biaya produksi) merupakan biaya yang
dibebankan dalam proses produksi yang terdiri atas
persediaan awal barang dalam proses ditambah biaya
pabrikasi (manufacturing cost), yaitu yang berhubungan
dengan proses produksi, dikurangi persediaan akhir.
Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
Semua biaya pabrikasi yang sifatnya tidak langsung dan
terkait dalam proses produksi adalah biaya overhead,
termasuk biaya yang dibebankan pada persediaan dalam
proses pada akhir periode. Biaya overhead tidak dapat
diatribusikan pada masing-masing produk secara
spesifik, karena biaya ini digunakan selama proses
produksi berlangsung dan disebut common cost (biaya
bersama) pada situasi tertentu.

67
Prime cost (biaya utama) adalah komponen biaya utama
produk mudah di atribusikan ke unit produk yang
diproduksi. Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung biasa disebut prime cost.
Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering
pula disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu
biaya yang dikeluarkan atau terjadi untuk proses
produksi dari bahan baku menjadi produk jadi.
Period cost (biaya periode), adalah biaya nonpabrikasi
yang terjadi selama periode berjalan dalam rangka
operasional perusahaan. Biaya periode terdiri atas dua
kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan
beban-beban administratif.
Klasifikasi ini, dilakukan untuk dapat menilai kinerja atau
prestasi masing-masing dengan lebih fair. Dengan kata
lain, agar dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-
masing bagian secara lebih fair, dan meningkatkan
pertanggungjawaban masing-masing bagian, sehingga
beban dapat teralokasikan di pos yang berbeda walau
jenisnya sama. Misalnya, beban depresiasi komputer
dapat masuk ke biaya overhead jika digunakan untuk
departemen produksi. Bisa juga sebagai beban pemasaran
jika digunakan divisi pemasaran.

Beban Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured)


Beban pokok produksi (cost of goods manufactured)
merupakan biaya yang telah diselesaikan selama suatu
periode tertentu yang diperoleh dari biaya pabrik
ditambah persediaan awal periode dikurangi persediaan
akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu
periode dilaporkan dalam laporan harga produksi (cost of
goods manufactured statement). Laporan ini merupakan
bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold)

Metode Pencatatan Persediaan


Perusahaan Manufaktur kecil terkadang menggunakan
sistem persediaan periodik, yaitu pencatatan persediaan
yang didasarkan pada perhitungan fisik periodik yang
biasanya dilakukan pada akhir tahun digunakan dalam

68
proses produksi untuk mencatat persediaan barang
dalam proses dan barang terjual. Sistem akuntansi ini,
disebut sistem akuntansi umum (general accounting
system).
Perusahaan manufaktur besar yang produksinya
kompleks biasanya menggunakan sistem akuntasi yang
didasarkan pada persediaan perpetual. Sistem persediaan
perpetual disebut sistem akuntansi biaya (cost aconting
system). Sistem ini dapat menghasilkan informasi tentang
harga pokok produksi per unit dan lebih efektif dalam
membantu manajemen dalam pengawasan biaya.

Metode Pencatatan Periodikal


Metode ini tidak mencatat mutasi jumlah barang. Barang
yang digunakan untuk produksi tidak pernah dicatat,
begitu juga pada saat pembelian. Jurnal yang timbul dari
beberapa transaksi yang berhubungan dengan barang
akan dijurnal oleh bagian akuntansi sebagai berikut.
Tabel 5.1 Metode Pencatatan Periodikal
Pembelian Bahan
Pembelian xxx.xxx
Hutang Usaha/Kas xxx.xxx

Pemakaian Bahan Tidak di jurnal

Penjualan Barang Jadi


Piutang Usaha xxx.xxx
Penjualan xxx.xxx

Penyesuaian pada akhir laporan


keuangan
Persediaaan Bahan Baku (akhir) xxx.xxx
Ikhtisar Pabrikasi (Bahan Baku) xxx.xxx
Persediaaan Barang Dalam Proses xxx.xxx
(akhir) xxx.xxx
Ikhtisar Pabrikasi (Barang Dalam
Proses)
Persediaaan Barang Jadi (akhir) xxx.xxx
Ikhtisar Pabrikasi (Barang Jadi) xxx.xxx
Ikhtisar Pabrikasi (Bahan Baku) xxx.xxx
Persediaan Bahan Baku (Awal) xxx.xxx

69
Ikhtisar Pabrikasi (Barang Dalam xxx.xxx
Proses) xxx.xxx
Persediaan Barang Dalam Proses
(Awal)
Ikhtisar Laba Rugi (Barang Jadi Awal) xxx.xxx
Persediaan Barang Jadi (Awal) xxx.xxx

Metode Pencatatan Perpetual


Metode ini selalu mencatat jumlah barang. Pembelian
dan barang yang digunaka pada produksi selalu dicatat
dan dijurnal oleh bagian akuntansi sebagai berikut.
Tabel 5.2 Metode Pencatatan Perpetual
Pembelian Bahan
Persediaan Bahan Baku xxx.xxx
Persediaan Bahan xxx.xxx
Pembantu xxx.xxx
Hutang Usaha/Kas

Pemakaian Bahan
BDP Biaya Bahan Baku xxx.xxx
Persediaan Bahan Baku xxx.xxx
Harga Pokok Penjualan xxx.xxx
Persediaan Barang Jadi xxx.xxx

Pemakaian Bahan
BDP Upah Langsung xxx.xxx
Hutang Gaji/ Upah xxx.xxx
BDP Overhead Pabrik xxx.xxx
Sesungguhnya xxx.xxx
Persediaan Bahan Pembantu xxx.xxx
Kas/ Hutang Biaya

Pemakaian Bahan
Persediaan Barang Jadi xxx.xxx
BDP Biaya Bahan Baku xxx.xxx
BDP Upah Langsung xxx.xxx
BDP Overhead Pabrik xxx.xxx

Mencatat Laporan Barang Dalam Proses Akhir Periode


Persediaan Barang Dalam Proses xxx.xxx
BDP Biaya Bahan Baku xxx.xxx
BDP Upah Langsung xxx.xxx
BDP Overhead Pabrik xxx.xxx

70
Penjualan Barang Jadi
Piutang Usaha xxx.xxx
Penjualan xxx.xxx
Harga Pokok Penjualan xxx.xxx
Persediaan Barang Jadi xxx.xxx

Penyesuaian pada akhir laporan keuangan


Mencatat Nilai Persediaan Akhir (selisih catat dan stock
opname
Selisih Persediaan xxx.xxx
Persediaan Bahan Baku xxx.xxx
Persediaan Barang Jadi xxx.xxx

Kombinasi Metode Pencatatan Periodikal dan


Perpetual
Informasi mutasi persediaan bahan baku dan barang jadi
sangat dibutuhkan oleh manajer didalam mengambil
keputusan. Penerapan Kombinasi Pencatatan metode
persediaan sebagai berikut.
1. Bahan Baku
Pada metode perpetual murni, nilai bahan baku
dicatat berdasarkan biaya aktual sesuai dengan harga
aktual saat bahan baku dibeli. Ketika bahan baku
digunakan untuk produksi juga dicatat dengan harga
pokok aktual.
2. Persediaan Bahan Pembantu
Pencatatan bahan pembantu tidak berbeda dengan
pencatatan bahan bakunya diperlakukan sama
dengan persediaan bahan baku. Ketika membeli dari
supplier dicatat sesuai harga supplier. Saat digunakan
dicatat sesuai dengan nilai perolehan atas bahan
pembantu tersebut.
3. Persediaan Barang dalam Proses
Untuk menentukan Harga Pokok Barang dalam
Proses yg telah diserap disarankan memakai metode
taksiran. Penghitungan taksiran harga pokok produk
atas barang dalam proses diperoleh dari harga jual –
estimasi laba kotor yang dikehendaki, maka diperoleh

71
taksiran harga pokok produk atas barang tersebut
jika sudah selesai diproduksi.
Berdasarkan taksiran harga pokok barang dalam
proses akhir, dibuatkan jurnal adjusment dan
digunakan sebagai penentu nilai harga pokok
penjualan di laporan laba rugi
4. Persediaan Barang Jadi
Metode perpetual mencatat persediaan berdasarkan
kuantitas barang jadi yang masuk dan keluar,
sedangkan nominal rupiahnya dicatat dengan dua
model pendekatan berikut.
a. Nilai harga pokok barang jadi dicatat dengan
metode periodikal.
Pencatatan nominal rupiah dengan metode
periodikal adalah mencatat kuantitas produk jadi
dengan nilai rupiah yang nilainya nihil, sehingga
nilai barang di neraca, tidak akan berpengaruh
saat kita menganalisa keluar masuk barang.
Pada akhir periode berdasarkan hasil stock
opname, kita bisa memperoleh nilai persediaan
akhir barang jadi, lalu dibuat jurnal penyesuaian
dengan nilai persediaan akhir barang jadi di
neraca, dan akan mengurangi nilai persediaan
akhir barang jadi di laporan laba rugi, sedangkan
pada awal periode nilai persediaan tersebut
sebagai dasar untuk membuat jurnal pembalik
pada awal periode berikutnya.
Kelemahan metode ini adalah kita tidak dapat
sewaktu-waktu menampilkan laporan laba rugi,
karena selalu tergantung pada hasil stock opname.
b. Nilai harga pokok barang jadi dicatat dengan
metode perpetual atas dasar harga pokok standar.
Bagian akuntansi akan mencatat nilai persediaan
barang jadi berdasarkan harga pokok standar
setiap barang jadi yang dilaporkan oleh bagian
produksi. Begitu pula saat penjualan, harga poko

72
penjualan dicatat berdasarkan harga pokok
standar.
Persediaan akhir barang jadi akan mengurangi
nilai harga pokok penjualan berdasarkan nilai
harga pokok standar.

Kesimpulan
Perusahaan manufaktur memiliki karakteristik berbeda
dari perusahaan lainnya. Begitu pula siklus akuntansi
perusahaan manufaktur, berbeda dengan siklus
akuntansi perusahaan lainnya. Ada hal-hal khusus yang
harus dipenuhi untuk menjalankan proses pencatatan
laporan keuangan yang sesuai dengan persyaratan.
Rekening-rekening dalam buku besar sebuah perusahaan
manufaktur, biasanya lebih banyak bila dibandingkan
dengan rekening buku besar sebuah perusahaan dagang.
Hal ini disebabkan oleh sifat operasi perusahaan
manufaktur yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan perusahaan dagang.

73
Daftar Pustaka
A. Agbejule. (2005). The Releantion Betweeen
Management Accounting Systems and Perceived
Environmental Uncertainty on Managerial
Performance: A Research Note. Account. Bus.
Researsh, 35(4), 295-305.
A. Bhimani. (2010). Contemporary Issues in Management
Accounting. Elsevier Ltd.
Bodnar, George H. and Hopwood William S. (2010).
Accounting Information Systems. Tenth Edition,
Upper Saddle River. New Jersey: Pearson Education
Inc.
Hurt Robert L, 2008, Accounting Information System,
Basic Concept and Current Issues. New York: McGraw
Hill Inc.
Hertati. L. Sumantri R. (2016). Just in Time, Value
Chain, Total Quality Management, Part of Technical
Strategic Management Accounting. International
Journal of Scientific & Technology Research, 5( 4),
181-191.
Hertati. L & Syafarudin, A. (2018). How the
Implementation of the Industrial Revolution 4.0
Management Information System Influenced
Innovation: The Case of Small and Medium
Enterprises in Indonesia. Journal of Asian Business
Strategy, 8(2) 52-62
Hertati. L, Fery. I, Safkaur. O. (2020). Pengaruh
Komitmen Organisasi terhadap Sistem Informasi
Keuangan. Akuntabilitas: Jurnal Ilmu
Akuntansi,13(1),125-136
J. A. Hall. 2011. Accounting Information Systems. Seventh
Edition. USA: South-Western Cengage Learn.
J .A. O’Brien and G M Marakas. (2010). Introduction to
Information System. New York: McGraw Hill Inc.
Lestari, R. & Hertati, L. (2020). Bagaimana Pengaruh
Strategi Bisnis, Kekuatan Produk Terhadap Kualitas
Sistem Informasi Akuntansi Manajemen: Studi
74
Kasus pada Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia.
Kajian Akuntansi, 21(1), 1-12.
K.C. and J.P.L Laudon. (2014). Management Information
System: Managing the Digital Firm. Thirteenth
Edition. USA: South-Western Cengage Learning.
L. Puspitawati. 2021. Strategic Information Moderated by
Effectiveness Management Accounting Information
Systems: Business Strategy Approach. Jurnal
Akuntansi Universitas Tarumanagara, 25(1), 101-
119.
Loudon J P and Loudon K C. 2016. Management
Accounting Systems Managing The Digital Firm. 12th
Edition. USA: Person Prentice Hill.
Loudon, Kenneth C & Jane P. Laudon. (2017).
Manajemen Information System: Managing The Digital
Firm. Thirteenth Edition - Global edition. USA:
Pearson Education Limited
McLeod, Raymond and Schell, George P. (2008).
Management Information System International. Tenth
Edition. South Asia: Pearson Education Inc.
Muslichah. (2004). The Effect of Contingency Variables
on Management Accounting System Characteristics
and Managerial Performance. The International
Journal o f Accounting and Business Society, 12(2).
Panzaru, S., 2016. Actuality and trends in the
entrepreneurship development in Romania. Review
of General Management, 24(2), 57-65.
R. Stair and G W Reynolds.2010. Principles of Information
System : A Managerial Approach. Ninth Edition.
Boston: Course Technology, Cengage Learning.
R. Andesto. 2016. The Influence of Perceived
Environmental Uncertainty And Business Strategy
on Management Accounting System (Survey on the
Indonesia Advertising Companies). European Journal
of Accounting, Audit. Financ. Res.,. 4(3), 27-36.

75
Richardson, Chang, dan Smith. (2014). Accounting
Information System. International Edition. USA:
McGraw-Hill.
R.Lomax and R.E. Schumacer. (2010). Beginner’s Guide
to Structural Equation Modeling. Third Edition. New
York: Routledge-Taylor & Francis Group.
S.A. Hammad, R. Jusoh and I. Ghozali. (2013).
Decentralization, perceived environmental
uncertainty, managerial performance and
management accounting system information in
Egyptian hospitals. International Journal of
Accounting and Information Management, 21.
Zaman, G., & Ionescu, L. (2016). Knowledge management
practices improvement in public sector
administration. Economic Computation and Economic
Cybernetics Studies and Research, 50(2), 247-261.

76
Profil Penulis
Dr. Meifida Ilyas, S.E., M.Si., Ak., CA., CSRS., CSRA.

Penulis adalah Dosen Tetap di Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Universitas Satya Negara
Indonesia. Saat ini, menjabat sebagai
Direktur Pascasarjana. Sebelumnya, penulis
pernah menjabat sebagai Dekan FEB dan
Ketua Program Studi Akuntansi. Penulis menyelesaikan
pendidikan SMA pada tahun 1989 di Palembang. Dan
menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Akuntansi pada
tahun 1995 di Jakarta, kemudian bekerja di PT Humpuss
Grup sebagai staff akuntansi. Tahun 2000 penulis
melanjutkan pendidikan S-2 di Magister Akuntansi
Universitas Diponegoro Semarang. Memperoleh gelar
Doktor di Unversitas Padjadjaran Bandung pada tahun
2011. Dan menyelesaikan pendidikan Program Profesi
Akuntansi pada tahun 2012. Konsentrasi keahlian
penulis di bidang Akuntansi Manajemen. Saat ini
mengampu mata kuliah Akuntasi manajemen, Sistem
Informasi aAkuntansi, Sistem Pengendalian Manajemen
dan Metodologi Penelitian. Selain mengajar dan sebagai
asesor, penulis juga aktif dalam beberapa organisasi.
Sebagai anggota IAI, anggota ISEI. Sebagai Bendahara di
Asosiasi Dosen Akuntansi Indonesia DPW DKI Jakarta,
Sebagai Editorial Board Members International Journal Of
Accounting and Finace Studies, Sebagai Pimpinan
Redaksi Jurnal Liabilitas FEB-USNI, Ketua Dept.
Hubungan antar Lembaga Forsiladi, Sebagai
editor/reviewer Asosiasi Dosen Pengabdian Kepada
Masyarakat Indonesia. Sebagai Trainer Digital
Entrepreneurship Academy-Kominfo
E-mail Penulis: meifidacantique@yahoo.com/
meifidailyas@usni.ac.id

77
78
6
BUKTI TRANSAKSI UNTUK
PENCATATAN KEUANGAN

Linda Rambu Kuba Yowi, S.E., M.Sc.


Universitas Kristen Wira Wacana Sumba

Pengertian Bukti Transaksi


Di dalam sebuah bisnis, baik kecil maupun besar,
transaksi merupakan hal yang lazim terjadi. Suatu
kejadian dapat dikatakan sebagai sebuah transaksi
apabila telah terjadi perubahan pada faktor keuangan
dalam bisnis tersebut, di mana perubahan tersebut dapat
dalam bentuk berkurang atau bertambah nilainya.
Perubahan yang terjadi pada saat terjadinya transaksi
sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan sebuah
bisnis atau perusahaan (Rahma, 2022).
Transaksi adalah kejadian ekonomi yang menyangkut
suatu unit ekonomi dan memerlukan pencatatan.
Contohnya adalah pembelian peralatan secara tunai yang
dilakukan oleh suatu perusahaan. Akibat dari transaksi
tersebut, perusahaan akan memiliki peralatan baru,
namun di sisi lain uang kas yang dimiliki perusahaan
akan berkurang (Sadeli, 2014). Pencatatan terhadap
berbagai kegiatan transaksi tersebut yang biasanya
dikenal dengan bukti transaksi.
Qothrunnada (2022) menyatakan bahwa bukti transaksi
adalah dokumen asli yang digunakan sebagai alat untuk
mencatat seluruh transaksi yang telah terjadi. Bukti
transaksi merupakan tahapan pertama dalam pencatatan
penyusunan informasi akuntansi pada perusahaan.
Setiap transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh

79
perusahaan harus memiliki bukti transaksinya. Bukti
pencatatan dapat diperoleh dari transaksi yang dilakukan
perusahaan dengan pihak luar perusahaan, atau dapat
juga diperoleh dari transaksi antar pihak di dalam
perusahaan.
Pencatatan transaksi merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan agar perusahaan dapat menyusun
informasi akuntansi. Hal yang serupa dinyatakan juga
oleh Rahma (2022) bahwa bukti transaksi adalah bukti
tertulis yang mencatat atau merekap seluruh kegiatan
transaksi yang telah terjadi pada suatu perusahaan atau
bisnis. Bukti transaksi memiliki peran yang penting dalam
mencegah munculnya permasalahan keuangan di masa
yang akan datang, sedangkan Zahruddin dan Yuniarti
(2017) mengemukakan bahwa bukti transaksi adalah
dokumen atau catatan yang pertama kali
mencatat/merekam terjadinya transaksi yang bernilai
uang dan menjadi sumber pencatatan dan bukti tertulis
di kemudian hari.

Jenis dan Macam Bukti Transaksi


Mursyidi (2010) mengelompokkan bukti transaksi
menjadi dua jenis.
1. Bukti transaksi internal, yaitu bukti pencatatan
peristiwa ekonomi yang terjadi di dalam perusahaan
atau bukti transaksi yang dibuat oleh perusahaan
yang bersangkutan. Rahma (2022) menyatakan
semua transaksi yang dibuat maupun transaksi yang
dikeluarkan oleh perusahaan berasal dan
berdasarkan pada kebutuhan perusahaan.
Contohnya adalah memo, bukti kas keluar, dan bukti
kas masuk.
2. Bukti transaksi eksternal, yaitu bukti pencatatan
transaksi yang terjadi dengan pihak luar perusahaan
atau bukti transaksi yang dibuat oleh perusahaan
untuk pihak luar perusahaan. Contohnya adalah
kuitansi, faktur, nota.
Manoban (2022) menyatakan ada dua belas macam bukti
transaksi.

80
1. Nota Kontan
Nota kontan adalah bukti transaksi atas penjualan
barang yang dilakukan secara tunai. Bukti transaksi
yang dikeluarkan oleh penjual ini dibuat dua salinan
di mana pembeli memperoleh nota asli, sedangkan
salinannya disimpan oleh penjual sebagai arsip.
Rahma (2022) menyatakan bahwa nota kontan adalah
contoh bukti transaksi yang dikeluarkan oleh penjual,
setelah pembelinya melakukan pelunasan atas barang
yang dibeli melalui pembelian langsung.

Gambar 6.1 Contoh Nota Kontan


2. Nota Debit
Nota debit adalah bukti transaksi yang digunakan
sebagai permintaan terhadap pengurangan harga
kepada pihak penjual. Dokumen transaksi ini, berisi
informasi terkait pengiriman kembali barang yang
tidak sesuai dengan pesanan atau mengalami
kerusakan. Nota debit dibuat dalam dua salinan
dimana satu untuk penjual dan satu untuk pembeli
dan bukti transaksi ini hanya dikembalikan ketika
barang telah diterima kembali oleh pembeli.
Ningsih (2022) mengungkapkan bahwa nota debit
berfungsi sebagai berikut.
a. Mengurangi utang. Pembeli dapat memakai nota
debit untuk meminta keringanan maupun
pengurangan jumlah terutang kepada penjual
atas barang yang telah dikirim. Jumlah yang
ditagih dengan nota ini umumnya, lebih kecil dari
yang telah disepakati sebelumnya dan berlaku
untuk barang berupa piutang dan penjualnya
perlu mengembalikannya, dan perubahan
semacam ini merupakan hal yang biasa dan biasa

81
terjadi dalam transaksi jual beli. Jadi, perusahaan
perlu melacak seluruh bukti utang dan piutang
untuk mencegah kesalahan setelah periode
penagihan.
b. Mengoreksi harga barang serta jumlah produk.
Penyesuaian ini, dapat terjadi apabila produk
tidak lagi dijual atau kedua belah pihak
menyepakati masalah lain. Jadi, perusahaan
harus menyesuaikan harga produk untuk
meningkatkan transparansi, sehingga baik
penjual maupun pembeli, akan diuntungkan
karena produk menjadi lebih laku dan
memungkinkan pembeli mendapatkan harga yang
lebih masuk akal.

Gambar 6.2 Contoh Nota Debit


3. Nota Kredit
Nota kredit adalah bukti transaksi terhadap
penerimaan barang yang telah dijual atau juga
sebagai bukti untuk melakukan pengambilan barang.
Jika dikeluarkan oleh penjual, maka bukti transaksi
ini berfungsi sebagai alat persetujuan dari penjual
tentang permohonan pengurangan harga yang
diajukan pembeli. Pengurangan harga ini umumnya
terjadi karena adanya barang yang diterima namun
mengalami kerusakan atau tidak sesuai dengan
pesanan.
Ningsih (2022) menyatakan bahwa fungsi nota kredit
adalah sebagai berikut.
a. Memudahkan aktivitas administrasi karena
transaksi yang dilakukan perusahaan telah
tercatat dengan sistematis.

82
b. Menjaga hubungan penjual dan pembeli. Nota
kredit dapat merupakan kerugian bagi pebisnis
karena mengurangi piutangnya. Akan tetapi, di
sisi lain merupakan itikad baik sebagai upaya
dalam memelihara hubungan antara penjual dan
pembeli. Dalam jangka panjang, perusahaan pasti
diuntungkan karena kepercayaan konsumen
meningkat.
c. Meningkatkan operasional bisnis. Nota kredit
merupakan salah satu bukti yang konkrit bahwa
suatu perusahaan harus melakukan beberapa
perbaikan pada produknya. Untuk dapat
memperbaiki produk atau layanannya, maka
kinerja harus lebih ditingkatkan. Dengan
demikian, kegiatan operasional bisnis pun bisa
dievaluasi, sehingga dapat menciptakan sistem
yang lebih efisien.
d. Menghindari konflik. Nota kredit dapat dijadikan
sebagai sarana yang menghindarkan konflik
antara penjual dan pembeli ataupun klien.
Penyebabnya dapat karena kualitas produk yang
sangat buruk dan tentu pasti merugikan
konsumen karena tak sesuai dengan pengeluaran
konsumen. Jika perusahaan tidak mampu
mengatasi hal ini dan kedua pihak tidak
memahami satu sama lain, maka potensi konflik
akan semakin terbuka lebar.
e. Melacak kemungkinan terjadinya kesalahan
penjualan. Tidak jarang kerusakan produk dapat
terjadi pada saat penjualan maupun pengiriman
produk dilakukan dan belum tentu disebabkan
oleh proses produksi. Dengan dibuatnya nota
kredit, maka pemilik usaha dapat mengetahui
pada tahapan proses produksinya mengalami
penurunan kualitas, sehingga dapat menjadi
bahan evaluasi selanjutnya.

83
Gambar 6.3 Contoh Nota Kredit
4. Kuitansi
Kuitansi merupakan dokumen yang berisi informasi
terkait penerimaan sejumlah uang atas transaksi
yang dilakukan, atau bukti tanda terima uang atau
bukti bahwa telah diterimanya sejumlah uang.
Kuitansi dibagi menjadi dua salinan, yakni satu
rangkap dipegang oleh pembeli/pihak yang membayar
dan satunya lagi dipegang oleh penjual/pihak yang
menerima pembayaran.
Ningsih (2022) mengemukakan beberapa manfaat
serta fungsi kuitansi, yaitu 1) sebagai bukti bagi pihak
pembeli bahwa adanya transaksi pembayaran atau
penyerahan sejumlah uang kepada pihak penjual; 2)
sebagai bukti bagi penjual setelah menerima sejumlah
uang dari pembeli. Dengan begitu hal ini dapat
menjadi bukti jika sewaktu-waktu ada kekeliruan
atau persoalan terkait transaksi yang dilakukan; dan
3) sebagai alat bukti saat diperlukan, misalnya pada
saat di persidangan jika ada gugatan terkait dengan
transaksi yang sebelumnya pernah dilakukan.

Gambar 6.4 Contoh Kuitansi

84
5. Faktur
Faktur adalah bukti transaksi tertulis tentang barang
yang telah dijual dan mencakup jumlah dan harga
barang. Faktur dibuat oleh penjual dan berfungsi
sebagai acuan bagi pembeli dalam meneliti kembali
barang yang telah dibeli. Keterangan yang
dilampirkan dalam faktur ditulis sesuai dengan
kualitas barang yang sebenarnya dengan tujuan
untuk menghindari komplain ketika ada
ketidaksesuaian barang yang diterima pembeli.
Faktur biasanya dibuat tiga rangkap, yakni lembar
pertama sebagai bukti bagi penjual yang disebut
faktur penjualan, sementara lembar kedua sebagai
bukti bagi pembeli yang disebut faktur pembelian, dan
lembar berikutnya sebagai arsip (Qothrunnada, 2022).
Ciri utama faktur adalah memuat informasi rinci
tentang nama dan alamat penjual, nama dan alamat
pembeli, nomor faktur, tanggal pesanan, syarat
pembayaran, dan keterangan tentang barang seperti
jenis barang, harga satuan, kuantitas barang dan
harga (Rahma, 2022).
Faktur juga dibedakan menjadi dua, yakni: a) faktur
pembelian yang diterima oleh pihak pembeli, dan b)
faktur penjualan yang akan diterima oleh pihak
penjual (Maulida, 2021). Manfaat faktur penjualan
sebagai berikut.
a. Mempermudah keperluan administrasi
perusahaan karena akan sangat terbantu apabila
faktur penjualan lengkap, sehingga memudahkan
perusahaan ketika membuat laporan keuangan,
laporan profit, laporan pajak, dan lainnya.
Termasuk ketika perusahaan mempunyai sistem
pembayaran kredit, maka dengan adanya
dokumen ini, transaksi jual beli menjadi sah
secara administrasi dan hukum.
b. Meningkatkan kepercayaan pembeli pada
pengelolaan perusahaan. Secara tidak langsung,
pembeli akan menilai profesionalitas serta
kredibilitas suatu bisnis melalui dokumen faktur.

85
c. Meyakinkan pembeli. Ada beberapa jenis bisnis
yang memiliki sekali transaksi jumlahnya besar,
sehingga faktur penjualan menjadi indikator
penting dan menjadi bukti kuat bahwa transaksi
telah selesai dilakukan, sedangkan jenis bisnis
lainnya, faktur penjualan yang dikelola dengan
baik dapat menjadi testimoni positif yang
langsung dari pelanggan. Hal ini dapat
meningkatkan strategi pemasaran yang cukup
kuat.
d. Menjadi salah satu bentuk pelayanan pelanggan.
Dalam perjalanan bisnis tentu perusahaan akan
menemui beberapa rintangan kecil seperti
komplain atau keluhan dari pelanggan. Dengan
adanya faktur, pelanggan akan sangat mudah
melakukan komplain. Begitu pun bagi pebisnis,
faktur penjualan ini akan memudahkan
perusahaan untuk mengecek transaksi serta
detail lainnya dan dapat menjadi bentuk
pelayanan pelanggan yang secara tidak sadar
dibutuhkan. Faktur penjualan dapat menjadi
bukti rujukan kuat saat pembeli akan menjual
kembali barang tersebut.
e. Menguatkan laporan pajak karena faktur
penjualan menjadi dokumen valid yang
mendukung keabsahannya. Apabila perusahaan
yang dijalankan berskala besar dan berhubungan
dengan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
maka dokumen ini sangat penting (Ningsih, 2022).

Gambar 6.5 Contoh Faktur

86
6. Cek
Cek merupakan bukti transaksi yang dikeluarkan
oleh pembeli berupa perintah pembayaran yang
dibuat oleh pihak pemilik rekening suatu bank dan
kemudian bank akan membayarkan sejumlah uang
yang tertera kepada pihak yang
membawa/menunjukkan cek. Cek terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian kanan yang diberikan kepada
pihak yang menerima pembayaran cek dan bagian kiri
digunakan sebagai bukti arsip.
Fungsi dari cek adalah untuk mengambil uang di
rekening giro serta sebagai nilai tukar selain mata
uang (Rahma, 2022), dan sebagai alat yang dapat
melakukan pembayaran (Ningsih, 2022). Cek terbagi
dalam dua jenis, yakni a) cek atas nama (aan order),
yaitu cek yang di dalamnya terdapat nama penerima
dana tersebut. Bank hanya bisa melaksanakan
perintah penyaluran dana kepada nama yang tertera
di dalam cek, dan b) cek atas pembawa (aan tonder),
yaitu cek yang tidak menyertakan nama penerimanya.
Bank akan memberikan dana kepada siapa saja yang
memberikan/menunjukkan cek tersebut.

Gambar 6.6 Contoh Cek


7. Bukti Kas Masuk
Bukti kas masuk merupakan bukti transaksi terkait
penerimaan uang tunai atau kas dan biasanya
digunakan dalam ranah internal perusahaan sebagai
data pengarsipan. Kas dapat diperoleh dari uang tunai
yang dibayarkan oleh konsumen dalam bentuk yang
bervariasi, misalnya bunga, cicilan, atau investasi,
dan sebagainya. Kuitansi dan nota termasuk sebagai

87
bukti kas masuk yang digunakan oleh pihak internal
perusahaan.
Fungsi bukti kas masuk adalah (Ningsih, 2022) 1)
sebagai bukti kepemilikan atas produk yang telah
dibeli, 2) bermanfaat bagi pelanggan dalam hal
penukaran maupun pengembalian barang yang telah
dibeli, 3) berguna bagi vendor saat harus menerima
klaim garansi produk dari pelanggan, 4) dengan
mendukung adanya pencatatan transaksi, pencatatan
akuntansi akan lengkap, dan 5) memiliki penerimaan
kas dan pengarsipan yang benar dan tepat akan
menghindari risiko masalah audit.

Gambar 6.7 Contoh Bukti Kas Masuk


8. Bukti Kas Keluar
Bukti kas keluar adalah bukti transaksi terkait
pengeluaran kas ataupun pembayaran. Bukti kas
keluar berisi keterangan lengkap, mulai dari tanggal,
nama, keterangan kegiatan, dan ditandatangani oleh
pihak yang memiliki wewenang keuangan di
perusahaan. Nota kontan asli atau kuitansi dari
kreditur merupakan contoh bukti kas keluar.
Ningsih (2022) menyatakan bahwa tujuan aktivitas
mencatat bukti kas keluar pada perusahaan adalah:
1) untuk menampilkan hasil informasi yang
diinginkan oleh pihak perusahaan. Bukti transaksi ini
pun dapat disimpan jika suatu waktu nanti adanya
kesalahan dalam perhitungan maupun pelaporan
keuangan; 2) untuk informasi yang terkait pada
laporan keuangan perusahaan yang relevan pada
pengguna laporan yang terlibat di dalamnya; 3) untuk
informasi keuangan yang dapat membantu

88
perusahaan dalam mengukur potensi perusahaan
dalam mendapatkan keuntungan di masa depan; 4)
memberikan informasi mengenai modal perusahaan,
sumber ekonomi, dan juga kewajiban perusahaan;
dan 5) memberikan informasi mengenai perubahan
pada sumber ekonomi perusahaan yang diakibatkan
adanya kegiatan usaha yang dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan.

Gambar 6.8 Contoh Bukti Kas Keluar


9. Memorandum
Memorandum atau memo adalah catatan singkat yang
mudah dipahami. Bukti transaksi ini biasanya
dikeluarkan oleh pimpinan perusahaan atau pihak
yang diberikan wewenang terhadap kejadian yang
berlangsung di internal perusahaan.
Unsur dalam memo, hampir sama dengan isi surat
resmi, hanya bedanya adalah jumlah kata yang
dimiliki memo jauh lebih sedikit, yaitu maksimal
sepuluh baris dibandingkan surat resmi. Salah satu
bentuk memo adalah perintah untuk mencatat gaji
pegawai yang perlu dibayarkan pada akhir periode.

Gambar 6.9 Contoh Memorandum

89
10. Bilyet Giro
Bilyet giro adalah bukti transaksi berupa surat
perintah untuk melakukan pemindahbukuan
sejumlah uang dari rekening nasabah suatu bank ke
dalam rekening penerima. Bilyet giro ini merupakan
salah satu bentuk transaksi internal yang biasa
digunakan di perusahaan. Bilyet giro ini merupakan
kebalikan dari cek karena fungsinya yang berbeda
dengan cek.

Gambar 6.10 Contoh Bilyet Giro


11. Slip Setoran Bank
Slip setoran bank adalah bukti transaksi yang
dikeluarkan oleh pihak bank. Bukti transaksi ini,
terdiri dari catatan transaksi untuk diberikan saat
melakukan setoran tunai ke bank melalui teller
dengan transaksi yang dilakukan pun cukup
beragam, mulai dari transfer, tabungan, dan investasi.

Gambar 6.11 Contoh Slip Setoran Bank


12. Rekening Koran
Rekening koran merupakan bukti transaksi berupa
laporan mutasi atau keluar masuk kas di bank yang
disusun oleh pihak bank untuk nasabahnya.
Informasi yang tercetak dalam rekening koran berupa

90
rincian tentang posisi debit dan kredit rekening di
bank, dalam hal ini semua riwayat keluar masuknya
dana di rekening bank dalam kurun waktu tertentu,
sesuai dengan permintaan nasabah (Idris, 2022).

Gambar 6.12 Contoh Rekening Koran


13. Struk
Struk adalah bukti transaksi yang merupakan hasil
dari kegiatan belanja, pembayaran rekening
telepon/internet, rekening air, pembelian token
listrik, dan lain-lain. Struk biasanya diperoleh ketika
perusahan membeli dan membayar di supermarket,
Telkom, PDAM, SPBU, dan lain-lain. Fungsi serta
manfaat struk pembayaran adalah 1) memuat data
pada informasi keuangan, 2) dasar pencatatan
laporan keuangan, dan 3) menjadi rujukan saat ada
kesalahan pencatatan (Ningsih, 2022).

Gambar 6.13 Contoh Struk

91
Manfaat Bukti Transaksi
Pencatatan kegiatan transaksi ke dalam sebuah bukti
transaksi memiliki manfaat dan fungsi yang berperan
penting dalam sebuah bisnis yang sedang dijalankan,
untuk menghasilkan informasi keuangan yang
dibutuhkan baik oleh pihak internal maupun eksternal
perusahaan. Secara umum, manfaat dari bukti transaksi
adalah (Rahma, 2022) dan (Qothrunnada, 2022) sebagai
berikut.
1. Dapat meminimalisir kemungkinan adanya kesalahan
dalam melakukan pencatatan akuntansi dengan cara
menyatakan transaksi ke dalam bentuk tulisan
(Fanani, 2023).
2. Berfungsi sebagai dasar untuk pencatatan akuntansi.
3. Menghindari duplikasi pada pengumpulan data
keuangan.
4. Mengetahui pihak-pihak yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya suatu transaksi.
5. Sebagai media yang berisi data/informasi keuangan.
6. Untuk memastikan keabsahan transaksi yang dicatat.
7. Sebagai rujukan bila terjadi masalah di kemudian
hari.

Tujuan Bukti Transaksi


Pencatatan transaksi ke dalam sebuah bukti transaksi
tentu memiliki tujuan. Adapun beberapa tujuan dari
pencatatan transaksi, antara lain untuk (Rahma, 2022)
1. memberikan informasi yang rinci dan detail mengenai
perubahan pada sumber finansial sebuah bisnis atau
perusahaan yang terjadi akibat adanya aktivitas
usaha yang disebut transaksi;
2. memberikan informasi yang terkait dengan sumber-
sumber finansial, modal perusahaan, dan kewajiban
yang harus dibayarkan;

92
3. memberikan informasi keuangan yang dapat
membantu perusahaan untuk memperkirakan
potensi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
ke depannya;
4. memberikan informasi yang terkait dengan laporan
keuangan perusahaan yang relevan kepada para
pengguna laporan keuangan; dan
5. menghindari terjadinya kesalahan atau kekeliruan
dalam melakukan pencatatan keuangan sebuah
bisnis atau perusahaan dalam hal ini, seluruh bukti
transaksi yang ada harus disimpan dengan rapi.

93
Daftar Pustaka
Fanani, M. F. (2023) Macam Bukti Transaksi, Ketahui
Pengertian dan Manfaatnya. Available at:
https://www.merdeka.com/trending/macam-bukti-
transaksi-ketahui-pengertian-dan-manfaatnya-
kln.html (Accessed: 16 March 2023).
Idris, M. (2022) Pengertian Rekening Koran, Fungsi,
Contoh, dan Cara Mencetaknya. Available at:
https://money.kompas.com/read/2022/07/13/11
5943026/pengertian-rekening-koran-fungsi-contoh-
dan-cara-mencetaknya?page=all (Accessed: 18
March 2023).
Manoban, B. (2022) 12 Macam-Macam Bukti Transaksi
untuk Laporan Keuangan, Apa Saja? Available at:
https://www.idntimes.com/business/economy/seo-
intern/macam-macam-bukti-transaksi-untuk-
laporan-keuangan (Accessed: 11 March 2023).
Maulida, R. (2021) Kenali Ragam Bukti Transaksi yang
Berlaku di Indonesia. Available at:
https://www.online-pajak.com/tentang-
pajak/bukti-transaksi (Accessed: 16 March 2023).
Mursyidi (2010) Akuntansi Dasar. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Ningsih (2022) Ketahuilah Berbagai Macam Bukti
Transaksi (Bukti Kas Masuk, Nota, Struk dll).
Available at:
https://idmetafora.com/news/read/1322/Ketahuil
ah-Berbagai-Macam-Bukti-Transaksi-Bukti-Kas-
Masuk-Nota-Struk-dll.html (Accessed: 16 March
2023).
Qothrunnada, K. (2022) Bukti Transaksi: Pengertian,
Fungsi, Macam-macamnya. Available at:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
6050000/bukti-transaksi-pengertian-fungsi-
macam-macamnya (Accessed: 14 March 2023).

94
Rahma, A. (2022) Bukti Transaksi adalah: Pengertian,
Fungsi, Jenis, Tujuan. Available at:
https://majoo.id/solusi/detail/bukti-transaksi
(Accessed: 14 March 2023).
Sadeli, L. M. (2014) Dasar-Dasar Akuntansi. 1st edn.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Zahruddin and Yuniarti, S. (2017) ‘Pemanfaatan Bukti-
Bukti Transaksi Rumah Tangga Sebagai Media
Pembelajaran Mata Kuliah Manajemen Keuangan
dan Praktek Akuntansi Pada Program Studi
Pendidikan Akuntansi FKIP Universitas PGRI
Palembang’, Jurnal Profit, 4(2), pp. 122–133.

95
Profil Penulis
Linda Rambu Kuba Yowi, S.E., M.Sc.
Penulis lahir di Waingapu, 12 Mei 1980 dan
merupakan dosen tetap pada Universitas
Kristen Wira Wacana Sumba sejak tahun
2003 sampai dengan saat ini. Penulis
menyelesaikan studi S-1 di Program Studi
Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
pada tahun 2003. Enam tahun kemudian, penulis
melanjutkan studi S-2 dan menyelesaikannya di Program
Magister Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada pada
tahun 2011. Penulis pernah mengajar mata kuliah
Pengantar Akuntansi, Akuntansi Biaya, Akuntansi
Manajemen, Manajemen Keuangan, Manajemen
Keuangan Keluarga serta aktif melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat terkait keuangan. Penulis
pernah meraih prestasi sebagai pemenang Best Paper di
bidang manajemen khususnya keuangan pada Call for
Paper dan Seminar Nasional “Building Sustainability
through Adaptation in the Global and Intense Dynamic
Environment” yang diselenggarakan oleh Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
kerja sama dengan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) wilayah
Jawa Tengah pada tahun 2021.
E-mail Penulis: lindarky@unkriswina.ac.id

96
7
JURNAL UMUM

Duma Megaria Elisabeth, S.E., M.Si.


Universitas Methodist Indonesia

Pendahuluan
Saat ini, semakin banyak orang tertarik dengan jurnal
umum, karena fungsi dan kegunaannya dalam
menghasilkan pembukuan pada bisnis. Tanpa melihat
skala bisnis yang ada, jurnal umum memang diperlukan.
Jurnal umum dapat membantu laporan keuangan bisnis
atau perusahaan menjadi lebih efisien. Bagi mereka yang
menggeluti bidang ekonomi atau akuntansi, pasti tidak
akan sulit membuat jurnal umum. Setiap tahap dalam
siklus akuntansi perusahaan sangatlah penting, sehingga
diperlukan ketelitian yang mendalam untuk
menghasilkan laporan keuangan yang akurat.
Kesalahan kecil pada salah satu tahap dalam siklus
akuntansinya, akan berpengaruh terhadap tahap-tahap
selanjuntya. Permasalahan awal yang sering terjadi dalam
siklus akuntansi terletak pada tahap pencatatan yakni
pembuatan jurnal umum. Dilihat secara etimologi, kata
jurnal berasal dari bahasa Prancis yaitu Jour, yang berarti
hari. Istilah ini juga kerap dikenal dengan sebutan general
journal yakni sebuah catatan transaksi berbagai aktivitas
yang disusun secara kronologis.

Pengertian Jurnal Umum


Adapun jurnal umum adalah sebuah jurnal yang
digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas transaksi
keuangan dari sebuah bisnis atau usaha dalam periode

97
tertentu, untuk memudahkan pengelolaan keuangan
internal dan eksternal. Jurnal umum adalah sebuah
jurnal yang dipakai untuk mencatat semua bukti
transaksi keuangan yang muncul dari semua transaksi
pada suatu perusahaan dalam periode tertentu.
Dapat diartikan bahwa pengertian jurnal umum adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mencatat semua transaksi
keuangan yang terjadi selama periode waktu tertentu
untuk kemudahan pengelolaan keuangan, baik di dalam
maupun di luar suatu organisasi. Pengertian dari jurnal
juga dapat dikatakan sebagai langkah awal perusahaan
dalam menjalani siklus akuntansi.
Dalam akuntansi, jurnal umum idealnya memuat catatan
detail seperti nama transaksi, kelompok akun, dan
nominal transaksi di kolom debit dan kredit yang disusun
secara sistematis untuk mempermudah pengelolaan
keuangan. Singkatnya, jurnal umum merupakan sebuah
jurnal yang digunakan untuk mencatat seluruh aktivitas
keuangan sebuah bisnis atau usaha yang terjadi dalam
periode tertentu untuk memudahkan pengelolaan
keuangan oleh pihak organisasi.

Tujuan Pembuatan Jurnal Umum


Setelah mengetahui definisinya, maka perlu diketahui
mengenai tujuan dari jurnal umum. Selanjutnya, tujuan
dari pembuatannya adalah untuk mengidentifikasi dan
melakukan sesuatu yang berkesinambungan dengan
transaksi keuangan, seperti identifikasi transaksi yang
terjadi, penilaian terhadap transaksi, dan pencatatan
dampak ekonomi dari transaksi perusahaan. Selain itu,
tujuan perusahaan membuat jurnal umum adalah untuk
mempermudah proses pemindahan transaksi yang terjadi
ke dalam sebuah akun transaksi.
Secara garis besar, tujuan adalah untuk mengetahui
apakah bisnis yang sedang jalankan berjalan dengan baik
atau tidak. Jurnal umum dalam akuntansi juga
bermanfaat bagi manajer dalam menganalisis dan
mengolah bagaimana performa perusahaan pada satu
periode. Jurnal umum dalam akuntansi juga menjadi

98
salah satu tujuan sistem buku besar karena proses
pencatatan buku besar tidak dapat berjalan jika jurnal
umum belum terbentuk. Dengan jurnal ini, dapat
mengidentifikasi dan mengelola segala hal terkait dengan
transaksi keuangan. Beberapa hal itu adalah
1. mengidentifikasi seluruh aktivitas transaksi yang
dilakukan;
2. menentukan nilai transaksi;
3. mengidentifikasi dampak ekonomi dari transaksi yang
terjadi; dan
4. memudahkan pemindahan dampak transaksi pada
akun yang sesuai.
Agar menghasilkan pencatatan keuangan yang sistematis
dalam sebuah jurnal, ada beberapa prinsip pembuatan
jurnal yang harus diperhatikan. Prinsip jurnal akuntansi
tersebut, di antaranya
1. mengidentifikasi segala bukti transaksi keuangan
yang terjadi di perusahaan. bukti ini meliputi nota,
kuitansi, memo, invoice, dan lain-lain;
2. mengidentifikasi akun yang paling terpengaruh dari
transaksi tersebut, setelah itu buat klasifikasi ke
dalam jenis modal, harta, atau utang;
3. mengetahui adanya pengurangan atau penambahan
pada akun yang berhubungan dengan transaksi;
4. memutuskan apakah akan dilakukan kredit atau
debit pada akun yang dimaksud; dan
5. mencatat transaksi ke jurnal umum berdasarkan
bukti transaksi.

Fungsi Jurnal Umum


Setelah mengetahui definisi dan tujuannya, yang
selanjutnya akan dijelaskan adalah mengenai fungsi
jurnal itu sendiri. Secara umum, fungsi jurnal adalah
untuk mencatat dan memberikan informasi lebih jelas
mengenai seluruh transaksi perusahaan dalam satu

99
periode. Fungsi yang digunakan dalam membuat jurnal
umum sebagai berikut.
1. Fungsi Historis
Fungsi jurnal sebagai historis memiliki definisi karena
semua transaksi tercatat berdasarkan tanggal
transaksi. Maka dari itu, jurnal akan terus menerus
menggambarkan kegiatan perusahaan setiap hari.
Dengan kata lain, jurnal ini memiliki fungsi historis
karena dijalankan secara kronologis dan sistematis.
2. Fungsi Informatif
Pada fungsi ini terdapat penjelasan bukti dan
informasi dari pencatatan transaksi perusahaan.
Jurnal sebagai informatis karena jurnal memberikan
penjelasan mengenai semua bukti pencatatan
transaksi yang terjadi.
3. Fungsi Analisis
Fungsi analisis dalam jurnal umum adalah untuk
menganalisis seluruh pencatatan yang telah akuntan
lakukan sebelumnya. Semua bentuk pencatatan
transaksi dalam fungsi merupakan hasil analisis
transaksi berupa debit dan kredit yang terpengaruh.
Maka yang termasuk pada proses analisis ini adalah
penggolongan nama akun, jumlah besar transaksi
yang terjadi, dan pencatatan debit atau kredit.
4. Fungsi Pencatatan
Jurnal merupakan pencatatan yang lengkap
terperinci merupakan fungsi dari pencatatan. Segala
jenis transaksi yang perusahaan lakukan harus
tercatat. Maka dari itu, perubahan modal, kekayaan,
dan pendapatan harus dibuat lebih dulu ke dalam
jurnal umum. Hal ini tentunya, akan mempermudah
akuntan untuk membuat laporan keuangan
perusahaan secara terperinci dan detail.
5. Fungsi Instruksi
Fungsi ini, tidak hanya sebatas dokumen transaksi,
melainkan bersifat instruksi debit atau kredit. Hal ini
jurnal memiliki fungsi untuk memberikan instruksi
atau perintah dalam proses penginputan data ke
dalam buku besar perusahaan.

100
Cara Membuat Jurnal Umum
Dalam membuat jurnal umum perusahaan, akan jauh
lebih mudah jika memahami dasar-dasar akuntansi.
Dasar-dasar akuntansi ini, menjadi panduan awal bagi
perusahaan untuk dapat memahami apa saja yang perlu
dimasukkan dalam berbagai persamaan dan perhitungan
akuntansi. Berikut beberapa langkah-langkah dalam
membuat jurnal umum.
1. Pahami Persamaan Akuntansi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, untuk
membuat jurnal umum perlu memahami persamaan
akuntansi. Hal ini sangat penting agar dapat
mengetahui bagaimana cara untuk mencatat
transaksi, seperti memasukan ke akun yang mana
hingga meletakan posisi debit dan kredit dengan
benar. Memahami persamaan akuntansi merupakan
ilmu dasar yang harus akuntan miliki pada cara
menyusun jurnal umum yang baik dan benar.
Dengan memahami persamaan akuntansi, akan
memudahkan untuk melakukan dan membuatnya.
Dengan pemahaman akuntansi, maka nantinya proses
pembuatan jurnal menjadi lebih cepat dan akurat.
Adapun persamaan dasar akuntansi adalah:

Aset = Utang + Modal

Selanjutnya, bisa dikembangkan menjadi:

Aset = Utang + Modal + (Pendapatan – Beban)


Pemahaman dasar akuntansi dapat membantu untuk
memahami dengan mudah jenis-jenis kelompok akun.
Contohnya, persediaan dan piutang usaha termasuk
dalam kategori kelompok aset, kemudian harus
memahami ketentuan saldo normal dari setiap lima
akun di dalam general journal, sehingga ketika terjadi
adanya transaksi, bisa menentukan kategorinya

101
dengan lebih mudah dan cepat. Adapun kelima akun
tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 7.1
Ketentuan Saldo Normal dalam Setiap Akun
Akun Debit Kredit Saldo
Normal
Aset Bertambah Berkurang Debit
(harta/aktiva)
Utang Berkurang Bertambah Kredit
(kewajiban)
Modal Berkurang Bertambah Kredit
Pendapatan Berkurang Bertambah Kredit
Beban Bertambah Berkurang Debit

2. Pengumpulan Bukti Transaksi


Selanjutnya adalah dengan mengumpulkan bukti
transaksi berupa nota, faktur, invoice, dan kuitansi.
Bukti-bukti transaksi yang harus dikumpulkan
sangat penting, karena dapat mempengaruhi
keberlangsungan dalam membuat jurnal umum
perusahaan.
3. Identifikasi Transaksi
Langkah selanjutnya adalah mampu mengidentifikasi
mana dari bukti transaksi tersebut yang termasuk
debit dan kreditnya. Dalam kegiatan mencatat, hanya
transaksi yang mengakibatkan perubahan posisi
keuangan saja yang boleh tercatat. Dalam satu
transaksi, biasanya minimal ada dua akun yang pasti
terpengaruh.
4. Pencatatan Transaksi pada Jurnal
Langkah terakhir dalam membuat jurnal dengan
melakukan pencatatan menggunakan sistem
pencatatan double entry, yang mana setiap bentuk
transaksi yang tercatat memiliki dampak pada posisi
keuangan kredit dan debit yang seimbang atau dalam
jumlah yang sama.

102
Contoh Jurnal Umum
Berikut ini merupakan contoh jurnal umum akuntansi
dari data transaksi perusahaan PT Tesla adalah sebuah
perusahaan jasa penyewaan kendaraan yang
berkedudukan di Bandung. Perusahaan ini, menyewakan
berbagai jenis kendaraan mulai dari sedan, mini bus
hingga bus wisata, sedangkan transaksi yang dilakukan
PT Tesla selama bulan Januari 2023 adalah sebagai
berikut.
1. 2/1/2023 PT Tesla melakukan investasi senilai
Rp500.000.000,00.
2. 6/1/2023 Menerima jasa penyewaan bus dari PT
Nisan senilai Rp42.000.000,00
Dimana Rp22.000.000,00 dibayar tunai sisamya
belum dibayar.
3. 7/1/2023 Membayar hutang usaha ke PT Formula
sebesar Rp19.000.000,00.
4. 10/1/2023 Menerima jasa penyewaan bus dari PT
Tiga Roda senilai Rp24.000.000,00 tunai.
5. 13/1/2023 Membayar beban iklan di koran dan
majalah Rp6.500.000,00 tunai.
6. 19/1/2023 Membayar beban listrik, air dan telepon
sebesar Rp5.700.000,00 tunai.
7. 28/1/2023 Membayar gaji pegawai sebesar
Rp17.600.000,00 secara tunai.
8. 29/1/2023 Manajemen PT Tesla membayar dividen
sebesar Rp22.000.000,00 kepada pemegang
sahamnya secara tunai.
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat seperti berikut:
Tabel 7.2 Contoh Jurnal Umum
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit

2 Kas 500.000.000,00
Januari Modal awal 500.000.000,00
2023

103
6 Kas 22.000.000,00
Januari Piutang Usaha 20.000.000,00
2023 Pendapatan Jasa 42.000.000,00

7 Hutang Usaha 19.000.000,00


Januari Kas 19.000.000,00
2023
10 Kas 24.000.000,00
Januari Pendapatan Jasa 24.000.000,00
2023

13 Beban Iklan 6.500.000,00


Januari Kas 6.500.000,00
2023

19 Beban Listrik, Air, & 5.700.000,00


Januari Telepon 5.700.000,00
2023 Kas

28 Beban Gaji 17.600.000,00


Januari Kas 17.600.000,00
2023

29 Hutang Dividen 22.000.000,00


Januari Kas 22.000.000,00
2023

TOTAL 637.000.000,00 637.000.000,00

Contoh jurnal umum akuntansi di atas merupakan salah


satu contoh kecil dari pencatatan transaksi yang terjadi
pada suatu perusahaan. Bentuk jurnal umum secara
umum, terdiri dari dua kolom yaitu debit dan kredit. Hal
ini karena akuntan pada umumnya, menggunakan
metode sistem pembukuan berpasangan sebagai metode
mencatat jurnal.
Saat ini, sudah jarang akuntan yang menggunakan kolom
jurnal umum dengan metode single entry. Berikut ciri-ciri
yang dimiliki oleh jurnal umum yaitu:
1. terdiri dari dua kolom yaitu debit dan kredit;
2. untuk mencatat semua transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan;
3. bentuk dari jurnal ini terdiri atas kolom tanggal, akun,
keterangan, referensi (ref), dan jumlah yang terdiri
atas kredit dan debit;
4. semua transaksi hanya dicatat pada satu jurnal saja;

104
5. dilakukan setiap terjadi transaksi;
6. untuk jurnal ini posting dari jurnal ke buku besar
dilakukan langsung setiap terjadi transaksi;
7. pencatatan dapat dilakukan oleh satu orang;
8. digunakan hanya pada perusahaan jasa dan
perusahaan dagang yang masih tergolong kecil,
dimana transaksinya belum begitu banyak; dan
9. fungsi dari jurnal ini berdasarkan kegunaan dari
jurnal tersebut.
Transaksi jurnal umum yang ada pada perusahaan, tentu
menjadi kewajiban bagi akuntan untuk mengolahnya.
Namun, jurnal umum biasanya memiliki komponen
transaksi yang sangat banyak dan menjadi kesulitan
tersendiri bagi seorang akuntan. Maka dari itu, seorang
akuntan biasanya menggunakan software akuntansi
untuk mempermudah pencatatan jurnal umum
perusahaan.

Kesimpulan
Secara keseluruhan, jurnal umum memiliki peran yang
sangat penting dalam suatu perusahaan. Karena itu,
dengan perusahaan membuatnya, maka perusahaan
akan mengetahui jenis transaksi yang terjadi dalam
perusahaan tersebut. Selain itu, hal ini juga dapat
mempermudah akuntan untuk mengidentifikasi jenis
transaksi dan memudahkannya untuk mengetahui mana
transaksi dalam bentuk debit dan mana yang kredit. Hal
ini tentunya akan memudahkan mereka untuk
memasukan data tersebut, ke dalam buku besar
perusahaan.
Memahami arti istilah debet dan kredit dalam konteks
akuntansi secara benar, dapat membantu memudahkan
kita dalam menganalisis transaksi dan membuat
jurnalnya. Kesulitan lain dalam menjurnal biasanya,
mengonversi tekstual dari bahasa atau kalimat yang
terdapat dalam bukti transaksi kedalam judul perkiraan
yang digunakan dalam format jurnal, untuk itu

105
membutuhkan latihan berulang-ulang terhadap berbagai
kasus transaksi yang berbeda.
Keberadaan jurnal umum ini pun, dapat memberikan
gambaran kepada perusahaan bagaimana profitabilitas
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Apakah
mengalami penurunan ataupun kenaikan beserta
identifikasi penyebabnya, bahkan perusahaan dapat
melakukan proyeksi keuangan di masa depan dengan
melihat kelancaran dari aktivitas keuangan yang terekam
dalam jurnal umum. Perusahaan akan dapat lebih baik
untuk memahami posisi keuangan dan langkah atau apa
yang perlu perusahaan lakukan agar tujuan keuangan
perusahaan dapat tercapai secara maksimal.
Pertanyaan untuk Didiskusikan
1. Apakah yang dimaksud dengan Jurnal Umum?
2. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah dalam
membuat Jurnal Umum!
3. Sebutkan dan jelaskan fungsi Jurnal Umum!
4. Berikut adalah berbagai transaksi yang terjadi pada
PT Jaya Makmur selama bulan Juni 2023. Tuan Jaya
mendirikan usaha perbaikan elektronik. Transaksi
yang dilakukan perusahaan selama bulan Juni adalag
sebagai berikut:
3/6/2023 Tuan Jaya menyetorkan uangnya
sebesar Rp35.000.000 ke kas
Perusahaan sebagai ekuitasnya.
4/6/2023 Perusahaan membeli perlengkapan
secara tunai Rp3.500.000
7/6/2023 Perusahaan membeli peralatan untuk
perbaikan elektronik senilai
Rp9.500.000 dimana pembelian dilakukan dengan
membayar Rp6.000.000 sisanya akan
dilunasi bulan depan.
10/6/2023 Membayar sewa ruko untuk 1 tahun
sebesar Rp10.000.000 secara tunai.

106
11/6/2023 Perusahaan menerima pendapatan jasa
perbaikan elektronik Rp9.000.000
secara tunai
12/6/2023 Perusahaan membayar iklan secara
tunai Rp500.000
18/6/2023 Perusahaan membayar beban listrik,
air dan telepon secara tunai Rp800.000
20/6/2023 Perusahaan telah menyelesaikan
perbaikan elektronik sebesar
Rp12.000.000 namun uang tunai yang
diterima sebesar Rp8.000.000. Sisanya
akan diterima satu minggu kemudian.
25/6/2023 Perusahaan menerima uang tunai atas
jasa perbaikan elektronik sebesar
Rp1.500.000
28/6/2023 Perusahaan membayar gaji pegawai
secara tunai sebesar Rp5.500.000
29/6/2023 Tuan Jaya mengambil prive berupa
uang tunai sebesar Rp3.000.000
Buatlah Jurnal Umum untuk kegiatan trasnsaki pada
PT Jaya Makmur selama bulan Juni 2023.

107
Daftar Pustaka
Amalia, D. (2019). Pengertian dan Fungsi Jurnal Umum
dalam Akuntansi.
https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-jurnal-umum-
dalam-akuntansi/
Hery. (2016). Mengenal dan Memahami Dasar-Dasar
Laporan Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.
Latuconsina, Yudhy Muhtar. (2019). Logika Menyusun
Jurnal Umum dalam Siklus
Akuntansi Perusahaan Jasa. Jurnal Ilmu Ekonomi
Adventage, 8(1).
Lubis, Rahmat Hidayat. (2017). Pengantar Akuntansi Jasa
Berbasis SAK IFRS dan SAK ETAP. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Gava Media.
Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga
Adaptasi IFRS.
Sumarsan, Thomas. (2013). Akuntansi Dasar dan Aplikasi
dalam Bisnis Versi IFRS
(Jilid 1). Jakarta: PT Indeks.
Vidada Irwin Ananta (2018). Refrensi Jurnal Umum Bagi
Pembelajar Akuntansi
Pemula
https://repository.nusamandiri.ac.id/index.php/rep
o/viewitem/665

108
Profil Penulis
Duma Megaria Elisabeth, S.E., M.Si.
Penulis lahir di Medan 23 Juni 1978. Penulis
menyelesaikan Studi S1 - Sarjana Ekonomi
(S.E.) di Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Persada Indonesia YAI
Jakarta pada tahun 2001. Penulis
menyelesaikan studi S-2 Program Magister Akuntansi
(M.Si.) pada Program Studi Magister Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti Jakrta
pada tahun 2009 dan saat ini, sedang menyelesaikan S-3
Program Doktor (Dr.) Program Studi Doktor Ilmu
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara. Penulis adalah seorang PNS di
lingkungan LLDIKTI Wilayah 1 atau Dosen DPK pada
Universitas Methodist Indonesia Medan. Sebelumnya
Penulis sudah pernah bekerja pada beberapa perusahaan
Swasta di Jakarta sejak tahun 2001 sampai dengan tahun
2009 (jabatan terakhir sebagai Manager Finance &
Accounting pada Koperasi FIF Jakarta). Penulis memiliki
kepakaran dibidang Pengauditan, Akuntansi Manajemen
dan Akuntansi Sektor Publik. Dan untuk mewujudkan
karir sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai
peneliti dibidang kepakarannya tersebut. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal
perguruan tinggi dan juga Kemenristek DIKTI.
E-mail Penulis: duma0803@yahoo.com

109
110
8
JURNAL KHUSUS
(SPECIAL JOURNAL)

Drs. Hotlan Butarbutar, M.Si.


Universitas Methodist Indonesia Medan

Pendahuluan
Dalam materi sebelumnya telah diuraikan tentang proses
akuntansi (siklus akuntansi) di mana transaaksi-
transaksi keuangan dicatat dalam satu jurnal yang
disebut jurnal umum (general journal).
Sistem pencatatan dengan jurnal umum mempunyai
keterbatasan atau kelemahan, di mana dalam pencatatan
transaksi, seluruh transaksi dicatat dalam satu jurnal.
Untuk itu, bagi perusahaan yang transaksi keuangan
berulang-ulang dan kompleks tidak praktis digunakan.
Oleh karena adanya keterbatasan atau kelemahan dalam
jurnal umum, maka untuk perusahaan besar dan yang
mempunyai transaksi keuangan kompleks, dicatat dalam
satu pencatatan yang disebut dengan jurnal khusus
(special journal).
Jurnal khusus memang dikhususkan untuk transaksi
pada perusahaan berskala besar. Hal ini dikarenakan,
perusahaan besar memiliki transaksi yang jauh lebih
kompleks, sehingga jika semua transaksi yang dilakukan
pada perusahaan tersebut dimasukkan ke dalam jurnal
umum, pencarian informasi terhadap beberapa transaksi
tertentu akan menjadi lebih sulit dan lama ditemukan.

111
Pengertian Jurnal Khusus
Jurnal khusus merupakan jurnal yang digunakan untuk
mencatat berbagai jenis transaksi yang sejenis dan juga
terjadi secara repetitif atau berulang. Jurnal khusus ini
dimunculkan untuk mencatat berbagai transaksi khusus
yang terjadi pada perusahaan. Pencatatan dalam jenis
jurnal ini, juga dilakukan agar catatan tersebut tidak
banyak memenuhi buku besar dengan cepat. Meskipun
nantinya, jumlah total yang ada di dalam jurnal khusus
ini secara berkala akan dimasukan ke dalam buku besar,
dalam bentuk yang jauh lebih ringkas dan secara berkala.
Jurnal khusus ini, juga akan bertindak sebagai sebuah
alat pemantauan untuk sebuah organisasi bisnis. Jurnal-
jurnal ini juga akan mengurangi kemungkinan adanya
perubahan dalam catatan akuntansi. Ini karena entri-
entri di dalamnya akan dibuat dalam sebuah urutan
kronologis.

Manfaat dan Keunggulan Jurnal Khusus


Setelah mengetahui tentang pengertian dari jurnal
khusus, selanjutnya yang akan dibahas adalah
keunggulan dan manfaat menggunakan jurnal khusus.
1. Kemudahan Pencatatan secara Otomatis
Dengan menggunakan jurnal khusus, akan
mendapatkan kemudahan pencatatan secara
sistematis. Pengelompokan pencatatan transaksi
keuangan di dalam jurnal khusus akan membuat
proses pembuatan laporan keuangan menjadi jauh
lebih sistematis dan mudah. Kemudahan ini, juga
akan bisa membuat proses pencatatan dalam buku
besar menjadi lebih efisien dan praktis.
2. Proses Data Transaksi dengan Cepat
Manfaat jurnal khusus selanjutnya adalah
mempercepat proses dari data transaksi. Dengan
adanya sebuah pengelompokan data, maka proses
dari laporan keuangan juga akan bisa lebih cepat
dilakukan. Sebagai sebuah contoh, jika ada 50 kali
transaksi yang sejenis, pada sebuah jurnal umum

112
akan tetap dicatat dan dikelompokkan sebanyak 50
kali juga, sedangkan jika menggunakan sebuah jurnal
khusus hanya perlu mengelompokan datanya
sebanyak satu kali saja, berdasarkan dengan jenis
akun.
3. Mempermudah Data ke Buku Besar
Pemostingan sebuah data transaksi ke buku besar
dengan jurnal khusus dapat dilakukan secara berkala
juga dengan lebih praktis dan juga mudah. Hal ini
tentunya karena dalam jurnal khusus semua
transaksi yang ada dan sejenis, akan dibukukan
dengan akun yang sama, sehingga pemostingan
beberapa transaksi keuangan pun juga dapat
dilakukan secara bersamaan berdasarkan jenis dari
akunnya.
4. Memudahkan Pemeriksaan secara Berkala
Adanya sebuah jurnal khusus, maka transaksi
keuangan sejenis yang sudah banyak tercatat di
dalam perusahaan akan bisa dibukukan secara
ringkas dan juga praktis pada satu jurnal, sehingga
hal ini akan bisa memberikan kemudahan bagi para
auditor keuangan internal maupun eksternal untuk
melakukan sebuah pemeriksaan.
5. Mengurangi Risiko Pengubahan Data
Dengan menggunakan sebuah jurnal khusus yang
dicatat secara kronologis dan juga terperinci, maka
proses transaksi yang dicatat di setiap hari serta
dengan lengkap, akan bisa mengurangi risiko adanya
pengubahan data dan juga penipuan oleh pihak
tertentu pada waktu yang akan datang. Kemungkinan
terhadap pembuatan laporan palsu dalam akun ini
pun, akan bisa berkurang karena ada pihak yang
bertanggung jawab atas kebenaran dari data
transaksi pada jurnal khusus ini.
6. Adanya Spesialisasi Pekerjaan
Terdapat sebuah pembagian jurnal khusus ke dalam
empat jenis transaksi, membuat adanya sebuah

113
spesialisasi dalam pencatatan, sehingga hal ini akan
bisa membuat hasil yang didapatkan jadi lebih baik.
7. Mengontrol agar tidak Terjadi Fraud
Kemungkinan adanya perubahan laporan palsu atau
tindakan fraud lainnya di dalam akun, akan terpantau
dan jauh lebih sulit untuk dilakukan karena transaksi
jurnal ini, akan dicatat secara kronologis dan juga ada
pihak tertentu yang bertanggung jawab atas
kebenarannya.
8. Meningkatkan Efisiensi Pekerjaan
Pekerjaan pencatatan transaksi dalam sebuah bisnis,
dapat dikerjakan oleh beberapa karyawan yang
memang sudah mahir dalam hal ini, sehingga hal ini
tidak hanya dikerjakan oleh satu orang akuntan saja,
dengan adanya jurnal khusus, maka proses
pengerjaan bisa menjadi lebih efisien. Apabila
penyusunan laporan keuangan menggunakan
software akuntansi, pekerjaan transaksi keuangan
lebih mudah dilakukan secara efisien dan terintegrasi.
9. Meminimalisir Adanya Kesalahan
Untuk setiap jurnal khusus, akan ditangani oleh
orang tertentu, yang memang sudah mahir dengan
pekerjaan yang diberikan tersebut. Dengan begitu,
maka akan ada banyak pemeriksaan dari banyak
pihak dan ini juga akan berimbas pada adanya
pengurangan kesalahan di dalam pencatatan
pembukuan
10. Mempermudah Masukkan Rincian Data
Dalam sebuah pencatatan jurnal transaksi khusus,
satu baris yang dirancang adalah untuk menyediakan
semua informasi yang diperlukan. Misalnya, saja
untuk pembelian barang dagangan dicatat pada satu
baris. Pada baris itu, akan termasuk kredit ke akun
dari pemasok dan juga nama pemasok, ada pula
tanggal dan juga jumlah dari informasi yang
diinginkan.

114
11. Adanya Kontrol Internal yang Lebih Baik
Dengan menggunakan sebuah jurnal khusus, maka
kontrol internal yang lebih baik akan terbentuk. Hal
ini dikarenakan pada sebuah jurnal keuangan ini
akan memungkinkan untuk membagi sebuah
pekerjaan ke beberapa karyawan.
12. Adanya Referensi Masa Depan
Transaksi yang memang sifatnya serupa, akan dicatat
dalam satu jurnal khusus. Hal ini juga akan berguna
sebagai sebuah referensi masa depan dan bisa
menjadikan pencatatan sebuah transaksi menjadi
lebih mudah.

Jenis-Jenis Jurnal Khusus


Dalam pembagiannya, jurnal ini dibagi menjadi empat
jenis. Untuk mencatat transaksi-transaksi lain yang tidak
dapat dicatat dalam jurnal khusus, maka digunakan
Jurnal Umum. Berikut ini adalah beberapa jenis dari
jurnal khusus dan juga penjelasannya untuk masing-
masing jenis jurnal khusus.
1. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
Jurnal penjualan adalah sebuah jurnal khusus yang
digunakan untuk menyimpan sebuah transaksi
penjualan kredit secara terperinci. Tujuan utama dari
ini adalah untuk meringkas berbagai informasi
transaksi yang bervolume tinggi dari buku besar
umum, sehingga bisa digunakan untuk
menyederhanakan buku besar.
Pada dasarnya, buku jurnal khusus untuk penjualan
ini adalah sebuah jurnal yang digunakan untuk
mencatat transaksi piutang. Hal ini berarti bahwa
transaksi penjualan yang dilakukan secara tunai
tidak akan dicatat ke dalam jurnal penjualan. Sebuah
penjualan yang dibuat dengan menggunakan uang
tunai akan dicatat di dalam jurnal penerimaan kas.
Akan tetapi, terkadang pada sebuah prakteknya
masih ada juga yang mencatatkan dan

115
menggabungkan penjualan tunai ini ke dalam sebuah
jurnal penjualan.
Informasi yang disimpan di dalam jurnal ini adalah
sebuah ringkasan dari faktur yang akan dikeluarkan
untuk pelanggannya. Transaksi dari penjualan per
hari ini, juga akan dicatat pada jurnal khusus
penjualan, yang nantinya kemudian akan
disederhanakan untuk diposting ke dalam sebuah
buku besar pada akhir dari periodenya.
Pada akhir setiap periode pelaporan ini, jumlah total
dari debit dan juga kredit akan dicatat ke dalam buku
besar umum. Jika Anda ingin meneliti dan juga
melihat saldo yang telah tercatat di dalam buku besar
umum tersebut. Anda dapat merujuknya kembali ke
jurnal penjualan, dan juga dapat menggunakan
sebuah nomor faktur yang tercantum di dalam jurnal
penjualan untuk mengakses salinan faktur yang
diinginkan.
Konsep dari jurnal khusus penjualan ini adalah
sebagian besar akan terbatas pada sistem akuntansi
manual dan juga biasanya jurnal khusus ini tidak
akan selalu digunakan di dalam sistem akuntansi
terkomputerisasi.
Bentuk jurnal penjualan adalah sebagai berikut.
Tabel 8.1

2. Jurnal Pembelian (Purchasing Journal)


Jurnal pembelian adalah jurnal khusus yang
digunakan untuk mencatat semua jenis pembelian,
baik pembelian barang dagangan maupun bukan
barang dagangan, seperti peralatan, barang habis
pakai secara kredit.

116
Jurnal khusus ini juga paling sering ditemukan di
dalam sistem akuntansi manual, di mana hal ini
diperlukan untuk menyimpan sebuah laporan
transaksi pembelian yang bervolume tinggi diluar dari
buku besar. Semua jenis dari pembelian yang
dilakukan secara kredit ini, kemudian akan dicatat ke
dalam jurnal pembelian.
Jurnal khusus pembelian ini berfungsi untuk
menyederhanakan pencatatan dan juga memudahkan
sebuah pembukuan transaksi yang bervolume tinggi
ke dalam sebuah buku besar. Jurnal pembelian ini
juga akan mencatat berbagai macam transaksi secara
harian yang sesuai dengan tanggal terjadinya sebuah
transaksi. Nantinya, pada tiap akhir dari periode
pelaporan, catatan di dalam jurnal khusus pembelian
ini akan diringkas dan juga diposting dalam buku
besar. Setiap transaksi pembelian yang dimasukkan
ke dalam jurnal pembelian ini, juga akan melibatkan
sebuah kredit ke rekening hutang dan juga debit ke
sebuah akun biaya ataupun aset yang terkait dengan
pembelian.
Bentuk jurnal pembelian adalah sebagai berikut.
Tabel 8.2

3. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)


Jurnal penerimaan kas adalah salah satu contoh
jurnal khusus untuk perusahaan dagang di mana
penjualan tunai akan dicatat. Jurnal yang satu ini
digunakan untuk membongkar sebuah volume
transaksi dari buku besar. Hal itu mungkin akan bisa
mengacaukan sebuah laporan di dalam buku besar
dan juga jurnal umum.

117
Mungkin ada banyak sekali entri tambahan di dalam
jurnal khusus ini, hal ini tergantung pada frekuensi
dari penerimaan uang tunai dari para pelanggan.
Saldo di dalam jurnal penerimaan kas ini, secara
teratur juga akan diringkas menjadi sebuah jumlah
agregat dan diposting ke dalam buku besar. Jika
seseorang perlu melakukan penyelidikan penerimaan
kas spesifik, maka mereka mungkin akan
memulainya dari sebuah buku besar dan juga
kemudian akan pindah ke dalam jurnal penerimaan
kas.
Jurnal penerimaan kas ini, digunakan untuk
mencatat semua hasil dari transaksi yang
berhubungan dengan penerimaan uang. Apabila
jurnal sebelumnya ini akan digunakan untuk
pencatatan transaksi kredit, maka jurnal untuk
penerimaan kas ini difungsikan untuk transaksi
secara tunai. Transaksi yang dicatat di dalam jurnal
penerimaan kas itu antara lain adalah, penjualan
secara tunai, penerimaan uang pelunasan utang,
retur pembelian secara tunai dan juga penerimaan
pendapatan. Bentuk Jurnal Penerimaan Kas adalah
sebagai berikut:
Tabel 8.3

4. Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Payment Journal)


Jurnal pengeluaran kas ini, berfungsi untuk mencatat
semua hasil transaksi yang berhubungan dengan
pengeluaran uang. Jurnal ini juga akan mencatat
semua transaksi secara terperinci, contohnya
transaksi secara tunai pada perusahaan dagang.

118
Sebuah transaksi yang termasuk ke dalam jurnal
pengeluaran kas ini cukup mirip dengan jurnal
penerimaan kas. Akan tetapi, ada beberapa hal yang
berbeda antara lain adalah transaksi pembelian
secara tunai, transaksi untuk pelunasan utang, retur
dari penjualan, pembayaran beban dan juga
pengambilan uang tunai untuk pribadi.
Setiap perusahaan akan dapat merancang sebuah
jurnal khusus sesuai dengan berbagai kebutuhan
perusahaan yang dialami. Oleh karena hal itu, jurnal
di dalam sebuah perusahaan tentunya akan berbeda
satu sama lainnya, karena memang kebutuhan setiap
perusahaan tidak akan sama. Akan tetapi, jika pada
sebuah perusahaan tersebut sejenis akan ada sebuah
kemungkinan jurnal yang dirancang oleh perusahaan
tersebut mempunyai bentuk yang sama. Bentuk
Jurnal Pengeluaran Kas adalah sebagai berikut.
Tabel 8.4

5. Jurnal Umum (General Journal)


Jurnal umum adalah jurnal yang digunakan untuk
mencatat seluruh transaksi keuangan lainnya yang
tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus di atas.
Berbagai transaksi yang dicatat dalam jurnal umum
dapat digolongkan sebagai berikut
a. koreksi kesalahan;
b. penyesuaian pembukuan;
c. penutupan pembukuan; dan
d. penyesuaian kembali.
Bentuk Jurnal Umum adalah sebagai berikut.

119
Tabel 8.5

Contoh:
Perusahaan Dagang (PD) Boniaga mempergunakan
jurnal khusus dan berkolom, transaksi-transaksi
yang terjadi selama bulan Desember 2022 adalah
sebagai berikut:
Des 1 Pemilik Ny. Caroline menyerahkan tambahan
modal perusahaan sebesar Rp50.000.000,00.
2 Dibayar premi asuransi kebakaran untuk 1
tahun Rp1.200.000,00.
2 Dibeli tunai 1 unit computer @
Rp7.500.000,00, barang dagangan seharga
Rp2.000.000,00 dari Toko Sumber Rezeki.
3 Dijual barang dagangan kepada Toko
Nusantara Rp4.500.000,00 dengan Faktur No.
12 syarat pembayaran 2/10; n/30.
3 Dibeli peralatan toko yang bernilai
Rp2.000.000,00 pembayaran dilakukan
dengan mengeluarkan aksep.
3 Dijual barang dagangan kepada kepada Toko
Adil Medan sebesar
Rp5.000.000,00 faktur No. 13 syarat 2/10;
n/30.
4 Dibeli barang daangan dari CV. Maju Medan
Rp2.410.000,00 faktur No. 42 syarat 3/10;
n/30.
6 Dijual tunai barang dagangan sebesar
Rp2.560.000,00.

120
8 Dibayar upah dan gaji mingguan
Rp450.000,00.
9 Diterima pelunasan faktur No. 12 tgl 3/12 yang
lalu.
11 Dibeli barang dagangan dari Toko Sumber
Medan seharga Rp1.000.000, potongan
Rp20.000,00 Faktur No. 45, syarat 2/10 ; n/30.
13 Dibayar utang atas pembelian tgl 4/12 yang
lalu.
13 Diterima pelunasan faktur No. 13 tgl 3/12 yang
lalu.
15 Dibayar upah dan gaji mingguan
Rp500.000,00.
17 Dibeli barang dagangan dari CV. Maju Medan
sebesar Rp5.000.000,00. Faktur No. 50, syarat
2/10; n/30, biaya angkut dibayar tunai
Rp300.000
20 Dijual tunai 1 unit computer Rp1.500.000,00.
21 Dibayar utang atas pembelian tgl. 11/12 yang
lalu.
22 Dibayar upah dan gaji mingguan
Rp500.000,00.
25 Dijual barang dagangan kepada Toko
Nusantara Rp4.000.000,00 faktur No. 14,
syarat 2/10;n/30 dan biaya angkut dibayar
tunai Rp200.000,00.
26 Dibayar utang atas pembelian tgl. 17/12 yang
lalu
28 Diterima kembali barang dagangan yang sudah
dijual pada tgl 25/12 yang lalu karena tidak
sesuai dengan pesanan Rp500.000,00. Hari ini
Nota kredit dikirimkan.
29 Dibayar upah dan gaji mingguan Rp400.000,00.

121
30 Dijual barang dagangan kepada Toko Nusantara
Rp2.500.000,00 faktur No. 15, syarat
2/10;n/30.
31 Dibayar rekening air Rp275.000,00 dan rekening
listrik Rp1.359.000,00
Perkiraan-periraan yang dibuka adalah:
a. Buku Besar Umum
111 Kas
112 Piutang Dagang
113 Asuransi dibayar dimuka
114 Alat-alat Toko
115 Alat-alat Kantor
121 Utang Dagang
122 Wesel Bayar
131 Modal Ny. Caroline
141 Penjualan
142 Retur Penjualan
143 Potongan Penjualan
151 Biaya Angkut Penjualan
152 Pembelian
153 Retur Pembelian
154 Potongan Pembelian
155 Biaya Angkut Pembelian
156 Beban Upah dan Gaji
157 Rupa-rupa Beban
Diminta:
Catatlah transaksi di atas ke dalam Jurnal Khusus,
antara lain:

122
a. Jurnal Penjualan Halaman 4
b. Jurnal Pembelian Halaman 5
c. Jurnal Penerimaan Kas Halaman 7
d. Jurnal Pengeluaran Kas Halaman 9
e. Jurnal Umum Halaman 11
Jawab:
a. Jurnal Penjualan
Tabel 8.6 Jurnal Penjualan

b. Jurnal Pembelian
Tabel 8.7 Jurnal Pembelian

c. Jurnal Penerimaan Kas


Tabel 8.8 Jurnal Penerimaan Kas

123
d. Jurnal Pengeluaran Kas
Tabel 8.9 Jurnal Pengeluaran Kas

e. Jurnal Umum
Tabel 8.10 Jurnal Umum

124
Daftar Pustaka
Jamali dan Haeruddin. (2021). Pengantar Akuntansi
(Proses Akuntansi Jasa, Dagang dan Manufaktur)
Dilengkapi Contoh Kasus dan Penyelesaiannya Serta
Soal Praktik). Yoyakarta. Penerbit Deepublish
Limbong, H.C. (2021). Buku Ajar Pengantar Akuntansi.
Purwokerto Selatan. Purwokerto: CV Pena Persada.

125
Profil Penulis
Drs. Hotlan Butarbutar, M.Si.
Setelah menamatkan Pendidikan dari SMA
pada tahun 1984, penulis melanjutkan
Pendidikan ke IKIP Medan atau sekarang
berubah menjadi UNIMED Jurusan
Pendidikan Dunia Usaha (PDU) Program
Studi Akuntansi dan berhasil lulus pada tahun 1990.
Ketertarikan penulis pada bidang keuangan, sehingga
penulis kemudian melanjutkan studi S2 di Universitas
Sumatera Utara (USU) pada Ilmu Manajemen peminatan
keuangan dan lulus tahun 2011. Semenjak tahun 2001
penulis menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas
Methodist Indonesia (UMI) Medan pada Program Studi
Manajemen peminatan keuangan hingga sekarang.
Semenjak mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai
organisasi kemahasiswaan, seperti Badan Perwakilan
Mahasiswa (BPM) dan Senat Mahasiswa. Demikian juga
halnya setelah menjadi dosen di perguruan tinggi, sebagai
wujud aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain
melakukan pengajaran dan penelitian, penulis aktif
melakukan pengabdian masyarakat melalui organisasi
sosial kemasyarakatan serta dalam partai politik.
E-mail Penulis: hotlanpenara@gmail.com

126
9
BUKU BESAR DAN
NERACA SALDO

Nijar Kurnia Romdoni, S.E., M.Ak., Ak.


Politeknik Lembaga Pendidikan dan Pengembangan
Profesi Indonesia

Buku Besar (General Ledger)


Buku besar (general ledger) adalah ringkasan dari akun-
akun yang digunakan pada saat pembuatan jurnal umum.
Buku besar dibuat setelah perusahaan memastikan
bahwa telah melalukan pencatatan semua transaksi pada
jurnal umum.
Akun-akun yang ada dalam buku besar harus disusun
secara teratur sesuai dengan klasifikasi akun dan
penomoran akun yang akan memudahkan bagi
perusahaan dalam hal penyusunannya.

Klasifikasi Akun
Penyusunan buku besar dilakukan secara berurutan
sesuai dengan kelompok akunnya. Pengelompokannya
berdasarkan pada kelompok Akun Riil dan Kelompok
Akun Nominal. Akun Riil merupakan akun yang akan
digunakan pada saat penyusunan Laporan Posisi
Keuangan yang terdiri atas Aset, Utang dan Modal,
Sedangkan Akun Nominal adalah akun yang akan
digunakan pada saat Penyusunan Laporan Laba/Rugi
yang terdiri atas Pendapatan dan Modal.

127
Penomoran Akun
Secara umum dalam hal penomoran akun tidak ada
ketentuan khusus yang mengatur. Penomoran akun ini
berfungsi untuk mempermudah pengkodean dalam buku
besar ataupun referensi pembukuan. Aset mengawali
nomor Akun 1, Utang nomor 2, Modal nomor 3,
Pendapatan nomor 4 dan Beban 5.
Berikut cara yang digunakan untuk melakukan
penomoran akun.
Sebagai contoh, Nomor Akun untuk Kas, Kas merupakan
Aset dan tergolong ke dalam Aset lancar maka untuk
penomorannya menjadi 111.
Contoh lainnya misal Kendaraan, kendaraan tergolong ke
dalam Aset Tetap maka untuk penomoraanya menjadi
121.
Untuk akun yang lainnya disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 9.1 Contoh Penomoran Akun
Kelompok Akun Account Name Nama Akun

1. HARTA
a. Harta
Lancar/Current
Assets
111 Cash Kas
Account
112
Receivable Piutang
113 Supplies Perlengkapan
Prepaid Asuransi
114
Insurance Dibayar Dimuka
Sewa Dibayar
115
Prepaid Rent Dimuka
Prepaid Iklan Dibayar
116
Advertising Dimuka

b. Harta Tidak
Lancar/Harta
Tetap/Fixed
Assets

128
Kelompok Akun Account Name Nama Akun
121 Equipment Peralatan
122 Computer Komputer
123 Vehicle Kendaraan
124 Building Gedung
125 Land Tanah
Accumulated. Akumulasi
126 Depr Of Depresiasi
Equipment Peralatan
Accumulated. Akumulasi
127 Depr Of Depresiasi
Computer Komputer
Akumulasi
128 Accumulated. Depresiasi
Depr Of Vehicle Kendaraan
Akumulasi
129 Accumulated. Depresiasi
Depr Of Building Bangunan

2. UTANG/LIABILITY
a. Utang
Lancar/Current
Liability
211 Account Payable Utang Usaha
Sallaries
212
Payable Utang Gaji
Expenses
213
payable Utang Beban
Pendapatan
214 Unearned Diterima
Revenue Dimuka
Sewa Diterima
215
Unearned Rent Dimuka

b. Utang Jangka
Panjang/Long
Term Liability
221 Bank Payable Utang Bank
222 Bond Payable Utang Obligasi

129
Kelompok Akun Account Name Nama Akun
3.
MODAL/CAPITAL/EQU
ITY
311 Capital/Equity Modal
Prive/Withdraw Pengambilan
312 ing Pribadi

4.
PENDAPATAN/REVEN
UE/INCOME
Pendapatan
411
Service Revenue Jasa
Pendapatan
412 Interest Bunga/Jasa
Revenue Giro
Pendapatan
413
Rent Revenue Sewa

5. BEBAN/EXPENSES
Salllaries
511
Expense Beban Gaji
512 Wages Expense Beban Upah
Electricity
513
Expense Beban Listrik
Supplies Beban
514
Expense Perlengkapan
Insurance
515
Expense Beban Asuransi
Telephone
516
Expense Beban Telepon
517 Rent Expense Beban Sewa
Advertising
518
Expense Beban Iklan
519 Water Expenses Beban Air
Transportation Beban
520
Expense Transportasi
Consumption Beban
521
Expense Konsumsi
Beban
522 Depretiation Penyusutan/De
Exoense presiasi

130
Kelompok Akun Account Name Nama Akun
Beban Lain -
523
Other Expenses Lain
Misscelanious Beban Serba -
524
Expenses serbi

Format Kolom Buku Besar


Dalam pembuatan buku besar ada dua format yang bisa
digunakan, yaitu
1. Format T
2. Format Kolom
Tabel 9.2 Contoh Format T
Account Number:
Account Name:
D C

Tabel 9.3 Contoh Format Kolom


Account Number:
Account Name:
Balance
Date Explanation Ref Debit Credit
Debit Credit

131
Cara Pemindahbukuan (Posting)
Posting atau pemindahbukuan merupakan proses di
mana akun-akun yang sudah dicatat pada jurnal umum
dipindahkan ke dalam buku besar. Dalam hal
pemindahbukuan akun-akun yang ada pada jurnal
umum ada beberapa langkah-langkah yang harus
diperhatikan dan harus dicatat di antaranya
1. identitas perusahaan (nama perusahaan);
2. apa yang sedang dibuat (buku besar/general ledger);
3. periode pencatatan;
4. nomor akun;
5. nama akun; dan
6. pindahkan akun-akun yang ada di jurnal umum
sesuaikan dengan posisinya apakah di sebelah debit
atau di sebelah kredit.
Tabel 9.4 Contoh Cara Pemindahbukuan
Tn Rahmat’s Cleaning Service Company
General Journal
April 2022
Date Explanation Ref Debit Credit
01-Apr Cash 111 10.000.000
Tn Rahmat Capital 311 10.000.000

01-Apr Rent Expanse 511 1.500.000


Cash 111 1.500.000

02-Apr Cash 111 2.000.000


Account
Payable 211 2.000.000

03-Apr Supplies 113 250.000


Cash 111 250.000

10-Apr Cash 111 2.000.000

132
Account Receivable 112 1.800.000
Service
Revenue 411 3.800.000

11-Apr Sallaries Expanse 512 2.000.000


Cash 111 2.000.000

15-Apr Tn Rahmat Prive 312 1.000.000


Cash 111 1.000.000

Dengan menggunakan Format T


Tabel 9.5
Buku Besar Format T
Tn Rahmat’s Cleaning Service Company
General Ledger
April 2022
Account Number: 111
Account Name: Cash
D C
01-Apr 10.000.000

02-Apr 2.000.000 1.500.000 01-Apr


10-Apr 2.000.000 250.000 03-Apr

2.000.000 11-Apr
1.000.000 15-Apr

Total 14.000.000 4.750.000


Saldo Akhir 9.250.000
Saldo akhir didapat dari selisih antara total mutasi
transaksi disebelah debit dengan Total mutasi transaksi
yang ada disebelah kredit untuk akun yang memiliki saldo
normal disebelah debit, sebaliknya untuk akun yang
memiliki saldo normal di sebelah kredit maka untuk
mencari saldo akhir didapat dari selisih antara total
mutasi kredit dengan mutasi debit.
Dengan menggunakan Format Kolom

133
Tabel 9.6 Buku Besar Format Kolom
Tn Rahmat’s Cleaning Service Company
General Ledger
April 2022
Account Number: 111
Account Name: Cash

Account Number: 112


Account Name: Account Receivable

Explan Balance
Date Ref Debit Credit
ation
Debit Credit
03- General 1.800.0 1.800.0
Apr Journal GJ-1 00 00

Account Number: 113


Account Name: Supplies
Explan Balance
Date Ref Debit Credit
ation Debit Credit
03- General
Apr Journal GJ-1 250.000 250.000

134
Account Number: 211
Account Name: Account Payable
Explan Balance
Date Ref Debit Credit
ation Debit Credit
03- General 2.000.0 2.000.00
Apr Journal GJ-1 00 0

Account Number: 311


Account Name: Tn Rahmat Capital
Balance
Date Explanation Ref Debit Credit
Debit Credit
01- General
Apr Journal GJ-1 10.000.000 10.000.000

Account Number: 312


Account Name: Tn Rahmat Prive
Balance
Date Explanation Ref Debit Credit
Debit Credit
15- General
Apr Journal GJ-1 1.000.000 1.000.000

Account Number: 411


Account Name: Service Revenue
Explan Balance
Date Ref Debit Credit
ation Debit Credit
02- General 3.800.0 3.800.0
Apr Journal GJ-1 00 00

135
Account Number: 511
Account Name: Rent Expense
Explanati Balance
Date Ref Debit Credit
on
Debit Credit
General
01-Apr Journal GJ-1 1.500.000 1.500.000

Account Number: 512


Account Name: Sallaries Expense

Explanat Balance
Date Ref Debit Credit
ion
Debit Credit
General
01-Apr Journal GJ-1 2.000.000 2.000.000

Neraca Saldo (Trial Balance)


Tahapan selanjutnya setelah dilakukannya
pemindahbukuan dalam buku besar, yaitu menyusun
neraca saldo. Neraca saldo disusun berdasarkan pada
akun akun yang ada pada buku besar, nominal yang
dimasukan dalam neraca saldo merupakan saldo akhir
disetiap masing masing akun yang ada pada buku besar.
Neraca saldo juga merupakan acuan dalam penyusunan
laporan keuangan, jika akun akun yang ada pada neraca
saldo sudah menunjukan saldo yang aktual maka
perusahaan bisa langsung Menyusun laporan keuangan
tanpa melakukan penyesuaian.
Berikut disajikan contoh neraca saldo untuk Tn Rahmat’s
Cleaning Service Company.

136
Tabel 9.7 Contoh Neraca Saldo
Tn Rahmat’s Cleaning Service Company
Trial Balance
April 2022

Account No Account Name Debit Credit


111 Cash 9.250.000
Account
112 Receivable 1.800.000
113 Supplies 250.000
211 Account Payable 2.000.000
Tn Rahmat
311 Capital 10.000.000
312 Tn Rahmat Prive 1.000.000
411 Service Revenue 3.800.000
511 Rent Expense 1.500.000
Sallaries
512 Expense 2.000.000

Total 15.800.000 15.800.000


Latihan 1
Tahap Pencatatan dan Penggolongan
Kantor Jasa Akuntan PWC merupakan Kantor Jasa
Akuntan Big Four yang berdiri sejak tahun 1998. Berikut
disajikan transaksi keuangan yang terjadi selama bulan
Maret 2021.
Tabel 9.8
Transaksi Keuangan Big Four
Date Explanation
01 March Tn Tanudiredja selaku pimpinan perusahaan
menginvestasikan Modal berupa Uang tunai
Senilai 4.250.000.000 Peralatan 750.000.000
05 March Dibayar sewa untuk 1 tahun senilai Rp
200.000.000
10 March Purchases supplies on account for 50.000.000,
payment due within three months.

137
15 March Diterima pekerjaan Jasa Audit senilai
760.000.000 baru diterima pembayaran
600.000.000
18 March Dibayar beban Gaji senilai 125.000.000
21 March paid 36.000.000 cash in Electricity Expense.

23 March Pelunasan pembayaran atas transaksi tanggal 15


25 March Dibayar utang senilai 17.500.000
Berdasarkan data di atas maka buatlah:
a. general journal,
b. general ledger, dan
c. trial balance.
Latihan 2
Tahap Pencatatan dan Penggolongan
Kantor Jasa Akuntan KPMG merupakan Kantor Jasa
Akuntan Big Four yang berdiri sejak tahun 1987. Berikut
disajikan transaksi keuangan yang terjadi selama bulan
Januari 2020:
Date Explanation
01 January Tn Bryan selaku pimpinan perusahaan
menginvestasikan Modal berupa Uang tunai
Senilai 2.750.000.000 Kendaraan
1.000.000.000
05 January Dibayar Iklan untuk masa 10 kali terbit tahun
Rp 765.750.000
10 January Purchased office supplies for 50.000.000. Cash
paid 40.000.000 and remaining outstanding
15 January Dibeli Peralatan senilai 150.000.000
18 January Dibayar beban Air senilai 25.000.000
21 January Bill payment date 10 january

23 January Diterima pekerjaan jasa Audit senilai


750.000.000, telah diterima pembayaran senilai
500.000.000 sisanya akan dilunasi bulan
Februari
25 January Dibayar beban Transportasi senilai 67.500.000

138
Berdasarkan data di atas maka buatlah:
1. general journal:
2. general ledger: dan
3. trial balance.

139
Daftar Pustaka
Nuh, Muhamaad & Suhajar Wiyoto (2011). Accounting
Principle. Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia.

140
Profil Penulis
Nijar Kurnia Romdoni, S.E., M.Ak., Ak.
Dosen Politeknik Lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Profesi Indonesia Kampus
Tasikmalaya. Lahir di Tasikmalaya 28 Tahun
silam. Mulai menggeluti bidang akuntansi
sejak menempuh Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan di SMK Negeri 1 Kota
Tasikmalaya. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang
Perguruan Tinggi di D3 Akuntansi Politeknik LP3I
Bandung tahun 2016, S-1 Akuntansi di STIE Cipasung
Tasikmalaya pada tahun 2018, lulus S-2 pada Magister
Akuntansi Universitas Widyatama Bandung tahun 2021
dengan konsentrasi Akuntansi Perpajakan dan penulis
pun telah menyelesaikan Pendidikan Profesi Akuntansi di
Univeritas Widyatama Bandung di tahun 2023.
Pengalaman penulis di bidang akuntansi dan keuangan
adalah pernah menjadi staf akuntansi dari tahun 2015-
2021 disalah satu perguruan tinggi. Saat ini, penulis aktif
sebagai Dosen Tetap Di bidang Akuntansi dan Keuangan
di Politeknik Lembaga Pendidikan dan Pengembangan
Profesi Indonesia Kampus Tasikmalaya dengan
matakuliah yang diampu Accounting Principle,
Intermediate Accounting, Financial Management, Taxation
1 dan Excel For Administration. Selain itu, penulis juga
aktif dalam hal menulis karya ilmiah dan melakukan
pengabdian kepada masyarakat.
E-mail Penulis: romdoni.nijar@plb.ac.id

141
142
10
JURNAL PENYESUAIAN

Anita Nopiyanti, S.E., M.M.


Universitas pembangunan nasional veteran Jakarta

Pengertian Jurnal Penyasuaian


Weygandt, J. J dkk. (2019) menyatakan bahwa jurnal
penyesuaian adalah jurnal yang memiliki fungsi agar
pendapatan yang semestinya telah diperoleh perusahaan,
tercatat pada periode yang seharusnya, juga agar beban
yang dimiliki perusahaan dihitung pada periode yang
semestinya.
Soemarso, S.R. (2004) mengemukakan bahwa neraca
saldo belum menyajikan saldo yang benar dan lengkap
untuk semua akun. Oleh karena itu, jurnal penyesuaian
perlu dibuat agar akun-akun yang ada mencerminkan
keadaan aktiva, kewajiban, beban, pendapatan, dan
modal yang sebenarnya.
Ada dua macam jurnal penyesuaian:
1. jurnal penyesuaian untuk transaksi yang belum
dicatat; dan
2. jurnal penyesuaian untuk mengoreksi saldo akun
tidak mencerminkan keadaaan yang sebenarnya.
Setiap jurnal penyesuaian, akan berpengaruh paling
tidak pada satu akun neraca dan satu akun laba rugi
dalam jumlah yang sama. Dengan demikian, setiap ayat
jurnal penyesuaian akan memengaruhi laba (rugi) bersih.
Apabila dilihat dari pengaruhnya terhadap akun neraca
dan laporan laba rugi, jurnal penyesuaian dapat
digolongkan sebagai berikut.

143
1. Jurnal penyesuaian yang memengaruhi beban dan
utang.
Jurnal penyesuaian ini perlu dibuat karena adanya
beban yang telah terjadi, tetapi belum dicatat. Beban-
beban semacam ini disebut beban yang masih harus
dibayar (accrued expense).
2. Jurnal penyesuaian yang memengaruhi akun beban
dan aktiva.
Jurnal penyesuaian ini, perlu dibuat karena saldo
akun yang sudah ada sudah tidak mencerminkan
keadaan beban dan aktiva yang sebenarnya.
3. Jurnal penyesuaian yang memengaruhi akun
pendapatan dan aktiva.
Jurnal penyesuaian ini, berhubungan dengan
pendapatan yang telah dihasilkan, tetapi belum
dicatat. Kadang-kadang pendapatan ini, disebut
pendapatan yang masih harus diterima (accrued
revenue).
4. Jurnal penyesuain yang memengaruhi akun
pendapatan dan utang.
Jurnal penyesuaian ini, berhuungan dengan saldo
akun pendapatan atau utang yang sudah tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Penerimaan uang untuk pendapatan yang belum
dihasilkan, dan akan menjadi pendapatan dimasa
yang akan datang. Pendapatan jenis ini, disebut
pendapatan diterima di muka (unearned revenues).
Dalam sebuah perusahaan dagang, jurnal penyesuaian
yang biasanya dilakukan pada akhir tahun adalah
1. pemakaian beban dibayar di muka;
2. pemakaian aktiva tetap;
3. pengakuan beban terutang; dan
4. koreksi persediaan.
Pada saat menyiapkan laporan keuangan, masa
ekonomis perusahaan dibagi berdasarkan periode waktu,
misalnya bulanan, triwulan atau tahunan. Konsep
periode akuntansi (accounting period concept),

144
mengharuskan pendapatan dan beban dilaporkan pada
periode yang tepat, akuntan mengacu pada International
Financial Reporting Standarts (IFRS) yang mengharuskan
penggunaan akuntansi berbasis akrual.
Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan dicacat
dalam laporan laba-rugi pada saat pendapatan tersebut
dihasilkan (earned). Sebagai contoh, pendapatan
dilaporkan pada saat layanan telah diberikan kepada
pelanggan. Kas yang telah atau belum diterima dari
pelanggan selama periode. Konsep akuntansi yang
mendukung pencatatan pendapatan seperti ini disebut
konsep pengakuan pendapatam (revenue recognition
concept).
Pada akuntansi berbasis akrual, beban dilaporkan pada
periode yang sama dengan pendapatan yang terkait
dengan beban tersebut. Sebagai contoh, gaji karyawan
dilaporkan sebagai beban pada periode saat karyawan
menyediakan jasa untuk pelanggan, yang tidak harus
sama waktunya dengan saat gaji dibayarkan.
Konsep akuntansi yang mendukung pencatatan
pendapatan dan beban yang terkait dengan pendapatan
tersebut pada periode yang sama, disebut konsep
pemadanan atau prinsip pemadanan.
Meskipun PSAK mengharuskan penggunaan akuntansi
berbasis akrual, beberapa perusahaan menggunakan
akuntansi berbasis kas. Dalam akuntansi berbasis kas,
pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba-
rugi pada periode ketika kas diterima atau dikeluarkan.
Sebagai contoh, biaya (imbalan dicatat ketika kas
diterima dari klien, sementara upah dicatat saat kas
dibayarkan kepada karyawan.
Perusahaan jasa atau perusahaan dagang berskala kecil
dapat menggunakan akuntansi berbasis kas, karena
mereka sedikit memiliki piutang dan utang. Sebagai
contoh, pengacara, dokter, dan agen properti sering
menggunakan basis kas. Bagi perusahaan berskala kecil,
basis kas akan menghasilkan laporan keuangan yang
mirip dengan laporan yang disiapkan menggunakan basis
akrual. Namun, bagi kebanyakan perusahaan besar,

145
akuntansi berbasis kas tidak akan menghasilkan laporan
keuangan yang akurat untuk memenuhi kebutuhan para
pengguna. Oleh karena itu, basis akrual yang akan
digunakan pada pembahasan ini.
Pencatatan jurnal penyesuaian merupakan salah satu
tahap penting dalam siklus akuntansi, karena dengan
jurnal penyesuaian, pencatatan trial balance menjadi up
to date dan komplit.
Weygandt, J.J., dkk. (2019) mengungkapkan bahwa
adanya pencatatan yang tidak komplit ini dimungkinkan
karena di antaranya sebagai berikut.
1. Suatu akun tertentu tidak tercatat secara harian,
karena tidak akan efisien jika dicatat demikian.
Misalnya, pencatatan bertambah dan berkurangnya
produk pada inventory dan pemerolehan gaji
karyawan.
2. Sebagian beban yang dimiliki perusahaan habis
dengan berlalunya waktu. Misalnya, sewa bangunan
dan asuransi.
3. Perusahaan mungkin memiliki barang yang belum
dicatat. Misalnya, ada tagihan layanan yang tidak
dapat diterima sampai periode pencatatan
berikutnya.
Jurnal penyesuaian, biasanya akan dibuat oleh
perusahaan setiap kali perusahaan akan menyusun
laporan keuangan.

Fungsi Jurnal Penyesuaian


Selain memiliki fungsi utama untuk menyesuaikan
berbagai transaksi yang ada pada buku besar, jurnal
penyesuaian juga memiliki beberapa fungsi lain.
1. Fungsi pertama dari jurnal penyesuaian adalah untuk
menentukan akun pendapatan, dan akun beban
dengan penyesuaian yang terjadi selama periode
akuntansi. Dengan begitu, akun nominal tersebut
(pendapatan dan beban) akan memiliki nilai yang up
to date.

146
2. Untuk menyesuaikan pencatatan akun perlengkapan
yang memiliki masa habis pakai.
3. Menghitung penyusutan atau depresiasi nilai dari
akun aktiva tetap yang terjadi selama periode
berjalan.
4. Melakukan pencatatan atas akun beban yang sudah
lewat jatuh tempo atau ketika dia digolongkan sebagai
piutang beban yang perlu dibayar di muka.
5. Perusahaan dapat menyesuaikan pembayaran utang
beban, di mana perusahaan telah menggunakan jasa
namun belum membayar jasa tersebut.
6. Mengetahui nilai akun yang ada di buku besar,
dengan begitu pelaporan laporan keuangan pun
menjadi lebih mudah.
7. Dengan jurnal penyesuaian, kita dapat mengetahui
nilai riil dari suatu aset atau akun lainnya karena
berlalunya waktu. Misalnya, perusahaan dapat
mengetahui nilai aset setelah adanya depresiasi
(penyusutan).

Karakteristik proses Penyesuaian


Akuntansi berbasis akrual mengharuskan pendapatan
dilaporkan pada periode pendapatan tersebut terjadi, dan
beban sesuai dengan pendapatan yang dihasilkannya.
Memperbaharui akun pada akhir periode akuntansi,
disebut proses penyesuaian. Setiap ayat jurnal
penyesuaian memengaruhi akun laporan laba rugi dan
laporan posisi keuangan. Empat jenis akun yang
memerluan ayat jurnal penyesuaian adalah beban dibayar
di muka, pendapatan yang masih akan diterima, dan
beban yang harus dibayar.

Proses Jurnal Penyesuaian


Jurnal penyesuaian biasanya akan dibuat setelah adanya
neraca saldo yang belum disesuaikan. Setelah membuat
neraca saldo tersebut, Anda perlu untuk melakukan
analisis pada setiap akun yang perlu untuk disesuaikan.

147
Untuk memudahkan, perlu untuk menelusuri transaksi
terkait dengan akun yang perlu disesuaikan, kemudian
setelahnya tinggal menyusun jurnal dengan menghitung
perubahan-perubahan yang ada pada akun tersebut.
Apa saja sebenarnya akun-akun yang perlu untuk
disesuaikan? Berikut ini adalah akun-akun yang biasanya
ada pada jurnal penyesuaian beserta dengan contoh soal
dan pencatatannya.

Contoh Soal Jurnal Penyesuaian


1. Beban Dibayar di Muka
Salah satu akun yang perlu disesuaikan pada akhir
periode akuntansi adalah beban dibayar di muka.
Walaupun namanya diawali dengan “beban”, beban
dibayar di muka merupakan salah satu akun yang
termasuk pada golongan aset atau aktiva. Hal ini
terjadi karena beban –seperti asuransi, sewa, dan
sebagainya. Beban ini, dibayarkan dahulu sebelum
kita menikmati manfaat yang melekat pada beban
tersebut.
Seiring berjalannya waktu, manfaat dari pembayaran
di muka ini akan hilang dan akun beban dibayar di
muka perlu untuk disesuaikan ke akun dengan
golongan beban. Dengan jurnal penyesuaian,
dimungkinkan untuk menghitung nilai riil dari aset
yang Anda miliki. Berikut adalah contoh soal
mengenai akun beban dibayar di muka:
Pada neraca saldo, terdapat akun sewa dibayar di
muka senilai Rp4.000.000,00. Pada akhir periode
pencatatan, akun sewa dibayar di muka tersebut
ternyata tinggal Rp3.000.000,00. Dengan
penghitungan ini, kita mengetahui bahwa saldo
senilai Rp1.000.000,00 perlu disesuaikan ke beban
sewa. Berikut pencatatannya.

148
2. Perlengkapan
Perlengkapan merupakan akun yang termasuk
golongan aktiva atau harta atau dapat juga disebut
aset. Benda yang termasuk pada akun perlengkapan
ini adalah barang yang dibeli untuk kebutuhan
operasional perusahaan. Namun, tidak dijual kembali
dan memiliki masa pemakaian kurang dari satu
tahun.
Pada akhir periode pencatatan akuntansi, akun
perlengkapan perlu untuk disesuaikan untuk
mengetahui nilai riil dari suatu perlengkapan.
Penghitungan akun perlengkapan biasanya,
dilakukan dengan menghitung sisa perlengkapan
yang masih ada secara fisik. Berikut ini adalah contoh
soal untuk jurnal penyesuaian akun perlengkapan.
Akun perlengkapan pada suatu perusahaan memiliki
saldo sejumlah Rp5.000.000,00. Setelah akhir periode
akuntansi, ternyata perlengkapan memiliki nilai
Rp3.300.000,00. Dengan begitu, saldo perlengkapan
senilai Rp1.700.000,00 perlu disesuaikan pada akun
beban perlengkapan. Di bawah ini adalah
pencatatannya.
Tanggal Keterangan Akun Ref Debit Kredit

31 Des Beban Rp1.700.000,00


2021 Perlengkapan
Perlengkapan Rp1.700.000,00

3. Piutang Pendapatan
Akun yang perlu untuk disesuaikan pada akhir
periode pencatatan akuntansi selanjutnya adalah
piutang pendapatan. Piutang pendapatan adalah
akun di mana perusahaan memiliki suatu pendapatan
yang telah menjadi hak mereka. Namun, pendapatan
itu belum diterima secara lunas oleh perusahaan.
Pencatatan jurnal penyesuaian pada transaksi ini
contoh soalnya adalah berikut ini.
Perusahaan X melakukan penjualan produk jasa
secara kredit senilai Rp5.000.000,00. Dengan begitu,
perusahaan perlu untuk menambahkan

149
Rp5.000.000,00 sebagai piutang beban.
Pencatatannya adalah berikut ini.
Tanggal Keterangan Akun Ref Debit Kredit
31 Des Piutang Rp5.000.000,00
2021 Pendapatan
Pendapatan Rp5.000.000,00
Jasa

4. Pendapatan Diterima di Muka


Selanjutnya, akun yang perlu untuk disesuaikan
lainnya adalah pendapatan diterima di muka. Akun
pendapatan diterima di muka ini, terjadi ketika
konsumen melakukan pembayaran dulu, namun
belum mendapatkan jasa atau barang yang telah
menjadi hak mereka.
Bagi sisi perusahaan, pendapatan diterima di muka
ini diakui sebagai suatu utang bukan sebagai
“pendapatan”. Hal ini karena perusahaan masih
memiliki kewajiban dalam memenuhi pesanan dari
konsumen.
Jurnal penyesuaian dibutuhkan ketika perusahaan
telah memenuhi sebagian maupun keseluruhan dari
kewajibannya. Nantinya, jumlah pendapatan diterima
di muka akan diakui sebagai pendapatan jasa setelah
perusahaan menunaikan utangnya melalui jurnal
penyesuaian. Berikut ini adalah contoh soal dan
pencatatan untuk akun pendapatan diterima di
muka.
Perusahaan Y memiliki suatu saldo akun pendapatan
diterima di muka senilai Rp8.000.000,00. Saat akhir
periode akuntansi ternyata perusahaan telah
melunasi jasanya pada konsumen senilai
Rp3.500.000,00. Dengan begitu, perusahaan masih
memiliki utang pendapatan senilai Rp4.500.000,00.
Tanggal Keterangan Akun Ref Debit Kredit

31 Des Pendapatan Rp3.500.000


2021 Diterima di Muka
Pendapatan Jasa Rp3.500.000

150
5. Depresiasi Peralatan
Hal lain yang perlu untuk diperiksa dalam
penyusunan jurnal penyesuaian adalah peralatan
perusahaan. Peralatan didefinisikan sebagai benda
yang dibeli oleh perusahaan untuk tidak dijual
kembali dan memiliki masa pakai lebih dari satu
tahun.
Penyusutan pada peralatan perlu dicatat pada akhir
periode pencatatan agar perusahaan mengetahui nilai
riil dari peralatan. Berikut ini adalah contoh soal
terkait penyusutan peralatan. Perusahaan Z memiliki
peralatan yang nilainya menyusut sebesar
Rp2.000.000,00 dari yang sebelumnya bernilai
Rp5.000.000,00. Dengan ini berarti peralatan masih
memiliki nilai sebesar Rp2.000.000,00. Pencatatan
kasus ini adalah sebagai berikut.
Tanggal Keterangan Akun Ref Debit Kredit
31 Des Beban Penyusutan Rp2.000.000
2021 Peralatan
Akumulasi Penyusutan Rp2.000.000
Peralatan

Jurnal penyesuaian membantu penyesuaian laporan


keuangan menjadi lebih akurat. Melalui jurnal ini,
perusahaan dapat melakukan penyesuaian atas akun
seperti pendapatan dan beban dengan nilai yang riil
dan up to date.

Contoh Soal Jurnal Penyesuaian


Ayat Jurnal Penyesuaian (Adjusment Entries) adalah
jurnal yang dibuat dalam proses pencatatan perubahan
saldo dalam akun, sehingga saldo mencerminkan jumlah
yang sebenarnya.
Mengapa harus dilakukan penyesuaian? Apakah saldo
akun sebelum disesuaikan tidak mencerminkan saldo
yang sebenarnya? Jawabannya ya, saldo akun yang ada
pada neraca harus disesuaikan terlebih dahulu, karena
belum mencerminkan saldo yang sebenarnya.

151
Mengapa demikian? Alasannya, karena dalam
pencatatannya, jurnal yang dicatat tidak terlepas dari
ketidaksesuaian maupun kesalahan nominal. Maka dari
itu, perlu adanya penyesuaian dan koreksi dari transaksi
yang dicatat oleh perusahaan dan dibuktikan melalui
pembuatan jurnal.
Penyesuaian dibutuhkan untuk mengetahui kejelasan
beban dan pendapatan yang harus diakui pada periode
tertentu, dengan mengacu pada prinsip pengakuan
pendapatan dan prinsip penandingan (matching concept).
Berikut ini beberapa akun yang memerlukan penyesuaian
sebelum digunakan sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan:
1. beban yang masih harus dibayar (utang beban);
2. beban dibayar di muka (persekot);
3. piutang pendapatan;
4. pendapatan diterima di muka (utang);
5. penyusutan (depresiasi);
6. perlengkapan yang digunakan; dan
7. kerugian piutang.

152
Gambar 10.1 Jurnal Penyesuaian

Neraca Saldo Disesuaikan


Setelah semua ayat jurnal penyesuaian dicatat, maka
proses sekanjutnya tidak berbeda dengan proses
penyelesaian neraca lajur yang biasa dilakukan. Setiap
saldo akun yang ada dikolom neraca, ditambah atau
dikurangi dengan jurnal penyesuaianyang ada, sehingga
akan diperoleh saldo yang telah disesuaikan dalam kolom
neraca saldo disesuaikan. Saldo-saldo dalam kolom ini,
kemudian dipindahkan ke kolom neraca atau laporan laba
rugi tergantung pada jenis akun yang bersangkutan.
Laporan keuangan dibuat dari kolom neraca dan laporan
laba rugi.

153
Daftar Pustaka
Soemarso S.R. (2004). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi
lima (Revisi) Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Weygandt, J. J., Kieso, D. E., Kimmel, P. D., Trenholm, B.,
Warren, V., & Novak, L. (2019). Accounting Principles.
New York: John Wiley & Sons.
https://id.quora.com/Bagaimana-tips-memahami-Ayat-
Jurnal-Penyesuaian-AJP-pada-pelajaran-akuntansi

154
Profil Penulis
Anita Nopiyanti, S.E., M.M.
Telah menamatkan program sarjana dan
pascasarjananya di Fakultas Ekonomi
UPN”Veteran” Jakarta. Saat ini, penulis
mengabdi sebagai Dosen di Unversitas
tempat penulis mengenyam
pendidikan.Untuk menambah kompetensi di bidang
perbankanbeliau mengikuti sertifikasi profesi dibidang
perbankan. Pada tahun 2002-2010 penulis menjabat
sebagai kepala laboratorium pada program studi
Akuntansi Diploma., Pada tahun 2010-2018 penulis
dipercaya kembali untuk menjadi kepala Laboratorium
program Studi Akuntansi sarjana. Dalam dunia karya
ilmiah, beliau telah berkontribusi dalam penulisan modul
“Praktika Akuntansi” dan beberapa dalam publikasi jurnal
ilmiah nasional dan international yang berjudul “Financial
ratio and business cycle in property and real estate
companies listed at In donesian stock exchange”, Faktor
yang memengaruhi struktur modal serta pengaruhnya
terhadap harga saham perusahaan manufaktur, The
influence of profitability, leverage and company size on
corporate social responsibility disclosure.
E-mail Penulis: anita.nopiyanti@upnvj.ac.id

155
156
11
NERACA LAJUR

Mutiara Kemala Ratu, S.E., M.S.Ak., Ak.


Universitas Indo Global Mandiri

Definisi Neraca Lajur


Neraca lajur atau juga bisa disebut kertas kerja
(worksheet) merupakan suatu format kertas berkolom
yang berguna dalam mempermudah penyusunan saldo
akun laporan keuangan, dengan terlebih dahulu
menyusun ringkasan ayat jurnal penyesuaian.
Penggunaan neraca lajur oleh akuntan, dilakukan untuk
mengumpulkan dan meringkas data yang diperlukan
dalam menyiapkan beragam analisis dan laporan. Hal ini
dilakukan, agar dapat mempermudah pemahaman alur
data akuntansi dari neraca saldo sebelum penyesuaian
sampai penyusunan laporan keuangan, pada akhir
periode akuntansi secara manual. Dengan begitu,
kesalahan seperti terlupakannya salah satu ayat jurnal
penyesuaian diharapkan dapat terhindar.
Penyusunan neraca lajur menjadi alat yang berguna,
meskipun bukan termasuk bagian pencatatan akuntansi
formal. Perlakuan yang berbeda dengan bagan akun,
jurnal, dan buku besar, di mana hal tersebut menjadi
bagian penting dalam sistem akuntansi. Selain dapat
dibuat secara manual atau melalui aplikasi Microsoft
Excel, neraca lajur atau kertas kerja biasanya dapat
dibuat melalui program kertas kerja di komputer.

157
Manfaat Neraca Lajur

Pada perusahaan yang cukup besar dengan jumlah akun


dan penyesuaian yang juga banyak, neraca lajur akhir
periode memang diperlukan dan sangat berguna. Akan
tetapi, untuk perusahaan kecil di mana jumlah akun dan
penyesuaian yang sedikit, penyusunan neraca lajur akhir
periode masih belum begitu diminati. Perusahaan dapat
langsung membuat laporan keuangan, setelah
mendapatkan neraca saldo yang disesuaikan tanpa harus
membuat neraca lajur akhir periode, karena jumlah akun
dan penyesuaian yang dimiliki mereka masih sedikit
(transaksi keuangan operasional perusahaan masih
belum terlalu rumit).
Beberapa alasan mengapa perusahaan memilih untuk
menggunakan neraca lajur akhir periode sebagai alat
bantu dalam menyusun laporan keuangan adalah karena
manfaat sebagai berikut:
1. mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam penyusunan laporan keuangan;
2. menghubungkan akun dan penyesuaian serta
pengaruhnya terhadap laporan keuangan; dan
3. membantu pelaksanaan audit atas laporan keuangan
dalam hal kegiatan perencanaan dan
pengorganisasian audit.

Format Neraca Lajur


Penyusunan neraca lajur dilakukan dengan membuat
lima lajur, di mana tiap lajur lajur terbagi menjadi dua
kolom debit dan kolom kredit, sehingga secara total
terdapat sepuluh kolom. Format Neraca Lajur dapat
dilihat pada Tabel 11.1.

158
Tabel 11.1 Format Neraca Lajur

Nama perusahaan dituliskan pada baris paling atas.


Setelah itu, dilanjutkan dengan judul neraca lajur beserta
periode waktu yang dilaksanakan. Selanjutnya, tuliskan
nama akun diikuti kolom berikut.
1. Kolom Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
Setelah membuat sesuai ketentuan di atas, langsung
masukkan neraca saldo ayat jurnal yang belum
disesuaikan pada kolom pertama neraca saldo
(setelah kolom nama akun). Lakukan penjumlahan di
bawahnya, untuk memastikan keseimbangan saldo
debit dan kredit, di mana kedua saldo debit dan kredit
haruslah sama jumlahnya.
2. Kolom Penyesuaian
Kolom selanjutnya adalah tempat neraca saldo ayat
jurnal penyesuaian dimasukkan pada kolom kedua
yaitu kolom penyesuaian.
3. Kolom Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Pada kolom ketiga di sini dilakukan penyesuaian
dengan menambahkan atau mengurangkan neraca
saldo ayat jurnal di kolom neraca saldo, sebelum
penyesuaian dengan neraca saldo ayat jurnal di kolom
penyesuaian. Lakukan penjumlahan pada baris
bawah kolom, untuk melihat keseimbangan saldo
debit dan kredit. Seperti pada kolom pertama, yaitu
neraca saldo sebelum penyesuaian, harus dipastikan
pada kolom ini bahwa total debit sama dengan total
kredit.
4. Kolom Laporan Keuangan (Laporan Laba Rugi dan
Laporan Posisi Keuangan)

159
Neraca lajur diselesaikan dengan melakukan
pemindahan neraca saldo ayat jurnal pada kolom
neraca saldo setelah penyesuaian pada kolom laporan
keuangan, yaitu laporan laba rugi dan laporan posisi
keuangan. Pemindahan saldo ayat jurnal dilakukan
berdasarkan klasifikasi masing-masing akun di
dalamnya. Kolom laporan laba rugi dapat berisi
neraca saldo ayat jurnal untuk akun pendapatan dan
beban, sedangakan untuk kolom laporan posisi
keuangan dapat berisi neraca saldo ayat jurnal untuk
akun aset, liabilitas, modal, dan prive.
Tabel 11.2
Neraca Saldo PT Terang Pesona
Kas 11.120.000
Piutang 1.900.000
Persediaan barang 9.200.000
Perlengkapan 840.000
Iklan dibayar di muka 1.200.000
Peralatan usaha 3.900.000
Utang Usaha 3.600.000
Sewa Diterima di Muka 1.285.000
Modal Saham 4.600.000
Laba ditahan 9.686.800
Dividen 3.000.000
Penjualan 30.640.000
Retur penjualan 542.800
Diskon penjualan 1.768.000
Pembelian 13.516.200
Transport pembelian 464.000
Retur pembelian 740.000
Diskon pembelian 269.800
Beban gaji 1.030.000
Beban utilitas 1.953.400
Beban Listrik 387.200

160
Tabel 11.4 Neraca Lajur Sampai Kolom Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

161
Tabel 11.5 Neraca Lajur Sampai Kolom Laporan Keuangan

162
Tabel 11.6 Neraca Lajur Sampai Perhitungan Laba atau Rugi Tahun Berjalan

163
Tahap Penyusunan Neraca Lajur
1. Memasukkan Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam
menyusun neraca lajur adalah dengan memasukkan
neraca saldo akun-akun yang ada pada buku besar
perusahaan sesuai dengan debit kredit masing-
masing akun. Sebagai ilustrasi, tabel 11.2 merupakan
neraca saldo untuk PT Terang Pesona pada tangal 31
Desember 2021. Tahap pertama yang dilakukan
adalah memindahkan akun-akun tersebut ke dalam
format tabel Neraca Lajur seperti yang dapat dilihat
pada Tabel 11.3.
2. Memasukkan Penyesuaian
Tahap kedua yang dilakukan setelah memasukkan
neraca saldo yang belum disesuaikan di kolom
pertama adalah memasukkan penyesuaian di kolom
kedua. Tabel 11.4 menunjukkan neraca lajur dengan
kolom penyesuaian. Pengisian angka saldo akun
secara silang (ditunjukkan oleh huruf) antara debit
dan kredit pada penyesuaian akun digunakan untuk
mempermudah pemeriksaan neraca lajur, sehingga
dapat pula membantu dalam pencatatan ayat-ayat
jurnal mana saja yang harus dimasukkan ke dalam
jurnal.
Penyesuaian akun yang dilakukan dalam kolom
penyesuaian tidaklah harus secara berurutan. Akan
tetapi, biasanya para akuntan melakukan
penyesuaian akun dengan mengurutkan berdasarkan
kesiapan data yang ada. Jika ketika melakukan
penyesuaian terdapat nama akun yang tidak ada
dalam neraca saldo, maka nama akun tersebut harus
dimasukkan ke dalam kolom Nama Akun setelah
jumlah neraca saldo yang belum disesuaikan.
Berikut merupakan pembahasan ayat-ayat jurnal
dalam kolom Penyesuaian di Neraca Lajur:

164
a. Persediaan Barang. Akun persediaan barang
sebelum penyesuaian mempunyai saldo
Rp9.200.000,00, kemudian ketika dilakukan
perhitungan fisik, persediaan barang yang masih
ada digudang berjumlah sebesar Rp7.263.600,00.
Hal ini berarti terdapat selisih dari pencatatan
akun neraca saldo sebelum penyesuaian dengan
jumlah sebenarnya.
Jumlah neraca saldo persediaan barang harus
disesuaikan dengan jumlah sebenarnya
persediaan barang dengan melakukan
penambahan atau pengurangan persediaan
barang melalui penempatan jumlah saldo akun di
debit atau kredit. Berkurangnya jumlah saldo
akun persediaan barang, menandakan bahwa
penyesuaian dilakukan dengan menambahkan
saldo akun Persediaan Barang pada kolom Kredit
sesuai dengan jumlah selisih saldo, yaitu
Rp1.936.400 (Rp9.200.000,00 − Rp7.263.600,00),
sedangkan untuk lawannya, yaitu penempatan
pada kolom Debit adalah akun Harga Pokok
Penjualan.
Tidak adanya akun tersebut dalam neraca saldo
yang belum disesuaikan, maka dilakukan
penambahan akun di bawah jumlah neraca saldo
yang belum disesuaikan sebesar Rp1.936.400,00.
b. Perlengkapan. Akun perlengkapan yang dicatap
perusahaan pada mulanya adalah Rp840.000,00.
Namun, ketika di tanggal pencatatan terbaru
dilakukan pengecekan, ternyata Perlengkapan
yang tersisa berjumlah Rp513.800,00. Untuk
menyesuaikan selisih penurunan saldo sebesar
Rp326.200,00 (Rp840.000,00 − Rp513.800,00)
dari pencatatan tersebut, maka harus
dimasukkan akun Perlengkapan dalam kolom
Kredit sebesar Rp326.200,00 sesuai dengan
selisih besar saldo, sedangkan untuk kolom Debit,
akun yang harus dimasukkan adalah akun Beban
Perlengkapan dengan besar saldo yang sama.

165
Akun beban perlengkapan harus terlebih dahulu
dimasukkan sebagai akun tambahan, di baris
setelah penjumlahan neraca saldo yang belum
disesuaikan karena belum adanya akun pada
Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian.
c. Iklan dibayar di Muka. Akun Iklan dibayar di
Muka yang dilakukan pada tanggal 1 November
2021 untuk jangka waktu 4 tahun adalah sebesar
Rp1.200.000,00. Pencatatan akhir periode
dilakukan pada tanggal 31 Desember 2021, maka
nilai iklan yang telah diterima jasanya sampai saat
itu (selama 2 bulan dalam setahun) adalah
𝑅𝑝1.200.000 2
sebesar Rp50.000,00 ( 4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 × 12).
Nilai ini adalah pengurang nilai saldo akun iklan
dibayar di muka, sehingga akun Iklan dibayar di
Muka sebesar Rp50.000,00 akan dimasukkan
dalam kolom Kredit. Untuk lawannya di kolom
Debit, dimasukkan akun Beban Iklan dengan
besar saldo Rp50.000,00. Sama seperti akun
beban perlengkapan pada soal (b) karena belum
ada, akun beban iklan harus terlebih dahulu
dimasukkan sebagai akun tambahan di baris
setelah penjumlahan neraca saldo yang belum
disesuaikan.
d. Sewa Diterima di Muka. Pendapatan sewa untuk
sewa 1 tahun yang diterima di Muka pada tanggal
1 Juli 2021 adalah sebesar Rp1.285.000,00.
Ketika pencatatan di akhir periode tanggal 31
Desember 2021 maka jasa sewa telah diberikan
selama 6 bulan sebesar Rp642.500,00 (
𝑅𝑝1.285.000 6
1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
× 12 ). Oleh karena itulah dilakukan
penyesuaian dalam kolom Debit untuk akun Sewa
Diterima di Muka sebesar Rp642.500,00,
sedangkan akun Pendapan Sewa sebesar
Rp642.500,00 di tambahkan pada kolom Kredit
setelah baris penjumlahan neraca saldo yang
belum disesuaikan karena akun tersebut belum
ada pada Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian.

166
e. Gaji. Saldo gaji yang belum dibayarkan atau yang
masih terutang oleh perusahaan merupakan
beban yang harus dimasukkan dalam kolom Debit
dengan akun Beban Gaji sebesar gaji yang masih
terutang yaitu sebesar Rp378.000,00. Nama akun
Utang Gaji harus dimasukkan pada kolom Nama
Akun setelah baris penjumlahan neraca saldo
yang belum disesuaikan, karena akun tersebut
belum ada pada Neraca Saldo Sebelum
Penyesuaian.
Besar saldo akun Utang Gaji yang dimasukkan di
kolom Kredit sebesar Rp378.000,00 menandakan
bahwa perusahaan masih memiliki hutang atas
beban gaji tersebut.
f. Penyusutan. Peralatan kantor dengan harga
perolehan sebesar Rp3.900.000,00 mengalami
penyusutan sebesar 5%, yaitu senilai
Rp195.000,00. Penyesuaian dilakukan dengan
menambahkan akun Beban Penyusutan
Peralatan pada kolom Debit dan akun Akumulasi
Penyusutan—Peralatan pada kolom Kredit
sebesar Rp195.000,00. Kedua nama akun ini
harus ditambahkan dalam Kolom Nama Akun
setelah baris penjumlahan neraca saldo yang
belum disesuaikan karena kedua akun belum ada
pada Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian.
3. Membuat Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Tahap ketiga pembuatan Neraca Lajur adalah dengan
melakukan penyusunan kolom Neraca Saldo Setelah
Penyesuaian. Hal ini dilakukan dengan
menambahkan atau mengurangkan data saldo akun
yang sudah dimasukkan sebelumnya pada kolom
Penyesuaian dengan kolom Neraca Saldo Sebelum
Penyesuaian.
Ketika kedua kolom memiliki akun yang berada pada
saldo Debit, maka saldo pada kolom Neraca Saldo
Setelah Penyesuaian adalah berasal dari penjumlahan
kedua saldo dengan penempatan saldo juga di Debit.
Sama dengan ketika saldo akun di kedua kolom

167
berada pada Kredit, maka saldo pada kolom Neraca
Saldo Setelah Penyesuaian juga berada di kredit
dengan melakukan penjumlahan akun pada kedua
kolom. Namun, jika saldo akun pada kolom Neraca
Saldo Sebelum Penyesuaian dengan kolom
Penyesuaian berbeda letaknya (ada yang di Debit ada
yang di Kredit) maka saldo akun pada kolom Neraca
Saldo Setelah Penyesuaian didapatkan dengan
mengurangkan saldo (selisih saldo) dari akun
tersebut.
Tabel 11.4 menunjukkan Neraca Lajur sampai dengan
pengisian kolom Neraca Saldo Setelah Penyesuaian.
4. Membuat Laporan Laba Rugi dan Laporan Posisi
Keuangan Melalui Neraca saldo Akun-akun pada
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Tahapan selanjutnya dalam pembuatan Neraca Lajur
adalah dengan memindahkan jumlah Neraca Saldo
Setelah penyesuaian ke kolom Laporan Laba Rugi dan
Laporan Posisi Keuangan. Jumlah pendapatan dan
beban dipindahkan ke kolom Laporan Laba Rugi,
sedangkan untuk akun-akun aset, liabilitas dan
ekuitas ditempatkan pada kolom Laporan Posisi
Keuangan. Akun apa saja yang termasuk dalam
pendapatan dan beban, serta aset, liabilitas, dan
ekuitas pada ilustrasi PT Terang Pesona dapat dilihat
langsung pada Tabel 11.5.
5. Menghitung Laba atau Rugi Neto pada Laporan
Keuangan dalam Neraca Lajur
Tahapan terakhir dalam pembuatan Neraca Lajur
adalah dengan menjumlahkan saldo di sisi Debit
dengan sisi Kredit pada kolom Laporan Laba Rugi.
Selisih dari penjumlahan tersebut merupakan laba
tahun berjalan ketika saldo pada sisi Kredit (akun-
akun pendapatan) lebih besar daripada sisi Debit
(Akun-akun beban), sedangkan penjumlahan dapat
berupa rugi tahun berjalan ketika sebaliknya, saldo
pada sisi Debit lebih besar daripada sisi Kredit.

168
Sejalan dengan konsep ini selisih pada kolom Laporan
Posisi Keuangan juga memperlihatkan laba atau rugi
tahun berjalan perusahaan. Hanya saja kebalikan
dari kolom Laporan Laba Rugi, laba tahun berjalan
diperlihatkan ketika saldo pada sisi Debit lebih besar
daripada sisi Kredit, sedangkan rugi tahun berjalan
diperlihatkan ketika sisi Kredit lebih besar daripada
sisi Debit. Perhitungan Laba ataupun rugi tahun
berjalan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 11.6.

169
Daftar Pustaka
Catur Sasongko, et al. (2019). Akuntansi Suatu
Pengantar-Berbasis PSAK Buku 1 . Jakarta: Salemba
Empat.
Reeve, James R., Warren, Carl S., Duchac, Jonathan E.,
Wahyuni, Ersa T., Soepriyanto, Gatot., Jusuf, Amir.,
dan Djakman, C. D. (2009). Pengantar Akuntansi -
Adaptasi Indonesia. Jakarta Selatan: Salemba
Empat.

170
Profil Penulis
Mutiara Kemala Ratu, S.E., M.S.Ak., Ak.
Memulai Pendidikan Strata I Ekonomi
jurusan Akuntansi di Universitas Sriwijaya
pada tahun 2012 dan menyelesaikan pada
tahun 2016. Keinginan penulis mendalami
ilmu di bidangnya membuat penulis
memutuskan untuk langsung melanjutkan ke
jenjang Pendidikan Magister pada Ilmu Akuntansi di
tahun yang sama. Pendidikan magister ditempuh penulis
selama kurang lebih 2 tahun di Universitas Indonesia dan
diselesaikan pada tahun 2018. Berkutat masih di bidang
yang sama, penulis bekerja di bidang Pendidikan sebagai
dosen pendidik di Universitas Indo Global Mandiri
Palembang di tahun 2019 pada progam studi akuntansi.
Selama menjadi dosen di bidang ilmu akuntansi, beberapa
mata kuliah yang pernah di ajar penulis dalam bidang
akuntansi adalah pengantar akuntansi, akuntansi
keuangan menengah serta akuntansi manajemen. Dalam
menjalani profesi sebagai dosen, penulis sudah beberapa
kali menerbitkan artikel ilmiah serta beberapa modul yang
digunakan sebagai bahan ajar. Beberapa artikel yang
pernah diterbitkan masih berkutat di bidang akuntansi
umum, keuangan, serta pajak, sedangkan untuk modul
yang pernah di buat sebagai bahan ajar adalah pada mata
kuliah pengantar akuntansi.
E-mail Penulis: mutiarakemala.ratu@uigm.ac.id

171
172
12
LAPORAN KEUANGAN
PERUSAHAAN JASA

Enny Kartini, M.Pd.


IKIP PGRI Kalimantan Timur

Pendahuluan
Sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan
usahanya, memerlukan informasi keuangan sebagai
bahan untuk mengukur keberhasilan usaha yang telah
dijalankannya (Akadiati, 2022). Adapun beberapa
indikator keberhasilan perusahaan dalam mengelola
kegiatan usahanya adalah yang pertama adanya
laba/profit yang diperoleh pada setiap periode dengan
tingkat profitabilitas yang diharapkan lebih tinggi
daripada suku bunga yang berlaku (Noviyanti & Ruslim,
2021).
Indikator yang kedua adalah adanya penambahan modal
yang disebabkan oleh adanya laba yang telah diperoleh
pada periode yang bersangkutan. Dengan demikian, akan
diperoleh informasi bahwa modal awal yang dikelola
menunjukkan perkembangan dengan adanya
penambahan modal pada akhir periode.
Indikator yang ketiga adalah posisi keuangan perusahaan
dalam kondisi kuat/stabil, misalnya ditunjukkan dengan
tingkat likuiditas yang baik yaitu perbandingan harta
lancar dengan hutang lancar dengan rasio perbandingan
harta lancar yang lebih tinggi, dibandingkan dengan
hutang lancar. Artinya, jika hutang lancar telah jatuh
tempo, perusahaan mempunyai kemampuan untuk
membayarnya (Ariyanti, 2020).

173
indikator yang keempat adalah arus penerimaan dan
pengeluaran kas yang bagus adalah ketika saldo arus kas
masuk lebih besar diperoleh dari kegiatan operasional dan
saldo kegiatan penerimaan balas jasa pembiayaan
(Yocelyn & Christiawan, 2012). Semua indikator tersebut,
hanya dapat diperoleh dari informasi keuangan yang
dihasilkan dari kegiatan akuntansi.
Adapun yang dimaksud dengan akuntansi adalah sebuah
proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
pelaporan berupa informasi keuangan yang sangat
diperlukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan tersebut (Wardayati, 2016). Berdasarkan
definisi akuntansi tersebut, maka kegiatan akuntansi
dimulai dari proses pencatatan yaitu melakukan
penjurnalan setiap transaksi keuangan yang terjadi dalam
perusahaan yang harus didukung oleh bukti transaksi
(Harmain et al., 2019), kemudian melakukan
penggolongan yang disebut dengan pemindahbukuan
semua transaksi yang telah dijurnal ke dalam buku besar
sesuai dengan nama akun yang dipakai dalam jurnal
(Prasetyo & Wulandari, 2020).
Selanjutnya, peringkasan yaitu proses pengambilan data
saldo di masing-masing akun buku besar yang disebut
dengan penyusunan neraca saldo. Pada bagian
peringkasan ini, akan terlihat keseimbangan semua akun
yang menempati sisi debit dan sisi kredit. Sisi debit akan
ditempati oleh akun harta dan akun biaya yang saldo
normalnya harus berada di debit, sedangkan sisi sebelah
kredit akan ditempati oleh akun hutang, akun modal dan
akun pendapatan di mana saldo normal ketiga akun
tersebut, berada di sebelah kredit.
Proses berikutnya adalah melakukan penyesuaian, jika
ada akun yang harus dimutakhirkan saldonya pada akhir
periode, seperti akun perlengkapan yang telah dipakai dan
juga adanya penyusutan bagi peralatan yang akan
menimbulkan akun biaya penyusutan peralatan. Setelah
penyesuaian, disusun lagi neraca saldo yang telah
disesuaikan dan dilanjutkan membuat neraca lajur yang
akan membantu penyusunan laporan keuangan pada
tahap selanjutnya, yaitu proses pelaporan.

174
Pada proses pelaporan merupakan proses output yang
dihasilkan oleh kegiatan akuntansi, karena pada proses
inilah semua informasi keuangan akan dapat dilihat dan
diinterpretasikan, sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan dapat
mengambil sebuah keputusan (Ismail, 2022).
Proses akuntansi berikutnya setelah pelaporan adalah
melakukan penutupan pada akun biaya dan pendapatan
serta prive (pengambilan pribadi) yang semuanya jika
ditutup ketiga akun tersebut akan memengaruhi akun
modal. Jika penutupan tersebut menunjukkan laba,
maka akan menambah modal, sedangkan jika rugi akan
mengurangi modal, begitu juga dengan adanya
pengambilan pribadi akan mengurangi modal yang telah
disetorkan.
Laporan keuangan sangat diperlukan oleh pihak intern
dan ekstern (Hariyani, 2016). Pihak-pihak yang
berkepentingan tersebut, di antaranya manajer
perusahaan sebagai pihak intern perusahaan yang berhak
untuk mengetahui dan menilai perusahaannya sedang
berjalan dengan baik atau tidak. Adapun pihak ekstern,
di antaranya investor yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan untuk mengambil keputusan
menanamkan dana yang dimilikinya, untuk berinvestasi
dalam perusahaan tersebut, pihak kreditor yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk
mengambil keputusan memberikan pinjaman kepada
perusahaan yang bersangkutan.
Pihak ekstern berikutnya adalah pemerintah yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan, dalam
rangka kewajiban pajak bagi perusahaan atas laba usaha
yang telah diperolehnya.
Uraian di atas telah menyebutkan istilah laporan
keuangan yang dapat dijadikan sebagai alat
ukur/indikator keberhasilan perusahaan, maka
selanjutnya akan dibahas definisi dari laporan keuangan
itu sendiri. Laporan keuangan merupakan sebuah laporan
yang berisi informasi keuangan tentang kinerja
perusahaan dalam satu periode, yang dihasilkan dari

175
proses akuntansi yang benar dan informasi keuangan
tersebut, sangat diperlukan sebagai sumber informasi
dalam mengambil keputusan bagi berbagai pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Laporan
keuangan yang beisi informasi keuangan tersebut terdiri:
1. laporan laba rugi;
2. laporan perubahan ekuitas/modal;
3. laporan neraca (laporan posisi keuangan perusahaan);
dan
4. laporan arus kas.
Pada bagian selanjutnya, akan dibahas lebih lanjut
mengenai empat jenis laporan keuangan beserta contoh
yang sederhana dari laporan keuangan yang dihasilkan
pada sebuah perusahaan jasa.

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang


isinya melaporkan efektivitas perusahaan suatu periode
akuntansi. Jika laporan laba rugi tersebut, menunjukkan
laba di mana pendapatan lebih besar dibandingkan
dengan biaya, maka perusahaan telah menjalankan
kegiatan usaha pada periode tersebut dengan efektivitas
kinerja yang baik. Begitu juga jika hal sebaliknya terjadi,
yaitu jika pendapatan lebih kecil dari biaya oprasional
maka perusahaan telah menjalankan kegiatan usaha
pada periode tersebut dengan efektivitas kinerja yang
kurang baik.
Data yang digunakan dalam menyusun laporan laba rugi
adalah data yang berasal dari neraca saldo yang telah
disesuaikan. Akun yang dimasukan dalam laporan rugi
laba adalah akun pendapatan dan akun biaya. Akun
pendapatan dan akun biaya merupakan jenis akun
nominal. Akun nominal adalah sebuah akun di mana
pada akhir periode saldonya bernilai nol agar pada awal
periode akun tersebut, tidak tercampur dengan periode
sebelumnya.

176
Saldo pendapatan dan saldo biaya tersebut, ditutup pada
akhir periode pada akun sementara yaitu akun ikhtisar
rugi/laba. Akun pendapatan ditutup di sebelah debit dan
sebelah kredit akun ikhtisar rugi/laba. Saldo biaya
ditutup di sebelah kredit dan di sebelah debit ditempati
akun ikhtisar rugi/laba, kemudian jika ikhtisar rugi laba
lebih besar sebelah kredit, maka menunjukkan
perusahaan dalam keadaan memperoleh laba, sehingga
ketika akun sementara ikhtisar rugi laba ditutup berada
di sebelah debit dan di sebelah kredit adalah akun modal.
Dengan meletakkan akun modal di sebelah kredit,
menunjukkan modal mengalami penambahan karena
akun modal rumusnya adalah bertambah di sebelah
kredit dan berkurang di sebelah debit. Hal sebaliknya, jika
perusahaan mengalami kerugian jika akun sementara
ikhtisar rugi laba ditutup berada di sebelah kredit dan
akun modal berada di sebelah debit, yang menunjukkan
modal perusahaan berkurang karena perusahaan
mengalami kerugian.
Pendapatan yang dapat diakui sebagai penerimaan bagi
perusahaan ada dua jenis, yaitu
1. pendapatan yang diperoleh dari kegiatan operasional
utama perusahaan. Misalnya perusahaan jasa
“Bengkel Mobil”, maka pendapatan adalah
pendapatan jasa reparasi mobil karena kegiatan
utama perusahaan adalah memberikan jasa reparasi
mobil; dan
2. pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar
operasional utama perusahaan. Misalnya perusahaan
jasa “Bengkel Mobil” di atas menjual peralatan
bengkel yang telah using, maka hasil penjualan aktiva
peralatan tersebut merupakan pendapatan lain-lain di
luar usaha utama perusahaan.
Begitu juga dengan biaya, dapat digolongkan menjadi dua
jenis biaya, yaitu
1. biaya yang dikeluarkan untuk membiaya kegiatan
operasional utama perusahaan. Misalnya pada
perusahaan jasa “Bengkel Mobil”, biaya operasional

177
utamanya adalah membayar gaji karyawan mekanik
dan biaya penyusutan peralatan bengkel, serta biaya
lainnya yang berkaitan langsung dengan kegiatan
operasional perusahaan; dan
2. biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan di
luaroperasional utama perusahaan. Misalnya, masih
diambil contoh pada perusahaan jasa “Bengkel Mobil”,
biaya di luar kegiatan utama perusahaan adalah biaya
bunga dan biaya asuransi.
Berdasarkan jenis pendapatan dan biaya tersebut, maka
laporan rugi laba dapat dibuat dalam dua bentuk.
1. Bentuk Single Step
Dalam laporan rugi laba bentuk single step ini, akun
pendapatan disajikan dengan mengurutkan
pendapatan utama dan pendapatan di luar usaha,
dan dijumlahkan sebagai total pendapatan
perusahaan, kemudian urutan berikutnya adalah
melaporkan urutan akun biaya yang juga diurutkan
dari biaya operasional utama dan biaya di luar
kegiatan utama (biaya administrasi), dan
menghasilkan total biaya usaha. Selanjutnya,
mengurangkan total pendapatan dengan total biaya
usaha.
2. Bentuk Multiple Step
Dalam laporan rugi laba bentuk multiple step ini, akun
pendapatan disajikan terpisah antara pendapatan
utama dan pendapatan di luar usaha. Akun
pendapatan utama disajikan terlebih dulu kemudian
dikurangkan dengan total biaya utama kegiatan
operasional perusahaan yang hasilnya disebut
laba/rugi kotor. Berikutnya pendapatan di luar usaha
dikurangi dengan biaya di luar usaha yang hasilnya
disebut laba/rugi di luar usaha, kemudian laba/rugi
kotor dijumlahkan dengan laba/rugi di luar usaha
menghasilkan laba bersih sebelum pajak.

178
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas/modal adalah bagian dari
hasil proses akuntansi yang melaporkan tentang kondisi
akhir ekuitas/modal yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan dalam satu periode akuntansi. Perubahan
yang terjadi dalam modal perushaan disebabkan oleh
adanya laba atau rugi yang diperoleh perusahaan yang
besarnya sesuai dengan laporan rugi/laba yang telah
dibuat sebelumnya. Oleh karena itu, laporan keuangan
yang pertama kali buat adalah laporan rugi/laba karena
dengan mengetahui rugi/laba, maka tahap selanjutnya
perubahan modal akan diketahu besarnya.
Jika perusahaan mendapatkan laba, modal akan
bertambah. Jika perusahaan mendapatkan kerugian,
modal perusahaan akan berkurang. Selain itu, yang
menyebabkan perubahan modal adalah adanya prive
(pengambilan pribadi) oleh pemilik perusahaan, yaitu
akan menyebabkan modal yang telah disetorkan akan
berkurang jumlahnya.
Susunan dalam laporan perubahan modal adalah dengan
menyajikan modal pada awal periode terlebih dahulu,
kemudian menambah laba atau mengurangi rugi yang
diperoleh perusahaan selama periode yang bersangkutan.
Setelah itu, jumlah modal yang telah ditambah/dikurang
dengan laba/rugi, dikurangkan dengan prive pada periode
tersebut, dan hasilnya menunjukkan modal akhir
perusahaan pada periode yang bersangkutan.

Laporan Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan
kekuatan posisi keuangan suatu perusahaan yang
menampilkan sisi aktiva dan pasiva perusahaan. aktiva
merupakan susunan komposisi harta yang dibelanjakan
yang sumber dananya berasal dari sisi pasiva yang
merupakan susunan sumber dana perusahaan, untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Sumber dana
perusahaan, dapat berupa modal sendiri dan hutang
kepada pihak lain.

179
Akun yang disajikan dalam neraca adalah akun riil, yaitu
akun aktiva (harta), akun hutang (kewajiban), dan akun
modal (ekuitas). Akun riil adalah akun yang saldonya
muncul pada awal periode dengan saldo normal untuk
akun aktiva adalah di sebelah debit, sedangkan akun
hutang dan akun modal bersaldo di sebelah kredit dengan
posisi yang harus seimbang aktiva harus sama dengan
hutang ditambah dengan modal (Aktiva = Hutang + Modal
atau Aktiva = Pasiva).
Neraca mempunyai dua bentuk laporan.
1. Neraca Bentuk Stuffel
Bentuk neraca ini, sering disebut juga dengan neraca
bentuk laporan, yaitu bentuk neraca yang disajikan
secara berurut dari atas ke bawah, yang diawali paling
atas adalah melaporkan data akun kelompok akun
aktiva, kemudian setelah selesai akun aktiva
selanjutnya adalah akun yang merupakan kelompok
pasiva, yaitu akun hutang dan akun modal.
2. Neraca Bentuk Scontro
Neraca bentuk scontro adalah bentuk neraca yang
menyajikan sisi aktiva bersebelahan dengan sisi
pasiva (sisi kiri untuk aktiva dan sisi kanan untuk
pasiva). Untuk sisi kanan bagian pasiva, yang
disajikan terlebih dahulu adalah akun hutang setelah
itu baru akun modal, kemudian dijumlahkan yang
besarnya harus sama seimbang dengan sisi aktiva.

Laporan Arus Kas


Selanjutnya, Laporan Arus Kas hanya dapat disusun
ketika informasi-informasi yang ada dalam tiga laporan
sebelumnya telah diselesai dibuat, karena arus kas bersih
nilainya harus sama dengan nilai kas yang tercantum di
neraca, agar diperoleh nilai kas yang sama maka data-
datanya diambil dari semua informasi yang ada dalam
laporan Rugi Laba, Perubahan Modal dan Neraca (Kartini,
2022).

180
Laporan Arus Kas merupakan laporan keuangan yang
menjelaskan secara rinci mengenai arus penerimaan yang
bersumber dari mana saja, dan arus pengeluaran kas
yang menguraikan ke mana saja kas tersebut digunakan
untuk berbagai aktivitas perusahaan selama periode
akuntansi. Informasi tentang arus kas ini sangat penting
bagi pihak intern perusahaan khususnya pimpinan atau
manajer perusahaan, dalam rangka melihat
kemampuan/kinerja perusahaan dalam membiayai
kegiatan perusahaan.
Selanjutnya, untuk pihak ekstern, seperti investor untuk
melihat kinerja perusahaan dalam membayarkan bagi
hasil atas dana yang diinvestasikan dalam perusahaan,
kemudian pihak kreditur juga sangat memerlukan
informasi arus kas bersih, guna menilai kinerja
perusahaan dalam kemampuannya membayar utang
ketika jatuh tempo. Jadi, tidak hanya melihat besarnya
laba yang diperoleh dalam laporan rugi laba. Akan tetapi,
yang lebih penting adalah kemampuan kas bersih yang
tersedia di dalam perusahaan untuk membiayai aktivitas
perusahaan selanjutnya (Webster, 2003).
Total kas bersih yang diperoleh dalam perusahaan
merupakan penjumlahan antara arus kas yang diperoleh
dari aktivitas operasional perusahaan yang merupakan
aktivitas utama dari tujuan utama didirikannya
perusahaan tersebut, kemudian arus kas dari aktivitas
investasi perusahan dan arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan perusahaan yaitu sumber dana
pendirian dan pengembangan perusahaan (Kartini, 2022).

Contoh Laporan Keuangan


Pembahasan pada bagian ini adalah contoh dari empat
laporan keuangan yang yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya. Data yang diperlukan untuk menyusun
laporan keuangan berasal dari neraca saldo setelah
penyesuaian. Berikut adalah neraca saldo setelah
penyesuaian dengan ilustrasi contoh yang diambil dari
Mursyidi (2015).

181
Tabel 12.1
Fitness Centre Citra
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
31 Mei 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)
No.
NamaAkun Debit Kredit
Akun
101 Kas 10.272 -
102 Piutang Usaha 1.600 -
103 Sewa Dibayar Dimuka 4.800 -
121 Peralatan 20.000 -
201 Utang Usaha - 12.000
301 Modal Dian - 17.400
302 Prive 480 -
401 Pendapatan Jasa Fitness - 10.600
503 Biaya Reparasi Mobil 200 -
505 Biaya Rupa-rupa 248 -
504 By. Penys. Peralatan 200 -
122 Akm. Penys. Peralatan - 200
502 Biaya Gaji 1.600 -
202 Gaji Terutang - 1.600
501 Biaya Sewa 2.400 -
Jumlah 41.800 41.800
Berdasarkan data yang ada dalam Neraca Saldo Setelah
Penyesuaian di atas, maka dapat disusun laporan
keuangan berupa laporan Laba/Rugi, yaitu mengambil
data akun pendapatan dan akun biaya yang terjadi pada
perusahaan Fitnes Centre Citra selama periode Mei 2008.
Berikut Laporan Laba/Rugi yang dapat disusun
berdasarkan data di atas dalam bentuk Single Step pada
gambar 12.2 dan bentuk Multiple Step pada gambar 12.3
di bawah ini.

182
Tabel 12.2
Laporan Laba/Rugi Single Step
Fitness Centre Citra
Laporan Laba/Rugi
31 Mei 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)

Tabel 12.3
Laporan Laba/Rugi Multiple Step
Fitness Centre Citra
Laporan Laba/Rugi
31 Mei 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)

Setelah laporan laba/rugi telah dibuat, laporan


berikutnya yang dapat disusun adalah laporan perubahan
modal dengan mengambil data laba yang diperoleh dari
laporan laba/rugi yang telah dibuat sebelumnya. Berikut
laporan perubahan ekuitas/modal yang dapat dilihat
pada gambar 12.4 di bawah ini.

183
Tabel 12.4
Fitness Centre Citra
Laporan Laba Perubahan Modal
31 Mei 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)

Berdasarkan laporan perubahan modal di atas, terlihat


bahwa modal Dian mengalami penambahan sebesar
Rp5.472.000,00 dari selisih laba usaha yang diperoleh
dengan prive yang dilakukan selama periode tersebut,
sehingga modal akhirnya berjumlah Rp22.872.000,00.
Laporan berikutnya yang harus disusun adalah laporan
neraca yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan
berdasarkan akun riil yaitu akun aktiva, akun hutang dan
akun modal dengan besarnya modal berdasarkan modal
akhir periode yang terdapat pada laporan perubahan
modal di atas. Berikut laporan neraca yang dicontohkan
berdasarkan bentuk Stuffel pada gambar 12.5 dan bentuk
Scontro yang dapat dilihat pada gambar 12.6 di bawah ini.
Tabel 12.5
Laporan Neraca Bentuk Stuffle
Fitness Centre Citra
Neraca
31 Mei 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)

184
Tabel 12.6
Laporan Neraca Bentuk Sconto
Fitness Centre Citra
Neraca
31 Mei 2008

Laporan keuangan yang dapat disusun selanjutnya


adalah laporan arus kas, yaitu laporan yang menjelaskan
arus masuk dan arus keluar kas yang jumlahnya harus
sesuai dengan saldo yang tertera dalam laporan neraca.
Berdasarkan laporan neraca yang telah dibuat maka
dapat dilihat saldo kas adalaha sebesar Rp10.272.000,00,
untuk menjelaskan aliran masuk dan aliran keluar kas,
maka data yang diperlukan adalah semua laporan
keuangan yang telah dibuat sebelumnya yaitu laopran
laba/rugi, laporan perubahan modal dan laporan neraca.
Berikut laporan arus kas yag dapat dilihat pada gambar
12.7 di bawah ini.

185
Tabel 12.5
Laporan Arus Kas
Fitness Centre Citra
Laporan Arus Kas
31 Desember 2009

Berdasarkan gambar 12.7 di atas, dapat dilihat bahwa


arus kas bersih dari kegiatan operasional adalah sebesar
Rp13.352.000,00, arus kas keluar dari kegiatan investasi
sebesar Rp20.000.000,00, sedangkan arus kas bersih dari
kegiatan pendanaan adalah sebesar Rp16.920.000,00.
Jika dijumlahkan kas perusahaan Fitness Centre Citra
adalah sebesar Rp10.272.000,00, jumlah ini sesuai
dengan jumlah saldo yang tertera pada laporan neraca.

186
Daftar Pustaka
Akadiati, V. A. P. (2022). Arti Penting Analisis Laporan
Keuangan. In Mengukur Kinerja Perusahaan Melalui
Analisis Laporan Keuangan. Purbalingga: Eureka
Media Aksara.
Ariyanti, K. (2020). Analisis Laporan Keuangan Sebagai
Alat Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT.
Dzaky Indah Perkasa Cabang Sungai Tabuk. JIEB:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 6(2), 218–226.
http://ejournal.stiepancasetia.ac.id/index.php/jieb
Hariyani, D. S. (2016). Pengantar Akuntansi I (Teori &
Praktik). Yogyakarta: Aditya Media Publishing.
Harmain, H., Nurlaila, Safrida, L., Sufitrayati,
Alfurkaniati, Ermawati, Y., Ikhsan, A., Olivia, H.,
Jubi, & Nurwani. (2019). Pengantar Akuntansi 1.
Edisi 3 (3rd ed.). Jakarta: Madenatera Qualified
Publisher.
Ismail, V. (2022). Teknik dan Tahapan Analisis Laporan
Keuangan. In Mengukur Kinerja Perusahaan Melalui
Analisis Laporan Keuangan. Purbalingga: Eureka
Media Aksara.
Kartini, E. (2022). Analisis Arus Kas. In Dasar-Dasar
Pengelolaan Keuangan. Bandung: Media Sains
Indonesia.
Mursyidi, M. (2015). Akuntansi Dasar (R. Sikumbang, Ed.).
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Noviyanti, D., & Ruslim, H. (2021). Pengaruh Struktur
Modal, Profitabilitas, Rasio Aktivitas Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan,
3(1), 34–41.
Prasetyo, M. S., & Wulandari, E. (2020). Pengantar
Akuntansi. Jakarta: Penebar Media Pustaka.
Wardayati, S. M. (2016). Pengantar Akuntansi Perusahaan
Jasa, Dagang & Koperasi. Malang: Selaras Media
Kreasindo.

187
Webster, W. H. (2003). Accounting for Managers.
www.briefcasebooks.com
Yocelyn, A., & Christiawan, Y. J. (2012). Analisis Pengaruh
Perubahan Arus Kas dan Laba Akuntansi Terhadap
Return Saham pada Perusahaan Berkapitalisasi
Besar. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2), 81–90.

188
Profil Penulis
Enny Kartini, M.Pd.
Lahir pada tanggal 21 April 1981 di
Banjarmasin. Gelar Sarjana Pendidikan (S-1)
yang diperoleh dari Universitas Lambung
Mangkurat Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) unlam Jurusan Pendidikan IPS
Program Studi Pendidikan Ekonomi pada tahun 2003.
Gelar Magister Pendidikan (S-2) diperoleh dari Universitas
Lambung Mangkurat Jurusan Manajemen Pendidikan
pada tahun 2010. Menjadi tenaga pengajar pada IKIP
PGRI Kalimantan Timur pada Program Studi S-1
Pendidikan Ekonomi sejak tahun 2005 sampai sekarang.
Matakuliah yang pernah diampu adalah Dasar-Dasar
Akuntansi, Akuntansi Koperasi, Manajemen Keuangan,
Pengantar Ilmu Ekonomi, Ekonomi Mikro dan Makro,
Manajemen Sumber Daya. Penulis sering mengadakan
kegiatan Pengabdian kepada masyarakat mengenai
peningkatan kemampuan menyusun laporan keuangan
berdasarkan proses akuntansi.
E-mail Penulis: ennykartini@ikippgrikaltim.ac.id

189
190
13
JURNAL PENUTUP DAN
JURNAL PEMBALIK

Shinta Widyastuti, S.E., Ak., M.Acc., CA.


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Siklus akuntansi yang telah dibahas pada bab


sebelumnya merupakan rangkaian proses yang dilakukan
untuk menghasilkan laporan keuangan yang akan
digunakan oleh pengguna baik pihak internal maupun
pihak eksternal. Jurnal penutup merupakan proses akhir
dari siklus akuntansi, seperti terlihat pada siklus
akuntansi di bawah ini.

Gambar 13.1 Siklus Akuntansi

Jurnal Penutup (Closing Entries)


Jurnal penutup disusun untuk mempersiapkan laporan
keuangan tahun berikutnya. Saldo pada akun di laporan
posisi keuangan yang dihasilkan dari siklus akuntansi,
akan selalu dibawa dari tahun ke tahun, karena akun-
akun yang ada di dalam laporan posisi keuangan bersifat

191
permanen (permanent account). Berbeda halnya dengan
saldo akun-akun yang ada di dalam laporan laba rugi.
Saldo akun dalam laporan laba rugi hanya menunjukkan
saldo ditahun yang bersangkutan saja, tidak bisa dibawa
untuk tahun-tahun berikutnya (C. S. Warren et al., 2014).
Akun-akun yang hanya dilaporkan untuk satu tahun saja
disebut juga akun sementara (temporary account).

Gambar 13.2 Jurnal Penutup


Pada awal tahun atau awal periode berikutnya akun-akun
sementara ini, harus memiliki saldo nol. Untuk
mengenolkan akun sementara ini maka saldo akun-akun
sementara perlu ditransfer ke akun permanen dengan
membuat jurnal penutup. Proses jurnal penutup ini dapat
dilakukan melalui empat tahap (C. Warren et al., 2016)
1. mendebit seluruh saldo pendapatan, lalu mengkredit
seluruh saldo pendapatan ke akun income summary;
2. mendebit seluruh saldo beban ke akun income
summary, lalu mengkredit seluruh saldo beban;
3. mendebit akun income summary dan mengkredit akun
retained earning sebesar saldo laba bersih atau
mendebit akun retained earning dan mengkredit akun
income summary sebesar saldo rugi bersih; dan
4. mendebit retained earning sebesar saldo dividen, lalu
mengkredit akun dividen dengan jumlah yang sama.
Income summary merupakan akun sementara yang hanya
digunakan selama proses jurnal penutup. Pada awal
periode akun income summary tidak memiliki saldo, pada
proses penyusunan jurnal penutup akun income summary
akan didebit dan dikredit sejumlah saldo tertentu. Pada
akhir proses jurnal penutup, saldo akun income summary
akan dinolkan atau ditutup dan tidak memiliki saldo lagi.

192
Ilustrasi Jurnal Penutup
Pada praktiknya, jurnal penutup dilakukan pada akhir
periode akuntansi. Adapun ilustrasi jurnal penutup
disajikan seperti di bawah ini.
PT Merdeka merupakan salah satu perusahaan jasa
menutup pencatatan akuntansi setiap setahun sekali.
Pada akhir periode 31 Desember, PT Merdeka akan
menyusun jurnal penutup.
Tabel 13.1 Jurnal Penutup pada Perusahaan Jasa

Saldo akun income summary yang ditutup ke retained


earning pada jurnal (3) merupakan saldo laba bersih atau
total saldo akun pendapatan pada jurnal (1) dikurang total
saldo akun beban pada jurnal (2).
Sama halnya dengan perusahaan jasa, perusahaan
dagang pun harus menyusun jurnal penutup. Proses
penyusunan jurnal penutup pada perusahaan dagang,
sama dengan proses penyusunan jurnal penutup pada
perusahaan jasa. Hanya saja ada akun-akun pada
perusahaan dagang yang tidak ada pada perusahaan jasa.

193
Berikut adalah ilustrasi penyusunan jurnal penutup pada
perusahaan dagang. PT Shaki merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan. PT
Shaki menutup pencatatan akuntansinya setahun sekali.
Pada akhir 31 Desember PT Shaki akan menyusun jurnal
penutup sebagai berikut.
Tabel 13.2 Jurnal Penutup pada Perusahaan Dagang

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Post-Closing Trial


Balance)
Setelah proses penyusunan dan posting jurnal penutup
selesai, perusahaan dapat menyusun neraca saldo setelah
penyesuaian (Weygandt et al., 2019). Setelah jurnal
penutup diposting dan dinolkan saldonya, maka yang
tersisa hanya akun-akun permanen, sehingga neraca
saldo setelah penyesuaian ini berisi saldo akun-akun
permanen tersebut.
Tujuan disusunnya neraca saldo setelah penutup adalah
untuk memastikan persamaan saldo akun-akun
permanen yang akan disajikan untuk periode selanjutnya.
Ilustrasi dari neraca saldo setelah penyesuaian untuk PT
Merdeka adalah sebagai berikut.

194
Tabel 13.3 Neraca saldo Setelah Penyesuaian

Neraca saldo setelah penutupan untuk perusahaan jasa


dan perusahaan dagang tidak berbeda. Saldo debit dan
kredit pada neraca saldo setelah penyesuaian harus
seimbang (balance). Jika tidak seimbang berarti ada yang
salah dalam perhitungan saldonya. Saldo akun retained
earning pada neraca saldo setelah penutupan diperoleh
dari selisih saldo retained earning pada jurnal (2) yang
berada di posisi kredit sebesar Rp340.000.000,00 dan
saldo retained earning pada jurnal (1) yang berada diposisi
debit sebesar Rp75.000.000,00 (Tabel 13.1).
Saldo yang berada di posisi kredit lebih besar daripada
saldo di posisi debit, maka saldo retained earning pada
neraca saldo setelah penyesuaian berada di kredit. Jika
diilustrasikan ke dalam buku besar retained earning
adalah sebagai berikut.

195
Tabel 13.4 Ilustrasi Buku Besar Retained Earning

Retained Earning

(3) Rp340.000.000
(4) Rp75.000.000

Bal. Rp265.000.000

Jurnal Pembalik (Reversing Entries)


Jurnal pembalik tidak masuk ke dalam siklus akuntansi.
Jurnal pembalik ini, tidak wajib untuk dibuat karena
tanpa jurnal pembalik pun laporan keuangan dapat
disajikan dengan benar dan perusahaan dapat
melanjutkan pencatatan untuk periode selanjutnya
dengan benar. Jurnal pembalik merupakan jurnal yang
dibuat sebagai lawan atau untuk membalik jurnal
penyesuaian yang telah dibuat pada akhir periode
sebelumnya.
Bagi perusahaan yang menambah satu tahapan
pencatatan lagi, berupa jurnal pembalik maka jurnal ini
akan dibuat pada awal periode berikutnya. Beberapa
akuntan menyarankan untuk membuat jurnal pembalik,
tujuannya adalah untuk menyederhanakan pencatatan ke
depannya untuk transaksi yang berhubungan dengan
jurnal penyesuaian tertentu, sehingga meminimalkan
kesalahan pencatatan.
Sebagai ilustrasi, untuk jurnal pembalik adalah sebagai
berikut. PT Merdeka merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang jasa, memiliki kebijakan
pembayaran gaji karyawan setiap 10 hari kerja
dibayarkan dihari berikutnya. Adapun transaksi terkait
pembayaran gaji karyawan adalah sebagai berikut.

196
1. Pada tanggal 29 Desember PT merdeka membayar gaji
karyawannya sebesar Rp4.000.000,00 untuk 10 hari
kerja, yaitu dari tanggal 19 Desember sampai 28
Desember.
2. Pada tanggal 31 Desember, gaji yang sudah menjadi
beban adalah sebesar Rp1.200.000,00 PT Merdeka
akan membayar gaji pada tanggal 8 Januari tahun
berikutnya.
3. Pada tanggal 8 Januari, PT Merdeka membayar gaji
karyawannya sebesar Rp4.000.000,00.
Tabel 13.5 Perbandingan Jurnal Pembalik dan Tanpa
Jurnal Pembalik

Ilustrasi jurnal pembalik PT Merdeka disajikan dalam dua


pencatatan akuntansi untuk mempermudah memahami
perbedaannya. Sisi sebelah kiri adalah pencatatan yang
tidak menggunakan jurnal pembalik dan sisi sebelah
kanan adalah pencatatan yang menggunakan jurnal

197
pembalik. Dari tabel 13.5 dapat dilihat bahwa pencatatan
yang menggunakan jurnal pembalik maupun yang tidak
menggunakan jurnal pembalik pada tanggal 29 Desember
dan 31 Desember tidak ada perbedaan.
Pada awal periode berikutnya yaitu tanggal 1 Januari, PT
Merdeka yang menggunakan jurnal pembalik akan
membuat jurnal yang berlawanan dengan jurnal
penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya. PT Merdeka
mendebit hutang gaji sebesar Rp1.200.000,00 dan
mengkredit beban gaji sebesar Rp1.200.000,00.
Mengkredit beban gaji merupakan hal yang tidak biasa,
karena untuk beban biasanya akan dijurnal pada posisi
debit. Hal ini dilakukan untuk mengnolkan saldo hutang
gaji dan beban gaji yang telah dijurnal pada jurnal
penyesuaian.
Tabel 13.6 Buku Besar Hutang Gaji dan Beban Gaji

Dengan melakukan jurnal pembalik, maka seakan-akan


jurnal penyesuaian yang telah dibuat pada tanggal 31
Desember tidak dilakukan, sehingga ketika PT Merdeka
harus membayar gaji ditanggal 8 Januari, maka
pembayaran gaji tersebut dicatat secara penuh sebesar
Rp4.000.000,00, sama seperti pencatatan ditanggal 29
Desember. Jika tidak menggunakan jurnal pembalik,
ketika dilakukan pembayaran gaji sebesar
Rp4.000.000,00, maka PT Merdeka harus menyesuaikan
saldo yang dicatat.

198
Hutang gaji yang diakui pada tanggal 31 Desember harus
dinolkan karena gaji telah dibayarkan, sehingga mendebit
hutang gaji sebesar Rp1.200.000,00. Beban gaji yang
telah dicatat pada tanggal 31 Desember hanya sebesar
Rp1.200.000,00 sehingga masih perlu ditambahkan lagi
sebesar Rp2.800.000,00 dengan mendebit beban gaji. Dari
penjelasan ini, dapat terlihat bahwa jika perusahaan
membuat jurnal pembalik akan lebih menyederhanakan
pencatatan ketika membayar gaji dibanding tidak
membuat jurnal pembalik.
Selain transaksi terkait hutang gaji dan beban gaji, jika PT
Merdeka mengakui adanya pendapatan ditanggal 31
Desember yang masih belum diterima pembayarannya,
maka dapat juga dilakukan jurnal pembalik. Contohnya
jika PT Merdeka pada tanggal 31 Desember mencatat
pendapatan sebesar Rp1.000.000,00 yang baru akan
dibayarkan di Bulan Januari, maka jurnal penyesuaian
yang dibuat adalah mendebit Piutang usaha sebesar
Rp1.000.000,00 dan mengkredit pendapatan sebesar
Rp1.000.000,00. Jurnal pembalik yang akan dibuat
adalah sebagai berikut.

Jurnal Penyesuaian:
Piutang usaha Rp1.000.000
Pendapatan usaha Rp1.000.000

Jurnal Pembalik:
Pendapatan usaha Rp1.000.000
Piutang usaha Rp1.000.000

Ketika PT Merdeka menerima pembayaran atas


pendapatan usahanya maka akan mendebit kas dan
mengkredit piutang usaha masing-masing sebesar
Rp1.000.000,00.

Jurnal Penerimaan pembayaran:


Kas Rp1.000.000
Piutang usaha Rp1.000.000

199
Daftar Pustaka
Warren, C., Reeve, J., & Duchac, J. (2016). Accounting 27e.
USA: South-Western, Cengage Learning.
Warren, C. S., Reeve, J. M., & Duchac, J. E. (2014).
Corporate Financial Accounting. USA: South-Western
Cengage Learning.
Weygandt, J. J., Kimmel, P. D., & Kieso, D. E. (2019).
Financial Accounting. New York: John Wiley.

200
Profil Penulis
Shinta Widyastuti, S.E., Ak., M.Acc., CA.
Penulis lahir di Jambi, pada tanggal 13 Maret
1984. Pendidikan yang telah ditempuh
adalah Sarjana Akuntansi di Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta pada Tahun
2006, Profesi Akuntansi Universitas Gadjah Mada pada
Tahun 2008, dan Magister Akuntansi Terapan Universitas
Gadjah Mada pada Tahun 2011. Memulai karir di PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk pada Tahun 2008-2018.
Saat ini penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta dan
mengampu mata kuliah Pengantar Akuntansi, Akuntansi
Keuangan, Akuntansi Syariah, dan Akuntansi Perbankan.
Penulis juga aktif sebagai Bendahara di Lembaga Kajian
Ekonomi dan Bisnis (LKEB) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UPN Veteran Jakarta dan Wakil Ketua Tax Center UPN
Veteran Jakarta Buku yang pernah ditulis oleh penulis
adalah Praktikum Pengantar Akuntansi 1, Praktikum
Pengantar Akuntansi 2, Praktikum Pengantar Akuntansi
Untuk Mahasiswa Non Akuntansi yang digunakan
internal pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran
Jakarta. Book Chapter yang pernah ditulis oleh penulis
adalah Pengantar Perbankan Syariah Konsep, Regulasi, &
Praktis, Akuntansi Syariah, dan Uang & Perbankan.
E-mail Penulis: shinta.widyastuti@upnvj.ac.id

201
202
14
KAS

Hendrik ES Samosir, S.E., Ak., M.Ak., CA.


Universitas HKBP Nomensen

Pendahuluan
Dari segi akuntansi, yang dimaksud dengan kas adalah
segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan)
yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai
alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.
Termasuk kas adalah harta entitas yang berupa uang
tunai, cek dan bilyet giro maupun surat-surat lain yang
dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Kas dalam
entitas merupakan harta yang paling lancar (likuid),
sehingga dalam neraca ditempatkan pos yang paling atas
dalam kelompok aktiva.
Dalam pelaporan saldo kas ke dalam neraca dilaporkan
sebesar saldo yang tercantum dalam buku besar. Saldo
kas akhir dalam buku besar dapat dihitung dengan
menghitung saldo kas awal ditambah jumlah penerimaan
kas dan dikurangi jumlah pengeluaran kas. Terdapat
beberapa defenisi yang perlu untuk diketahui (Hans
Kartikahadi dkk., 2019)
1. Kas
Terdiri atas kas (cash on hands) dan rekening giro
(demand deposits). Kas dapat berupa uang yang
berada di entitas (kas kecil) maupun kas yang
disimpan pada rekening bank (Bank) yang dapat
diambil sewaktu waktu.

203
2. Kas Kecil
Terjadi jika entitas biasanya melakukan transaksi
pengeluaran uang dengan jumlah kecil. Entitas
menggunakan kas kecil sebagai mekanisme
pengendaliannya. Pengeluaran kas kecil misalnya
untuk membeli perangko, materai, atau pembelian
lainnya yang bersifat tidak material.
3. Bank
Saldo kas yang tersedua pada rekening entitas di bank
yang dapat sewaktu waktu diperguankan. Kas pada
bank ini, dapat juga berupa restricted cash atau kas
yang dibatasi tujuan penggunanannya.
4. Restricted Cash
Kas yang dibatasi adalah kas yang dicadangkan
karena akan diguankan oleh entitas untuk tujuan
tertentu uang telah ditetapkan. Contohnya adalah kas
yang dicadangkan untuk pembayaran dividen, atau
utang yang akan segera jatuh tempo.
5. Setara Kas
Setara kas adalah investasi jangka pendek yang siap
dikonversikan ke kas dan dekat dengan tanggal jatuh
temponya, sehingga tidak memberikan risiko yang
signifikan pada suku tingka bunga. Namun, setara
kas bukanlah kas. Akan tetapi, dapat dikatakan
setara kas karena dapat dikonversikan mejadi kas
pada waktu dekat.

Pengendalian Intern Penerimaan Kas

Uang kas dalam entitas merupakan hal yang sangat


sensitif, karena kalau penanganan uang entitas dari
penerimaan uang dan penyimpanannya, dan pencatatan
akuntansi sampai pengeluaran uang dipegang oleh satu
orang dapat mengakibatkan penyalahgunaan uang
perusahaan menjadi pengeluaran pribadi oleh pemegang
kas. Oleh karena itu, penerimaan uang dengan membuat
sistem penerimaan uang entitas dan penyimpanan serta

204
pencatatan akuntansinya dan pengeluaran jangan sampai
dilakukan atau dipegang oleh satu karyawan.
Bila hal ini terjadi, kemungkinan besar akan terjadi
penyelewengan uang perusahaan maka perlu adanya
sistem pengendalian penerimaan kas yang baik untuk
menghindari penyelewengan-penyelewengan yang tidak
diinginkan. Dengan demikian, perlu adanya pemisahan
bagian penerimaan uang dan penyimpanan (kasir) serta
pencatatan akuntansinya, misal bagian-bagian sendiri
dari mulai penerimaan kas baik dari hasil penjualan
maupun dari hasil penerimaan pelunasan debitur dan
penyimpanan uang serta pencatatan akuntansi dan pihak
yang berwenang untuk mengeluarkan uang.
Setelah adanya sistem penerimaan kas dan pengeluaran
kas, maka dalam setiap perhitungan uang antara saldo
menurut kasir dengan saldo kas menurut bagian
akuntansi harus menunjukkan saldo yang sama.

Selisish Kas
Rekening kas dalam buku besar bisa berarti untuk kas di
tangan dan kas yang ada di bank. Dalam pemeriksaan
saldo kas, antara saldo kas yang ada di entitas dengan
saldo kas yang ada di bank harus dipisah dan diperiksa
sendiri-sendiri. Kas yang ada di entitas (cash on hand)
yang dipegang oleh kasir akan diadakan pemeriksaan
(cash opname) baik berupa uang kertas maupun uang
logam.
Dalam pemeriksaan saldo kas antara yang sesungguhnya
(hasil cash opname) menurut pemegang kas dengan
menurut catatan akuntansi harus sama, kalau terjadi
saldo kas tidak sama maka saldo tersebut tanggung jawab
kasir yang harus ditutupinya. Akan tetapi, bila selisih
saldo kas antara saldo menurut catatan kedua bagian
tersebut masih bisa ditolerir karena selisihnya beberapa
rupiah bisa disamakan dengan mencatat selisih tersebut
kedalam rekening “Selisih Kas” (Cash Short and Over).
Misalnya, bila uang menurut hasil stok opname saldo dari
pemegang kas lebih kecil dari saldo menurut catatan
akuntansi, maka kas perusahaan menurut catatan

205
akuntansi harus dikurangi. Misalkan saldo kas menurut
catatan akuntansi sebesar Rp6.785.500,00 ternyata hasil
stock opname kas menurut kasir (pemegang uang)
saldonya sejumlah Rp6.785.400,00 dan kasir tidak mau
menggantinya. Dengan demikian, agar dalam laporan
neraca kas yang tercantum yang sebenarnya di kasir. Kas
menurut catatan akuntansi dikurangi sebesar Rp100,00
dengan membuat jurnal penyesuaian berikut ini:
Selisih kas Rp100,00
Kas Rp100,00
Bila uang menurut hasil stok opname kas yang ada di
tangan kasir lebih besar dari menurut catatan, maka kas
perusahaan menurut catatan akuntansi harus ditambah
dengan membuat jurnal:
Kas Rpxxx
Selisih kas Rpxxx
Stock opname kas di bank (cash in bank) harus diadakan
penyesuaian dengan rekening koran yang diterima dari
bank dengan membuat rekonsilisasi bank yang akan
diterangkan berikutnya.

Pengendalian Intern Pengeluaran Kas


Perlu adanya sistem pengeluaran kas, agar terhindar dari
penyalahgunaan pengeluaran uang. Ada beberapa cara
atau sistem untuk mengendalikan pengeluaran-
pengeluaran kas entitas agar dapat terkendali. Misalnya,
uang entitas yang masih tersimpan dalam entitas dalam
jumlah banyak yang akan mengundang tangan yang tidak
diinginkan. Dengan demikian, salah satu usahanya untuk
mengendalikannya adalah uang entitas sebaiknya
disimpan dalam bank dengan cara membuka rekening
koran di bank.
Entitas dapat memberi cek maupun bilyet giro dari bank
tersebut yang nantinya digunakan sebagai alat
pembayaran baik untuk membayar utang maupun untuk
pembelian-pembelian barang atau lain-lainnya. Jadi,
entitas dalam membayar utang tinggal menarik cek atau

206
bilyet giro, begitu pula dalam penerimaan-penerimaan
uang dari pihak luar dapat menggunakan cek atau bilyet
giro untuk dipindahbukukan ke rekening kita.
Selanjutnya, bank setiap akhir periode akan memberikan
salinan rekening koran kepada entitas untuk
memberitahukan bahwa saldo uang entitas di bank
sebesar yang tercantum dalam rekening koran. Rekening
koran adalah catatan uang entitas yang ada di bank dari
saldo awal, penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-
pengeluaran uang dan saldo akhir. Salinan rekening
koran yang diterima dari bank akan disesuaikan dengan
catatan saldo kas di bank menurut catatan entitas. Bila
saldo catatan menurut entitas tidak sama dengan saldo
yang ditunjukkan dari saldo rekening koran bank, maka
perlu diadakan penyesuaian dengan cara membuat
rekonsiliasi bank dan penyesuaiannya.

Rekonsiliasi Bank
Pengelolaan kas pada entitas biasanya, melibatkan bank
karena sangat berisiko menempatkan uang tunai yang
besar di dalam kantor entitas. Salah satu alat atau cara
untuk mengendalikan pengeluaran kas agar bisa
terkendali, maka entitas dalam menjalankan keluar
masuknya uang harus melalui bank. Dengan demikian,
maka entitas harus membuka rekening koran (bank
statement) di bank dengan lebih dahulu menyetorkan
uang sebagai saldo pertama di bank, dan dalam buku
besar entitas sebaiknya membuka rekening kas dua
macam yaitu kas di tangan (cash on hand) dan kas di bank
(cash in bank). Akibatnya, semua pengeluaran uang
entitas harus menggunakan cek yang harus
sepengetahuan dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang dalam perusahaan tersebut.
Keluarnya uang dengan cek dalam entitas akan dicatat
oleh entitas di sebelah kredit pada rekening kas di bank,
sedangkan oleh bank, akan dicatat di sebelah debit yang
merupakan pengurangan uang nasabah. Sebaliknya,
penyetoran entitas ke bank baik berupa uang tunai atau
cek maupun bilyet giro oleh entitas akan dicatat di sebelah
debit pada rekening kas di bank dan oleh bank akan

207
dicatat disebelah kredit yang menunjukkan uang nasabah
bertambah.
Bila ada kejadian penerimaan kas tagihan berupa cek
mundur (post dated checks), tetap entitas masih punya
piutang sampai cek tersebut diuangkan, kemudian oleh
bank salinan rekening koran entitas akan dikirim ke
entitas setiap akhir atau awal bulan berikutnya, agar
saldo awal, penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-
pengeluaran serta saldo akhir dapat disamakan dengan
catatan entitas.
Saldo rekening kas di bank dibukunya entitas harus sama
dengan saldo dari rekening koran dari bank. Bila setiap
akhir bulan saldo kedua laporan tersebut, tidak sama
harus disamakan melalui penyesuaian keduanya.
Penyesuaian antara buku atau rekening kas di bank
menurut catatan entitas dan rekening koran bank disebut
rekonsiliasi bank (Bank Reconciliation Statement).
Istilah-istilah yang terkait laporan rekonsiliasi bank
berikut ini.
1. Deposit dalam Transit
Deposit dalam transit merupakan deposit yang disetor
pada akhir bulan, tetapi baru diakui oleh bank pada
awal bulan depannya. Transaksi ini, telah dicatat oleh
nasabah pada bulan penyetoran, tetapi belum tercatat
oleh bank.
2. Cek Masih Beredar
Cek ini merupakan cek yang dibuat dan telah
dikeluarkan, tetapi belum dicairkan oleh pelanggan
penerima cek ke bank. Cek memiliki kadaluarsa lebih
dari sebulan, pemasok yang menerima cek dapat saja
mencarikan cek entitas pada bulan berikutnya.
Transaksi ini, telah dicatat oleh nasabah sebagai
pengeluaran kas, tetapi belum tercatat oleh bank.

208
3. Biaya Bank
Biaya bank merupakan biaya yang ditagih oleh bank.
Misalnya, biaya administrasi bank, biaya penerbitan
cek, cek kosong/NSF (not sufficient fund). Nasabah
biasanya baru mengetahui bahwa bank menagih
biaya-biaya tersebut Ketika mendapatkan laporan
bank. Biasanya, bank langsung memotong saldo
nasabah untuk pembayaran biaya-biaya tesebut.
Transaksi ini, telah dicatat oleh bank, tetapi belum
tercatat oleh nasabah.
4. Kredit Bank
Penagihan atau penyetoran uang yang terjadi, yang
menambah saldo nasabah yang mungkin belum
diketahui oleh nasabah tersebut. Misalnya, ada yang
menyetorkan uang ke rekening nasabah tanpa
sepengetahuannya, atau bank berhasil menagih
piurang pelanggan yang sebelumnya telah dinyatakan
sebagai piutang macet. Transaksi ini, telah dicatat
oleh bank, tetapi belum tercatat oleh nasabah.
5. Kesalahan (Error)
Kesalahan pencacatan yang dilakukan oleh bank atau
nasabah. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan
antara pencatatan yang dilakukan oleh bank dan
nasabah.
Berikut ini adalah ilustrasi yang akan memberikan
gambaran bagaimana penyusunan laporan rekonsiliasi
bank.
Pada tanggal 31 Maret 2022 PT Jemari menerima rekening
koran dari Bank Cantik yang menunjukkan saldo kredit
Rp2.270.000, sedangkan menurut catatan perusahaan
menunjukkan saldo debit Rp2.150.000. Perbedaan ini
disebabkan oleh beberapa hal.
1. Bank telah menerima inkaso (tagihan) dari debiturnya
Rp300.000,00 dan bank membebani biaya
administrasi Rp5.000,00 serta bank memberikan jasa
giro Rp15.000, sedangkan perusahaan belum
mencatatnya.

209
2. Bank telah menolak cek tidak cukup (NSF) dana yang
berasal dari debiturnya Rp75.000,00.
3. Cek yang sudah ditarik perusahaan untuk bayar
utang belum diuangkan oleh krediturnya (cek masih
dalam peredaran) sejumlah Rp250.000,00.
4. Setoran uang oleh perusahaan ke bank (31 Maret)
sebesar Rp400.000,00 belum dicatat dalam rekening
koran.
5. Bank salah catat penerimaan dari perusahaan yang
namanya sama Rp50.000,00.
6. Perusahaan telah melakukan penerimaan dari
penjualan per cek Rp110.000,00 tercatat
Rp100.000,00.
7. Pemilik perusahaan telah mengambil uang di bank
untuk keperluan pribadi lupa dicatat sebesar
Rp25.000,00
Diminta:
Buatlah rekonsiliasi bank bentuk horizontal dan ayat
jurnal penyesuaian yang diperlukan oleh PT Jemari.
Rekonsiliasi bank untuk PT Jemari adalah:
PT Jemari
Rekonsiliasi Bank
Tertanggal 31 Maret 2022
Saldo Awal Bank Rp2.270.000
Setoran dalam proses Rp
400.000
Cek masih beredar (Rp 250.000)
Salah catat penerimaan (Rp 50.000)
Saldo Akhir Bank Rp2.370.000

Saldo Awal Entitas Rp2.150.000


Wesel Tagih Rp 300.000
Jasa Giro Rp 15.000
Koreksi penjualan Rp 10.000
Beban Administrasi (Rp 5.000)
Cek tidak cukup dana (NSF cek) (Rp 75.000)
Cek ditempat (Rp 25.000)
Saldo Akhir Entitas Rp2.370.000

210
Ayat jurnal penyesuaian:
Kas di bank Rp325.000
Piutang dagang Rp300.000
Pendapatan bunga Rp 15.000
Penjualan Rp 10.000

Beban administrasi bank Rp 5.000


Piutang dagang Rp 75.000
Pengambilan prive Rp 25.000
Kas di bank Rp105.000

Sistem Voucher
Sistem voucher merupakan salah satu alat atau sistem
pengendalian pengeluaran uang entitas, di mana semua
pengeluaran kas harus dengan cek yang akan dikeluarkan
berdasarkan voucher yang sudah dibuat, sedangkan yang
belum vouchernya tidak dapat dibuatkan cek untuk
dikeluarkan.
Voucher bisa diartikan surat perintah untuk
dikeluarkannya uang atau cek yang dibuat oleh bagian
pembayaran yang berdasarkan pemeriksaan faktur
pembelian, kemudian oleh bagian pemegang cek
berdasarkan voucher tersebut, dapat dibuatkan cek untuk
pembayaran sesuai dengan keperluannya. Pengeluaran
cek harus ditandatangani oleh yang berwenang.
Dalam penggunaan sistem voucher transaksi-transaksi
keuangan menyangkut pembelian dicatat dalam register
voucher (buku voucher) dan pengeluaran-pengeluaran cek
dicatat dalam register cek (daftar cek) berdasarkan
register voucher (daftar voucher). Jadi, pencatatan
pengeluaran kas lebih dulu dicatat dalam register voucher
dan pengeluarannya dicatat dalam register cek, itu baik
secara kredit maupun secara tunai.

Dana Kas Kecil


Ada cara lain untuk entitas dalam usaha pengendalian
uang yaitu dengan cara agar uang yang ada di entitas
ditransfer semua ke bank, sedang yang ada di dalam
entitas yang jumlahnya sedikit. Hal ini dilakukan agar

211
entitas yang kegiatan akuntansinya cukup besar dapat
bekerja lebih efektif dan efisien dan juga dapat
mengendalikan pengeluaran uang. Dengan demikian,
caranya entitas harus membentuk dana kas kecil yang
diberikan kepada pemegang kas kecil untuk mengurusi
pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya kecil,
kemudian pemegang kas kecil memberikan laporannya
dalam buku kas kecil yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluarannya.
Pencatatan kas kecil ada dua sistem, yaitu:
1. sistem dana tetap (imprest fund system): dan
2. sistem dana tidak tetap (fluctuating fund system).
Entitas biasanya mempunyai kas kecil, yaitu sejumlah
dana yang disimpan di dalam kantor entitas dan untuk
pembayaran tunar sehari hari yang bersifat insidentil.
Pada sistem dana tetap, pengakuan transaksi dilakukan
ketika saldo kas kecil telah mencapai saldo minimunnya,
sedangkan pada system fluctuating, transaksi diakui
ketika terjadi.
Berikut ini adalah ilustrasi metode imprest dan
fluctuating dalam sistem kas kecil
Tanggal 2 Januari PT Zaki membentuk kas kecil yang
diberikan kepada pemegang kas kecil sebesar
Rp100.000,00.
Pengeluaran kas kecil:
02/01 Dikeluarkan untuk pembelian meterai Rp5.000,00
02/01 Dikeluarkan untuk pembelian perlengkapan
sebesar Rp17.500,00
03/01 Dikeluarkan untuk pembayaran ongkos angkut
pembelian Rp25.000,00
04/01 Dikeluarkan untuk pembayaran iklan di surat
kabar harian Rp10.000,00
05/01 Dikeluarkan untuk pembelian meterai sebesar
Rp5.000,00

212
06/01 Dikeluarkan untuk pembelian perlengkapan
sebesar Rp12.500,00
07/01 Dikeluarkan untuk pembelian peralatan sebesar
Rp20.000,00
09/01 Bagian keuangan menerima laporan kas kecil dari
pemegangnya dan mengisi kembali sebesar
Rp95.000,00
Diminta:
1. Buatlah buku kas kecil.
2. Buatlah jurnal, bila menggunakan:
a. metode dana tetap; dan
b. metode dana tidak tetap.
Jurnal
Metode dana tetap:
2/1 Kas kecil Rp100.000
Kas Rp100.000
9/1 Meterai Rp 10.000
Perlengkapan Rp 30.000
Beban angkut masuk Rp 25.000
Beban iklan Rp10.000
Peralatan Rp20.000
Kas Rp 95.000
Metode dana tidak tetap:
2/1 Kas kecil Rp100.000
Kas Rp100.000
2/1 Meterai Rp 5.000
Kas kecil Rp 5.000
2/1 Perlengkapan Rp 17.500
Kas kecil Rp17.500
3/1 Beban angkut masuk Rp 25.000

213
Kas kecil Rp 25.000
4/1 Beban iklan Rp10.000
Kas kecil Rp10.000
5/1 Meterai Rp 5.000
Kas kecil Rp 5.000
6/1 Perlengkapan Rp12.500
Kas kecil Rp 12.500
7/1 Peralatan Rp20.000
Kas kecil Rp20.000
9/1 Kas kecil Rp95.000
Kas Rp95.000

214
Daftar Pustaka
Ikatan Akuntan Indonesia. (2021). Standar Akuntansi
Keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia
Kartikahadi, Hans, dkk. (2019). Akuntansi Keuangan
Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Ikatan Akuntan
Indonesia
Kieso, Donald E., et al. (2017). Intermediate Accounting
IFRS Edition. Third Edition. New York: John Wiley &
Sons Inc.
Warren, Carl S., dkk. (2014). Pengantar Akutansi Adaptasi
Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

215
Profil Penulis
Hendrik Elisa Sutejo Samosir, S.E., Ak., M.Ak., CA.

Merupakan Staf Pengajar pada Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akutansi
Universitas HKBP Nommensen Medan.
Penulis menyelesaikan studi S-1 di
Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan
Akuntansi, dan S-2 di Universitas Indonesia
(UI) jurusan Akuntansi.
Selain sebagai pengajar, penulis juga mempunyai
pengalaman kerja di beberapa perusahaan dan terakhir
masih menjabat di rumah sakit umum di Medan. Penulis
juga aktif memublikasi hasil penelitian di berbagai jurnal
nasional dan buku dan juga melakukan kerja sama
dengan beberapa dosen baik di dalam lingkungan kampus
dan luar kampus dalam penelitian dan memublikasiknya
dalam bentuk jurnal di dalam lingkungan kampus dan
luar kampus. Penulis juga sebagai pemakalah pada
seminar. Dan untuk mewujudkan karir sebagai dosen
profesional, penulis pun telah memiliki sertifikasi dosen.
Penulis merupakan anggota di organisasi profesi Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), Ikatan Sarjana Ekonomi
Indoneisa (ISEI) dan juga memiliki sertifikasi profesi CA.
E-mail Penulis: hendriksamosir@uhn.ac.id

216
15
PIUTANG

Suradi, S.E., M.M.


Universitas Tulang Bawang

Belkaoui (2016) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu


aktivitas jasa. Fungsinya untuk memberikan informasi
kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat
keuangan, dan dimaksudkan untuk bermanfaat dalam
pengambilan keputusan ekonomi dan dalam menentukan
pilihan di antara serangkaian tindakan-tindakan
alternatif yang ada.
Dalam pencatatan akuntansi, disusun berdasarkan
urutan likuiditas dari setiap akun yang terdapat pada
laporan keuangan, salah satu akun yang ada pada
laporan keuangan yaitu perkiraan piutang (account
receivable), piutang dihasilkan dari penjuaalan atau
penyerahan jasa yang dilakukan secara kredit. Piutang
merupakan bagian yang sangat signifikan dari asset
lancer. Piutang dicatat pada sisi debit pada akun piutang
usaha, piutang ini diharapkan dapat ditagih dalam waktu
dekat, misalnya 30 hari atau 60 hari.

Pengertian dan Jenis-Jenis Piutang


Piutang dagang (account receivable) adalah suatu hak atau
tagihan kepada orang lain atas penjualan barang atau
jasa secara kredit. Piutang juga bisa terjadi apabila kita
memberi pinjaman kepada orang lain. Contohnya,
pinjaman diberikan kepada karyawan ini disebut piutang
nondagang.

217
Klasifikasi piutang untuk tujuan laporan pelaporan
keuangan dibagi menjadi dua, yaitu
1. piutang lancar atau piutang jangka pendek piutang
yang diharapkan akan tertagih atau diterima
pelunasannya dalam jangka waktu satu tahun atau
selama siklus kegiatan normal perusahaan; dan
2. piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang,
piutang yang akan tertagih atau jangka waktu
pelunasannya lebih dari satu tahun atau dalam
periode siklus kegiatan normal perusahaan.
Piutang usaha timbul dari penjualan barang dan jasa
yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan normal
perusahaan, piutang usaha biasanya akan dilunasi
dalam tempo kurang dari satu tahun. Oleh karena itu,
piutang usaha dikelompokan ke dalam aktiva lancar.
Piutang usaha dibagi menjadi tiga.
1. Piutang Usaha atau Piutang Dagang
Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk
melakukan pembayaran atas barang yang telah
dijual, dan jasa yang diberikan yang timbul dari
piutang barang atau jasa yang merupakan usaha
pokok entitas. Piutang usaha, biasanya diperkirakan
akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif
pendek, biasanya dalam waktu 30 hari hingga 60
hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca
sebagai aktiva lancar.
2. Wesel Tagih
Pemberian kredit kepada pelanggan dapat didukung
oleh suatu dokumen kredit yang resmi disebut wesel
atau promes (promes promossissory note). Wesel tagih
adalah perusahaan kepada pembuat wesel janji
tertulis untuk membayar sejumlah uang usaha pada
tanggal yang telah ditentukan dan tagihan
perusahaan kepada pembuat wesel. Pinjaman yang
diberikan biasa berupa kontrak pinjaman jangka
panjang atau jangka pendek (lancar).

218
Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih
dari 60 hari, seperti dalam penjualan peralatan dalam
sistem pencicilan dan untuk transaksi yang
menyangkut jumlah nilai yang cukup besar.
Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih
dalam waktu setahun, maka biasanya
diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Karakter wasel tagih dalam perjanjian piutang adalah
sebagai berikut:
a. surat terserbut ditandatangani oleh orang atau
perusahaan yang membuat janji, pihak yang
membuat janji disebut pembuat janji (maker);
b. Pihak yang berhak menerima uang dari wasel
tagih disebut penerima pembayaran (payee);
c. nilai nominal (face Amount) merupakan jumlah
saat wasel disepakati di awal;
d. tanggal penerbitan (issuance date) merupakan
tanggal saat wasel diterbitkan;
e. tanggal jatuh tempo (due date atau maturity date)
merupakan tanggal saat wasel harus dibayar;
f. periode wasel tagih merupakan periode waktu
antara tanggal penerbitan dan tanggal jatuh
tempo; dan
g. tingkat bunga (interest rate) merupakan tingkat
bunga yang harus dibayarkan atas nominal pada
perjanjian wasel tagih.
3. Piutang Bukan Usaha atau Piutang Lain- Lain
Piutang bukan usaha merupakan piutang yang timbul
karena transaksi penjualan dan sering juga disebut
piutang lain-lain. Piutang lain-lain pada umumnya,
diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam
neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih
dalam waktu satu tahun, maka piutang tersebut
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Jika piutang tidak dapat ditagih lebih dari satu tahun,
piutang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.

219
Piutang ini meliputi tuntunan atas suatu kerugian,
setoran yang dibayarkan sebagai jaminan, piutang
dividen, piutang bunga, piutang pajak, dan piutang
dari karyawan perusahaan.

Penilaian dan Pelaporan


Akutansi piutang adalah sistem, prosedur dan proses
mengidentifikasikan dan mengukur dalam pencatatan
piutang yang dilakukan oleh setiap perusahaan, dan
dilakukan menurut siklus akutansi yang biasanya
dilakukan, yaitu dalam model jurnal dan posting setelah
ada bukti atau dokumen sah yang dinyatakan bahwa
transaksi itu telah terjadi.
Pengakuan piutang adalah jumlah yang harus diakui
dari harga pertukaran di antara kedua belah pihak.
Pengakuan piutang dagang tersebut, dapat berbeda bila
terjadi retur atau potongan penjualan dan potongan
tunai penjualan.
Piutang dagang disajikan di neraca sebesar nilai realisasi
bersihnya, yaitu jumlah piutang bruto dikurangi dengan
taksiran jumlah piutang yang tidak tertagih. Jumlah
piutang yang tidak tertagih sering disebut kerugian
piutang. Hal ini wajar di dalam dunia usaha, apalagi bila
penjualan dilakukan secara kredit (Sigit Hermawan,
dkk., 2018).
Dalam Prinsip Akutansi Indonesia, piutang dagang harus
dicatat dan dilaporkan dalam neraca sebesar nilai kas
bersih (neto) yang bias direalisasikan, yaitu jumlah
piutang setelah dikurangi cadangan kerugian piutang
tidak tertagih.
Contoh penyajian piutang dalam neraca tampak seperti
di bawah ini.
Piutang dagang Rp1,500,000,00
Dikurangi penyisihan piutang tidak tertagih
Rp15,000,00
Piutang Net Rp1,485,000,00
Akun piutang tidak tertagih merupakan akun kontra

220
(contra account), walaupun saldo normal akun ini adalah
kredit, tetapi disajikan sebagai pengurang atas akun
aktiva yang bersangkutan. Pada laporan neraca piutang
dagang disajikan secara terpisah denga npiutang lain-
lain.
Piutang dagang termasuk dalam kategori aktiva lancar.
Namun, jika pada kenyataan terjadi umur piutang yang
melebihi 1 tahun, maka dapat digolongkan pada piutang
jangka Panjang, dan manajemen perusahaan sudah
harus mengambil kebijakan melakukan penyisihan
piutang yang mungkin tidak tertagih.

Penyisihan Piutang tidak Tertagih


Penyisihan piutang tidak tertagih yang didasarkan pada
saldo piutang dapat dilakukan dengan jalan menetapkan
prosentase terhadap saldo piutang. Misal saldo piutang
pada 31 Desember 2019 Rp2,000,000,00 dan saldo
piutang 31 Desember 2020 sebesaR Rp3,000,000,00,
anggap manajemen mengambil kebijakan penyisihan
piutang tidak tertagih 3% dari rata-rata piutang dagang.
Maka dari itu, penyisihan piutang tidak tertagih dapat
dihitung sebagai berikut.
Saldo piutang rata-rata = Rp2,000,000 + Rp3,000,000
2
= Rp2,500,000
Maka dari itu, piutang tidak tertagih adalah sebesar
Rp2,500,000 x 3 % = Rp75,000
Jumlah penyisihan piutang tidak tertagih Rp75,000,00
ini, harus muncul pada neraca sebaga saldo pos piutang
tidak tertagih.
Manajemen harus mengambil kebijakan yang ketat,
sebelum memberikan penjualan atau penyerahan jasa
secara kredit, karena potensi piutang yang tidak tertagih,
akan menjadi beban bagi perusahaan. Riyanto (2015)
menyatakan bahwa penilaian risiko dapat
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

221
1. Character (Karakter Pribadi), menggambarkan
besarnya probilitas bahwa langganan yang
bersangkutan akan memenuhi kewajibannya. Bagian
kredit yang berpengalaman, umumnya menekankan
faktor moral tersebut sebagai segi terpenting dalam
penilaian suatu kredit.
2. Capacity (Kemampuan), merupakan penilaian
subjektif atas kemampuan membayar dari
langganan. Hal ini diketahui dari prestasi bisnis
langganan tersebut di masa lalu, yang disokong oleh
hasil penelitian langsung pada toko di samping
melihat metode yang digunakan.
3. Capital (Modal), yakni diukur melalui posisi
keuangan perusahaan sebagaimana dapat dilihat
dari analisa ratio keuangan dengan tekanan pada
rasio-rasio dan jumlah kali perolehan bunga.
4. Colleteral (Jaminan), yakni menggambarkan jumlah
aktiva yang biasanya dalam waktu 30 hari hingga 60
hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca
sebagai aktiva lancar.
Piutang sebagai salah satu unsur penting dalam neraca
yang mempunyai peranan penting bagi perusahaan, yang
timbul sebagai akibat adanya kebijakan penjualan kredit.
Perlunya pencatatan dan penyajian piutang yang tepat
dan sesuai dengan konsep akuntansi keuangan agar
menggambarkan keadaan piutang yang seharusnya dapat
ditagih, yaitu nilai yang dilaporkan dalan neraca sebesar
yang terjadi dikurangi yang tidak tertagih (Putra, 2020).

Akuntansi Piutang Dagang


Dalam permasalahan akuntansi piutang dagang dapat
dibagi dalam tiga hal, yaitu
1. pengakuan piutang dagang, ini terjadi saat menjual
barang atau jasa secara kredit;
2. pengembalikan barang yang kita jual karena rusak
atau tidak sesuai dengan pesanan; dan
3. penerimaan tagihan atas penjualan barang yang lalu.

222
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat seperti contoh di
bawah ini.
1/3 2022 dijual barang dagang dengan termin 20/10 –
n/30 kepada toko berkat seharga Rp500.000.
3/3 2022 dikembalikan barang yang dijual karena tidak
sesuai dengan pesanan Rp 100.000.
9/3 2022 diterima tangihan dari toko berkat atas
penjualan tanggal 1/3 2022 yang lalu.
Dari transaksi di atas dapat kita jurnal:
1/3 2022 -> Piutang Dagang Rp500.000
Penjualan Barang Dagang Rp500.00
3/3 2022 -> Retur Penjualan Rp100.000
Piutang Dagang Rp100.000
9/3 2022 -> Kas Rp320.000
Pot Penjualan Rp80.000
Piutang Dagang Rp400.000

Pencatatan Piutang tidak Tertagih


Bila perusahaan ingin meningkatkan omzet penjualan,
banyak cara yang dilakukan untuk menarik perhatian
konsumen. Salah satunya menjual barang secara kredit,
perusahaan melakukan cara seperti ini, tentu akan
meningkatkan penjualan dan mendatangkan penjualan
yang besar, tetapi di sisi lain juga bisa mendatangkan
kerugian bagi perusahaan yang mana langganan atau
debitur tidak mampu lagi membayar disebabkan
perusahaannya pailit, debitur kabur atau lari maupun
meninggal dunia. Bila terjadi hal seperti ini, perusahaan
harus mencatat sebagai kerugian piutang, piutang tidak
tertagih, piutang ragu-ragu ketiga hal ini dianggap sebagai
biaya dilaporkan dalam R/L.

223
Risiko Piutang
Risiko piutang merupakan kerugian perusahaan atas
tidak diterimanya sebagian atau seluruhnya piutang
perusahaan akibat pelanggan tidak memenuhi janji.
Penyebab risiko piutang adalah masalah kesalahan
penilaian, masalah ekonomi dan kebijaksanaan
pemberian, masalah pelanggan. Untuk itu, perlu
dilakukan upaya pencegahan.
Upaya prefentif adalah melalui peminjaman yang sehat
sesuai prosedur dan ketentuan, selama persediaan masih
ada, pelaksanaan dan pengawasan. Pencegahan represif
meliputi perbaikan manajemen perusahaan, penagihan on
spot, penagihan melalui pihak ketiga, laporan tertulis
kepada pelanggan.

Manajemen Piutang
Manajemen piutang adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian piutang
untuk mencapai tujuan perusahaan. Manajemen piutang
mencakup pengendalian jumlah piutang, pengendalian
pemberian, pengendalian pengumpulan, kebijaksanaan
penjualan.
Pengendalian piutang mencakup
1. penilaian terhadap pelanggan,
2. toleransi terhadap bed-debt.
3. pengklasifikasian pelanggan, dan
4. penyeleksian pelanggan.
Days Sales Outstanding (DSO)
DSO kadang-kadang disebut juga dengan rata-rata
periode pengumpulan (average collection period)
Contoh: PT Altron adlah produsen televisi, dan telah
menjual 200.000 set televisi setahun dengan harga $198,0
masing-masing semuanya menjual secara kredit, dengan
jangka waktu 2/10, bersih 30, 70 persen pelanggan
mengambil diskon dan membayar pada hari ke 10,
sedangkan 30 persen lainnya bayar pada hari ke 30.

224
DSO = 0,7 (10) + 0,3 (30) = 16 hari, ADS = Piutang = DSO
x ADS = (16) x (110.000) = $ 1.760.000
Credit Policy
Kebijaksanaan kredit (credit policy) berpijak kepada empat
variabel
1. jangka waktu kredit,
2. standar kredit,
3. kebijakan penagihan, dan
4. diskon.
Pola Pembayaran
Contoh manajemen piutang tentang pola pembayaran
kredit. PT Altron sedang mempertimbangkan untuk
mengubah kebijaksanaan penjualan yang semula tunai
dengan cara kredit. Dengan perubahan itu, diharapkan
penjualan akan meningkat $300,000. Biaya variabel per
unit 75% dari harga jual. Contibution Margin per unit
25%. Tingkat keuntungan yang diisyaratkan 20% periode
pengumpulan piutang 60 hari. 1 tahun = 360 hari. Bad-
debt 7%. Apakah kebijakan ini dapat dibenarkan? Untuk
menjawab pertanyan tersebut maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut.
1. Tambahan penjualan
$300,000
Marjinal Profitabilitas atas tambahan penjualan
= Contribution marjin x tambahan penjualan
= 25% x $ 300,000 $ 75,000
2. Tambahan Investasi pada piutang
Tambahan penjualan
= Credit /360 hari
= $ 300.000 /360 $ 50,000
Tingkat keuntungan yang disyaratkan
= Tambahan investasi pada piutang x

225
tingkat keuntungan yang disyaratkan
= $50.000 x 20% $ 10,000
3. Tambahan Keuntungan Bersih
= A- (B-C)
= $ 75,000- ($ 10,000 + $ 21,000) $ 44,000

Kesimpulan
Tambahan keuntungan bersih atas perusahaan yang
melakukan perubahan kebijakan penjualan tunai menjadi
kredit ternyata positif $44,000. Itu berarti bahwa
perubahan kebijakan kredit tersebut dapat dibenarkan.

226
Daftar Pustaka
Belkaoui, Ahmad. (2016). Intermediate Accounting. Edisi
Kedelapan. Yogyakarta: BPFE
Putra, I, S. (2020). Analisis Akuntansi Piutang Usaha
Terhadap Laporan Keuangan CV. Linggar Perdana
Banjarmasin. JIEB, 6(2), 210-217.
Riyanto, Bambang. (2015). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Soemarso, S.R. (2004). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi
Ke-5. Jakarta: Salemba Empat.
Warren, C, S., Reeve, J, M., Duchac, J, E., Wahyuni, E, T.,
Jusuf, A, A. (2017). Pengantar Akuntansi 1 Adaptasi
Indonesia. Edisi Ke-4. Jakarta: Salemba Empat.

227
Profil Penulis
Suradi, S.E., M.M.
Penulis sangat tertarik dalam ilmu akuntansi,
hal ini mendorong penulis setelah lulus
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
melanjutkan ke SMEA Wonogiri Jurusan
Akuntansi. Ketertarikan penulis pada akuntansi berlanjut
dengan, melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi dan
berhasil menyelesaikan studi S-1 Program Studi
Akuntansi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Cirebon. Setelah lulus penulis bekerja di PT Sugar Group
Company pada bagian Finance and Accounting.
Selanjutnya penulis tertarik untuk menjadi tenaga
pengajar (dosen) dan melanjutkan Pendidikan S-2
Program Studi Magister Manajemen Keuangan di STIE
Cirebon. Saat inu penulis adalah dosen tetap konsisten di
bidang akuntansi, hal ini sejalan dengan mata kuliah yang
diampu, seluruhnya berkaitan dengan akuntansi dan
keuangan. Penulis juga aktif menulis dan terdapat dua
karya tulis yang telah terbit pada jurnal terindeks scopus.
E-mail Penulis: suradi0469@gmail.com

228
16
PERSEDIAAN

Rizqy Aiddha Yuniawati, S.A., M.Acc., Ak.


Universitas Airlangga

Pendahuluan
Pertama-tama mari kita tinjau kembali bagaimana
pengaruh persediaan barang dagangan terhadap
perusahaan. Gambar 16.1 menunjukkan sebagian neraca
dan sebagian laba rugi dari perusahaan PT Sukadia untuk
tahun yang berakhir 31 Juli 2020. Persediaan, beban
pokok penjualan, dan laba kotor sengaja ditulis tebal dan
angka rupiahnya dikosongkan untuk menunjukkan
bahwa hal-hal itulah yang akan dibahas dalam bab ini.
Tabel 16.1 Akun Persediaan dalam Laporan Keuangan

229
Pengelompokan Persediaan
Jenis persediaan yang dimiliki perusahaan tergantung
pada bidang usaha perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, karena
perusahaan semacam itu, tidak memperdagangkan
barang. Berbeda halnya dengan perusahaan dagang dan
perusahaan manufaktur. Pada perusahaan seperti itu,
persediaan merupakan aset perusahaan yang utama, baik
dari segi fungsi maupun jumlah rupiahnya. Dalam
perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur,
persediaan kadang-kadang mencakup lebih dari 50% dari
aset lancarnya.
Bagaimana perusahaan mengelompokkan persediaannya,
tergantung pada apakah perusahaan tersebut merupakan
perusahaan dagang, ataukah perusahaan manufaktur.
Dalam perusahaan dagang, perusahaan bisa memiliki
berbagai jenis barang. Sebagai contoh, sebuah
supermarket menjual ratusan, bahkan mungkin ribuan
jenis barang. Di bagian bahan makanan misalnya,
persediaan terdiri dari makanan dalam kaleng, daging,
dan ikan segar, sayur-mayur, dan sebagainya.
Persediaan barang semacam itu, memiliki dua
karakteristik umum, yakni: (1) barang-barang tersebut
merupakan milik perusahaan, dan (2) barang siap dijual
kepada konsumen (umumnya tanpa diolah atau diproses
lebih dahulu). Dengan demikian, perusahaan dagang
hanya membutuhkan satu kelompok persediaan yang
disebut persediaan barang dagangan yang di dalamnya
tercakup berbagai macam atau jenis persediaan.
Dalam perusahaan manufaktur, beberapa jenis
persediaan belum siap untuk dijual. Oleh karena itu,
dalam perusahaan manufaktur, persediaan
dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu (1)
persediaan barang jadi, (2) persediaan barang dalam
proses, dan (3) persediaan bahan mentah. Persediaan
barang jadi adalah hasil produksi yang telah selesai dan
siap untuk dijual. Persediaan barang dalam proses adalah
bagian dari barang yang diproduksi yang telah mulai
diproses tetapi belum selesai. Persediaan bahan mentah

230
adalah bahan dasar yang akan digunakan dalam
produksi, tetapi belum diproses.
Sebagai contoh, Pabrik Mebel “Rapi” mengelompokkan
meja, kursi, dan lemari yang telah siap dijual sebagai
persediaan barang jadi. Mebel yang telah mulai dikerjakan
tetapi belum selesai (dengan tingkat penyelesaian yang
berbeda-beda) digolongkan sebagai persediaan barang
dalam proses. Kayu, karet, busa, linen, dan komponen
lainnya yang sedang menunggu dalam produksi,
digolongkan sebagai persediaan bahan mentah.
Dengan mengamati seberapa banyak dan perubahan
banyaknya persediaan dalam ketiga golongan persediaan,
pemakai laporan keuangan akan dapat mendalami
perencanaan produksi yang ditetapkan manajemen.
Sebagai contoh, tingkat bahan mentah yang rendah dan
tingkat persediaan barang jadi yang tinggi,
mengindikasikan bahwa manajemen yakin perusahaan
mempunyai persediaan yang tersedia dijual dalam jumlah
yang cukup, dan oleh karenanya produksi bisa
diperlambat mungkin sebagai antisipasi menghadapi
resesi. Sebaliknya, apabila tingkat persediaan bahan
mentah tinggi dan tingkat persediaan barang jadi rendah,
hal itu mengindikasikan bahwa manajemen sedang
merencanakan untuk meningkatkan produksi.
Konsep akuntansi yang dibahas pada bab ini, dapat
diterapkan pada perusahaan dagang maupun perusahaan
manufaktur, tetapi fokus kita diutamakan pada
perusahaan dagang

Penentuan Kuantitas Persediaan


Kuantitas persediaan perlu ditentukan pada setiap akhir
periode, baik pada perusahaan yang menerapkan sistem
persediaan fisik maupun perpetual. Apabila perusahaan
menggunakan sistem persediaan perpetual, penghitungan
fisik persediaan dilakukan untuk mencapai dua tujuan.
Pertama, untuk mengecek keakuratan catatan persediaan
persediaan perpetual yang diselenggarakan perusahaan.
Tujuan kedua untuk menentukan jumlah persediaan

231
yang hilang akibat penyusutan, pencurian oleh pembeli,
atau penggelapan oleh karyawan perusahaan sendiri.
Perusahaan yang menerapkan sistem persediaan fisik,
melakukan penghitungan fisik persediaan pada akhir
periode dengan tujuan untuk menentukan jumlah barang
yang ada dalam persediaan pada tanggal neraca, dan
untuk menentukan beban pokok penjualan. Penentuan
kuantitas persediaan meliputi dua tahapan, yaitu: (1)
melakukan penghitungan fisik barang yang ada dalam
persediaan, dan (2) menentukan kepemilikan barang.

Penghitungan Fisik Persediaan


Penghitungan fisik persediaan pada hakikatnya, meliputi
pekerjaan menghitung, menimbang, atau mengukur
setiap jenis barang yang ada dalam persediaan. Dalam
sejumlah perusahaan tertentu, pekerjaan menghitung
fisik persediaan merupakan pekerjaan yang berat dan
juga rumit. Sebagai contoh, pada perusahaan pengecer
seperti Hero Supermarket, Carefour, Matahari
Department Store, atau Ramayana Department Store,
terdapat ribuan jenis persediaan yang berbeda-beda.
Penghitungan fisik persediaan, akan dapat dilakukan
dengan lebih akurat apabila selama masa penghitungan,
perusahaan menghentikan sesaat kegiatan penjualan dan
penerimaan barang. Oleh karena itu, perusahaan
biasanya melakukan penghitungan persediaan pada saat
perusahaan sedang tutup atau ketika kegiatan bisnis
sedang tidak begitu sibuk. Pada perusahaan yang
mengakhiri periode akuntansi akhir tahun kalender,
penghitungan persediaan dilakukan pada tanggal 31
Desember.

Penentuan Kepemilikan Barang


Salah satu masalah dalam penghitungan kuantitas
persediaan adalah menentukan persediaan mana yang
merupakan milik perusahaan. Barang yang ada di gudang
pada saat dilakukan penghitungan, belum tentu
merupakan milik perusahaan, sehingga tidak perlu
dihitung. Sebaliknya, barang yang pada saat

232
penghitungan secara fisik tidak berada di gudang, tetapi
sudah menjadi milik perusahaan, harus diikutsertakan
sebagai persediaa. Pada prinsipnya, semua barang milik
perusahaan, baik yang secara fisik berada di gudang
maupun tidak, harus diikutsertakan dalam persediaan.

Barang dalam Perjalanan


Masalah yang cukup rumit adalah menentukan
kepemilikan barang dalam perjalanan (mungkin di atas
truk, dalam kereta api, kapal laut, atau pesawat terbang)
pada akhir periode. Perusahaan mungkin telah membeli
barang yang sampai dengan akhir periode belum diterima
(belum tiba di gudang perusahaan), atau mungkin juga
perusahaan telah menjual barang tetapi pada akhir
periode barangnya belum dikirim ke pembeli. Untuk
mendapatkan hasil penghitungan yang akurat,
perusahaan harus menentukan kepemilikan barang-
barang tersebut.
Barang dalam perjalanan, harus dimasukkan sebagai
persediaan perusahaan apabila perusahaan secara sah
telah menjadi pemilik barang tersebut. Keabsahan
kepemilikan ditentukan oleh syarat penjualan yang
disepakati bersama.
1. Apabila barang dijual dengan syarat FOB (free on
board) shipping point, kepemilikan atas barang
berpindah ke tangan pembeli ketika pihak
pengangkut menerima barang dari si penjual.
2. Apabila barang dijual dengan syarat FOB destination,
kepemilikan barang tetap berada di tangan si penjual,
sampai barang tiba di tempat si pembeli.
Apabila pada tanggal laporan keuangan, barang dalam
perjalanan tidak diperhitungkan, maka kuantitas
persediaan bisa menjadi tidak benar. Sebagai contoh,
pada tanggal 31 Desember, UD Gemah Ripah memiliki
20.000 unit barang dalam persediaan. Selain itu, UD
Gemah Ripah memiliki barang-barang dalam perjalanan
sebagai berikut: (1) pada tanggal 31 Desember telah dijual
1.500 unit barang dengan syarat FOB Destination, dan (2)

233
pada tanggal 31 Desember 2.500 unit barang dengan
syarat FOB Shipping Point.
Dalam situasi seperti ini, UD Gemah Ripah merupakan
pemilik, bai katas 1.500 barang yang dijual, maupun atas
2.500 barang yang dibeli. Seandainya perusahaan tidak
memperhitungkan barang-barang dalam perjalanan
tersebut, maka persediaan akan dilaporkan kurang saji
sebanyak 4.000 unit (1.500 unit + 2.500 unit)

Barang Konsiyansi
Barang-barang tertentu sering diperdagangkan secara
konsinyasi, artinya penjual menerima titipan barang milik
orang lain untuk dijual dengan menerima komisi dari
hasil penjualan. Penjual bukan pemilik barang, dan oleh
karenanya tidak melaporkan barang tersebut sebagai
persediaan. Barang-barang tersebut, dinamakan barang
konsinyasi.
Sebagai contoh, bila Anda mempunyai sebuah mobil
bekas dan bermaksud menjualnya, Anda dapat
menitipkan mobil tersebut, di sebuah show room bekas.
Kelak bila mobil terjual, pemilik show room akan
menerima komisi yang besarnya dihitung atas dasar
presentase tertentu dari hasil penjualan. Pemilik show
room, bukanlah pemilik mobil, ia hanya mendapat mandat
dari pemilik mobil untuk menjualkan mobil tersebut. Oleh
karena itu, seandainya pemilik show room mengadakan
penghitungan persediaan pada akhir periode akuntansi,
mobil tiitpan tersebut, tidak akan dimasukkan sebagai
persediaan.
Dewasa ini, berbagai jenis barang dijual secara
konsinyasi, seperti misalnya rekaman lagu dalam bentuk
CD, barang-barang elektronik, pakaian jadi, dan
sebagainya. Hal itu dilakukan selain untuk mempercepat
penjualan, juga supaya persediaan tidak menumpuk di
tempat produsen.

234
Penetapan Biaya Perolehan Persediaan
Setelah kuantitas persediaan ditetapkan, langkah
berikutnya perusahaan harus menerapkan biaya
perolehan per satuan barang sehingga dapat ditentukan
total biaya perolehan seluruh persediaan dan beban
pokok penjualan. Proses ini, bisa menjadi rumit apabila
biaya perolehan barang yang dibeli berbeda-beda. Sebagai
contoh, misalkan Toko Elektronik Fajar membeli tiga buah
TV Toshiba type LCD 42” dengan harga beli yang berbeda-
beda, yakni Rp7.000.000,00, Rp7.500.000,00, dan
Rp8.000.000,00. Selama tahun ini, Toko Fajar telah
menjual dua buah TV dengan harga Rp12.000.000,00 per
buah. Data ini dapat diringkas sebagai berikut.
Tabel 16.2 Biaya Perolehan Persediaan Toko Fajar
Pembelian
Feb-03 1 TV Rp7.000.000,00
Mar-05 1 TV Rp7.500.000,00
Mei-22 1 TV Rp8.000.000,00

Penjualan
Jun-01 2 TV Rp24.000.000,00 (Rp1.200.000,00 x 2)
Beban pokok penjualan akan berbeda tergantung pada TV
mana yang dijual perusahaan. Sebagai contoh, beban
pokok penjualan bisa Rp14.500.000,00 (Rp7.000.000,00
+ Rp7.500.000,00), atau Rp15.000.000,00
(Rp7.000.000,00 + Rp8.000.000,00), atau
Rp15.500.000,00 (Rp7.500.000,00 + Rp8.000.000,00).
Dalam uraian berikut, akan disajikan alternatif metode
penetapan biaya perolehan persediaan yang dapat
digunakan Toko Elektronik Fajar.

Metode Identifikasi Khusus


Apabila TV yang dijual Toko Elektronik Fajar berasal dari
pembelian tanggal 3 Februari dan 22 Mei, maka beban
pokok penjualan adalah (Rp7.000.000,00 +
Rp8.000.000,00), dan persediaan akhir adalah
Rp7.500.000,00. Apabila Toko Elektronik dapat

235
menentukan secara spesifik TV mana yang dijualnya dan
TV mana yang masih berada di Gudang sebagai
persediaan, maka perusahaan tersebut dapat
menerapkan metode penetapan biaya perolehan
persediaan yang disebut metode indentifikasi khusus.
Dengan menggunakan metode ini, perusahaan dapat
menentukan persediaan akhir dan beban pokok
penjualan secara akurat.
Metode identifikasi khusus bisa digunakan, apabila
perusahaan menyelenggarakan catatan tentang biaya
perolehan untuk masing-masing barang. Dalam praktik
masa lalu, metode ini biasa digunakan oleh perusahaan
yang menjual barang yang tidak banyak jenisnya dan
harga jual per satuannya relatif mahal, sehingga dapat
diidentifikasi secara jelas, sejak barang dibeli hingga
dijual kembali. Contoh barang-barang semacam itu
adalah: mobil, piano, atau barang antik yang mahal.

Asumsi Aliran Biaya Perolehan


Mengingat bahwa penerapan metode identifikasi khusus
seringkali tidak praktis, maka dimungkinkan untuk
menerapkan metode aliran biaya perolehan yang lain.
Berbeda dengan metode identifikasi khusus, dalam
metode ini dianggap bahwa aliran biaya perolehan tidak
berhubungan dengan aliran fisik barang. Ada dua metode
aliran biaya perolehan berdasar anggapan, yaitu:
1. metode masuk pertama keluar pertama; dan
2. metode rata-rata.
Perlu diketahui bahwa tidak ada ketentuan akuntansi
yang mensyaratkan bahwa asumsi aliran biaya perolehan
harus sesuai dengan aliran fisik barang. Manajemen
perusahaan boleh memilih metode aliran biaya perolehan
yang dianggap tepat.
Untuk memberikan gambaran kedua metode aliran biaya
perolehan persediaan di atas, dimisalkan Toko Rlektronik
Rahayu menggunakan sistem persediaan periodic.
Informasi yang berakitan dengan pesawat radio merek “X”
adalah sebagai berikut.

236
Tabel 16.3
Sistem Persediaan Periodic
TOKO ELEKTRONIK RAHAYU
Radio Merek "X"
Biaya Perolehan
Tanggal Keterangan Unit Per Unit Total Biaya Perolehan
Persediaan
Jan-01 Awal 100 Rp10.000,00 Rp1.000.000,00
Apr-15 Pembelian 200 11.000,00 2.200.000,00
Aug-24 Pembelian 300 12.000,00 3.600.000,00
Nov-27 Pembelian 400 13.000,00 5.200.000,00
Jumlah 1000 Rp12.000.000,00

Perusahaan memiliki 1.000 unit barang yang tersedia


untuk dijual sampai akhir tahun. Total biaya perolehan
dari semua unit tersebut adalah Rp12.000.000,00.
Perhitungan fisik yang dilakukan pada akhir tahun
menunjukkan pada selama setahun perusahaan telah
menjual sebanyak 550 unit radio dan persediaan radio
yang ada pada tanggal 31 Desember berjumlah 450 unit.
Pertanyaannya adalah harga mana yang akan digunakan
untuk menilai biaya perolehan barang yang telah terjual
dan persediaan akhir? Total biaya perolehan yang harus
dialokasikan ke unit yang dijual ditambah biaya perolehan
yang melekat pada persediaan akhir harus berjumlah
Rp12.000.000,00, yaitu total biaya perolehan barang
tersedia dijual.

Metode Masuk Pertama Keluar Pertama


Dalam metode ini, dianggap bahwa barang yang dibeli
lebih dahulu juga dijual lebih awal. Metode MPKP
seringkali sejalan dengan aliran barang yang
sesungguhnya dijual. Hal ini juga merupakan praktik
bisnis yang baik, yakni mendahulukan untuk menjual
barang yang pembeliannya terlebih dahulu. Oleh karena
itu, metode MPKP, biaya perolehan barang yang dibeli
terlebih dahulu, akan digunakan lebih dahulu pula dalam
menentukan beban pokok penjualan.
Dalam meode MPKP, diasumsikan bahwa barang yang
dibeli lebih dahulu adalah barang yang dijual lebih dahulu
pula. Oleh karena itu, persediaan akhir diberi harga

237
berdasarkan harga-harga yang paling akhir diperoleh.
Dengan demikian, pada perusahaan yang menggunakan
metode MPKP, perusahaan menetapkan biaya perolehan
persediaan akhir dengan mengambil harga yang paling
akhir, dan kemudian bergerak mundur sampai semua
unit persediaan akhir ditetapkan harga perolehannya.

Metode Biaya Perolehan Rata-Rata


Metode biaya peroelhan rata-rata mengalokasikan biaya
perolehan barang yang siap dijual atas dasar biaya
perolehan rata-rata tertimbang per unit yang terjadi.
Metode biaya perolehan rata-rata berasumsi bahwa
semua barang dagang adalah serupa.

Dampak Metode Aliran Biaya Perolehan terhadap


Laporan Keuangan dan Pajak
Kedua metode yang didasarkan pada asumsi aliran biaya
perolehan di atas, dapat diterapkan perusahaan. Berbagai
perusahaan di dunia memilih metode yang dianggap cocok
dan sesuai dengan kepentingannya. Sebagai contoh dua
produsen sepatu terkenal di dunia memilih metode yang
berbeda. Reebok International Ltd. Menerapkan metode
MPKP, sedangkan Adidas menggunakan metode Rata-
Rata Tertimbang.
Perusahaan lain yang juga menerapkan MPKP antara lain
Nokiadan Wendy’s International, sedangan Starbucks dan
Motorola menggunakan metode Rata-Rata Tertimbang.
Survey yang dilakukan oleh International Financial
Reporting Standards (IFRS) menunjukkan bahwa 60%
perusahaan menerapakan metode MPKP dan 40%
menggunakan metode Rata-Rata Tertimbang. Selain itu,
23% perusahaan menggunakan keduanya tetapi untuk
jenis persediaan yang berbeda.
Alasan perusahaan mengadopsi metode aliran biaya
perolehan persediaan yang berbeda bisa bermacam-
macam. Namun, pada umumnya, karena salah satu dari
tiga alasan berikut (1) dampak terhadap laporan laba-rugi,
(2) dampak terhadap laporan posisi keuangan (neraca),
dan (3) dampak terhadap pajak.

238
Dampak terhadap Laporan Laba - Rugi
Untuk memahami mengapa perusahaan memilih salah
satu dari metode MPKP atau metode Rata-Rata
Tertimbang, marilah kita lihat pengaruh dari asumsi
aliran biaya perolehan terhadap laporan keuangan Toko
Elektronik Rahayu berikut ini. Dalam laporan laba rugi
Toko Elektronik Rahayu dimisalkan perusahaan telah
menjual barang sebanyak 550 unit seharga
Rp11.500.000,00, beban operasi Rp2.000.000,00, dan
dikarenakan pajak penghasilan dengan tarif 30%.
Tabel 16.4 Laporan Laba-Rugi Metode MPKP

TOKO ELEKTRONIK RAHAYU


Laporan Laba-Rugi (disederhanakan)
MPKP Rata-Rata
Penjualan Rp11.500.000,00 Rp11.500.000,00
Persediaan Awal 1.000.000,00 1.000.000,00
Pembelian 11.000.000,00 11.000.000,00
Biaya perolehan barang
tersedia dijual 12.000.000,00 12.000.000,00
Persediaan Akhir 5.800.000,00 5.400.000,00
Beban pokok penjualan 6.200.000,00 6.600.000,00
Laba Kotor 5.300.000,00 4.900.000,00
Beban Operasi 2.000.000,00 2.000.000,00
Laba sebelum pajak 3.300.000,00 2.900.000,00
Beban pajak penghasilan
(30%) 990.000,00 870.000,00
Laba Bersih Rp2.310.000,00 Rp2.030.000,00

Perhatikan bahwa biaya perolehan barang tersedia dijual


dalam kedua metode di atas berbeda yaitu
Rp12.000.000,00. Akan tetapi, biaya perolehan
persediaan akhir dan beban pokok penjualan. Setiap
rupiah perbedaan dalam persediaan akhir akan membawa
akibat yang sama pada perbedaan rupiah dalam laba
sebelum pajak.
Dalam periode-periode di mana terjadi perubahan harga,
asumsi aliran biaya perolehan dapat berdampak
signifikan terhadap laba dan terhadap penilaian yang
dilakukan atas dasar laba. Pada periode terjadi inflasi,

239
MPKP menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, karena
yang dihadapkan dengan pendapatan adalah biaya
perolehan yang lebih rendah yang berasal dari pembelian-
pembelian lebih awal.
Dalam periode di mana terjadi kenaikan harga, MPKP
menghasilakn laba bersih yang lebih tinggi disbanding
dengan metode rata-rata. Sebaliknya, ketika terjadi
penurunan harga akibat dari pemakaian MPKP dan
metode Rata-Rata adalah kebalikannya: MPKP akan
menghasilkan laba bersih yang lebih rendah
dibandingkan dengan pemakaian metode Rata-Rata.
Bagi manajemen, laba bersih yang lebih tinggi akan lebih
menguntungkan, karena pihak ektern akan memberi
penilaian yang baik terhadap perusahaan. Selain itu,
apabila bonus untuk manajemen didasarkan pada laba
bersih, maka pemakaian MPKP akan mendatangkan
bonus yang lebih tinggi bagi manajemen. Itulah sebabnya,
pada periode-periode terjadi kenaikan harga, perusahaan
cenderung untuk memilih MPKP karena akan
menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi.

Dampak terhadap Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


Dampak menguntungkan yang utama dari MPKP terjadi
pada periode inflasi, karena biaya perolehan yang
dialokasikan ke persediaan akhir akan mendekati biaya
perolehan sekarang. Sebagai contoh, pada Toko
Elektronik Rahayu, 400 unit dari 450 unit dalam
persediaan akhir yang menggunakan MPKP, diberi harga
yang lebih tinggi yang berasal dari pembelian tanggal 27
November, yaitu Rp13.000,00.
Sebaliknya, dampak kurang menguntungkan dari metode
Rata-Rata terjadi pada periode inflasi. Biaya perolehan
yang dialokasikan ke persediaan akhir, akan lebih rendah
dibandingkan dengan biaya perolehan yang belaku
sekarang. Pelaporan kurang saji ini, akan semakin besar
apabila inflasi berlangsung dalam waktu panjang,
seandainya persediaan mencakup baranag-barang yang
dibeli dalam satu atau lebih periode akuntansi
sebelumnya.

240
Dampak terhadap Pajak
Dalam contoh di atas, telah kita lihat bahwa persediaan
dalam laporn posisi keuangan (neraca) dan laba bersih
dalam laporan laba-rugi akan lebih tinggi apabila
perusahaan menggunakan MPKP dalam periode inflasi.
Oleh karenanya, pada periode inflasi banyak perusahaan
memilih metode Rata-Rata. Mengapa demikian?
Alasannya adalah karena metode Rata-Rata menyebabkan
pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan lebih
rendah (karena laba bersih lebih rendah) dalam periode
ketika terjadi kenaikan harga.
Dalam kasus Toko Elektronik Rahayu, pajak yang harus
dibayar bila menggunakan metode Rata-Rata adalah
Rp870.000,00, sedangkan menurut metode MPKP, pajak
yang harus dibayar Rp990.000,0. Ini berarti terjadi
penghematan pajak sebesar Rp120.000,00 yang berarti
kas yang tersediasebesar Rp120.000,00 bisa digunakan
untuk keperluan lain dalam kegiatan bisnis.

241
Daftar Pustaka
Efrianti, Desi. (2014). Pengaruh Pengendalian Persediaan
Just In Time Terhadap Efisiensi Pengadaan
Persediaan Bahan Baku studi kasus pada CV Jawara
Karsa Agusto. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan,
2(1), 99 – 108.
Gandhy, Fardinal, (2019). Analysis of Financial Ratio to
Predict Financial Distress
Conditions (Empirical Study on Manufacturing Companies
listed on the Indonesia Stock Exchange for 2014-
2017). International Journal of Business and
Management Invention (IJBMI), 8(6), 27-34.
Hanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M., (2020). The
Effect of Level of Education,
Accounting Knowledge, and Utilization of Information
Technology toward Quality the Quality of MSME’s
Financial Reports. The 1st Annual Conference
Economics, Business, and Social Sciences, 1(3).
https://doi.org/10.4108/eai.3-2-2020.163573
Hansen, D. R dan M. Mowen. (2001). Akuntansi
Manajemen. Edisi 7 Buku Satu. Jakarta: Salemba
Empat.
Herliansyah, Y., Nugroho, L., Ardilla, D., & Putra, Y. M.
(2020). The Determinants of Micro, Small and
Medium Entrepreneur (MSME) Become Customer of
Islamic Banks (Religion, Religiosity, and Location of
Islamic Banks). The 1st Annual Conference
Economics, Business, and Social Sciences (ACEBISS),
1(2). https://doi.org/10.4108/eai.26-3-
2019.2290775
Khaerian Mufti, B. (2021). Penerapan Just In Time Sebagai
Pengendalian PersediaanBahan Baku (Studi Kasur PT
Estern Pearl Flour Mills Makassar). Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Putra, Y. M., (2017). Pengelolaan Persediaan
Perusahaan. Modul Kuliah Manajemen
Keuangan. Jakarta: FEB-Universitas Mercu Buana.
242
Sofyan, Diana K. (2013). Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tjiptono, Fandi, dan Diana, Anastasia. (2001). Total
Quality Management. Yogyakarta: Andi.
Tripalupi, Ramadhani Irma. (2020). Akuntansi Dasar. Jilid
2. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Willa, Permatasari. 2021. Just In Time, Solusi Kelola
Persediaan di Masa Pandemi. Diakses di
https://pelitajabar.com/ pada Jumat 24 Maret 2023.

243
Profil Penulis
Rizqy Aiddha Yuniawati, S.A., M.Acc., Ak.
Penulis menyelesaikan Program S-1 Jurusan
Akuntansi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga, Surabaya pada tahun
2014, kemudian melanjutkan Joint Program
di Universitas Gadjah Mada. Lulus
Pendidikan Profesi Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Gadjah Mada pada tahun 2016. Gelar
Magister Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada diraih pada tahun 2018 dengan
predikat cumlaude. Saat ini penulis berprofesi sebagai
dosen tetap di Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Airlangga sejak tahun 2020 hingga
saat ini. Penulis memiliki kepakaran di bidang Akuntansi
Manajemen, Manajemen Keuangan, Perpajakan,
Kewirausahaan, Green Accounting, dan Akuntansi
Keperilakuan. Pada saat ini, penulis mengajar mata
kuliah akuntansi biaya, manajemen keuangan, akuntansi
manajemen, akuntansi manajemen lanjutan, perpajakan
1, perpajakan 2, perencanaan pajak, akuntansi
perpajakan, manajemen risiko, tata kelola perusahaan,
teori akuntansi, pelaporan keberlanjutan dan terintegrasi
pada jenjang S-1 Akuntansi. Penulis juga aktif menulis di
berbagai jurnal ilmiah terakreditasi nasional serta
melakukan pengabdian masyarakat dengan tema
kewirausahaan.
E-mail Penulis: rizqyaiddhayuniawati@gmail.com

244
17
INVESTASI JANGKA PENDEK DAN
INVESTASI JANGKA PANJANG

Ranti Nugraheni, S.Si., M.Ak.


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Tujuan dan Jenis Investasi


Pada pembahasan bab ini, akan dibahas pelaporan
ekuitas dan hutang dari sudut pandang pembeli atau
investor yang berbentuk perusahaan/korporasi.
Perusahaan melakukan investasi setidaknya untuk tiga
alasan. (1) Perusahaan menginvestasikan uang ekstra
mereka untuk mendapatkan lebih banyak pendapatan. (2)
Beberapa entitas, seperti perusahaan pengelola reksadana
dan dana pensiun, didirikan untuk memperoleh
penghasilan dari investasi. (3) Perusahaan melakukan
investasi karena alasan strategis seperti investasi pada
pesaing, pemasok, dan pelanggan.
Secara umum, jika dilihat dari segi waktu, maka terdapat
dua jenis investasi, yaitu investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah
aset apa pun yang dimiliki selama satu tahun atau
kurang. Sebagian besar investor, memegang investasi
jangka pendek tidak lebih dari beberapa bulan sekaligus,
terkadang bahkan membeli dan menjual kembali dalam
beberapa minggu atau beberapa hari.
Investasi jangka pendek pada umumnya, mencakup
produk seperti saham, opsi, dan ETF, atau semua aset
yang tidak stabil, dengan pasar penjualan likuid yang
memungkinkan pembelian dan penjualan yang cepat dan
efisien. Pedagang harian dan pedagang aktif khususnya
sering bekerja terutama dalam investasi jangka pendek.

245
Investasi jangka pendek, atau surat berharga, adalah
investasi yang (1) ingin dikonversi oleh manajemen
menjadi kas dalam satu tahun atau siklus operasi, mana
yang lebih lama, dan (2) siap dikonversi menjadi kas.
Investasi ini, biasanya jatuh tempo antara 3 dan 12 bulan.
Setara kas bukan investasi jangka pendek karena
biasanya jatuh tempo dalam waktu 3 bulan. Investasi
jangka pendek adalah aset lancar.
Investasi jangka panjang adalah investasi yang tidak
dapat segera dikonversi menjadi uang tunai, atau tidak
dimaksudkan untuk diubah menjadi uang tunai dalam
jangka pendek. Investasi jangka panjang juga mencakup
dana yang ditujukan untuk tujuan khusus, seperti
investasi tanah atau aset lain yang tidak digunakan dalam
operasi. Investasi jangka panjang adalah aset tidak lancar.
Investasi jangka panjang diharapkan untuk mendapatkan
nilai secara perlahan, tetapi dapat diprediksi,
menjadikannya aset yang lebih baik untuk disimpan
selama beberapa tahun. Aset tidak likuid (yang
membutuhkan waktu lama untuk dibeli dan dijual)
umumnya dimiliki sebagai investasi jangka panjang.
Investasi jangka panjang yang paling umum adalah real
estat. Banyak orang membeli rumah sebagai investasi
yang akan mereka pegang selama bertahun-tahun, jika
tidak puluhan tahun, memungkinkan properti tersebut
untuk menambah nilai. Investasi jangka panjang umum
lainnya termasuk banyak reksadana dan obligasi.

Investasi dalam Bentuk Utang vs Ekuitas


Investasi dalam sekuritas mencakup sekuritas hutang
dan ekuitas. Sekuritas hutang atau investasi dalam
bentuk hutang, mencerminkan hubungan kreditur seperti
investasi dalam obligasi, notes dan sertifikat deposito;
instrument keuangan tersebut, dapat dikeluarkan oleh
pemerintah, perusahaan, dan individu. Sekuritas ekuitas
atau investasi dalam bentuk ekuitas, mencerminkan
hubungan kepemilikan seperti investasi dalam saham
yang dikeluarkan oleh perusahaan.

246
Gambar 17.1 Investasi dalam bentuk utang vs ekuitas

Klasifikasi dan Pelaporan


Akuntansi untuk investasi dalam sekuritas bergantung
pada tiga faktor: (1) jenis sekuritas, baik utang atau
ekuitas; (2) maksud perusahaan untuk mengadakan
jaminan baik jangka pendek maupun jangka panjang; dan
(3) persentase kepemilikan investor dalam efek ekuitas
perusahaan lain (investee).
Tabel 17.1
Identifikasi Jenis Investasi

Klasifikasi dan Pelaporan

Bagian ini mencakup pencatatan pada saat pembelian,


penjualan, dan setiap bunga yang diterima untuk
investasi dalam bentuk hutang di perusahaan lain.

247
Investasi Utang — Bagian Dasar
Pencatatan saat Pembelian
Investasi dalam bentuk utang dicatat sebesar harga
perolehan saat dibeli. Asumsikan bahwa Perusahaan A
membayar 3.000.000,00 pada tanggal 1 Juli 2019, untuk
membeli utang obligasi dua tahun perusahaan Dell 7%
dengan nilai nominal 3.000.000,00. Obligasi tersebut
membayar bunga setengah tahunan pada tanggal 31
Desember dan 30 Juni. Jurnal untuk mencatat pembelian
ini adalah sebagai berikut.
1 Juli 2019 Investasi di Surat Hutang ………… 3.000.000,00
Kas ………………….. 3.000.000,00
(Membeli obligasi sebagai investasi dalam bentuk surat hutang)

Pencatatan Bunga
Pendapatan bunga untuk investasi dalam surat hutang
dicatat pada saat diperoleh. Pada tanggal 31 Desember
2019, Perusahaan A mencatat penerimaan kas bunga
sebagai berikut. Bunga 105.000 yang diperoleh dari
tanggal 1 Juli hingga 31 Desember dihitung sebagai Pokok
× Tarif Tahunan × Pecahan tahun.
31 Des 2019 Kas …………………………………… 105.000
Pendapatan Bunga ………….. 105.000
(Pencatatan bunga yang diperoleh
(3.000.000 × 7% × 6/12))
Pelaporan Investasi Utang
Laporan keuangan Perusahaan A per 31 Desember 2019,
melaporkan pendapatan bunga dan investasi seperti yang
ditunjukkan pada:
Laporan laba rugi tahun 2019:
Pendapatan bunga ………………………. 105.000
Laporan Posisi Keuangan tanggal 31 Desember 2019:
Investasi utang ………………………. 3.000.000
Pencatatan Saat Jatuh Tempo

248
Saat obligasi jatuh tempo, jurnal untuk mencatat hasilnya
(dengan asumsi bunga sudah dicatat).
1 Juli 2021 Kas ……………………………3.000.000
Investasi di Surat Hutang ………………. 3.000.000
(Menerima kas dari obligasi yang jatuh tempo)
Biaya sekuritas hutang bisa lebih tinggi atau lebih rendah
dari nilai jatuh temponya. Jika investasi bersifat jangka
panjang, selisih antara harga perolehan dan nilai jatuh
tempo diamortisasi sebagai penyesuaian terhadap
pendapatan bunga selama sisa umur sekuritas.
Diasumsikan untuk penyederhanaan bahwa biaya
sekuritas utang jangka panjang sama dengan nilai jatuh
temponya untuk semua penugasan.
Investasi Utang – Perdagangan
Sekuritas yang diperdagangkan adalah investasi dalam
surat hutang yang secara aktif dibeli dan dijual oleh
perusahaan, untuk mendapatkan keuntungan. Sekuritas
perdagangan selalu merupakan aset lancar. Portofolio efek
yang diperdagangkan dilaporkan sebesar nilai wajar; ini
membutuhkan "penyesuaian nilai wajar" dari biaya
portofolio. Portofolio adalah sekelompok sekuritas. Setiap
keuntungan (atau kerugian) yang belum direalisasi dari
perubahan nilai wajar portofolio sekuritas yang
diperdagangkan dilaporkan dalam laporan laba rugi.
Mencatat Nilai Wajar
Portofolio sekuritas perdagangan Perusahaan A memiliki
total biaya sebesar $11.500 dan nilai wajar sebesar
$13.000 pada tanggal 31 Desember 2019, tahun pertama
Perusahaan A memiliki sekuritas perdagangan. Selisih
antara biaya $11.500 dan nilai wajar $13.000 adalah
keuntungan $1.500. Ini adalah keuntungan yang belum
direalisasi karena belum dikonfirmasi oleh penjualan
sekuritas yang sebenarnya.
Penyesuaian nilai wajar untuk efek yang diperdagangkan
dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian pada akhir setiap
periode untuk menyamakan selisih antara biaya portofolio

249
dan nilai wajarnya. Perusahaan A mencatat perolehan ini
sebagai berikut.
31 Des Penyisihan Keuntungan Belum Terealisasi ………. 1.500
Keuntungan yang Belum Terrealisasi Penghasilan ………1.500
(Mencatat keuntungan yang belum direalisasi dalam perdagangan
sekuritas)
Melaporkan Nilai Wajar
Keuntungan (atau kerugian) yang belum direalisasi
dilaporkan di bagian Pendapatan dan Keuntungan Lain
(atau Beban dan Kerugian) pada laporan laba rugi.
Keuntungan yang Belum Direalisasi—Penghasilan (atau
Kerugian yang Belum Direalisasi—Penghasilan) adalah
akun sementara yang ditutup ke Ikhtisar Laba Rugi pada
setiap akhir periode.
Penyisihan keuntungan belum terealisasi adalah akun
aset permanen yang menyesuaikan nilai yang dilaporkan
dari portofolio efek yang diperdagangkan dari nilai wajar
periode sebelumnya ke nilai wajar periode saat ini. Total
biaya portofolio efek yang diperdagangkan disimpan
dalam satu akun, dan penyesuaian nilai wajar dicatat
dalam akun terpisah. Misalnya, investasi Perusahaan A
dalam sekuritas perdagangan dilaporkan dalam aset
lancar sebagai berikut:
Aset lancar
Investasi hutang—Perdagangan (dengan biaya) ……… $11.500
Penyesuaian nilai wajar—Perdagangan ….……… 1.500
Investasi utang—Perdagangan (pada nilai wajar)….. $13.000
atau sederhananya
Investasi utang—Perdagangan (dengan nilai wajar; biaya
$11.500) ……… $13.000
Menjual Sekuritas Perdagangan
Ketika sekuritas perdagangan individu dijual, perbedaan
antara hasil bersih (harga jual dikurangi biaya) dan biaya
sekuritas perdagangan individu yang dijual dicatat
sebagai keuntungan atau kerugian. Setiap penyesuaian
nilai wajar periode sebelumnya terhadap portofolio tidak

250
digunakan untuk menghitung keuntungan atau kerugian
dari penjualan sekuritas yang diperdagangkan secara
individual. Ini karena saldo akun Penyesuaian Nilai Wajar
adalah untuk seluruh portofolio, bukan sekuritas
individual. Jika Perusahaan A menjual beberapa sekuritas
perdagangannya seharga $100 untuk uang tunai $120
pada tanggal 9 Januari 2020, Perusahaan A mencatat hal-
hal berikut.
9 Jan 2020 Kas ………………………………………….. 120
Investasi di Surat Utang—Perdagangan ………… 100
Keuntungan Penjualan Investasi ………………… 20
(Menjual sekuritas perdagangan seharga $100 untuk
$120 tunai)
Keuntungan dilaporkan di bagian Pendapatan dan
Keuntungan Lain di laporan laba rugi, dan kerugian
dilaporkan di Beban dan Kerugian Lain. Ketika
penyesuaian nilai wajar akhir periode untuk portofolio
sekuritas yang diperdagangkan dihitung, tidak termasuk
biaya dan nilai wajar sekuritas yang dijual.
Investasi Hutang – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Sekuritas yang dimiliki hingga jatuh tempo (Held-to-
Maturity) adalah sekuritas utang yang dimaksudkan dan
dapat dimiliki perusahaan hingga jatuh tempo. Mereka
dilaporkan dalam aset lancar jika tanggal jatuh temponya
dalam satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih
lama. Kalau tidak, mereka diklasifikasikan sebagai
investasi jangka panjang.
Biaya sekuritas hutang bisa lebih tinggi atau lebih rendah
dari nilai jatuh temponya. Jika investasi bersifat jangka
panjang, selisih antara harga perolehan dan nilai jatuh
tempo diamortisasi selama sisa umur sekuritas. Kami
mengasumsikan untuk penyederhanaan bahwa biaya
jaminan utang HTM jangka panjang sama dengan nilai
jatuh temponya untuk semua penugasan.

251
Pencatatan Akuisisi dan Bunga
Semua sekuritas HTM dicatat sebesar harga perolehan
saat dibeli, dan pendapatan bunga dicatat saat
dihasilkan—lihat jurnal “dasar” sebelumnya.
Pelaporan Efek HTM sebesar Biaya
Portofolio sekuritas HTM biasanya dilaporkan sebesar
biaya (diamortisasi), yang dijelaskan dalam kursus
lanjutan. Tidak ada penyesuaian nilai wajar portofolio efek
HTM—baik portofolio jangka pendek maupun jangka
panjang.
Contoh:
Buatlah entri jurnal untuk mencatat transaksi berikut
yang melibatkan investasi utang jangka pendek.
1. Pada tanggal 15 Mei, membayar tunai $100 untuk
membeli sekuritas hutang jangka pendek Muni 120
hari ($100 pokok), tertanggal 15 Mei, yang membayar
bunga 6% (dikategorikan sebagai sekuritas yang
dimiliki hingga jatuh tempo).
2. Pada tanggal 13 September, menerima cek dari Muni
untuk pembayaran pokok dan bunga 120 hari atas
surat utang yang dibeli dalam transaksi a.
Jawaban:
a.15 Mei Investasi di Surat Utang—HTM ……… 100
Kas …………………………. 100
(Membeli 120 hari, sekuritas utang 6%)
b. 13 Sep Kas …………..………….………………… 102
Investasi di Surat Utang—HTM ………… 100
Pendapatan Bunga …………………… 2
(Pokok $100 ditambah bunga $100 × 6% ×
120∕360)
Investasi Utang – Tersedia untuk Dijual
Tersedia untuk dijual (available for sale) sekuritas adalah
investasi utang yang tidak diklasifikasikan sebagai
sekuritas yang diperdagangkan atau dimiliki hingga jatuh
tempo. Jika tujuannya adalah untuk menjual sekuritas
AFS dalam waktu lebih dari satu tahun atau siklus

252
operasi, maka diklasifikasikan sebagai investasi jangka
pendek. Kalau tidak, mereka diklasifikasikan sebagai
investasi jangka panjang.
Perusahaan menyesuaikan biaya portofolio sekuritas AFS
untuk perubahan nilai wajar. Hal ini dilakukan dengan
penyesuaian nilai wajar terhadap biaya portofolionya.
Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi untuk
portofolio sekuritas AFS tidak dilaporkan dalam laporan
laba rugi. Dilaporkan di bagian ekuitas di neraca (sebagai
bagian dari pendapatan komprehensif, dibahas nanti).
Mencatat Nilai Wajar
Asumsikan bahwa Perusahaan XYZ tidak memiliki
investasi sebelumnya pada sekuritas yang tersedia untuk
dijual selain yang dibeli pada periode berjalan. Tabel
berikut menunjukkan biaya perolehan dan nilai wajar
portofolio investasi pada 31 Desember 2019, akhir periode
pelaporannya.
Tabel 17.2 Mencatat Nilai Wajar
Biaya Nilai Keuntungan
wajar (Kerugian) yang
Belum Direalisasi
Obligasi A 30.000 29.050 (950)
Notes B 43.000 45.500 2.500
73.000 74.550 1.550
Ayat jurnal penyesuaian akhir tahun untuk mencatat nilai
wajar portofolio investasi adalah sebagai berikut.
31 Des Penyesuaian Nilai Wajar—Tersedia untuk Dijual….1.550
Keuntungan yang Belum Direalisasi—Ekuitas … 1.55
(Mencatat penyesuaian nilai wajar sekuritas AFS)
Pelaporan Nilai Wajar menunjukkan Laporan Posisi
Keuangan 31 Desember 2019 (diasumsikan bahwa
investasi ini bersifat jangka panjang, tetapi bisa juga
jangka pendek). Juga umum untuk menggabungkan biaya
investasi dengan saldo dalam akun Penyesuaian Nilai
Wajar dan melaporkan bersihnya sebagai satu jumlah.

253
Aktiva
Investasi di Surat Utang—AFS(dengan harga perolehan)..73.000
Penyesuaian nilai wajar—AFS ……………………………….. 1.550
Investasi di Surat Utang—AFS (pada nilai wajar) ………….74.550
atau sederhana
Investasi di Surat utang—AFS(pada nilai wajar; biaya 73.000)…
74.550
Ekuitas
Tambahan keuntungan yang belum direalisasi atas sekuritas
yang AFS* …… 1.550
*Termasuk dalam Akumulasi Penghasilan Komprehensif Lain.
Pelaporan untuk Tahun Berikutnya
Misal pada contoh sebelumnya diasumsikan bahwa pada
akhir tahun depan, 31 Desember 2020, portofolio
sekuritas AFS jangka panjang Perusahaan XYZ memiliki
biaya 81.000 dan nilai wajar 82.000. Ini mencatat
penyesuaian akhir tahun ke nilai wajar sebagai berikut.
31 Des 2020 Keuntungan yang Belum Direalisasi—
Ekuitas…… 550
Penyesuaian Nilai Wajar—AFS …………………. 550
(Mencatat penyesuaian nilai wajar sekuritas AFS)
Menjual Efek AFS
Akuntansi untuk penjualan sekuritas AFS individual
identik dengan akuntansi untuk penjualan sekuritas
perdagangan. Ketika sekuritas AFS individual dijual,
perbedaan antara biaya sekuritas individual yang dijual
dan hasil bersih (harga jual dikurangi biaya) dicatat
sebagai keuntungan atau kerugian penjualan investasi
utang.

Investasi dalam Ekuitas


Investasi Ekuitas—pengaruhnya tidak signifikan, di bawah
20%
Ketika seorang investor memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap perusahaan lain, mungkin ketika ia

254
memiliki kurang dari 20% saham berhak suara, investasi
saham dilaporkan pada nilai wajar. Investasi saham
diklasifikasikan sebagai jangka pendek atau jangka
panjang berdasarkan niat manajer dan daya jual saham.
Setiap dividen tunai dicatat sebagai pendapatan dividen.
Pencatatan Awal
Investasi ekuitas dicatat sebesar biaya perolehan,
termasuk komisi dan biaya perantara yang dibayarkan.
Asumsikan ITI membeli 100 lembar saham biasa Lynx
seharga $7.000 pada 10 Oktober 2019. Setelah pembelian,
ITI memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
Lynx. Ini mencatat pembelian ini sebagai berikut.
10 Oktober Investasi Saham ………… 7.000
Kas ……………………………. 7.000
(Membeli 100 saham Lynx)
Pencatatan Dividen
Jika ITI menerima dividen sebesar $10 pada tanggal 1
November dari investasi sahamnya, ITI mencatat hal-hal
berikut.
1 November Kas ………………………. 10
Pendapatan Dividen …….. 10
(Mencatat dividen yang diterima atas investasi
saham)
Mencatat Nilai Wajar
Portofolio investasi saham dilaporkan sebesar nilai wajar;
ini membutuhkan "penyesuaian nilai wajar" dari biaya
portofolio. Setiap keuntungan (atau kerugian) yang belum
direalisasi dari perubahan nilai wajar portofolio investasi
saham ini dilaporkan pada laporan laba rugi.
Asumsikan portofolio investasi saham ITI dengan
pengaruh yang tidak signifikan memiliki total biaya
$7.000 dan nilai wajar $9.000 pada tanggal 31 Desember
2019, tahun pertama kepemilikan sekuritas ini. Selisih
antara biaya $7.000 dan nilai wajar $9.000 adalah
keuntungan yang belum direalisasi sebesar $2.000.

255
Penyesuaian nilai wajar dicatat pada setiap akhir periode
untuk menyamakan selisih antara biaya portofolio dan
nilai wajarnya. ITI mencatat perolehan ini sebagai berikut.
31 Des Penyesuaian Nilai Wajar—Saham … 2.000
Keuntungan yang Belum Direalisasi Pendapatan .. 2.000
(Catatan keuntungan yang belum direalisasi dalam
investasi saham)
Melaporkan Nilai Wajar
Keuntungan (atau kerugian) yang belum direalisasi
dilaporkan di bagian Pendapatan dan Keuntungan Lain
(atau Beban dan Kerugian) pada laporan laba rugi.
Keuntungan (atau Kerugian) yang Belum Direalisasi—
Penghasilan adalah akun sementara yang ditutup ke
Ikhtisar Laba Rugi pada setiap akhir periode. P
enyesuaian Nilai Wajar—Saham adalah akun aset
permanen yang menyesuaikan nilai yang dilaporkan dari
portofolio investasi saham dari nilai wajar periode
sebelumnya ke nilai wajar periode saat ini. Total biaya
portofolio disimpan dalam satu akun, dan penyesuaian
nilai wajar disimpan dalam akun terpisah. Investasi
saham ITI dilaporkan dalam asetnya.
Aktiva
Investasi saham (sesuai biaya) …………. $7.000
Penyesuaian nilai wajar—Saham ………... 2.000
Investasi saham (pada nilai wajar)……… $9.000
atau sederhana
Investasi saham (pada nilai wajar; biaya $7.000)………
$9.000
Jual Investasi Saham
Ketika investasi saham individu dijual, selisih antara hasil
bersih (harga jual dikurangi biaya) dan biaya saham
individu yang dijual dicatat sebagai keuntungan atau
kerugian. Setiap penyesuaian nilai wajar periode
sebelumnya terhadap portofolio tidak digunakan untuk
menghitung keuntungan atau kerugian dari penjualan

256
saham individual. Ini karena saldo akun Penyesuaian
Nilai Wajar adalah untuk seluruh portofolio, bukan saham
individual. Jika ITI menjual sebagian dari investasi
sahamnya yang berharga $500 menjadi $800 tunai pada
tanggal 9 Maret 2020, ITI mencatat hal-hal berikut.
Keuntungan dilaporkan di bagian Pendapatan dan
Keuntungan Lain di laporan laba rugi dan kerugian
dilaporkan di Beban dan Kerugian Lain.
9 Mar Kas ………………………………………. 800
Investasi Saham …………………………… 500
Keuntungan Penjualan Investasi Saham …… 300
(Menjual investasi saham seharga $500 untuk $800 tunai)
Investasi Ekuitas – Pengaruh Signifikan, 20% Sampai
50%
Investasi jangka panjang yang diklasifikasikan sebagai
efek ekuitas dengan pengaruh signifikan berarti investor
memiliki pengaruh signifikan terhadap investee. Seorang
investor yang memiliki antara 20% dan 50% saham voting
perusahaan biasanya memiliki pengaruh yang signifikan.
Metode ekuitas digunakan untuk investasi jangka panjang
pada efek ekuitas yang pengaruhnya signifikan, yang
dijelaskan pada bagian ini.
Pencatatan Awal
Investasi jangka panjang pada efek ekuitas yang memiliki
pengaruh signifikan dicatat sebesar biaya perolehan pada
saat diperoleh. Micron Co. mencatat pembelian 3.000
saham (30%) saham biasa Star Co. dengan biaya total
$70.000 pada 1 Januari 2019, sebagai berikut.
1 Januari Investasi Metode Ekuitas …………… 70.000
Kas ……………………………….. 70.000
(Pencatatan pembelian 3.000 saham Star)
Mencatat Bagian Penghasilan
Ketika investee melaporkan pendapatannya, investor
mencatat bagiannya atas pendapatan tersebut di akun
investasinya. Asumsikan bahwa Star melaporkan

257
pendapatan bersih sebesar $20.000 untuk tahun 2019.
Micron mencatat 30% bagiannya dari pendapatan
tersebut—lihat entri di bawah. Debit meningkatkan
ekuitas Micron di Star. Kredit tersebut adalah 30% dari
pendapatan bersih Star.
Penghasilan dari Metode Ekuitas Investasi adalah akun
sementara (ditutup ke Ikhtisar Laba Rugi pada setiap
akhir periode) dan dilaporkan pada laporan laba rugi
investor (Micron). Jika investee mengalami kerugian
bersih alih-alih laba bersih, investor mencatat bagiannya
atas kerugian tersebut dan mengurangi (mengkreditkan)
akun investasinya.
31 Des Investasi Metode Ekuitas ……… 6.000
Penghasilan dari Investasi Metode Ekuitas… 6.000
(Mencatat 30% ekuitas dalam laba $20.000 investee)
Mencatat Bagian Dividen
Dividen tunai yang diterima oleh investor dari investee
dengan metode ekuitas dicatat sebagai konversi dari satu
aset ke aset lainnya. Dividen mengurangi akun Investasi
Metode Ekuitas. Asumsikan Star membayar total $10.000
dalam bentuk dividen tunai atas saham biasa. Micron
mencatat 30% bagiannya dari dividen yang diterima pada
9 Januari 2020, sebagai berikut.
9 Jan Kas …………………………………………….. 3.000
Investasi Metode Ekuitas …………... 3.000
(Mencatat 30% bagian dari $10.000 dividen yang
dibayarkan oleh Star)
Investasi Ekuitas – Pengendali Pengaruh, Lebih Dari
50%
Investasi jangka panjang yang diklasifikasikan sebagai
efek ekuitas dengan pengaruh pengendalian berarti
bahwa investor memiliki pengaruh pengendalian atas
investee. Seorang investor yang memiliki lebih dari 50%
saham berhak suara perusahaan memiliki kendali atas
investee. Investor ini dapat mendominasi semua
pemegang saham lainnya dalam memilih dewan direksi

258
perusahaan dan memiliki kendali atas manajemen
investee.
Metode konsolidasi digunakan untuk investasi jangka
panjang pada efek ekuitas dengan pengaruh
pengendalian. Investor melaporkan laporan keuangan
konsolidasi ketika memiliki sekuritas tersebut. Investor
pengendali disebut induk dan investee disebut anak
perusahaan. Banyak perusahaan adalah orang tua
dengan anak perusahaan. Amazon adalah induk dari
Whole Foods Market, Zappos, dan anak perusahaan
lainnya.

259
Daftar Pustaka
Martani, D., Siregar, S. V., Wardhani, R., & Aria
Farahmita, E. T. (2018). Akuntansi Keuangan
Menengah Berbasis PSAK. Buku 2. Jakarta:
SALEMBA Empat.
John J, W., Ken W, S., & Barbara, C. (2019). Fundamental
Accounting Principles. 24th Edition. New York:
McGraw-Hill Education.
Reeve, J., Warren, C. S., & Duchac, J. (2016). Financial
and Managerial Accounting. New York: Cengage
Learning.
Weygandt, J. J., Kieso, D. E., Kimmel, P. D., Trenholm, B.,
Warren, V., & Novak, L. (2019). Accounting Principles,
Volume 2. New York: John Wiley & Sons.

260
Profil Penulis
Ranti Nugraheni, S.Si., M.Ak.
Penulis merupakan lulusan program studi S-
1 Matematika dari Universitas Indonesia
yang lulus pada tahun 2011. Ketertarikan
penulis terhadap bidang ilmu akuntansi
dimulai setelah penulis mulai bekerja.
Selama bekerja, tugas yang dikerjakan oleh penulis dalam
kaitannya dengan pencatatan keuangan, membuat
penulis tertarik untuk melanjutkan pendidikan di bidang
Akuntansi. Hal tersebut membuat penulis memilih
melanjutkan pendidikan tinggi dengan mengambil
program studi Magister Akuntansi di Universitas Trisakti
dan berhasil lulus pada tahun 2017. Saat ini, penulis
merupakan dosen yang bertugas di program studi S-1
Akuntansi di Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta. Penulis telah mengampu mata kuliah Akuntansi
Biaya, Statistik Ekonomi dan Bisnis, serta Matematika
Ekonomi dan Bisnis. Untuk mewujudkan karir sebagai
dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti di
bidang kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang
telah dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi
dan juga Kemenristek DIKTI. Selain sebagai peneliti,
penulis juga aktif menulis buku dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara
Indonesia.
E-mail Penulis: ranti.nugraheni@upnvj.ac.id

261
262
18
PENGENDALIAN INTERNAL

Christian Daniel Manu, S.E., M.Sc., Ak.


Universitas Kristen Artha Wacana

Definisi Pengendalian Internal


Konsep pengendalian internal sudah ada lebih dari 100
tahun, dan pertama kali dikenal dalam literatur formal
tentang audit pada tahun 1892 (Arwinge, 2013). Manajer
perusahaan membentuk sistem pengendalian internal
yang digunakan untuk memisahkan tugas akuntansi
tertentu, agar mencegah terjadinya penipuan dan
melindungi aset perusahaan. Secara tradisional, alasan di
balik tata kelola dan pengendalian yang efektif terkait erat
dengan penjagaan dan perlindungan aset. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang pengendalian internal
merupakan elemen penting yang memengaruhi
kesejahteraan manajemen, direktur perusahaan,
pemegang saham, mitra dagang suatu entitas, auditor dan
masyarakat pada umumnya.
Pengendalian internal telah lama menarik perhatian dan
kepentingan regulator, pembuat kebijakan, dan akademisi
karena sistem pengendalian internal yang efektif, dapat
meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan dan
kecurangan serta pelaporan ilegal (Plumlee dan Yohn,
2010).
Definisi COSO 1992 tentang pengendalian internal
menetapkan bahwa pengendalian internal adalah suatu
proses. Hammer dan Champy (1993) mendefinisikan
proses sebagai "kumpulan aktivitas yang mengambil satu
atau lebih jenis input dan menciptakan output yang
bernilai bagi pelanggan". Definisi COSO 1992 berkaitan
263
dengan tiga tujuan dasar dengan cakupan yang luas,
yaitu
1. efisiensi dan efektivitas dalam operasional, termasuk
mencapai sasaran kinerja dan menjaga aset dari
kerugian;
2. data serta laporan keuangan dan operasional yang
dapat diandalkan; dan
3. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
Efektivitas dan efisiensi dalam operasi berkaitan dengan
kinerja perusahaan. Tujuan pelaporan keuangan
mengacu pada kualitas pelaporan keuangan, sesuatu
yang secara tradisional menjadi tujuan penting dari
pengendalian internal. Transaksi keuangan harus sah,
lengkap, resmi, bernilai dan tepat waktu serta dicatat
secara akurat, sehingga kualitas pelaporan keuangan
tetap terjaga (Arwinge, 2013).
Tujuan pengendalian internal ketiga berkaitan dengan
kepatuhan di mana pengendalian, harus menghasilkan
jaminan bahwa hukum dan peraturan yang berlaku
dipatuhi. Tujuan pengendalian internal ini, tampaknya
semakin penting dalam masyarakat bisnis saat ini, karena
jumlah dan kompleksitas aturan yang dikenakan pada
perusahaan meningkat.
Berdasarkan definisi COSO 1992 tentang pengendalian
internal dan juga karya Hammer dan Champy (1993),
maka proses pengendalian internal dapat dipandang
sebagai kumpulan aktivitas pengendalian yang dapat
menghasilkan jaminan bahwa tujuan keuangan,
operasional, dan kepatuhan dapat dipenuhi. Oleh karena
itu, pengendalian internal harus dipandang sebagai
proses fundamental dan dasar yang tidak semata-mata
terkait dengan akuntansi, tetapi juga menghasilkan
jaminan secara lebih umum mengenai keandalan
informasi dan pengamanan aset perusahaan (Pfister,
2009).

264
Elemen-Elemen Pengendalian Internal
Pengendalian internal tidak hanya berkaitan dengan
catatan akuntansi, tetapi juga berkontribusi pada efisiensi
dalam operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku. Perusahaan menerapkan
pengendalian internal untuk mencapai efisiensi operasi
dan kepatuhan, dengan cara menjalankan lima elemen
pengendalian internal berikut:
1. pengendalian lingkungan;
2. penilaian risiko;
3. aktivitas pengendalian;
4. informasi dan komunikasi; dan
5. pemantauan.
Kelima komponen tersebut, diperlukan untuk
pengendalian internal yang efektif. Knechel (2007)
mengemukakan bahwa elemen-elemen tersebut, dapat
diterjemahkan ke dalam keadaan perusahaan yang
meliputi
1. lingkungan pengendalian;
2. kemampuan untuk mengidentifikasi ancaman
(penilaian risiko);
3. tindakan yang diambil untuk memitigasi risiko
tersebut (aktivitas pengendalian);
4. kemampuan untuk mengoordinasikan semuanya
melalui informasi dan komunikasi; dan
5. pemeliharaan pengendalian (pemantauan).

Lingkungan Pengendalian
Dalam COSO 1992 dinyatakan bahwa lingkungan
pengendalian mencakup bidang-bidang berikut:
1. integritas dan nilai-nilai etika;
2. komitmen terhadap kompetensi;
3. perhatian dan arahan yang diberikan oleh direksi atau
komite audit;

265
4. filosofi manajemen dan gaya operasi;
5. struktur organisasi;
6. cara pemberian wewenang dan tanggung jawab; dan
7. kebijakan dan prosedur sumber daya manusia.
Lingkungan pengendalian mengatur nada (tone)
perusahaan, yang menunjuk pada tanggung jawab
direktur dan manajer dalam membangun lingkungan
pengendalian yang sehat di seluruh organisasi. Keadaan
lingkungan yang demikian tentu saja memengaruhi dan
menanamkan perilaku etis, serta berkontribusi pada
budaya integritas dan tanggung jawab yang
menguntungkan bagi perusahaan. Manajemen harus
memastikan bahwa staf dilatih dan dikembangkan dengan
standar yang sesuai untuk memastikan bahwa staf dapat
melakukan pengendalian secara kompeten.

Penilaian Risiko
COSO 1992 menetapkan bahwa komponen penting
kedua, dari proses pengendalian internal terdiri dari
proses penilaian risiko organisasi. Ini untuk menyoroti
pentingnya risiko dan mengadopsi pendekatan berbasis
risiko untuk pengendalian. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan identifikasi risiko secara sistematis, dan
untuk lebih memastikan bahwa risiko tersebut diatur dan
dikelola dengan tepat oleh orang dalam perusahaan yang
bertanggung jawab.
Praktik manajemen risiko telah dijadikan objek peraturan
oleh regulator dan otoritas pengawas. Namun, terdapat
fakta bahwa selama bertahun-tahun tidak ada kerangka
kerja yang koheren dan diterima secara luas untuk
manajemen risiko (Chapman, 2003), sehingga pada tahun
2004 COSO menerbitkan kerangka kerjanya yang
berjudul Enterprise Risk Management – Integrated
Framework. Manajemen risiko perusahaan (Enterprise
Risk Management [ERM]) didefinisikan sebagai suatu
proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen,
dan personel lain entitas, yang diterapkan dalam
penetapan strategi di seluruh perusahaan, yang dirancang

266
untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa potensial yang
dapat memengaruhi entitas dan mengelola risiko agar
sesuai dengan selera risikonya, untuk memberikan
jaminan yang wajar mengenai pencapaian tujuan
organisasi (hlm. 8).
COSO 2004 secara eksplisit mengikat pengendalian
internal lebih dekat dengan risiko, memandang
pengendalian internal sebagai perlakuan risiko terhadap
eksposur risiko. Chapman (2003) mengemukakan
kerangka kerja ini dirancang untuk
1. membantu manajemen menyelaraskan selera risiko
dan strategi dengan tepat;
2. membuat selera risiko perusahaan secara eksplisit;
3. memungkinkan penyelarasan yang lebih baik antara
eksposur risiko aktual dan yang diinginkan; dan
4. memastikan respons risiko yang efektif melalui
misalnya pengendalian internal.
Komponen identifikasi peristiwa ERM, harus
mempertimbangkan pengaturan organisasi dan selera
risiko, dan risiko harus diidentifikasi, dinilai, dan dikelola,
sehingga tujuan organisasi secara keseluruhan dapat
dipenuhi (Bowling dan Rieger, 2005). Konsep respons
risiko menunjukkan bahwa perusahaan harus
memandang risiko sebagai item yang harus ditangani
dengan sengaja, melalui variasi penanganan risiko.
Tanggapan risiko dalam COSO 2004, meliputi mengurangi
risiko, menerima risiko, membagikan risiko, dan
menghindari risiko.
Peristiwa-peristiwa yang berpotensi menimbulkan
dampak negatif, harus ditangani melalui proses
manajemen risiko. Namun, peristiwa-peristiwa yang telah
diidentifikasi dan yang mungkin memiliki hasil positif,
harus dianggap sebagai peluang dan umpan balik ke
dalam proses penetapan strategi dan tujuan (Chapman,
2003).

267
Kerangka kerja ERM, mengambil titik tolaknya dalam
menetapkan tujuan perusahaan yang terkait dengan
kemampuan strategis, operasional, pelaporan dan
kepatuhan (Anderson, Christ, dan Sedatole, 2006).
Berdasarkan kerangka kerja, kategori-kategori risiko yang
dimaksud sebagai berikut:
1. risiko strategis – berhubungan dengan tujuan tingkat
tinggi;
2. risiko operasional – berhubungan dengan penggunaan
sumber daya secara efektif dan efisien;
3. risiko pelaporan – berhubungan (terutama) dengan
kualitas pelaporan keuangan; dan
4. risiko kepatuhan – terkait dengan hukum dan
peraturan.

Aktivitas Pengendalian
Dewan direksi menetapkan kebijakan yang mengarahkan
manajemen dan organisasi. Berdasarkan kebijakan
dewan, pihak manajemen level senior dan manajemen
level bawah merancang aturan dan prosedur yang tepat,
untuk memungkinkan karyawan di seluruh organisasi
melaksanakan kebijakan dewan.
COSO 1992 menyatakan kebijakan dan prosedur dalam
perusahaan merupakan aktivitas pengendalian. Oleh
karena itu, aktivitas pengendalian dapat ditempatkan di
seluruh organisasi, di semua tingkatan dan di semua
proses bisnis (Trenerry, 1999). Aktivitas pengendalian
misalnya, mencakup
1. tinjauan kinerja di mana kinerja aktual atau output
dibandingkan dengan perkiraan, estimasi dan periode
sebelumnya;
2. pengendalian pemrosesan informasi, otomatisasi atau
manual, untuk memastikan keakuratan,
kelengkapan, dan otorisasi transaksi dan data sistem;
3. pengendalian fisik seperti keamanan fisik aset, akses
ke aset dan ke program dan catatan komputer; dan

268
4. pemisahan tugas, yang mengacu pada tugas-tugas
yang tidak sesuai yang harus dipisahkan jika
memungkinkan dan dilakukan oleh karyawan
independen. Pemisahan tugas dianggap sebagai fitur
utama dari sistem pengendalian internal yang baik.

Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi secara alami, sangat penting untuk
mengelola data organisasi. Hal tersebutlah yang menjadi
alasan bagi perusahaan maupun auditor internal dan
eksternal mengalokasikan upaya yang signifikan, untuk
memastikan bahwa pengendalian atas informasi
beroperasi secara efektif. Adanya peningkatan
kompleksitas dalam operasi dan teknologi informasi yang
semakin terintegrasi dengan proses dan aktivitas bisnis,
maka perusahaan menjadi semakin bergantung pada
keandalan dan keakuratan data organisasi yang tersedia.
Akibatnya, jika informasi harus akurat, andal, relevan,
dan tepat waktu, sehingga manajer dapat
menindaklanjutinya, maka cara informasi diotorisasi,
didaftarkan, ditinjau, dan dipantau merupakan masalah
yang perlu diperhatikan. COSO 1992 telah memasukkan
informasi sebagai salah satu dari lima komponen proses
pengendalian internal yang sehat.
Pentingnya informasi dan komunikasi secara umum, dan
pentingnya menghasilkan informasi yang relevan, tepat
waktu, dan dapat diandalkan untuk tujuan pengambilan
keputusan melalui sistem berbasis informasi secara
khusus, juga merupakan tema inti dalam bidang
akuntansi manajemen dan pengendalian manajemen.
Pengendalian internal, penting dalam mengamankan aset
dan memastikan bahwa informasi manajemen dapat
diandalkan.
Pengendalian internal merupakan fondasi yang
memastikan integritas data yang digunakan untuk tujuan
pengendalian manajemen. Simons (1995) berpendapat
bahwa pengendalian internal mencegah inefisiensi dalam
pemrosesan dan pengambilan keputusan yang salah
karena data yang tidak akurat. Namun, ia memandang
pengendalian internal tidak secara langsung terkait

269
dengan pembentukan dan implementasi strategi, karena
tidak membentuk bagian dari pengungkit pengendalian
(levers of control) yang berbeda yang digunakan oleh
manajer untuk mengendalikan formulasi dan
implementasi strategi. Sebaliknya, Simons (1995)
memandang pengendalian internal sebagai fondasi dasar.
Namun demikian, pengendalian internal yang tepat harus
memastikan bahwa informasi akuntansi manajemen yang
akurat tersedia untuk pengambilan keputusan yang
efektif. Ini tampaknya menjadi tantangan pengendalian
internal yang signifikan, karena data perlu diidentifikasi,
ditangkap, dan didistribusikan, sehingga keputusan yang
efektif tentang kinerja perusahaan dapat dibuat. Melalui
komponen kerangka kerja informasi dan komunikasi,
COSO menunjukkan pentingnya metode pelaporan dan
komunikasi yang efektif.
Perspektif pelaporan keuangan memberi gambaran bahwa
transaksi keuangan dan jenis informasi lainnya perlu
dicatat dan didistribusikan secara akurat melalui sistem
informasi. Metode dan sistem yang digunakan dalam
perusahaan perlu memastikan bahwa data dan transaksi
keuangan adalah valid, dicatat tepat waktu,
diklasifikasikan dengan benar, dinilai, dan sesuai dengan
standar akuntansi.
Dari perspektif yang lebih luas, metode dan sistem yang
digunakan juga harus memungkinkan manajer dan staf
untuk memahami dan melaksanakan komponen
pengendalian internal lainnya. Informasi perlu
diidentifikasi, ditangkap, didistribusikan, dan digunakan
dalam organisasi, sehingga orang dapat menyelesaikan
tanggung jawab pengendalian internal mereka. Dengan
demikian, berbagai jenis sistem informasi internal dan
metode pelaporan harus mendukung pemahaman proses,
pengendalian, tugas dan tanggung jawab individu (COSO,
2006). Jelas dari diskusi ini bahwa sistem informasi dan
sistem komunikasi sangat penting jika informasi yang
relevan ingin ditangkap, didistribusikan, dan
ditindaklanjuti dengan cara yang hemat biaya.

270
Pemantauan
Baik faktor internal maupun eksternal semakin menekan
perusahaan untuk berubah. Ledakan aturan dan regulasi,
permintaan pelanggan baru, persaingan yang meningkat,
dan perkembangan teknologi informasi hanyalah
beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perubahan
model dan proses bisnis. Seiring dengan perubahan ini,
eksposur risiko dan penanganan risiko harus
disesuaikan. Oleh karena itu, proses pengendalian
internal perusahaan perlu diubah jika ingin tetap efektif
dan mencegah pertumbuhan yang tidak seimbang.
Elemen pengendalian internal COSO 1992 yang kelima
adalah kegiatan pemantauan. Kegiatan pemantauan ini
dapat disematkan dalam kegiatan sehari-hari dan dengan
demikian dilakukan cukup sering, atau dilakukan melalui
evaluasi terpisah yang berdiri sendiri.
Pada bulan September 2007, COSO merilis dokumen
diskusi berjudul Internal Control Integrated Framework –
Guidance on Monitoring Internal Control Systems. Pedoman
akhir pemantauan sistem pengendalian internal
diterbitkan pada tahun 2009. Motif di balik pedoman
pemantauan baru ini, terkait dengan tantangan untuk
menerapkan prosedur pemantauan secara tepat dan
efektif, agar pengendalian internal tetap relevan dan
efektif.
Alasan lain untuk mengeluarkan dokumen panduan
mungkin bahwa meskipun komponen pemantauan
dijelaskan dalam COSO 1992. Namun, tidak masuk ke
detail tentang bagaimana prosedur pemantauan proses
pengendalian harus dilaksanakan (Cheney, 2007).
COSO 2007 membuat klaim berikut mengenai pentingnya
pemantauan “Seiring waktu, pemantauan yang tidak
efektif menyebabkan kerusakan pengendalian yang
mengurangi efisiensi seluruh sistem pengendalian
internal. Demikian pula, pemantauan yang tidak efisien
dapat membatasi kemampuan organisasi untuk
memfokuskan sumber daya yang terbatas di area dengan
risiko terbesar, sehingga mengurangi keefektifannya (hlm.
ii).”

271
Dua prinsip dasar yang mendukung pemantauan sebagai
salah satu elemen kerangka pengendalian internal
(Arwinge, 2013).
1. Pemantauan berkelanjutan dan evaluasi terpisah
memungkinkan manajemen untuk menentukan
apakah komponen pengendalian internal terus
berfungsi sepanjang waktu.
2. Kelemahan pengendalian internal harus diidentifikasi
dan dikomunikasikan secara tepat waktu kepada
pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk
mengambil tindakan korektif, dan kepada pihak
manajemen dan dewan sebagaimana mestinya.
Dalam COSO 2007, dijelaskan tiga elemen mendasar yang
akan memengaruhi efektivitas dan efisiensi pemantauan.
Elemen-elemen tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Lingkungan pengendalian di mana pemantauan
beroperasi.
Pemahaman tentang lingkungan pengendalian sangat
penting. Karakteristik atasan, tentu akan
memengaruhi kegiatan pemantauan, dan harus ada
struktur organisasi yang menempatkan orang yang
tepat dan evaluator dengan keterampilan dan
wewenang yang memadai dalam peran pemantauan.
COSO 2007 mengklaim bahwa:
Organisasi memulai proses untuk memenuhi harapan
dengan menempatkan orang yang kompeten dan
objektif dalam peran pemantauan di seluruh
organisasi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan
evaluator tentang pengendalian dan proses terkait,
termasuk bagaimana pengendalian harus beroperasi
dan apa yang merupakan kelemahan pengendalian.
Objektivitas berkaitan dengan cara di mana informasi
dihasilkan untuk digunakan dalam pemantauan dan
berkaitan juga dengan karakteristik evaluator.
Individu yang objektif memberikan informasi
dan/atau melakukan prosedur pemantauan tanpa
memedulikan konsekuensi pribadi yang mungkin
terjadi dan tidak memiliki kepentingan dalam

272
memanipulasi informasi untuk keuntungan pribadi
atau perlindungan diri (hlm. ii).
2. Prioritas prosedur pemantauan yang efektif.
Elemen ini menyangkut kemampuan organisasi untuk
memprioritaskan prosedur pemantauan secara
efektif, sehingga sumber daya dialokasikan ke tempat
yang paling membutuhkannya. Hal ini berarti bahwa
pemantauan harus difokuskan pada risiko dan
pengendalian yang signifikan daripada area yang
kurang signifikan.
Lingkup pemantauan, yaitu apa yang dipantau, oleh
siapa dan menggunakan prosedur apa, didasarkan
pada logika kontinjensi yang mempertimbangkan
faktor-faktor seperti ukuran dan kompleksitas
operasi, sifat operasi, tujuan prosedur pemantauan
dan kepentingan relatif dari risiko dan pengendalian
yang diperhitungkan. COSO 2007 menyatakan bahwa
sistem pengendalian internal yang efektif kehilangan
efektivitasnya ketika
a. proses atau risiko berubah, dan pengendalian
yang mendasarinya tidak beradaptasi; atau
b. pengendalian yang sebelumnya efektif berhenti
beroperasi sebagaimana dirancang. Dalam kedua
kasus tersebut, risiko yang melekat pada sistem
pengendalian internal yang efektif adalah bahwa
perubahan tidak diidentifikasi dan dikelola
dengan baik (hlm. iii).
COSO 2007 selanjutnya menjelaskan proses yang
memungkinkan organisasi mengidentifikasi
kelemahan pengendalian internal dengan lebih baik.
Pertama, perlu ada titik awal, atau garis dasar, di
mana sistem pengendalian internal yang efektif telah
ditetapkan. Pada saat itu, direktur akan memiliki
jaminan yang masuk akal bahwa pengendalian yang
ada akan memungkinkan perusahaan untuk
mencapai tujuannya.
Dari garis dasar ini, kelemahan dapat diidentifikasi
melalui proses identifikasi perubahan dan selanjutnya

273
diverifikasi, ditangani dan dikelola melalui proses
manajemen perubahan. Akhirnya, sistem
pengendalian internal ditegaskan kembali
sehubungan dengan desain dan efektivitas
operasinya.
3. Struktur komunikasi untuk pemantauan.
Elemen komunikasi dari komponen pemantauan,
berhubungan langsung dengan sistem informasi
perusahaan, baik formal maupun informal, dan
khususnya kemampuan umpan balik sistem
informasi. Informasi tentang kinerja
ditransformasikan dan diumpan balik ke manajemen
untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang
efektif. Hal ini secara khusus, berkaitan dengan
informasi tentang kemungkinan kekurangan dalam
desain atau efektivitas operasi pengendalian.
Kemampuan perusahaan untuk mengomunikasikan
kekurangan tersebut secara tepat, atau perubahan
lain sehubungan dengan eksposur risiko dan
pengendalian internal, sangat penting untuk sistem
pengendalian internal yang baik dan praktik
manajemen risiko yang efektif. Informasi yang
diperoleh harus relevan dan memadai. COSO 2007
mengemukakan jumlah informasi yang dikumpulkan
akan bergantung pada sifat pengendalian.
Sehubungan dengan pengendalian yang lebih
kompleks dan canggih, COSO 2007 mengklaim bahwa
"untuk menangani variabel-variabel dalam operasi
pengendalian, maka pengendalian yang kompleks
mungkin memerlukan pengumpulan lebih banyak
informasi daripada pengendalian yang sederhana"
(hlm. 17).
Hasil yang diperoleh dari pemantauan harus
dilaporkan kepada orang yang tepat, penyelia dan
manajemen eksekutif dalam jangka waktu yang wajar.
COSO 2007 menetapkan bahwa “Kelemahan
pengendalian yang teridentifikasi, bagaimanapun,
harus dilaporkan kepada orang yang bertanggung
jawab atas operasi pengendalian dan setidaknya satu

274
level lebih tinggi. Melaporkan setidaknya kepada dua
level ini tentu memberi informasi yang diperlukan oleh
orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki
operasi pengendalian dan juga membantu
memastikan bahwa orang yang objektif secara tepat
terlibat dalam penilaian tingkat keparahan (hlm. iv).”
Saat menilai kelemahan pengendalian internal,
kemungkinan dan signifikansinya harus
dipertimbangkan di mana “Kemungkinan adalah
kecenderungan suatu pengendalian akan gagal
mendeteksi atau mencegah terjadinya risiko, dan
signifikansi adalah dampak potensial dari risiko jika
hal itu terjadi (hlm. v).”

Pengendalian Internal dan Komite Audit


Komite audit memiliki peran penting dalam menjaga
efektivitas pengendalian internal. Komite audit yang
efektif lebih mungkin untuk menyelidiki apakah
manajemen telah melakukan upaya yang cukup untuk
memastikan bahwa pengendalian yang tepat diterapkan.
Dengan demikian, diharapkan komite audit yang efektif
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen,
dalam hal menginvestasikan waktu dan sumber daya
untuk pembentukan sistem pengendalian internal yang
efektif (Goh, 2009).
Beberapa karakteristik komite audit mengarah pada
peningkatan efektivitasnya. Karakteristik komite audit
yang dimaksud adalah keahlian keuangan, independensi,
frekuensi rapat, dan keragaman gender komite audit
(Abbott, Parker, dan Peters, 2004; Ittonen, Miettinen, dan
Vahamaa, 2010; Klein, 2002; Krishnan, 2005).
Keahlian di bidang keuangan membantu komite audit
menetapkan prosedur yang lebih efektif untuk
pengendalian internal dan manajemen risiko (Oradi dan
E-Vahdati, 2021). Keahlian keuangan meningkatkan
kemampuan anggota komite audit untuk secara efektif
memantau proses pelaporan perusahaan dan mengarah
pada penurunan kemungkinan kecurangan manajemen
(Klein, 2002).

275
Daftar Pustaka
Abbott, L. J., Parker, S., dan Peters, G. F. (2004). Audit
Committee Characteristics and Restatements.
Auditing: A Journal of Practice & Theory, 23(1), 69-87.
Anderson, S. W., Christ, M. H., dan Sedatole, K. L. (2006).
Risky business. Internal Auditor, 63, 47–52.
Arwinge, O. (2013). Internal Control: A Study of Concept
and Themes. Germany: Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.
Bowling, D. M., dan Rieger, L. A. (2005). Making sense out
of COSO’s new framework for enterprise risk
management. Bank Accounting and Finance, 18(2),
29–34.
Chapman, C. (2003). Bringing ERM into focus. Internal
Auditor, 60, 30–35.
Cheney, G. (2007). Assurance: COSO queries concepts in
monitoring internal control. Accounting Today, 14.
COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission). (1992). Internal control –
Integrated framework. New York: AICPA.
COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission). (2004). Enterprise risk
management – Integrated framework, executive
summary. New York: AICPA.
COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission). (2006). Internal control over
financial reporting – Guidance for smaller public
companies, volume 1: executive summary. New York:
AICPA.
COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission). (2007). Internal control –
integrated framework, guidance on monitoring
internal control systems. Dokumen diskusi,
September 2007.

276
COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission). (2009). Internal control –
integrated framework. Guidance on monitoring
internal control systems – introduction. New York:
AICPA.
Goh, B. W. (2009). Audit committees, boards of directors,
and remediation of material weaknesses in internal
control. Contemporary Accounting Research, 26(2),
549–579.
Hammer, M., dan Champy, J. (1993). Reengineering the
corporation. A manifesto for business revolution.
London: Nicholas Brealey.
Ittonen, K., Miettinen, J., dan Vahamaa, S. (2010). Does
female representation on audit committees affect
audit fees. Quarterly Journal of Finance and
Accounting, 49(3/4), 113–139.
Klein, A. (2002). Audit committee, board of director
characteristics, and earnings management. Journal
of Accounting and Economics, 33(3), 375-400.
Knechel, W. R. (2007). The business risk audit: Origins,
obstacles and opportunities. Accounting,
Organizations and Society, 32, 383–408.
Krishnan, J. (2005). Audit committee quality and internal
control: An empirical analysis. The Accounting
Review, 80(2), 649-675.
Oradi, J., dan E-Vahdati, S. (2021). Female directors on
audit committees, the gender of financial experts,
and internal control weaknesses: evidence from Iran.
Accounting Forum, 45(3), 273-306.
Pfister, J. A. (2009). Managing organizational culture for
effective internal control, from practice to theory.
Heidelberg: Physica-Verlag.
Plumlee, M., dan Yohn, T. L. (2010). An analysis of the
underlying causes attributed to restatements.
Accounting Horizons, 24(1), 41-64.

277
Simons, R. (1995). Levers of control: How managers use
innovative controls systems to drive strategic renewal.
Boston: Harvard Business School Press.
Trenerry, A. (1999). Principles of internal control. Sydney:
University of New South Wales Press.

278
Profil Penulis

Christian Daniel Manu, S.E., M.Sc., Ak.


Penulis adalah staf pengajar di Program Studi
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.
Ketertarikan penulis terhadap ilmu sistem
informasi dimulai pada tahun 2011 ketika
melanjutkan studi S-2 dan memilih jalur minat Sistem
Informasi. Hal tersebut membuat penulis memilih untuk
mempelajari berbagai materi dari sumber buku dan artikel
jurnal yang berkaitan dengan sistem informasi,
khususnya electronic business, sistem informasi
akuntansi dan sistem informasi manajemen. Penulis
menyelesaikan pendidikan S-1 pada tahun 2008 di prodi
Akuntansi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.
Enam tahun kemudian, penulis menyelesaikan studi S-2
di Program Magister Sains dan Doktor Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Penulis memiliki kepakaran di bidang E-Business, Sistem
Informasi Akuntansi, Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi Keuangan. Oleh karena itu, dalam
mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun
aktif sebagai peneliti di bidang kepakarannya tersebut.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal perguruan tinggi dan juga Kemenristek DIKTI.
Hasil penelitian penulis dipublikasikan di beberapa jurnal
nasional dan jurnal internasional. Selain meneliti, penulis
juga aktif menulis buku dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi institusi penulis,
bangsa dan negara Indonesia.
E-mail Penulis: daniel.manu28@gmail.com

279
280
19
ASET TETAP DAN ASET TAK
BERWUJUD

Yanuar Lazuardi, S.E., M.Akt.


Universitas Islam Lamongan

Konsep Dasar
Aset tetap dan aset tak berwujud adalah bagian dari harta
(aset) yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian aset
menurut FASB adalah kemungkinan keuntungan
ekonomis yang diperoleh atau dikuasai pada masa yang
akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat
transaksi atau kejadian yang sudah lalu. Pengertian lain
dari aset menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah
sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai
akibat peristiwa masa lalu; dan manfaat ekonomi masa
depan dari aset tersebut diperkirakan mengalir ke entitas.
Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa aset
adalah sumber ekonomi yang diharapkan dapat
memberikan manfaat usaha pada masa yang akan datang.
Tingkat likuiditasnya, aset dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu aset lancar dan aset tetap. Pada bab ini akan
berfokus pada pembahasan tentang aset tetap.
Aset tetap dalam akuntansi dapat berupa aset tetap
berwujud (tangible) maupun aset tetap tidak berwujud
(intangible) yang memiliki masa manfaat lebih dari satu
periode akuntansi dan tidak bisa dengan mudah
dikonversi menjadi kas, digunakan sebagai penunjang
kegiatan operasional perusahaan dan dalam jangka
pendek tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.

281
Secara spesifik, pengertian aset tetap berwujud (tangible)
adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan diperkirakan akan digunakan selama
lebih dari satu periode. Pengertian aset tidak berwujud
(intangible) adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa
wujud fisik.
Suatu aset dikatakan teridentifikasi jika (a) dapat
dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari
entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau
ditukarkan, baik secara individual atau bersama dengan
kontrak terkait, aset teridentifikasi, atau liabilitas
teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud untuk
melakukan hal tersebut; atau (b) timbul dari hak
kontraktual atau hak hukum lain, terlepas apakah hak
tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau
dari hak dan kewajiban lain. Aset tetap tidak berwujud
tidak termasuk efek (surat berharga), atau hak atas
mineral dan cadangan mineral, contoh: minyak, gas alam
dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui lainnya.

Karakteristik Aset Tetap


Dalam menjalankan operasi bisnis, perusahaan
menggunakan berbagai macam aset yang bersifat tahan
lama, aset yang digunakan tersebut umumnya disebut
sebagai properti, pabrik, dan peralatan (property, plant,
and equipment); aset pabrik sering disebut dengan plant
assets; atau aset tetap (fixed assets) meliputi antara lain:
tanah, bangunan (kantor, pabrik, gudang), peralatan
(mesin, perabotan, perkakas) dan kendaraan (mabil,
truck, alat berat).
Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset yang
relatif permanen. Aset tetap merupakan aset berwujud
(tangible assets) karena terlihat secara fisik, dimiliki dan
digunakan sendiri oleh perusahaan serta tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali sebagai bagian dari
siklus operasi normal perusahaan.

282
Aset tetap dalam perusahaan umumnya, mempunyai nilai
yang sangat signifikan di dalam struktur total aset dimiliki
perusahaan. Oleh karena itu, aset tetap diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada perusahaan selama
beberapa tahun, serta dapat memainkan peran penting
dalam operasi bisnis perusahaan yang sedang berjalan.
Agar aset tetap dapat bekerja dengan optimal, perusahaan
umumnya melindungi dan menjaga aset tetap supaya
tetap dalam kondisi operasi yang baik, mengganti aset
tetap yang bekerja tidak optimal, sudah dalam kondisi
usang atau rusak dan melakukan investasi substansial
dalam aset tetap untuk memperluas sumber daya
produktif sesuai kebutuhan. Karakteristik utama dari aset
tetap, sebagai berikut.
1. Aset tersebut dimiliki untuk digunakan dalam operasi
bisnis dan tidak ditujukan untuk dijual kepada
pelanggan; hanya aset yang digunakan dalam operasi
normal perusahaan saja yang dapat dikelompokkan
ke dalam akun aset tetap. Bangunan, peralatan,
kendaraan, dan lain-lain yang dimiliki ditujukan
untuk dijual kembali dan tidak digunakan dalam
kegiatan operasi perusahaan diklasifikasikan sebagai
aset investasi.
2. Aset tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat
selama beberapa tahun (bersifat jangka panjang) dan
merupakan subjek penyusutan; aset dalam bentuk
tanah, bangunan (kantor, pabrik, gudang), peralatan
(mesin, perabotan, perkakas), kendaraan (mobil,
truck, alat berat) dan lain-lain, memenuhi kriteria
sebagai aset tetap jika dapat digunakan selama
beberapa periode.
Nilai perolehan dalam aset-aset tersebut akan
dibebankan sebagai biaya pada periode yang akan
datang melalui mekanisme beban penyusutan
periodik, akan tetapi hal tersebut dikecualikan untuk
perolehan aset tanah yang tidak perlu disusutkan
karena dalam aset tanah tidak terjadi penurunan nilai
yang material tetapi memiliki kecenderungan
mengalami kenaikan nilai dari waktu ke waktu.

283
3. Aset tersebut memiliki substansi fisik (ukuran dan
bentuk yang pasti); eksistensi atau substansi fisik
merupakan karakteristik dari aset dalam bentuk
tanah, bangunan (kantor, pabrik, gudang), peralatan
(mesin, perabotan, perkakas), kendaraan (mobil,
truck, alat berat) dan lain-lain, sehingga dapat
membedakannya dengan aset tidak berwujud seperti
paten, hak cipta, merk dagang atau goodwill. Akan
tetapi, tidak seperti bahan baku aset tersebut bukan
merupakan bagian dari produk yang dimiliki untuk
dijual kembali.

Identifikasi Biaya
Terdapat klasifikasi dalam menentukan apakah
pembelian yang dilakukan perusahaan termasuk ke
dalam aset karena memiliki masa pakai panjang yang
pembebanan biayanya harus dikapitalisasi atau
pengadaan yang pembebanan biayanya harus dibebankan
sekaligus dalam laporan laba rugi. Biaya yang
dikapitalisasi biasanya diharapkan untuk memberikan
manfaat lebih dari satu periode.
Jika suatu aset digunakan untuk tujuan-tujuan produktif
yang melibatkan penggunaan atau manfaat beberapa kali,
maka aset tersebut dapat dimasukkan ke dalam
klasifikasi aset tetap, antara lain: tanah, bangunan
(kantor, pabrik, gudang), peralatan (mesin, perabotan,
perkakas), kendaraan (mobil, truck, alat berat) dan lain-
lain.
Aset tetap yang tidak dapat digunakan lagi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aset tetap, sehingga aset yang
tidak dapat digunakan lagi tetapi masih memiliki nilai sisa
tercatat di neraca maka nilai sisa tersebut dieliminasi dan
dibebankan sebagai biaya dalam periode berjalan.
Berikut adalah skema klasifikasi biaya, yang dapat
menentukan bahwa pengadaan yang dilakukan
perusahaan termasuk ke dalam kriteria pembelian aset
tetap, pembelian aset untuk tujuan investasi ataupun
pembelian yang harus dicatat sebagai beban perusahaan

284
Gambar 19.1 Skema Klasifikasi Biaya

Menentukan Biaya Perolehan Aset


Pada umumnya, perusahaan mencatat aset tetap sebesar
biaya perolehan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan,
biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang
diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan,
jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali
diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK
lain, misalnya PSAK 53: pembayaran berbasis saham.
Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan
hanya jika (a) kemungkinan besar entitas akan
memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut; dan (b) biaya perolehan dapat diukur secara
andal. Aset tetap yang memenuhi syarat pengakuan
sebagai aset diukur pada biaya perolehnya. Biaya
perolehan aset tetap meliputi:
1. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak
(PPN) pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah
dikurangi diskon pembelian dan potongan lainnya;
2. setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang

285
diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan
sesuai dengan maksud manajemen; dan
3. estimasi awal biaya pembongkaran, biaya
pemindahan aset tetap dan biaya restorasi lokasi aset
tetap.
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
agar dapat diakui sebagai komponen biaya perolehan,
antara lain (1) biaya imbalan kerja (sebagaimana
didefinisikan dalam PSAK 24; Imbalan Kerja) yang timbul
secara langsung dari konstruksi atau perolehan aset
tetap; (2) biaya penyiapan lahan untuk pabrik; (3) biaya
penanganan dan penyerahan awal; (4) biaya perakitan dan
instalasi; (5) biaya pengujian aset apakah aset dapat
berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil neto
penjualan setiap produk yang dihasilkan sehubungan
dengan pengujian tersebut; dan (6) biaya komisi
professional.
Secara lebih faktual, contoh biaya perolehan adalah: biaya
perolehan mesin pabrik termasuk di dalamnya harga beli,
biaya pengiriman yang dibayarkan pembeli, biaya
pemasangan, biaya instalasi dan lain-lain. Contoh lain:
biaya langsung yang berkaitan dengan pekerjaan
konstruksi baru, seperti buruh dan bahan baku,
ditambahkan (di debit) sebagai bagian dari pengakuan
dalam pencatatan akun aset “pekerjaan dalam
penyelesaian (construction in progress)”, pada saat
pekerjaan konstruksi selesai.
Biaya-biaya terkait yang telah dikeluarkan harus
direklasifikasi dengan mengurangkan (mengkredit) akun
pekerjaan dalam penyelesaian dan menambahkan
(mendebit) akun aset tetap terkait yang sesuai. Setelah
biaya perolehan ditetapkan, perusahaan umumnya
menggunakan jumlah tersebut sebagai dasar akuntansi
untuk penentuan nilai aset tetap selama umur
manfaatnya. Untuk memberikan gambaran yang lebih
utuh, tidak semua biaya-biaya yang dikeluarkan dapat
dicatat dan diakui sebagai biaya perolehan aset tetap.

286
Biaya akuisisi yang telah dikeluarkan dan bukan
merupakan komponen biaya perolehan aset tetap adalah
(1) biaya vandalisme (perbuatan
merusak/menghancurkan secara disengaja); (2) biaya
terkait dengan kesalahan dalam instalasi; (3) hilangnya
barang sebagai akibat pencurian yang tidak
diasuransikan; (4) biaya terkait kesalahan selama proses
pembongkaran dan instalasi aset tetap; (5) biaya denda
yang dikeluarkan sebagai akibat kesalahan karena tidak
memperoleh izin yang sesuai dari badan pemerintah; (6)
biaya pembukaan fasilitas baru; (7) biaya pengenalan
produk atau jasa baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas
promosi); (8) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru
atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan
staf); dan (9) biaya administrasi dan biaya overhead umum
lainnya.
Pada umumnya, biaya diukur pada tanggal akuisisinya
karena (1) pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai
wajar; (2) biaya historis melibatkan biaya aktual, bukan
transaksi hipotesis, sehingga merupakan hal yang paling
dapat diandalkan; dan (3) keuntungan serta kerugian
sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui ketika
aset tersebut dijual.

Aset Tetap Tanah


Perusahaan biasanya mengunakan tanah sebagai lokasi
pembuatan pabrik, gudang atau gedung perkantoran.
Semua pengeluaran untuk mendapatkan tanah dan
membuatnya hingga siap untuk digunakan dianggap
sebagai bagian dari biaya perolehan tanah. Biaya
perolehan tanah meliputi (1) harga beli tanah; (2) biaya
balik nama/pemilikan hak dan biaya notaris; (3) biaya
komisi broker; (4) kewajiban perpajakan terkait; (5) biaya
survey tanah; (6) biaya perijinan dari badan-badan
pemerintah; (7) biaya pembongkaran bangunan yang
tidak diperlukan; (8) biaya perbaikan tanah lainnya,
termasuk di dalamnya biaya perataan tanah, pengaspalan
atau pelapisan jalan umum lainnya yang membatasi
tanah, pembuatan jalan masuk, lanskap, pengeboran air
dari bawah tanah, selokan, drainase dan lain-lain, yang

287
memiliki umur ekonomis jangka panjang ; (9) biaya
pengembangan tanah, yang meliputi: pembuatan taman,
pembelian pepohonan dan rerumputan, pembuatan
pagar, penerangan jalan, pengaspalan area parkir dan
lain-lain.
Tanah yang dibeli untuk tujuan mendirikan sebuah
bangunan, maka semua biaya yang diperlukan untuk
mendirikan bangunan baru itu akan dianggap sebagai
biaya perolehan tanah. Biaya penghancuran bangunan
lama, membersihkan, meratakan, dan biaya penimbunan
dianggap sebagai biaya tanah karena biaya-biaya ini,
diperlukan agar tanah berada pada kondisi yang siap
untuk digunakan, dan sebaliknya semua hasil yang
diperoleh dalam proses penyiapan tanah seperti
penerimaan nilai sisa atas penghancuran bangunan lama
atau penjualan kayu, besi, material logam yang telah
dibersihkan akan dicatat sebagai pengurang harga tanah.
Semua biaya-biaya yang dikeluarkan terkait dengan biaya
perolehan tanah akan dicatat dengan mendebit akun
tanah dan mengkredit akun kas/bank dengan nilai yang
sama sesuai dengan nilai total dari perolehan aset tanah
tersebut.

Gambar 19.2 Contoh jurnal pencatatan perolehan aset


tetap (tanah).

Aset Tetap Bangunan


Bangunan adalah fasilitas yang digunakan dalam operasi
bisnis perusahaan, seperti bangunan pabrik, gudang,
perkantoran, pertokohan, sarana pendidikan dan lain-
lain. Biaya perolehan bangunan idealnya melibatkan
semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan
akuisisi atau konstruksinya, antara lain (1) biaya bahan,
tenaga kerja, pajak penjualan dan overhead yang terjadi
selama konstruksi antara lain: biaya asuransi selama

288
konstruksi, bunga atas pinjaman untuk membiayai
konstruksi, jalan setapak ke dan sekitar bangunan, biaya
reparasi (pembelian bangunan bekas), restorasi
(pembelian bangunan bekas), modifikasi untuk
penggunaan; dan (2) honor profesional (meliputi: biaya
jasa arsitek, insinyur, design interior dan eksterior) serta
biaya ijin mendirikan bangunan dari badan pemerintah
terkait.
Biasanya, perusahaan melakukan kontrak dengan
perusahaan lain untuk mendirikan bangunan. Semua
biaya yang dikeluarkan mulai dari penggalian sampai
penyelesaian bangunan, dianggap sebagai bagian dari
biaya perolehan aset tetap bangunan dan dicatat dengan
mendebit akun bangunan dan mengkredit akun kas/bank
dengan nilai yang sama sesuai dengan nilai total dari
perolehan aset bangunan tersebut.

Gambar 19.3 Contoh jurnal pencatatan perolehan aset


tetap (bangunan).

Aset Tetap Peralatan


Aset tetap “peralatan” dalam akuntansi mencakup aset
yang digunakan dalam operasi bisnis perusahaan,
meliputi peralatan pengiriman (motor, mobil, truck, kapal,
pesawat terbang, kereta api), peralatan kantor (komputer,
notebook, printer, AC, kipas angin), mesin-mesin,
perabotan dan perkakas, perlengkapan tetap, peralatan
pabrik, dan aset tetap sejenis lainnya.
Biaya perolehan peralatan, terdiri dari (1) harga
pembelian; (2) pajak penjualan; (3) biaya pengiriman; (4)
asuransi pengiriman; (5) biaya perakitan, biaya
pemasangan dan biaya pengujian unit; (6) biaya reparasi
pembelian (pembelian peralatan bekas); (7) restorasi
pembelian (pembelian peralatan bekas); (8) biaya
modifikasi untuk penggunaan; dan (9) biaya perijinan dari

289
badan pemerintah terkait. Semua biaya-biaya yang
dikeluarkan terkait dengan biaya perolehan peralatan
akan dicatat dengan mendebit akun Peralatan (peralatan
kantor/peralatan pabrik/mesin/kendaraan) dan
mengkredit akun kas/bank dengan nilai yang sama sesuai
nilai total dari perolehan aset peralatan tersebut.

Gambar 19.4 Contoh jurnal pencatatan perolehan aset


tetap (peralatan).

Biaya Penyusutan
Penyusutan (depreciation) adalah proses pengalokasian
untuk membebankan biaya perolehan aset tetap selama
umur manfaatnya (masa pakai) secara rasional dan
sistematis. Berdasarkan definisi di atas, jelas bahwa
penyusutan bukan merupakan penilaian tetapi
merupakan alat untuk alokasi biaya.
Aset tetap tidak disusutkan berdasarkan penurunan nilai
pasar wajarnya, tetapi berdasarkan pembebanan
sistematis terhadap beban. Mengakui penyusutan pada
aset tidak menghasilkan akumulasi kas untuk
penggantian aset, saldo dalam akumulasi penyusutan
mencerminkan jumlah total biaya perolehan aset yang
dibebankan pada perusahaan dan bukan merupakan kas.
Beban penyusutan suatu periode biasanya diakui dalam
laporan laba rugi.
Besarnya perhitungan penyusutan dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain (a) biaya perolehan aset tetap,
perusahaan mencatat aset tetap dengan biaya perolehan
sesuai dengan prinsip biaya historis; (b) umur manfaat
yang diperkirakan (useful life), perkiraan umur produktif
yang diharapkan, juga disebut masa pakai dari aset bagi
pemiliknya; dan (c) nilai residu (residual value)/nilai
sampingan (scrap value)/nilai sisa (salvage value)/nilai

290
pertukaran (trade-in value), yaitu estimasi/perkiraan nilai
aset pada akhir masa pakainya.

Gambar 19.5 Faktor Penyusutan

Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


Metode penyusutan garis lurus adalah metode
penyusutan yang mempertimbangkan penyusutan
sebagai fungsi dari waktu dan bukan fungsi dari
penggunaan, menghasilkan jumlah beban penyusutan
yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu
aset tetap dan jika aset tidak digunakan setahun penuh,
maka penyusutan tahunannya disesuaikan menurut
lamanya pemakaian. Metode garis lurus sangat sederhana
dan digunakan secara luas. Metode ini menciptakan
transfer biaya yang wajar ke beban periodik jika
pemanfaatan aset dan pendapatan yang terkait dengan
pemakaian sama dari periode ke periode. Penyusutan
tahunan dihitung dengan rumus dan dijurnal:

Gambar 19.6 Penyusutan Tahunan

291
Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Methods)
Metode beban menurun sering juga disebut metode
penyusutan dipercepat (accelerate depreciation methods),
yaitu metode yang menyediakan biaya penyusutan yang
lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih
rendah pada periode berikutnya. Dasar pemikiran dari
metode ini adalah bahwa lebih banyak penyusutan harus
dibebankan pada tahun-tahun awal karena aset
mengalami kehilangan pelayanan yang lebih besar pada
tahun-tahun tersebut.
Dasar pemikiran lain adalah bahwa metode dipercepat
memberikan biaya yang konstan karena beban
penyusutan lebih rendah dalam periode terakhir, di mana
pada waktu itu biaya reparasi dan pemeliharaan untuk
pemulihan aset tetap seringkali lebih tinggi dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Metode beban menurun
dibagi menjadi dua bagian.
1. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Years Digits
Method): menghasilkan beban penyusutan yang
menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari
biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi
nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah
angka tahun sebagai penyebut (4+3+2+1 = 10) dan
jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal
tahun sebagai pembilang. Dengan metode ini,
pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut
tetap konstan (4/10, 3/10, 2/10, dan 1/10). Pada
akhir masa manfaat aset, saldo yang tersisa harus
sama dengan nilai sisa.
2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method):
menggunakan tarif penyusutan (diekspresikan
sebagai persentase) berupa beberapa kelipatan dari
metode garis lurus. Sebagai contoh, tarif penyusutan
saldo menurun atas suatu aset yang memiliki estimasi
umur manfaat 5 tahun adalah 40%, yaitu dua kali
taris garis lurus sebesar 20% (100%/5). Tarif saldo
menurun tetap konstan dan diaplikasikan pada nilai
buku yang menurun setiap tahun.

292
Tidak seperti metode lainnya, dalam metode saldo
menurun nilai sisa tidak dikurangkan dalam
menghitung dasar penyusutan. Tarif saldo menurun
dikalikan dengan nilai buku aset pada awal setiap
periode. Nilai buku aset dikurangi setiap periode
dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun
yang konstan diaplikasikan pada nilai buku yang
terus menurun yang menghasilkan beban penyusutan
yang semakin rendah setiap tahunnya. Proses ini,
terus berlanjut sampai nilai buku aset berkurang
mencapai estimasi nilai sisanya, di mana pada saat
tersebut penyusutan akan dihentikan.

Metode Aktivitas
Metode aktivitas (activity method) disebut juga dengan
metode unit penggunaan atau unit produksi dan
pendekatan beban variabel yaitu metode penyusutan yang
mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari
penggunaan atau produktivitas dan bukan dari
berlalunya waktu. Umur aset dinyatakan dalam istilah
keluaran (output) yang disediakan (unit-unit yang
diproduksi), atau masukan (input) seperti jumlah jam
kerja penggunaan aset, penggunaan jam mesin lebih tepat
dalam mengukur beban penyusutan selama periode
akuntansi tertentu. Penyusutan dihitung dengan rumus:

Metode Penyusutan Khusus


Perusahaan kadang tidak memiliki salah satu dari metode
penyusutan yang lebih populer karena aset yang terlibat
memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya
mengharuskan penerapan metode penyusutan khusus.
Berikut adalah alternatif pilihan dalam metode
penyusutan khusus (a) metode kelompok dan gabungan
(komposit); dan (b) metode campuran atau kombinasi.

Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap


Perusahaan harus menghitung nilai buku dari aset tetap
pada tanggal penghentian untuk menentukan ada
tidaknya biaya ditimbulkan dan pada tanggal pelepasan
untuk menentukan keuntungan atau kerugian. Hal

293
mendasar yang menjadi perhatian bahwa nilai buku
adalah selisih antara biaya perolehan aset tetap dan
akumulasi penyusutan sampai saat perhitungan.
Pada saat terjadinya penghentian dan pelepasan aset
tetap, perusahaan akan menghilangkan nilai buku
dengan cara mengurangi (meng-debit) akumulasi
penyusutan untuk jumlah penyusutan yang terkait
dengan aset tersebut sampai pada tanggal
penghentian/pelepasan dan mengurangkan (mengkredit)
akun aset untuk biaya perolehan aset tersebut.

Gambar 19.7 Contoh jurnal penghentian dan pelepasan


aset tetap.

Aset tak Berwujud


Aset tak berwujud (intangible assets) adalah hak,
keistimewaan, dan keunggulan kompetitif yang dihasilkan
dari kepemilikan aset berumur panjang yang tidak
memiliki substansi fisik. Aset dinamakan aset tak
berwujud (intangible assets) karena mereka tidak terlihat
secara fisik. Prinsip dasar akuntansi untuk aset tidak
berwujud berfokus pada (1) biaya awal; dan (2) amortisasi
(amortization), yaitu jumlah biaya atau harga perolehan
yang di transfer ke beban.
Amortisasi dicatat setelah berlalunya waktu atau
penurunan kegunaan aset tak berwujud. Beberapa
bentuk aset tak berwujud, antara lain:
1. hak paten, hak cipta, lisensi, merek dagang, dan nama
dagang;
2. akuisisi bisnis lain, di mana harga beli termasuk
pembayaran untuk goodwill; dan
3. pengaturan monopoli yang timbul dari perjanjian,
seperti waralaba dan sewa.

294
Perusahaan mencatat aset tak berwujud dengan biaya
perolehan. Aset tak berwujud dikategorikan memiliki
umur manfaat yang terbatas atau umur manfaat yang
tidak terbatas, jika aset tak berwujud memiliki umur
manfaat yang terbatas, perusahaan mengalokasikan biaya
perolehan selama umur manfaat aset dengan
menggunakan proses yang serupa dengan penyusutan.
Proses pengalokasian biaya aset tak berwujud disebut
amortisasi (amortization). Biaya aset tak berwujud dengan
umur tidak terbatas tidak boleh diamortisasi. Perusahaan
mengklasifikasikan beban amortisasi sebagai beban
operasi dalam laporan laba rugi, dan serupa dengan aset
tetap, IFRS mengizinkan dilakukannya revaluasi aset tak
berwujud menjadi nilai wajar, kecuali goodwill.

Gambar 19.7 Contoh jurnal pengalokasian biaya aset tak


berwujud disebut amortisasi.

295
Daftar Pustaka

Donald, E. Kieso., Jerry, J. Weygandt., & Terry, J.


Warfield. (2002). Intermediate Accounting, Tenth
Edition. Jakarta: Salemba Erlangga.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2012). Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16: Aset
Tetap dan PSAK No. 19: Aset Tak Berwujud. Jakarta:
IAI.
Warren, Carl S., Reeve, James M., & Fess, Philip E. (2005).
Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Weygandt, Jerry J., Kimmel, Paul D., & Kieso, Donald E.
(2018). Pengantar Akuntansi 1 Berbasis IFRS Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.

296
Profil Penulis

Yanuar Lazuardi, S.E., M.Akt.


Ketertarikan penulis terhadap Ilmu
Akuntansi dimulai pada tahun 2002 silam.
Hal tersebut menuntun penulis masuk
perguruan tinggi pada Program Studi Diploma
3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Surabaya dan berhasil lulus pada tahun 2005, bekerja
pada Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan
Manajemen dan selanjutnya bekerja pada perusahaan
swasta group BUMN sebagai akuntan perusahaan, selang
beberapa tahun kemudian melanjutkan pendidikan ke
jenjang Strata 1 dan berhasil menyelesaikan Studi S-1 di
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi pada tahun
2012. Dua tahun kemudian, melanjutkan pendidikan ke
jenjang Strata 2 dan berhasil menyelesaikan Studi S-2
Pascasarjana Magister Akuntansi pada tahun 2016. Saat
ini, penulis aktif mengajar di Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan dan untuk
menunjang karir sebagai dosen profesional, penulis pun
aktif sebagai peneliti dan juga aktif menulis buku dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa
dan negara yang tercinta.

297
298
20
HUTANG DAN EKUITAS

Masnawaty Sangkala, S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CPA.


Universitas Negeri Makassar

Hutang
Perusahaan menggunakan hutang sebagai bentuk
pendanaan eksternal untuk mendukung operasi mereka.
Munawir (2004) mendefinisikan hutang sebagai
keseluruhan kewajiban keuangan perusahaan yang
belum dibayar kepada pihak ketiga, di mana hutang ini
merupakan sumber modal perusahaan atau dana dari
kreditur.
Manfaat ekonomi yang mungkin timbul pada masa depan
sebagai akibat dari kewajiban saat ini disebut sebagai
kewajiban. Saat memutuskan apakah akan menggunakan
hutang atau tidak, penting untuk mempertimbangkan
biaya tetap yang terkait dengan hutang, khususnya bunga
hutang, yang meningkatkan daya ungkit keuangan.
Hutang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.
1. Hutang Jangka Pendek
Utang dengan jangka waktu pengembalian satu tahun
disebut utang jangka pendek. Obligasi sesaat memiliki
dua keuntungan, yaitu fleksibilitas dan biaya yang
lebih rendah.
a. Fleksibilitas
Utang jangka panjang dapat diadaptasi dan dapat
digunakan kapan pun bisnis membutuhkannya.

299
Selain itu, bisnis sering dihadapkan dengan
persyaratan mendesak.
b. Biaya Lebih Rendah
Hutang jangka pendek biasanya memiliki suku
bunga yang lebih rendah daripada hutang jangka
panjang karena semakin panjang jangka waktu
hutang, semakin tinggi bunganya
Selain memiliki manfaat hutang jangka panjang juga
memiliki kelemahan, kelemahan hutang jangka
pendek.
a. Likuiditas
Likuiditas utang jangka pendek lebih rendah
daripada utang jangka panjang. Likuiditas utang
jangka panjang lebih terjamin, sedangkan debitur
dengan utang jangka pendek sering kali harus
menyediakan dana untuk pelunasan atau
membayar bunga dan berulang kali
memperpanjang pokok pinjaman.
b. Ketidakpastian Biaya/Bunga
Suku bunga utang jangka panjang selalu dapat
berubah berdasarkan persepsi kreditur terhadap
tingkat risiko perusahaan debitur dan rata-rata
suku bunga di pasar.
Jenis hutang jangka pendek meliputi
a. utang usaha, yaitu utang karena pembelian
barang;
b. janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
pada tanggal tertentu pada masa depan, yang
dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau
transaksi lainnya, ini bisa menjadi bentuk
catatan;
c. uang yang dibayar di muka dan pengeluaran yang
telah terjadi, tetapi belum dibayar;

300
d. utang yang akan segera jatuh tempo, termasuk
sebagian utang jangka panjang yang diubah
menjadi utang jangka pendek karena pembayaran
yang akan datang; dan
e. biaya yang masih harus dibayar dan uang yang
diterima untuk penjualan barang atau jasa yang
belum direalisasi.
2. Hutang Jangka Panjang
Hutang dengan jangka waktu pembayaran lebih dari
satu tahun sejak tanggal neraca dianggap sebagai
hutang jangka panjang, dan sumber untuk melunasi
hutang jangka panjang yang bukan aktiva lancar
dianggap sebagai hutang jangka panjang.
Hutang jangka panjang meliputi
a. hutang obligasi merupakan instrumen keuangan
yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual ke
investor. Perusahaan mengeluarkan surat
berharga yang menjanjikan pembayaran pada
periode tertentu dan surat tersebut memuat
beberapa perjanjian yang spesifik;
b. memiliki saham perusahaan adalah bukti
kepemilikan. Dividen dan keuntungan modal
memberikan pendapatan dividen kepada
pemegang saham;
c. hipotek berfungsi sebagai instrumen hutang
dengan memberikan pemberi pinjaman hak
hipotek atas real estate dan pinjaman sebagai
jaminan atas kewajiban mereka;
d. utang dari bank atau lembaga keuangan lainnya
Utang langsung dapat diperoleh dari bank atau
lembaga keuangan lainnya. Amortisasi dan
agunan adalah dua fitur pinjaman lembaga
keuangan. Pinjaman langsung dilunasi dari waktu
ke waktu melalui amortisasi, khususnya secara
bertahap, untuk meringankan beban substansial
dari satu kali pembayaran;

301
e. saham preferen adalah jenis saham dengan
karakteristik obligasi; saham preferen menerima
jumlah dividen tetap. Proporsi yang telah
ditentukan sebelumnya dari saham preferen
nominal untuk setiap periode; dan
f. modal ventura merupakan bentuk penyertaan
modal dari perusahaan pembiayaan kepada
perusahaan yang membutuhkan dana untuk
jangka waktu tertentu.
Penggunaan hutang jangka panjang akan lebih
menguntungkan apabila terjadi kondisi-kondisi
berikut.
a. Pendapatan dan penjualan relatif stabil. Leverage
diharapkan menghasilkan manfaat yang
signifikan dari penjualan yang signifikan pada
masa depan dan peningkatan pendapatan.
b. Perusahaan akan mendapat untung dari hutang
yang akan dilunasi dengan uang lebih murah
(karena inflasi) jika diantisipasi bahwa tingkat
harga akan naik secara signifikan pada masa
depan.
c. Bidang usaha saat ini, memiliki debt ratio yang
relatif rendah.
d. Manajemen perusahaan berpendapat bahwa
harga obligasi saham biasa diturunkan untuk
sementara.
e. Kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan struktur pengendaliannya saat
ini akan dipertanyakan dengan penjualan saham
biasa.

Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang perusahaan adalah kebijakan
pendanaan yang berasal dari sumber luar. Utang jangka
panjang perusahaan yang digunakan untuk membiayai
operasinya disebut sebagai kebijakan utangnya. Utang
merupakan salah satu komposisi struktur modal,

302
sehingga keputusan kebijakan utang dikaitkan dengan
struktur modal.
Mamduh (2004) mengatakan bahwa perusahaan berisiko
jika memiliki banyak utang dalam struktur modalnya. Di
sisi lain, jika perusahaan menggunakan sedikit atau
tanpa hutang, dianggap tidak dapat memanfaatkan
tambahan modal eksternal yang dapat membantunya
berjalan lebih baik.
Debt Equity Ratio (DER) yang merupakan perbandingan
antara total utang jangka panjang dengan modal sendiri
sering digunakan untuk mengukur kebijakan utang.
Beban hutang perusahaan lebih sedikit dan
kemampuannya membayar hutang lebih tinggi ketika
DER lebih rendah. Sebaliknya, semakin tinggi DER,
semakin banyak hutang yang diambil bisnis dan semakin
banyak risiko yang dihadapi. Fakta bahwa bisnis akan
diminta untuk melakukan pembayaran pinjaman secara
berkala untuk pokok dan bunga, kebijakan ini
menyebabkan konflik dan meningkatkan biaya keagenan.
Manajer akan dapat menggunakan disiplin yang diberikan
oleh kebijakan hutang untuk memaksimalkan dana yang
tersedia bagi pengguna. Dalam menjalankan bisnis,
kebijakan utang bertindak sebagai pengawasan atau
kontrol atas tindakan manajer. Keputusan pendanaan
berbasis hutang biasanya memiliki rasio hutang yang
telah ditetapkan yang tidak dapat dilampaui dan memiliki
batasan jumlah uang yang dapat dieksplorasi. Biaya akan
naik dan struktur modal bisnis akan terpengaruh jika
hutang lebih tinggi dari rasio ini.
Rasio Utang Jangka Panjang (LDE) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat utang. Ini
menunjukkan seberapa banyak utang yang dapat ditutupi
oleh modal perusahaan atau seberapa banyak utang
dibandingkan dengan modal perusahaan; untuk
amannya, beberapa hutang harus lebih kecil dari modal
perusahaan. Dengan asumsi sebuah organisasi
menggunakan banyak kewajiban, itu akan meningkatkan
biaya bunga dan kepala kredit yang harus dibayar, ini
meningkatkan kemungkinan bahwa organisasi akan

303
mengalami gagal bayar, atau setidaknya, tidak dapat
memenuhi komitmen angsuran kewajibannya tepat waktu
karena perluasan komitmen.
Sebagian besar perusahaan lebih suka menggunakan
obligasi daripada memberikan penawaran baru untuk
mendapatkan lebih banyak aset, hal ini karena biaya yang
ditimbulkan lebih rendah. Ada dua alasan mengapa bisnis
lebih suka menggunakan utang daripada bentuk
pendanaan eksternal lainnya. Pertama, biaya yang terkait
dengan emisi. Harga penerbitan saham baru akan lebih
tinggi dari harga penerbitan obligasi. Sebab, harga saham
lama akan turun akibat penerbitan saham baru. Kedua,
manajer khawatir investor akan memandang penerbitan
saham baru sebagai berita buruk yang akan
menyebabkan saham tersebut jatuh. Hal ini karena
manajer dan investor mungkin memiliki informasi yang
berbeda.

Teori Kebijakan Hutang


1. Agency Theory
Pemegang saham adalah agen dalam teori keagenan,
dan manajemen yang menjalankan bisnis adalah
agennya. Teori keagenan menyatakan bahwa manajer
tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik
pemegang saham, ketika mereka bertindak atas nama
pemegang saham. Terlepas dari kenyataan bahwa
pemegang saham menunjuk manajer,
ketidaksepakatan sering muncul antara manajemen
dan pemegang saham.
Manajer biasanya tidak menyukai risiko, mereka
cenderung memaksimalkan keuntungan dengan
mengorbankan pihak lain. Jensen dan Meckling
(1976) menjelaskan bahwa masalah keagenan akan
muncul jika manajer memiliki kurang dari 100 persen
saham perusahaan dan membuat keputusan
pembiayaan berdasarkan memaksimalkan nilai
daripada mengejar kepentingannya sendiri.

304
Biaya yang dikeluarkan oleh agensi untuk
mengendalikan semua aktivitas yang dilakukan oleh
manajer, agar manajer dapat bertindak secara
konsisten sesuai dengan perjanjian kontrak
meningkat akibat masalah keagenan ini. Biaya yang
dikeluarkan oleh agen, termasuk biaya yang terkait
dengan pemantauan aktivitas manajer, biaya ikatan
yang dikeluarkan untuk membujuk manajer bekerja
untuk kepentingan prinsipal tanpa pengawasan,
kerugian sisa, dan biaya yang terkait dengan
perbedaan pengembalian yang berasal dari keputusan
investasi yang dibuat oleh prinsipal dan agen.
Beberapa cara untuk memotong biaya agensi. Petama,
dengan meningkatkan kepemilikan saham
manajemen, yang merupakan pilihan pertama.
Kedua, melalui penggunaan kebijakan utang. Ketiga,
peningkatan pembayaran dividen atau dividend
payout ratio.
2. Signaling Theory (Brigham and Houston, 2001)
Signal atau isyarat adalah tindakan yang dilakukan
oleh manajemen yang menginformasikan investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan, akan berusaha menghindari
penjualan saham dan akan mencari modal tambahan
yang diperlukan melalui cara alternatif, seperti
penggunaan utang yang melebihi target struktur
modal normal, sedangkan bisnis dengan prospek yang
tidak menguntungkan biasanya akan memilih untuk
menjual saham.
Fakta bahwa perusahaan menerbitkan saham
biasanya merupakan tanda bahwa manajemen
mengkhawatirkan masa depan perusahaan. Harga
saham akan turun jika perusahaan menawarkan
untuk menjual saham baru, karena hal itu
mengirimkan sinyal negatif dan menurunkan harga
saham.

305
3. Dominance Hierarchy Hypothesis
Hipotesis rantai makanan adalah hipotesis yang
menyatakan bahwa (1) organisasi bersandar pada
pendanaan dari dalam sebagai pendapatan yang
ditahan, (2) dengan asumsi bahwa dukungan dari luar
diperlukan, organisasi akan memberikan
perlindungan yang paling aman terlebih dahulu, dari
pemberian surat berharga, perlindungan dengan
kualitas, penerbitan penawaran baru (Brealey dan
Myers, 1991).
Tidak ada rasio target dalam teori ini, karena ada dua
jenis modal sendiri—modal internal dan modal
eksternal. Modal eksternal lebih disukai daripada
modal internal perusahaan sendiri.
4. Teori Perdagangan Statis
Teori perdagangan didasarkan pada premis bahwa
sulit untuk menebus 100% hutang; nyatanya,
semakin besar hutang, semakin besar pula beban
yang harus ditanggung. Kemungkinan menyatakan
kebangkrutan meningkat dengan beban utang.
Hipotesis kompromi masuk akal bahwa ada
hubungan antara biaya, perjudian dan pemanfaatan
kewajiban yang ditimbulkan oleh pilihan konstruksi
modal yang diambil oleh organisasi (Brealey dan
Myers, 1991).
Teori pertukaran perjanjian menyatakan bahwa modal
perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan
manfaat pengurangan pajak ketika utang meningkat
di satu sisi dan biaya perusahaan ketika utang
meningkat di sisi lain. Ketika manfaat pengurangan
pajak masih lebih tinggi dari perkiraan biaya
keagenan, perusahaan masih dapat menambah
utangnya, dan kenaikan utang dibatalkan ketika
pengurangan pajak lebih rendah dari biaya keagenan.
Teori ini membandingkan manfaat dan biaya, atau
keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas
penggunaan hutang.

306
Faktor Kebijakan Hutang
1. Kepemilikan Manajerial
a. Kepemilikan administratif adalah tingkat
penawaran yang diadakan oleh organisasi
eksekutif yang secara efektif mengambil bagian
dalam arah organisasi. Jensen dan Mecking
(1976) mengemukakan bahwa struktur
kepemilikan menunjukkan bahwa proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi
dan manajemen, selain hutang dan ekuitas,
menentukan variabel struktur modal yang
signifikan.
Jika manajer memiliki saham di perusahaan,
masalah keagenan dapat dikurangi. Hal ini terjadi
sebagai akibat dari penyebaran risiko dan
pengambilan keputusan. Manajer lebih cenderung
membelanjakan laba, meningkatkan
kemungkinan utang terkait kebangkrutan,
meningkatkan biaya agensi, dan menurunkan
nilai perusahaan.
Proporsi saham perusahaan yang dimiliki pada
akhir tahun digunakan untuk mengukur
kepemilikan manajerial. Karena itu, mereka juga
merupakan pemegang saham, manajer akan
berusaha membantu pemegang saham
perusahaan memiliki kepemilikan manajerial
yang lebih banyak disana. Untuk memberikan
efek positif pada bisnis dalam kaitannya dengan
otoritas manajemen atas kebijakan hutang,
proporsi kepemilikan manajerial harus sesuai.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan saham oleh investor institusional
seperti bank, perusahaan investasi, dan bisnis
lainnya dikenal sebagai kepemilikan institusional.
Kepemilikan saham institusional seringkali
berperan sebagai pihak yang mengawasi bisnis.
Karena itu, kepemilikan saham merupakan
sumber kekuatan yang dapat digunakan untuk

307
mendukung atau menolak keberadaan
manajemen, maka kepemilikan institusional akan
mendorong pemantauan kinerja manajemen yang
lebih optimal.
Perusahaan dengan kepemilikan institusional
yang banyak (lebih dari 5 persen) memiliki
manajemen yang baik. Semakin banyak
kepemilikan institusional yang dimiliki
perusahaan, semakin besar kendali yang
dimilikinya dan semakin baik aktivasinya
digunakan. Demikian pula, proporsi kepemilikan
institusional dapat menghambat pengelolaan
sampah.
Hal ini mengindikasikan bahwa upaya
pengawasan akan lebih efektif jika lembaga
tersebut memiliki proporsi saham yang lebih
besar, karena mampu mengendalikan perilaku
oportunistik pengelola. Memungkinkan bisnis
menggunakan utang yang relatif rendah, tindakan
pemantauan ini, akan mengurangi biaya agensi.
c. Profitabilitas
Laba bersih yang dihasilkan merupakan ukuran
seberapa baik manajemen mengelola aset
perusahaan. Tingkat laba bersih yang mampu
dicapai organisasi selama menjalankan kegiatan
operasionalnya dikenal sebagai profitabilitas.
Kapasitas semua aset untuk menghasilkan laba
ditunjukkan oleh profitabilitasnya. Untuk
menentukan struktur modal perusahaan,
profitabilitas harus dipertimbangkan. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa bisnis dengan
profitabilitas tinggi akan menggunakan hutang
minimal untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaannya.
Perusahaan akan menggunakan laba ditahannya
yang besar sebelum menggunakan hutang.
Weston (1997) mengatakan bahwa bisnis dengan
tingkat pengembalian investasi yang tinggi
menggunakan hutang yang relatif kecil karena

308
perusahaan dapat menggunakan tingkat
pengembalian yang tinggi untuk membiayai
sebagian besar pembiayaan internalnya. Dengan
membandingkan laba yang dihasilkan selama
periode tertentu dengan total aset atau modal
perusahaan, profitabilitas dapat ditentukan
(Bwembya Chikolwa, 2009: Brealey et al., 2008).

Ekuitas
Ekuitas adalah hak pemilik terhadap aset perusahaan
setelah dikurangi liabilitas (kewajiban) dalam neraca.
Ekuitas juga diartikan sebagai modal atau kekayaan
entitas bisnis, dihitung dengan jumlah aset dikurangi
dengan liabilitas.
Ekuitas = Aset - Liabilitas
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of
ownership yang memiliki arti sebagai kekayaan bersih
perusahaan.
Standar akuntansi keuangan (PSAK No. 21), ekuitas yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban lancar
perusahaan dan merupakan bagian dari hak pemilik,
bukanlah ukuran nilai jual perusahaan.
Ekuitas pada dasarnya berasal dari investasi pemilik dan
hasil operasi bisnis. Ekuitas akan berkurang, terutama
sebagai tanggapan atas penarikan pemilik dari partisipasi,
pembagian keuntungan, atau kerugian.
Simpanan pemilik, disebut juga simpanan modal atau
pokok anggota badan hukum koperasi, laba ditahan, dan
komponen lainnya merupakan ekuitas. Dalam Standar
Akutansi Keuangan (2007) dijelaskan tujuan ekuitas
sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan yang harus
dilaporkan, sehingga dapat memberikan informasi
mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai
dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang
berlaku.

309
Elemen Ekuitas
1. Modal Disetor
Modal disetor adalah jumlah uang yang disetor oleh
pemilik atau pemegang saham. Modal disetor dibagi
ke dalam dua jenis, yaitu modal saham dan
agio/disagio saham (additional paid-in capital).
2. Laba tidak Dibagi (Retained Earning)
Laba tidak dibagi atau saldo laba ditahan adalah
kumpulan laba dari tahun-tahun sebelumnya yang
tidak dibagi sebagai dividen.
3. Modal Penilaian Kembali
Modal penilaian kembali adalah selisih nilai buku
lama dengan nilai buku baru.
4. Modal Sumbangan
Modal sumbangan adalah modal yang diperoleh
perusahaan karena memperoleh aset yang berasal
dari sumbangan.
5. Modal Lain-Lain
Contoh modal lain-lain adalah modal dari cadangan
pelunasan obligasi dan lain sebagainya yang tidak
dikategorikan dalam empat kategori di atas.

Jenis-Jenis Ekuitas
1. Ekuitas Pemegang Saham
Total nilai aset perusahaan yang didistribusikan
kepada pemegang saham setelah dikurangi hutang
atau kewajiban lainnya, disebut sebagai ekuitas
pemegang saham perusahaan.
2. Jumlah Ekuitas Pemilik
dalam bisnis terkait dikenal sebagai ekuitas pemilik.
Sebagian besar waktu, ekuitas pemilik berlaku untuk
usaha kecil. Nilai ekuitas pemilik sebanding dengan
pemegang saham pemegang saham, atau jumlah aset
bisnis dikurangi kewajibannya.

310
Pentingnya Ekuitas dalam Perusahaan
Nilai buku bisnis tercermin dalam nilai ekuitasnya. Salah
satu faktor yang memengaruhi harga saham perusahaan
adalah nilai ini. Namun, kami sering mengamati harga
saham yang lebih tinggi dari nilai ekuitas per saham
perusahaan. Keyakinan investor terhadap masa depan
perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya yang lebih
tinggi.
Sambil mempertahankan bisnis, seorang visioner bisnis
harus mengetahui dasar-dasar nilai-nilai organisasi.
Dengan cara ini, Anda dapat menentukan nilai aset dan
saham tanpa hutang atau kewajiban yang merupakan
indikator kesehatan perusahaan.

Contoh Ekuitas
Berikut adalah contoh-contoh ekuitas berdasarkan pos-
pos atau akun-akunnya.
1. Saham Biasa
Saham biasa adalah ekuitas dalam suatu perusahaan
yang mewakili investasi awal atau modal yang disetor.
Pemilik atau pemegang saham diberikan hak
kepemilikan atas aset tertentu melalui ekuitas ini.
Pemegang saham biasa bertanggung jawab untuk
menetapkan kebijakan dan prosedur perusahaan
serta memilih direktur dan pejabat yang mengatur.
2. Saham Preferen
Berbeda dengan pemegang saham biasa, pemegang
saham preferen memiliki beberapa tanggung jawab
dan tidak memiliki hak suara. Namun, klaim mereka
atas pendapatan dan aset perusahaan biasanya
melebihi hak pemegang saham biasa.
3. Treasury Stock
Treasury stock adalah ilustrasi lain dari item ekuitas
bisnis. Jenis penawaran ini, digunakan untuk
membeli kembali saham dari investor biasa. Saham
ini, biasanya memiliki nilai negatif, yang dicatat dalam
pembukuan sebagai penurunan nilai total ekuitas.

311
4. Laba Disimpan
Laba ditahan juga dikenal sebagai laba ditahan,
adalah total pendapatan perusahaan dikurangi
dividen yang disimpan untuk pemegang saham. Pada
dasarnya, ini adalah penghasilan bersih Anda sebagai
pemilik bisnis daripada pemegang saham.
5. Modal Disetor
Tambahan Jenis ekuitas bisnis ini dimungkinkan oleh
pemegang saham yang melakukan investasi
tambahan di luar nilai saham utamanya. Kontribusi
surplus, juga dikenal sebagai item ekuitas ini,
biasanya memiliki nilai lebih tinggi daripada item
ekuitas lainnya. Keuntungan dan kerugian
perusahaan dari penjualan saham dapat
memengaruhi nilai ekuitas ini.
Tujuan penyajian ekuitas, yaitu
1. efisiensi dan kepengurusan managemen;
2. riwayat dan prospek investasi pemilik; dan
3. tanggung jawab yuridis pemilik.
Untuk mencapainya, harus tersedia informasi
1. sumber ekuitas;
2. pembatasan pembagian dividen dan likuidasi; dan
3. batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.

312
Daftar Pustaka
http://digilib.unila.ac.id/7932/17/BAB%20II.pdf
https://accounting.binus.ac.id/2021/11/02/equity-
theory/
https://accounting.binus.ac.id/2021/11/02/equity-
theory/

313
Profil Penulis
Masnawaty Sangkala, S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CPA.

Penulis adalah Dosen pada Jurusan


Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Makassar sejak tahun 1998 sampai
sekarang, dilahirkan di Makassar pada
tanggal 1 Agustus 1965. Penulis mengajar di
bidang Sistem Informasi Akuntansi, Auditing dan Sistem
Pengendalian Manajemen. Sejak Tahun 1995-2017,
penulis bekerja sebagai Auditor pada kantor Akuntan
Publik, pada Tahun 2018 sampai sekarang penulis telah
menjadi pimpinan pada kantor Akuntan Publik
“Masnawaty Sangkala, S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CPA”
Pengalaman di bidang Akuntansi pada tahun 1995-
sekarang membantu menyusun laporan keuangan dan
memeriksa laporan keuangan di beberapa perusahaan
baik perusahaan jasa, dagang, manufaktur, Badan
Layanan Umum (BLU), maupun Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD).
E-mail Penulis: wati_4529@yahoo.co.id

314
21
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Yanuar Lazuardi, S.E., M.Akt.


Universitas Islam Lamongan

Konsep Dasar
Sebelum memahami lebih jauh berkaitan dengan sistem
informasi akuntansi, apa kegunaan dan manfaat sistem
informasi akuntansi bagi perusahaan, terlebih dahulu
kita harus memahami apa yang dimaksud dengan sistem
dan data, apa yang dimaksud dengan informasi, dan apa
yang dimaksud dengan akuntansi itu sendiri. Setelah kita
memahami tiga istilah kunci tersebut, kita dapat lebih
mudah menjabarkan dan mendefinisikan sistem
informasi akuntansi dengan lebih mudah.
Maksud dari arti kata sistem (system) adalah serangkaian
dua atau lebih komponen yang saling terkait dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sebagian besar
sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil, yang
mendukung sistem yang lebih besar. Contoh, departemen
produksi adalah sistem yang terdiri dari berbagai
fungsi/unit kerja produksi, yang mana masing-masing
merupakan subsistem.
Selanjutnya, departemen produksi itu sendiri merupakan
subsistem dari perusahaan. Setiap subsistem didesain
untuk mencapai satu atau lebih tujuan organisasi.
Semakin besar organisasi dan sistem yang lebih
kompleks, semakin sulit untuk mencapai keselarasan
tujuan, sedangkan data adalah sekumpulan fakta yang
mewakili suatu peristiwa/kejadian yang disimpan dan
diproses oleh sistem informasi.

315
Arti kata informasi (information) adalah data yang telah
dikelola dan diproses untuk memberikan arti dan
memperbaiki proses pengambilan keputusan. Informasi
juga dapat diartikan sebagai data yang diolah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi
penerimanya. Akuntansi dapat didefinisikan dalam arti
kata, sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan.
Akuntansi adalah bahasa perusahaan yang
menggambarkan kondisi perusahaan secara lebih riil bagi
pihak-pihak terkait, yang membutuhkan untuk
pengambilan keputusan dan tujuan-tujuan lain yang
saling berkaitan.
Berdasarkan tiga arti kata di atas, dapat didefinisikan
bahwa sistem informasi adalah sekumpulan
fungsi/sekumpulan elemen yang bekerja secara bersama-
sama, baik secara manual ataupun berbasis komputer
dalam melaksanakan pengolahan data berupa
pengumpulan, penyiapan, pemrosesan data untuk
menghasilkan serta mendistribusikan informasi yang
bermakna dan berguna bagi proses pengambilan
keputusan. Arti kata sistem akuntansi adalah metode dan
prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan,
mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi keuangan
suatu perusahaan.
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sistem
pengumpulan dan pemrosesan data transaksi dalam
bentuk satu kesatuan sumber-sumber daya, seperti orang
dan peralatan, yang dirancangan untuk mengubah
keuangan dan sumber daya lainnya, menjadi informasi
serta menyebarkan informasi keuangan tersebut kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. SIA dapat
dilaksanakan secara manual maupun terkomputerisasi.

316
Sistem Informasi Akuntansi

Gambar 21. 1 Peranan Sistem Informasi Akuntansi


Semua organisasi membutuhkan informasi untuk
membuat keputusan yang efektif. Selain itu, semua
organisasi memiliki proses bisnis tertentu yang terus-
menerus saling terlibat. Proses bisnis (business process)
adalah serangkaian aktivitas dan tugas yang saling
terkait, terkoordinasi, dan terstruktur yang dilakukan
oleh orang, komputer, atau mesin yang dapat membantu
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan organisasi.
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) hadir salah satunya
adalah untuk menjawab kebutuhan informasi yang
berguna dan bermanfaat bagi organisasi untuk
pembuatan keputusan yang efektif. Agar informasi yang
dihasilkan dapat berguna dan bermanfaat, informasi yang
dihasilkan idealnya memenuhi karakteristik berikut.
1. Relevan: Mengurangi ketidakpastian, meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan, serta menegaskan
atau memperbaiki ekspektasi sebelumnya.
2. Reliabel: Bebas dari kesalaham atau bias; menyajikan
kejadian atau aktivitas organisasi secara akurat.
3. Lengkap: Tidak menghilangkan aspek penting dari
suatu kejadian atau aktivitas yang diukur.

317
4. Tepat Waktu: Disajikan pada waktu yang tepat bagi
pengambil keputusan dalam melakukan pengambilan
keputusan.
5. Dapat dipahami: Disajikan dalam bentuk dan format
yang dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami
serta jelas bagi penggunanya.
6. Dapat Diverifikasi: Dua orang yang independen dan
berpengetahuan di bidangnya, masing-masing dari
mereka dalam melakukan aktivitas akan
menghasilkan informasi yang sama.
7. Dapat Diakses: Dengan mudah tersedia untuk
didapatkan oleh pengguna ketika mereka
membutuhkannya, dan dalam format yang dapat
digunakan.
Akuntansi sering diartikan sebagai bahasa dunia bisnis,
sehingga sistem informasi akuntansi (accounting
information system) adalah kecerdasan yang berasal dari
media/alat penyedia informasi dari bahasa bisnis
tersebut. Pada sisi yang lain, akuntansi merupakan
sistem informasi karena sistem informasi akuntansi (SIA)
berperan dalam mengumpulkan, mencatat, menyimpan,
memproses akuntansi dan data lain untuk menghasilkan
informasi bagi pembuatan keputusan.
SIA meliputi sistem akuntansi manual (pencatatan
manual dalam kertas dengan media alat tulis), sistem
akuntansi terkomputerisasi dengan menggunakan media
teknologi informasi terbaru, atau kombinasi diantara
keduanya. Agar dapat menghasilkan informasi yang
berkualitas.
SIA memiliki beberapa komponen penting antara lain: (a)
individu yang menggunakan sistem; (b) prosedur dan
instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan,
memproses, dan menyimpan data; (c) data mengenai
organisasi dan aktivitas bisnisnya; (d) perangkat
lunak/software yang digunakan untuk pengolahan data;
(e) infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer,
perangkat hardware lainnya, dan perangkat jaringan
komunikasi yang digunakan dalam SIA; dan (f)

318
pengendalian internal dan pengukuran keamanan untuk
mengamankan penyimpanan data SIA.
Bebarapa komponen tersebut, memungkinkan SIA untuk
mencapai tiga fungsi bisnis penting perusahaan, yaitu: (1)
mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas,
sumber daya, dan personel organisasi di mana organisasi
memiliki sejumlah proses bisnis, seperti melakukan
penjualan atau membeli bahan baku, yang dilakukan
berulang-ulang; (2) mengubah data menjadi informasi
sehingga manajemen dapat merencanakan,
mengeksekusi, mengendalikan, dan mengevaluasi
aktivitas, sumber data, dan tenaga kerja dalam
perusahaan; dan (3) memberikan pengendalian yang
memadai untuk mengamankan aset dan data organisasi.
Karena itu, data akuntansi merupakan hasil kerja dari
SIA, pengetahuan, kemampuan dalam mendesain dan
memahami SIA sangat penting untuk menunjang
kesuksesan karir seorang akuntan dan meningkatkan
proses bisnis perusahaan.
Desain SIA yang baik, dapat meningkatkan nilai tambah
suatu organisasi. Peningkatan nilai tersebut dapat
tercermin dari meningkatnya kualitas dan berkurangnya
biaya produk atau jasa, meningkatnya efisiensi
organisasi, adanya transfer pengetahuan, meningkatnya
efisiensi dan efektifitas rantai pasokan organisasi,
perbaikan struktur pengendalian internal dan
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Selain
itu, SIA juga dapat berperan dalam meningkatkan
pengambilan keputusan organisasi, antara lain
1. melakukan identifikasi situasi yang membutuhkan
tindakan manajemen, contoh: laporan biaya produksi
dengan defiasi (penyimpangan) besar yang
memungkinkan manajemen melakukan stimulasi
untuk melakukan investigasi dan mengambil
tindakan secara korektif, jika dibutuhkan;
2. mengurangi ketidakpastian dan memberikan dasar
untuk memilih diantara alternatif tindakan;
3. memberikan informasi akurat yang tepat waktu; dan

319
4. melakukan analisis data penjualan untuk
menemukan barang-barang yang dibeli bersama-
sama, dan dapat menggunakan informasi tersebut
untuk memperbaiki tata letak barang dagangan atau
untuk mendorong penjualan tambahan barang-
barang terkait lainnya.
SIA dapat memberikan bantuan dalam semua tahap
pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat
membantu untuk mengidentifikasi permasalahan
potensial, model keputusan dan alat analitis dapat
diberikan kepada pengguna. Bahasa query dapat
mengumpulkan data yang relevan untuk membantu
dalam pengambilan keputusan, menginterpretasikan
hasil model keputusan, melakukan evaluasi dan memilih
di antara pilihan alternatif tindakan, selain itu SIA juga
dapat memberikan umpan balik pada hasil maupun
tindakan.

Gambar 21.2 Hubungan SIA dengan strategi bisnis


organisasi.

Siklus Akuntansi
Sebelum mempelajari lebih jauh terkait siklus akuntansi
perusahaan, seorang akuntan terlebih dahulu harus
memahami persamaan-persamaan dasar dalam
akuntansi di mana dalam sistem pencatatan
berpasangan, untuk setiap debit harus ada kredit dan
begitu juga dengan sebaliknya. Persamaan dasar
akuntansi yang lazim sebagai berikut.

320
Gambar 21.3 Persamaan Akuntansi

Tabel 21.1 Pedoman penggunaan akun.


Proses penyusunan laporan keuangan, dilakukan melalui
siklus akuntansi. Siklus akuntansi mengacu pada
tahapan kegiatan akuntansi yang dimulai segera setelah
transaksi terjadi dalam suatu entitas. Tahapan ini, terdiri
dari pencatatan, penggabungan, pengikhtisaran data
keuangan yang telah terproses sebelumnya, dan
pelaporan. Siklus akuntansi keuangan dimulai dari
adanya transaksi keuangan atau transaksi bisnis yang
menghasilkan bukti transaksi.
Tahapan dalam siklus akuntansi terdiri dari: (a) transaksi
menghasilkan bukti transaksi, (b) penjurnalan, (c) posting
ke buku besar, (d) neraca saldo sebelum penyesuaian, (e)
jurnal penyesuaian, (f) neraca saldo setelah penyesuaian,
(g) laporan keuangan, (h) jurnal penutup, (i) neraca saldo
setelah penutupan, dan (j) ayat jurnal pembalik.
Selanjutnya, langkah pertama dalam siklus akuntansi
adalah analisis transaksi dan kejadian-kejadian tertentu
lainnya. Perubahan kepegawaian, kebijakan manajemen,
dan nilai sumber daya manusia meskipun penting, tetapi
tidak perlu dicatat dalam akun laporan keuangan. Akan

321
tetapi, nilai penjualan atau pembelian berapa pun
nilainya, maka nilai penjualan dan pembelian tersebut
dipastikan harus tercatat dalam akun laporan keuangan.
Suatu item harus diakui dalam laporan keuangan jika
item tersebut memenuhi kriteria unsur laporan keuangan,
dapat diukur dan relevan serta handal. Kejadian (events)
terdiri dari dua jenis: (1) kejadian eksternal (external
events) yang melibatkan interaksi antara entitas dengan
lingkungannya, seperti transaksi dengan entitas lainnya,
perubahan harga barang atau jasa yang dibeli atau dijual
entitas, banjir atau gempa bumi, atau kemajuan teknologi
pesaing; dan (2) kejadian internal (internal events) yang
terjadi dalam entitas, seperti pemakaian bangunan dan
mesin dalam operasi serta transfer atau penggunaan
bahan baku dalam proses produksi.

Gambar 21.4 Siklus Akuntansi

322
Identifikasi Transaksi
Siklus akuntansi diawali dari adanya transaksi yang
menyebabkan munculnya bukti transaksi. Pengertian
transaksi adalah kesepakatan antara pembeli dan penjual
untuk menukar barang, jasa atau instrumen keuangan
yang memiliki pengaruh ekonomi atas bisnis, sedangkan
pengertian bukti transaksi adalah bukti tertulis yang
merekam atau mencatat seluruh kegiatan transaksi yang
terjadi pada suatu organisasi atau entitas bisnis.
Bukti transaksi memiliki peranan penting dalam
mencegah munculnya permasalahan keuangan pada
waktu yang akan datang. Transaksi dapat memengaruhi
saldo harta, hutang, modal, pendapatan, biaya serta prive
yang dicatat pada masing-masing rekening (akun). Bukti
transaksi dilakukan pencatatan untuk setiap transaksi
terkait dan setiap transaksi dicatat serinci mungkin untuk
menampung semua informasi yang perlu untuk
diungkapkan.
Bukti transaksi sekurang-kurangnya memuat data
mengenai jumlah nilai uang yang tercakup dalam
transaksi, tanggal terjadinya transaksi, dan pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya. Bukti transaksi terdiri dari:
faktur/invoice, kuitansi, faktur pajak, nota kontan, nota
debit, nota kredit, cek/bilyet giro, slip setoran bank,
rekening koran, bukti kas masuk, bukti kas keluar, Surat
Perintah Jalan (SPJ), Order Pembelian (OP), Surat
Perintah Kerja (SPK), kontrak/perjanjian, Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan (BAST), receiving report dan lain-
lain.
Pencatatan dalam laporan keuangan yang tidak
berdasarkan pada transaksi, dikatakan transaksi fiktif
dan bukti transaksi yang timbul dan dicatat tidak
berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya,
dikatakan bukti transaksi fiktif. Kebenaran transaksi
serta bukti transaksi dalam pencatatan laporan
keuangan, dapat memengaruhi tinggi/rendahnya kualitas
dari laporan keuangan yang dihasilkan.

323
Pembuatan Jurnal
Setiap transaksi dan kejadian yang memengaruhi unsur-
unsur bisnis dasar (aset, kewajiban, dan ekuitas)
dikategorikan dan dikumpulkan dalam akun (accounts).
Jurnal adalah catatan sistematis dan kronologis dari
transaksi-transaksi keuangan dengan menyebutkan
rekening yang akan didebit atau dikredit disertai
jumlahnya masing-masing dan referensinya.
Jurnal bisa berfungsi sebagai (a) alat analisis, yaitu
menentukan perkiraan yang didebit dan perkiraan yang
dikredit serta jumlahnya masing-masing; (b) fungsi
pencatatan, yaitu mencatat transaksi keuangan ke dalam
kolom debit dan kredit serta keterangan yang perlu; (c)
fungsi historis, yaitu mencatat aktivitas perusahaan
secara kronologis. Penjurnalan harus berdasarkan pada
transaksi dan bukti transaksi yang ada.
Pedoman yang dapat dilakukan dalam melakukan
penjurnalan, antara lain
1. penambahan harta diletakkan pada sisi yang sama
dengan letak saldo normalnya yaitu dicatat di sisi kiri
(debit) dan pengurangan harta dicatat disisi kanan
(kredit);
2. penambahan hutang diletakkan pada sisi yang sama
dengan letak saldo normalnya yaitu dicatat di sisi
kanan (kredit) dan pengurangan hutang dicatat disisi
kiri (debit);
3. penambahan modal diletakkan pada sisi yang sama
dengan letak saldo normalnya yaitu dicatat di sisi
kanan (kredit) dan pengurangan modal dicatat di sisi
kiri (debit);
4. penambahan penjualan diletakkan pada sisi yang
sama dengan letak saldo normalnya yaitu dicatat di
sisi kanan (kredit) dan pengurangan penjualan dicatat
di sisi kiri (debit);

324
5. penambahan beban diletakkan pada sisi yang sama
dengan letak saldo normalnya yaitu dicatat di sisi kiri
(debit) dan pengurangan beban dicatat disisi kanan
(kredit); dan
6. penambahan prive diletakkan pada sisi yang sama
dengan letak saldo normalnya yaitu dicatat di sisi kiri
(debit) dan pengurangan prive dicatat disisi kanan
(kredit).
Berdasrkan hal di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
mencatat di sisi debit belum tentu merupakan
penambahan, mencatat di sisi kredit belum tentu
merupakan pengurangan, mencatat di sisi debit rekening
disebut pendebitan dan mencatat di sisi kredit rekening
disebut pengkreditan.
Tabel 21.2

Pemindahbukuan (Posting)
Pemindahbukuan (posting) adalah transfer/pemindahan
transaksi-transaksi yang ada dalam jurnal umum dan
jurnal khusus ke dalam buku besar. Buku besar (general
ledger) adalah kumpulan dari semua rekening-
rekening/akun aset, kewajiban, ekuitas pemerang saham,
pendapatan, dan beban yang ada dalam laporan
keuangan. Posting merupakan bagian dari proses
pengikhtisaran dan pengklasifikasian.

325
Prosedur posting salah satu fungsi utamanya adalah
untuk memindahkan jumlah yang terdapat dalam kolom
debit pada jurnal dipindahkan ke sisi debit akun di buku
besar pada perkiraan akun yang sama, demikian juga
pada jumlah yang terdapat dalam kolom kredit pada
jurnal dipindahkan ke sisi kredit akun di buku besar pada
perkiraan akun yang sama juga. Pemindahanbukuan atau
posting dari jurnal selesai, apabila semua angka referensi
posting telah dicatat di sebelah judul-judul akun yang
terdapat dalam jurnal.

Gambar 21.5 Pemindahbukuan (Posting)

Neraca Saldo dan Neraca Saldo Setelah Disesuaikan


Neraca saldo (trial balance) adalah daftar akun beserta
saldonya pada satu waktu tertentu. Neraca saldo berisi
kumpulan seluruh rekening/perkiraan buku besar.
Neraca saldo dibuat pada akhir periode, atau dapat juga
disiapkan kapan saja untuk memastikan keseimbangan
buku besar. Untuk menyiapkan neraca saldo, saldo tiap
perkiraan buku besar harus ditentukan terlebih dahulu.
Neraca saldo berfungsi untuk memastikan bahwa buku
besar secara matematis adalah akurat dengan pengertian
bahwa jumlah saldo-saldo debit selalu sama dengan
saldo-saldo kreditnya. Neraca saldo digunakan untuk
mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pembuatan ayat
jurnal dan posting. Di samping itu, bermanfaat untuk
mempermudah penyusunan laporan keuangan. Prosedur
pembuatan neraca saldo antara lain (1) membuat daftar
judul akun beserta saldonya; (2) menjumlahkan kolom
debit dan kredit; dan (3) membuktikan kesamaan antara
kedua kolom tersebut.

326
Tabel 21.3

Setelah neraca saldo selesai dibuat, langkah berikutnya


yang harus dilakukan adalah membuat ayat jurnal
penyesuaian. Ayat jurnal penyesuaian diperlukan untuk
memastikan agar pendapatan dicatat pada periode, di
mana pendapatan itu dihasilkan, dan agar beban dicatat
pada periode terjadinya. Ayat jurnal penyesuaian
(adjusting entries) harus dibuat pada akhir periode
akuntansi. Penyesuaian dalam jurnal penyesuaian
diperlukan untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip
pengakuan pendapatan dan penandingan biaya tidak
dilanggar dalam penyajian laporan keuangan.
Berikut adalah pendapatan dan beban yang dilakukan
jurnal penyesuaian pada akhir periode, antara lain:
pendapatan sewa diterima dimuka, pendapatan jasa
belum dihasilkan, beban sewa dibayar dimuka, beban
asuransi dibayar dimuka, beban penyusutan dan lain-
lain. Setelah ayat jurnal penyesuaian selesai dibuat tahap
berikutnya adalah melakukan posting kembali untuk

327
menentukan nilai dalam neraca saldo setelah
penyesuaian.
Neraca saldo setelah disesuaikan memperlihatkan saldo
dari semua akun, termasuk akun-akun yang telah
disesuaikan, pada akhir periode akuntansi. Tujuan
neraca saldo yang telah disesuaikan ini dibuat adalah
untuk memperlihatkan pengaruh dari semua kejadian
keuangan yang terjadi selama periode akuntansi.

Neraca Lajur
Perusahaan sering kali menggunakan neraca lajur (work
sheet) untuk mempermudah proses akuntansi dan
pelaporan keuangan. Neraca lajur adalah kertas berkolom
yang digunakan untuk menyesuaikan saldo akun dan
membuat laporan keuangan. Penggunaan neraca lajur
akan membantu akuntan membuat laporan keuangan
secara tepat waktu (tidak perlu menunda pembuatan
laporan keuangan sampai ayat jurnal penyesuaian dan
ayat jurnal penutup dibuat serta diposting ke buku besar).
Neraca lajur bisa berbentuk 10 kolom dan bisa berbentuk
12 kolom. Neraca lajur 10 kolom terdiri dari neraca saldo
sebelum penyesuaian (debit dan kredit), penyesuaian
(debit dan kredit), neraca saldo setelah penyesuaian (debit
dan kredit), laporan laba-rugi (debit dan kredit), dan
neraca (debit dan kredit). Neraca lajur 12 kolom pada
prinsipnya sama dengan neraca lajur 10 kolom hanya saja
ada penambahan 2 kolom dari laporan arus kas (debit dan
kredit).
Neraca lajur bukan merupakan pengganti laporan
keuangan. Sebaliknya, neraca lajur merupakan perangkat
informal untuk mengakuisisi dan mensortir informasi
yang dibutuhkan bagi tujuan pembuatan laporan
keuangan. Neraca lajur juga memberikan kepastian yang
layak bahwa semua rincian yang berhubungan dengan
akuntansi dan pembuatan laporan keuangan pada akhir
periode telah dibuat secara tepat.

328
Penyajian Laporan Keuangan Berbasis SIA
Sistem akuntansi untuk penyajian laporan keuangan
dapat dilakukan secara manual atau terkomputerisasi.
Dalam sistem akuntansi manual semua transaksi dicatat
secara manual pada jurnal umum, ayat jurnal tersebut
kemudian diposting satu persatu ke akun-akun dalam
buku besar. Sistem akuntansi manual seperti itu
sederhana penggunaanya dan mudah dimengerti.
Pencatatan secara manual dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan dengan cukup baik bila jumlah data yang
dikumpulkan, disimpan dan digunakan relatif kecil.
Namun, untuk perusahaan besar dengan database yang
besar, pemrosesan secara manual tersebut terlalu mahal
dan memakan banyak waktu dalam pembuatannya.
Sistem akuntansi yang terkomputerisasi telah semakin
banyak digunakan karena biaya hardware dan software
sudah cukup murah. Selain itu, sistem akuntansi
terkomputerisasi memiliki tiga keuntungan utama
dibandingkan dengan sistem manual, antara lain: (1)
sistem terkomputerisasi menyederhanakan proses
pencatatan dan penyimpanan data, transaksi dicatat
dalam bentuk elektronik dan pada saat yang bersamaan
diposting secara elektronik ke buku besar dan buku besar
pembantu; (2) sistem yang terkomputerisasi biasanya
lebih akurat dibandingkan dengan sistem manual; (3)
sistem yang terkomputerisasi menyediakan informasi
kepada manajemen saldo akun yang terakhir (update)
dengan lebih akurat untuk mendukung pengambilan
keputusan, hal ini disebabkan karena posting dilakukan
langsung dari jurnal ke buku besar pada saat yang
bersamaan.

329
Daftar Pustaka
Donald, E. Kieso., Jerry, J. Weygandt., & Terry, J.
Warfield. (2002). Intermediate Accounting, Tenth
Edition. Jakarta: Salemba Erlangga.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2012). Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16: Aset
Tetap dan PSAK No. 19: Aset Tak Berwujud. Jakarta:
IAI.
Romney, B. Marshall., & Steinbart, J. Paul. (2014). Sistem
Informasi Akuntansi, Edisi 13. Jakarta: Salemba
Empat.
Warren, Carl S., Reeve, James M., & Fess, Philip E. (2005).
Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Weygandt, Jerry J., Kimmel, Paul D., & Kieso, Donald E.
(2018). Pengantar Akuntansi 1 Berbasis IFRS Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.

330
Profil Penulis
Yanuar Lazuardi, S.E., M.Akt.
Ketertarikan penulis terhadap Ilmu
Akuntansi dimulai pada tahun 2002 silam.
Hal tersebut menuntun penulis masuk
perguruan tinggi pada Program Studi Diploma
3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Surabaya dan berhasil lulus pada tahun 2005, bekerja
pada Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan
Manajemen dan selanjutnya bekerja pada perusahaan
swasta group BUMN sebagai akuntan perusahaan, selang
beberapa tahun kemudian melanjutkan pendidikan ke
jenjang Strata 1 dan berhasil menyelesaikan Studi S-1 di
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi pada tahun
2012. Dua tahun kemudian, melanjutkan pendidikan ke
jenjang Strata 2 dan berhasil menyelesaikan Studi S-2
Pascasarjana Magister Akuntansi pada tahun 2016. Saat
ini, penulis aktif mengajar di Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan dan untuk
menunjang karir sebagai dosen profesional, penulis pun
aktif sebagai peneliti dan juga aktif menulis buku dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa
dan negara yang tercinta.
E-mail Penulis: yanuarlazuardi@unisla.ac.id

331
332
22
AKUNTANSI MANAJEMEN

Tutut Dwi Andayani, S.E., M.Si., Akt., C.A., CAP.


Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Pengertian Akuntansi Manajemen


Salah satu hal yang penting bagi perusahaan atau bisnis
adalah akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen
adalah salah satu bidang akuntansi yang bertujuan untuk
menyediakan informasi untuk pihak manajemen
perusahaan dalam mendukung operasi sehari-hari dan
untuk membuat perencanaan serta kebijakan untuk masa
mendatang.
Hansen & Mowen (Hansen & Mowen, n.d.) mendefinisikan
akuntansi manajemen adalah proses mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi, dan
melaporkan informasi yang bermanfaat bagi pengguna
internal dalam merencanakan, mengendalikan, dan
mengambil keputusan. Siregar et al. (2013) menyatakan
bahwa akuntansi manajemen (management accounting)
adalah proses mengidentifikasi, mengukur,
mengakumulasi, menyiapkan, menganalisis,
mengintepretasikan, dan mengomunikasikan kejadian
ekonomi yang digunakan oleh manajemen untuk
melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan, dan penilaian kinerja dalam organisasi.
Semua yang berhubungan dengan perencanaan
manajemen akan berdasarkan data ini. Proses akuntansi
ini, bertujuan untuk menyajikan segala bentuk laporan
sebagai satuan usaha dalam kepentingan pihak internal
dalam melaksanakan proses manajemen yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
333
pengendalian. Fokus akuntansi manajemen adalah pada
penyediaan informasi bagi kepentingan internal untuk
pengelolaan perusahaan oleh manajemen.

Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan


Akuntansi manajemen merupakan tipe akuntansi yang
mengolah data untuk menghasilkan informasi yang
ditujukan kepada pihak internal perusahaan dalam
menjalankan aktivitas utama manjerial, sedangkan untuk
penyediaan informasi untuk kepentingan eksternal
disediakan oleh akuntansi keuangan.
Persamaan akuntansi manajemen dan akuntansi
keuangan berikut ini.
1. Menyediakan Informasi
Akuntansi manajemen maupun akuntansi keuangan
keduanya berfungsi menyediakan informasi bagi
pihak yang berkepentingan, yang bermanfaat untuk
pengampilan keputusan. Misalnya, akuntansi
keuangan menghasilkan informasi laba rugi yang
digunakan untuk pengambilan keputusan membeli
saham, akuntansi manajemen menghasilkan
informasi yang bermanfaat untuk mengambil
keputusan pembelian mesin baru.
2. Penggunaan Metode
Metode akuntansi yang lazim digunakan dalam
akuntansi keuangan juga relevan digunakan alam
akuntansi manajemen. Contohnya, penggunaan
metode depresiasi aset tetap dan metode penilaian
persediaan. Kedua metode tersebut, digunakan dalam
akuntansi manajemen maupun akuntansi keuangan.
3. Mengolah Data Akuntansi
Akuntansi manajemen maupun akuntansi keuangan,
sama-sama menggunakan sistem informasi operasi
yang sama dalam menghasilkan informasi yang
disajikan kepada pemakainya. Sebagai contoh, baik
akuntansi manajmeen maupun akuntansi keuangan

334
menggunakan data transaksi pembelian, penjualan
maupun penggajian.
Perbedaan utama akuntansi manajemen dan akuntansi
keuangan (Siregar et al., 2013).
1. Pemakai Utama
Pemakai utama informasi yang dihasilkan akuntansi
manajemen adalah pihak internal perusahaan
(manajemen tingkat bawah hingga manajemen
puncak. Pemakai utama informasi yang dihasilkan
akuntansi keuangan adalah pihak eksternal (pemilik
perusahaan, kreditur, investor, dan pemerintah).
2. Restriksi
Tidak ada restriksi dalam mengolah input dan
memproses data untuk menghasilkan informasi
akuntansi manajemen. Pedoman yang lazim
digunakan untuk menghasilkan informasi akuntansi
adalah perbandingan antara biaya dan manfaat.
Restriksi dalam akuntansi keuangan adalah standar
akuntansi keuangan. Semua perusahaan go publik
wajib mengikuti standar yang sudah dikeluatkan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
3. Jenis Informasi
Jenis informasi yang dihasilkan oleh akuntansi
manajemen adalah informasi keuangan dan non
keuangan, sedangkan jenis informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan adalah informasi keuangan.
4. Orientasi Waktu
Orientasi waktu akuntansi manajemen adalah masa
depan, hal ini terkait dengan relevansi, sehingga bisa
digunakan untuk memprediksi. Akuntansi keuangan
orientasi waktunya adalah masa lalu, semua data
yang dicatat adalah data yang sudah terjadi atau data
historis.

335
5. Lingkup Informasi
Lingkup informasi yang disajika akuntansi
manajemen terperinci, sedangkan untuk akuntansi
keuangan.
6. Bidang Pengetahuan
Bidang akuntansi manajemen membutuhkan
berbagai jenis ilmu pengetahuan untuk menjalankan
bisnisnya, baik itu ilmu ekonomi, manajemen,
psikologi (untuk mengembangkan dan memotivasi
karyawan), ilmu teknik (pengembangan produksi),
ilmu hukum (penanganan perkara) dan lainnya.
Akuntansi keuangan hanya membutuhkan ilmu
ekonomi khususnya akuntansi, perlakuan terhadap
suatu transaksi didasarkan pada standar akuntansi
yang berlaku.

Sejarah Perkembangan Akuntansi Manajemen


Perkembangan sejarah akuntansi dikaji melelui dua
pendekatan, yaitu investigasi data arsip dari waktu ke
waktu serta pengkajian perkembangan bisnis yang
memengaruhi akuntansi. Kedua pendekatan tersebut,
saling melengkapi dalam penulisan sejarah akuntansi.
Lebih lanjut, (Siregar et al., 2013) mengemukakan tiga
klasifikasi periode waktu perkembangan akuntansi, yaitu
sebelum sistem pencatatan ganda (double entry system),
pengenalan sistem pencatatan ganda, dan setelah sistem
pencatatan ganda.

Akuntansi Sebelum Pencatatan Ganda (Double Entry


System)
Periode sebelum sistem pencatatan ganda meliputi zaman
Mesopotamia, Mesir, Cina, Yunani, Romawi Kuno, dan
zaman Medievel England.
Mesopotamia (3500 SM- 2000 SM)
Pada zaman ini, sudah ditemukan catatan komersial di
lembah Mesopotamia, yaitu berupa penggabaran bahwa
petani kaya menjalankan industri kecil dan sudah ada
bank. Bank menggunakan emas dan perak sebagai

336
standar nilai. Pada masa ini, bank juga telah memberikan
kredit dalam bisnis.
Undang-undang yang mengatur bisnis pada masa itu
diberi nama Code of Hammurabi. Undang-undang
tersebut, antara lain mengatur tentang agen penjual
barang dituntut untuk membuat daftar harga tertutup
dan tersegel yang digunakan penjual dan pembeli dalam
aktivitas transaksi. Selain itu, juga mengatur untuk
akuntan (juru tulis/scribe) menulis semua kesepakatan
transaksi yang dicatat di tanah liat.
Zaman Mesir, Cina, Yunani, dan Romawi Kuno (3000
SM-1000M)
Perkembangan akuntansi di Mesir terlihat adanya tablet
tanah liat yang berisi catatan tentang pajak kepada raja
yang ditemukan di makam Raja Scorpion I. Catatan ini,
diperkirakan dibuat tahun 3000 SM yang berisi informasi
pajak berupa kain dan minyak yang dibayar rakyat
kepada raja. Di Cina pada masa pemerintahan Dinasti
Chao (1122-256 SM), pemerintah sudah
memformulasikan metode evaluasi pelaksankan program
pemerintah.
Pada tahun 600 SM, pemerintah Yunani sudah membuat
laporan pertanggunjawaban keuangan kepada rakyat.
Uang koin sudah digunakan sebagai ukuran unit
moneter, selain itu juga sudah ada bank yang berfungsi
melakukan simpan pinjam dan transfer uang. Di Roma,
kepala keluarga diharuskan membuat buku kas, yang
mana buku kas ini digunakan sebagai dasar menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar setiap keluarga. Selain
itu, pemerintahan Roma juga menggunakan anggaran
tahunan serta sistem check and balance. Sudah adanya
penggunakan kertas (papyrus) sebagai pengganti tanah
liat, sehingga pencatatan lebih terperinci.
Medieval England
Medieval artinya abad pertengahan atau sering dikenal
middle age. Setelah Romawi runtuh perkembangan
akuntansi menjadi stagnan. Perkembangan selanjutnya

337
muncul pada masa feodalisme Inggris. Pada zaman
tersebut, mulai dikenal catatan pajak yang harus dibayar.
Manuskrip akuntansi yang ditemukan adalah domesday
book (1130 SM-1485 M), berisi tentang catatan tanah dan
bangunan milik masyarakat dan pajak yang harus
dibayar. Selain itu, juga ditemukan Great Role of Exhequer
(1130M-1830 M), yang berisi catatan sewa, denda dan
pajak yang harus dibayar rakyat kepada Raja Inggris.

Double Entry System


Temuan penting pada periode ini adalah sistem
pencatatan ganda (double entry system) oleh Luca
Bartolomes Pacioli, yang ditulis dalam bukunya Summa
de Arithmatica, geometri, Proportioni et Proportionalita
(1949). Pada bab 16 buku tersebut berjudul De Compute
et Scriptus, yang menjelaskan sistem dasar pembukuan,
dikenal sebagai sistem pencatatan berganda. Selain itu, di
bab lain juga ada pembahasan tentang pedagang dan
penyusunan neraca saldo pada akhir periode. Buku lain
yang mewarnai perkembangan sistem pencatatan ganda
karya Bonedetto Cotrugi berjudul The Book on the Art of
Trading (1458).

Akuntansi Setelah Double Entry System


Perkembangan awal akuntansi manajemen terjadi tahun
1700-1950. Pada periode ini, fungsi akuntansi
manajemen mulai digunakan dalam dunia usaha, namun
belum menjadi bagian dari pendidikan formal.
Perkembangan akuntansi manajemen relatif masih
sederhana pada periode ini, istilah akuntansi biaya mulai
dikenal, sedangkan istilah akuntansi manajemen melekat
pada akuntansi biaya.
Pada periode ini, catatan tentang akuntansi manajemen
sudah digunakan dalam industri tekstil, baja dan hasil
pertanian di Prancis, Inggris dan Amerika Serikat, yaitu
tahun 1800-an. Sejarawan akuntansi mengungkapkan
bahwa perkembangan akuntansi dipengaruhi oleh
tuntutan dunia usaha.

338
Revolusi Pertama Akuntansi Manajemen
Revolusi pertama akuntansi manajemen sekitar tahun
1950-1980 ditandai dengan inisiatif ford foundation untuk
merestrukturisasi pendidikan akuntansi manajemen di
Amerika Serikat. Mata kuliah akuntansi manajemen
mulai diajarkan pertama kali di Program Master of
Business Administration di Universitas Hardvard dan
Massachustts Institute of Technology (MIT).
Buku teks pertama akuntansi manajemen karya Robert
Anthony (1956), fokus pembahasan buku tersebut adalah
ketepatan pengukuran biaya dan formula masalah dan
pengambilan keputusan. Buku teks kedua tentang
akuntansi manajmeen di tulis oleh Horngren (1962), fokus
pembahasan pada peran manajemen biaya dalam
pengambilan keputusan.
Pada tahun 1950-an mulai muncul istilah penentuan
biaya langsung (direct costing), dilanjut tahun 1960-an
muncul istilah matematika akuntansi manajemen.
Matematika berperan penting dalam akuntansi
manajemen seperti konsep dicounted cash flow, present
value, perhitungan bungan serta estimasi biaaya yang
merupakan bagian integral dari akuntansi manajemen.
Dengan adanya kemampuan matematis akuntansi
manajemen, diharapkan dapat meningkatkan kualitas
informasi yang dihasilkan, sehingga bisa mengambil
keputusan dengan lebih baik.

Revolusi Kedua Akuntansi Manajemen


Revolusi kedua akuntansi manajemen terjadi sekitar
tahun 1980- 1990. Pada periode ini muncuk Activity
Based Costing (ABC) dan Activity Based Management
(ABM). Selain itu juga muncul isu pengendalian dan
penilaian kinerja, teknik Balance Scorecard (BSC)
digunakan sebagai alat penilaian kinerja untuk
memformulasikan perencanaan strategis, jangka
menengah, dan jangka pendek.
Pada periode ini, muncul adanya perubahan kurikulum.
Adanya tuntutan baru dalam akuntansi manajemen
mengenai praktik yang dapat meningkatkan akurasi

339
penentuan biaya produk dan penyediaan informasi yang
berguna untuk perbaikan kualitas, produktivitas, dan
pengurangan biaya, sehingga muncul penambahan
kurikulum terkait dengan cost management dan strategic
cost management.
Pengaruh Teknologi terhadap Akuntansi Manajemen
Akuntansi mengalami perkembangan pasang surut
terutama terkait edengan perkembangan teknologi.
Berikut menggambarkan perubahan dampak teknologi
terhadap akuntansi.

Gambar 22.1 Perkembangan teknologi terhadap


akuntansi.
Sumber: Narsa I Made
Dari gambar di atas, terlihat bahwa akuntansi manajemen
berdampak paling serius dibandingkan akuntansi
lainnya. Hal itu karena akuntansi manajemen harus
mampu memasok informasi yang kaurat dan relevan
kepada manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsi
strategis. Akuntansi manajemen harus mampu
menciptakan nilai. Penggunaan teknologi pada masa yang
akan datang, semakin luas di semua aspek kehidupan.
Perkembangan teknologi tidak hanya meningkatkan
kinerja tetapi bisa pula menggantikan peran manusia.
Mesin-mesin sudah dilengkapi artificial intelliegence.
Artificial Intelligence (AI) adalah sebuah sistem komputer
dengan program khusus untuk bisa menjalankan tugas
layaknya manusia. Rekayasa pengetahuan menjadi
bagian inti dalam semua penelitian. Mesin-mesin dapat

340
bertindak dan bereaksi, seperti manusia karena mereka
memiliki dan mampu mengelola informasi yang sangat
banyak berkaitan dengan apapun di dunia ini. Dalam hal
ini, beberapa peran manusia akan dapat digantikan oleh
robot. Oleh karena itu, penting bagi akuntan manajemen
untuk menjaga moral dan perilaku etik.

Arah Perkembangan Akuntansi Manajemen


Arah perkembangan akuntansi manajemen sangat
ditentukan oleh arah perkembangan praktik bisnis.
Pendapat (Narsa, n.d.) menyatakan bahwa arah
perkembangan akuntansi adalah sebagai berikut:
1. Enterprise Resource Planning (ERP)
Berbagai fitur teknologi informasi menjadi salah satu
alasan penggunaannya dalam aktivitas manajerial,
seperti kecepatan proses, ketepatan, dan kemudahan
penggunaannya. Manajer membutuhkan informasi
tentang seluruh hal yang terjadi di sekitarnya,
sesegera mungkin sebagai referensi untuk bertindak
tepat dan cepat.
Beberapa perusahaan juga telah menerapkan
Enterprise Resource Planning (ERP), yaitu sebuah
sistem database tersentral yang menghubungkan
seluruh bagian dalam organisasi dan memungkinkan
akses real time dari berbagai fungsi organisasi. Sistem
ERP ini, memungkinkan manajer melakukan
perbaikan efisiensi secara terus-menerus di semua
aktivitas organisasi.
2. Electronic Data Interchange (EDI)
EDI sangat dibutuhkan dalam sistem perdagangan
berbasis teknologi informasi yang saat. Banyak
perusahaan memanfaatkan informasi dan teknologi
ini, dengan membuka perdagangan secara elektronik
(e-commerce), pertukaran data, penggunaan bar code,
sehingga dapat memangkas kos produksi dalam
jumlah yang signifikan. Perkembangan teknologi ini,
memungkinkan terjadinya transaksi di seluruh
belahan dunia dengan cepat.

341
3. Supply Chain Management (SCM)
Penerapan EDI menjadi bagian dari penerapan Rantai
Nilai Manajemen (Supply Chain Management). SCM
merupakan bentuk pengelolaan hubungan yang
terjadi mulai dari perolehan bahan baku, proses
produksi, hingga distribusi ke agen dan ritel. Melalui
analisis mata rantai ini, ketersediaan, jaminan harga,
dan kualitas bahan baku terjaga, diproses tepat waktu
dan berkualitas serta dapat didistribusikan lebih
cepat dan lebih memuaskan.
4. Theory of Constraint (TOC)
TOC merupakan suatu alat manajemen yang
bertujuan mengoptimalkan penggunaan sumber daya
yang tersedia dengan cara mengidentifikasi kendala
yang terjadi dalam proses pemanfaatan sumber daya
tersebut. Bagian terpenting dalam penerapan TOC,
yaitu adanya penerapan kos standar (standard
costing). Penerapan TOC bermanfaat untuk
menghindari penumpukan persediaan, meningkatkan
pemahaman mengenai aktivitas produksi dan
nonproduksi, meningkatkan proses pembelajaran dan
komunikasi, serta dapat meningkatkan kualitas
keputusan jangka pendek.
5. Just in Time (JIT)
JIT merupakan sebuah filosofi tentang perbaikan
berkesinambungan melalui pengurangan pemborosan
secara terus-menerus. Tujuan penerapan JIT, untuk
meningkatkan produktivitas dan mengurangi
pemborosan. JIT akan optimal, jika tercipta tim kerja
yang solid, terjalin komunikasi yang efektif, sehingga
pemborosan dapat dihilangkan.
6. Computer Integrated Manufacturing (CIM)
CIM merupakan teknologi produksi berbasis
mesin/robot sejak desain produk hingga produk siap
dikirim ke konsumen. Penggunaan komputer dalam
semua fase produksi, menghendaki perencanaan
produksi yang akurat.

342
7. Customer Orientation
Terjadi pergeseran orientasi dari orientasi produk
(product driven) ke arah orientasi konsumen (market
driven). Pergeseran ke arah fokus pelanggan,
dilakukan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
Konsep Value Chain Analysis yang menempatkan
kebutuhan pelanggan sebagai dasar untuk menilai
semua aktivitas desain, pengembangan produk,
produksi, distribusi dan pemasaran produk/jasa,
serta layanan purnajual.
8. Target Costing
Pendekatan target costing membutuhkan
pengendalian sejak awal persiapan produksi, selama
proses produksi hingga tahap distribusi, agar kos
produk tidak melebihi targetnya. Penambahan fitur
produk, akan meningkatkan kos produksi, sehingga
marjin keuntungan akan berkurang, karena
konsumen telah menetapkan harga produk tersebut.
9. Activity Based Management (ABM)
ABM adalah suatu sistem yang luas dan menyeluruh
yang memfokuskan perhatian manajemen pada
aktivitas untuk menciptakan nilai (value) bagi
konsumen serta memperoleh laba dari nilai (value)
yang disediakan. Pendekatan ABM ini, mendukung
penerapan Target Costing. Inti semua aktivitas
produksi secara teliti dan mengestimasi kosnya.
10. Time Driven Activity Based Costing (TDABC)
Kehidupan dan aktivitas manusia dilingkupi oleh tiga
dimensi, yaitu dimensi waktu, ruang, dan gerak.
Semua aktivitas yang dilakukan, akan selalu
dipengaruhi dan dibatasi oleh waktu. Demikian juga
dalam aktivitas produksi. Pemakaian bahan baku,
upah tenaga kerja, pemakaian utilitas, depresiasi, dan
sebagainya merupakan kompensasi atas penggunaan
waktu, ruang, dan gerak oleh manusia maupun oleh
mesin dan peralatan yang digunakan. Dengan
demikian, waktu merupakan salah satu kendali yang

343
dapat digunakan dalam melakukan analisis dan
implementasi TDABC.
11. Total Quality Management (TQM)
TQM berprinsip pada perbaikan secara berkelanjutan
dan meniadakan pemborosan untuk memperoleh
kualitas produk yang sangat baik (excellence). Semua
aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas yang tepat,
dilakukan dengan cara yang tepat sejak awal hingga
selesai.
Jika kualitas ditingkatkan, maka akan mendorong
peningkatan produktivitas terciptanya zero defect,
yaitu menghasilkan kualitas secara efisien dengan
menerapkan pengendalian kualitas di setiap fase
produksi dan menghindarkan semua kemungkinan
yang dapat menimbulkan kesalahan.
12. Lean Manufacturing
Lean manufacturing adalah pendekatan yang
sistematis untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi
segala bentuk pemborosan melalui perbaikan
berkesinambungan untuk memenuhi keinginan
konsumen yang menghendaki kesempurnaan dari
produk atau jasa yang diterimanya. Tujuan utama
dari lean manufacturing adalah mengeliminasi
pemborosan pada semua area produksi yang
mencakup relasi konsumen, desain produk, jejaring
pemasok, dan manajemen pabrik.
13. Six Sigma
Six sigma adalah metode yang sistematik dan
terorganisasi untuk program-program peningkatan
strategik serta program pengembangan produk dan
layanan baru yang didasarkan pada metode sain dan
metode statistik guna melakukan pengurangan
tingkat kecacatan secara dramatik (Linderman, dkk.,
2003).
Meminimalkan tingkat kecacatan mendekati nol serta
pengurangan penyimpanan pada keseluruhan proses
dalam organisasi adalah intisari dari metode six

344
sigma. Six sigma menyediakan pengukuran kualitas
yang dapat diterapkan pada organisasi secara
keseluruhan, tidak hanya dalam area
pemanufakturan, tetapi juga dalam proses desain,
administrasi, dan area layanan.
14. Balanced Scorecard (BSC)
BSC adalah sistem manajemen yang bertujuan untuk
menerjemahkan tujuan strategis organisasi ke dalam
serangkaian tujuan kinerja yang, pada gilirannya,
diukur, dipantau, dan diubah jika perlu untuk
memastikan bahwa tujuan strategis organisasi
terpenuhi.
BSC digunakan untuk mengklarifikasi dan
memutakhirkan strategi bisnis, mengaitkan tujuan
organisasi dengan anggaran tahunan, mengizinkan
perubahan-perubahan dalam organisasi, dan
meningkatkan pemahaman terhadap visi dan misi
kepada semua anggota organisasi. BSC merupakan
kombinasi dari sistem pengukuran, sistem
manajemen strategik, dan alat-alat komunikasi.
15. Metodologi Campuran (Hybrid Methodology)
Meskipun program-program perbaikan berkelanjutan
dapat membantu organisasi meningkatkan operasi
organisasi dalam banyak aspek, program tersebut
belum efektif dalam menyelesaikan seluruh masalah
dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi
kelemahan tersebut, telah banyak perusahaan
menggabungkan berbagai jenis program
pengembangan. Penggabungan ini, dapat
memperkaya suatu program jika dibandingkan
dengan menerapkan secara individu.

Peran Akuntan Manajemen


Dalam sebuah organisasi diperlukan struktur organisasi
untuk menjalankan fungsi bisnisnya. Berikut peran
akuntan manajemen dalam organisasi.

345
Gambar 22.2 Struktur Organisasi
Dari gambar di atas, terlihat adanya struktur organisasi
desentralisasi. Hubungan dalam struktur organisasi bisa
berbentuk hubungan staf dan lini. Jabatan lini, terkait
dengan aktivitas pokok perusahaa, sedangkan jabatan
staf terkait dengan aktivitas pendukung dalam sebuah
perusahaan.
Bagian dari fungsi staf adalah controler dan treasurer.
Akuntan manajemen berada pada fungsi controler, di
mana berperan dalam menyiapkan laporan keuangan,
laporan kinerja, perencanaan pajak, pemeriksakan
interna, anggaran dan laporan lain untuk kepentingan
internal dan eksternal. Di bawah controler ada bagian
akuntansi keuangan, akuntansi biaya, audit mutu
internal dan sistem informasi akuntansi.
Peran treasur adalah mengumpulkan kas, memonitor
ketersediaan kas, pengeluaran kas, investasi jangka
pendek, pendanaan utang, serta penerbitan modal saham.
Di bawah treasur, ada bagian penerimaan kas,
pengeluaran kas, bagian pajak, ivestasi dan pendanaan.

Profesi Akuntan Manajemen


Profesi akuntan manajemen merupakan salah satu profesi
di bidang akuntansi. Profesi ini, sebagai salah satu profesi
yang menunjang proses menghasilkan nilai tambah dalam
aktivitas bisnis. Seorang akuntan manajemen dituntut
memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill)
dan sikap (attitude) profesioanl yang tinggi terkait bidang
akuntansi manajemen, manajemen keuangan, bisnis, dan
manajemen informasi.

346
Ujian Certified Professional Management Accountant (ujian
CPMA) merupakan praktik internasional terbaik untuk
mengukur kompetensi dalam bidang akuntansi
manajemen dan bidang-bidang lain yang terkait (IAMI,
n.d.). Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI)
merupakan organisasi yang menaungi akuntan
manajemen. IAMI merupakan salah satu bagian dari
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

347
Daftar Pustaka

Hansen, D., & Mowen, M. (n.d.). Akuntansi Managerial


(Edisi 8). Jakarta: Salemba Empat.
IAMI. (n.d.). Institut Akuntan Manajemen Indonesia.
http://iamiglobal.or.id/
Narsa, I. M. (n.d.). Pengantar Akuntansi Manajemen.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/EKMA431403-M1.pdf
Siregar, B., Suripto, B., Hapsoro, D., Widodo Lo, E., &
Biyanto, F. (2013). Akuntansi Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat.

348
Profil Penulis
Tutut Dwi Andayani, S.E., M.Si., Akt., C.A., CAP.

Penulis lahir di Boyolali, penulis


menyelesaikan jenjang studi dari SD sampai
SMU di Boyolali. Penulis mulai tertarik
dengan akuntansi sejak SMA, hal ini yang
akhirnya mendorong penulis untuk
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi
dengan memilih jurusan Akuntansi di Universitas
Diponegoro (Undip). Ketertarikan penulis untuk menekuni
dunia pendidikan yang mendorong penulis untuk
melanjutkan studi S-2 jurusan Akuntansi di Universitas
Diponegoro, dan lulus pada tahun 2009. Sejak saat itu
penulis berkarir menjadi dosen. Kepakaran penulis
adalah di bidang akuntansi khususnya akuntansi
keuangan. Dalam rangka mewujudkan karir sebagai
dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti di
bidang kepakaran tersebut. Beberapa penelitian telah
penulis lakukan baik yang didanai oleh pendanaan
internal perguruan tinggi maupun Kemenristek DIKTI.
Untuk menunjang kegiatan tridharma perguruan tinggi
penulis juga aktif melakukan kegiatan pengabdian
masyarakat baik secara mandiri maupun berkolaborasi
dengan mitra dan dosen dari perguruan tinggi lain. Selain
itu, penulis berusaha menulis buku dengan harapan
dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan
negara ini.
E-mail Penulis: dwiandayani583@gmail.com

349
SINOPSIS

Buku ini menyajikan pengetahuan mengenai dasar-dasar


akuntansi. Dalam akuntansi terdapat beberapa kegiatan
mulai dari pencatatan, pengumpulan, pengikhtisaran
sampai pada penyajian dari transasksi terhadap aktivitas
perusahaan, sehingga hal ini sangat penting untuk
keberhasilan dalam dunia usaha. Selain itu, akuntansi
berperan penting dalam menyajikan informasi keuangan
perusahaan dan analisis bisnis yang berguna untuk
pengambilan keputusan.
Buku ini terdiri dari dua puluh dua bab, yang diberi judul
Pengantar Akuntansi (Implementasi dalam Perusahaan).
Adapun pembahasan secara terperinci dengan subbab:
Sejarah Perkembangan Akuntansi; Konsep Dasar dan
Prinsip Akuntansi; Persamaan Akuntansi; Siklus
Akuntansi; Sistem Akuntansi Perusahaan Manufaktur;
Bukti Transaksi untuk Pencatatan Keuangan; Jurnal
Umum; Jurnal Khusus (Special Journal); Buku Besar dan
Neraca Saldo; Jurnal Penyesuaian; Neraca Lajur; Laporan
Keuangan Perusahaan Jasa; Jurnal Penutup dan Jurnal
Pembalik; Kas; Piutang; Persediaan; Investasi Jangka
Pendek dan Investasi Jangka Panjang; Pengendalian
Internal; Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud; Hutang dan
Ekuitas; Sistem Informasi Akuntansi; dan Akuntansi
Manajemen.

Anda mungkin juga menyukai