Anda di halaman 1dari 278

COVER

BUNGA RAMPAI

MANAJEMEN KEUANGAN (KONSEP DAN


IMPLEMENTASI)
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
MANAJEMEN KEUANGAN (KONSEP DAN
IMPLEMENTASI)
Erna Atiwi Jaya Esti, S.E., M.M.
Moch Arif Hernawan, AMTrU. M.M
Marlinda Saputri, SE., MM
Rahmat Mulyana Dali, S.E., M.Si
Prof. Dr. H. Dedi Mulyadi, S.E., M.M.
Dr. Ni Nyoman Juli Nuryani, SE., MM.
Dra. Damajanti Sri Lestari, M.M.
Helda Marlin Ala, SE., M.Si
Ujang Suherman, S.E., M.M
Ery Rosmawati, S.E., M.M.
Shinta Abdul Rahman, M.Si
Santi Pertiwi Hari Sandi, S.E., M.M.
Munawarah, S.E., M.Si | Setiawati, S.E.., M.M.
Heny Handayani, S.Hum., M.M.
Muhamad Nur Rizqi, S.E., M.M.S.I
Susi Handayani, S.E., M.Si
Yudith Febrianty Lerrick, SE., MM

Editor:
Dr. Hartini, S.E., M.M.

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
MANAJEMEN KEUANGAN (KONSEP DAN
IMPLEMENTASI)

Erna Atiwi Jaya Esti, S.E., M.M.


Moch Arif Hernawan, AMTrU. M.M
Marlinda Saputri, SE., MM | Rahmat Mulyana Dali, S.E., M.Si
Prof. Dr. H. Dedi Mulyadi, S.E., M.M.
Dr. Ni Nyoman Juli Nuryani, SE., MM.
Dra. Damajanti Sri Lestari, M.M.
Helda Marlin Ala, SE., M.Si | Ujang Suherman, S.E., M.M
Ery Rosmawati, S.E., M.M. | Shinta Abdul Rahman, M.Si
Santi Pertiwi Hari Sandi, S.E., M.M.
Munawarah, S.E., M.Si | Setiawati, S.E.., M.M.
Heny Handayani, S.Hum., M.M.
Muhamad Nur Rizqi, S.E., M.M.S.I
Susi Handayani, S.E., M.Si |Yudith Febrianty Lerrick, SE., MM

Editor :
Dr. Hartini, S.E., M.M.

Tata Letak :
Risma Birrang
Desain Cover :
Syahrul Nugraha
Ukuran :
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman :
viii, 265
ISBN :
978-623-362-664-4
Terbit Pada :
Agustus 2022

Hak Cipta 2022 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas kami ucapkan selain rasa syukur


kehadirat Allah SWT, atas limpahan Karunia dan
Hidayah-Nya serta nikmat ilmu yang telah diberikan
kepada kami, sehingga buku ini dapat disusun dan
diterbitkan tepat waktu. Buku ini, menyajikan
pengetahuan mengenai manajemen keuangan, baik teori
maupun penerapannya. Kehadiran buku ini diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan
mengenai manajemen keuangan kepada para pembaca.
Buku ini merupakan hasil pemikiran dari para praktisi
dan akademisi yang dituangkan dalam book chapter yang
terdiri atas delapan belas bab, dan diberi judul
Manajemen Keuangan (Konsep dan Impementasi). Buku
ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna, seperti kata pepatah taka
da gading yang tak retak, karena sejatinya kesempurnaan
itu hanya milik Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan masukan yang
membangun dari para pembaca demi penyempurnaan
karya selanjutnya.
Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan buku ini,
banyak kendala dan tantangan yang dihadapi. Akan
tetapi, berkat dukungan dari berbagai pihak, maka buku
ini dapat selesai sesuai dengan rencana. Perkenankan
kami untuk menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak yang telah memberikan
kontribusinya. Secara khusus, terima kasih kepada Media
Sains Indonesia sebagai inisiator book chapter ini. Semoga
buku ini bermanfaat.

Bandung, Agustus 2022

Editor

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
1 MEMAHAMI MANAJEMEN KEUANGAN DAN
PRINSIPNYA ........................................................................... 1
Pendahuluan ......................................................................... 1
Pengertian Manajemen Keuangan .................................. 4
Tugas Manajer Keuangan .................................................. 6
Manajemen Keuangan dan Disiplin Ilmu Ekonomi
dan Akuntansi....................................................................... 7
Tujuan Manajemen Keuangan ......................................... 9
Konflik antara Principal dan Agen dalam
Perusahaan .......................................................................... 10
Agency Theory (Teori Keagenan) dan Agency
Problem (Konflik Keagenan) ............................................ 11
Daftar Pustaka .................................................................... 13
2 FUNGSI DAN STRATEGI MANAJEMEN
KEUANGAN .......................................................................... 15
Gambaran Umum .............................................................. 15
Definis Manajemen Keuangan ....................................... 17
Tujuan Keuangan dan Kekayaan Pemegang
Saham .................................................................................... 18
Fungsi Keuangan ............................................................... 19
Tujuan dan Strategi Manajemen Keuangan.............. 20
Karakteristik Strategis Manajemen Keuangan ......... 21
Daftar Pustaka .................................................................... 27
3 NILAI WAKTU DARI UANG .............................................. 29

ii
Pendahuluan ....................................................................... 29
Pengertian Nilai Waktu dari Uang ................................ 30
Konsep Nilai Waktu Uang................................................ 31
Contoh Konsep Nilai Waktu dari Uang ....................... 32
Anuitas .................................................................................. 36
Kelebihan dan Kekurangan Anuitas ............................ 40
Daftar Pustaka .................................................................... 41
4 LAPORAN KEUANGAN DAN ARUS KAS ..................... 43
Pendahuluan ....................................................................... 43
Pengertian Laporan Keuangan ...................................... 44
Jenis Laporan Keuangan ................................................. 46
Rasio Keuangan .................................................................. 47
Arus Kas ................................................................................ 53
Susunan Bagian dalam Laporan Arus Kas ............... 54
Metode Menyusun Laporan Arus Kas ......................... 55
Daftar Pustaka .................................................................... 57
5 LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN
RENTABILITAS .................................................................... 59
Rasio Likuiditas .................................................................. 59
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas........................................... 60
Rasio Solvabilitas ............................................................... 61
Jenis-Jenis Rasio Solvabilita .......................................... 62
Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas .......................... 64
Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas ..................................... 65
Daftar Pustaka .................................................................... 69
6 KEPUTUSAN PENDANAAN.............................................. 73

iii
Pendahuluan ....................................................................... 73
Teori Keputusan Pendanaan .......................................... 75
Fungsi Keputusan Pendanaan....................................... 77
Pengukuran Keputusan Pendanaan ............................ 78
Daftar Pustaka .................................................................... 83
7 SUMBER-SUMBER PENGGUNAAN MODAL
KERJA .................................................................................... 87
Sumber-Sumber Modal Kerja......................................... 88
Pengunaan Modal Kerja ................................................... 91
Tujuan Penggunaan Modal Kerja.................................. 92
Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Modal Kerja ... 93
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ...... 94
Daftar Pustaka .................................................................... 98
8 INVESTASI DALAM KAS ................................................ 101
Pengertian Investasi dalam Kas .................................. 101
Aktivitas Investasi ............................................................ 102
Bentuk Investasi ............................................................... 102
Klasifikasi Investasi ......................................................... 104
Pengukuran dan Pencatatan Investasi ..................... 105
Pengukuran terhadap Pengakuan Awal ................... 106
Metode Penilaian Investasi ............................................ 107
Daftar Pustaka .................................................................. 108
9 PASAR DAN INSTITUSI KEUANGAN .......................... 111
Pendahuluan ..................................................................... 111
Jenis Pasar Keuangan .................................................... 111
Pelaku Pasar Keuangan ................................................. 113

iv
Tujuan Pasar Keuangan ................................................ 114
Pasar Uang ......................................................................... 115
Perbedaan Pasar Uang dan Pasar Keuangan ......... 115
Pasar Modal ....................................................................... 116
Pasar Valuta Asing .......................................................... 119
Bentuk Institusi Keuangan ........................................... 121
Risiko Sistemik Keuangan ............................................ 122
Daftar Pustaka .................................................................. 123
10 TINGKAT SUKU BUNGA ................................................ 125
Risiko Sistemik Keuangan ............................................ 125
Pendahuluan ..................................................................... 125
Tingkat Suku Bunga ....................................................... 126
Jenis-Jenis Suku Bunga ............................................... 128
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suku
Bunga ................................................................................... 130
Komponen Penentu Bunga Kredit .............................. 133
Fungsi Suku Bunga ........................................................ 135
Suku Bunga Acuan ......................................................... 136
Suku Bunga Dasar Kredit ............................................. 137
Daftar Pustaka .................................................................. 139
11 SAHAM DAN OBLIGASI ................................................. 143
Saham .................................................................................. 143
Jenis-Jenis Saham .......................................................... 143
Harga Saham ..................................................................... 146
Keuntungan dan Kerugian Memiliki Saham ........... 147
Return dan Risiko ............................................................ 148

v
Mengukur Return ............................................................. 149
Penentuan ROR Individual ........................................... 149
Penentuan ROR Portofolio ............................................. 149
Mengukur Expected Return dan Risiko Portofolio . 150
Obligasi ................................................................................ 151
Syarat Sebuah Perusahaan Berhak Menerbitkan
Obligasi ................................................................................ 152
Pihak yang Berhak Menerbitkan Obligasi ............... 152
Alasan bagi Sebuah Perusahaan Menerbitkan
Obligasi ................................................................................ 153
Alasan Pembelian Obligasi ............................................ 153
Jenis-Jenis Obligasi ........................................................ 154
Penilaian Obligasi ............................................................ 158
Daftar Pustaka .................................................................. 160
12 MODAL KERJA ................................................................. 163
Pentingnya Modal Kerja ................................................. 164
Tujuan Modal Kerja ......................................................... 165
Konsep Modal Kerja......................................................... 165
Jenis Modal Kerja............................................................. 168
Kebijakan Investasi Modal Kerja ................................. 170
Perputaran Modal Kerja ................................................. 172
Daftar Pustaka .................................................................. 174
13 METODE PENILAIAN PERSEDIAAN .......................... 177
Definisi Persediaan .......................................................... 177
Faktor yang Memengaruhi Tingkat Persediaan ..... 178
Penilaian Persediaan ....................................................... 179

vi
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penentuan
Metode Penilaian Persediaan........................................ 184
Model Economic Order Quantity (EOQ) ...................... 186
Pemesanan Kembali (Reorder Point) ........................... 188
Daftar Pustaka .................................................................. 190
14 RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN.................. 193
Risiko.................................................................................... 193
Jenis dan Bentuk Risiko................................................ 194
Pendekatan Penggunaan Risiko .................................. 197
Tingkat Pengembalian .................................................... 198
Hubungan antara Risiko dan Hasil ........................... 199
Contoh Soal dan Pembahasan ..................................... 200
Daftar Pustaka .................................................................. 204
15 KEBIJAKAN DIVIDEN (DIVIDEND POLICY) .............. 207
Pendahuluan ..................................................................... 207
Pengertian Dividen........................................................... 208
Jenis-Jenis Dividen Saham .......................................... 208
Arti Penting Kebijakan Dividen.................................... 211
Teori Kebijakan Dividen ................................................. 212
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembayaran
Dividen ................................................................................. 216
Cara Menentukan Nilai Dividen per Lembar
Saham .................................................................................. 217
Pembagian Saham ........................................................... 220
Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap
Risiko Bisnis ...................................................................... 222
Tips Investasi Dividen saham ...................................... 222

vii
Daftar Pustaka .................................................................. 224
16 ANALISIS BREAK EVEN POINT ................................... 227
Pengertian Break Even Point......................................... 227
Konsep Break Even Point ............................................... 228
Tujuan Analisis Break even point ............................... 228
Komponen Pembentuk Break Even Point ................. 229
Metode dan Cara Menghitung Analisis Break
even point ............................................................................ 231
Contoh Analisis Break even point ............................... 233
Faktor-Faktor yang Meningkatkan Break even point
Perusahaan ........................................................................ 237
Kesimpulan ........................................................................ 238
Daftar Pustaka .................................................................. 239
17 MERGER DAN AKUISISI ................................................ 241
Merger dan Akuisisi......................................................... 242
Daftar Pustaka .................................................................. 248
18 MANAJEMEN PIUTANG ................................................. 251
Manajemen Piutang ......................................................... 251
Analisis Ekonomi terhadap Piutang .......................... 256
Daftar Pustaka .................................................................. 263

viii
1
MEMAHAMI MANAJEMEN
KEUANGAN DAN PRINSIPNYA

Erna Atiwi Jaya Esti, S.E., M.M


Universitas Wisnuwardhana Malang

Pendahuluan

Era modern seperti sekarang ini, manusia hidup


memerlukan uang atau kita sebut saja dengan dana.
Hampir tidak ada yang free atau gratis atas segala hal
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai
individu atau rumah tangga harus bekerja untuk
mendapatkan penghasilan, dengan penghasilan tersebut
dipakai untuk membeli barang atau jasa guna memenuhi
keperluan hidupnya, baik berupa pangan, sandang dan
papan. Keberlangsungan hidup ditopang oleh dana, dalam
arti penghasilan atau pendapatan yang diperoleh saat ini,
digunakan memenuhi kebutuhan saat ini dan sebagian
disisihkan untuk dikonsumsi yang akan datang, istilah ini
biasa disebut ditabung.
Bagi individu/rumah tangga yang memiliki kelebihan
dana, ia mempunyai alternatif pilihan misalnyanya,
disimpan dalam bentuk deposito atau membeli tanah,
emas, dan lain-lain. Mereka tidak menggunakan uang
(dana) itu untuk dikonsumsi sekarang tetapi ditunda
dalam arti dinvestasikan dengan harapan mendapat hasil
(return) pada masa yang akan datang. Investasi dalam
bentuk apa pun yang dilakukan individu, tentu bertujuan
untuk membuat dirinya semakin kaya dan makmur.
Demikian sebaliknya, apabila individu/rumah tangga
mengalami kekurangan dana, misalnya untuk membeli

1
asset berupa rumah/mobil/ perlengkapan rumah, tidak
bisa secara tunai, maka mereka akan mencari tambahan
dana dengan menggunakan pinjaman, baik hutang bank
atau lembaga keuangan lain.
Dari contoh permasalahan keuangan individu di atas,
dapat dikatakan bahwa individu perlu untuk memahami
bagaimana pengelolaan keuangannya. Dengan
pengelolaan yang baik, diharapkan keadaan keuangan
dalam kondisi yang sehat. Mengelola sumber perolehan
dan penggunaan dana tersbut agar selalu dalam kondisi
“sehat”, tidak besar pasak daripada tiang dan berhati-hati
karena tiap pilihan ada hasil, tetapi juga ada risikonya.
Pengambilan keputusan keuangan pada tataran individu
disebut personal finance.
Demikian pula perusahaan, secara umum kegiatan
operasional perusahaan dapat diklasifikasikan dalam
empat bidang, yaitu bidang sumber daya manusia, bidang
produksi, bidang pemasaran dan bidang keuangan.
Keuangan seperti “darah” dalam tubuh manusia yang
mengalir, sehingga menjadi pondasi yang penting dan
harus dikelola dengan baik agar perusahaan dalam
kondisi yang sehat.
Diawal pendirian usaha biasanya sekumpulan orang
bekerja sama dengan dana yang berasal dari mereka, kita
sebut saja modal sendiri. Dana ini, digunakan untuk
operasional usaha, membeli bahan baku, membayar
upah, sewa tempat dan sebagainya, dana juga digunakan
untuk membeli aset tetap seperti kendaraan, mesin dan
peralatan dan lain-lain. Hasil produksi kemudian dijual
untuk memperoleh penghasilan dan keuntungan.
Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan
mengalami pertambahan permintaan dan perusahaan
pun dihadapkan pada keadaan apakah permintaan yang
bertambah dipenuhi atau diabaikan. Apabila dipenuhi,
maka perusahaan memerlukan tambahan dana, maka
pilihannya tambahan dana itu diperoleh dari
pinjaman/utang atau dari pemilik. Apa pun keputusan
yang akan diambil, tentu didasarkan pada prinsip yang
berbiaya minimal, namun memperoleh hasil optimal.

2
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa baik individu,
rumah tangga dan perusahaan menghadapi
permasalahan yang berkaitan dengan uang/dana, kita
sebut saja permasalahan keuangan. Maka, dipandang
perlu untuk mengelola keuangan dengan baik dengan
menggunakan prinsip ekonomi.
Pengelolaan keuangan perusahaan yang baik dan sehat,
akan berdampat pada aktivitas perusahaan lainnya, baik
di bidang produksi, pemasaran dan juga sumber daya
manusia yang pada akhirnya bila kondisi baik dan sehat
dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Oleh
sebab itu, perusahaan membutuhkan bidang yang
mengelola keuangan, me-manage keuangan. Perusahaan
membutuhkan dana untuk menjalankan aktivitasnya,
dana tersebut dapat diperoleh dari para pemilik ataupun
dari para kreditur yaitu pihak yang memberikan
pinjaman, baik pinjaman jangka pendek maupun
pinjaman jangka panjang antara lain pinjaman dari Bank
maupun Obligasi. Bagi perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) yang bersifat terbuka, maka dana
dapat diperoleh dengan menjual saham melalui Bursa
Efek Indonesia.
Selanjutnya, dana yang telah diperoleh tersebut akan
digunakan untuk keperluan membeli aset baik yang
berwujud maupuan aset yang tidak berwujud. Adapun
aset yang berwujud berupa tanah, bangunan, kendaraan,
mesin dan peralatan lainnya yang digunakan dalam
kegiatan produksi. Selain itu, dana tersebut juga
digunakan untuk bertransaksi, maupun untuk mendanai
piutang dan juga membeli surat berharga (efek) serta
untuk menjaga likuiditas perusahaan. Sedangkan aset
yang tidak berwujud seperti goodwill, merk dagang dan
hak cipta. Aset ini, tidak mempunyai wujud fisik. Namun,
ikut serta digunakan dalam aktvitas perusahaan.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pemahaman
tentang pengelolaan keuangan itu sangat menarik dan
penting. Pengaturan atau pengelolaan keuangan di
perusahaan sering disebut sebagai manajemen keuangan.
Pengambilan keputusan keuangan pada tataran
perusahaan disebut corporate finance.

3
Pengertian Manajemen Keuangan

Dari uraian di atas, bahwa aktivitas perusahaan di bidang


keuangan menyangkut kegiatan menentukan sumber
dana dan pengalokasian dana secara efisien dan efektif.
Fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan
prinsip-prinsip dalam manajemen keuangan dapat
digunakan oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah.
Bagi perusahaan, dari manajemen keuangan memiliki
peranan penting untuk keberlangsungan hidup pada masa
depan. Seperti yang dikemukakan oleh Agus Sartono
(2010) manajemen keuangan adalah manajemen dana
baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam
berbagai bentuk investasi secara efisien dan efektif
maupun usaha untuk mengumpulkan dana untuk
pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.
Menurut Weston & Copeland, manajemen keuangan
mencakup keputusan investasi, pembiayaan dan dividen
suatu perusahaan. Fungsi utama manajer keuangan
adalah merencanakan, memperoleh, dan menggunakan
dana untuk memperoleh kontribusi yang maksimum
terhadap operasional perusahaan. Hal ini memerlukan
pemahaman tentang pasar keuangan darimana dana
dapat diperoleh, juga tentang pasar bagi produk yang
dihasilkan. Pendapat lain dikemukan oleh Agus Harjito dan
Martono (2012) bahwa manajemen keuangan adalah segala
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana
memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset
sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Dari pendapat di atas, daapat dikatakan bahwa
manajemen keuangan merupakan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengarahan dan pengendalian kegiatan
keuangan perusahaan. Dalam hal ini, menjalankan fungsi
penggunaan dana atau pengalokasian dana dan fungsi
perolehan dana. Fungsi penggunaan dana meliputi,
perencanaan dan pengendalian untuk aktiva baik
digunakan untuk aktiva lancar maupun untuk aktiva
tetap. Penggunaan dana pada aktiva lancar di antaranya
digunakan untuk kas, efek, piutang, persediaan serta
pembayaran dimuka di mana jangka waktu

4
penggunannya kurang dari satu tahun. Sedangkan
penggunaan pada aktiva tetap di antaranya berupa tanah,
gedung, kendaraan dan peralatan lain yang masa
pengunaan dana tersebut lebih dari tahun. Penentuan
apakah dana akan digunakan untuk aktiva lancar atau
untuk aktiva tetap dan menentukan berapa besarnya
yang akan akan dialokasikan membuat manajer
keuangan harus mengambil suatu keputusan yang
disebut dengan keputusan investasi.
Selain fungsi penggunaan dana, manajer keuangan juga
menjalankan fungsi perencanan dan pengendalian dalam
hal penentuan darimana sumber pendanaan tersebut
diperoleh dengan menganalisa berapa biaya yang harus
ditanggung. Adapun sumber dana dapat diperoleh dari
sumber internal, yaitu dari para pemilik dan dari hasil
operasi perusahaan itu sendiri berupa laba yang ditahan.
Sumber lainnya, berasal dari eksternal, yaitu dari
pinjaman Bank dan Obligasi. Keputusan yang
menyangkut penentuan sumber ini disebut dengan
keputusan pendanaan.
Dalam hal penggunaan laba ditahan, manajer keuangan
harus dapat menyeimbangkan antara keinginan para
pemegang saham disatu sisi dengan pihak perusahaan
yang membutuhkan dana di sisi lainnya. Oleh karena itu,
manajer keuangan melakukan suatu kebijakan yang
disebut dengan kebijakan dividen. Laba adalah hak para
pemegang saham. Dividen merupakan bagian laba yang
dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham
dan dividen adalah bagian dari penghasilan yang diharapkan
oleh pemegang saham.
Kebijakan dividen dilakukan untuk menentukan: (1)
besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2)
stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock
dividend), (4) pemecahan saham (stock split), serta (5)
penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya
ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham.

5
Tugas Manajer Keuangan

Dari penjelasan di atas, maka kegiataan dan tugas


seorang manajer keuangan dapat dilihat pada bagan di
bawah ini:

Gambar 1.1 Tugas dan Kegiatan Manajer Keuangan


Sumber: Richard Brealey, Steven Myers (1986)
Gambar di atas, menunjukkan bahwa kedudukan
manajer keuangan berada di antara dua pihak yaitu pasar
keuangan sebagai penyedia dana dan perusahaan sebagai
pihak yang membutuhkan dana untuk operasionalnya.
Aktivitas tersebut meliputi, arus dana antara pasar
keuangan dan operasi perusahaan. Manajer keuangan
memperoleh dana dari pasar keuangan (panah 1). Pasar
keuangan atau finansial market menunjukkan pertemuan
demand dan supply terhadap dana.
Pasar keuangan dibedakan berdasar jangka waktunya,
bila jangka waktu kurang dari satu tahun disebut pasar
uang (money market); dan bila jangka waktunya lebih dari
satu tahun disebut pasar modal (capital market). Pasar
keuangan tersebut berada di sektor formal (melalui
lembaga keuangan dan bank), maupun disektor informal
(rentenir, ijon dan sebagainya). Dana yang diperoleh
kemudian diinvestasikan pada berbagai aktiva
perusahaan (panah 2) antara lain untuk membeli tanah,
bangunan, mesin dan lain-lain. Aktiva ini digunakan
perusahaan dalam menjalankan kegiatannya untuk
memproduksi barang/jasa, atas penjualan produk maka
perusahaan akan memperoleh hasil atau laba (panah 3).
Di mana laba yang diperoleh tersebut kemudian

6
diputuskan untuk dibagikan kepada pemilik dana/pasar
keuangan (panah 4a) atau diinvestasikan kembali ke
perusahaan (panah 4b).
Ringkasnya, manajer keuangan harus membuat
keputusan:
1. Keputusan investasi, terlihat pada panah 2, berkaitan
dengan penggunaan dana.
2. Keputusan pendanaan, terlihat pada panah 1,
berkaitan dengan sumber perolehan dana.
3. Kebijakan dividen, terlihat pada 4a dan 4b, berkaitan
dengan pembagian laba.
Hakikatnya sumber dana diperoleh dari:
1. Sumber dana internal, berasal dari hasil operasi
perusahaan, yaitu laba ditahan dan depresiasi aktiva
tetap.
2. Sumber dana eksternal, berasal dari para pemilik
(pemegang saham) dan dari pinjaman bank dan
obligasi.
Penggunaan dana untuk:
1. Mendanai aktiva lancar.
2. Mendanai aktiva tetap.

Manajemen Keuangan dan Disiplin Ilmu Ekonomi dan


Akuntansi

Implementasi manajemen keuangan berkaitan dengan


disiplin ilmu ekonomi, karena setiap perusahaan
beroperasi dalam kerangka ekonomi. Manajer keuangan
harus mengetahui kerangka ekonomi dan menggunakan
teori ekonomi sebagai alat bantu untuk mencapai efisiensi
operasi. Ada dua bidang ilmu ekonomi, yakni ilmu
ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. Ilmu ekonomi
mikro mempelajari perilaku individu, rumah tangga dan
perusahaan, hal ini akan terkait dengan manajemen
pemasaran. Sedangkan ilmu ekonomi makro mempelajari
secara keseluruhan baik swasta maupun pemerintah.

7
Kebijakan fiskal dan moneter akan berpengaruh pada
kegiatan perusahaan misalnya adanya pembatasan
kredit, kebijakan suku bunga dan pasar uang. Perlu
memahami pengaruh pajak penghasilan, pajak
keuntungan atas penjualan surat berharga serta
pembayaran dividen pada para pemegang saham.
Akuntansi menekankan pada pengumpulan,
pengklasifikasian, pencatatan, penafsiran dan
penyampaian data keuangan perusahaan berdasar
standar yang ditentukan, yaitu Standar Akuntansi
Indonesia. Fungsi utama akuntan adalah untuk
mengembangkan dan menyediakan data yang digunakan
mengukur kinerja perusahaan, menilai posisi keuangan,
dan menghitung besarnya pajak. Akuntan menyiapkan
laporan keuangan yang mengakui pendapatan dan
pengeluaran berdasarkan prinsip-prinsip yang diterima
umum dan sesuai bentuk standar yang pasti. Sedangkan
pengambilan keputusan oleh manajer keuangan
bersumber dari data-data akuntansi di antaranya laporan
keuangan. Oleh karena itu, diperlukan sistem informasi
akuntansi dan manajemen yang baik agar proses
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara efektif.
Pengelolaan keuangan menggunakan informasi keuangan
yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi,
sehingga yang berkecimpung dalam bidang keuangan
harus memahami prinsip tersebut. Mempelajari
manajemen keuangan bukanlah untuk menyusun
laporan keuangan namun kita menggunakan laporan
keuangan sebagai informasi dalam pengambilan
keputusan, sedangkan bagian akuntansi yang menyusun
laporan keuangan. Adapun laporan keuangan terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan sumber dan
penggunaan dana, laporan perubahan modal dan laporan arus
kas.

8
Gambar 1.2 Aktivitas keuangan yang tercermin dalam neraca
perusahaan

Gambar 1.3 Pengaruh Berbagai Disiplin Ilmu terhadap


Manajemen Keuangan

Tujuan Manajemen Keuangan

Bila dilihat dari gambar 1.1, dapat dikatakan bahwa


secara umum tujuan utama yang ingin dicapai oleh
manajer keuangan adalah sama dengan tujuan
perusahaan yaitu memperoleh keuntungan atau laba
sehingga perusahaan dapat menjaga kelangsungan
hidupnya. Manajer keuangan bertujuan untuk
memaksimumkan laba dan yang lebih penting
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui
maksimisasi nilai perusahaan. Nilai perusahaan

9
tercermin pada harga yang bersedia dibayar oleh pembeli
manakala perusahaan itu dijual.
Bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
maka nilai perusahaan ini tercermin pada harga saham di
bursa atau pasar modal. Bila harga saham mengalami
peningkatan maka para pemegang saham memperoleh
gain (keuntungan saham) dan mereka akan semakin kaya
dan makmur. Keuntungan saham (gain) adalah selisih
positif atas harga jual saham dengan harga saat saham
dibeli. Memaksimumkan nilai perusahaan akan terwujud
bila harga saham meningkat. Harga saham akan
meningkat bila perusahaan menunjukkan prospek yang
baik pada masa depan. Harga saham terbentuk di pasar
modal dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu laba
per lembar saham atau Earning Per Share (EPS), rasio laba
terhadap harga per lembar saham atau Price Earning Ratio
(PER), tingkat bunga bebasa risiko yang diukur dari
tingkat bunga deposito pemerintah serta tingkat
kepastian operasi perusahaan.

Konflik antara Principal dan Agen dalam Perusahaan

Pada gambar 1.1 juga dapat kita lihat bahwa kedudukan


manajer keuangan, berada di antara dua pihak yaitu
pihak perusahaan dan pasar keuangan sebagai penyedia
dana, dalam hal ini dari pasar modal (pemegang saham
sebagai pihak yang menanamkan dananya pada
perusahaan) dan pasar uang yang memberikan pinjaman
pada perusahaan. Kepentingan dua pihak ini dapat
berbeda, meskipun tugas manajer keuangan seharusnya
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham,
namun manajer keuangan sebagai individu juga punya
kepentingan untuk memakmurkan diri sendiri, lebih
sejahtera, lebih nyaman dan aman dalam kerja, gaya
hidup yang lebih baik, dan fasilitas lainnya yang semakin
baik dengan semakin meningkatnya kemampuan
keuangan perusahaan.
Tidak jarang terjadi konflik kepentingan antara manajer
sebagai pengambil keputusan keuangan dengan
pemegang saham. Konflik ini disebut dengan agency

10
problem. Agency problem ada dua macam yaitu antara
pemilik perusahaan (principals) dengan pihak manajemen
(agen) dan antara pemegang saham dengan pemegang
obligasi dengan manajemen (agen).

Agency Theory (Teori Keagenan) dan Agency Problem


(Konflik Keagenan)

Agency theory ini menjelaskan hubungan antara pihak


manajemen perusahaan selaku agen dengan pemilik
perusahaan/pemegang saham selaku pihak principal.
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan
keagenan sebagai suatu kontrak di mana satu atau lebih
principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen
(manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan.
Dalam agency theory, terdapat dua pihak yang melakukan
kontrak, yaitu agent dan principal, yaitu (1) kontrak kerja,
dan (2) kontrak pinjaman.
Kontrak kerja dilakukan oleh pemilik perusahaan dan
manajer perusahaan, sedangkan kontrak pinjaman
dilakukan oleh manajer perusahaan dan pemberi
pinjaman. Agency theory menjelaskan tentang pemisahan
antara fungsi manajemen (agen) dan fungsi kepemilikan
(principal). Tujuan dari hubungan keagenan adalah untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, seringkali
manajer melakukan tindakan yang bertentangan dengan
kehendak pemegang saham, pertentangan ini yang
menyebabkan konflik keagenan. Pada perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas, ada pemisahaan antara
pihak manajemen dengan pemilik perusahaan. Tanggung
jawab pemilik hanya sebatas pada dana yang diikut
sertakan pada perusahaan, ada pemisahan antara harta
pribadi dengan modal yang disetor. Secara umum,
principal tidak selalu ikut dalam pengelolaan perusahaan
oleh karena itu principal mendelegasikan tugas dan
tanggung jawab kepada pihak agen untuk melakukan
semua kegiatan atas nama principal. Manajemen
mengambil keputusan untuk kepentingan memakmurkan
pemilik perusahaan/pemegang saham, namun ternyata

11
manajemen justru lebih mendahulukan kepentingan
pribadinya.
Menurut Agus Sartono (2010), cara agar manajer
keuangan bertindak terbaik untuk kepentingan para
pemegang saham adalah memberikan stock option artinya,
manajer diberi hak untuk membeli saham perusahaan
dengan jumlah tertentu.
Untuk meminimalkan agency conflict diperlukan biaya
yang disebut agency cost di antaranya:
1. Pengeluaran untuk auditing (pemeriksaan akuntansi)
dan sistem pengawasan internal.
2. Pengeluaran insentif atas prestasi memaksimukan
nilai perusahaan, berupa:
a. Stock option, pemberian hak bagi manajemen
untuk membeli saham dengan harga yang
ditentukan.
b. Performance share, pemberian saham bagi
manajemen atas pencapaian tujuan yaitu tingkat
return tertentu.
c. Cash bonus, bonus kas atas pencapaian tertentu.
3. Golden parachutes, kontrak antara manajemen
dengan pemegang saham yang menjamin bahwa
manajemen akan mendapat kompensasi tertentu bila
perusahaan dibeli oleh pihak lain atau terjadi
perubahan pengendalian perusahaan, sehingga
manajemen tidak kuatir kehilangan pekerjaan.
4. Poison pill adalah usaha pemegang untuk menjaga
agar perusahaan tidak diambil alih oleh perusahaan
lain dengan mengeluarkan hak penjualan saham pada
harga tertentu, atau mengeluarkan obligasi dengan
hak penjualan obligasi pada harga tertentu.

12
Daftar Pustaka

Brigham, Eugene F & Houston, Joel F. (2011). Dasar-


Dasar Manajemen Keuangan (Essentials of Financial
Management). Diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto,
Jakarta: Salemba Empat.
Brealy, Richard & Myers, Stewart. (1986). Prinsip-Prinsip
Keuangan Perusahaan (Principles of Corporate
Finance). Diterjemahkan oleh Tjintjin Fenix Tjendra,
Jakarta: Erlangga.
Husnan, Suad, & Pudjiastuti, Enny, (2006). Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sartono, Agus. (2010). Manajemen Keuangan: Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Stewart, D. & Simmons, M. (2010). The Business
Playground: Where Creativity and Commerce Collide.
Berkeley, AS: New Riders Press.
Syamsuddin, Lukman. (2011). Manajemen Keuangan
Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan,
Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Weston, J.Fred & Copeland E. Thomas (1995). Manajemen
Keuangan (Managerial Finance). Diterjemahkan oleh
Jaka Wasana & Kirbandoko. Jakarta: Binarupa
Aksara.

13
Profil Penulis
Erna Atiwi Jaya Esti
Lahir di Malang bulan Oktober 1960.
Mengenyam pendidikan dasar, menengah
dan tinggi di Malang. Lulus Sarjana Ekonomi
(Manajemen) dari Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya dan Magister
Manajemen, PascaSarjana, Universitas Brawijaya dengan
konsentrasi manajemen keuangan. Semenjak tahun1987
menjadi tenaga pendidik pada Fakultas Ekonomi
Universitas Panca Bhakti, Pontianak dengan mengampu
mata kuliah Manajemen, Manajemen Keuangan dan
Pengantar Bisnis. Meniti karir pada jabatan struktural
mulai dari kasub. Akademik dan terakhir ka. BAAK.
Tahun 2006 menjadi tenaga pendidik pada Fakultas
Ekonomi, Universitas Wisnuwardhana, Malang dengan
mengampu mata kuliah Manajemen Keuangan, Pasar
Keuangan, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya dengan
tugas tambahan sebagai Kaprodi Manajemen hingga Juni
2020. Penulis juga sebagai Dosen Dpk pada LLDIKTI
wilayah VII dan telah memiliki sertifikasi pendidik.
Beberapa penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
telah dilakukan baik didanai oleh internal perguruan
tinggi, juga Kemenristek DIKTI.
E-mail Penulis: ernaatiwi0601@gmail.com

14
2
FUNGSI DAN STRATEGI
MANAJEMEN KEUANGAN

Moch Arif Hernawan AMTrU., M.M


Institut Transportasi Logistik Trisakti Jakarta

Gambaran Umum

Pada saat kondisi dunia yang penuh dengan


ketidakpastian geo-politik, sosial dan ekonomi,
manajemen keuangan sedang dalam proses perubahan, di
mana memerlukan penilaian ulang asumsi mendasar
yang melintasi batas batas tradisional subjek. Pendekatan
modern memandang istilah manajemen keuangan dalam
arti luas dan memberikan kerangka konseptual dan
analitis untuk pengambilan keputusan keuangan. Fungsi
keuangan mencakup perolehan dana serta alokasinya.
Dengan demikian, terlepas dari masalah yang terlibat
dalam memperoleh dana eksternal, perhatian utama
manajemen keuangan adalah alokasi dana yang efisien
dan bijaksana untuk berbagai penggunaan (Hill, 2008).
Manajemen keuangan telah mengalami sejumlah
perubahan besar selama bertahun-tahun. Ketika muncul
sebagai suatu bidang ilmu tersendiri pada awal tahun
1900-an, penekanannya pada aspek hukum merger,
konsolidasi, dan pembentukan perusahaan baru, serta
berbagai jenis sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan
perseroan.
Manajemen keuangan, sebagai bagian integral dari
manajemen keseluruhan, bukanlah area yang
sepenuhnya independen. Ini sangat mengacu pada

15
disiplin ilmu dan bidang studi terkait, seperti ekonomi,
akuntansi, pemasaran, produksi dan metode kuantitatif.
Sebagai gambaran, bagaimana keterkaitan manajemen
keuangan dengan ekonomi khususnya ekonomi mikro.
Ekonomi mikro berkaitan dengan keputusan ekonomi
individu dan organisasi. Ini menyangkut dirinya sendiri
dengan penentuan strategi operasi yang optimal. Dengan
kata lain, teori ekonomi mikro menyediakan operasi yang
efektif dari perusahaan bisnis. Mereka peduli dengan
mendefinisikan tindakan yang akan memungkinkan
perusahaan untuk mencapai kesuksesan. Konsep dan
teori ekonomi mikro yang relevan dengan manajemen
keuangan adalah, misalnya, yang melibatkan: (1)
hubungan penawaran dan permintaan dan strategi
maksimalisasi laba, (2) masalah yang berkaitan dengan
faktor-faktor produktif, tingkat penjualan 'optimal' dan
strategi penetapan harga produk, (3) pengukuran
preferensi utilitas, risiko dan penentuan nilai, dan (4)
alasan penyusutan aset. Selain itu, prinsip utama yang
berlaku dalam pengelolaan keuangan adalah marginal
analisis, ini menunjukkan bahwa keputusan keuangan
harus dibuat berdasarkan perbandingan (Paramasivan,
2009).
Hubungan antara manajemen keuangan dan akuntansi,
akuntansi merupakan masukan yang diperlukan ke
dalam fungsi keuangan. Artinya, akuntansi adalah
subfungsi keuangan. Akuntansi menghasilkan
informasi/data yang berkaitan dengan operasi/kegiatan
perusahaan, ini memberikan data yang dikembangkan
secara konsisten dan mudah ditafsirkan tentang operasi
perusahaan pada masa lalu, sekarang dan masa depan.
Manajer keuangan menggunakan data tersebut untuk
pengambilan keputusan keuangan. Ini tidak berarti
bahwa akuntan tidak pernah membuat keputusan atau
manajer keuangan tidak pernah mengumpulkan data.
Tetapi, fokus utama dari fungsi akuntan adalah pada
pengumpulan dan penyajian data sementara tanggung
jawab utama manajer keuangan berkaitan dengan
perencanaan keuangan, pengendalian dan pengambilan

16
keputusan. Jadi, dalam arti tertentu, manajemen
keuangan dimulai di mana akuntansi berakhir.
Selain ekonomi dan akuntansi, keuangan juga menarik-
untuk keputusan sehari-harinya-pada disiplin ilmu yang
mendukung seperti pemasaran, produksi dan metode
kuantitatif. Misalnya, manajer keuangan harus
mempertimbangkan dampak dari pengembangan produk
baru dan rencana promosi yang dibuat di bidang
pemasaran karena rencana mereka akan membutuhkan
pengeluaran modal dan berdampak pada arus kas yang
diproyeksikan. Demikian pula, perubahan dalam proses
produksi mungkin memerlukan pengeluaran modal yang
harus dievaluasi dan dibiayai oleh manajer keuangan.
Akhirnya, alat analisis yang dikembangkan di bidang
metode kuantitatif sangat membantu dalam menganalisis
masalah manajemen keuangan yang kompleks
(Paramasivan, 2009).
Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi
operasional terpenting dari suatu perusahaan, antara lain
fungsi operasional seperti manajemen pemasaran,
manajemen operasi, manajemen sumber daya manusia.
Memahami fungsi manajemen keuangan di atas, berarti
kita harus memahami pula bagaimana keputusan
keuangan strategis harus dibuat oleh manajemen, dengan
mengacu pada teori klasik dan penelitian kontempor.

Definis Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai


keseluruhan kegiatan yang berkaitan dengan usaha
untuk merencanakan, mencari dan mengalokasikan dana
untuk memaksimumkan efisiensi operasi perusahaan
(Sumardi, n.d.).
Manajemen keuangan berkaitan dengan dana efektif
manajemen dalam bisnis. Dengan kata sederhana,
manajemen keuangan seperti yang dilakukan oleh
perusahaan bisnis dapat disebut sebagai keuangan
korporasi atau keuangan bisnis (J.Keown, 2005).
Manajemen keuangan adalah aktivitas manajerial yang

17
berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian sumber
keuangan perusahaan (Mulyanti, 2017).
Subjek manajemen keuangan sangat menarik bagi
akademisi dan para praktisi keuagan, karena subjeknya
masih berkembang, dan masih ada daerah-daerah
tertentu di mana ada kontroversi yang belum memiliki
solusi. Manajer keuangan tertarik dalam hal ini, karena di
antara keputusan yang paling penting perusahaan adalah
yang berhubungan dengan keuangan, dan memahami
teori manajemen keuangan memberi mereka wawasan
konseptual dan analitis untuk membuat keputusan
tersebut dengan terampil.

Tujuan Keuangan dan Kekayaan Pemegang Saham

Mari kita mulai dengan citra investor, yang pada akhirnya


menjadi tanggung jawab manajemen. Semua literatur
keuangan tradisional menegaskan bahwa investor harus
rasional, orang yang menghindari risiko secara formal
mendiskusikan tindakan yang terkait dengan yang lain
untuk keuntungan maksimum, bahkan dalam keadaan
tidak pasti. Hal yang menjadi perhatian investor bukan
hanya keuntungan maksimum, tetapi juga kemungkinan
munculnya pertukaran pengembalian risiko dari
portofolio investasi, yang mereka rasa nyaman dan yang
mungkin unik untuk setiap individu. Di sini, peranan
manajemen keuangan harus bisa memahami perilaku dari
investor, investor ada yang memiliki perilaku rasional dan
ada juga investor yang memiliki perilaku irasional (Pareto,
2022).
Investor memaksimalkan kekayaan mereka dengan
memilih peluang investasi dan pembiayaan yang optimal,
menggunakan model keuangan yang memaksimalkan
pengembalian yang diharapkan secara absolut dengan
risiko minimum, di dunia ideal kita, masing-masing
dirancang untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham dengan menggunakan harga pasar saham biasa
sebagai kriteria kinerja (Hill, 2008).

18
Tujuan Keuangan dapat disamakan dengan tujun suatu
suatu proyek. Dalam membuat penetapan tujuan,
sebaiknya dibuat perumusan SMART yaitu:
1. Specific, tujuan haruslah menggunakan kata-kata
yang lugas, tidak ambigu.
2. Measurable (terukur) hasil yang akan dicapai, bisa
terukur dalam bentuk angka dan mata uang yang
jelas.
3. Attainable (dapat dicapai), tujuan keuangan tidak
selalu hanya satu, ada kalanya tujuan keuangan itu
terdiri dari beberapa hal dalam tenggat waktu yang
sama dan tugas manajemen keuangan untuk
menentukan skala prioritas, yang mana yang akan
diprioritaskan pencapaiannya jika ternyata kondisi
yang terjadi tidak sesuai harapan.
4. Realistic (realistis), tujuan keuangan seharusnya tidak
muluk dan memperhatikan serta mempertimbangkan
kemampuan yang ada.
5. Timely (jangka waktu) yang jelas, kapan tujuan
keuangan tersebut akan dicapai

Fungsi Keuangan
Sangat sulit untuk memisahkan fungsi keuangan dari
produksi, pemasaran, dan fungsi lainnya, namun
pemahaman fungsi itu sendiri dapat dengan mudah
diidentifikasi. Fungsi keuangan sebagai fungsi
mengumpulkan dana, menginvestasikannya dalam aset
dan mendistribusikan pengembalian yang diperoleh dari
aset kepada pemegang saham yang masing-masing
dikenal sebagai keputusan pembiayaan, keputusan
investasi keputusan dan keputusan dividen (financial
management). Bila dikaitkan dengan waktu sebuah
perusahaan dalam membuat fungsi keuangan/keputusan
keuangan bisa terbagi menjadi dua, yaitu keputusan
jangka panjang dan jangka pendek (Pandey, 2015).
1. Keputusan keuangan jangka panjang.
Adapun fungsi keuangan yang termasuk dalam
katagori jangka panjang berkaitan dengan bagaimana

19
membuat keputusan terkait modal atau pendanaan
dan alokasi laba atau keputusan/kebijakan deviden.
2. Keputusan keuangan jangka pendek.
Adapun fungsi keuangan yang termasuk dalam
katagori jangka pendek berkaitan dengan bagaimana
manajemen membuat keputusan likuiditas jangka
pendek.
Sebuah perusahaan melakukan fungsi keuangan secara
bersamaan dan terus-menerus dalam kegiatan normal
bisnis. Mereka tidak harus terjadi secara berurutan.
Fungsi keuangan membutuhkan perencanaan, kontrol,
dan eksekusi yang terampil dari aktivitas perusahaan.
Aset pemegang saham adalah saham yang dimilikinya,
pada awal mereka memiliki atau tertarik memiliki saham
mereka dibuat lebih nyaman dengan memberikan
keputusan keuangan (fungsi keuangan) oleh manajemen
dengan meningkatkan nilai saham mereka. Dengan
demikian, saat menjalankan fungsi keuangan, manajer
keuangan harus berusaha untuk memaksimalkan nilai
pasar saham.
Perencanaan dan pengendalian investasi melibatkan
proses memfasilitasi keputusan yang mencakup
pengeluaran untuk aset jangka panjang. Karena
kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan
bergantung pada pengeluaran modal, terutama,
pentingnya penganggaran modal. Sejumlah manajer
berpikir bahwa proyek investasi memiliki elemen strategis,
dan analisis investasi harus dilakukan dalam kerangka
keseluruhan strategi perusahaan.

Tujuan dan Strategi Manajemen Keuangan

Setiap organisasi memerlukan manajemen keuangan


untuk suksesnya operasi organisasi yang berkaitan
dengan akuisisi, alokasi dan pembiayaan sumber daya
untuk keberhasilan pertumbuhan organisasi. Tentunya,
manajemen harus mengelola keuangan secara efektif
untuk mencapai misi dan tujuannya, terkait hal tersebut
baru baru ini, bidang manajemen strategis dan

20
manajemen keuangan digabungkan bersama untuk
mengembangkan disiplin baru, yaitu strategi manajemen
keuangan.
Strategi manajemen keuangan mengacu pada
pengelolaan keuangan dengan berfokus kepada
pengambilan keputusan jangka panjang sesuai tujuan
strategis perusahaan. Strategi manajemen keuangan
adalah pendekatan manajemen yang memanfaatkan
berbagai alat dan teknik keuangan untuk menghasilkan
rencana strategis, dengan memilih dan memastikan
implementasi strategi yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan (Baijumon. P, 2015).
Strategi manajemen keuangan adalah mengelola sumber
daya keuangan organisasi sehingga mencapai tujuan
bisnisnya dan memaksimalkan nilainya. Strategi
manajemen keuangan melibatkan urutan langkah-
langkah yang ditentukan yang mencakup berbagai macam
keuangan perusahaan, mulai dari menetapkan tujuan
dan mengidentifikasi sumber daya, menganalisis data dan
membuat keputusan keuangan, hingga melacak varians
antara hasil aktual dan yang dianggarkan dan
mengidentifikasi alasan untuk varians ini. Istilah
"strategis" berarti bahwa pendekatan manajemen
keuangan ini memiliki cakrawala jangka panjang.

Karakteristik Strategis Manajemen Keuangan

Kakteristik penting dari Strategi Manajemen Keuangan


adalah sebagai berikut (Baijumon.P, 2015):
1. Berkaitan dengan pengelolaan dana jangka panjang
dengan perspektif strategis.
2. Memiliki perhatian khusus untuk memaksimalkan
keuntungan dan kekayaan.
3. Dilaksanakan secara terstruktur dan juga fleksibel.
4. Selalu memperhatikan pertumbuhan, profitabilitas
dan memaksimalkan nilai pemegang saham.
5. Merupakan proses yang berkembang dan
berkelanjutan yang terus-menerus mencoba untuk

21
mengadopsi dan merevisi strategi untuk mencapai
tujuan keuangan strategis perusahaan.
6. Selalu melakukan pendekatan inovatif, kreatif dan
multidimensi untuk menemukan solusi atas masalah
yang terjadi.
7. Membantu merumuskan strategi yang tepat dan
memfasilitasi pemantauan konstan rencana kegiatan
agar sesuai dengan tujuan jangka panjang.
8. Selalu memanfaatkan teknik keuangan analitis
dengan penilaian kualitatif dan kuantitatif pada
informasi factual.
9. Berorientasi pada hasil menggabungkan sumber
daya, terutama sumber daya keuangan dan ekonomi.
10. Strategi Manajemen keuangan menawarkan sejumlah
solusi dengan menganalisis masalah dalam konteks
organisasi.
Manager keuangan sebuah organisasi perusahaan
diwajibakan memiliki strategi dalam pengelolaan aktivitas
keuangan,adapun strategi yang dimaksud sebagai
berikut (Riadi, 2019):
1. Strategic Planning
Walaupun disetiap perusahaan berbeda, planning
merupakan arah perusahaan selama periode waktu
tertentu dalam rangka mencapai hasil yang
diinginkan. Planning yang baik adalah planning yang
menghubungkan tujuan jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Dengan demikian,
bisa memanfaatkan sumber daya yang tersedia
dengan sebaik-baiknya dalam jangka panjang
(Mustikharima, 2020) .
Budgeting adalah salah satu bagian dari planning.
Budgeting tahunan harus konsisten dengan tujuan
jangka panjang bisnis. Planning adalah sekumpulan
detail yang menerapkan strategi. Rencana
pelaksanaan biasanya dijelaskan dalam langkah-
langkah berurutan termasuk biaya, waktu, kekuatan
kelemahan dan tingkat risiko untuk setiap langkah.

22
Tujuan dari sebuah rencana harus terus dinilai, baik
dalam hal tingkat pencapaiannya ataupun dalam
waktu yang dibutuhkan dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengimplementasikannya.
Suatu proses formal planing berpotensi memberikan
beberapa manfaat bagi suatu perusahaan:
a. Sebagai kerangka untuk mengembangkan
anggaran tahunan.
b. Sebagai alat pengembangan manajemen untuk
manajer berpikir jangka panjang.
c. Membantu untuk memikirkan tentang tindakan
tindakan jangka pendek yang diperlukan untuk
untuk implementasi strategi jangka panjang.
Strategic planning adalah bentuk perencanaan jangka
panjang yang didasarkan pada identifikasi dan
spesifikasi tujuan dan sasaran organisasi. Dengan
selalu mengevaluasi kekuatan, kelemahan, pengaruh
faktor lingkungan organisasi dan tingkat risiko
dinilai, sehingga diperkirakan menghasilkan strategi
terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Strategic Management
Manajemen keuangan merupakan aktivitas organisasi
yang terkait dengan cara memperoleh pendanaan,
menggunakan atau mengalokasikan dana, serta
mengelola kekayaan yang dimiliki untuk mencapai
tujuan organisasi. Dalam konteks tersebut,
manajemen keuangan akan melibatkan pemahaman
dan pengendalian, pengalokasian, perolehan aset dan
kewajiban perusahaan dengan benar, termasuk
memantau item pembiayaan operasional seperti
pengeluaran, pendapatan, piutang dan hutang, arus
kas, serta profitabilitas.
Cakupan strategi manajemen keuangan agak berbeda
dengan manajemen keuangan. Karena, konteks
strategi manajemen keuangan tidak hanya mengelola
keuangan, tetapi mengelolanya dengan maksud untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi bisnis dan

23
memaksimalkan nilai pemegang saham dari waktu ke
waktu.
Dengan kata lain, manajemen keuangan strategis
sangat terkait dengan menciptakan laba dan
memastikan ROI yang dapat diterima. Istilah
"strategis" merujuk kepada praktik manajemen
keuangan yang berfokus pada keberhasilan jangka
panjang, sedangkan keputusan manajemen "taktis",
hanya terkait dengan penentuan posisi jangka
pendek(Kenton, 2022).
Bila perusahaan lebih strategis daripada taktis, maka
keputusan keuangan akan dibuat berdasarkan hasil
yang ingin dicapai pada masa mendatang. Hal ini
berarti bahwa untuk mewujudkan pencapaian
tersebut, harus mentolerir kerugian pada saat ini. Di
bawah ini adalah beberapa hal terkait strategi
manajemen keuangan menurut (Kenton, 2022)L
a. Strategi manajemen keuangan adalah tentang
menciptakan laba untuk bisnis.
b. Strategi manajemen keuangan berfokus pada
keuntungan jangka panjang.
c. Perencanaan keuangan strategis bervariasi
menurut perusahaan, industri, dan sektor.
d. Strategi manajemen keuangan akan efektif
dengan melibatkan pengorbanan atau
penyesuaian kembali tujuan jangka pendek dalam
rangka mencapai tujuan jangka panjang secara
lebih efisien.
3. Strategic Thinking
Menurut beberapa ahli, berpikir strategis memiliki
beberapa pengertian, menekankan bahwa pemikiran
strategis bukan hanya nomenklatur alternatif untuk
segala sesuatu di bawah payung strategi pengelolaan.
Hal ini merupakan cara berpikir tertentu dengan
spesifik dan jelas dilihat karakteristik pemikirannya.
Ketika seseorang berpikir strategis berarti dia mampu
menilai dan mengembangkan visi dan strategi yang

24
berorientasi pada masa depan, yang dikaitkan dengan
factor internal perusahaan ataupun factor ekternal
perusahaan (Priyadi, 2000).
Berpikir strategis sangat menentukan perkembangan
dari perusahaan. Di dalam strategi yang baik,
terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara
rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki
taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Berpikir
strategis, merupakan sebagai kerangka dasar untuk
merumuskan tujuan dan hasil secara
berkesinambungan
Manajemen Keuangan Strategis berkaitan dengan
pengadaan dan penggunaan dana. Bertujuan untuk
menggunakan dana bisnis sehingga nilai perusahaan
maksimal. Manajemen keuangan strategis menyediakan
kerangka kerja untuk memilih tindakan yang tepat dalam
memutuskan strategi komersial yang layak. Tujuan utama
dari sebuah bisnis adalah untuk memaksimalkan
kesejahteraan ekonomi pemiliknya. Tujuan ini dapat
dicapai dengan (J.Keown, 2005):
1. Maksimalisasi Laba
Memaksimumkan laba adalah tujuan utama dari
setiap kegiatan ekonomi, tidak ada bisnis yang dapat
bertahan tanpa mendapatkan keuntungan. Laba
adalah ukuran efisiensi bisnis. Laba juga berfungsi
sebagai perlindungan terhadap risiko yang tidak
dapat diasuransikan. Keuntungan yang dikuburkan
memungkinkan bisnis untuk menghadapi risiko
seperti jatuhnya harga, persaingan dari unit lain,
kebijakan pemerintah yang merugikan, dan lain-lain.
Dengan demikian, maksimalisasi laba dianggap
sebagai tujuan utama bisnis (Baijumon P, 2015).
2. Maksimalisasi Kekayaan
Memaksimumkan kekayaan adalah tujuan yang tepat
dari suatu perusahaan. Tujuan maksimalisasi
kekayaan pemegang saham adalah tujuan jangka

25
panjang. Kekayaan pemegang saham adalah fungsi
dari semua pengembalian masa depan kepada
pemegang saham. Oleh karena itu, dalam membuat
keputusan yang memaksimalkan kekayaan pemegang
saham, manajemen harus mempertimbangkan
dampak jangka panjang pada perusahaan dan tidak
hanya fokus pada efek jangka pendek (yaitu, periode
saat ini) (Baijumon P, 2015).

26
Daftar Pustaka

Baijumon. P, S. (2015). Strategic Financial Management.


Calicut University: School of Distance Education.

Hill, R. A. (2008). Strategic Financial Management. Ventus


Publishing ApS

J. Keown, A. et al. (2005). Financial Management Principle.


New Jersey: Pearson Prentice Hill.
Kenton, W. (2022). Strategic Financial Management.
Investopedia.
https://www.investopedia.com/terms/s/strategic-
financial-management.asp
Mulyanti, D. (2017). Manajemen Keuangan Perusahaan
Akurat. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIBBA,
62(8), 62–71.
Mustikharima. (2020). Strategi Planning dan & Budgeting
Perusahaan. MYCO.
https://www.myco.co.id/post/strategic-planning-
budgeting-perusahaan
Pandey, I. M. (2015). Financial Management. Vikas
Publishing House PVT LTD.
Paramasivan, C. (2009). Financial Management. New Age
international Publishers.
Pareto, C. (2022). Understanding Investor Behavior. July
30,2022. https://www-investopedia-
com.translate.goog/articles/05/032905.asp?_x_tr_sl=
en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=op
Priyadi, M. P. (2000). Perencanaan Stratejik. Ekuitas, 4(2),
61–77.
Riadi, M. (2019). Pengertian, Fungsi dan Strategi
Manajemen Keuangan. KAJIAN PUSTAKA.COM.
https://www.kajianpustaka.com/2019/03/pengertia
n-fungsi-dan-strategi-manajemen-keuangan.htm
Sumardi, R., & Suharyono. (2020). Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Jakarta: LPU-UNAS.

27
Profil Penulis

Moch Arif Hernawan


Ketertarikan penulis terhadap ilmu
Manajemen Keuangan dimulai pada tahun
2012 silam. Karena pada saat itu penulis
ditempatkan di Unit Administrasi Keuangan
perguruan tinggi swasta di Jakarta.Untuk menambah
wawasan terkait manajemen keuangan saat ini penulis
sedang melanjutkan pendidikan formal program doctoral
pada fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Trisakti
Jakarta. Penulis memiliki pengalaman dalam penyusunan
Program Kerja dan anggaran institusi pendidikan, Audit
institusi Pendidikan di samping aktif mengajar penulis
juga aktif melaksanakan penelitian terkait Manajemen
Keuangan, Akuntansi Manajemen dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara
yang sangat tercinta ini.
E-mail Penulis: arifhernawan1112@yahoo.com

28
3
NILAI WAKTU DARI UANG

Marlinda Saputri, S.E., M.M


STIE Persada Bunda Pekanbaru

Pendahuluan

Salah satu konsep dari kehidupan di bidang ekonomi,


yaitu untuk mendapatkan sesuatu butuh pengorbanan.
Misalnya saja, untuk memperoleh makan, minum,
pakaian dan kebutuhan lainnya memerlukan
pengorbanan, yaitu biaya. Bahkan bagi orang yang sedang
sakit udara pun butuh pengorbanan. Biaya yang
disebutkan di sini adalah uang. Uang saat ini, menjadi
tolok ukur bagi kehidupan seseorang. Uang saat ini, akan
sangat berharga dari pada nanti. Dasarnya dalam
manajemen keuangan adalah nilai waktu uang.
Nilai waktu dari uang merupakan hal yang sangat penting
yang perlu dibahas dalam mata kuliah Manajemen
Keuangan. Banyak materi dalam manajemen keuangan
yang berhubungan dengan nilai waktu dari uang.
Misalnya saja, Biaya Modal, Pengganggaran Modal, dan
Penilaian Surat Berharga yang sangat berhubungan
dengan nilai waktu dari uang. Untuk itu, diharapkan
dapat memahami konsep dari nilai waktu dari uang,
Seringkali kita mendengar ketika orang-orang bercerita
tentang nilai uang, misalnya uang Rp100.000 sekarang
tidak sama dengan yang lama. Maksudnya di sini, nilai
uang yang dimaksud orang orang itu tidak sama dengan
nilai uang tahun-tahun sebelumnya, tetapi nominalnya
sama. Sebagai contoh lain, coba kita dengar ibu-ibu
rumah tangga ketika membeli sayur, pasti ada yang

29
mengeluh harga bahan pangan yang naik terus hampir
semua ibu-ibu mengatakan harga naik terus. Apa
masalahnya? Apakah karena pendapatan yang tidak
meningkat? Sebenarnya, ibu-ibu tidak mengalami
penurunan pendapatan, tetapi daya beli uang yang
menurun. Inilah yang disebut inflasi berkategori demand
pull, atau naiknya permintaan terhadap barang,
sementara pasokan tetap.

Pengertian Nilai Waktu dari Uang

Nilai waktu uang merupakan nilai uang yang berbeda dari


waktu ke waktu, tetapi dengan nominal yang sama.
Misalnya, uang Rp10.000 lebih berharga lima tahun yang
lalu dari pada waktu sekarang ini. Dari contoh, bisa
dilihat kalau nilai uang mengalami penurunan dari waktu
ke waktu.
Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya nilai uang
yaitu:
1. Inflasi
Kenaikan harga secara umum dalam ekonomi, berarti
jika harga naik berarti nilai uang tersebut mengalami
penurunan. Misalnya, harga naik 5% setiap tahun,
maka Rp1 sekarang akan mengalami depresiasi
menjadi 0,95 rupiah satu tahun yang akan datang.
2. Risiko
Risiko merupakan suatu ketidakpastian pada waktu
yang akan datang yang akan menyebabkan
penurunan harga uang. Untuk itu, zaman sekarang
agar dapat mengurangi risiko, masyarakat diminta
untuk mencari investasi yang betul-betul bisa
mengurangi risiko.
3. Preferensi Likuiditas
Preferensi Likuiditas merupakan suatu perbuatan di
mana lebih menyukai memegang uang kas dari pada
menyimpan dana untuk masa yang akan datang.

30
Seperti yang sudah dibahas di atas, nilai uang pada masa
depan, akan berkurang disebabkan oleh adanya faktor
inflasi atau sering disebut kenaikan biaya. Boehm Bawerk
dalam Syafii Antonio (2001) memberikan pendapat bahwa
ada tiga alasan yang membuat berubahnya nilai tersebut:
1. Keuntungan pada masa mendatang diragukan,
karena ketidakpastian peristiwa serta kehidupan
manusia yang akan datang. Sedangkan keuntungan
saat ini, sudah sangat jelas dan pasti.
2. Kepuasan terhadap kehendak atau keinginan masa
kini lebih bernilai bagi manusia jika dibandingkan
kepuasan pada waktu akan datang.
3. Barang-barang pada waktu sekarang lebih berguna
dan dibutuhkan dibandingkan dengan barang-barang
pada waktu mendatang.
Konsep nilai waktu uang memiliki manfaat yang sangat
banyak untuk pihak manajemen keuangan dalam
menentukan dan merencanakan keuangan perusahaan
pada masa yang akan datang. Apalagi, jika dalam sebuah
perusahaan yang besar dalam melakukan bisnis yang
besar pula, keputusan dalam melakukan investasi pada
aktiva dan dalam menentukan sumber pendanaan simpan
pinjam, untuk itu sangat perlu pemahaman terhadap nilai
waktu dari uang.

Konsep Nilai Waktu Uang

Beberapa simbol yang digunakan dalam nilai waktu dari


uang adalah sebagai berikut:
1. PV = Present value (nilai sekarang dari uang)
2. k = Suku bunga (atau sebagian dilambangkan
dengan r)
3. I = Jumlah bunga yang diterima biasanya dalam
tahunan
4. FVn = Future value (nilai masa depan)
5. n = Jumlah tahun atau berapa periode transaksi

31
Berdasarkan simbol atau yang sering disebut notasi di
atas, ada beberapa formulasi atau rumus yang digunakan
dalam konsep nilai waktu dari uang yaitu:
1. Nilai Sekarang (Present Value)
Nilai sekarang atau present value merupakan proses
pencarian nilai sekarang dari arus kas atau
serangkaian arus kas, pendiskontoan merupakan
kebalikan dari pemajemukan. Rumus dasarnya, yaitu:
FVn
PV =
(1 + k)n
2. Nilai Masa Depan (Future Value)
Proses yang mengarah dari nilai sekaran menuju nilai
masa depan disebut dengan pemajemukan.
Pemajukan di sini merupakan proses aritmatika
untuk menetapkan nilai akhir dari arus kas atau
serangkaian arus kas ketika bunga majemuk
digunakan.
FVn = PV (1 + k)n .

Contoh Konsep Nilai Waktu dari Uang

Dalam konsep nilai waktu dari uang, ada beberapa contoh


dari konsep penerapannya yang sering digunakan untuk
perhitungan secara matematis.
1. Nilai Uang Sekarang (Present Value)
Untuk menghitung besarnya nilai uang pada awal
periode saat ini atas dasar dari tingkat suku bunga
dari jumlah uang yang diterima. Apabila nilai
majemuk untuk menghitung jumlah uang pada akhir
periode pada waktu yang akan datang maka nilai
sekarang adalah sebaliknya. Dengan demikian, cara
menghitunya dengan menggunakan rumus:

32
FVn
PV = (1+k)n

Di mana: P = Modal pokok


Fn = Jumlah uang pada akhir periode
k = Suku bunga
n = Waktu
Contoh 1. Tuan Ahmad menginginkan jumlah
tabungannya sebesar Rp5.000.000 satu tahun
kemudian, berapakah Tuan Ahmad harus menabung
saat ini, jika diketahui tingkat bunga sebesar 5%?
Jawab:
FVn
PV =
(1 + k)n
5.000.000
=
(1+0,05)1

= Rp4.761.904 (artinya uang Rp5.000.000 satu tahun


yang akan datang sama dengan Rp4.761.904 saat ini)
Contoh 2. Nyonya X ingin menabung dengan
mendapatka uang sebanyak Rp10.000.000 dalam 3
tahun ke depan, jika tingkat suku bunga 8%
berapakah Nyonya X harus menabung sekarang?
Jawab:
FVn
PV =
(1 + k)n
10.000.000
=
(1+0,08)3
10.000.000
= 1,259

= Rp7.938.322 (artinya uang Rp10.000.000 satu


tahun yang akan datang sama dengan Rp7.938.322
saat ini).
Untuk perhitungan dengan waktu yang lebih lama,
dapat menghitung dengan cara yang sama atau dapat
menggunakan daftar bunga. Penggunaan daftar
bunga bertujuan agas membantu penghitungan yang
lebih cepat.

33
2. Nilai Uang akan Datang (Future Value)
Nilai uang akan datang merupakan nilai uang yang
akan diterima pada masa yang akan datang, dari
sejumlah uamh yang kita simpan dari sekarang ini
tapi tetap dengan tingkat suku bunga tertentu.
Karekteristik atau ciri-ciri dari nilai uang yang akan
datang, yaitu adanya kemungkinan jumlah uang
seseorang akan lebih berlipat ganda dari sekarang.
Cara menghitung nilai uang akan datang dirumuskan
sebagai berikut:
FVn = PV (1+k)𝑛
Di mana: PV = Nilai Sekarang
k = Suku bunga
n = Waktu
Contoh 1. Tuan Budi menabung di Bank Nasional
sebesar Rp7.500.000. bank memberikan bunga
sebesar 6% per tahun. Berapakah nilai uang Tuan
Budi 5 tahun yang kanan datang?
Jawab: FVn = PV (1+k)𝑛
= 7.500.000 (1+0,06)5
= 7.500.000 (1,3382)
= 10.036.692 (artinya Tuan Budi akan menerima uang
tabungan 5 tahun kedepan sebesar Rp10.036.692).
Contoh 2. Berapakah uang yang akan diterima
Nyonya Desi jika Nyonya Desi saat ini menyimpan
uang di Bank sebesar Rp12.250.000 dan tingkat
bunga sebesar 5% selama 8 tahun?
Jawab: FVn = PV (1+k)𝑛
= 12.250.000 (1+0,05)8
= 12.250.000 (1,4775)
= 18.098.829
(artinya Nyonya Desi akan menerima uang tabungan
8 tahun kedepan sebesar Rp18.098.829).

34
Jika nilai k (tingkat suku bunga) tidak diketahui,
maka bisa dicari dengan menggunakan rumus:
𝐹𝑉 1
i = (𝑃𝑉)𝑛 - 1
Di mana:
FV = Nilai Masa Depan
PV = Nilai Sekarang
n = Waktu atau jumlah periode
Contoh: berapa tingkat suku bunga yang diterima
Tuan X jika Tuan X memiliki uang nilai masa depan
sebesar Rp15.000.000 dan nilai sekarang sebesar
Rp5.500.000 selama 5 tahun?
𝐹𝑉 1
Jawab: i = ( )𝑛 – 1
𝑃𝑉
15.000.000 1
i = ( 5.500.000 )5 – 1
1
i = (2,72727)5 − 1
i = 1,22221 – 1
i = 22,22 = 22%
jadi nilai suku bunga yang dibutuhkan tuan X adalah
sebesar 22%
Jika n tidak diketahui maka bisa dicari dengan
rumus:
𝐹𝑉
log( )
n= 𝑃𝑉
log(1+𝑖)

Di mana: FV = Nilai Masa Depan


PV = Nilai Sekarang
n = Waktu atau jumlah periode
i = Tingkat Suku Bunga
log = Logaritma
Contoh: Jika diketahui nilai FV sebesar Rp25.000.000
dan nilai sekarang sebesar Rp10.500.000 dengan nilai
tingkat suku bunga sebesar 8%, berapakah nilai n?
35
𝐹𝑉
log( )
Jawab: n = 𝑃𝑉
log(1+𝑖)
25.000.000
log( )
n= 10.500.000
log(1+0,08)
25.000.000
log( )
n= 10.500.000
log(1+0,08)
log(2,3809)
n=
log(1,08)

n = 11
(jadi, waktu yang dibutuhkan sebesar 11 tahun).

Anuitas

Anuitas merupakan konsep dalam salah satu nilai waktu


dari uang yang juga tidak kalah penting dalam
manajemen keuangan. Penggunaan konsep anuitas
sangat sering kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya saja, pembayaran kredit rumah (KPR) dan
pembayaran bunga obligasi. Dari contoh tersebut, kita
sudah bisa mengetahui kalau anuitas merupakan suatu
cicilan pembayaran yang nilainya tetap dan dibayarkan
dalam jangka waktu tertentu.
Anuitas bertujuan untuk mempermudah masyarakat atau
nasabah dalam membayar angsuran karena jumlahnya
yang tetap. Sedangkan dalam dunia investasi anuitas
digunakan untuk merencanakan keuangan masa depan
perusahaan.
Anuitas terbagi menjadi dua jenis:
1. Nilai Sekarang dari Anuitas
Nilai sekarang dari anuitas digunakan untuk
mengetahui nilai sekarang dari sejumlah uang yang
akan dibayarkan selama periode tertentu yang telah
ditentukan. Nilai sekarang dari anuitas bisa dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

36
1−(1+𝑖)−𝑛
PVA = P( 𝑖
)

Di mana: PVA = Nilai Sekarang atas Anuitas


P = Pembayaran per Periode
n = Waktu atau jumlah periode
i = Tingkat Suku Bunga
Contoh: Jika diketahui pembayaran per periode
sebesar Rp1.500.000 dengan tingkat waktu selama 2
tahun dengan tingkat suku bunga sebesar 5%,
berapakah nilai sekarang atas anuitas?
1−(1+𝑖)−𝑛
Jawab: PVA = P ( 𝑖
)
1−(1+0,05)−2
PVA = 1.500.000 ( )
0,05

PVA = 1.500.000 (1,8594)


PVA = 2.789.116
Berikut rumus jika jumlah periode atau waktu tidak
diketahui:
𝑖 𝑥 𝑃𝑉𝐴
log(1− )
n=- log(1+𝑖)
𝑃

Contoh: Nyonya Ani memiliki hutang sebesar


Rp120.000.000 untu membeli sebidang tanah.
Nyonya Ani memutuskan untuk mencicil hutangnya
sebanyak R3.500.000 per bulan. Jika bunga yang
diberikan 10%p.a, berapa lama pinjaman Nyonya Ani
lunas?
𝑖 𝑥 𝑃𝑉𝐴
log(1− )
Jawab: n = - log(1+𝑖)
𝑃

0,10 𝑥 120.000.000
log(1− )
n=- 3.500.000
log(1+0,10)
log(−2,4286)
n=- log(1,1)

n = 9,31 atau 9

37
Jika nilai P ya tidak diketahui, maka bisa kita cari
menggunakan rumus:
𝑖 𝑥 𝑃𝑉𝐴
P= 1−(1+𝑖)−𝑛

Contoh: Tuan Doni membeli sebuah rumah dengan


harga Rp350.000.000 dengan membayar uang muka
sebesar Rp100.000.000. sisa pembayaran akan dicicil
sebanyak 8 kali cicilan yang dibayar setiap akhir
bulan. Bunga yang dibebankan yaitu sebesar 10%,
berapakah Tuan Doni akan membayar tiap bulan?
𝑖 𝑥 𝑃𝑉𝐴
Jawab: P =
1−(1+𝑖)−𝑛
0,10 𝑥 250.000.000
P=
1−(1+0,10)−8
25.000.000
P= 0,5335

P = Rp46.861.004
2. Nilai Masa Depan dari Anuitas
Nilai masa depan dari anuitas merupakan nilai akhir
dari sebuah transaksi atau nilai dari akhir periode
anuitas. Jumlah akhir tersebut merupakan jumlah
seluruh pembayaran dari anuitas itu sendiri. Nilai
yang akan datang atau masa deoan dari anuitas
dirumuskan sebagai berikut:
(1+𝑖)𝑛 −1
FVA = 𝑃( 𝑖
)
Di mana: FVA = Nilai Masa Depan atas Anuitas
P = Pembayaran per Periode
n = Waktu atau jumlah periode
i = Tingkat Suku Bunga
Contoh: Diketahui : P = Rp. 12.000.000
n = 5 tahun
i = 6% per tahun

38
Ditanya : Nilai masa depan atas anuitas (FVA)
(1+𝑖)𝑛 −1
Jawab : FVA = 𝑃( )
𝑖
(1+0,06)5 −1
FVA = 12.000.000 ( 0,06
)

FVA = 12.000.000 (5,6371)


FVA = 67.645.115
Jika nilai jangka waktu (n) tidak diketahui, maka
dapat digunakan rumus:
𝐹𝑉𝐴 𝑥 𝑖
log(1+ )
𝑝
n= log(1+𝑖)

Contoh: Fuji sangat ingin membeli sebuah hp, untuk


itu dia menabung sebesar Rp2.200.000 di bank. Jika
Fuji membutuhkan Rp7.500.000, berapa lama fuji
menabung jika bunga yang diberikan 5%?
𝐹𝑉𝐴 𝑥 𝑖
log(1+ )
𝑝
Jawab: n = log(1+𝑖)
7.500.000 𝑥 0,05
log(1+ )
n= 2.200.000
log(1+0,05)
log(1,1705)
n= log(1,05)

n = 3,23 atau selama 3 kali


Rumus untuk mencari nilai per periode yaitu:
𝑖 𝑥 𝐹𝑉𝐴
P=
(1+𝑖)𝑛 −1

Contoh: Anton menabung di bank dengan jumlah


yang sama selama 3 tahun. Jumlah uang Frida adalah
Rp51.000.000. Jika bunga yang diberikan bank
sebesar 5%, berapakah Anton menabung tiap tahun?
0,05 𝑥 51.000.000
Jawab: P =
(1+0,05)3 −1
2.550.000
P=
0,1576

P = 16. 177.636 per tahun.

39
Kelebihan dan Kekurangan Anuitas

Setiap perhitugan Anuitas pasti akan memiliki beberapa


kekurangan dan kelebihan. Di dalam proses pengkreditan
dengan adanya anuitas akan memungkinkan peminjam
untuk membayar cicilan dengan jumlah yang sama setiap
bulannya. Dalam anuitas, nilai cicilan pokok akan
dihitung berdasarkan dari total banyaknya cicilan
dikurangi dengan bunga anuitas. Dengan memakai sistem
anuitas, pembayaran bunga kredit di awal besar dan
semakin berkurang seiring berjalan waktu periode.
Namun sebaliknya, jika nilai pembayaran pokok akan
lebih tinggi. Pembayaran pokok dan bunga akan terus
mengalami perbahan selama jangka waktu kredit.
Sistem pembayaran dengan anuitas anuitas dianggap adil
dan wajar karena nilai bunga dihitung berdasarkan
jumlah pembayaran pokok yang masih terutang. Namun,
beberapa pihak berpendapat bahwa anuitas ini merugikan
peminjam. Apalagi jika si peminjam ingin melunasi
utangnya. Karena pada awal komposisi cicilan lebih
banyak dibayarkan untuk bunga, utang pokok tidak
berkurang banyak. Hal ini dinilai berat karena beban
utang utama masih relatif besar.

40
Daftar Pustaka

Antonio, Syafi’i. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik.


Jakarta: Gema Insani Press.
Tampubolon, Manahan P. (2013). Manajemen Keuangan
(Finance Management). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tampubolon, Manahan P. (2005). Finance Management.
Bogor: Ghalia Indonesia.

41
Profil Penulis

Marlinda Saputri
Penulis adalah seorang anak yang lahir di
Bukittinggi 18 Maret 1988, sering dipanggil
Linda. Anak pertama dari dua orang
bersaudara, pasangan bapak Hermon dan ibu
Asmiarti. Menyelesaikan bangku sekolah di
kampung halaman yaitu di Biaro. Lulus S-1
di program studi manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Bung Hatta Padang tahun 2010. Pada 2012,
berkesempatan untuk melanjutkan kuliah S-2, Lulus S-2
di program Magister Manajemen di Universitas Negeri
Padang tahun 2015. Setelah menamatkan studi penulis
langsung bekerja di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Persada Bunda. Saat ini penulis adalah dosen tetap
program studi manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Persada Bunda mengampu mata kuliah
manajemen keuangan, akuntansi manajemen dan Study
kelayakan bisnis. Sebelumnya penulis juga sudah pernah
menulis book chapter Manajemen Keuangan. Penulis juga
aktif dalam menulis artikel jurnal ilmiah serta melakukan
pengabdian kepada masyarakat yang selalu dilakukan
setiap semester untuk menunjang Tri Dharma.
E-mail Penulis: marlinda.saputrii@gmail.com

42
4
LAPORAN KEUANGAN DAN ARUS
KAS

Rahmat Mulyana Dali, S.E., M.Si


Universitas Ibn Khaldun Bogor

Pendahuluan

Keberlangsungan suatu perusahaan merupakan suatu


hal yang tidak pasti dan setiap perusahaan yang didirikan
pasti bertujuan untuk mencari profit dan keberadaan
perusahaan diharapkan dalam waktu panjang dan
selamanya. Oleh karena itu, perusahaan harus
melakukan suatu tindakan untuk menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan mencegah dan mendeteksi
kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi
pada masa yang akan datang seperti financial distress.
Untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan buruk
yang akan terjadi pada masa yang akan datang,
perusahaan harus melakukan suatu pembukuan yang
rapi sesuai prinsip-prinsip akuntansi dan analisis
terhadap kinerja perusahaan. Analisis tersebut,
dilakukan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan seperti rasio
likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Rasio
keuangan ini, digunakan sebagai indikator penilaian
perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun. Oleh
karena itu, dalam melakukan analisis kinerja keuangan
ini perusahaan memerlukan data-data yang ada dalam
laporan keuangan.

43
Laporan keuangan merupakan laporan yang berisi
informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan
yang meliputi, aktiva dan pasiva perusahaan tidak hanya
itu, laporan keuangan juga berisi peningkatan dan
penurunan laba yang di peroleh suatu perusahaan serta
informasi terkait arus kas masuk dan arus kas keluar
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam sebuah
perusahaan, pengambilan keputusan untuk menentukan
harga jual sangatlah penting, karena selain akan
memengaruhi laba yang ingin dicapai perusahaan juga
memengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Oleh
karena itu, dalam keputusan menentukan harga jual
produk, tidak dapat dilakukan sekali saja tetapi harus
selalu dievaluasi dan disesuaikan dengan kondisi yang
sedang dihadapi perusahaan dan keadaan perekonomian
yang sedang berkembang.
Keputusan penentuan harga jual yang salah bisa
berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan dan
akan memengaruhi kontinuitas usaha perusahaan
tersebut, seperti kerugian yang terus-menerus. Dalam
pengabilan keputusan, untuk merubah harga jual
mempunyai tujuan untuk menyesuaikan agar harga baru
yang ditetapkan dapat mencerminkan biaya saat ini
(current cost) atau biaya masa depan (future cost), return
yang diinginkan oleh perusahaan, reaksi pesaing dan
sebagainya (Supriyono, 2001).

Pengertian Laporan Keuangan

Kasmir (2019) mendefinisikan bahwa laporan keuangan


adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu. Tujuan umum dari laporan keuangan menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No. 1 adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan.
Informasi yang ada dalam laporan keuangan disusun
berdasarkan Generally Accepted Accounting Principles

44
(GAAP) atau biasa disebut Prinsip Akuntansi Berterima
Umum (PABU). Di Indonesia, prinsip akuntansi yang
digunakan adalah Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Sedangkan standar yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan adalah Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang berfungsi sebagai dasar
acuan dan pedoman bagi manajemen dalam menyusun
laporan keuangan perusahaan.
Terdapat dua standar akuntansi yang dijadikan sebagai
bahan acuan dan referensi di dunia saat ini, yaitu
International Financial Reporting Standard (IFRS) dan US
Generally Accepted Accounting (US-GAAP) (Martani et al.,
2012). Saat ini, standar akuntansi keuangan yang berlaku
di indonesia terdiri atas lima standar yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) berbasis IFRS, Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP), Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro
Kecil dan Menengah (SAK EMKM), Standar Akuntansi
Keuangan Syariah (SAK Syariah) dan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP).
Menurut PSAK No.1 komponen dalam laporan keuangan
terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
selama periode.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode.
4. Laporan arus kas selama periode.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
Secara umum, tujuan laporan keuangan menurut Martani
et al. (2012) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi yang menyangkut posisi
keuangan (asset, liability, dan equity), kinerja (income
dan expense) serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas.
2. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
dan pertanggungjawaban sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
45
3. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai.
4. Menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian pada
masa lalu.

Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2016), dalam praktiknya dikenal


beberapa macam laporan keuangan seperti neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan
catatan atas laporan keuangan, dan laporan arus kas.
Sedangkan menurut Dwi Martani, dkk. (2014), laporan
keuangan terdiri dari beberapa jenis yaitu laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi
keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari:
1. Laporan laba rugi adalah ikhtisar mengenai
pendapatan dan beban suatu entitas untuk periode
tertentu, sehingga dapat diketahui laba yang
diperoleh dan rugi yang dialami.
2. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang
menunjukkan perubahan ekuitas untuk periode
tertentu, bisa satu bulan atau satu tahun. Melalui
laporan perubahan modal, pembaca laporan dapat
mengetahui sebab-sebab perubahan ekuitas selama
periode tertentu.
3. Laporan posisi keuangan adalah daftar yang
sistematis dari aset, utang, dan modal pada tanggal
tertentu, yang biasanya dibuat pada akhir tahun.
Disebut sebagai daftar yang sistematis, karena
disusun berdasarkan urutan tertentu. Dalam laporan
posisi keuangan dapat diketahui berapa jumlah
kekayaan entitas, kemampuan entitas membayar
kewajiban serta kemampuan entitas memperoleh
tambahan pinjaman dari pihak luar. Selain itu juga
dapat diperoleh informasi tentang jumlah utang

46
entitas kepada kreditor dan jumlah investasi pemilik
yang ada dalam entitas tersebut.
4. Laporan arus kas, dengan adanya laporan ini,
pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi
perubahan aset bersih entitas, struktur keuangan
(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan
kemampuan entitas untuk menghasilkan kas pada
masa mendatang.
5. Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan
yang berisi informasi tambahan atas apa yang
disajikan dalam empat laporan di atas. Laporan ini
memberikan penjelasan atau rincian pos-pos yang
disajikan dalam laporan keuangan dan informasi
mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi
keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.

Rasio Keuangan

Aldila Septiana (2019) mendefinisikan rasio finansial atau


rasio keuangan sebagai alat analisis keuangan
perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan
berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat
pada pos laporan keuangan (laporan laba/rugi, laporan
perubahan modal, neraca, laporan arus kas. Kondisi
kesehatan perusahaan dapat terlihat dari hasil rasio
keuangan. Oleh karena itu, dengan adanya rasio
keuangan perusahaan dapat mengevaluasi kondisi dan
kinerja perusahaanya.
Kasmir (2019) mendefinisikan beberapa rasio keuangan
sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity Ratio) merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi

47
kewajiban (hutang) jangka pendek. Adapun jenis jenis
dari rasio likuiditas antara lain:
a. Current Ratio
Current Ratio yaitu rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Berikut merupakan rumus dari
current ratio:

b. Quick Ratio
Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan memenuhi atau
membayar kewajiban atau utang lancar (utang
jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan (inventory).
Berikut merupakan rumus dari quick ratio:
Current Asset - Inventory
Quick Ratio =
Current Liabilities
c. Cash Ratio
Cash Ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar uang kas yang
tersedia untuk membayar utang. Berikut
merupakan rumus dari cash ratio:
Cash and Cash Equivalent
Cash Ratio =
Current Liabilities
d. Cash Turnover
Cash Turnover menurut James O. Gill dalam
Kasmir (2019) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar
tagihan dan membiayai penjualan. Berikut
merupakan rumus dari cash turnover:
Penjualan Bersih
Cash Turnover =
Modal Kerja Bersih

48
e. Inventory to Net Working Capital
Inventory to Net Working Capital merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur atau
membandingkan antara jumlah persediaan yang
ada dengan modal kerja perusahaan. Berikut
merupakan rumus dari inventory to net working
capital:
Inventory
INWC =
Current Assets - Current Liabilities
2. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio Solvabilitas (Leverage) rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang. Adapun jenis-jenis rasio
solvabilitas antara lain:
a. Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)
Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) merupakan rasio
utang yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
Berikut merupakan rumus dari debt to assets
ratio:
Total Debt
Debt to Assets Ratio =
Total Assets
b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan ekuitas.
Berikut merupakan rumus dari debt to equity
ratio:
Total Hutang (Debt)
Debt to Equity Ratio =
Total Modal (Equity)
c. Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio, merupakan rasio
yang digunkan untuk mengukur berapa bagian
dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan utang jangka panjang. Berikut

49
merupakan rumus dari long term debt to equity
ratio:
Long Term Debt
Long Term Debt to Equity Ratio =
Equity
d. Times Interest Earned
Times Interest Earned merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar biaya bunga. Berikut
merupakan rumus dari times interest earned:
EBIT
Times Interest Earned =
Biaya Bunga (Interest)
e. Fixed Charge Coverage
Fixed Charge Coverage merupakan merupakan
rasio yang menyerupai time interest earned ratio.
Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini
dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang
jangka panjang atau menyewa aset berdasarkan
kontrak sewa (lease contract). Berikut merupakan
rumus dari fixed charge coverage:

3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (Activity Ratio), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Adapun
jenis jenis dari rasio aktivitas antara lain:
a. Receivable Turnover
Receivable Turnover merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode dan
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini
berputar dalam satu periode. Berikut merupakan
rumus dari inventory turnover:
Penjualan Kredit
Receivable Turnover =
Rata-rata Piutang

50
b. Inventory Turnover
Inventory Turnover merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang di tanam dalam persediaan (Inventory) ini
berputar dalam suatu periode. Berikut
merupakan rumus dari inventory turnover:
Penjualan (Sales)
Inventory Turnover =
Persediaan (Inventory)
c. Working Capital Turnover
Working Capital Turnover merupakan rasio untuk
mengukur atau menilai keefektifan modal kerja
perusahaan selaa periode tertentu. Berikut
merupakan rumus dari working capital turnover:
Penjualan Bersih
Working Capital Turnover =
Modal Kerja
d. Fixed Assets Turnover
Fixed Assets Turnover merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar
dalam suatu periode. Berikut merupakan rumus
dari fixed assets turnover:
Penjualan (Sales)
FAT =
Total Aset Tetap (Total Fixed Assets)
e. Total Assets Turnover
Total Assets Turnover merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur perputaran semua
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Berikut
merupakan rumus dari total assets turnover:
Penjualan (Sales)
Total Assets Turnover =
Total Aset (Total Assets)
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Adapun jenis-jenis dari rasio profitabilitas antara lain:

51
a. Profit Margin on Sales
Profit margin on sales atau ratio profit margin
merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur margin laba atas penjualan.
Profit margin terbagi dalam dua jenis antara lain:
1) Net Profit Margin, merupakan ukuran
keuntungan dengan membandingkan antara
laba setelah bunga dan pajak dibandingkan
dengan penjualan. Berikut merupakan rumus
dari net profit margin:
Laba Bersih
Net Profit Margin =
Penjualan
2) Gross Profit Margin, merupakan rasio yang
menunjukkan laba yang relatif terhadap
perusahaan, dengan cara penjualan bersih
dikurangi harga pokok penjualan. Berikut
merupakan rumus dari gross profit margin:
Laba Kotor
Gross Profit Margin =
Penjualan
b. Return of Investment (ROI)
Return of Investment (ROI) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. Berikut
merupakan rumus dari return of investment:

c. Return of Equity (ROE)


Return of Equity (ROE) merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Berikut merupakan rumus dari
return of equity:
Earning After Interest and Tax
Return of Equity = Equity
.

52
Arus Kas

Dalam laporan keuangan, yang sudah dijelaskan di atas


salah satunya adalah arus kas atau cash flow statement.
Apabila kita tidak bisa menyusun sebuah laporan
keuangan, setidaknya bisa membuat laporan arus khas
atau cash flow statement.
Laporan arus kas itu penting bagi kita untuk mengetahui
sehat tidaknya perusahaan atau bisnis yang sedang
dijalani.
1. Apa itu Laporan Arus Kas atau Cash flow statement?
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
menyebutkan laporan arus kas sebagai salah satu
yang harus dibuat per periode. Laporan arus kas atau
cash flow statement merupakan laporan yang
berisikan pendapatan dan pengeluaran yang terjadi.
Dalam sebuah laporan arus kas disajikan informasi
berupa pendapatan tunai, jumlah kas yang diterima,
beban, prive, pembayaran utang, dan sebagainya.
2. Manfaat Laporan Arus Kas atau Cash flow statement
Informasi dari laporan arus kas yang didapatkan
nantinya akan sangat berguna bagi perusahaan atau
penggunanya, khususnya sebuah laporan arus kas
yang tersusun secara lengkap dan baik.
a. Mengevaluasi Kemampuan Perusahaan
Laporan arus kas akan membantu dalam
mengetahui apakah sebuah perusahaan sehat
atau tidak. Sebuah perusahaan yang sehat bisa
dilihat dari kemampuannya dalam membayar
kewajiban beban operasionalnya seperti, gaji
karyawan dan membayar dividen.
b. Dasar Pengambilan Keputusan
Lewat informasi yang disajikan dalam laporan
arus kas, pengguna atau perusahaan khususnya
pihak manajemen bisa menggunakannya sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan. Pengguna
atau perusahaan juga bisa memanfaatkannya

53
untuk menyusun strategi atau langkah
kedepannya untuk menghadapi perubahan yang
mungkin akan terjadi.
c. Mengetahui Kemampuan Perusahaan
Laporan arus kas juga membantu perusahaan
dalam mengetahui kemampuannya dalam
menghasilkan arus kas. Oleh karena itu, laporan
arus kas sangatlah penting bagi sebuah
perusahaan atau bisnis.

Susunan Bagian dalam Laporan Arus Kas

Sebelum belajar cara menyusun laporan arus kas, kita


harus tahu terlebih dahulu tiga bagian penting dalam
sebuah laporan arus kas. Setiap entitas yang menyiapkan
laporan arus kas pasti memiliki item yang berbeda, tapi
secara garis besar biasanya tergolong sebagai salah satu
dari tiga. Berikut tiga bagian penting dalam sebuah
laporan arus kas:
1. Kas Aktivitas Operasi
Bagian pertama dalam sebuah laporan arus kas
biasanya adalah laporan kas aktivitas operasi. Bagian
yang satu ini, berhubungan dengan kegiatan
operasional yang terjadi dalam sebuah perusahaan,
baik itu pendapatan atau pengeluaran. Bagian
pendapatan biasanya akan mencatat pendapatan
yang diterima seperti komisi, royalti yang diterima, fee
yang diterima, dan sejenisnya. Sedangkan, bagian
pengeluaran biasanya pembayaran gaji, pembayaran
listrik, pembayaran sewa, dan sejenisnya.
2. Kas Aktivitas Investasi
Bagian selanjutnya adalah laporan kas aktivitas
investasi. Perusahaan pasti sering melakukan
investasi sebagai upaya untuk mengembangkan
perusahaan. Laporan kas aktivitas investasi biasanya
berkaitan dengan akuisisi atau pelepasan aktiva
dalam jangka panjang. Akuisisi berkaitan dengan
pengeluaran seperti membeli aset tetap, aset jangka

54
panjang, dan juga aset tidak berwujud. Sedangkan
pelepasan berkaitan dengan pendapatan seperti
menjual saham, menjual tanah, menjual perlatan, dan
sebagainya.
3. Kas Aktivitas Pendanaan
Bagian terakhir yaitu kas aktivitas pendanaan
biasanya berkaitan dengan kegiatan pendanaan atau
financing seperti, injeksi atau membayar modal.
Bagian ini memiliki fungsi untuk mengetahui
komposisi modal milik perusahaan, apakah modalnya
bertambah atau berkurang karena digunakan untuk
mendanai. Kas aktivitas pendanaan berkaitan erat
dengan modal dan utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Contohnya, obligasi, melunasi kredit,
membayar dividen, dan sejenisnya.

Metode Menyusun Laporan Arus Kas

Dalam menyusun sebuah laporan arus kas biasanya


menggunakan salah satu dari dua metode, yaitu metode
langsung dan tidak langsung. Hasil dari kedua metode
tersebut sama saja. Hanya saja metode langsung
berdasarkan akuntansi kas dan sedangkan metode tidak
langsung berdasarkan akuntansi aktual.
Dari kedua metode tersebut mana yang lebih sering
digunakan? Kebanyakan akuntan akan menggunakan
metode tidak langsung karena lebih mudah dalam
menggunakannya. Dengan menggunakan metode tidak
langsung, hanya perlu menggunakan informasi dari
dokumen yang sudah ada. Kebanyakan Usaha Kecil Mikro
dan Menengah (UMKM) lebih memilih untuk
menggunakan metode tidak langsung. Begini cara
penyusunannya:
Hal pertama yang perlu disiapkan adalah laporan neraca
dan laporan laba rugi pada periode yang sedang
berlangsung. Pada dokumen tersebut akan menemukan
hal-hal yang diperlukan untuk penyusunan laporan arus
kas nantinya.

55
Laporan laba rugi akan memberi tahu apakah perusahaan
mengalami laba atau rugi dan nantinya akan digunakan
saat menyusun laporan arus kas operasi. Laporan neraca
akan digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan
transaksi masuk ke bagian mana nantinya.

56
Daftar Pustaka

Aldila Septiana, M. P. (2019). Analisis Laporan Keuangan:


Konsep Dasar dan Deskripsi Laporan Keuangan. Jawa
Timur: Duta Media Publishing.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). PSAK No. 1: Penyajian
Laporan Keuangan. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Kasmir. (2019). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Martani, D., Veronica NPS, S., Wardhani, R., Farahmita,
A., & Tanujaya, E. (2012). Akuntansi Keuangan
Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat.
Supriyono. (2001). Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE UGM.

57
Profil Penulis
Rahmat Mulyana Dali
Ketertarikan penulis terhadap ilmu Akuntansi
dimulai pada tahun 1980 silam. Hal tersebut
membuat penulis memilih untuk masuk ke
Sekolah Menengah Atas di SMA NEGERI 1
KOTA BOGOR dengan memilih Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan berhasil lulus pada tahun 1982.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi Swasta dan berhasil menyelesaikan studi S1 di
prodi Akuntansi Universitas Ibn Khaldun Bogor pada
tahun 1996. Dua kemudian, penulis menyelesaikan studi
S-2 di prodi Administrasi Publik Program Pascasarjana
STIAMI Jakarta. Penulis memiliki kepakaran di bidang
Adminisrasi Publik terutama di bidang Perpajakan. Untuk
mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun
aktif Ketua Tax Center Universitas Ibn Khaldun Bogor
sebagai peneliti di bidang Ekonomi, dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara
yang sangat tercinta ini. Atas dedikasi dan kerja keras
dalam Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
E-mail Penulis: rmdiht_5@yahoo.com

58
5
LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN
RENTABILITAS

Prof. Dr. H. Dedi Mulyadi, S.E., M.M.


Universitas Buana Perjuangan Karawang

Rasio Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk


memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir 2015).
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. (Wild, J. J.,
Subramanyam, K. R., & Halsey 2017:22). Semakin likuid
suatu perusahaan, semakin kecil kemungkinan
perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan
(yaitu, kesulitan dalam membayar utang – utang atau
membeli berbagai aset yang diperlukan). Sehingga, dapat
dikatakan bahwa rasio ini memiliki kegunaan untuk
dapat mengetahui kemampuan pembiayaan serta
memenuhi kewajiban keuangan. (Ross A. Stepen 2015).
Likuiditas atau sering disebut dengan rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah
dengan membandingkan komponen yang ada di neraca,
yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang
jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk
beberapa periode, sehingga terlihat perkembangan
likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu (Kasmir 2018).

59
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

Secara umum, tujuan rasio keuangan digunakan untuk


menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Jenis rasio yang berfungsi untuk
mengukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban yang jatuh tempo (Kasmir
2019:129). Jenis-jenis rasio likuiditas adalah:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva
lancar dengan utang lancar. Rasio ini menunjukkan
bahwa nilai kekayaan lancar (yang dapat segera
dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang. Rasio ini,
disebut juga current ratio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek menggunakan aktiva
(Kasmir 2019). Berikut adalah rumus untuk mencari
rasio lancar atau current ratio:

Secara umum, dapatlah dikatakan bahwa bagi


perusahaan yang bukan kredit, Current Ratio kurang
dari 200% dinyatakan kurang baik, pedoman ini
hanya didasarkan pada prinsip kehati-hatian
(Bambang Riyanto, 2001).
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar
dikurang persediaan dengan utang lancar. Apabila
menggunakan quick ratio untuk menentukan tingkat
likuiditas, maka secara umum dapatlah dikatakan
bahwa suatu perusahaan yang mempunyai quick ratio
kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik
tingkat likuiditasnya. Rasio ini, disebut juga quick
ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar utang lancar dengan tidak
memperhitungkan nilai persediaan. Jadi, persediaan
diabaikan dengan cara mengurangkan dengan jumlah
60
aktiva lancar (Kasmir, 2019). Berikut adalah rumus
untuk mencari rasio cepat atau quick ratio:

3. Rasio Kas (Cash Ratio)


Cash ratio adalah merupakan perbandingan antara
kas atau setara kas dengan utang lancar. Rasio ini
menujukkan sebarapa besar kemampuan perusahaan
melunasi utang lancarnya dengan menggunakan kas
atau setara dengan kas yang dimilikinya. Menurut
(Kasmir 2019), rasio ini disebut dengan cash ratio
untuk mengukur berapa banyak kas yang ada untuk
digunakan dalam membayar kewajiban jangka
pendek. Berikut adalah rumus untuk mencari rasio
kas atau cash ratio:

4. Rasio Perputaran Kas


Rasio ini, berfungsi untuk mengetahui cukup
tidaknya modal perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dan biaya terhadap aktivitas penjualan
(Kasmir 2019). Berikut adalah rumus untuk mencari
rasio perputaran kas:

Rasio Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan adalah kemampuan


perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya (jangka panjang) apabila sekiranya
perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan
(Bambang Riyanto, 2008). Rasio solvabilitas atau leverage
ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

61
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi)
(Kasmir 2018).
Rasio solvabilitas adalah penggunaan rasio yang
menunjukkan bagaimana perusahaan mampu mengelola
hutang dalam rangka memperoleh keuntungan dan juga
mampu melunasi kembali hutangnya (Fahmi, 2014).
Rasio solvabilitas digunakan untuk menangani
kemampuan jangka panjang perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang lebih umum atau
kewajiban keuangannya. Rasio ini, biasanya disebut juga
dengan rasio financial leverage atau hanya rasio leverage
(Ross A. Stepen 2015).
Menurut (Hery, 2018), rasio solvabilitas merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset
perusahaan dibiayai dengan hutang. Dengan kata lain,
rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek
maupun kewajiban jangka panjang.

Jenis-Jenis Rasio Solvabilita

Menurut (Kasmir, 2019), solvabilitas adalah rasio yang


digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang. Jenis-jenis rasio
solvabilitas adalah sebagai berikut:
1. Debt to Asset Ratio
Rasio perbandingan antara modal total utang dengan
total aktiva. Artinya, seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang (Kasmir, 2019).
Berikut adalah rumus untuk mencari Debt to Asset
Ratio:

62
2. Debt to Equity Ratio
Jenis rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan modal. Rasio ini, berfungsi untuk mengetahui
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai
jaminan utang (Kasmir, 2019). Berikut adalah rumus
untuk mencari Debt to Equity Ratio:

Apabila Total Assets to Debt Ratio 100%, ini berarti


bahwa jumlah kekayaan sama besarnya dengan
jumlah utangnya, sehingga perusahaan tidak
memiliki kelebihan aktiva di atas utangnya.
Perusahaan harus mengusahakan Total Assets to Debt
Ratio lebih dari 100%, supaya bisa dinyatakan baik
(Bambang Riyanto, 2008).
3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Rasio yang membandingkan utang jangka panjang
dengan modal sendiri (Kasmir, 2019). Berikut adalah
rumus untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio:

4. Time Interest Earned


Time interest earned berfungsi untuk mencari jumlah
kali perolehan bunga, selain itu juga digunakan untuk
mengukur sejauh mana pendapatan menurun tanpa
membuat perusahaan merasa malu karena tidak
mampu untuk membayar bunga (Kasmir, 2019).
Berikut adalah rumus untuk mencari Time Interest
Earned:

63
5. Fixed Charge Coverage (FFC)
Rasio ini digunakan jika perusahaan mempunyai
kewajiban jangka panjang atau menyewa aktiva
disertai dengan kontrak sewa (Kasmir, 2019). Berikut
adalah rumus untuk mencari Fixed Charge Coverage:

Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan


perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,
rentabilitas adalah kemampuaan suatu perusahaan
untuk mengahasilkan laba selama periode tertentu
(Bambang Riyanto, 2008). Tujuan akhir yang ingin dicapai
suatu perusahaan adalah memperoleh keuntungan atau
laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan suatu
perusahaan, maka semakin baik pula kinerja perusahaan
tersebut. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan aset dan mengelola kegiatan operasinya
(Ross A. Stepen 2015).
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Rasio ini, juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2018). Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber daya yang
dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan penjualan,
penggunaan aset, maupun penggunaan modal (Hery
2018).
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan
oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi

64
(Fahmi, 2012). Menurut (Agus Sartono 2017), rasio
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri.

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Menurut (Kasmir, 2019), rasio tersebut berfungsi untuk


mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain:
1. Profit Margin on Sales
Menurut (Kasmir, 2019), Profit Margin on Sales atau
Ratio Profit margin atau margin laba atas penjualan
merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur margin laba atas penjualan. Terdapat dua
profit margin, sebagai berikut:
a. Margin Laba Kotor
Menurut (Kasmir, 2019), margin laba kotor
menunjukkan laba yang relatif terhadap
perusahaan, dengan cara penjualan bersih
dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini
merupakan cara untuk penetapan harga pokok
penjualan. Rumus untuk mencari margin laba
kotor adalah sebagai berikut:

b. Margin Laba Bersih


Menurut (Kasmir, 2019), margin laba bersih
merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan antara laba setelah bunga dan
pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini
65
menunjukkan pendapatan bersih perusahaan
atas penjualan. Rumus untuk mencari margin
laba bersih adalah sebagai berikut:

Atau dapat juga menggunakan rumus berikut:

2. Hasil Pengembalian Investasi (Return on


Investment/ROI)
Menurut (Kasmir 2019), hasil pengembalian investasi
atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment
(ROI) atau Return on Total Assets merupakan rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aset
yang digunakan dalam perusahaan. Rumus untuk
mencari Return on Investment atau Return on Assets
adalah sebagai berikut:

Atau dapat juga menggunakan rumus berikut :

Semakin besar nilai Rate of Return on Investment,


maka semakin baik karena hal ini menunjukan besar
total aktiva dalam menghasilkan sejumlah laba.
3. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)
Menurut (Kasmir, 2019), hasil pengembalian ekuitas
atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri
merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Rumus untuk
mencari Return on Equity adalah sebagai berikut:

66
Semakin besar nilai Rate of Return on Owners Equity,
maka semakin baik karena hal ini menunjukan besar
modal sendiri dalam menghasilkan sejumlah laba.
Berikut contoh penghitungan Earning Power
menggunakan Du Pont Cart (Bambang Riyanto, 2008).
Tabel 5.1
NERACA
PT ABC
Per 31 Desember 2018

67
Gambar 5.1 Du-Pont Chart

68
Daftar Pustaka

Agus, Sartono. (2017). Manajemen Keuangan Teori Dan


Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Bambang, Riyanto. (2008). Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Gajah Mada.
Fahmi, Irham. (2012). Analisis Kinerja Keuangan.
Bandung: Alfabeta.
___. (2013). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung:
Alfabeta.
___. (2014). Analisa Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
___. (2018). No Title. Bandung: Alfabeta.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul, Halim. (2016). Analisis
Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Hery. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Integrated.
Jakarta: PT Gramedia.
Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
___. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
___. (2019). Analisis Aporan Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Martono, Agus Harjito. (2012). Manajemen Keuangan.
Edisi Ke-2. Yogyakarta: Ekonisia.
Munawir. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Liberty.
Murhadi, W. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Proyeksi
d. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Mustafa. (2017). Manajemen Keuangan. Surabaya: Andi.
Ross A. Stepen. (2015). Pengantar Keuangan Perusahaan.
Jakarta: Salemba Empat.

69
Sunyoto, D. (2013). Analisis Laporan Keuangan untuk
Bisnis. Teori dan Kasus. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Centre of Academic Publishing Service.
Wild, J. J., Subramanyam, K. R., & Halsey, R. F. (2017).
Analisis Laporan Keuangan. edited by Dewi Yanti.
Jakarta: Salemba Empat.

70
Profil Penulis
Dedi Mulyadi
Penulis lahir di Karawang pada tanggal 11
Juli 1962. Menjadi dosen sejak tahun 1991
pada Fakultas Ekonomi Universitas
Singaperbangsa Karawang (UNSIKA). Pernah
bekerja pada perusahaan swasta sebagai
Cost Accountant dan HRD pada PT
Dharmala Tomei Industrial. Lulus sarjana tahun 1990,
magister manajemen konsentrasi manajemen keuangan,
lulus tahun 1998 dan menyelesaikan doktor ilmu
manajemen tahun 2011 dengan konsentrasi manajemen
keuangan. Jabatan fungsional akademik Asisten Ahli
diperoleh pada tahun 1994, Lektor tahun 2000, Lektor
Kepala (Associate Professor) pada tahun 2003, dan Guru
Besar/Profesor pada tahun 2021. Tugas tambahan yang
pernah diemban adalah Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Pembantu Dekan Bidang Akademik,
Dekan, Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan di UNSIKA. Saat ini, sebagai Dosen Tetap
Yayasan Buana Pangkal Perjuangan Karawang (YBPPK)
dengan home base pada Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Buana
Perjuangan Karawang dan sedang mengemban tugas
tambahan sebagai Rektor pada Universitas Buana
Perjuangan Karawang periode 2022-2026. Penulis juga
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk mengkaji
beberapa Perda di antaranya Kajian Rancangan Peraturan
Daerah tentang Organisasi Kemasyarakatan, Rancangan
Perda tentang Penyelenggaraan Perpustakaan, Rancangan
Perda tentang Kepariwisataan, Rancangan Perda tentang
Kewirausahaan dan UMKM. Buku yang telah diterbitkan
di antaranya Kewirausahaan (Pengantar Menuju Praktik),
Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Metamorfosis Desa di
Kabupaten Karawang, Pemberdayaan Pasar Tradisional
Ditengah Kepungan Pasar Modern dan Faktor-Faktor
Manajerial Dalam Pengelolaan Usaha Penggilingan Padi.
E-mail Penulis: dedi.mulyadi@ubpkarawang.ac.id

71
72
6
KEPUTUSAN PENDANAAN

Dr. Ni Nyoman Juli Nuryani, S.E., M.M


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Satya Dharma

Pendahuluan

Keputusan pendanaan dalam suatu perusahaan sangata


penting. Karena, dalam keputusan pendanaan
berhubungan erat dengan bauran pendanaan. Keputusan
pendanaan adalah keputusan yang menyangkut struktur
keuangan perusahaan. Struktur keuangan dalam suatu
perusahaan merupakan komposisi dari keputusan
pendanaan yang meliputi hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan modal sendiri. Perusahaan
mengharapkan modal optimal, yaitu struktur modal yang
dapat maksimal dari nilai perusahaan dan meminimalkan
modal.
Menurut Brigham dan Houston (2011), bahwa pendanaan
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila
pendanaan didanai melalui hutang, karena perusahaan
yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjamanya.
Sehingga, hal ini akan dapat mengurangi penghasilan
kena pajak, ini memberi manfaat bagi pemegang saham.
Selain itu, penggunaan data eksternal akan menambah
pendapatan perusahaan yang nantinya akan digunakan
untuk kegiatan investasi yang menguntungkan bagi
perusahaan, hal ini sering disebut efek tax debuctible.
Keputusan pendanaan menurut Husnan (2008) adalah
salah satu komponen paling penting untuk memutuskan
rencana keuangan perusahaan baik itu dalam jangka
waktu pendek maupun panjang. Menetapkan keputusan

73
pendanaan ini pun tidak mudah, diperlukan banyak
pertimbangan agar bisa dihasilkan keputusan terbaik
untuk pendanaan yang akan dilakukan oleh perusahaan.
Kebijakan keputusan pendanaan tersebut, juga sering
dilakukan dengan kebijakan struktur modal perusahaan
pada awal tahun pencanangan program kerja yang akan
dilaksanakan ke depannya.
Orang yang paling berperan dalam melakukan keputusan
dana ini adalah manajer perusahaan. Manajer dituntut
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang
keuangan perusahaan. Di samping itu, dilakukan juga
analisa tentang sumber dana yang akan digunakan
perusahaan dalam operasionalnya.
Dalam melakukan keputusan pendanaan ini, manajer
harus menetapkan dana yang ekonomis agar keuangan
yang ada di dalam perusahaan tetap berjalan dengan
stabil. Selain itu, keputusan dana ini juga diharapkan
mampu membiayai berbagai macam investasi yang akan
dilaksanakan perusahaan.
Keputusan pendanaan adalah keputusan tentang
bagaimana memperoleh dana untuk membiayai investasi.
Fungsi pendanaan juga harus dilakukan secara efisien.
Sehingga manajer keuangan harus mengusahakan agar
perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan
dengan biaya yang minimal dengan syaratsyarat yang
paling menguntungkan.
Manajer keuangan harus mempertimbangkan dengan
cermat sifat dan biaya dari masing-masing sumber dana
mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda. Oleh
karena itu, manajer keuangan harus selalu mencari
alternatif-alternatif sumber dana untuk kemudian
dianalisis, dan dari hasil analisis tersebut harus diambil
keputusan alternatif sumber dana atau kombinasi
sumber dana mana yang akan dipilih (Syahyunan, 2015).
Menurut Hilmi (2010) dalam Nurcahyani (2014), bahwa
sumber pendanaan perusahaan umumnya, didapatkan
dari pendanaan internal perusahaan berupa modal
sendiri atau modal pemilik dan pendanaan eksternal
berupa hutang. Dalam keputusan pendanaan, di mana

74
manajer keuangan harus memutuskan apakah akan
mengumpulkan lebih banyak uang dari pemilik baru dan
yang sudah ada dengan menjual lebih banyak saham atau
meminjam uang.
Keputusan pendanaan ini, sering disebut juga sebagai
kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini, manajer
keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan
menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang
ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-
kebutuhan investasi serta usahanya

Teori Keputusan Pendanaan

Terdapat beberapa teori yang berkenan dengan keputusan


pendanaan di antaranya:
1. Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut Agency Approach, penggunaan hutang cara
untuk mengurangi konflik keagenan yang terjadi
antara pemegang hutang dengan manajer. Jika
hutang meningkat, maka konflik antara keduanya
akan semakin meningkat, karena potensi kerugian
yang dialami oleh pemegang hutang akan semakin
meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang hutang
akan lebih meningkat pengawasannya terhadap
perusahaan. Pengawasan itu bisa dilakukan dalam
bentuk biaya-biaya pengawasan, seperti persyaratan
lebih ketat dan bisa juga dalam bentuk kenaikan
tingkat bunga.
2. Trade-Off Theory
Menurut Mamduh M. Hanafi (2016), hal-hal yang
membuat perusahaan tidak bisa menggunakan utang
sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting
adalah dengan semakin tingginya utang, akan
semakin tinggi kemungkinan (profitabilitas)
kebangkrutan. Teori trade-off mempunyai implikasi
bahwa manajer akan berfikir dalam kerangka trade-off
antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan
dalam penentuan struktur modal. Kesimpulan dari
trade-off theory adalah penggunaan hutang akan

75
meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai
titik tertentu saja.
Meskipun model ini tidak dapat menentukan secara
baik dan jelas struktur modal yang optimal, namun
model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu:
a. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi,
sebaiknya menggunakan sedikit hutang.
b. Perusahaan yang membayar pajak tinggi
sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang
dibandingkan dengan perusahaan yang
membayar pajak rendah.
3. Pecking Order Theory
Pecking order theory merupakan suatu kebijakan yang
ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari
tambahan dana dengan cara menjual aset yang
dimilikinya. Seperti menjual gedung, tanah peralatan
yang dimilikinya dan aset-aset lainnya, termasuk
dana yang berasal dari laba ditahan (retained
earnings).
Pada kebijakan packing order theories artinya
perusahaan melakukan kebijakan dengan cara
mengurangi kepemilikan aset yang dimilikinya karena
dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh
perusahaan akan mengalami kekurangan aset karena
dipakai untuk membiayai rencana aktivitas
perusahaan baik yang sedang maupun yang akan.
Menurut Modigiliani dan Miller dalam Irham Fahmi
(2017), bahwa penggunaan utang akan selalu
menguntungkan apabila dibandingkan dengan
penggunaan modal sendiri, terutama dengan
meminjam ke perbankan. Karena pihak perbankan
dalam menetapkan tingkat suku bunga adalah
berdasarkan acuan dalam melihat perubahan dan
berbagai persoalan dalam perekonomian suatu
negara. Yaitu dengan menghubungkan antara tingkat
inflasi dengan presentase pertumbuhan ekonomi yang
ditargetkan.

76
Fungsi Keputusan Pendanaan

Adanya keputusan pendanaan yang dilakukan oleh


perusahaan bukan tanpa alasan. Keputusan pendanaan
memiliki fungsi penting yang nantinya akan menyangkut
kondisi perusahaan dan rencana apa saja yang akan
dilakukan pihak perusahaan. Berikut ini adalah fungsi
dari keputusan pendanaan yang perlu untuk Anda
perhatikan.
1. Perencanaan Keuangan
Fungsi dari keputusan pendanaan yang pertama
tentu saja untuk melakukan perencanaan keuangan.
Jika nominal dana yang akan digunakan dalam
perusahaan sudah diputuskan, maka rencana
keuangan perusahaan pun bisa dibuat dengan sangat
rinci. Oleh sebab itu, Anda akan sangat kesulitan
dalam menentukan rencana keuangan sebelum
membuat keputusan pendanaan terlebih dahulu.
2. Alokasi Dana
Keputusan pendanaan juga berfungsi untuk
mengalokasikan dana perusahaan untuk berbagai
aspek kinerjanya. Saat nominal keputusan
pendanaan ditetapkan, maka secara otomatis Anda
pun dapat membagi alokasi dana sesuai dengan
porsinya masing-masing.
3. Penentuan Modal Keuangan
Menentukan keputusan dana sama juga dengan
menentukan seberapa modal keuangan perusahaan.
Hal ini juga berkaitan dengan sumber dana yang
didapatkan oleh perusahaan sebagai modalnya.
Namun, penentuan ini harus benar-benar
dipertimbangkan dengan ketat agar keuangan
perusahaan tidak terhambur dengan sia-sia.
4. Penentuan Sumber Dana Perusahaan
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, selain
untuk menentukan modal, keputusan pendanaan
juga untuk menentukan sumber dana. Anda bisa

77
mencari dari mana saja sumber dana yang dimiliki
oleh perusahaan selama hal tersebut masih sangat
mudah untuk dilakukan dan tidak akan merugikan
perusahaan.
5. Analisa Keuangan Perusahaan yang Ekonomis
Dengan adanya keputusan pendanaan, Anda akan
lebih mudah untuk melakukan analisa keuangan
perusahaan. Anda juga bisa mengetahui apakah
sistem dan manajemen keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan sudah ekonomis atau belum. Hal ini
bertujuan untuk menjaga keuangan tetap stabil.

Pengukuran Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan yang digunakan untuk


mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi
seluruh hutang-hutangnya, yaitu dengan analisis rasio.
Rasio ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
perusahaan mendanai kegiatan usahanya. Apakah lebih
banyak menggunakan hutang atau ekuitas.
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya (Syahyunan, 2013).
Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan
sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar perusahaan sangat memengaruhi nilai perusahaan.
Keputusan pendanaan dalam penelitian ini
dikonfirmasikan melalui Debt to Equity Ratio (DER). Rasio
ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan
pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui
ekuitas.
Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada
suatu struktur modal yang ditargetkan atau struktur
modal yang optimal. Oleh karena itu, perusahaan
melakukan upaya-upaya secara sadar untuk
mempertahankan struktur modal yang optimal untuk
memaksimumkan nilai perusahaan (Kamath, 1997).
Struktur modal yang optimal dibentuk dengan

78
menyeimbangkan benefit, dari penghematan pajak atas
penggunaan hutang terhadap cost dan biaya
kebangkrutan Perusahaan mungkin kadang-kadang
berada di atas dan di bawah struktur modal yang optimal
atau yang ditargetkan.
Perusahaan yang struktur modalnya di bawah struktur
modal yang optimal adalah lebih mungkin mengganti
penggunaan ekuitas dengan hutang. Sebaliknya, struktur
modalnya di atas struktur modal yang optimal adalah
Iebih mungkin mengganti pengganti hutang dengan.
Pendanaan atas dasar kerangka pecking order hypothesis,
perusahaan berusaha untuk menerbitkan sekuritas
berdasarkan suatu urutan yang paling menguntungkan
pada suatu waktu tertentu dan tidak mendasarkan pada
struktur modal yang ditargetkan (Kamath, 1997).
Perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang
berasal dari internal daripada ekstemal. Apabila
digunakan dana yang berasal dari ekstemal, urutan
pendanaan yang disarankan atau diinginkan perusahaan
pertama dari pendanaan hutang, kedua dari penerbitan
ekuitas baru. Alasannya adalah para manajer tidak
menginginkan teijadinya dilusi terhadap nilai saham bagi
para pemegang saham.
Memprediksikan suatu hubungan yang negatif antara
variabilitas pendapatan dan penggunaan hutang
Perusahaan dengan pendapatan yarig relatif stabil
memungkinkan untuk memprediksikan pendapatan yang
akan datang secara tepat. Pendapatan yang stabil
memungkinkan perusahaan tersebut meminjam atau
hutang dengan jumlah yang lebih besar.
Konflik kepentingan yang terjadi antara stockholder,
bondholder dan para manajer, karena keputusan
pendanaan, di satu pihak dianggap dapat meningkatkan
kesejahteraan dan dipihak lain mengurangi
kesejahteraan. Masalah yang timbul bisa terjadi jika
pihak-pihak bekeija sama memiliki tujuan yang berbeda,
sehingga masingmasing memiliki sikap yang berbeda
terhadap risiko. Dengan demikian, pemahaman terhadap
filosofi struktur modal perusahaan akan membantu

79
menentukan altematif pendanaan dan investasi yang
tepat, sehingga dapat untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
Faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal.
Walaupun sulit untuk menentukan komposisi sumber
pembiayaan yang optimal, perusahaan perlu
mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat dijadikan
dasar dalam menentukan modal.
Faktor-faktor pembiayaan optimal antara lain:
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan yang kondisi penjualan relatif stabil akan
lebih aman, apabila lebih banyak menggunakan
hutang dibanding perusahaan yang kondisi
penjualannya tidak stabil. Perusahaan yang
penjualannya stabil, memiliki kemampuan yang lebih
besar dalam memenuhi kewajibannya, baik berupa
angsuran hutang maupun pembayaran bunga.
2. Struktur Aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang aman sebagai
agunan atau jaminan dapat mengunakan hutang
lebih besar. Aktiva berupa aktiva tetap seperti tanah,
bangunan merupakan aktiva yang dapat digunakan
sebagai agunan dalam permintaan pinjaman atau
hutang.
3. Operating Leverage
Proporsi biaya tetap perusahaan akan menentukan
pemilihan struktur modalnya. Apabila proporsi biaya
tetapnya relatif kecil maka perusahaan dapat
menggunakan hutang yang lebih besar.
4. Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang lebih
tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif
lebih besar dibanding dengan perusahaan yang
tingkat pertumbuhannya rendah.

80
5. Probabilitas

Perusahaan yang tidak banyak menggunakan hutang


memiliki tingkat ROI (Return on Investment) yang
tinggi.
6. Pajak
Bunga hutang mengurangi probabilitas, sehingga bagi
perusahaan yang dibebani pajak yang tinggi akan
Iebih memilih menggunakan tingkat hutang yang
lebih besar.
7. Pengawasan
Dalam menggunakan hutangnya atau penerbitan
saham perusahaan harus mempertimbangkan posisi
pengawasan manajemen. Apabila manajemen
sekarang memiliki hak suara Iebih dari 50%, sehingga
manajemen tidak dalam posisi harus membeli saham
baru dengan demikian bisa memilih menggunakan
hutang sebagai altematif utamanya dalam membiayai
operasinya.
8. Sikap Manajemen
Manajemen yang konservatif lebih cenderung
menggunakan hutang yang Iebih kecil. Perilaku
manajemen dalam pertumbuhan perusahaan dalam
teori tidak memengaruhi suatu kebijakan yang
diambil oleh perusahaan, tetapi dalam prakteknya
sangatlah memengaruhi.
9. Sikap Kreditor dan Konsultan
Sebelum melakukan peminjaman, perusahaan akan
mendiskusikan masalah penentuan struktur modal
ini dengan kreditor maupun konsultan yang
memberikan saran pada perusahaan. Apabila sikap
kreditor lunak dalam memberikan pinjaman dan
berdasarkan saran konsultan penggunaan pinjaman
tersebut tidak berisiko, maka perusahaan cenderung
menggunakan hutang.

81
10. Kondisi Pasar

Kondisi pasar modal jangka panjang maupun jangka


pendek, akan menentukan struktur modal
perusahaan. Dengan kondisi pasar modal yang
sedang lesu, maka tidak banyak investor yang
menanamkan modalnya pada saham dengan
demikian perusahaan akan lebih memilih
menggunakan hutang lebih banyak.
11. Kondisi Internal Perusahaan
Pendapatan perusahaan akan menentukan harga
saham suatu perusahaan sehingga perusahaan akan
lebih menyukai menggunakan hutang sampai
pendapatannya naik dan meningkatkan harga saham.
Dalam hal ini, akan berdampak pada kenaikan
dividen yang dapat memakmurkan pemegang saham.
12. Flesibilitas Keuangan
Flesibilitas perusahaan dalam menggunakan hutang
maupun modal sendirinya akan menentukan struktur
modalnya. Dalam kondisi ekonomi yang baik,
perusahaan dapat memilih menggunakan hutang
maupun modal sendiri. Namun, pada kondisi ekonomi
yang buruk penyandang dana hanya akan bersedia
memberikan dana yang aman yaitu hutang.

82
Daftar Pustaka

Brigham, E. F dan Houston, J. F. (2011). Manajemen


Keuangan. Edisi Kedelapan. Buku Dua.
Diterjemahkan oleh: Herman Wibowo. Jakarta:
Erlangga.
Brealy, R.A, Myers, S.C, Marcus, A.J. (2008). Dasar-dasar
Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Brigham, E.F., dan J.F. Houston. (2010). Manajemen
Keuangan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Brigham, E. F dan Houston, J. F. (2011). Manajemen
Keuangan. Edisi Kedelapan. Buku Dua.
Diterjemahkan oleh: Herman Wibowo. Jakarta:
Erlangga.
Fahmi, Irham. (2012). Manajemen Investasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Hanafi, Mamduh M. (2004). Manajemen Keuangan. Edisi
2004/2005. Yogyakarta: BPFE.
Husnan, S. (2008). Manajemen Keuangan: Teori dan
Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Edisi
Keempat. Buku Dua. Yogyakarta: BPFE.
Husnan, Said, dan Pudjiastuti, Enny. (2002). Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Edisi: Kedua: UPPAMP.
Yogyakarta: YKPN.
Riyanto, B. (2011). Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Sawir, Agnes. (2001). Analisis Kinerja Keuangan dan
Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka.
Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak. Edisi Keempat.
Jakarta: Salemba Empat.
Subramanyam, K. R. dan Wild, J. J. (2010). Analisis
Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Buku Satu.
Jakarta: Salemba Empat.

83
Sudana, I Made. (2011). Manajemen Keuangan
Perusahaan. Jakarta: Erlangga.

84
Profil Penulis
Ni Nyoman Juli Nuryani
Penulis lahir di Sangkaragung, Kota Negara
pada tahun 1976, Pendidikan Dasar hingga
Menegah Atas di kota Negara. Pendidikan
Tinggi S-1 di Universitas Mahasaraswati
Denpasar, S-2 di Universitas Gajayana
Malang dan S-3 di Universitas Udayana. Penulis saat ini
sebagai dosen tetap Yayasan di Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Satya Dharma. Jabatan yang pernah diduduki
antara lain, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Tahun
2010-2013, Kepala Program Studi Diploma 3 Akuntansi
Tahun 2013-2016, Menjabat Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Satya Dharma Tahun 2016-2020, Masih
menjabat Ketua untuk Tahun 2021-2025. Mata kuliah
yang diampu yaitu Manajemen Perbankan, Manajemen
Koperasi, Manajemen Hotel Dan Bank & Lembaga
Keuangan Lainnya. Riwayat Karya Ilmiah Yang di hasilkan
Tahun 2018-2021 antara lain, Influence of Human
Capital, Social Capital, Economic Capital towards
Financial Performance & Corporate Social Responsibility,
Tingkat Perputaran Kredit Terhadap Kemampuan LPD
Desa Pakraman Kalibubuk dalam Memperoleh Laba,
Sustainability Of UMKM Related to Religious Customs
Ceremony in Bali (Study of Bokor Craftsmen in the Village
of Menyali). Health, Safety, Incentives and Motivation in
Employee Performance at Aneka Lovina Villas & Spa.
Buku yang pernah di tulis dengan judu Bunga Rampai
Kerja Berdasarkan Dharma dalam Pandangan Rekan
Kerja Prof.Gorda. Ilmu Manajemen (Teori dan Aplikasi).
Pengaruh Non Financial Terhadap Kinerja Pegawai.
Faktor Kinerja Organisasi Lembaga Perkreditan Desa.
E-mail Penulis: nijuli.nuryani07@gmail.com

85
86
7
SUMBER-SUMBER PENGGUNAAN
MODAL KERJA

Dra. Damajanti Sri Lestari, M.M.


Universitas Dr. Soetomo

Modal kerja merupakan faktor utama penggerak


operasional perusahaan, di mana lebih dari separuh dari
jumlah aktiva perusahaan adalah aktiva lancar yang
merupakan unsur modal kerja. Pengelolaan dan
penggunaan modal kerja secara efesien merupakan salah
satu faktor yang dapat menunjang pencapaian laba bersih
secara optimal. Pengelolaan modal kerja meliputi, masing-
masing pos aktiva lancar dan hutang lancar sedemikian
rupa, sehingga jumlah net working capital yang diinginkan
tetap dapat dipertahankan.
Analisis terhadap sumber dan penggunaan modal kerja
penting bagi manajer keuangan, sebab analisis tersebut
digunakan untuk mengetahui bagaimana dana digunakan
dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai.
Suatu laporan yang menggambarkan darimana datangnya
dana dan untuk apa dana itu digunakan disebut sebagai
laporan sumber-sumber dan penggunaan dana suatu
perusahaan sangat penting bagi bank dalam menilai
permintaan kredit yang diajukan ke bank. Sebab, dengan
adanya analisa terhadap laporan tersebut maka dapat
diketahui bagaimana perusahaan tersebut, mengelola dan
menggunakan dana yang dimilikinya (Riyanto, 2001).

87
Sumber-Sumber Modal Kerja

Suatu perusahaan, membutuhkan dana operasional agar


selalu dapat mendanai kebutuhan aktivitas operasional
perusahaan seperti, pembelian bahan baku, membayar
gaji karyawan, gaji buruh, membayar listrik dan telepon,
dan kebutuhan yang lain. Kebutuhan dana tersebut,
bersumber dari modal kerja. Bagi suatu perusahaan uang
yang sudah dikeluarkan dan dipakai untuk modal kerja
diharapkan dapat kembali lagi. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Bambang Riyanto bahwa setiap
perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk
belanja organisasinya sehari-hari, misalnya untuk
memberikan persekot pembelian bahan mentah,
membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya,
di mana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu
diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam
perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil
penjualan produksinya.
Dalam hal modal kerja, perusahaan menganut konsep
turnover yang efektif. Artinya, dana yang dikeluarkan
tersebut diharapkan mengalami perputaran secara efektif
dan kembali memberikan pemasukan dana yang
bersumber dari penjualan untuk menutupi setiap modal
kerja yang telah dikeluarkan tersebut. Sebaliknya, dengan
penjualan yang lambat, maka akan mengakibatkan
timbulnya berbagai kesulitan bahkan memungkinkan
timbulnya berbagai biaya atau membengkaknya berbagai
biaya yang selama ini tidak diperkirakan. Seperti, naiknya
biaya piutang ragu-ragu (bad-debt), dan berbagai finansial
problem lainnya. Dengan kata lain, semakin besar suatu
perusahaan maka kebutuhan dana untuk menunjang
modal kerja juga akan semakin tinggi.
Pada umumnya, sumber modal kerja suatu perusahaan
dapat berasal dari:
1. Hasil Operasi Perusahaan
Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income
yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba
ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah

88
ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal
dari hasil operasi perusahaan. Jadi, jumlah modal
kerja berasal dari hasil operasi perusahaan dapat
dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan
rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya
keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan
apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik
perusahaan maka laba tersebut, akan menambah
modal perusahaan bersangkutan.
2. Keuntungan dari Penjualan Surat-Surat Berharga
(Investasi Jangka Pendek).
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk
jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah
salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat
dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi
perusahaan. Dengan adanya penjualan surat
berharga ini, menyebabkan terjadinya perubahan
dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat
berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan
yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini
merupakan suatu sumber untuk bertambahnya
modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan
tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan
berkurangnya modal kerja.
Apabila surat berharga atau investasi jangka pendek
itu dijual dengan harga jual yang sama dengan harga
perolehannnya (tanpa laba maupun rugi), maka
penjualan (modal kerja tidak bertambah maupun
berkurang). Di dalam menganalisa sumber-sumber
modal kerja, maka sumber yang berasal dari
keuntungan penjualan surat-surat berharga harus
dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil
usaha pokok perusahaan.
3. Penjualan Aktiva tidak Lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja
adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka
panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari
aktiva ini, menjadi kas atau piutang akan

89
menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar
hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan
aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak
segera digunakan untuk mengganti aktiva yang
bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva
lancar sedemikian besarnya, sehingga melebihi
jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal
kerja yang berlebih-lebihan).
4. Penjualan Saham atau Obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang
dibutuhkan, perusahaaan dapat pula mengadakan
emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik
perusahaan untuk menambah modalnya. Di samping
itu, perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi
atau bentuk utang jangka penjang lainnya guna
memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Penjualan obligasi ini, mempunyai konsekuensi
bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap,
oleh karena itu dalam mengeluarkan utang dalam
bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping
menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan
mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar,
sehingga melebihi jumlah modal kerja yang
dibutuhkan.
Dari uraian tentang sumber modal kerja tersebut,
dapat dinyatakan bahwa modal kerja akan bertambah
apabila:
a. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal
dari laba maupun dari pengeluaran modal saham
atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
b. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap
yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva
lancer, karena adanya pejualan aktiva tetap
maupun melalui proses depresiasi.
c. Ada penambahan hutang jangka panjang baik
dalam bentuk obligasi, hipotek atau hutang

90
jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan
bertambahnya aktiva lancar.

Pengunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan mengakibatkan perubahan


bentuk atau penurunan jumlah aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan. penggunaan modal kerja
menyebabkan modal kerja perusahaan berkurang. Unsur-
unsur tersebut meliputi:
1. Bertambahnya Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan
karena adanya pembelian. Bertambahnya aktiva
tetap, karena pembelian memerlukan uang kas,
sehingga bertambahnya aktiva tetap tersebut
merupakan unsur yang memperkecil kas atau sebagai
penggunaan modal kerja.
2. Berkurangnya Hutang Jangka Panjang
Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang
telah jatuh tempo atau melunasi hutang jangka
panjangnya, maka uang kas perusahaan akan
berkurang. Berkurangnya hutang jangka panjang
dalam hal ini merupakan penggunaan modal kerja.
3. Berkurangnya Modal Sendiri
Seperti obligasi perusahaan membeli kembali saham
biasa atau saham preferen maka diperlukan sejumlah
kas. Oleh karena itu, saham yang berkurang berarti
modal sendiri perusahaan berkurang. Berkurangnya
modal sendiri tersebut, memerlukan kas yang
merupakan penggunaan modal kerja.
4. Adanya Pembaran Dividen Kas
Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
dapat berupa saham, properti maupun kas. Dividen
yang dibayarkan dalam bentuk kas akan mengurangi
kas perusahaan. Oleh karena itu, dividen kas ini
merupakan penggunaan modal kerja.

91
5. Adanya Kerugian
Kerugian yang diderita perusahaan akibat dari biaya
yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang
diterima Kerugian ini, harus ditutupi dengan kas oleh
perusahaan. Oleh karena itu, kas yang digunakan
untuk menutup kerugian tersebut merupakan
penggunaan modal kerja.
Selanjutnya, menurut S.Munawir (2000), Penggunaan-
penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya
modal kerja adalah:
1. Pembayaran biaya atau ongkos operasi perusahaan
meliputi, pembayaran upah, gaji, pembelian supplies
kantor dan pembayaran biaya lainnya.
2. Kerugian yang diderita oleh perusahaan karena
adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun
kerugian insidentil lainnya. Adanya kerugian baik
yang rutin dan insidentil akhirnya akan
mengakibatkan berkurangnya modal perusahaan.
3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva
lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka
panjang, dana pelunasan obligasi, dana pensiun
pegawai, atau pun dana lain-lainnya.
4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap,
investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar
lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva
lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat
kurangnya modal kerja.
5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.
6. Pengambilan uang barang dagangan oleh pemilik
perusahaan untuk kepentingan pribadinya.

Tujuan Penggunaan Modal Kerja

Adapun tujuan dari penggunaan modal kerja antara lain:


1. Untuk mengetahui efisiensi perusahaan dalam
penggunaan modal kerja yang tersedia dan

92
mengetahui dari mana sumber modal kerja tersebut
diperoleh.
2. Untuk memberikan pemahaman terhadap operasi
keuangan perusahaan terutama bagi manajer
keuangan dalam menganalisa rencana pada masa lalu
dan masa yang akan datang.
3. Untuk memperkirakan apakah perusahaan telah
berkembang dengan cepat dan apakah perusahaan
mulai kehabisan sumber-sumber pembelanjaan.
4. Untuk penilaian pembelanjaan perusahaan yaitu
menunjukkan seberapa besar pertumbuhan
perusahaan yang dibelanjai dari dalam perusahaan
dan seberapa besar pertumbuhan perusahaan yang di
belanjai dari luar perusahaan.

Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Modal Kerja

Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab berubahnya


modal kerja, yaitu:
1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari
laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau
tambahan investasi dari pemilik perusahaan, maka
modal kerja akan bertambah.
2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang
diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena
adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses
depresiasi, maka modal kerja akan bertambah.
3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam
bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang
lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva
lancar, maka modal kerja akan bertambah.
4. Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik
kerugian normal maupun kerugian exidentil, maka
akan mengurangi modal kerja.
5. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva
lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka
panjang, maka akan mengurangi modal kerja.

93
6. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap,
maka akan mengurangi modal kerja.
7. Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh
pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.

Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Laporan perubahan modal kerja akan memberikan


gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola
perputaran atau sirkulasi modalnya. Analisis sumber dan
penggunaan modal kerja adalah analisis laporan
keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang perubahan modal kerja perusahaan serta sebab-
sebab perubahan tersebut yang dikenal dengan sumber
modal kerja dan penggunaan modal kerja pada suatu
periode.
Laporan sumber dan penggunaan modal kerja merupakan
laporan yang digunakan oleh perusahaan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui perubahan modal kerja yang
terjadi.
2. Membantu manajemen dalam pengelolaan dan
pengawasan modal kerja.
3. Menunjukkan perubahan yang terjadi untuk setiap
elemen modal kerja.
4. Mengetahui sebab-sebab terjadinya perubahan modal
kerja dan dari mana modal kerja diperoleh.
5. Mengetahui berbagai penggunaan modal kerja.
Langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber dan
penggunaan modal kerja sebagai berikut:
1. Menyusun laporan perubahan modal kerja pada dua
waktu neraca.
2. Mengelompokkan perubahan pos-pos dalam neraca,
terutama non current account seperti aktiva tetap,
hutang jangka panjang, serta modal sendiri, yang
dapat menambah modal kerja dan mengurangi modal
kerja.

94
3. Mengelompokkan perubahan pos-pos dalam laporan
laba rugi, terutama laba ditahan ke dalam golongan
yang dapat menambah modal kerja dan mengurangi
modal kerja.
4. Menyusun laporan sumber dan penggunaan modal
kerja.
Berikut ini neraca komparatif PT MAJU per 31 Desember
2014 dan 2015 (dalam ribuan rupiah).

Tabel 7.1 Neraca Untuk Penghitungan Sumber dan


Penggunaan Modal Kerja

Tabel 7.2 Laporan Laba (Rugi) tahun 2015

95
Tabel 7.3 Laporan saldo laba tahun 2015

Tabel 7.4
PT MAJU
Laporan Perubahan Modal Kerja

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan


modal kerja yaitu bertambah sebesar Rp800 yang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Perubahan Modal Kerja = Perubahan Aktiva Lancar –
Perubahan Aktiva Tetap
Perubahan Modal Kerja = (+ 200) – (- 600) = + 800

96
Tabel 7.5
PT MAJU
Laporan Sumber Penggunaan Modal Kerja

Dari tabel di atas, dapat dianalisis bahwa Sumber Modal


Kerja PT MAJU berasal dar :
1. Laba bersih sebesar Rp3.150
2. Penyusutan sebesar Rp600
3. Bertambahnya Hutang jangka panjang sebesar
Rp3.000
Sedangkan Modal kerjanya digunakan untuk:
1. Pembayaran Dividen cash (tunai) sebesar Rp1.150
2. Membeli bangunan sebesar Rp2.000
3. Membeli tanah sebesar Rp1.800
4. Membeli inventaris sebesar Rp1.000
Dalam kasus ini, sumber modal kerja masih tersisa
sebesar Rp800, maka dapat dikatakan bahwa modal kerja
bertambah sebesar Rp800.

97
Daftar Pustaka

Fahmi, Irham. (2018). Pengantar Manajemen Keuangan


teori dan Soal Jawab. Cetakan Keenam. Bandung:
Alfabeta.
Halim, Abdul. (2015). Manajemen Keuangan Bisnis Konsep
dan Aplikasinya. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Munawir, S. (2004). Analisis laporan Keuangan. Edisi
keempat. Cetakan Ketiga Belas. Yogyakarta: Liberty.
Riyanto, Bambang. (2001). Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.

98
Profil Penulis

Damajanti Sri Lestari


Penulis lahir pada tahun 1969 di Surabaya
Jawa Timur. Mengawali Pendidikan tingginya
di Strata satu (S-1) pada Program Studi Ilmu
Administrasi Niaga Universitas Dr. Soetomo
Surabaya (Lulus tahun 1992) dan
melanjutkan Strata dua (S-2) pada Program Studi
Magister Manajemen Universitas Dr. Soetomo Surabaya
(Lulus tahun 2010). Menjadi Dosen Tetap pada Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Dr. Soetomo Surabaya
khususnya pada Prodi Ilmu Administrasi Niaga, sejak
tahun 1995-sekarang. Penulis Aktif melakukan penelitian
khususnya di bidang Manajemen Keuangan dan MSDM
serta menjadi pembimbing Skripsi di bidang Keuangan
dan MSDM. Penulis juga aktif melakukan penelitian dan
pengabdian di daerah-daerah dan UMKM. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal
perguruan tinggi dan juga Kemenristek DIKTI. Selain itu
juga penulis aktif berperan serta sebagai pemakalah
dalam seminar nasional maupun internasional. Penulis
juga telah menulis buku tentang Administrasi Pelayanan
Kesehatan yang sampai saat ini digunakan untuk
mengajar. Beberapa jabatan yang pernah di emban antara
lain: Kaprodi Administrasi Niaga (2009-2012), Wakil
Dekan II Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Dr.
Soetomo Surabaya (2017 - sekarang).
E-mail Penulis: damajanti.sri@unitomo.ac.id

99
100
8
INVESTASI DALAM KAS

Helda Marlin Ala, S.E., M.Si.


Universitas Kristen Aartha Wacana Kupang

Pengertian Investasi dalam Kas

Menurut Subani (2015), investasi kas ini merupakan


suatu penanaman modal yang tersimpan dalam kas. Pada
sebuah perusahaan, investasi ini sangatlah penting
keberadaannya. Penentuan keberhasilan perusahaan
tergantung kas yang ada di dalam perusahaan.
Pengeluaran kas suatu perusahaan sifatnya terus-
menerus atau kontinu. Misalnya, pengeluaran kas untuk
keperluan pembelian bahan, pembayaran gaji, dan yang
lainnya.
Sementara itu, ada aliran kas keluar yang sifatnya tidak
terus-menerus atau intermittent. Misalnya, pengeluaran
untuk pembayaran bunga, dividen, pajak penghasilan,
dan yang lainnya. Tidak hanya aliran kas keluar, namun
ada juga aliran kas masuk dalam perusahaan. Pada
aliran kas masuk juga sifatnya kontinu seperti, adanya
aliran yang berasal dari hasil penjualan produk secara
tunai, penerimaan piutang, dan lainnya. Sedangkan,
yang sifatnya tidak kontinu pada aliran kas masuk
berasal dari penerimaan kredit dari bank, penyertaan
pemilik perusahaan, penjualan saham, dan lainnya.
Penerimaan dan pengeluaran kas dalam perusahaan akan
berlangsung selama perusahaan terus berjalan.

101
Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi merupakan suatu perolehan dan


pelepasan aktiva jangka panjang, termasuk investasi
lainnya yang tidak ada dalam setara kas. Pengungkapan
terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
perlu Anda lakukan. Arus kas tersebut, menunjukkan
penerimaan dan pengeluaran kas. Tentunya yang
sehubungan dengan sumber daya, tujuannya untuk
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa
mendatang. Apabila perusahaan memiliki kelebihan kas,
ada beberapa alternatif dalam memanfaatkan kelebihan
ini. Hal paling mudah yakni dengan membiarkan kas ini
tetap menganggur, bahkan tidak Anda gunakan untuk
apa pun. Tetapi, akan lebih baik menjalankan investasi
kelebihan kas pada saham atau obligasi perusahaan
lainnya. Dengan cara ini, nantinya akan mendapatkan
tambahan penghasilan berupa dividen atau bunga.
Apabila perusahaan menginvestasikan keunggulan kas ini
secara tepat, nilai jual ataupun nilai pasar investasi bisa
naik. Sehingga akan kian menguntungkan perusahaan
ketika berencana menjual saham ataupun obligasi
tersebut. Penanaman modal berbentuk investasi dalam
kas ini memang sangatlah penting keberadaannya bagi
perusahaan (Subani, 2015).

Bentuk Investasi

1. Modal
Modal merupakan investasi yang wajib dimiliki oleh
perusahaan untuk memulai dan mengembangkan
bisnisnya. Modal biasanya berupa uang yang akan
dipakai untuk membeli peralatan dan bahan baku.
Modal ternyata tidak diperlukan di awal saja. Selama
bisnis berlangsung, sebaiknya Anda juga menyisihkan
sebagian dari profit yang didapat untuk kembali
diinvestasikan ke dalam bisnis. Dana itu bisa dipakai
untuk berbagai kebutuhan yang berhubungan dengan
pengembangan bisnis.

102
2. Menambah Peralatan Produksi
Berinvestasi dalam bentuk peralatan produksi dan
aset lain sangat penting dalam mendukung
operasional bisnis. Anggaplah Anda memiliki usaha
percetakan. Jika di awal Anda hanya punya 10 unit
mesin cetak, Anda bisa menginvestasikan lagi 10
buah mesin yang sama atau lebih canggih. Semakin
banyak mesin yang Anda punya, semakin besar
peluang Anda untuk meningkatkan jumlah produksi.
3. Pemasaran
Produk yang berkualitas saja tidak jadi jaminan bagi
sebuah perusahaan. Anda juga memerlukan strategi
pemasaran yang mumpuni. Mulai dari
memperkenalkan produk Anda ke pasaran hingga
mempertahankan loyalitas pelanggan. Ada berbagai
cara pemasaran yang bisa dicoba. Ada yang gratis dan
ada pula yang berbayar. Tidak perlu ragu
mengeluarkan dana untuk iklan berbayar karena
Anda sendiri yang akan merasakan efek positifnya.
4. Pelatihan Karyawan
Selain aset yang bersifat materi, karyawan juga
merupakan aset yang tidak kalah berharga. Tanpa
adanya karyawan, bisnis Anda tidak akan bisa
berjalan dengan baik. Semakin mumpuni kualitas
karyawan Anda, semakin tinggi kemungkinan bisnis
Anda akan berkembang. Selain menemukan tenaga
yang sesuai, jangan ragu untuk memberikan upgrade
pengetahuan kepada mereka. Beri perlakuan yang
baik pada semua karyawan agar mereka semakin
semangat dalam bekerja. Semakin baik kinerja
karyawan, semakin baik pula produktivitas bisnis
Anda.
5. Perluas Jaringan
Bisnis tidak akan selamanya berjalan lancar. Ada
masa naik turun yang mungkin akan Anda hadapi.
Pada saat-saat seperti ini, Anda tidak bisa
mengandalkan komponen internal saja. Bantuan dari
luar termasuk dari rekan-rekan sesama pengusaha

103
juga tidak kalah pentingnya. Memiliki jaringan dan
relasi yang luas adalah investasi bisnis yang harus
Anda lakukan terus-menerus agar bisnis berjalan
lancar.
6. Urung Dana
Urung dana atau Crowdfunding merupakan cara yang
banyak dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk
mengembangkan bisnisnya. Investasi bisnis satu ini
diperoleh perusahaan dengan cara kolektif. Bisa
bersumber dari keluarga, teman maupun investor.
Crowdfunding sendiri memiliki beberapa bentuk yakni
donasi, hadiah dan ekuitas. Perbedaan jenis
crowdfunding yang Anda pilih juga menentukan posisi
pemberi dana dalam bisnis tersebut (Subani, 2015).

Klasifikasi Investasi

1. Investasi Pasar Uang


Investasi pasar uang merupakan sarana investasi
yang membuat uang berperanmenjadi objek jual beli,
dan juga berfungi sebagai tempat terjadinya transaksi
jual beli antara investor dengan pihak lain.
2. Efek yang Bersifat Ekuitas
Keuntungan investasi pada saham, kenaikan harga
saham (capital gain), karena kondisi ekonomi global
dan domestik yang membaik. Meningkatnya kinerja
perusahaan. Ada dua jenis saham, yaitu saham biasa
(common stock) dan, saham preferen (preferred stock).
3. Derifatif
Kontrak yang menyatakan klaim legal terhadap nilai
turunan dari efek (aset) utama, yang belum dimiliki.
Ada dua jenis derivatif penting, yaitu opsi (options)-
call option-put option futures (kontrak berjangka).
4. Derifatif Opsi
Kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban)
kepada pemegang kontrak untuk membeli (calloption)
atau menjual (put option) suatu aset tertentu dengan

104
harga tertentu (strike price/exercise price) dalam
jangka waktu tertentu. Waran adalah salah satu
bentuk call option, di mana asetnya berbentuk saham
yang diterbitkan oleh perusahaan.
5. Derifatif Futures
Kontrak berjangka antara dua pihak yang menyetujui
untuk melakukan transaksi jual/beli atas suatu aset
(komoditas pertanian, finansial) dengan harga
tertentu pada suatu waktu tertentu pada masa
datang. Pihak pembeli disebut pemegang long position
sedangkan pihak penjual disebut short position.
Futures dilakukan untuk melakukan hedging (lindung
nilai) atau pengurangan risiko.
6. Reksa Dana
Reksadana Pasar Uang (RDPU) 100% investasi pada
efek pasar uang Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT)
80% investasi pada efek bersifat hutang jangka
panjang (obligasi). Reksadana Saham (RDS) 80%
investasi pada efek bersifat ekuitas (saham).
Reksadana Campuran (RDC) kombinasi investasi
pada saham, obligasi dan pasar uang
7. Diversifikasi
Diversifikasi adalah sebuah strategi investasi dengan
menempatkan dana dalam berbagai instrumen
investasi dengan tingkat risiko dan potensi
keuntungan yang berbeda, atau strategi ini biasa
disebut dengan alokasi aset (asset allocation). Alokasi
aset ini lebih fokus terhadap penempatan dana di
berbagai instrumen investasi (Salma, 2015).

Pengukuran dan Pencatatan Investasi

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk


mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan
keuangan Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat
sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai
wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset

105
tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan
mata uang rupiah.
Menurut Salma (2015), transaksi yang menggunakan
mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah. Keandalan
pengukuran kriteria pengakuan pada umumnya,
didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau kejadian
yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun, ada
kalanya pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang
layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan
estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka
pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada
catatan atas laporan keuangan.
Pengukuran aset pengukuran aset adalah sebagai berikut:
a) Kas dicatat sebesar nilai nominal; b) Investasi jangka
pendek dicatat sebesar nilai perolehan; c) Piutang dicatat
sebesar nilai nominal; d) Persediaan dicatat sebesar: (1)
Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; (2)
Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri; (3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara
lainnya seperti donasi atau rampasan.

Pengukuran terhadap Pengakuan Awal

Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset


tetap, setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila
terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali,
maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada
masing-masing akun aset tetap dan akun diinvestasikan
dalam aset tetap. Pengukuran kewajiban dicatat sebesar
nilai ostensible. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah
bank sentral pada tanggal neraca. Nilai ostensible atas
kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah
pada saat awal transaksi berlangsung, seperti nilai yang
tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran
ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran,
perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta

106
asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai
pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai
tercatat kewajiban tersebut (Salma, 2015).
Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-
masing pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan
dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Terdapat dua
arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk
menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan
pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima
barang atau jasa sebagai ganti janji untuk memberikan
uang atau sumber daya lain pada masa depan.

Metode Penilaian Investasi

Metode penilaian investasi yang digunakan dalam


penilaian investasi antara lain metode payback, di mana
suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan
aliran kas netto (net cash flow), atau total kas bersih
dalam periode tertentu sama dengan pengeluaran
investasi diawal periode. Metode ini, menghitung berapa
cepat investasi yang dilakukan biaskembali. Oleh karena
itu, hasil perhitungannya, dinyatakan dalam satuan
waktu tahun atau bulan (Salma, 2015).

107
Daftar Pustaka

Subani. (2015). Analisis Arus Kas untuk Mengukur Kinerja


Keuangan (Study pada KUD Sido Makmur Lumajang).
Skripsi. STIE Widya Gama Lumajang.
Salma. (2015). Analisis terhadap Metode Penilaian
Investasi pada PT Kimia Farma (Persero) Tbk
Makassar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Makassar.

108
Profil Penulis

Helda Marlin Ala


Lahir di Oesu,u 26 Januari 1986. Telah
menyelesaikan S-1 Pendidikan Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi UKAW tahun 2011,
dan S-2 pada FEB UNDIP tahun 2014 dengan
konsentrasi Akuntansi Keuangan. Saat ini,
bekerja sebagai dosen tetap pada Prodi Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Aartha Wacana
Kupang sejak tahun 2012 dengan mengampu mata kuliah
Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Keuangan Daerah.
Penulis fokus dalam menghasilkan publikasi ilmiah dalam
bidang Akuntansi Keuangan, dan Akuntansi Keuangan
Daerah. Selain kewajiban mengajar dan melakukan
pengabdian kepada masyarakat, penulis aktif dalam
kegiatan penelitian pada beberapa jurnal terakreditasi
Sinta.
E-mail Penulis: Heldamarlin. ala@gmail. com

109
110
9
PASAR DAN INSTITUSI
KEUANGAN

Ujang Suherman, S.E., M.M


Universitas Buana Perjuangan Karawang

Pendahuluan

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak akan lepas dari


pertumbuhan sektor keuangan yang menjadi barometer
keberhasilan ekonomi. Menurut Bank Dunia dalam
Baroroh (2012), penguatan sektor keuangan dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi, dapat menurunkan
kemiskinan, dan meredam volatilitas ekonomi makro.
Sektor keuangan jadi penggerak pertumbuhan sektor riil
melalui akumulasi modal dan inovasi teknologi. Sebagai
lembaga intermediasi, sektor keuangan juga memobilisasi
dana dari pihak yang kelebihan kepada pihak yang
kekurangan dana, sehingga hal ini akan mempercepat
investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut Badan Pusat Statistik per februari 2021,
pertumbuhan sektor keuangan pascapandemik sebesar
1,56 persen dan telah mampu membawa indonesia
menuju keberhasilan ekonomi baru.

Jenis Pasar Keuangan

Pasar keuangan adalah mekanisme pasar yang


memungkinkan bagi seorang atau korporasi untuk dapat
dengan mudah melakukan transaksi penjualan dan
pembelian dalam bentuk sekuritas keuangan (seperti
saham dan obligasi).

111
Dalam sekuritas komoditas dimungkinkan dapat
melakukan pembelian dan penjualan awal atas produk-
produk sumber alam seperti produk pertanian dan
pertambangan dan lain sebagainya.
Menurut Kasmir (2013), pasar keuangan dapat dibagi
menjadi beberapa subjenis berdasarkan komoditas
keuangan yang ditawarkan, di antaranya:
1. Pasar Uang (Money Market)
Pasar uang merupakan pasar diperjualbelikannya
modal jangka pendek dalam bentuk surat berharga,
seperti deposito berjangka, wesel, atau promes di
mana jangka waktunya kurang dari 1 tahun.
2. Pasar Modal (Capital Market)
Pasar modal merupakan pasar diperjualbelikannya
modal jangka panjang dalam bentuk surat berharga
seperti obligasi dan saham. Jangka waktu surat
berharga yang ditawarkan biasanya berumur lebih
dari 1 tahun.
3. Pasar Valuta Asing (Foreign Exchange Market)
Pasar valuta asing yaitu pasar yang melakukan
kegiatan transaksi valuta asing (mata uang asing),
baik spot transaction, forward transaction, dan swap
transaction.
4. Pasar Kredit Konsumen (Consumer Credit Market)
Pasar kredit konsumen yaitu pasar yang melayani
pembiayaan pinjaman untuk pembiayaan konsumen
atas produk tertentu baik barang maupun jasa,
seperti pembelian mobil, motor, perlengkapan rumah
tangga, pendidikan, atau liburan.
5. Pasar Hipotek (Mortgage Market)
Pasar hipotek yaitu pasar yang melayani pinjaman
untuk lahan real estate/perumahan, komersial,
industri, dan pertanian.

112
6. Pasar Komoditas (Future Market)
Pasar komoditas yaitu pasar yg melakukan kegiatan
jual beli komoditas tertentu seperti produk pertanian.
Semua jenis pasar keuangan melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan penghimpuan dana, penyaluran
dana, transaksi tukar menukar mata uang. Artinya, pasar
keuangan melibatkan pembiayaan keuangan baik melalui
surat berharga maupun pembiayaan atau pinjamanet.

Pelaku Pasar Keuangan

Pelaku pasar keuangan adalah pihak-pihak yang


membutuhkan dana atau modal maupun pihak-pihak
yang menanamkan dana/investasi dalam pasar uang.
Pelaku dalam pasar uang terdiri dari bank sentral (Bank
Indonesia), lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan-
perusahaan swasta, bank-bank komersial, yayasan,
lembaga dana pensiun, perusahaan asuransi, perantara
pedagang efek (broker dan dealer), serta lembaga
keuangan lainnya maupun individu masyarakat.
1. Bank Indonesia (bank sentral) berperan sebagai
pelaku utama dalam pasar uang yaitu untuk menjaga
kestabilan moneter dan harga melalui instrumen
keuangan yang dikeluarkannya yakni Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
2. Lembaga-lembaga pemerintah memainkan
peranannya dalam pasar uang sebagai pihak yang
membutuhkan dana untuk membiayai proyek-proyek
pemerintah dikarenakan adanya perbedaan waktu
antara penerimaan pajak ataupun penerimaan
lainnya dengan pengeluaran yang mesti dilakukan.
3. Perusahaan-perusahaan swasta mengambil peranan
sebagai pihak yang menghimpun dana dari pasar
uang dengan menerbitkan surat berharga jangka
pendek.
4. Bank-bank komersial sebagai pelaku pasar keuangan
berperan sebagai dealer derivatif di luar
bursa, lembaga perantara keuangan, dan untuk

113
memenuhi ketentuan kewajiban giro minimum yang
harus mereka pelihara pada bank sentral serta
pemberi jasa pendapatan atas dasar fee.
5. Dealers berperan sebagai perantara di antara pelaku
dalam Pasar Repo, sedangkan brokers sebagai pihak
yang mempertemukan antara pemberi pinjaman
dengan peminjam dalam pasar uang. Lembaga
keuangan lainnya, individu masyarakat, dan lembaga
dana pensiun juga mempunyai peranan masing-
masing dalam pasar uang. (Maulidya, 2012).

Tujuan Pasar Keuangan

Secara umum para ahli keuangan menyatakan bahwa


tujuan pasar keuangan adalah untuk mengalokasikan
tabungan secara efisien bagi pemakainya, baik bagi pihak
penjual, pembeli, maupun bagi pihak perantara. Pihak
yang membeli atau pihak yang membutuhkan dana
adalah mereka yang menginginkan sejumlah dana untuk
membiayai aktivitas usahanya, baik untuk investasi
maupun untuk modal kerja. Tujuan bagi pihak yang
membutuhkan dana atau pembeli melakukan kegiatan di
pasar keuangan terbagi dalam:
1. Jangka pendek, yaitu:
a. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
perusahaan,
b. Untuk berdagang,
c. Mengharapkan keuntungan dari suku bunga yang
ditawarkan,
d. Memperoleh capital gaint.
2. Jangka panjang, yaitu:
a. Untuk melakukan investasi,
b. Untuk menguasai suatu perusahaan,
c. Mengharapkan dividen.

114
Pasar Uang

Pasar uang adalah bagian dari sistem keuangan yang


berhubungan dengan kegiatan perdagangan, pinjam-
meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai
dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah dan valuta
asing, yang berperan dalam transmisi kebijakan moneter,
pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran
sistem pembayaran.
Ciri pasar uang:
1. Berorientasi kepada pemenuhan dana jangka pendek.
2. Mekanisme pasar uang ditekankan untuk
mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan
dana dan yang membutuhkan dana.
3. Tidak terikat pada tempat tertentu seperti pasar
modal.

Perbedaan Pasar Uang dan Pasar Keuangan

Kita sering keliru dalam memahami kedua pasar tersebut,


berikut ini perbedaan yang mendasar, berdasarkan
instrumen yang dijualbelikan.

Gambar 9.1 Perbedaan Pasar Uang dan Pasar Keuangan

115
Pasar Modal

Pasar modal dalam pengertian fisik yaitu tempat efek-efek


diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian
bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang
terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli
efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.
Produk-produk investasi yang ditawarkan kepada investor
di pasar modal adalah (Jogiyanto, 2014):
1. Reksa Dana
Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang
menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang
kepada pengelola reksa dana (manajer investasi)
untuk digunakan sebagai modal berinvestasi. Melalui
dana reksa ini, nasihat investasi yang baik “jangan
menaruh semua telur dalam satu keranjang” bisa
dilaksanakan. Pada prinsipnya, investasi pada reksa
dana adalah melakukan investasi yang menyebar
pada sejumlah alat investasi yang diperdagangkan di
pasar modal dan pasar uang.
2. Saham
Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai
tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut. Membeli saham tidak
ubahnya dengan menabung. Imbalan yang akan
diperoleh dengan kepemilikan saham adalah
kemampuannya memberikan keuntungan yang tidak
terhingga. Bila perusahaan penerbit mampu

116
menghasilkan laba yang besar maka ada
kemungkinan para pemegang sahamnya akan
menikmati keuntungan yang besar pula. Karena laba
yang besar tersebut menyediakan dana yang besar
untuk didistribusikan kepada pemegang saham
sebagi dividen.
Saham memberikan kemungkinan penghasilan yang
tidak terhingga. Sejalan dengan itu, risiko yang
ditanggung pemilik saham juga relatif paling tinggi.
Investasi memiliki risiko yang paling tinggi karena
pemodal memiliki hak klaim yang terakhir, bila
perusahaan penerbit saham bangkrut. Secara normal,
artinya diluar kebangkrutan, risiko potensial yang
akan dihadapi pemodal hanya dua, yaitu tidak
menerima pembayaran dividen dan menderita capital
loss. Keuntungan lainnya adalah capital gain akan
diperoleh bila ada kelebihan harga jual di atas harga
beli. Ada kaidah-kaidah yang harus dijalankan untuk
mendapat capital gain. Salah satunya adalah membeli
saat harga turun dan menjual saat harga naik.
3. Saham Preferen
Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara
obligasi dan saham biasa. Di samping memiliki
karakteristik seperti, obligasi juga memiliki
karakteristik saham biasa. Karakteristik obligasi
misalnya, saham preferen memberikan hasil yang
tetap seperti bunga obligasi. Biasanya, saham
preferen memberikan pilihan tertentu atas hak
pembagian dividen. Ada pembeli saham preferen yang
menghendaki penerimaan dividen yang besarnya
tetap setiap tahun, ada pula yang menghendaki
didahulukan dalam pembagian dividen, dan lain
sebagainya.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang
berisi kontrak antara pemberi pinjaman dengan
penerima pinjaman. Surat obligasi adalah selembar
kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas
tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan

117
yang menerbitkan obligasi. Pada dasarnya, memiliki
obligasi sama persis dengan memiliki deposito
berjangka. Hanya saja obligasi dapat diperdagangkan.
Obligasi memberikan penghasilan yang tetap, yaitu
berupa bunga yang dibayarkan dengan jumlah yang
tetap pada waktu yang telah ditetapkan.
Obligasi juga memberikan kemungkinan untuk
mendapatkan capital gain, yaitu selisih antara harga
penjualan dengan harga pembelian. Kesulitan untuk
menentukan penghasilan obligasi disebabkan oleh
sulitnya memperkirakan perkembangan suku bunga.
Padahal harga obligasi sangat tergantung dari
perkembangan suku bunga. Bila suku bunga bank
menunjukkan kecenderungan meningkat, pemegang
obligasi akan menderita kerugian. Di samping
menghadapi risiko perkembangan suku bunga yang
sulit dipantau, pemegang obligasi juga menghadapi
risiko kapabilitas (capability risk), yaitu pelunasan
sebelum jatuh tempo.
5. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada
waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya,
waran dijual bersamaan dengan surat berharga
lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penerbit
waran harus memiliki saham yang nantinya
dikonversi oleh pemegang waran. Namun, setelah
obligasi atau saham yang disertai waran memasuki
pasar baik obligasi, saham maupun waran dapat
diperdagangkan secara terpisah.
6. Right Issue
Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli
saham baru yang dikeluarkan emiten. Karena
merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk
membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau
dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang
saham. Right issue dapat diperdagangkan. Pilihan
terhadap alat investasi ini, karena kemampuannya
memberikan penghasilan yang sama dengan membeli
saham, tetapi dengan modal yang lebih rendah.

118
Biasanya. harga saham hasil right issue lebih murah
dari saham lama. Karena membeli right issue berarti
membeli hak untuk membeli saham, maka kalau
pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal
telah melakukan pembelian saham. Dengan
demikian, imbalan yang akan didapat oleh pembeli
right issue adalah sama dengan membeli saham, yaitu
dividen dan capital gain.

Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing merupakan pasar yang


memperdagangkan valuta asing atau uang asing dan
sebagai lembaga pasar, di mana orang dapat memperoleh
fasilitas untuk melakukan pembayaran atau menerima
pembayaran dari penduduk negara lain. Secara umum,
permintaan atau penawaran valuta asing dilakukan di
bursa valuta asing yang diselenggarakan oleh bank atau
lembaga keuangan lainnya.
Jenis transaksi valuta asing, sebagai berikut:
1. Transaksi Spot (Transaksi Tunai)
a. Value today, penyerahan dilakukan pada tanggal
(hari) yang sama dengan tanggal (hari) yang
dilakukannya transaksi. Penyerahan ini, bisanya
disebut cash settlement.
b. Value tomorrow, penyerahan dilakukan pada hari
kerja berikutnya atau disebut one day settlement.
c. Value spot, penyerahan dilakukan dua hari kerja
setelah transaksi.
2. Transaksi Forward (Transaksi Tunggak)
Penyerahan dilakukan beberapa hari mendatang, baik
secara mingguan atau bulanan. Transaksi forward
sering dilakukan untuk pemagaran risiko atau
(hedging) terhadap fluktuasi tingkat pertukaran
(exchange rates).

119
3. Transaksi SWAP (Transaksi Barter)
Kombinasi antara pembeli dan penjual untuk dua
mata uang secara tunai yang diikuti dengan membeli
dan menjual kembali mata uang yang sama secara
tunai dan tunggak secara simultan dengan batas
waktu yang berbeda. Tujuan dari traksaksi barter
untuk menjaga kemungkinan dari kerugian yang
disebabkan perubahan kurs. Transaksi barter banyak
dilakukan oleh bank apabila pada suatu saat bank
mengalami kelebihan jenis mata uangnya.
4. Transaksi Option (Call Option, Put Option)
a. Opsi beli, atau yang lebih dikenal dengan istilah
call option, adalah suatu hak untuk membeli
sebuah asset pada harga kesepakatan (strike
price) dan dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati—baik pada akhir masa jatuh tempo
ataupun di antara tenggang waktu masa sebelum
jatuh tempo. Pada opsi beli ini terdapat dua pihak
yang disebut:
1) Pembeli opsi beli atau biasa disebut call option
buyer atau juga long call.
2) Penjual opsi beli atau biasa juga disebut call
option seller atau juga short call.
b. Opsi jual, atau yang lebih dikenal dengan istilah
put option, adalah suatu hak untuk menjual
sebuah asset pada harga kesepakatan (strike
price) dan dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati—baik pada akhir masa jatuh tempo
ataupun di antara tenggang waktu masa sebelum
jatuh tempo. Pada opsi jual ini juga terdapat dua
pihak yang disebut:
1) Pembeli opsi jual atau biasa disebut put option
buyer atau juga long put.
2) Penjual opsi jual atau biasa juga disebut put
option seller atau juga short put.
Instrumen ini disebut opsi oleh karena perjanjian
ini memberikan "hak" kepada pemegang opsi

120
untuk menentukan apakah akan melaksanakan
atau tidak (atau biasa disebut exercise) opsi yang
dipegangnya, yaitu hak membeli (pada opsi beli)
atau hak menjual (pada opsi jual) dan pihak yang
menjual opsi atau yang biasa disebut "penerbit
opsi" "wajib" untuk memenuhi hak opsi dari
pemegang opsi tersebut sesuai dengan ketentuan
yang disepakati.

Bentuk Institusi Keuangan

1. Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang
menawarkan baik jasa simpanan, pinjaman (kredit)
atau jasa keuangan lainnya yang dapat dilayani oleh
Bank Umum (komersil) maupun Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Jenis bank dilihat dari segi mencari
keuntungan dewasa ini, terdiri dari bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip konvensional (barat)
dan syariah (Islam).
Bank menyediakan berbagai produk keuangan, baik
dalam bentuk simpanan (rekening), pinjaman (kredit),
valuta asing, maupun jasa keuangan lainnya.
Perbankan merupakan lembaga keuangan yang
menjual produk keuangan paling lengkap
dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya,
baik yang bersifat jangka pendek, maupun jangka
panjang. Bahkan perbankan juga dapat menjadi
perantara antara lembaga keuangan untuk
melakukan transaksi keuangan.
2. Nonbank
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
KEP-38/MK/IV/1972, Lembaga Keuangan Bukan
Bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan-
kegiatannya dalam bidang keuangan baik secara
langsung maupun tidak langsung menghimpun dana
dari masyarakat dengan menerbitkan surat berharga
dan menyalurkan dana tersebut untuk membiayai
investasi di berbagai perusahaan.

121
Kategori-kategori utama institusi keuangan:
1. Investasi perbankan,
2. Perbankan komersial,
3. Perusahaan jasa keuangan,
4. Asosiasi simpan pinjam (savings and loan association),
5. Bank simpanan bersama (mutual savings banks),
6. Serikat kredit (credit union),
7. Dana pensiun (pension funds),
8. Perusahaan asuransi jiwa,
9. Reksa dana (mutual funds),
10. Hedge fund.

Risiko Sistemik Keuangan

Risiko sistemik merupakan suatu kondisi apabila satu


institusi mengalami kesulitan keuangan (distress), hal ini
akan memicu institusi lain dalam industri keuangan
menjadi distress sehingga dapat menyebabkan bank run
dan runtuhnya sistem keuangan (Adrian & Brunnermeier,
2009). Sementara itu, Acharya (2010) menjelaskan bahwa
risiko sistemik adalah risiko kegagalan bersama yang
timbul dari hubungan antara return pada aset dari sisi
neraca bank atau institusi keuangan.
Keterkaitan keuangan diartikan sebagai saling
keterkaitannya antar institusi keuangan melalui strategi
manajemen aset dan kewajiban dari lembaga keuangan.
Setiap institusi keuangan dapat memiliki hubungan
pinjaman dengan institusi lainnya, sehingga apabila
terdapat nstitusi yang mengalami kesulitan keuangan
atau gagal, hal tersebut dapat mengganggu stabilitas
institusi pemberi pinjaman. Dalam hal ini, keterkaitan
berupa bagaimana institusi A ketika institusi B
mengalami distress.

122
Daftar Pustaka

regulation. Journal of Financial Stability, 3, 224–255.


https://doi. rg/10.1016/j.jfs.2009.02.001
Adrian, T. & B. (2011). CoVaR. Princeton University:
Bendheim Center for Finance.
Baroroh, U. (2012). Analisis Sektor Keuangan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Regional di Wilayah Jawa:
Pendekatan Model Levine. Jurnal Etikonomi, 11(2).
Husnan, Suad. (1992). Efisiensi Pasar Modal Indonesia.
Jurnal Ekonomi Indonesia, 24-34.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_keuangan
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/pasar-
keuangan/default.aspx
Maulidya, Corvia. (2012). Analisis Pasar Uang Antar Bank
di Indonesia. Journal of Economic & Development,
10(1), 56 – 69.
Otoritas Jasa, K. (2018). Statistik Perbankan Indonesia
dan Lembaga Keuangan Non-Bank.
Jogiyanto, Hartono. (2014). Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Yogyakarta: BPFE.

123
Profil Penulis
Ujang Suherman
Awal ketertarikan penulis terhadap ilmu
keuangan dimulai pada tahun 1993 sampai
tahun 1996 silam. Saat itu peulis
melanjutkan kuliah di AKPI (Akademi
Keungan Perbankan Indonesia) Bandung,
setelah menyelesikan sekolah di MA Al-Ahliyah, kemudian
penulis melanjutkan kuliah S-1 di UNSIKA selama 2
tahun 1998 sampai dengan 2000, dan pada tahun 2012
penulis melanjutkan kuliah S-2 di UNSIKA lulus tahun
2014, dan saat ini penulis sedang menyelesaikan S-3 di
PascaSarjana UPI Bandung dengan Konsentrasi
Manajemen Keuangan. Penulis memiliki ketertarikan
terhadap ilmu keuangan yang memiliki korelasi yang
tinggi dengan religiusitas yang menjadikan tekadnya
dalam meneliti bidang keuangan di Indonesia. Dan untuk
mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun
aktif sebagai peneliti di bidang kepakarannya tersebut.
E-mail Penulis: ujang.suherman@ubpkarawang.ac.id

124
10
TINGKAT SUKU BUNGA

Ery Rosmawati, S.E., M.M.


Universitas Buana Perjuangan Karawang

Risiko Sistemik Keuangan

Risiko sistemik merupakan suatu kondisi apabila satu


institusi mengalami kesulitan keuangan (distress), hal ini
akan memicu institusi lain dalam industri keuangan
menjadi distress sehingga dapat menyebabkan bank run
dan runtuhnya sistem keuangan (Adrian & Brunnermeier,
2009). Sementara itu, Acharya (2010) menjelaskan bahwa
risiko sistemik adalah risiko kegagalan bersama yang
timbul dari hubungan antara return pada aset dari sisi
neraca bank atau institusi keuangan.
Keterkaitan keuangan diartikan sebagai saling
keterkaitannya antar institusi keuangan melalui strategi
manajemen aset dan kewajiban dari lembaga keuangan.
Setiap institusi keuangan dapat memiliki hubungan
pinjaman dengan institusi lainnya, sehingga apabila
terdapat nstitusi yang mengalami kesulitan keuangan
atau gagal, hal tersebut dapat mengganggu stabilitas
institusi pemberi pinjaman. Dalam hal ini, keterkaitan
berupa bagaimana institusi A ketika institusi B
mengalami distress.

Pendahuluan

Suku bunga memiliki peranan dan fungsi penting dalam


aktivitas perekonomian. Istilah suku bunga tidak terlepas
dari aktivitas perbankan, di mana selalu berkaitan dengan

125
bidang keuangan. Begitu pentingnya dunia perbankan,
sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan nyawa
untuk menggerakan roda perekonomian suatu negara
(Kasmir, 2012).
Bank berperan sebagai perantara keuangan antara
masyarakat yang membutuhkan dana dengan masyarakat
yang kelebihan dana. Peranan perbankan sebagai
perantara keuangan semakin meningkatkan kebutuhan
masyarakat maupun pemerintah akan keberadaan bank,
yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam suatu negara. Perkembangan bank di
suatu negara dapat dijadikan tolok ukur kemajuan dari
negara tersebut (Nginang, 2017).
Tingkat suku bunga menjadi ukuran berapa biaya atau
pendapatan sehubungan dengan penggunaan uang untuk
periode jangka waktu tertentu. Tingkat suku bunga tinggi
akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung
sehingga jumlah dana yang dihimpun perbankan akan
meningkat. Dana yang dihimpun tersebut pada akhirnya
akan disalurkan kepada masyarakat kembali dalam
bentuk kredit atau pembiayaan (Hidayati, 2014).
Tinggi rendahnya tingkat suku bunga akan memengaruhi
masyarakat dalam mengambil keputusan ekonomi
apakah akan menyimpan uang di bank atau menarik dana
mereka untuk mendapatkan alternatif investasi yang lebih
menarik. Tingkat suku bunga juga akan menjadi
pertimbangan bagi pengusaha atau sektor industri
apakah akan berinvestasi memperluas usaha dengan
mengajukan pembiayaan ataukah menundanya.

Tingkat Suku Bunga

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga bank


diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank kepada
nasabah yang membeli atau menjual produk. Bunga juga
dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan oleh
bank kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan
harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (jika
nasabah memperoleh fasilitas pinjaman). Menurut Hery
(2019), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa

126
yang diberikan oleh bank (yang berdasarkan prinsip
konvensional) kepada nasabah yang menyimpan uangnya
di bank atau yang harus di bayar oleh nasabah peminjam
kepada bank. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga
yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki
simpanan, atau yang harus dibayar kepada bank oleh
nasabah yang memperoleh pinjaman. Andrianto et al.
(2019) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga dari
penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa
atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau
harga dari meninjam uang untuk menggunakan daya
belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Tingkat suku bunga merupakan hal terpenting dalam
upaya peningkatan pendapatan. Naik turunnya tingkat
suku bunga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan
uang (Nginang, 2016). Menurut Boediono yang dikutip
dalam Hasibuan (2011), bahwa tingkat suku bunga atau
rate of interest adalah harga dari penggunaan uang atau
biasa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang
untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut
Nopirin (2011), tingkat suku bunga merupakan salah satu
pertimbangan masyarakat dalam melakukan transaksi
berupa kredit. Jika tingkat suku bunga bank rendah,
maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan
meningkat. Hermawan Darmawi (2006), mendefinisikan
tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator
moneter yang mempunyai dampak dalam beberapa
kegiatan perekonomian, sebagai berikut:
1. Tingkat suku bunga akan memengaruhi keputusan
untuk melakukan investasi yang pada akhirnya akan
memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.
2. Tingkat suku bunga juga akan memengaruhi
pengambilan keputusan pemilik modal apakah ia
akan berinvestasi pada real assets ataukah financial
assets,
3. Tingkat suku bunga akan memengaruhi
kelangsungan usaha pihak bank dan Lembaga
keuangan lainnya.

127
4. Tingkat suku bunga dapat memengaruhi volume uang
beredar.

Jenis-Jenis Suku Bunga

Ismail (2010) membagi suku bunga yang terdapat pada


bank konvensional berdasarkan sifatnya menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Bunga simpanan, merupakan tingkat harga tertentu
yang dibayarkan oleh bank kepada nasabah atas
simpanan yang dilakukannya. Bunga simpanan ini,
diberikan oleh bank untuk memberikan rangsangan
kepada nasabah penyimpan dana agar menempatkan
dananya di bank. Beberapa bank memberikan
tambahan bunga kepada nasabah yang menempatkan
dananya dalam bentuk deposito sejumlah tertentu.
Hal ini dilakukan bank agar nasabah selalu
meningkatkan dana simpanannya.
2. Bunga pinjaman atau bunga kredit, merupakan harga
tertentu yang harus dibayar oleh nasabah kepada
bank atas pinjaman yang diperolehnya. Bagi bank,
bunga pinjaman merupakan harga jual yang
dibebankan kepada nasabah yang membutuhkan
dana. Untuk memperoleh keuntungan, maka bank
akan menjual dengan harga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan harga beli. Artinya, bunga
kredit lebih tinggi dibanding bunga simpanan.
Menurut Mishkin (2007), berdasarkan bentuknya suku
bunga dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai
uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat
dibaca secara umum. Suku bunga ini, menunjukkan
sejumlah rupiah untuk setiap rupiah yang
diinvestasikan.
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah
mengalami koreksi akibat inflasi dan di definisikan
sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

128
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membedakan suku bunga
berdasarkan metode pembebannya. Biasanya cara
pembebanan ini dikaitkan dengan jenis kredit yang
diberikan kepada nasabah. Penggunaan metode yang
berbeda akan memengaruhi jumlah bunga yang dibayar.
Jumlah bunga yang dibayar memengaruhi jumlah
angsuran per bulan, di mana jumlah dari angsuran terdiri
dari pinjaman pokok dan bunga. Jenis bunga
berdasarkan metode pembebanannya sebagai berikut:
1. Suku Bunga Flat
Jumlah bunga yang dibebankan setiap bulan adalah
tetap dan dihitung dari jumlah pokok awal
pinjamannya. Demikian pula cicilan pokok pinjaman
dibagi rata sama setiap bulan, sehingga total
angsuran setiap bulan juga sama sampai kredit
tersebut lunas. Dalam praktiknya, flat rate yang
dikenakan kepada debitur besifat tetap (fixed rate),
sehingga perubahan suku bunga pasar tidak
menimbulkan perubahan kewajiban angsuran
debitur. Suku bunga ini, sering ditemukan pada
kredit pemilikan kendaraan bermotor dan kredit
mikro.
2. Sliding Rate (Bunga Menurun)
Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa
pinjamannya, sehingga jumlah bunga yang dibayar
nasabah setiap bulan menurun seiring dengan
turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi, pembayaran
pokok pinjaman setiap bulan sama. Angsuran
nasabah (pokok pinjaman plus bunga) otomatis akan
menurun setiap bulan. Suku bunga ini disebut juga
bunga efektif. Jenis kredit ini, sering ditemukan
dalam kredit investasi jangka panjang.
3. Annuity Rate (Bunga Anuitas)
Suku bunga ini, termasuk kategori suku bunga
efektif, di mana besar bunga yang dibebankan pada
setiap angsuran kredit bulanan dihitung secara
matematis sehingga total angsuran setiap bulan
nilainya selalu sama dan beban bunga dihitung dari

129
sisa pinjaman setiap bulan. Jenis bunga ini, banyak
ditemukan pada pemberian kredit kepemilikan
rumah.
4. Suku Bunga Mengambang (Floating)
Metode floating rate membebankan besar kecilnya
bunga kredit dikaitkan dengan bunga yang berlaku di
pasar, sehingga bunga yang dibayar setiap bulan
sangat tergantung dari suku bunga pasar pada bulan
tersebut. Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih
tinggi atau lebih rendah atau sama dari bulan
sebelumnya. Jenis bunga ini, banyak ditemukan pada
kredit modal kerja dan kredit investasi.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suku Bunga

Suku bunga merupakan balas jasa yang dibayarkan atas


penyimpanan dana berupa bunga simpanan, atau yang
harus dibayarkan atas peminjaman dana berupa bunga
pinjaman (kredit) dengan presentasi tertentu yang
besarnya sudah ditentukan oleh pihak bank berdasarkan
periode tertentu. Bunga simpanan dan bunga pinjaman
saling memengaruhi satu sama lainnya, jika bunga
simpanan tinggi, maka bunga pinjaman pun akan ikut
tinggi, begitu juga sebaliknya.
Menurut Ismail (2010), di samping adanya keterikatan
antara suku bunga simpanan dan kredit, terdapat
beberapa faktor lainnya yang memengaruhi besarnya
suku bunga antara lain:
1. Kebutuhan Dana
Besarnya suku bunga dapat dipengaruhi oleh
kebutuhan dana bagi pihak yang memerlukannya.
Sifat kebutuhan dana tersebut dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
a. Keharusan, merupakan kebutuhan dana yang
mendesak yang tidak mungkin ditunda. Apabila
pihak yang membutuhkan dana tersebut dalam
kondisi sangat memerlukannya, maka akan
berpengaruh pada tingkat bunga, dan pihak

130
kreditor dapat meminjamkan dananya dengan
bunga yang lebih tinggi dibanding market rate.
b. Kebutuhan, merupakan kebutuhan dana yang
harus ada akan tetapi, kebutuhannya tersebut
masih bisa ditunda untuk beberapa waktu. Oleh
karena itu, sifat kebutuhannya tidak mendesak,
maka suku bunga yang diperoleh akan sama
dengan market rate.
c. Keinginan merupakan kebutuhan dana yang tidak
harus ada, akan tetapi merupakan tambahan
dana untuk memperluas usaha nasabah.
Perluasan usaha dapat meingkatkan keuntungan
yang lebih tinggi. Tambahan dana tersebut tidak
harus dipenuhui, karena sifatnya tidak mendesak
dan bisa diabaikan, oleh karena itu debitur bisa
memperoleh tingkat bunga yang lebih rendah
dibanding suku bunga pasar.
2. Persaingan Antarbank
Bank tidak dapat menentukan suku bunga sesuai
dengan keinginan bank saja. Akan tetapi, ada faktor
lain yang diperhatikan, yaitu suku bunga yang
diberikan oleh pesaing. Pada umumnya, bank akan
membeli dan menjual bunga tidak jauh berbeda
dengan tingkat suku bunga di pasar. Bank akan
menyalurkan kredit dengan suku bunga sesuai
dengan suku bunga di pasar.
3. Kebijakan Pemerintah
Bank harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam
menentukan besarnya tingkat suku bunga. Misalnya,
apabila tingkat suku bunga sertfikat Bank Indonesia
12%, maka bank umum tidak diperbolehkan
menawarkan produk pendanaannya dengan tingkat
bunga yang lebih tinggi dari BI rate.
4. Target Laba yang Diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba
yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut
besar, begitupun sebaliknya.

131
5. Jangka Waktu
Faktor jangka waktu, merupakan faktor yang penting
dalam menetapkan suku bunga. Semakin lama jangka
waktu yang diperjanjikan, akan semakin besar
kemungkinan adanya fluktuasi bunga dalam market
rate, sehingga semakin lama jangka waktunya akan
semakin besar tingkat bunganya. Misalnya, bunga
deposito dengan jangka waktu satu tahun akan lebih
tinggi dengan jangka waktu 1 bulan. Di sisi lain,
bunga untuk pinjaman modal kerja dengan jangka
waktu 1 tahun akan lebih rendah dibanding bunga
kredit konsumtif dengan jangka waktu 10 tahun.
6. Kualitas Jaminan
Dalam menentukan besarnya bunga kredit yang akan
diberikan kepada debitur, bank juga melihat
jaminannya. Terdapat beberapa kekayaan yang dapat
digunakan sebagai agunan/jaminan. Apabila agunan
tersebut marketable, mudah diperjualbelikan, serta
nilai agunan tersebut stabil atau meningkat, maka
bank dapat memberikan bunga kredit yang lebih
rendah, karena risiko tidak tertagihnya kredit debitur
dapat ditutup adanya agunan yang layak.
7. Reputasi Nasabah
Bank akan lebih aman dalam memberikan kredit
kepada nasabah yang mempunyai reputasi usaha,
karena jaminan pembayaran atas kredit yang
diberikan akan lebih besar. Biasanya, bank akan
memperebutkan debitur yang mempunyai reputasi
usaha yang baik. Oleh karena itu, bank sebagai
kreditur tidak dapat membebankan bunga sesuai
dengan pasar, akan tetapi akan lebih rendah dengan
bunga di pasar.
8. Produk
Produk yang ditawarkan oleh bank sangat bevariasi,
sehingga bunga yang akan diberikan kepada nasabah
penyimpan dana maupun bunga yang diberikan
kepada nasabah peminjam juga tergantung pada jenis
produknya. Semakin banyak fasiltas yang diberikan

132
dalam produk tertentu, akan semakin menarik bunga
yang ditawarkan.
9. Hubungan Baik
Hubungan antara bank dengan nasabah juga akan
berpengaruh pada besarnya bunga. Apabila nasabah
tersebut merupakan nasabah prima, nasabah yang
telah memiliki hubungan baik dengan bank dan
selama menjadi nasabah bank tidak pernah wan
prestasi, maka bank akan memberikan bunga lebih
rendah. Misalnya, debitur yang sudah bertahun-
tahun menjadi debitur dan tidak pernah menunggak
dalam melakukan pembayaran angsurannya, maka
bank dapat memberikan bunga lebih rendah
dibanding nasabah lain. Bagi nasabah penyimpan
dana, apabila nasabah tersebut telah menjadi
nasabah lama dengan nominal dana yang lebih tinggi
dibanding nasabah lain, maka bank dapat
memberikan tambahan bunga, berupa special rate.
10. Risiko
Risiko merupakan faktor penting yang digunakan oleh
bank untuk menentukan besarnya suku bunga.
Risiko kredit terkait dengan beberapa aspek antara
lain, tujuan penggunaan kredit, sektor usaha dan
jangka waktu. Misalnya, kredit untuk tujuan modal
kerja di sektor perdagangan dengan jangka pendek
akan lebih rendah bunganya dibandingkan kredit
investasi untuk sektor pertanian dengan kredit jangka
panjang, karena risikonya bebeda.

Komponen Penentu Bunga Kredit

Bunga pinjaman (kredit) merupakan pendapatan yang


akan diterima dari nasabah. Agar memperoleh
keuntungan, bank menetapkan bunga kredit lebih besar
dari pada bunga simpanan. Dalam menentukan besar
kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada
debitur terdapat beberapa komponen yang harus
diperhatikan. Menurut Hery (2019) komponen penentu
suku bunga kredit adalah:

133
1. Total Biaya Dana ( Total Cost Of Fund)
Biaya dana merupakan bunga yang dikeluarkan oleh
bank untuk memperoleh dana simpanan, baik dalam
bentuk simpanan giro, tabungan, maupun deposito.
Semakin besar bunga simpanan, maka semakin tinggi
pula biaya dananya. Untuk menghitung total biaya
dana, suku bunga simpanan dibagi dengan 95%
(100%-5%), di mana angka 5% ini merupakan
besarnya cadangan wajib (Reserve Requirement) yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan
oleh bank dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji
pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan
sarana dan prasarana, serta biaya-biaya lainnya
3. Cadangan Risiko Kredit Macet
Cadangan risiko ini merupakan cadangan terhadap
keumungkinan terjadinya risiko kredit yang tidak
dapat terbayarkan. Risiko ini, dapat timbul baik
karena unsur kesengajaan maupun tidak sengaja.
Pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap
antisipasi dalam menghadapi ktedit macet, dengan
cara membebankan sejumlah prsentase tertentu
terhadap besarnya kredit yang disalurkan.
4. Laba yang Diinginkan
Setiap kali dalam melakukan transaksi, pihak bank
tentu saja menginginkan adanaya laba yang
maksimal. Besarnya laba yang diinginkan ditentukan
oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat
penentuan besarnya laba ini akan memengaruhi
besarnya bunga kredit. Dalam hal ini, biasanya pihak
bank selain menimbang suku bunga pesaing juga
melihat apakah si calon peminjam (debitur)
merupakan nasabah utama atau bukan, serta melihat
jenis sektor usaha yang dibiayai. Jika untuk proyek
pemerintah atau untuk pengusaha (rakyat) kecil,

134
maka penetapan besarnya laba pun berbeda dengan
yang untuk komersil.
5. Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan
pemerintah kepada pihak bank yang memberikan
fasilitas kredit kepada nasabahnya dan memperoleh
laba. Pajak ini dikenakan 20% dari laba yang
diinginkan bank.

Fungsi Suku Bunga

Adanya suku bunga, akan menarik minat masyarakat


untuk menyimpan uang di bank, selanjutnya bank akan
menyalurkannya dalam bentuk pinjaman baik untuk
kredit konsumtif ataupun proyek investasi yang
menjanjikan hasil tertinggi guna mendukung
pertumbuhan ekonomi. Tingkat suku bunga diatur dan
ditetapkan pemerintah yang bertujuan untuk menjaga
kelangsungan perekonomian suatu negara.
Menurut Pusporantoto (2004), tingkat suku bunga
mempunyai fungsi atau peran penting dalam
perekonomian, yaitu:
1. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan
permintaan akan uang dari suatu negara.
2. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan
pemerintah melalui pengarunhya terhadap jumlah
tabungan dan investasi.
Sedangkan menurut sunariyah (2013), tingkat bunga
pada suatu perekonomian memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Sebagai daya tarik investor untuk menginvestasikan
danaya.
2. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol
bagi pemerintah terhadap dana langsung atau
investasi pada sektor-sektor ekonomi.
3. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat
moneter dalam rangka mengendalikan penawaran

135
dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat suku bunga
untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya
tingkat suku bunga dapat digunakan untuk
mengontrol tingkat inflasi.

Suku Bunga Acuan

Semakin ketatnya persaingan antar bank membuat bank


berlomba lomba memberikan pelayanan yang terbaik
untuk nasabahnya terutama pemberian suku bunga, baik
suku bunga simpanan ataupun suku bunga pinjaman.
Tingkat suku bunga merupakan salah satu hal yang akan
menjadi pertimbangan bagi nasabah untuk memutuskan
menyimpan ataupun meminjam uang di perbankan
tertentu. Sehingga, seringkali terjadi perang suku bunga
antarbank guna menarik dana dari masyarakat dengan
menawarkan bunga yang cukup tinggi untuk simpanan
ataupun bunga yang lebih rendah untuk bunga pinjaman.
Sebagai penanggung jawab kebijakam ekonomi
masyarakat, Bank Indonesia membuat berbagai
kebijakan, salah satunya adalah menetapkan Bank
Indonesia Rate (BI Rate). Berdasarkan situs resmi Bank
Indonesia, BI rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat dewan Gubernur bulanan. Di
dunia keuangan, BI Rate adalah standar suku bunga
wajib yang dijadikan acuan seluruh lembaga perbankan
di Indonesia dalam memberikan bunga atas simpanan
ataupun menerima bunga kredit atas kegiatan
pembiayaan.
Tujuan penetapan BI rate adalah untuk menjaga
kestabilan ekonomi dan mengontrol inflasi. Inflasi atau
peningkatan harga secara terus menerus akan
memengaruhi jumlah produksi suatu barang, jumlah
peredaran mata uang dalam negeri dan permintaan
menjadi turun. Saat inflasi meningkat, maka BI rate juga

136
ikut naik begitu pula suku bunga kredit dan deposito juga
akan naik, sehingga mengurangi laju peredaran uang di
masyarakat. Sedangkan jika perekonomian lemah, maka
Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate untuk
menstimulus perkembangan industri kecil dan sektor
perekonomian lainnya. Dengan demikian, pemerintah
diharapkan dapat mengendalikan laju inflasi agar
perekonomian negara tetap stabil.
Sejak 19 agustus 2016, bank Indonesia
mengimplementasikan suku bunga acuan atau kebijakan
baru yaitu BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
menggantikan BI rate. Instrumen BI-7 Day Reverse Repo
Rate digunakan sebagai suku bunga acuan baru karena
dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan
dan sektor riil. Dengan penggunaan Instrumen BI-7Day
Reverse Repo Rate sebagai suku bunga kebijakan baru,
terdapat tiga dampak utama yang diharapkan, yakni:
1. Menguatnya sinyal kebijakan moneter dengan BI-7
Day Reverse Repo Rate sebagai acuan utama di pasar
keuangan.
2. Meningkatnya efektivitas trasnsmisi kebijakan
moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku
bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.
3. Terbentunya pasar keuangan yang lebih dalam,
khusunya transakksi dan pembentukan struktur
suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) untuk
tenor 3-12 bulan.

Suku Bunga Dasar Kredit

Bank Indonesia merilis Surat Edaran (SE) tentang


kewajiban bank mengumumkan suku bunga dasar kredit
(SBDK) atau prime lending mulai 31 Maret 2011.
Kewajiban ini bertujuan untuk meningkatkan
transparansi produk perbankan, termasuk manfaat,
biaya, dan risiko, sehingga debitur dapat melakukan
perbandingan menganai SBDK antarbank dalam
memutuskan pengajuan kredit. Kewajiban publikasi ini,
dilakukan setiap bulan yang dipublikasi di kantor cabang,

137
dan situs web bank. SBDK digunakan sebagai dasar bagi
bank dalam menetapkan suku bunga kredit yang
dilakukan berdasarkan tiga komponen, yaituharga pokok
dana untuk kredit, biaya overhead yang dikeluarkan bank
dalam proses pemberian kredit, dan marjin keuntungan.
SBDK belum memperhitungkan komponen estimasi premi
risiko yang besarnya tergantung dari penilaian bank
terhadap risiko masing-masing debitur atau kelompok
debitur. Sehingga besarnya suku bunga kredit yang
dikenakan kepada debitur belum tentu sama dengan
SBDK. Perhitungan SBDK berlaku untuk kedit yang
diberikan dalam mata uang rupiah untuk kredit
korporasi, kredit ritel, kredit mikro, dan kredit konsumsi-
KPR (Kredit kepemilikan rumah) dan non-KPR (Non Kredit
Kepemilikan Rumah) tidak termasuk kartu kredit dan
Kredit Tanpa Agunan (KTA). Dengan adanya SBDK, akan
mendorong kompetensi yang sehat dalam industri
perbankan dan menjadi pertimbangan bagi debitur dalam
memilih bank yang akan menjadi krediturnya serta
memantau pergerakan suku bunga kredit.

138
Daftar Pustaka

Andrianto, Fatihudin, D., dan Firmansyah, A. (2019).


Manajamen Bank. Surabaya: CV Qiara Medika.
Darmawi, Hermawan. (2006). Pasar Fiansial dan
Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Bank Indonesia. (2020), Apa Itu BI-7 Day Reverse Repo
Rate (BI7DRR). Retrieved from
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/bi-
7day-rr/default.aspx
Ismail. (2010). Manajemen Perbankan, dari Teori Menuju
Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kasmir. (2004). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT
Rajagrafindo Perkasa.
Kasmir. (2012). Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi,
Cetakan Kesepuluh. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Edisi Revisi, Cetakan Keempatbelas. Jakarta: PT
Rajagrafindo Perkasa
Mishkin, Frederic S. (2008). Ekonomi uang, Pebankan, dan
Pasar Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Hidayati, A. N. (2014). Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Kurs
terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. An-
Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 1(1), 72-97.
Nopirin. (2011). Ekonomi Moneter Buku I (4th ed).
Yogyakarta: BPFE.
Nginang, Y. (2016). Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan
Promosi terhadap Perolehan Deposito pada PT Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Doctoral Dissertation.
Universitas Negeri Makassar.
Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Buku 2 Perbankan Seri
Literasi Keuangan Perguruan Tinggi. Retrieved from

139
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/frontend/literasipergu
ruantinggi/book/book2/reader.html
Puspopranoto, Sawaldjo. (2004). Keuangan Perbankan
dan Pasar Keuangan. Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia.
Sunariyah. (2013). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.
Yogyakarta: UPP-STIM YKPN Yogyakarta.

140
Profil Penulis
Ery Rosmawati
Ketertarikan penulis terhadap ilmu
manajemen dimulai pada tahun 1999 silam.
Hal tersebut membuat penulis memilih untuk
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi
dan berhasil menyelesaikan studi S-1 di prodi Manajemen
Universitas Pakuan Bogor dan berhasil lulus pada tahun
2003. Pada tahun 2013, penulis melanjutkan studi S-2 di
prodi Magister Manajemen pada Universitas Widyatama
dengan gelar akademik Magister Manajemen (MM). Saat
ini, penulis adalah Dosen Tetap di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Buana Perjuangan karawang. Penulis
memiliki pengalaman bekerja di PT. Dawoo Chemical
Indonesia sebagai Staff Finance pada tahun 2003. Pada
tahun 2005, penulis mulai bekerja di Bank OCBC NISP
dengan jabatan terakhir sebagai Operation Manager
tahun 2021. Dengan masa kerja lebih dari 15 tahun di
bidang perbankan, penulis berharap bisa memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan negara tercinta ini
dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan.
E-mail Penulis: eryrosmawati@ubpkarawang.ac.id

141
142
11
SAHAM DAN OBLIGASI

Shinta Abdul Rahman, M.Si


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua

Saham

Saham adalah tanda bukti kepemilikan modal atau dana


pada suatu perusahaan atau kertas yang di dalamnya
tertera dengan rinci dan jelas nilai nominal, nama
perusahaan dan diikutsertakan dengan kewajiban yang
dijelaskan kepada setiap pemegangnya (Fahmi, 2013).
Saham merupakan salah satu pilihan investasi yang
dapat dipilih. Melakukan investasi dengan membeli suatu
perusahaan, berarti investor telah mengivestasikan uang
atau dananya dengan harapan keuntungan hasil
penjualan kembali sahamnya.

Jenis-Jenis Saham

Terdapat beberapa sudut pandang untuk membedakan


jenis-jenis saham. Ditinjau dari segi kekampuan dalam
hak tagih atau klaim, sehingga saham dibedakan menjadi
dua, yaitu saham biasa (commom stoks) dan saham
preferen (preferred stoks) menurut Hadi (2015)
1. Saham biasa (Commom stoks). Saham biasa
merupakan saham yang menempatkan pemiliknya
pada posisi paling akhir terhadap klaim. Seorang
pemegang saham atau investor, akan mendapatkan
keuntungan dari perusahaan ketika perusahaan
memperoleh keuntungan atau laba. Pembagian
keuntungan (dividen) dan penjualan aset perusahaan

143
apabila terjadi likuidasi akan dibagikan kepada
pemegang saham biasa namun pada prioritas yang
paling akhir.
2. Saham preferen (Preferred stoks). Saham Preferen
adalah gabungan antara saham biasa (hybrid) dan
obligasi. Hal ini berarti bahwa di samping memiliki
kharakteristik seperti obligasi, juga memiliki
kharakteristik seperti saham biasa. Karakteristik
obligasi artinya saham preferen memberikan hasil
yang tetap seperti bunga obligasi dan pada umumnya
terdapat pilihan tertentu atas pembagian dividen pada
saham preferen.
Ada investor saham preferens yang menginginkan
pembagian dividen yang jumlah besarannya sama
setiap tahun, dan ada juga yang menginginkan
pembagian dividen didahulukan dan lain sebagainya.
Karakteristik saham biasa yaitu tidak selamanya
saham preferens mampu memeberikan penghasilan
seperti keinginan dari pemegang saham. Saham
preferen adalah saham yang memberikan prioritas
pilihan kepada pemegangnya. Prioritas yang
ditawarkan pada saham preferen adalah sebagai
berikut:
a. Prioritas pembayaran, pembayaran dividen
menjadi prioritas untuk didahulukan.
b. Dividen tetap, dividen dengan jumlah tetap dpat
menjadi hak dari pemodal.
c. Dividen kumulatif, pembayaran semua devide
yang terutang pada tahun-tahun seblumnya
dapat menjadi hak pemodal.
d. Convertible preferen stok, saham preferen yang
dipagang oleh pemodal dapat dituykar dengan
saham biasa oleh pemodal.
e. Adjustable dividend, prioritas pembayaran dividen
yang akan didapatkan oleh pemodal dapat
menyesuaikan dengan saham biasa.

144
Ditinjau dari segi cara peralihan saham, sehingga saham
dibedakan menjadi dua, yaitu saham atas unjuk (bearer
stok) dan saham atas nama (registered stok) (Hadi, 2015):
1. Saham atas unjuk (bearer stok) merupakan saham
yang nama pemiliknya tidak tertulis sehingga saham
ini sangat mudah dialihkan atau dipindahtangankan
kepemilikkannya. Hal ini membuat saham ini
memiliki likuiditas yang lebih tinggi. Penyimpanan
saham jenis ini harus berhati-hati, karena siapa saja
yang bisa menunjukkan sertifikat saham jenis ini
artinya ia dapat menghadiri Rapat Umum Pemegang
Saham dan memiliki hak suara. Dan jika sertifikat
saham ini hilang atau pindah tangan duplikat tidak
dapat diberikan.
2. Saham atas nama (registered stok) merupakan saham
yang nama pemiliknya tertulis dengan jelas serta
peralihannya harus melalui prosedur tertentu. Harus
tercatat dalam buku khusus nama pemegang saham
jenis ini, buku khusus yang tercantum seluruh daftar
nama pemegang saham perusahaan. Sertifikat saham
dapat diduplikat jika hilang karena pemegang saham
tercatat oleh perusahaan.
Ditinjau dari segi kinerja peralihan saham, sehingga
saham dibedakan menjadi enam, yaitu blue chip stok
(saham unggulan), saham pendapatan (income stock),
saham pertumbuhan (growth stock/well-known), saham
spekulatif (speculative stock), saham siklikal (counter
cyclical stock), dan saham bertahan
(devensive/countercyclical stock) (Hadi, 2015):
1. Blue chip stok (Saham unggulan) merupakan saham
biasa dari perusahaan yang dikenal secara nasional
dan memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin pasar
dari industri sejenisnya, memiliki laba yang stabil dan
pembagian dividen yang konsisten.
2. Saham pendapatan (Income stock) merupakan saham
dari emiten yang mampu memberikan pembagian
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang telah
dibayarkan pada tahun sebelumnya. Pendapatan

145
yang tinggi dengan teratur membagiakn dividen tunai
mampu dilakukan oleh emiten pada saham jenis ini.
3. Saham pertumbuhan (Growth stock/well-know),
merupakan saham yang berasal dari emiten yang
memiliki pertumbuhan laba yang tinggi dan menjadi
pemimpin pasar industri sejenis. Price Earning (PER)
yang tinggi pada saham ini. Namun, terdapat juga
growth stock (lesser known) yaitu saham yang bersala
emiten yang tidak berperan sebagai pemimpin pasar
industri namun memiliki ciri growth stock.
4. Saham spekulatif (Speculative stock), saham jenis ini
berasal dari emiten yang tidak bisa secara terus-
menerus mendapatkan potensi laba dari tahun ke
tahun. Namun, emiten pada saham ini berpotensi
menghasilkan laba pada masa yang akan datang
walaupun tidak ada jaminan kepastian keuntungan.
5. Saham siklikal (Counter cyclical stock), saham jenis ini
cenderung lebih stabil tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
Sehingga pada saat resesi ekonomi harga saham ini
akan tetap tinggi
6. Saham bertahan (Devensive/countercyclical stock),
saham jenis ini cenderung lebih stabil tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi,
harga saham ini akan tetap tinggi dan mampu
membagikan dividen yang tinggi, sehingga dapat
dipastikan emiten ini, mampu mendapatkan laba
yang tinggi pada saat kondisi resesi sekalipun.

Harga Saham

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia Harga saham


adalah harga yang ditetapkan oleh suatu perusahaan bagi
pihak lain yang ingin memiliki hak kepemilikan saham.
Harga saham adalah nilai yang mecerminkan kekayaan
perusahan yang mengeluarkan saham, di mana terdapat
perubahan dan fluktuasi yang sangat ditentukan oleh

146
banyaknya permintaan dan penawaran yang terjadi di
pasar bursa (Sulia, 2017).
Harga saham akan naik jika banyak investor yang
membeli atau menyimpan saham dan sebaliknya, harga
saham akan turun jika semakin banyak investor yang
inigin menjual atau melepas saham.

Keuntungan dan Kerugian Memiliki Saham

Seperti investasi pada umumnya, pada investasi saham


seorang calon investor harus mampu melihat faktor
internal (kelebihan dan kelemahan) dan faktor external
(peluang dan ancaman) dari perusahaan yang kan
dibelinya. Semakin tinggi potensi keuantungan yang akan
diterima, maka akan semakin besar risiko yang terjadi.
Adapun keuntungan dan risiko yang akan diterima
investor (Dwik Suryacahyani Gunadi and Widyatama,
2021):
1. Kenaikan harga atau capital gain merupakan
keuntungan yang diperoleh investor bila harga beli
saham lebih rendah dari harga jualnya. Namun, jika
yang terjadi sebaliknya, maka investor tersebut
mengalami yang namanya capital loss, di mana harga
jual lebih rendah dari harga beli. Risiko terbesar dari
seorang investor adalah risiko liquidasi, di mana
emiten dinyatakan bangkrut atau dibubarkan. Pada
kondisi ini investor akan mendapatkan pengembalian
paling akhir setlah semua keajiban perusahaan
terpenuhi setlah itu akan dibagikan sisanya kepada
seluruh investor secara proposional
2. Dividen atau bagi hasil, apabila emiten mendapatkan
profit yang meningkat dan perusahaan memperoleh
keuntungan, maka investor akan memeproleh dividen
diakhir periode. Namun sebaliknya, jika mengalami
kerugian saat tutup buku pada tahun tersebut maka
investor tidak memperoleh dividen pada akhir periode.
Dividen atau bagi hasil merupakan keuntungan yang
dibagikan kepada pemegang saham yang berasal dari
kemampuan emiten untuk menghasilkan laba bersih
dari operasionalnya.

147
Pendapatan bersih setelah pajak (income after tax)
merupakan laba bersih yang dimaksud. Berdasarkan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maka
pembagian dividen dapat dilakukan. Dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham bisa berupa
dividen tunai (cash dividend) yang artinya setiap
pemegang saham mendapatkan dividen berupa uang
tunai. Atau bisa juga dalam bentuk dividen saham
(stock dividen) yang artinya setiap pemeganag saham
mendapatkan saham baru sesuai dengan proporsi
tertentu.

Return dan Risiko

Dalam berinvestasi seorang investor perlu memeprhatikan


perimbangan antara risiko (risk) dan harapan keuntungan
(expected return) dengan baik dan penuh perhitungan.
Perubahan-perubahan yang sumbernya di luar investasi
sangat memengaruhi besar kecilnya besar kecilnya
investasi pengembalian yang diharapkan, sehingga
dibutuhkan informasi yang relevan pada setiap
instrument invesatsi yang akan dipilih oleh investor (Didit
Herlianto, 2013).
Pada dasarnya tujuan utama berinvestasi yaitu
memaksimalkan return, dengan memperhatikan faktor
risiko yang harus dihadapi. Return adalah bagian yang
menjadi motivasi investor untuk melakukan investasi dan
juga merupakan impalan atas keberanian investor dalam
menanggung risiko tersebut. Tidaklah mudah untuk
mengetahui secara pasti besarnya return yang akan
diperoleh dari suatu investasi pada masa depan. Pada
masa yang akan datang, return investasi yang didapatkan
mungkin berbeda dari investasinya. Sehingga, penting
sekali bagi seorang investor untuk memahami segala
risiko dalam berinvestasi untuk menghindari atau
mengantisipasi serta meminimalkan terjadinya kerugian
dalam berinvestasi (Didit Herlianto, 2013).

148
Mengukur Return

Pada dasarnya, tujuan utama berinvestasi yaitu


memaksimalkan return. Return dapat berupa return
realisasi maupun return ekspektasi (Didit Herlianto,
2013):
1. Return Realisasi (Realized Return)
Return yang telah terjadi dan perhitungannya
berdasarkan data historis. Pentingnya return realisasi
ini, karena digunakan sebagai salah satu acuan dalam
mengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai
dasar untuk menentukan return ekspetasi dalam
mengukur risiko pada masa depan.
2. Return ekspetasi (Expected return)
Return ini merupakan return yang diharapkan oleh
investor pada masa yang akan datang. Return
ekspetasi ini, bersifat belum terjadi, berbeda dengan
return realisasi yang sifatnya sudah terjadi.

Penentuan ROR Individual

Di sini, menyangkut modal awal dan modal akhir investor


(terkait dengan perubahan kekayakaan investor dari awal
sampai akhir periode atau Rate of Return satu periode
sekuritas). Dapat digunakan persamaan di bawah ini
untuk menentukan besarnya Rate of Return atau
sekuritas pada suatu periode (Didit Herlianto, 2013):

Penentuan ROR Portofolio

Di sini, terkait dengan return realisasi portofolio yang


merupakan rata-rata tertimbang dari return-return
realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam
portofolio tersebut. Perhitungan ROR portofolio dapat
menggunakan rumus seabagai berikut: (Herlianto, 2013

149
Dimana:
rp = ROR portofolio, W1 = harga awal pembelian
keseluruhan sekuritas (t0)
W0 = nilai pasar akhir keseluruhan sekuritas (t1)

Mengukur Expected Return dan Risiko Portofolio

Rata-rata tertimbang dari dari return-return ekspetasi


masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio
disebut return ekspetasi portofolio. Perhitungan
pengembalian yang diharapkan dari portofolio (experted
return portofolio) dapat dilakukan dengan du acara
berikut (Didit Herlianto, 2013):
1. Menentukan nilai akhir periode.
Rumus untuk menghitung pengembalian yang
diharapkan sama dengan rumus penentuan ROR
portofolio:

2. Menggunakan pengembalian sekuritas yang


diharapkan.
Terdapat prosedur untuk menhitung pengembalian
yang diharapkan, pertama mencari proporsi nilai awal
potopolio dan pengembalian dari masing-masing
sekuritas, kedua menjumlahkan perkalian dari kedua
hasil tersebut. Berikut rumus untuk cara kedua ini.

Dimana :
E(rr) = Pengembalian yang diharapkan portofolio
(expected return portfolio)
Xi = Proporsi nilai portofolio awal yang diinvestasikan
ke sekuritas i
ri = Pengembalian yang diharapkan dari sekuritas i
n = Jumlah sekuritas di portofolio

150
Mengukur risiko salah satunya dengan deviasi standar
(standar deviations) atau varians (variance) yang
merupakan kuadrat dari deviasi standar. Estimasi
kemungkinan perbedaan pengembalian yang
sesungguhnya (actual return) dengan pengembalian yang
diharapkan (expected return) merupakan standar deviasi
(variance) (Didit Herlianto, 2013).
Harrry M. Markowitz yang diikuti oleh Herlianto
menyatakan bahwa pada umumnya, risiko mungkin
dapat diminimalisir dengan menggabungkan beberapa
sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio. Risiko
portofolio didefinisikan sebagai ukuran statistika yang
disebut varians, yang secara khusus mengkuantifisir
risiko sebagai pengembalian yang diharapkan dari
sekuritas dalam bentuk portofolio (Didit Herlianto, 2013).
Terdapat konsep yang sama pada devianas standar dan
varians di mana semakin besar dividen standar dan
varians maka semakin besar risiko investasi

Obligasi

Obligasi merupakan suatu surat berharga yang dijual


kepada masyarakat luas di mana tercantum berbagai
ketentuan yang menerangkan berbagai hal seperti
nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama
penerbit dan ketentuan-ketentuan lainnya yang dijelakan
dalam undang-undang yang disahkan oleh lembaga
terkait (Fahmi, 2013). Di sisi lain, dijelaskan juga definisi
dari obligasi, yaitu surat tanda hutang jangka Panjang
dari emiten yang menerbitkan. Umumnya, jangka waktu
obligasi sekitar 5 sampai 20 tahun. Bagi penerbit obligasi,
obligasi merupakan suatu cara untuk mengurangi biaya
intermediasi keuangan karena perolehan dananya
langsung dari masyarakat tanpa melalui bank.
Sedangkan bagi investor (penanam modal), obligasi
merupakan salah satu invesatsi yang lebih
menguntungkan karena umumnya bunga yang diberikan
lebih tinggi daripada deposito (Martalena and Malinda,
2019).

151
Syarat Sebuah Perusahaan Berhak Menerbitkan
Obligasi

Berikut ini meupakan beberapa syarat yang harus


dipenuhi Jika sebuah perusahaan berkeinginan untuk
menerbitkan obligasi, yaitu (Fahmi, 2013):
1. Mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
Badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan
(BAPEPAM-LK), salah satunya mengajukan pada
BAPEPAM-LK bahwa perusahaan yang bersangkutan
berkeinginan menerbitkan obligasi dan penetuan
kelayakan akan dinyatakan oleh BAPEPAM-LK.
2. Memiliki nama dan reputasi yang baik bagi
perusahaan yang akan menerbitkan obligasi.
3. Perusahaan yang bersangkutan harus memiliki
laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan
yang terdaftar.
4. Perusahaan selalu mendapatkan keuntungan serta
tidak mengalami kerugian pada dua sampai tiga
tahun terakhir.
5. Syarat sebuah perusahaan berhak menerbitkan
obligasi.

Pihak yang Berhak Menerbitkan Obligasi

Obligasi diterbitkan oleh pihak-pihak yang mempunyai


legilitas hukum, karena hal ini berkaitan dengan
pertanggungjawaban pada masa depan seperti
ketidakmampuan menyelesaikan persoalan dan
sebagainya. Berikut terdapat beberapa pihak yang
menerbitkan obligasi, yaitu (Fahmi, 2013):
1. Perusahaan,
2. Pemerintah,
3. Pemerintah negara bagian (di Indonesia biasa disebut
Pemda),
4. Pemerintah asing,

152
5. Perusahaan asing.

Alasan bagi Sebuah Perusahaan Menerbitkan Obligasi

Berikut adalah beberapa alasan yang mendasari atau


keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam
menerbitkan obligasi, yaitu (Fahmi, 2013):
1. Bunga obligasi yang ditetapkan biasanya tidak terlalu
tinggi.
Dalam penerbitan obligasi biayanya lebih murah jika
dibandiungkan menerbitkan saham, karena pada
penerbitan sahama hitungannya adalah per lot di
mana 1 lot sama dengan 500 lembar.
2. Jika terjadi kendalamn dalam pembayaran obligasi
pada saat obligasi dijual ke publik, perusahaan dapat
melakukan penyelesaiannya dengan mengalihkan
pemegang obligasi menjadi pemegang saham yang
biasa dikenal dengan obligasi kinversi.
BAPEPAM-LK sebagai pengawas ketat dalam penerbitan
obligasi bagi perusahaan perusahaan yang akan
menerbitkan obligasi.

Alasan Pembelian Obligasi

Ada beberapa alasan yang mendasari seseorang akan


melakukan pembelian obligasi, yaitu (Fahmi, 2013):
1. Tingkat suku bunga pada obligasi tetap, sehingga
obligasi jauh dari risiko.
2. Penerbitan obligasi hanya dilakukan oleh institusi
yang memiliki badan hukum yang jelas, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan serta penyelesaian
masalahnya memiliki mekanisme yang jelas.
3. Obligasi yang dimiliki seorang investor dapat
dipertahankan hingga waktu jatuh tempo tiba, setelah
itu investor dapat mengambil atau memperoleh
penmdapatan tersebut untuk diinvestasikan kembali.

153
4. Obligasi dapat dijadikan jaminan jika investor sebagai
pemegang obligasi terdesak hutang atau faktor
tagihan dari pihak lain.
5. Pengaruh penilaian public terhadap kapasitas
finansial yang dianggap kuat atau perusahaan
dianggap naik, jika sebuah isntitusi mampu membeli
berbagai jenis obligasi dari berbagai perusahaan,
negara, dan pemerintah negara bagian.

Jenis-Jenis Obligasi

Terdapat beberapa jenis obligasi yang terbagi menjadi


beberapa bagian, yaitu (Martalena and Malinda, 2019):
1. Berdasarkan bunga kupon yang diberikan:
a. Obligasi sederhana, selama jangka waktu pada
obligasi ini bunga (kupon) yang ditawarkan
bersifat tetap.
b. Obligasi dengan tingkat bunga mengembang,
terdapat tingkat Bunga tertentu di atas deposito
yang ditawarkan pada jenis obligasi ini. Bisa saja
pada tahun awal tingkat bunga tetap namun pada
tahun berikutnya tingkat bunga mengembang
atau naik.
c. Obligasi dengan tingkat bunga nol, obligasi jenis
ini biasanya dijual dengan diskon dan dilunasi
sesuai dengan nilai nominal pada akhir periode
atau disebut dengan Zero Coupon Bond.
2. Berdasarkan perusahaan:
a. Obligasi Pemerintah
Obligasi jenis ini diterbutkan oleh pemerintah dari
suatu negara. Obligasi pemerintah dibagi menjadi
dua, yaitu:
1) Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bond)
Obligasi pemerintah pusat merupakan surat
hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh
pemerintah pusat suatu negara untuk
membiayai aktivitas kegiatan pemerintah.
154
2) Obligasi Pemerintah Daerah (Municipal Bond)
Pemerintah daerah menerbitkan surat hutang
jangka panjang yang diperuntukkan pada
pembiayaan kegiatan pemerintah di daerah.
b. Obligasi Perusahaan (Corporate Bond)
Perusahaan menerbitkan surat hutang jangka
panjang, yang ditawarkan kepada publik
3. Berdasarkan perusahaan:
a. Obligasi atas nama (Registered bond), obligasi
pada jenis ini diterbitkan dengan mencantumkan
nama pembeli.
b. Obligasi atas unjuk (Bearer bond), obligasi yang
dalam sertifikat tidak tercantum nama pembeli.
c. Obligasi tanpa sertifikat (Book entry bond),
obligasi jenis ini diterbitkan tanpa sertifikat.
Pernyataan hutang penerbit tercantum pada
sertifikat yang didaftarkan kepada lembaga
penyimpanan.
4. Berdasarkan jaminannya:
a. Guaranteed Bond
Agunan pada obligasi ini diterbitkan dengan yang
beragunan khusus (secured bond) atau yang tidak
beragunan khusus (unsecured bond). Agunan
akan dinyatakan pada obligasi beragunan khusus
misalnya, pabrik yang dimiliki perusahaan.
Sedangkan pada obligasi yang tidak beragunan
khusus kekayaan perusahaan menjadi jaminan
atau agunan.
b. Subordiated Bond
Hak tagih pemilik obligasi ini diberikan setelah
hak tagis obligasi biasa, di mana obligasi
unsecured yang statusnya di bawah obligasi
unsecured biasa, sehingga penerbitnya
dilikuidasi.

155
5. Obligasi hibrida:
a. Convertible Bond
Terdapat hak untuk menukarkan obligasi konversi
yang dimiliki pemegang obligasi dan seluruh sisa
kupon dengan saham biasa pada obligasi ini.
Dalam dokumen obligasi tersebut jumlah
konversinya, harga konversinya dan waktu
konversinya telah ditentukan sebelumnya.
b. Obligasi dengan Warrant
Terdapat Warrant sebagai pemanis untuk menarik
investor yang mana diterbitkan pada obligasi ini.
Warrant merupakan suatu efek yang meberikan
hak kepada pemiliknya untuk melakukan
pembelian sejumlah saham.
6. Obligasi Khusus
a. Callable Bond
Obligasi ini memberikan hak kepada penerbitnya
untuk menebus sebagian atau seluruh obligasi
tersebut, dengan harga yang sudh disepakati
bersaama dan pada tanggal sebelum jatuh tempo.
b. Obligasi Amortisasi
Penebusan pada obligasi ini, dilakukan sedikit
demi sedikit sebagai lawan dari penebusan
tunggal secara penuh.
c. Perpetual Bond
Obligasi ini diterbitkan tanpa memiliki waktu
jatuh tempo, tetapi tetap memiliki kupon layaknya
obligasi lain. Obligasi ini, diterbitkan mempunyai
opsi beli sehingga penerbitnya bisa melunasi
pokok pinjaman sehingga bisa menghapus
kewajiban membayar bunga.
7. Selain pembagian di atas dikenal juga obligasi syariah
atau suku.
Dikutip dari Umi Karomah yang diikuti oleh Martalena
dan Melinda, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN)

156
mendefinisikan “Obligasi Syariah (sukuk) sebagai
surat berharga jangka panjang yang berdasarkan
prinsip-prinspi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syari’ah berupa hasil/margin fee, serta
membayar Kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo” (Martalena and Malinda, 2019).
Struktur dari sukuk dapat berupa:
a. Bagi hasil berdasarkan akad
Mudharabah/Muqaradhah/Qirad ataupun
Musyarakah.
Skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan
adalah akad kerja sama pada akad
Mudharabah/Muqaradhah. Obligasi pada jenis
ini, memberikan return dengan menggunakan tern
indicative/expected return.
b. Margin/fee berdasarkan akad Murobahah, Salam,
Istisna dan Ijrah. Akad Murobahah digunakan
pada Obligasi syari’ah sedangkan obligasi syari’ah
Ijarah menggunakan akad Ijarah.
Pada dasarnya, akad Mudharabah merupakan
ikatan penggambungan atau percampuran
berupa hubungan kerja sama antara pemilik
usaha dengan pemilik harta, pemilik harta hanya
melakukan penyediaan dana secara penuh dalam
suatu kegiatan usaha dan tidak boleh secara aktif
dalam pengelolaan usaha sedangka pemilik usaha
memberikan jasa dengan pengelolaan harta
secara penuh dan mandiridalam bentuk asset
pada kegiatan usaha tersebut.
Akad yang menggambil manfaat dengan jalan
penggantian, yang berarti pemilik harta
memberikan hak untuk dapat memanfaatkan
objek dengan manfaat tertentu dengan membayar
kepeda pemilik objek dikenal dengan akad Ijarah.

157
Penilaian Obligasi

Terdapat titik waktu yang perlu diperhatikan dalam


perhitungan tingkat bunga obligasi, yaitu sebagai berikut
(Martalena and Malinda, 2019):
Tanggal komitmen, penentuan tingkat bunga obligasi oleh
pemberi dan dan pihak yang memerlukan dana.
Penyerahan dana pada waktu yang disepakati.
Pembayaran hutang pada waktu yang disepakati.
Beberapa istilah yang perlu dipergunakan:
1. Spot Rate
Tingkat bunga obligasi yang hanya memiliki satu arus
kas untuk pembeli obligasi tersebut. Berikut rumus
yang dapat digunakan yaitu (Martalena and Malinda,
2019):

Dimana:
P = harga obligasi
M = nilai obligasi
n = Jangka waktu obligasi
2. Nominal Yield dan Current Yield
Yield merupakan hasil yang diperoleh dari sejumlah
dana yang diinvestasikan pada suatu obligasi.
Sementara Current Yield adalah perbandingan tingkat
bunga obligasi terhadap harga pasar dari obligasi
(Fahmi, 2013).

Keterangan:
Cy = Current yield dari obligasi tersebut
Ci = Coupon interest atau kewajiban membayar kupon
obligasi pada tahun i
Pm = Market price of bond atau harga pasar dari
obligasi

158
3. Yield to Maturity (YTM)
Yield to Maturity (YTM) adalah keuntungan yang
diterima oleh seorang pemegang saham dalam
membeli commercial paper, yaitu obligasi pada harga
pasar sekarang dan setelah itu menahan obligasi
tersebut sampai waktu deadline atau jatuh tempo.
Berikut rumus untuk menghitung Yield to Maturity
(YTM) adalah sebagai berikut (Fahmi, 2013):

Keterangan:
P = harga obligasi
C= Pembayaran kupon untuk setiap tahunnya
Y = yield to maturity
Tn = nilai jatuh tempo
Jika melihat rumus di atas dan mempelajari dengan teliti,
terdapat kesamaan hitungan YTM dengan cara
menghitung IRR (internal rate return). Internal rate return
(tingkat hasil pengembalian internal) merupakan tingkat
keuntungan yang akan didapatkan dari sebuah usulan
proyek pada masa depan (Fahmi, 2013).

Di mana:
C = bunga tahunan dalam rupiah
f = harga nominal dari obligasi atau jumlah yang akan
diterima pada akhir umurnya
p = harga pasar
n = umur obligasi.

159
Daftar Pustaka

Fahmi, Irham. (2013). Pengantar Manajemen Keuangan.


Bandung: Alfabeta
Martalena & Malinda, M. (2019). Pengantar Pasar Modal.
Yogyakarta: Andi.
Herlianto, D. (2013). Manajemen Invetasi Plus Jurus
Mendeteksi Investasi Bodong. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Hadi, Nor. (2015). Pasar Modal. Jakarta: Graha Ilmu.
Sulia. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Harga Saham pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi
Mikroskill, 7(2), 129-140.
Suryacahyani, Dwi G & Widyatama, Jose (2021).
Perhitungan sebagai Seorang Investor Saham atas
Besaran Pajak yang Harus Dibayarkan Kepada
Negara. Jurnal Locus Delicti, 2(1), 13-23.

160
Profil Penulis
Shinta Abdul Rahman
Putri kedua pasangan Drs. Iskandar A.
Rahman dan Desmawati lahir di ujung timur
Indonesia, di Jayapura, 15 Mei 1992.
Ketertarikan pada dunia Ekonomi dan Bisnis
telah dimulai sejak lulus dari bangku Sekolah
Menengah Atas. Di mana penulis telah meniti karier
sebagai seorang Bankir sejak usia delapan belas tahun. Di
tahun kedua bekerja penulis ingin lebih mengembangkan
keilmuaan bisnisnya dengan membuka Lembaga Kursus
dan Bimbingan Belajar yang berfokus pada
pembimbingan anak-anak sekolah dari kelas ekonomi
tingkat menegah atas hingga tinggkat menengah ke
bawah. Minat yang tinggi pada dunia Ekonomi dan Bisnis
membuat penulis memiliki semangat dan tekat untuk
menyelesaikan studi S-2 pada Program Ekonomi
Manajemen Universitas Yapis Papua tahun 2014 dan
lulus 2016. Saat ini, penulis sebagai dosen tetap pada
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua
dengan fokus pendidikan dan pengajaran pada bidang
Ekonomi, Manajemen dan Bisnis Syari’ah. Dengan
Amanah sebagai Direktur Galeri Investasi Syariah Bursa
Efek Indonesia kampus (IAIN) Fattahul Muluk Papua
sebagai bagian pengabdian kepada masyarakat
khususnya civitas akademik (IAIN) Fattahul Muluk Papua
dalam rangka pengembangan Pasar Modal Syariah dan
kegiatan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan Pasar
Modal Syariah
E-mail Penulis: Shintaabdulrahman@gmail.com

161
162
12
MODAL KERJA

Santi Pertiwi Hari Sandi, S.E., M.M.


Universitas Buana Perjuangan Karawang

Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan suatu


kegiatan usaha. Setiap perusahaan, tentunya
membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan
operasional sehari-hari. Setiap aktivitas pada perusahaan
yang ada, tentunya diperlukan modal kerja yang cukup
dan baik, perusahaan tidak akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi krisis ekonomi atau masalah
keuangan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan
baik dan optimal agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk
melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja
juga dapat diartikan sebagai investasi yang ditanamkan
dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti
kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva
lainnya (Kasmir, 2016).
Modal kerja ialah analisis saling berhubungan antara
aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Modal kerja juga
disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam
persektif yang luas, manajemen jangka pendek
merupakan upaya perusahaan untuk mengadakan
penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka
pendek, perusahaan harus memberi tanggapan cepat dan
efektif. Bidang keputusan ini, sangat penting karena
sebagian besar waktu manajer keuangan digunakan
untuk menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan
hutang lancar (Bambang Riyanto, 2008).

163
Menurut (S. Irfani, 2020), modal kerja adalah modal yang
selalu berputar seiring dengan dinamika aktivitas operasi
perusahaan. Menurut (Zanul, 2018), modal kerja adalah
untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli
bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-
pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai
operasi perusahaan. Inti dari modal kerja, yaitu seluruh
dana yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan
(operasi) perusahaan sehari-hari (jangka pendek).

Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi


operasional suatu perusahaan. Oleh sebab itu, setiap
perusahaan harus memenuhi kebutuhan modal kerjanya,
dengan terpenuhinya modal kerja, perusahaan juga dapat
memaksimalkan perolehan labanya.
Menurut Kasmir (2016), pentingnya modal kerja bagi
perusahaan terutama bagi kesehatan perusahaan sebagai
berikut:
1. Kegiatan seorang manager keuangan lebih banyak
dihabiskan di dalam kegiatan operasional perusahaan
dari waktu ke waktu. Ini merupakan manajemen
modal kerja.
2. Investasi dalam aktiva lancar cepat dan seringkali
mengalami perubahan serta cenderung labil.
Sedangkan aktiva lancar adalah modal kerja
perusahaan, artinya perubahan tersebut akan
berpengaruh terhadap modal kerja. Oleh karena itu,
perlu mendapat kan perhatian yang sungguh-
sungguh dari manajer keuangan.
3. Dalam praktiknya, seringkali bahwa separuh dari
total aktiva merupakan bagian dari aktiva lancar yang
merupakan modal kerja perusahaan. Dengan kata
lain, jumlah aktiva lancar sama atau lebih dari 50%
dari total aktiva.
4. Bagi perusahaan yang relatif kecil, fungsi modal kerja
sangat penting. Perusahaan kecil relatif terbatas
untuk memasuki pasar modal besar dan jangka

164
pendek. Seperti utang dagang, utang bank satu tahun
yang tentunya dapat memengaruhi modal kerja.

Tujuan Modal Kerja

Tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan menurut


(Kasmir, 2016) sebagai berikut:
1. Guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan.
2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada
waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki
persediaan yang cukup dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggannya.
4. Untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor,
apabila rasio keuangannya memenuhi syarat.
5. Perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik
minat pelanggan, dengan kemampuan yang
dimilikinya.
6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar
guna meningkatkan penjualan dan laba.
7. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja
akibat turunnya nilai aktiva lancar.

Konsep Modal Kerja

Modal kerja dibagi mejadi tiga konsep, yaitu:


1. Modal Kerja Kuantitatif (Modal Kerja Kotor/Gross
Working Capital)
Modal kerja kuantitatif merupakan keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar. Menurut (Zanul, 2018), modal
kerja kotor merupakan semua komponen yang ada
pada aktiva lancar secara keseluruhan dan sering
disebut modal kerja. Artinya, mulai dari kas, bank,
surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva lancar
lainnya. Nilai total dari komponen aktiva lancar

165
tersebut menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki
perusahaan.
Disebut sebagai modal kerja kotor karena secara
fungsi aktiva lancar memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo sehingga
aktiva lancar ini tidak bisa digunakan secara
keseluruhan untuk kegiatan operasional perusahaan.
Contoh modal kerja kuantitatif (Bambang Riyanto,
2008):
Kas....................................... Rp 75.000
Efek...................................... Rp 180.000
Piutang Dagang.................... Rp 150.000
Persediaan Barang................ Rp 120.000 +
Jumlah.................................. Rp 525.000.
Dari contoh tersebut, maka besarnya modal kerja
menurut adalah konsep kuantitatif sebesar
Rp525.000,-
2. Modal Kerja Kualitatif (Modal Kerja Bersih/Net
Working Capital)
Modal kerja kualitatif merupakan kelebihan/selisih
dari jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Menurut (Zanul, 2018), modal kerja bersih
merupakan seluruh komponen aktiva lancar
dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar
(utang jangka pendek). Utang lancar meliputi utang
dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek (1
tahun), utang gaji, utang pajak, dan utang lancar
lainnya.
Berdasarkan konsep kualitatif bahwa modal kerja
adalah dana yang merupakan sebagian dari aktiva
lancarnya yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasinya perusahaan tanpa
mengganggu likuiditasnya, atau dana yang
merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang
lancarnya (Bambang Riyanto, 2008).

166
Disebut sebagai modal kerja bersih karena secara
fungsi aktiva lancar sudah memenuhi kewajiban yang
jatuh tempo sehingga selilih dari aktiva lancar ini bisa
digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan.
Contoh modal kerja kuantitatif (Bambang Riyanto,
2008):

Dari contoh tersebut maka besarnya modal kerja


menurut konsep kualitatif adalah sebesar
Rp325.000,- (Rp525.000 – Rp200.000).
3. Konsep Fungsional
Menurut (Bambang Riyanto, 2008), konsep ini
menitikberatkan pada fungsi dana dalam
menghasilkan penghasilan langsung atau current
income yang menjadi tujuan didirikannya perusahaan
pada satu periode tertentu. Setiap dana yang
dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada
sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode
accounting tertentu yang seluruhnya langsung
menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut tetapi
tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan
current income.
Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah dana
yang digunakan selama periode akutansi untuk
menghasilkan penghasilan utama pada saat sekarang
ini sesuai dengan maksud utama didirikannya
perusahaan. Sebagian dari dana itu, dimaksudkan
juga untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-
periode berikutnya (future income). Berdasarkan
definisi itu maka pengertian “non- working capital”
adalah dana yang tidak menghasilkan current income,

167
atau kalau menghasilkan current income adalah tidak
sesuai dengan maksud utama didirikannya
perusahaan tersebut. Misalnya, suatu perusahaan
dagang tekstil yang menanamkan sebagian dananya
dalam surat obligasi pemerintah. Dana yang
ditanamkan dalam obligasi tersebut menghasilkan
current income yaitu dalam bentuknya bunga obligasi
(coupon)

Jenis Modal Kerja

Menurut W.B Taylor dalam Bambang Riyanto (2008),


modal kerja dapat digolongkan ke dalam:
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang
harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya. Jenis ini dapat dibedakan
dalam:
a. Modal Kerja Primer
Jumlah modal kerja minimun yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya. Misalnya, jika bank maka yang harus
ada itu kasnya, atau warung sembako maka
persediaannya yang harus ada.
b. Modal Kerja Normal
Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
Pengertian “normal” di sini adalah dalam artian
yang dinamis. Apabila suatu perusahaan
misalnya, selama 4 atau 5 bulan rata-rata per
bulannya mempunyai produksi 1000 unit maka
dapat di katakana luas produksi normalnya
adalah 1000 unit. Apabila kemudian ternyata
bahwa selama 4 atau 5 bulan berikutnya luas
produksi rata-rata bulannya 2.000 unit, maka
luas produksi normalnya di sini pun berubah
menjadi 2.000 unit.

168
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
keadaan dan modal kerja ini dapat dibedakan
menjadi:
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktuasi musim atau
pengaruh musiman. Contohnya, modal kerja
untuk percetakan undangan, wedding organizer,
catering wedding, jenis usaha ini akan banyak dan
membutuhkan modal kerja yang besar pada saat
musim acaranya. Contoh lainnya, usaha yang
berhubungan dengan kebutuhan ibadah haji,
maka pada saat musim ibadah haji yang
berhubungan dengan kebutuhan haji seperti, kain
ihram, sejadah, mukena dan oleh-oleh maka akan
membutuhkan modal kerja yang besar. Tetapi,
jika bukan pada musimnya, maka kebutuhan
modal kerja nya tidak terlalu besar, sehingga pada
musim-musim ini akan ada tawaran pinjaman.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktuasi konjungtor. Jumlah
modal kerja berubah-ubah sesuai dengan
keadaan perekonomian. Pada keadaan
perekonomian baik, maka kebutuhan modal kerja
akan meningkat, sebaliknya pada keadaan
perekonomian buruk kebutuhan modal kerja
akan menurun.
Modal kerja ini, biasanya berhubungan dengan
kondisi Inflasi, misalnya pada saat lebaran atau
tahun baru banyak uang beredar yang
mengakibatkan kecenderungan harga-harga
mengalami kenaikan (inflasi), pada saat kondisi
inflasi maka akan mengakibatkan modal kerja
menjadi bertambah karena harga-harga barang
mengalami kenaikan.

169
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja yang besarnya berubah-ubah, karena
adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya atau yang tidak dapat diduga
sebelumnya. Misalnya, adanya pemogokan buruh,
adanya banjir, adanya perubahan peraturan
ekonomi yang mendadak antara lain devaluasi.
3. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Besarnya kebutuhan modal kerja terutama
tergantung kepada dua faktor, yaitu:
a. Periode perputaran atau periode terikatnya modal
kerja, yaitu merupakan keseluruhan atau jumlah
dari periode-periode yang meliputi jangka waktu
pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan
mentah di gudang, lamanya proses produksi,
lamanya barang disimpan di gudang dan jangka
wkatu penerimaan piutang.
b. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya, yaitu
merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata
setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan
mentah, bahan pembantu, pembayaran upah
buruh dan biaya-biaya lainnya.
Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang
tetap, tetapi dengan makin lamanya periode
perputarannya, maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan adalah makin besar. Demikian pula
halnya dengan periode perputaran yang tetap,
dengan semakin besarnya jumlah pengeluaran
kas setiap harinya, maka kebutuhan modal kerja
pun makin besar.

Kebijakan Investasi Modal Kerja

Berdasarkan jumlah modal kerja (aktiva lancar) yang


dimiliki perusahaan untuk mencapai penjualan tertentu,
kebijakan investasi modal kerja dibedakan menjadi:
1. Kebijakan konservatif, jumlah aktiva lancar banyak,
risiko rendah dan profitabilitas rendah. Dalam

170
alternatif tersebut, penentuan tingkat aktiva lancar
cenderung mempunyai aktiva lancar rata-rata yang
tinggi sehingga memiliki likuiditas yang tinggi dan
risiko kekurangan persediaan atau kehilangan
kesempatan penjualan yang rendah, tetapi
mengakibatkan profitabilitas yang rendah.

Gambar 12.1 Grafik Kebijakan Pembelanjaan Konservatif


2. Kebijakan moderat, jumlah aktiva lancar sedang,
Risiko sedang dan profitabilitas sedang.

Gambar 12.2 Grafik Kebijakan Pembelanjaan Moderat

3. Kebijakan Agresif, jumlah aktiva lancar sedikit, risiko


tinggi dan profitabilitas tinggi. Kebijakan pendanaan
agresif adalah suatu metode pendanaan dengan
menggunakan pendanaan yang mempunyai umur
pendanaan relatif lebih pendek daripada umur
investasinya untuk menekan biaya pendanaan (Horne

171
dan Wachowicz, 2001). Dalam kebijakan agresif,
terdapat sebagian aktiva yang mempunyai umur
panjang dibiayai dengan pendanaan yang mempunyai
umur pendek, dan tentunya aktiva yang mempunyai
umur pendek dibiayai dengan pendanaan yang
mempunyai umur yang lebih pendek (lihat Gambar
12.3)

Gambar 12.3 Grafik Kebijakan Pembelanjaan Agresif

Perputaran Modal Kerja

Contoh:
Perusahaan SATRIA memproduksi produk XX yang setiap
harinya sebanyak 20 unit. Dalam satu bulan perusahaan
bekerja selama 25 hari kerja. Unsur-unsur biaya yang
dibebankan untuk setiap unit produk tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Bahan Baku............... Rp 100
2. Bahan Penolong.......... Rp 25
3. Tenaga Kerja............... Rp 75
Biaya administrasi setiap bulannya sebanyak Rp12.500.
Gaji pimpinan perusahaan setiap bulannya Rp25.000,-
sedangkan untuk membeli bahan baku perusahaan
memberikan uang muka kepada supplier tersebut rata-
rata 5 hari sebelum bahan baku diterima. Waktu yang
diperlukan untuk membuat barang tersebut adalah 3

172
hari, selanjutnya atas pertimbangan kualitas barang
harus disimpan dulu selama 2 hari sebelum dipasarkan.
Penjualan produk dilakukan dengan kredit yang syarat
pembayarannya 5 hari sesudah barang diambil. Untuk
menghadapi pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga
pimpinan perusahaan menetapkan adanya persediaan
kas minimal yang besarnya Rp25.000,-.
Berapakah besarnya modal kerja yang diperlukan oleh
perusahaan tersebut untuk dapat membiayai operasinya
secara kontinyu?
Jawab:
Pertama-tama perlulah ketahui periode perputaran atau
waktu terikatnya dana dalam masing-masing unsur
modal kerja tersebut yaitu :

Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam masing-masing unsur modal kerja tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Bahan Baku = 20 (unit) x Rp. 100 (biaya bahan mentah per unit)
x 15 (periode perputaran) = …………………………...……….. Rp. 30.000
b. Bahan Penolong = 20 x Rp. 25 x 10 = ………………………. Rp. 5.000
c. Tenaga kerja langsung = 20 x Rp. 75 x 10 = ……………….… Rp. 15.000
d. Biaya administrasi dan gaji pemimpin :
Jumlah biaya selama satu bulan Rp. 37.500
Jumlah produksi selama satu bulan (25 hari) = 25 x 20 = 500 unit
Biaya per unitnya = Rp. 37.500 : 500 = Rp. 75
Biaya seharinya = 20 x Rp.75 ……… Rp. 1.500
Dana yang diperlukan untuk biaya ini selama periode perputaran
= Rp. 1.500 x 10 = ……………………………….................. Rp. 15.000
e. Persediaan kas minimal ………………………………... Rp. 25.000

Jumlah modal kerja yang diperlukan ………………………... Rp. 90.000

173
Daftar Pustaka

Bambang, Riyanto. 2008. Dasar-dasar pembelanjaan


Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Gajah Mada.
S. Irfani. (2020). Manajemen Keuangan dan Bisnis " Teori
dan Aplikasi ". Sleman: CV Budi Utama.
Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Kencana
Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Miswanto. (2012). Kebijakan dalam Penentuan dan
Pendanaan Modal Kerja Perusahaan. Yogyakarta:
YKPN.
Zanul, D. A. (2018). Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
Zahira Publishing.

174
Profil Penulis
Santi Pertiwi Hari Sandi
Penulis merupakan Seorang Dosen Tetap dari
Perguruan Tinggi di Karawang yaitu
Universitas Buana Perjuangan Karawang
dalam Bidang Manajemen Keuangan. Penulis
dilahirkan di Karawang pada tanggal 13 Pebruari 1988.
Selama pendidikannya di laksanakan di Kota Karawang,
diawali sekolah di SDN Sukamakmur IV Karawang,
kemudian SMPN 1 Karawang, dan dilanjutkan ke SMA
Bhineka Karawang. Pendidikan tinggi S-1 tahun 2006
pada Fakultas Ekonomi dan melanjutkan studi S-2
Magister Manajemen tahun 2011, keduanya pada
Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA). Untuk
menambah pengalaman menjadi Dosen muda saat itu
penulis mengikuti Program Dosen magang yang di
programkan oleh Dirjen DIKTI dalam waktu 5 bulan pada
tahun 2012 dan penulis berkesempatan untuk belajar
budaya Pendidikan Perguruan Tinggi pada Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Selama menjadi Dosen
melaksanakan penelitian dan pengabdian dalam ilmu
manajemen keuangan baik pendanaan internal maupun
memperoleh dua kali program Hibah Kemenristek Dikti
tahun 2018 dan 2019. Berdasarkan pengalaman penulis
dalam beberapa karya ilmiah, penulis mencoba untuk
berkolaborasi dengan para penulis lain untuk menulis
buku yang berjudul “MANAJEMEN KEUANGAN”. Dengan
kolaborasi ini, penulis berharap kompetensi manajemen
Keuangan yang penulis miliki dapat di gabungkan dengan
kompetensi para penulis lain untuk menciptakan sebuah
buku yang bermanfaat bagi para pembacanya.
E-mail Penulis: santi.pertiwi@ubpkarawang.ac.id

175
176
13
METODE PENILAIAN
PERSEDIAAN

Munawarah, S.E., M.Si


Universitas Sumatera Utara

Definisi Persediaan

Persediaan merupakan sejumlah bahan atau barang yang


dimiliki oleh perusahan dan dipergunakan dalam proses
produksi untuk menciptakan produk yang nantinya siap
didistribusikan melalui penjualan. Kayu yang digunakan
untuk membuat furniture; jumlah pakaian yang harus
dijual perusahaan; tepung yang digunakan untuk
membuat roti, adalah beberapa contoh persediaan yang
sering ditemui. Persediaan memegang peranan vital di
dalam perusahaan mengingat ketersediaannya menjadi
faktor penting dalam kelancaran operasional perusahaan.
Persediaan merupakan komponen terbesar dari aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan, terutama perusahaan
manufaktur dan retail (Sugiarto, 2014).
Tujuan utama perusahaan memperhitungkan dan
memantau jumlah persediaan adalah untuk membantu
kelancaran kegiatan perusahaan terutama produksi dan
penjualan. Produksi menjadi terhambat jika jumlah
persediaan yang dimiliki kurang, dan pasti akan
berdampak pada penjualan akibat menurunnya kapasitas
produksi. Persediaan yang memadai dapat mengantisipasi
adanya permasalahan mendadak seperti, kenaikan
permintaan dari konsumen, dan kegagalan produksi.
Dengan demikian, perusahaan dapat memberikan
pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.

177
Berdasarkan jenisnya, persediaan pada perusahaan
manufaktur dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Persediaan bahan baku dan bahan pembantu,
merupakan persediaan yang akan digunakan untuk
memproduksi barang-barang jadi yang akan dijual
sesuai dengan kegiatan normal perusahaan. Contoh,
benang untuk membuat kain.
2. Persediaan barang dalam proses, merupakan
persediaan yang masih dalam proses produksi atau
belum selesai sepenuhnya diproduksi. Contoh,
pakaian yang belum dibordir.
3. Persediaan barang jadi, merupakan persediaan yang
telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual.
Persediaan ini telah menyelesaikan siklus produksi.
Contoh, furniture seperti kursi, meja, lemari yang siap
untuk dijual.
Dalam era kompetitif saat ini, perusahaan dituntut untuk
mempersiapkan sistem persediaan yang lebih baik,
sehingga dapat mendorong peningkatan penjualan
sekaligus akan berdampak pada meningkatnya
profitabilitas perusahaan.

Faktor yang Memengaruhi Tingkat Persediaan

Pengendalian persediaan pada perusahaan sangat


diperlukan untuk merumuskan kebijakan manajemen
persediaan yang tepat untuk menentukan tingkat optimal
persediaan dengan biaya persediaan yang minimum,
sehingga operasional perusahaan berjalan dengan lancar.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi ketersediaan
persediaan di perusahaan antara lain:
1. Lead Time Pembelian
Persediaan bahan baku yang dibutuhkan tentu harus
melewati proses pembelian. Adakalanya bahan baku
yang telah dipesan mengalami masa tunggu (lead
time) yang cukup lama, akibat terkendala bencana
alam, kesalahan manusia, politik, dan lainnya.
Semakin lama masa tunggu, maka semakin besar

178
persediaan bahan baku yang harus disediakan
perusahaan.
2. Banyaknya Pemakaian Persediaan Selama Satu
Periode
Semakin besar kapasitas produksi perusahaan, maka
akan semakin besar kebutuhan persediaan bahan
baku dan tentunya frekuensi pembelian juga akan
semakin meningkat.
3. Kualitas Persediaan
Dalam setiap produksi, tentu dibutuhkan persediaan
bahan baku yang berkualitas. Manajemen harus
mengetahui kualitas persediaan dilihat melalui daya
tahan penyimpanannya didukung dengan teknologi
penyimpanan yang baik pula. Semakin rendah
kualitas dan daya tahan bahan baku akan berdampak
pada kualitas produk yang dihasilkan.
4. Ketersediaan Modal
Modal atau dana menjadi salah satu faktor penentu di
dalam penentuan persediaan bahan baku. Semakin
meningkat kebutuhan bahan baku, maka dana akan
semakin besar. Kadangkala jumlah persediaan tidak
terpenuhi sesuai dengan standar ideal, akibat
terbatasnya dana perusahaan.

Penilaian Persediaan

Di dalam kegiatan perusahaan, transaksi yang berkaitan


dengan keluar masuknya persediaan merupakan aktivitas
yang paling sering terjadi. Oleh karena itu, persediaan
merupakan salah satu aktiva yang memiliki tingkat
likuiditas tinggi. Perusahaan yang bergerak di dalam
produksi dan penjualan produk tentu akan memiliki
kebijakan khusus berkaitan dengan persediaan, sehingga
dapat dikatakan menjaga persediaan sama pentingnya
dengan menjaga kas. Kebutuhan penyimpanan barang-
barang yang akan dijual dalam jumlah tertentu ditambah
lagi dengan biaya tambahan seperti biaya penyimpanan
dan pemeliharan persediaan menunjukkan pentingnya

179
manajemen perusahaan memiliki perencanaan dan
pengendalian yang matang (Putra D, dan Purnawati NK,
2018)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, pada PSAK No.14,
bahwa metode penilaian persediaan perlu diketahui oleh
perusahaan untuk memahami nilai persediaan barang.
Perencanaan dan pengendalian yang matang dapat dilihat
dari metode penilaian persediaan yang digunakan. Harga
yang terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu,
menjadikan penilaian persediaan menjadi berbeda. Pada
dasarnya, konsumen akan mengikuti harga pasar yang
fluktuatif, sehingga dengan demikian metode yang
digunakan untuk menilai persediaan akan berbeda
seperti berikut ini:
1. Metode First In, Firs Out (FIFO)
Metode FIFO menjelaskan bahwa persediaan barang
yang lebih awal masuk dari transaksi pembelian, akan
dianggap pertama keluar melalui transaksi penjualan.
Penentuan harga pokok penjualan di perusahaan
akan mengikut harga pembelian barang di awal, dan
seterusnya berurutan berdasarkan waktu masuk.
Sesuai prinsipnya bahwa semakin lama barang yang
tersimpan, akan semakin tinggi risikonya menjadi
usang, maka barang-barang ini akan dijual terlebih
dahulu agar barang-barang tersebut berganti dengan
stok yang lebih baru. Dengan demikian, barang-
barang yang dijual akan tetap terjaga kualitasnya, dan
mencegah penumpukan stok barang lama.
Contoh:
Perusahaan PT Merdeka Cipta melakukan transaksi
pembelian barang pada tanggal 4 Maret 2022
sebanyak 30.000 kg dengan harga Rp4.000 /kg. Pada
tanggal 8 Maret 2022 perusahaan membeli kembali
sebanyak 35.000 kg barang dengan harga
Rp4.200/kg. Pada tanggal 12 Maret 2022 perusahaan
menjual barang tersebut kepada PT Mantap OK
sebanyak 33.000 kg. Maka, hitunglah harga pokok
penjualan barang tersebut dan berapa stock barang
yang tersisa pada akhir Maret?

180
Penyelesaian:
Tabel 13.1
Transaksi Pembelian PT Merdeka Cipta

2. Metode Last In, First Out (LIFO)


Metode LIFO menjelaskan bahwa persediaan barang
yang datang lebih akhir dari transaksi pembelian,
akan dianggap pertama keluar melalui transaksi
penjualan. Harga pokok penjualan akan mengambil
persediaan barang lebih akhir, sedangkan sisanya
menggunakan persediaan barang yang berasal dari
pembelian lebih awal. Metode ini akan menghasilkan
jumlah harga pokok penjualan yang lebih tinggi, laba
kotor yang lebih rendah dan jumlah persediaan akhir
yang lebih rendah pula.
Contoh :
Berdasarkan contoh soal pada metode FIFO
sebelumnya, maka perhitungan harga pokok
penjualan dan sisa stock barang yang tersisa pada
akhir Maret 2022 adalah sebagai berikut.
Penyelesaian:

181
Tabel 13.2
Perhitungan Harga Pokok Penjualan Metode LIFO

3. Metode Biaya Rata-Rata (Average)


Metode average menjelaskan bahwa harga beli
persediaan yang dibeli terakhir akan menjadi harga
pokok penjualan pada saat terjadinya transaksi
penjualan. Metode ini banyak dipakai karena
dianggap tidak terlalu sensitif terhadap perubahan
harga. Penggunaan metode ini, akan menghasilkan
laporan laba dan nilai persediaan di neraca yang rata-
rata, artinya tidak terlalu tinggi atau terlalu rendag
dibandingkan metode FIFO dan LIFO.
Contoh:
Berdasarkan contoh soal pada metode FIFO, maka
dapat dihitung harga pokok penjualan berikut dengan
sisa stock persediaan pada akhir bulan Maret 2022 :
Penyelesaian:

Tabel 13.3
Perhitungan Harga Pokok Penjualan Metode Average

182
Harga rata-rata nilai pembelian barang adalah sebesar
Rp267.000.000 : 65.000 kg = Rp4.107,69 per kg.
Barang yang akan dijual yaitu 33.000 kg. Maka,
perhitungan harga pokok penjualan adalah : 33.000
kg x Rp4.107,69 = Rp134.553.770,-
Sisa stock barang menjadi :
65.000 kg – 33.000 kg = 32.000 kg x Rp4.107,69 =
Rp131.446.080,-
4. Metode Identifikasi Khusus (Specified Identification)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015), bahwa
identifikasi khusus yaitu biaya-biaya tertentu yang
diatribusikan keunit persediaan tertentu. Cara ini
merupakan perlakuan yang sesuai bagi unit yang
dipisahkan untuk proyek tertentu, baik yang dibeli
maupun yang dihasilkan. Namun demikian,
identifikasi khusus biaya tidak tepat ketika terdapat
jumlah besar unit dalam persediaan yang dapat
menggantikan satu sama lain (Ordinary
Interchangeable) (Diana A, 2017).
Metode ini digunakan pada kondisi khusus yaitu
setiap produk yang dapat diidentifikasi secara jelas
dan akurat, dan harga produk yang mahal. Produk
yang dihasilkan jika memiliki nomor seri seperti
komputer, laptop, mobil, handphone dapat
menggunakan metode ini. Melalui metode ini, unit
persediaan yang akan dijual dapat diidentifikasi
terpisah secara tepat. Namun, metode ini menjadi
tidak efisien saat diterapkan dalam organisasi bisnis
yang bergerak di bidang usaha perdagangan besar
dan eceran.
Contoh:
PT Cipta kreasi merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang jual beli barang antik. Pada tanggal 4,
15 dan 29 April 2020 Perusahaan membeli barang
masing-masing sebanyak 100 unit dengan harga
Rp20.000.000; 300 unit harga Rp25.000.000; dan 150
unit harga Rp30.000.000. Sedangkan pada tanggal 8;

183
18; dan 27 April perusahaan menjual barang tersebut
masing-masing 100 unit dengan harga Rp20.000.000;
350 unit seharga Rp25.000.000; dan 100 unit dengan
harga Rp30.000.000. Hitunglah harga pokok
penjualan barang?
Penyelesaian:
Tabel 13.4
Perhitungan Harga Pokok Penjualan Metode
Identifikasi Khusus

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penentuan Metode


Penilaian Persediaan

Pada umumnya, setiap perusahaan memiliki kebijakan


masing-masing, sesuai dengan arah dan tujuan
perusahaan. Dengan target bisnis yang berbeda, tentu
melatarbelakangi perbedaan keputusan dalam
menentukan metode penilaian persediaan yang sesuai
dengan dengan kegiatan perusahaan. Adapun faktor-
faktor penentu tersebut antara lain:
1. Fokus pada Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)
Perusahaan yang fokus pada perhitungan harga
pokok penjualan dapat menggunakan metode FIFO,
karena pada umumnya perusahaan akan tetap

184
terlebih dahulu menjual barang dengan stock terlama
agar habis dan dapat berganti dengan stock baru.
2. Hasil Evaluasi Seluruh Inventaris
Perusahaan yang hendak menilai keseluruhan
inventaris yang dimiliki dapat menggunakan metode
rata-rata (average), karena harga produk yang
fluktuatif tidak dapat dijadikan jaminan sehingga
dapat digunakan harga rata-rata yang dapat
merepresentasikan pada waktu tertentu.
3. Tidak Ada Diversifikasi Produk
Bagi perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis
produk, dapat menggunakan metode rata-rata karena
metode lainnya, hanya dapat diterapkan pada
perusahaan yang menciptakan produk beragam dan
massal.
4. Tujuan Perpajakan
Umumnya, perusahaan akan selalu berusahan untuk
menghemat pajak penghasilan. Metode LIFO dapat
digunakan sebagai salah satu strategi perusahaan,
dengan catatan bahwa perusahaan harus fokus pada
nilai produk yang dihasilkan memiliki target luas, dan
bernilai jual tinggi.
5. Item Persediaan Besar
Perusahaan yang memproduksi barang dengan
jumlah dan fisik yang besar selain harganya mahal,
dapat menggunakan metode identifikasi khusus
dalam penilaian persediaannya. Contohnya, dapat
digunakan pada perusahaan mobil, komputer, alat
berat, dan lainnya.
6. Persediaan Mudah Rusak
Perusahaan yang menghasilkan produk yang
umurnya tidak lama seperti, pasta gigi, sabun,
minyak goreng, dan lain-lain, dapat menggunakan
metode FIFO agar tidak terjadi penumpukan stock
lama, sehingga berdampak pada kualitasnya.

185
Model Economic Order Quantity (EOQ)

Model Economic Order Quantity (EOC) adalah model klasik


yang digunakan oleh perusahaan yang memperoleh
barang melalui pemesanan terlebih dahulu yang tidak
dapat dilakukan setiap saat (Syahyunan, 2013). Model ini
bertujuan untuk meminimumkan biaya yang ditimbulkan
oleh persediaan. biaya terpenting dalam model ini adalah
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan merupakan biaya yang timbul
karena adanya pesanan dan umumnya biaya akan
berubah sesuai frekuensi pemesanan. Semakin tinggi
frekuensi yang diminta, maka akan semakin besar
biaya pemesanan yang timbul.
Komponen biaya yang termasuk dalam biaya
pemesanan antara lain:
a. Biaya administrasi dan pembuatan surat
pesanan.
b. Biaya pengiriman permintaan.
c. Biaya untuk memeriksa kesesuaian antara barang
yang dipesan dengan barang yang diterima.
d. Biaya penempatan barang ke dalam gudang.
e. Biaya pengiriman dan pembuatan cek untuk
pembayaran kepada supplier.
2. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang timbul
karena adanya pemeliharaan barang dan akan
berubah sesuai dengan perubahan penilaian
persediaan, di mana perhitungannya dinyatakan
dalam persentase dari nilai rata-rata persediaan atau
berdasarkan biaya per unit barang yang disimpan.
Biaya penyimpanan akan semakin besar dengan
bertambahnya nilai persediaan.
Adapun komponen-komponen biaya yang perlu
diperhitungkan di dalam biaya penyimpanan adalah

186
sewa gudang; biaya pemeliharaan barang di dalam
gudang, misalnya penerangan, pendingin, dan
lainnya; biaya asuransi; biaya keusangan; dan biaya
atas modal yang terikat dalam persediaan.
Dalam menghitung EOQ dilakukan dengan pendekatan:
1. Pendekatan Matematis
Cara ini menjelaskan menghitung model EOQ dapat
digunakan rumus berikut:

2. 𝑅𝑀. 𝑂𝐶
𝐸𝑂𝑄 = √
𝑃. 𝐼

Keterangan:
RM = Jumlah bahan baku yang dibutuhkan (dalam
unit) selama satu periode tertentu.
OC = Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesanan.
I = Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam
persentase dari nilai rata-rata persediaan
(dalam rupiah).
P = Harga beli bahan baku per unit.
Contoh:
PT Indojaya membutuhkan bahan baku berupa
jagung selama setahun sebanyak 1.500 kg,
dengan harga Rp300,- per kg. Biaya pemesanan
Rp4.000,- setiap kali pesan. Biaya penyimpanan
20% dari persediaan rata-rata.
Berdasarkan data tersebut, maka hitunglah nilai
EOQ perusahaan tersebut!

187
Penyelesaian:

2𝑥 𝑅𝑀 𝑥 𝑂𝐶
𝐸𝑂𝑄 = √
𝑃𝑥𝐼

2 𝑥 1.500 𝑥 4.000
𝐸𝑂𝑄 = √
300 𝑥 20%

= 447 kg
2. Pendekatan Tabel
Tabel 13.5
Perhitungan EOQ dengan Pendekatan Tabel

Dari tabel terlihat bahwa total biaya terendah terjadi


pada frekuensi pembelian atau pemesanan sebanyak
4 kali (300 kg setiap kali pesan), yaitu sebesar
Rp24.000,- dan pada keadaan ini biaya penyimpanan
sama dengan biaya pemesanan.

Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Dalam setiap pemesanan barang, terutama bahan baku,


perusahaan harus memperkirakan waktu sampai barang
tersebut diterima dan dipergunakan dalam aktivitas
produksi. Waktu yang dihabiskan tersebut disebut juga
sebagai masa tunggu, di mana proses perjalanan
keluarnya barang saat dipesan melalui supplier, lama
pengiriman, hingga barang tersebut diterima. Pada masa
tunggu (lead time) ini perusahaan harus menyediakan

188
persediaan pengaman (safety stock) agar tidak terjadi
kehabisan stock (Listiani A, 2019). Dengan demikian,
keputusan untuk melakukan pemesanan barang kembali
sangat bergantung kepada masa tunggu (lead time) dan
persediaan pengaman.
Untuk menghitung titik pemesanan kembali (reorder point)
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
𝑅𝑒𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡
= (𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 𝑀𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢)
+ 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑛
Contoh :
Jika PT Omega membutuhkan bahan baku jagung
sebanyak 1.500 kg dalam kurun waktu setahun, maka
kebutuhan bahan baku per hari diperoleh sebanyak :
1.500 𝑘𝑔
=
360
= 4,17 kg
Jika masa tunggu yang dilewati agar jagung tersebut
diterima yaitu selama 12 hari, maka kebutuhan bahan
baku pada masa tersebut adalah sebanyak 4,17 kg x 12 =
50,04 kg. Sedangkan jika perusahaan menetapkan
persediaan pengaman sebanyak 110 kg, maka titik
pemesanan kembali (Reorder point) = 50,04 kg + 110 kg =
160,04 kg.
Perusahaan harus segera melakukan pemesanan kembali
jika jumlah persediaan bahan baku jagung sudah
menyentuh batas minimal 160,04 kg, guna menghindari
kehabisan bahan baku yang menyebabkan terhentinya
proses produksi pakan ternak.

189
Daftar Pustaka

Diana A, L.S. (2017). Akuntansi Keuangan Menengah.


Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Listiani A, et al. (2019). Analisis Pengelolaan Persedian
Barang Dagang untuk Mengoptimalkan Laba. PETA,
4(1), 95–103.
PSAK No.14 tentang Persediaan. (2015). PSAK No.14
tentang Persediaan. Standar Akuntansi Keuangan.
Dewan Standar Akuntasi Keuangan.
Putra DGEN and Purnawati N.K. (2018). Kinerja
Manajemen Persediaan Barang Dagangan PT Artha
Dinamis Sentosa Bali. E-Jurnal Manajemen Unud,
7(10), 5599–5627.
Sugiarto. (2014). Akuntansi Keuangan Menengah Satu. 1st
edn. Tangerang: Universitas Terbuka Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Syahyunan. (2013). Manajemen Keuangan (Perencanaan,
Analisis dan Pengendalian Keuangan). 1st edn.
Medan: USU Press.

190
Profil Penulis
Munawarah
Lahir di Sibolga 17 Oktober 1988,
menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi
(S-1) program studi Akuntansi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara tahun 2010, dan melanjutkan
pendidikan Program Magister Ilmu Akuntansi (S-2) di
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan lulus pada
tahun 2014. Sejak tahun 2015 penulis telah terjun
sebagai dosen di beberapa Perguruan Tinggi Swasta di
Kota Medan dan saat ini aktif sebagai dosen tetap di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara. Penulis aktif melakukan penelitian dan
pengabdian, dan telah beberapa kali menerima Dana
Hibah Penelitian dan Pengabdian dari Kementerian Riset
Teknologi dan pendidikan Tinggi yaitu pada Tahun 2017,
dan 2018. Selain mengajar, penulis juga aktif sebagai
reviewer di jurnal nasional terakreditasi Sinta, dan juga
sebagai asesor kompetensi BNSP di bidang Akuntansi dan
Kewirausahaan Industri. Penulis memiliki kepakaran di
bidang keuangan sehingga banyak mengangkat topik-
topik penelitian pada bidang ini. Sesuai dengan
kepakarannya, Penulis juga aktif mengajar mata kuliah
Manajemen Keuangan, Analisa Laporan keuangan,
Pengantar Akuntansi, dan Akuntansi Manajemen.
E-mail Penulis: munawarah@usu.ac.id

191
192
14
RISIKO DAN TINGKAT
PENGEMBALIAN

Setiawati, S.E.., M.M.


STIE Persada Bunda

Risiko

Ketidakpastian dalam kehidupan menimbulkan peluang


terjadinya risiko begitu juga halnya yang terjadi dalam
dunia usaha. Setiap keputusan yang diputuskan, tentu
ada risiko yang tidak bisa dihindari. Husnan dan
Pudjiastuti (2006) menyebutkan bahwa dalam teori
keuangan, seseorang bisa menjadi kaya dibandingkan
dengan yang lain adalah karena bersedia menanggung
risiko yang besar. Mereka yang bersedia menanggung
risiko yang lebih besar, mempunyai peluang yang lebih
besar untuk menjadi lebih kaya (dan juga menjadi lebih
miskin). Masalahnya adalah bagaimana kita merumuskan
risiko dalam investasi. Bab ini hanya membicarakan
risiko dalam bentuk ketidakpastian.
Definisi risiko menurut Harjito dan Martono (2011)
merupakan penyimpangan hasil (return) yng diperoleh
dari rencana hasil (return) yang diharapkan. Apabila risiko
investasi berarti perlu dianalisis kemungkinan terjadinya
penyimpangan artinya tidak tercapainya hasil (return)
yang diharapkan dengan yang diperoleh. Hal ini terjadi
karena ketidakpastian masa yang akan datang. Misalnya,
penyusunan anggaran modal suatu investasi dalam
pembelian aktiva tetap yang mengalami kerugian setelah
dijalankan. Risiko yang terjadi di antaranya, risiko aliran
kas pada masa mendatang yang akan diperoleh tidak

193
mempertimbangkan biaya modal, yaitu faktor diskonto.
Hal ini tentu sulit mengatasinya karena tidak dihitung
saat penyusunan anggaran sebelumnya.
Risiko akan timbul kapan saja dan siapa saja, karena
intinya seluruh hal sangat berkaitan erat menggunakan
risiko. Umumnya, risiko ini diartikan menjadi suatu hal
yang memicu akan terjadi kerugian atas peristiwa ekslusif
sama halnya mirip pengertian berdasarkan Otoritas Jasa
Keuangan (2016) mendefinisikan risiko merupakan
potensi kerugian dampak terjadinya suatu peristiwa.
Sedangkan Bambang Rianto (2017) mengartikan bahwa
risiko adalah potensi kerugian dampak terjadinya suatu
insiden eksklusif. Oleh sebab itu, sebelum bertemu
dengan risiko, maka perusahaan wajib siap menghadapi
atau meminimalkan risiko tersebut (Fauzi, Ahmad dkk.,
2022).
Risiko menurut (Tadeilin dalam Afriyeni dan Marlius,
2019) merupakan kemungkinan perbedaan antara return
aktual yang diterima dengan return yang diharapkan.
Suatu investasi, akan selalu berkaitan dengan tingkat
risiko, atau dengan kata lain, tingkat risiko merupakan
suatu hal yang melekat pada setiap alternatif investasi.
Oleh karena itu, suatu perusahaan harus memiliki
kombinasi keputusan-keputusan dalam melakukan
investasi. Keputusan-keputusan ini, memengaruhi nilai
perusahaan melalui pengaruhnya pada faktor tingkat
keuntungan yang diharapkan dan tingkat risiko, karena
tingkat keuntungan bagi para pemegang saham bersifat
tidak pasti sehingga perlu dipertimbangkan.

Jenis dan Bentuk Risiko

Risiko yang tidak dapat dihindari dalam perusahaan ada


yang bisa di atasi oleh perusahaan (dapat
dikelola/dikontrol) atau sebaliknya tidak bisa di atasi
karena perusahaan tidak dapat mengontrol risiko yang
terjadi. Harjito dan Martono (2011) menyebutkan bahwa
jenis risiko yang terjadi dalam perusahaan dapat dibagi
tiga, yaitu:

194
1. Risiko Individual
Risiko individual berasal dari proyek investasi secara
individu tanpa dipengaruhi oleh proyek yang lain.
Risiko ini, terjadi apabila perusahaan hanya
melakukan investasi pada satu jenis investasi saja.
Investor hanya menanamkan dananya pada satu
investasi tersebut. Risiko ini diukur dari naik
turunnya tingkat hasil yang diharapkan atas investasi
yang bersangkutan.
2. Risiko Perusahaan
Risiko perusahaan diukur tanpa mempertimbangkan
diversifikasi atau portofolio yang dilakukan oleh
investor. Jadi, risiko ini diukur dengan melihat naik
turunnya hasil yang diperoleh dari investasi tertentu
yang dilakukan oleh perusahaan. Investor yang
menanamkan modal pada investasi tersebut dan
mungkin juga menanamkan modal pada investasi
yang lain tidak dipertimbangkan dalam perhitungan
risiko ini. Perhitungan risiko perusahaan sangat
penting terutama bagi investor yang tidak melakukan
divesifikasi modalnya. Mereka hanya melihat risiko
yang ada pada satu perusahaan saja. Risiko
perusahaan ini, nantinya akan langsung
memengaruhi harga saham perusahaan yang
bersangkutan.
3. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko investasi ditinjau dari
investor yang menanamkan modalnya pada investasi
yang juga dilakukan oleh perusahaan dan
perusahaan-perusahaan lain. Investor melakukan
diversifikasi investasi. Besarnya risiko pasar ini, tidak
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi.
Hal ini karena risiko ini tergantung pada pasar yang
ada, sehingga risiko ini dinamakan risiko pasar yang
diukur dengan Beta. Risiko pasar ini, sangat penting
untuk diperhitungkan oleh perusahaan. Hal ini
karena risiko ini memiliki pengaruh yang langsung
terhadap harga saham perusahaan. Besarnya risiko
tersebut, akan memengaruhi tingkat pengembalian

195
investasi. Sedangkan besarnya tingkat pengembalian
investasi tersebut akan memengaruhi harga saham.
Semakin besar tingkat pengembalian saham, maka
semakin tinggi pula harga sahamnya.
Sulindawati dkk. (2019), sumber atau bentuk risiko dalam
investasi saham antara lain:
1. Risiko bisnis adalah risiko untuk menjalankan suatu
bisnis di industri tertentu.
2. Risiko suku bunga adalah perubahan suku bunga
memengaruhi tingkat pengembalian saham. Jika
suku bunga saham naik, maka harga saham akan
turun.
3. Risiko pasar adalah fluktuasi pasar secara
keseluruhan yang memengaruhi tingkat
pengembalian investasi yang terlihat dari perubahan
indeks pasar baik faktor ekonomi, politik, kerusakan,
dan lainnya.
4. Risiko inflasi merupakan penurunan daya beli, akan
membuat investor meminta kenaikan tingkat
pengembalian atas investasi.
5. Risiko likuiditas merupakan kecepatan atau volume
sekuritas diperdagangkan di pasar sekunder.
6. Risiko mata uang merupakan perubahan mata uang
suatu negara dengan negara lain.
7. Risiko negara merupakan kondisi perpolitikan suatu
negara.
8. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi
berkaitan dengan makro ekonomi yang memengaruhi
pasar seperti tingkat suku bunga, kebijakan
pemerintah, kurs, dan lainnya.
9. Risiko nonsistematis merupakan risiko yang dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena
hanya ada dalam satu perusahaan atau industri
tertentu.

196
Pendekatan Penggunaan Risiko

Menurut Husnan (2000), semakin tidak pasti arus kas


suatu investasi, semakin berisiko investasi tersebut.
Dasar pemikiran ini, digunakan pendekatan risiko dalam
artian ketidakpastian aliran kas. Artinya ketidakpastian
aliran kas suatu investasi di masa yang akan datang
kemungkinan menyimpang dari nilai yang diharapkan
yang dapat diukur dengan standar deviasi yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Di mana:
σ = Standar deviasi dari nilai aliran kas.
(𝑉𝑖 − 𝐸 (𝑉))2 = Besarnya penyimpangan tiap-tiap aliran
kas yang terjadi yang dihitung dari selisih
antara nilai aliran kas yang terjadi dengan
nilai aliran kas yang diharapkan.
𝑃𝑖 = Probabilitas (kemungkinan) dari tiap aliran
kas yang terjadi.
Perhitungan risiko berdasarkan pendekatan ini,
menunjukkan bahwa semakin besar standar deviasi maka
semakin besar ketidakpastian sehingga risiko investasi
semakin besar. Sebaliknya semakin kecil standar deviasi
maka semakin kecil ketidakpastian sehingga risiko
investasi semakin kecil.
Standar deviasi (Keown, J, Arthur d.k.k. (2010)
merupakan akar pangkat dua dari rata-rata kuadrat
deviasi dari masing-masing pengembalian yang mungkin
yang berasal dari pengembalian yang diharapkan, yaitu:

197
Di mana:
𝑘𝑖 = Nilai dari ke-i tingkat pengembalian yang
mungkin.
𝑘̅ = Tingkat pengembalian yang diharapkan.

P(𝑘𝑖 ) = Kemungkinan atau probabilitas bahwa hasil ke-i


akan terjadi

Tingkat Pengembalian

Setiap perusahaan yang melakukan jual beli di pasar


modal, harus menawarkan kepada investor tingkat
pengembalian yang kompetititf. Pengembalian yang
diharapkan tersebut diukur dengan aliran kas.
Aliran kas yang diharapkan di dalam dunia tidak pasti
untuk investasi dapat menghasilkan satu dari tiga
kemungkinan aliran kas yang tergantung pada kondisi
ekonomi yang terjadi. Berdasarkan informasi ini, tingkat
pengembalian investasi yang diharapkan dapat diukur
dengan salah satu pendekatan tersebut yaitu menghitung
aliran kas yang diharapkan.
Menurut Keown, J, Arthur dkk. (2010) bahwa aliran kas
yang diharapkan merupakan rata-rata tertimbang dari
aliran kas yang mungkin dihasilkan dengan bobot
tertimbang merupakan probabilitas kemungkinan
kejadian kondisi ekonomi. Misalkan 𝑋𝑖 menunjukkan
aliran kas ke-i yang mungkin, n adalah banyaknya
kemungkinan keadaan ekonomi, dan P(𝑋𝑖 ) menunjukkan
probabilitas bahwa akan terjadi aliran kas ke-i atau
keadaan ekonomi itu. Aliran kas yang diharapkan (𝑋̅),
dapat dihitung sebagai berikut:

198
Sedangkan untuk menghitung tingkat pengembalian yang
diharapkan yaitu rata-rata tertimbang dari semua
pengembalian yang mungkin di mana pengembalian
dirata-rata tertimbang dari setiap kemungkinan yang
akan terjadi, dapat dinyatakan sebagai berikut:

Di mana:
𝑘𝑖 = tingkat pengembalian ke-i yang mungkin
dihasilkan.
P(𝑘𝑖 ) = probabilitas dari tingkat pengembalian ke-i yang
mungkin terjadi

Hubungan antara Risiko dan Hasil

Menurut Sulindawati dkk (2019), tingkat hasil rate of


return yang diharapkan oleh perusahaan dari
investasinya, dapat diperhitungkan dengan formulasi
sebagai berikut:
ROI = Ro + rb + rf
Keterangan:
Ro = risiko of return dalam keadaan tanpa risiko (pasti).
Rb = risiko bisnis atau risiko usaha, yaitu premi yang
dibutuhkan untuk memperhitungkan risiko dan
tidak berhasilnya perusahaan untuk memperoleh
hasil di dalam lingkungan dunia bisnis yang ada.
Produknya mungkin tidak laku terjual, mesin-mesin
tidak berjalan secara normal, dan lain-lain.
Rf =risiko finansial yaitu kemungkinan bahwa
perusahaan tidak dapat memperoleh laba yang
cukup besar untuk menutup beban-beban finansial
yang berupa bunga, pengambilan cicilan hutang
ataupun pembayaran dividen kepada para pemegang
saham.

199
Contoh Soal dan Pembahasan

Soal 1:
PT Jaya Wijaya sedang menilai dua usulan investasi yang
memiliki probabilitas kejadian yang berbeda. Aliran kas
kedua proyek tersebut, akan berlangsung selama tiga
tahun, di mana masing-masing tahun distribusi
probabilitasnya sama, tetapi kedua proyek memiliki
distribusi aliran kas yang berbeda. Probabilitas dan aliran
kas kedua proyek tersebut sebagai berikut:

Dari informasi di atas, hitunglah:


1. Tingkat pengembalian untuk masing-masing proyek!
2. Standar deviasi untuk masing-masing proyek!
3. Proyek manakah yang sebaiknya dipilih!
Pembahasan:
1. Menghitung arus/aliran kas yang diharapkan Proyek
A dan Proyek B.
X ̅= X_1.P(X_1 )+X_2.P(X_2 )+⋯+ X_n.P(X_n)
Untuk proyek investasi A:
Rp6.000.000 x 0,10 =Rp 600.000
Rp7.000.000 x 0,20 = Rp1.400.000
Rp8.000.000 x 0,40 = Rp3.200.000
Rp9.000.000 x 0,20 = Rp1.800.000
Rp10.000.000 x 0,10 = Rp1.000.000
Nilai yang diharapkan (X ̅) = Rp8.000.000

200
Untuk proyek investasi B:
Rp4.000.000 x 0,10 = Rp400.000
Rp6.000.000 x 0,25 = Rp1.500.000
Rp8.000.000 x 0,30 = Rp2.400.000
Rp10.000.000 x 0,25 = Rp2.500.000
Rp12.000.000 x 0,10 = Rp1.200.000
Nilai yang diharapkan (X ̅) = Rp8.000.000
2. Menghitung standar deviasi Proyek A dan Proyek B.
Nilai aliran kas yang diharapkan dari proyek A dan B
sama besarnya yaitu Rp8.000.000. Ini tidak berarti
bahwa kedua proyek tersebut memiliki tingkat risiko
yang sama yang diukur dengan standar deviasi (σ).
Berikut ini besarnya standar deviasi untuk masing-
masing proyek dengan menggunakan formula sebagai
berikut:

201
Setelah dilakukan perhitungan standar deviasi
ternyata standar deviasi investasi proyek A sebesar
Rp1.095,46 sedangkan standar deviasi investasi
proyek B sebesar Rp2.280,35. Artinya bahwa standar
deviasi investasi proyek A lebih kecil daripada
investasi proyek B yang berarti investasi proyek A
lebih baik dari investasi proyek B atau investasi
proyek A kurang berisiko dibandingkan investasi
proyek B yang lebih berisiko.
Soal 2:
PT ABC sedang mempertimbangkan investasi dari dua
saham biasa. Dengan informasi berikut, investasi mana
yang lebih baik berdasarkan risiko dan tingkat
pengembalian?

Pembahasan:
Tingkat Pengembalian Saham Biasa X dan Saham
Biasa Z
k ̅= k_1.P(k_1 )+k_2.P(k_2 )+⋯+ k_n.P(k_n)
Untuk Saham Biasa X:
k ̅ = (11%) . 0,30 + (15%) . 0,40 + (19%) . 0,30
= 0,033 + 0,06 + 0,057
= 0,15 = 15%
Untuk Saham Biasa Z:
k ̅ = (-5%) . 0,20 + (6%) . 0,30 + (14%) . 0,30 + (22%) .
0,20
= (-0,01) + 0,018 + 0,042 + 0,044
= 0,094 = 9,4%

202
Risiko Saham Biasa X dan Saham Biasa Z

Untuk Saham Biasa X:


(11%-15%)^(2 ).(0,30) = 4,8
(15%-15%)^(2 ).(0,40) = 0
(19%-15%)^(2 ).(0,30) = 4,8+
Standar Deviasi (σ) = √9,6 = 3,10%
Untuk Saham Biasa Z:
((-5%)-9,4%)^(2 ).(0,20) = 41,47
(6%-9,4%)^(2 ).(0,30) = 3,47
(14%-15%)^(2 ).(0,30) = 0,3
(22%-15%)^(2.).(0,20) = 9,8
Standar Deviasi (σ) = √55,04 = 7,42%
Setelah dilakukan perhitungan tingkat pengembalian
dan risiko baik saham biasa X dan saham biasa Z
maka X lebih baik dari Z karena nilai tingkat
pengembalian saham biasa X lebih besar yaitu 15%
dibandingkan saham biasa Z yaitu 9,4%. Sedangkan
nilai standar deviasi saham biasa X lebih kecil
risikonya dibandingkan Z yaitu 7,42 sehingga
investasi yang lebih baik adalah saham biasa X

203
Daftar Pustaka

Afriyeni, dan Marlius, Doni. (2019). Analisis Tingkat


Pengembalian dan Risiko Investasi (Studi Pada
Industri Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). https://osf.io/cfb92. Diakses 29 Juli
2022.
Fauzi, Ahmad dkk. (2022). Analisis Manajemen Risiko
Bisnis: Studi Pada Produk Usaha Yozi Baba. Journal
of Visions and Ideas, 2(2).
Harjito, Agus, D., & Martono. (2011). Manajemen
Keuangan: EKONISIA. Yogyakarta: Edisi Kedua.
Husnan, Suad. (2000). Manajemen Keuangan Teori dan
Penerapan (Keputusan Jangka Panjang. Edisi
Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Keown, J, Arthur dkk. (2010). Manajemen Keuangan. Edisi
Kesepuluh. Jakarta: Indeks.
Sulindawati dkk. (2019). Manajemen Keuangan Sebagai
Dasar Pengambilan Keputusan Bisnis. Edisi Satu.
Depok: Rajawali Pers.

204
Profil Penulis
Setiawati
Lahir di Kota Dumai pada tanggal 19 Oktober
1980. Setelah menamatkan pendidikan
menengah atas, penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “KBP” di Kota
Padang. Penulis memiliki minat lebih terhadap ilmu
manajemen keuangan. Setelah memperoleh gelar sarjana,
sejak tahun 2004 penulis bekerja pada beberapa
perusahaan swasta dengan tanggung jawab pada bidang
keuangan. Kemudian untuk meningkatkan ilmu
manajemen keuangan, Penulis melanjutkan pendidikan
jenjang S-2 pada Program Magister Manajemen
Universitas Riau pada tahun 2010. Dalam aktivitas
sehari-harinya, penulis merupakan dosen tetap pada STIE
Persada Bunda Pekanbaru dengan tanggung jawab pada
mata kuliah manajemen keuangan dan mata kuliah lain
yang berhubungan. Untuk mewujudkan karir sebagai
dosen profesional maka penulis telah melaksanakan
beberapa penelitian sesuai bidang kepakaran. Dalam
mengembangkan potensi diri, saat ini penulis mulai
menekuni dengan menulis buku sebagai harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara
yang sangat dicintai ini.
E-mail Penulis: setiawatieci@gmail.com

205
206
15
KEBIJAKAN DIVIDEN (DIVIDEND
POLICY)

Heny Handayani, S.Hum., M.M.


Politeknik STIA LAN Jakarta

Pendahuluan

Apabila kita sering membaca literasi yang berhubungan


dengan investasi dan saham, pasti kita tidak asing lagi
dengan istilah dividen. Dividen adalah salah satu
keuntungan yang dapat dinikmati oleh investor saham
selain capital gain. Sebenarnya, tidak hanya investor
saham di bursa efek saja yang dapat menikmati dividen,
namun para investor di equity crawfunding juga bisa
menikmatinya. Nominal dividen yang akan didapatkan
investor berbeda-beda, tergantung dari berapa jumlah
saham yang dimiliki. Ada yang mencapai triliunan rupiah
jika memang saham yang dimiliki banyak dan besaran
dividen yang dibagi juga besar. Karena itu, arti penting
kebijakan dividen berpengaruh significant terhadap
keuntungan investor, maka bab ini berupaya untuk
membahas mengenai beberapa hal, yakni (1) pengertian
dividen, (2) jenis-jenis dividen saham, (3) arti penting
kebijakan dividen, (4) teori kebijakan dividen, (5) faktor-
faktor yang memengaruhi pembayaran dividen (6) cara
menentukan nilai dividen per lembar saham, (7)
pembagian saham, (8) pengaruh kebijakan dividen
terhadap risiko bisnis, dan (9) tips investasi dividen
saham.

207
Pengertian Dividen

Menurut Halim (2007), dividen merupakan pembagian


keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
atas keuntungan yang diperoleh perusahaan. Jika
Perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan
dalam dividen, maka semua pemegang saham bisa
mendapatkan hak yang sama. Pembagian dividen untuk
saham bisa dapat dilakukan jika perusahaan sudah
membayar dividen untuk pemegang saham preferen.
Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen
adalah saham secara tunai untuk setiap lembarnya
(dividend per share). Sedangkan dividen saham (stock
dividend) merupakan dividen yang dibayar atau dibagi
dalam bentuk saham, yang diperhitungkan untuk setiap
lembar sahamnya.
Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham dapat dibagi dalam beberapa jenis
dividen. Dividen yang paling disukai oleh para pemegang
saham adalah dividen tunai atau dividen kas. Sehingga,
dividen dapat diartikan sebagai suatu bentuk pembagian
laba yang dilakukan oleh perusahaan, baik dalam bentuk
kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu
perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang
dimilki oleh pemilik.

Jenis-Jenis Dividen Saham

Ada beberapa jenis dividen yang perlu diketahui oleh


investor sebelum berinvestasi saham. Dividen merupakan
pembagian laba atau hasil yang dibayarkan kepada
pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang
dimiliki, serta keuntungan yang sangat dinanti oleh para
investor. Pada umumnya, dividen yang dibagikan berupa
uang tunai atau saham, namun dividen juga dapat berupa
aset seperti uang tunai, bangunan, dan sebagainya. Ada
beberapa jenis dividen yang dibagikan kepada para
investor atau pemegang saham (Wijayanti, 2022). Jenis
saham ini antara:

208
1. Dividen Tunai (Cash Dividend)
Salah satu jenis dividen dalam saham adalah dividen
tunai (cash dividend). Sesuai namanya, dividen ini
merupakan keuntungan yang dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Kelebihan
dari dividen tunai adalah para investor dapat
langsung merasakan manfaatnya secara langsung
lantaran berbentuk uang tunai. Dividen jenis ini, juga
menjadi jenis yang paling banyak digunakan oleh
perusahaan.
Perusahaan lebih banyak memilih membagikan
dividen dalam bentuk tunai (cash) dengan
menyesuaikan jumlahnya berdasarkan besarnya
saham yang dimiliki. Uang tunai atau cash dividend
akan ditransfer dan disimpan pada rekening bank
pemegang saham yang bersangkutan.
2. Dividen Saham (Stock Dividend)
Jenis kedua yaitu dividen saham atau stock dividend.
Keuntungan yang dibagikan oleh perusahaan kepada
pemegang sahamnya juga bisa berupa saham atau
stock, dan tidak selalu berbentuk uang. Investor
mendapatkan penambahan jumlah saham sebagai
bentuk perolehan pembagian keuntungan dari emiten
yang bersangkutan.
3. Dividen Properti (Property Dividend)
Dividen properti merupakan jenis dividen yang
dibagikan dalam bentuk properti atau barang.
Biasanya, dividen ini dilakukan lantaran perusahaan
menginvestasikan uangnya dalam bentuk properti,
sehingga keuntungan yang dibagikan pun dalam
bentuk barang.
4. Dividen Likuidasi (Liquidating Dividend)
Ketika kemungkinan bahwa perusahaan akan
mengalami masa-masa sulit ini terjadi, perusahaan
akan membagikan dividen likuidasi atau liquidating
dividend. Dividen ini tidak dibagikan berdasarkan
laba yang diperoleh perusahaan namun diambil

209
dengan cara mengurangi modal suatu perusahaan.
Umumnya, dividen ini dibagikan oleh perusahaan
yang akan tutup atau mengalami kebangkrutan.
5. Dividen Skrip (Scrip Dividend)
Dividen jenis ini dibagikan ketika sebuah perusahaan
tidak memiliki uang kas yang cukup untuk membayar
dividen para pemegang sahamnya. Karena tidak
memiliki cukup dana, perusahaan akan membagikan
dividen ini dalam bentuk surat hutang dengan
ketentuan pembayaran akan dilakukan dalam waktu
tertentu yang telah dijanjikan atau disepakati.
Itulah penjelasan mengenai jenis-jenis dividen dalam
investasi saham yang bisa kita pelajari agar dapat
memaksimalkan keuntungan dalam berinvestasi saham.
Pada umumnya, pembagian dividen dilakukan setiap
akhir periode laporan keuangan yaitu satu tahun sekali.
Namun, ada beberapa perusahaan yang rajin
membagikan dividen hingga dua kali atau lebih dalam
satu tahun. Perusahaan inilah yang banyak menjadi
incaran para investor.
Cara kerja dividen yakni berupa pembagian keuntungan
yang memang dibagikan oleh perusahaan kepada
investornya ketika perusahaan profit. Beberapa hal yang
telah dibahas sebelumnya, menjelaskan bahwa dividen
merupakan keuntungan lain yang akan didapat investor
dari investasi saham di samping capital gain. Jika capital
gain didapat dari pertambahan nilai saham yang terus
bergerak sehingga ketika saham dijual, investor akan
mengalami keuntungan. Maka ketika kita berinvestasi
pada saham yang tepat, kita akan mendapatkan
keuntungan dari dividen dalam jumlah yang besar
Besaran uang atau nilai yang akan diterima oleh investor
dari dividen tergantung dari beberapa lembar saham yang
dimiliki. Semakin banyak lembar saham yang dimiliki,
maka semakin besar juga nilai uang yang akan didapat
dari dividen.

210
Arti Penting Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk membagi
laba yang diperoleh perusahaan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan menahan dalam bentuk laba
ditahan untuk digunakan sebagai pembiayaan investasi
pada masa yang akan datang. Menurut Sartono (2011),
kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk
laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba
sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang
ditahan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana
internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih
untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan
pembentukan dana intern akan semakin besar. Kebijakan
dividen suatu perusahaan sehubungan dengan membayar
pendapatan sebagai dividen, dibadingkan
mempertahankannya untuk reinvestasi di perusahaan.
Pembagian keuntungan ini antara pembayaran kepada
pemegang saham dan investasi kembali dalam
perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen
merupakan bagian penting dari jangka panjang strategi
perusahaan pembiayaan.

Gambar 15.1 Ilustrasi Trading Saham


Sumber: www.finance.detik.com/fintech

211
Teori Kebijakan Dividen

Beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukan oleh


para ahli sebagai berikut:
1. Dividen tidak Relevan (Irrelevance Theory)
Modigliani-Miller dalam Sartono (2012), berpendapat
bahwa di dalam kondisi keputusan investasi,
pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap
kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut,
Modigliani-Miller berpendapat bahwa pertumbuhan
perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset
perusahaan. Dengan demikian, pertumbuhan
perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.
Modigliani-Miller membuktikan secara matematis
dengan berbagai asumsi; pasar modal yang sempurna
di mana semua investor bersikap rasional, tidak ada
biaya emisi atau floatation cost dan biaya transaksi,
kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya
modal sendiri perusahaan dan informasi tersedia
untuk setiap individu terutama yang menyangkut
tentang kesempatan investasi. Hal yang terpenting
dari pendapat Modigliani-Miller, bahwa pengaruh
pembayaran dividen terhadap kemakmuran
pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang
sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan
dana yang lain.
2. Dividen Relevansi (Relevance Theory)
a. Dividen Dibayar Tinggi (Bird In the Hand Theory)
Teori yang dikemukakan oleh Hanafi (2012)
argumen ini mengatakan bahwa pembayaran
dividen mengurangi ketidakpastian, yang berarti
mengurangi resiko, yang pada giliran selanjutnya
mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan
oleh pemegang saham. Beberapan argumen yang
mendukung pembayaran dividen tinggi:
1) Mengurangi ketidakpastian.
Dividen yang tinggi akan membantu
mengurangi ketidakpastian. Beberapa tipe
212
investor akan menyukai pendapatan saat ini,
dikarenakan dividen diterima saat ini,
sedangkan capital gain diterima Pada masa
mendatang. Ketidakpastian dividen menjadi
lebih kecil dibandingkan dengan
ketidakpastian capital gain. Investor semacam
itu mau membayar harga yang lebih tinggi
untuk saham dengan dividen tinggi, sehingga
faktor ketidakpastian berkurang.
2) Mengurangi konflik keagenan antara manajer
dengan pemegang saham.
Menurut teori keagenan (agency theory),
konflik bisa terjadi antar pihak-pihak yang
berkaitan di perusahaan. Misalnya, pihak
manajemen dengan pemegang saham
manajemen biasanya diberikan kewenangan
untuk membagikan dividennya kepada
pemegang saham. Namun, oleh pihak
manajemen bisa mempunyai agenda
tersendiri yang tidak selalu konsisten dengan
tujuan pemegang saham.
3) Efek Pajak
Meskipun dividen memilki efek pajak yang
lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain,
tetapi dalam beberapa situasi. Para investor
banyak memilih pembayaran dividen yang
lebih tinggi karena membayar pajak yang lebih
rendah.
b. Dividen Dibayar Rendah
Argumen ini berpendapat sebaiknya dividen
dibayarkan rendah (Hanafi,2012). Variabel yang
mendasari argumen tersebut, yakni:
1) Efek Pajak
Di negara Amerika Serikat, pajak untuk
capital gain lebih rendah dibandingkan
dengan pajak untuk dividen (28% versus
31%). Di samping itu, pajak atas capital gain

213
akan efektif jika capital gain tersebut direalisir
(yang berarti saham tersebut di jual). Dengan
kata lain, pajak efektif atas capital gain dapat
ditunda. Sedangkan pajak dividen akan
dibayarkan pada saat dividen diterima.
Berdasarkan argumen tersebut, dividen
seharusnya dibayar rendah, karena akan
menghemat pajak.
2) Biaya Emisi
Apabila perusahaan membayarkan dividen,
kemudian menerbitkan saham, maka
perusahaan akan mengeluarkan biaya emisi
saham. Biaya modal eksternal lebih besar
dibandingkan biaya modal internal, karena
adanya emisi, biaya transaksi dan biaya under
pricing saham. Oleh karena itu, perusahaan
akan lebih membayarkan dividen rendah
sehingga tidak harus menerbitkan saham
baru.
c. Teori Residu Dividen (Residual Theory)
Sebuah teori yang mengemukakan bahwa dividen
yang dibayarkan seharusnya sama dengan modal
tersisa setelah pembiayaan untuk investasi yang
menguntungkan (Keown et al., 2005). Jika
perusahaan menyebabkan floatation cost, yang
mungkin ditanggung secara langsung atas
keputusan dividen. Karena biaya-biaya ini,
sebuah perusahaan harus mengeluarkan
sejumlah sekuritas yang lebih besar untuk
menerima jumlah diminta untuk investasi.
Sebagai efeknya, floatation cost menghapuskan
ketidakberbedaan antara pembiayaan oleh modal
internal dan oleh saham baru. Pada awal,
perusahaan dapat membayar dividen dan
mengeluarkan saham atau menahan keuntungan.
Dividen dibayar jika keuntungan tidak
sepenuhnya digunakan untuk tujuan investasi
yakni, hanya jika ketika ada dividen residu setelah
pembiayaan investasi baru.

214
Besaran dividen tergantung kebijakan dividen
masing-masing perusahaan. Menurut Naveli
(1989) secara umum kebijakan dividen yang
ditempuh perusahaan mempunyai tiga kebijakan
ini, yaitu;
1) Constant Dividend Payout Ratio
Terdapat beberapa cara mengatur dividend
payout ratio yang dibagikan secara tetap
dalam presentase atau rasio tertentu.
2) Stable Per Share Dividend
Kebijakan yang menetukan besaran dividen
dalam jumlah yang tetap. Kebijakan ini
menunjukan perusahaan untuk
mempertahankan laba yang tinggi.
3) Reguler Dividend Plus Extra
Dalam kebijakan ini, perusahaan akan
memberikan suatu tingkat dividen yang relatif
rendah tetapi dalam jumlah yang pasti, dan
memberikan tambahan apabila perusahaan
membukakan keuntungan yang cukup tinggi.
Bagi investor jumlah rupiah yang diterima
dari pembayaran dividen resikonya lebih kecil
dari capital gain. Selain itu, dividen lebih
dapat di perkirakan sebelumnya
(Halim,2007). Sedangkan capital gain lebih
sulit diperkirakan, sehingga pembayaran
dividen yang tinggi dapat diartikan bahwa
perusahaan mempunyai prospek tingkat
keuntungan yang baik.
Pada akhirnya, harga saham cenderung
mengikuti naik turunnya besarnya dividen
yang dibayarkan dapat menjadi informasi
yang kurang baik bagi perusahaan dan
besarnya dividen yang dibayar sebagai
informasi tingkat pertumbuhan laba saat ini
dan masa mendatang. Dengan anggapan
tersebut, harga saham akan menjadi turun,

215
karena banyak pemegang saham akan
menjual sahamnya.
d. Teori Signalling Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa kenaikan dividen
sering diikuti dengan kenaikan harga saham.
Sebaliknya, penurunan dividen pada umumnya
menyebabkan harga saham turun (Najib, 2015).
Penurunan dividen atau kenaikan dividen di
bawah kenaikan normal (biasanya) diyakini
investor sebagai sinyal bahwa perusahaan
menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang.
Seperti teori dividen yang lain, yakni teori
signalling hypothesis ini juga sulit dibuktikan
secara empiris.
e. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang
saham yang berbeda akan memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok pemegang saham yang
membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih
menyukai Dividend Payout Ratio (DPR) yang tinggi.
Sebaiknya, kelompok pemegang saham yang tidak
begitu membutuhkan uang lebih senang jika
perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembayaran


Dividen

Beberapa faktor yang berpengaruh tehadap pembayaran


dividen, di antaranya (Tampubolon, 2013):
1. Tingkat pertumbuhan korporasi (company growth
rate).
2. Keterikatan dalam rapat (restrictive convenant).
3. Profitabilitas (profitability).
4. Stabilitas laba (earning stability).

216
5. Kontrol perbaikan (maintenance control).
6. Memahami pengungkit keuangan (degree of financial
leverage).
7. Kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal
(ability to finance externally).
8. Keadaan tidak terduga (uncertainty).
9. Ukuran dan umur korporasi (age and size).

Gambar 15.2 Faktor-Faktor Pembayaran Dividen

Cara Menentukan Nilai Dividen per Lembar Saham

Investor harus tahu cara menghitung dividen saham


agar bisa menghitungnya sendiri. Capital gain atau
dividen merupakan keuntungan dalam investasi

217
saham yang banyak dinantikan para investor. Melalui
dividen ini, investor akan mendapatkan porsi
pendapatan perusahaan dalam periode waktu
tertentu. Cara menghitung saham bisa dilakukan
dengan perhitungan yang melibatkan laba bersih
perusahaan, Dividend Payout Ratio (DPR), dan jumlah
saham yang beredar (Waijayanti, 2022).
Setiap pemegang saham biasa dari sebuah emiten
tentu akan mendapatkan porsi dividen masing-masing
jika memiliki saham dalam periode waktu saat dividen
dibagikan. Besaran dividen bergantung pada jumlah
kepemilikan saham masing-masing. Jadi, antara satu
pemegang saham dengan pemegang saham lainnya
memiliki perbedaan jumlah dividen.
Sementara itu, dalam menghitung dividen kita perlu
mengetahui beberapa data antara lain laba bersih
perusahaan atau laba bersih per saham, Dividend
Payout Ratio (DPR), dan jumlah saham beredar atau
outstanding shares. Dividend Payout Ratio (DPR) atau
Rasio Pembayaran Dividen adalah rasio yang
menunjukkan persentase setiap keuntungan yang
diperoleh dan didistribusikan kepada pemegang
saham dalam bentuk uang tunai. Sedangkan,
outstanding shares adalah jumlah total lembar saham
sebuah perusahaan yang dimiliki oleh para investor
atau pemegang saham baik perorangan maupun
institusi.
Dividen = Laba bersih x Dividend Payout Ratio
Sebagai contoh, ada sebuah saham perusahaan
Primasindo Asia Outsourching Tbk dengan kode BIMO
yang mempunyai saham sejumlah 8 juta lembar
saham. Perusahaan BIMO rupanya mengalami
peningkatan positif dan menghasilkan laba bersih
perusahaan sebesar Rp4 miliar. Sementara itu,
kebijakan pembagian dividennya atau dividend payout
ratio (DPR) nya sebesar 40% dari laba bersih yang
dihasilkan perusahaan. Maka, dari data tersebut,
perhitungan dividen pada perusahaan BIMO bisa
dilakukan dengan cara sebagai berikut.

218
Diketahui:

Laba Bersih = Rp4.000.000.000

DPR = 40%

Outstanding = 8.000.000 Lembar


Shares Saham

Dividen = Laba Bersih x Dividend


Payout Ratio

= Rp4.000.000.000 x
40% =
Rp1.600.000.000

Maka, dividen per lembar saham beredar =


Rp1.600.000.000/8.000.000 lembar saham = Rp200
per lembar saham.
Cara menghitung dividen saham nasabah:
Untuk dividen yang diterima setiap investor
jumlahnya dikurangi pajak penghasilan (PPh) sebesar
10%. Dengan demikian, setiap dividen yang diterima
investor perlu dikurangi pajak sebesar 10%.
Sebagai contoh, Anda merupakan investor dari emiten
BIMO yang sudah dihitung besaran dividennya di
atas. BIMO membagikan dividen sebesar Rp200 per
lembar saham. Sementara itu, Anda memiliki
sebanyak 90 lot atau 9.000 lembar saham BIMO. Dari
jumlah tersebut, berapa jumlah dividen yang akan
Anda terima?
Dividen sebelum pajak = 9.000 x Rp200 = Rp1.800.000
Dividen setelah pajak = Rp1.800.000 – (Rp1.800.000x
10%) = Rp1.620.000
Jadi, dividen yang akan Anda dapatkan sebagai
investor saham BIMO dengan kepemilikan saham
sebanyak 90 lot atau 9.000 lembar saham adalah
sebesar Rp1.620.000 .

219
Itulah cara menghitung dividen saham yang bisa Anda
jadikan referensi dalam menghitung dividen saham
yang Anda dapatkan.

Pembagian Saham

Dividen saham merupakan pembagian keuntungan


yang dibagikan kepada investor, sehingga
pembagiannya harus sesuai dengan prosedur.
Umumnya, sebelum membagikan dividen perusahaan
akan membuat pengumuman terlebih dahulu
mengenai jadwal pembagian saham yang
dipublikasikan melalui PT KSEI (Kustodian Sentral
Efek Indonesia).
Biasanya periode waktu pembagian dividen akan
terjadi setiap akhir periode laporan keuangan, yaitu
satu kali dalam satu tahun. Akan tetapi, ada juga
beberapa perusahaan yang melakukan pembagian
dividen sampai dua kali atau lebih dalam setahun.
Berikut cara pembagian saham beserta jadwalnya:
1. Declaration Date
Perlu diketahui bahwa terdapat proses declaration
date yang akan muncul pertama kali sebelum
pembagian saham. Tanggal ini merupakan waktu
ketika perusahaan mengumumkan besaran
dividen yang dibagikan kepada investor.
2. Cum Dividen
Cum dividen merupakan hari terakhir pemegang
saham dapat menerima hak pembagian saham.
Misalnya, pemegang saham berhak mendapatkan
dividen ketika kita memegang saham perusahaan
di tanggal cum dividend. Misalnya, ketika kita
membeli saham perusahaan A pada saat
perusahaan tersebut masuk ke tahap cum dividen,
maka kita berhak atas dividen perusahaan
tersebut. Namun, kita menjadi tidak berhak
menerima dividen jika sebelum tanggal tersebut
kita sudah menjualnya.

220
3. Ex Dividen
Ex dividen merupakan waktu perdagangan di
mana investor tidak lagi mendapat hak dividen.
Oleh karena itu, disarankan untuk membeli
saham pada saat cum dividen atau sebelumnya.
4. Pencatatan
Ketika tanggal pencatatan dimulai, perusahaan
akan mendata siapa saja pemegang saham yang
berhak menerima dividen. Jika ada pemegang
saham yang membeli saham pada saat ex dividen,
maka kita berhak mendapatkan dividen pada
tahun depan, bukan tahun ini.
5. Pembayaran Dividen
Ketika masuk tanggal pembayaran dividen,
perusahaan akan mentransfer laba mereka ke
para investor. Rekening Dana Nasabah atau RDN
akan bertambah secara otomatis setelah dividen
ditransfer dan dibagikan. Cara cek dividen saham
bisa dilakukan dengan memperhatikan jadwal
pembagian dividen tersebut di website resmi
www.ksei.co.id, atau aplikasi RTI Business, atau
aplikasi sekuritas resmi lainnya yang kita
gunakan.

Gambar 15.3 Aplikasi RTI Business

221
Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Risiko Bisnis

Perusahaan yang sedang berkembang rentan terhadap


peningkatan hutang. Rasio hutang terhadap asset
total perusahaan yang besar menunjukkan potensi
risiko yang juga besar. Dividen dapat menjadi sumber
konflik antara pemberi pinjaman dengan pemegang
sahan yang hasilnya bisa memunculkan biaya
keagenan hutang. Sehingga, kebijakan pembagian
dividen perusahaan berpengaruh terhadap munculnya
risiko bisnis, terutama pada perusahaan yang sedang
berkembang.
Apabila perusahaan meniadakan pembagian dividen
karena tidak memiliki kas, justru bisa menambah
beban perusahaan tersebut. Perusahaan harus
membayar biaya dan bunga yang lebih besar di
kemudian hari karena memunculkan hutang baru.
Perusahaan yang menaikkan pembagian dividen
untuk para investor padahal memiliki hutang tinggi,
dapat menjadi perspektif negative bagi investor
tersebut. Hal ini membuat perusahaan sangat rentan
terhadap resiko pailit. Perusahaan kerap
menginvestasikan keuntungan untuk meningkatkan
laba di masa depan. Namun, sejatinya hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya dana perusahaan yang
membuat pembagian financing saham semakin rendah.

Tips Investasi Dividen saham

Berikut beberapa tips yang bisa kita coba guna


mendapatkan keuntungan lebih dari dividen saham
dengan memperhatikan beberapa hal, di antaranya:
1. Fundamental Keuangan
Fundamental keuangan suatu perusahaan perlu
diperhatikan dengan melihat bagaimana pembagian
dividen dalam laporan keuangan perusahaan.
Membeli saham dari perusahaan yang
fundamentalnya bagus akan memberikan
keuntungan lebih. Investor tidak perlu khawatir harga
saham akan anjlok setelah dividen dibagikan jika

222
perusahaan tersebut memiliki fundamental yang baik
dalam jangka panjang. Pembagian dividen dapat
mengurangi modal ekspansi perusahaan. Jadi, harus
kita pastikan perusahaan memang memiliki rencana
ekspansi di masa depan yang matang termasuk dari
sisi permodalan.
2. Rasio Dividen Yield
Rasio Dividend Yield (DY) mencerminkan
perbandingan antara nilai dividen terhadap harga
saham. Hal ini mengindikasikan tingkat keuntungan
investasi saham. Dividend yield yang tinggi dapat
disebabkan oleh tingginya dividen per lembar atau
harga saham yang tergolong murah. Oleh sebab itu,
besaran nominal dividen belum tentu
menguntungkan investor.
3. Jadwal Pembagian Dividen
Hal penting terakhir yakni kita memperhatikan jadwal
pembagian dividen di suatu perusahaan. Mulai dari
cum date, ex date, recording date, dan payment date
harus diperhatikan dengan baik agar tidak salah
dalam berinvestasi. Jangan samapai kita berharap
mendapatkan pembagian dividen di tahun ini, namun
salah membeli saham di periode ex date.

223
Daftar Pustaka

Abdul, Halim. (2007). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba


Empat.
Finance.detik.com. (2022). Pengertian Trading Saham &
Tips Menerapkannya agar Berhasil. Diakses 15 Juli
2022, dari https://finance.detik.com/fintech/d-
5968273/pengertian-trading-saham--tips-
menerapkannya-agar-berhasil
Hanafi, Mamduh dan Halim, Abdul. (2012). Analisis
Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Penerbit UPP Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Keown, Arthur J., John Martin., William, Petty dan David
F. Scott. (2010). Manajemen Keuangan Prinsip dan
Penerapan. Edisi Kesepuluh Jilid 1, Alih Bahasa
Marcus Prihminto Widodo, MA. Jakarta: PT Indeks.
Najib, Mohammad. (2015). Manajemen Keuangan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Naveli, Raymond P. (1989). Fundamentals of Managerial
Finance. Cincinnati Ohio: South Western Publishing.
Sartono, Agus. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan
Aplikasi. (4th ed.). Yogyakarta: BPFE
Tampubolon, Manahan T. (2013). Manajemen Keuangan
(Finance Management). Edisi Pertama. Jakarta:
PT.Mitra Wacana Media.
Widoatmodjo, Sawidji. (1996). Cara Sehat Investasi di
Pasar Modal: Pengetahuan Dasar. Jakarta: Jurnalindo
Aksara Grafika.
Widoatmodjo, Sawidji. (1996). Teknik Memetik Keuntungan
di Bursa Efek. Jakarta: Rhineka Cipta.
Wijayanti, Ratih Ika. (2022) . Mengenal Jenis-Jenis
Dividen dalam Investasi Saham. Diakses 15 Juli 2022,
dari https://www.idxchannel.com/market-
news/mengenal-jenis-jenis-dividen-dalam-investasi-
saham.

224
Profil Penulis
Heny Handayani
Penulis adalah dosen di Lembaga
Administrasi Negara (LAN), khususnya di
Politeknik STIA LAN Jakarta. Ketertarikan
penulis dalam menulis buku yakni
dimulai pada tahun 2009 silam.
Penulis memiliki pengalaman sebagai reporter dan
juga mempunyai pengalaman pada perusahaan
manufaktur di Jawa Tengah. Kepakaran yang
dimiliki oleh penulis dalam dibidang Manajemen,
Marketing, Entrepreneurship, dan Administrasi.
Guna mewujudkan karir sebagai dosen
profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti
dibidang kepakarannya tersebut. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal lembaga. Selain peneliti, penulis juga aktif
menjadi asesor dari Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP), serta menulis buku dan jurnal
dengan harapan dapat memberikan kontribusi
positif bagi bangsa dan negara.
E-mail Penulis: heny.handayani@stialan.ac.id

225
226
16
ANALISIS BREAK EVEN POINT

Muhamad Nur Rizqi., S.E., M.M.S.I


Universitas Ibn Khaldun Bogor

Pengertian Break Even Point

Membahas Perekonomian Indonesia hari ini, sedikit


banyak dipengaruhi oleh kebijakan nasional bahkan
internasional, hal ini tercermin dari adanya kebijakan
pemerintah seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) yang mengikuti harga minyak dunia. Meskipun
demikian, kebijakan ekonomi nasional pun terkadang
sulit untuk menyesuaikan kembali ketika harga minyak
dunia berangsur turun kembali.
Salah satu hal yang tak luput diperbincangan adalah
mengenai besaran modal yang dikeluarkan, tatkala
perusahaan melakukan operasinya. Masih di
pembahasan seputar minyak, tidak sedikit biaya-biaya
yang selanjutnya disebut sebagai Harga Pokok Produksi
(HPP) dihitung dengan metode yang bisa digunakan
seperti full costing atau variable costing, HPP tersebut
menjadi patokan manajemen perusahaan dalam
penentuan harga jual. Dalam pembahasan harga jual,
perusahaan dapat dikatakan tidak untung ataupun tidak
rugi, jika terjadinya penjualan hanya senilai dengan Harga
Pokok Produksi (HPP) tersebut, hal ini disebut dengan
“titik impas” atau biasa dikenal dengan istilah Break even
point (BEP).
Analisis Break even point (BEP) adalah sebuah alat
analisis yang digunakan dalam operasi perusahaan dalam
mencapai titik kondisi tidak untung dan juga tidak rugi,

227
sehingga dapat menjadi informasi bagi pimpinan dalam
menentukan berbagai tingkat volume penjualan yang
berkaitan dengan perolehan laba.

Konsep Break Even Point

Konsep Break even point (BEP) pada umumnya, terjadi


pada dua jenis perusahaan, yakni perusahaan dagang dan
perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang,
manajemen menghitung pada unit ke berapa terjadinya
penjualan yang nilainya sama dengan total modal dasar
dari semua unit yang tersedia untuk dijual. Sedangkan
pada perusahaan manufaktur, manajemen menghitung
pada unit keberapa terjadinya penjualan yang nilainya
sama dengan total biaya produksi. Baik perusahaan
dagang ataupun perusahan manufaktur, dalam mencapai
titik impas atau BEP, kedua jenis perusahaan tersebut
memerlukan informasi pendapatan dan biaya yang
dikeluarkan.
Dalam menghitung BEP ini, perusahaan akan
memperoleh keuntungan ketika pendapatan melebihi
total biaya yang dikeluarkan, dengan kata lain, penjualan
di atas unit BEP yang diketahui, baik pada perusahaan
dagang ataupun manufaktur.

Tujuan Analisis Break even point

Untuk mencapai titik impas atau BEP, pada umumnya


manajemen melakukan penelaahan terhadap barang yang
diproduksi atau yang dijualnya. Hal-hal yang ditelaah
antara lain berupa kebutuhan modal atau investasi,
margin yang diharapkan, dan target waktu dalam
perolehan laba. Analisis BEP sangat penting untuk
dilakukan, karena dapat membantu manajemen atau
pemegang saham dalam pengambilan keputusan. Berikut
adalah beberapa tujuan dilakukannya analisis BEP:

228
Tabel 16.1
Tujuan Analisis Break even point

Subjek Tujuan Analisis BEP


Manajemen 1. Pengambilan keputusan,
apakah perlu menaikkan
harga.
2. Pengambilan keputusan,
apakah perlu mengurangi
biaya produksi atau biaya
operasional.
3. Menentukan jumlah
produksi.
4. Menentukan langkah bisnis
selanjutnya agar lebih
efisien.
5. Memahami perubahan nilai
keuntungan ketika harga
pokok produksi mengalami
perubahan.
6. Dapat mengantisipasi
kerugian ketika terjadinya
penurunan penjualan.
Pemegang Saham Saat melakukan jual beli saham,
dapat menganalisis kapan saat
yang tepat untuk membeli (call)
dan kapan harus menjual (put).
Pemilik 1. Pengambilan keputusan,
perusahaan apakah harus melakukan
(pebisnis) penggantian asset tetap
seperti mesin produksi.
2. Pengambilan keputusan,
ketika dihadapkan dengan
investasi sebuah proyek,
sumber daya, aplikasi
atau teknologi spesifik.

Komponen Pembentuk Break Even Point

Untuk dapat menentukan titik impas (BEP), terlebih


dahulu harus melakukan klasifikasi terhadap biaya-biaya
yang dijumpai. Klasifikasi yang dimaksud menjadi
komponen pembentuk perhitungan Break even point yaitu
biaya tetap, dan biaya variable. Selain klasifikasi biaya,

229
dua hal lain yang menjadi komponen adalah harga jual
dan pendapatan. Berikut penjelasannya:
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap yakni biaya yang jumlahnya tetap sama
ketika keluaran berubah, atau dapat diartikan biaya
yang dalam jumlah keseluruhan tetap konstan dalam
rentang yang relevan ketika tingkat keluaran aktivitas
berubah (Mowen, 2011).
2. Biaya Variable (Variable Cost)
Biaya variabel yakni biaya yang dalam jumlah
keseluruhan bervariasi secara proporsional terhadap
perubahan keluaran, dengan kata lain biaya variable
berubah sesuai dengan perubahan keluaran (Mowen,
2011).
3. Harga Jual (Price)
Harga jual yakni harga yang ditetapkan manajemen
perusahaan setelah terhitung biaya-biaya pokok
produksi (dalam perusahaan manufaktur) atau harga
pokok penjualan (dalam perusahaan dagang)
ditambah dengan keuntungan yang diharapkan.
4. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan yakni hasil yang didapat dari penjualan.
Banyaknya pendapatan diperoleh dari kuantitas yang
dikalikan dengan harga jual yang ditetapkan.
Selain keempat komponen di atas, hal lainnya yang
mendukung analisis Break even point adalah waktu. Hal
tersebut berkaitan dengan biaya tetap maupun biaya
variable. Misalkan, dalam memproduksi sebuah buku
dengan oplag 3000 exemplar, manajemen dapat
menargetkan penjualan dalam satu tahun dan dapat
memperkirakan berapa keuntungan yang diperoleh, yang
mana hal itu semua diperhitungkan dengan asumsi bahwa
biaya teersebut dihitung untuk jangka waktu tertentu.

230
Metode dan Cara Menghitung Analisis Break even
point

Dalam mencapai titik impas, ada beberapa metode yang


dapat digunakan, semua metode tergantung kepada
kebutuhan manajemen. Metode yang dimaksud antara
lain:
1. BEP dalam Unit
Untuk menentukan titik impas dalan unit, maka
fokusnya kepada laba operasi, kemudian
dikembangkan untuk menentukan jumlah unit yang
harus dijual dalam mencapai laba yang diharapkan.
Laba operasi didapat dari rumus:

Laba operasi = Pendapatan penjualan – Biaya


Variabel – Biaya Tetap

Setelah menghitung jumlah unit terjual, maka laba


operasi dapat dinyatakan dengan lebih spesifik yakni
pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya
variable dalam jumlah unit dan dikurang juga dengan
biaya tetap.

Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual ) –


(biaya variabel per unit x Jumlah unit terjual) – Total
biaya tetap

Adapun rumus dalam mendapatkan BEP:

a = Biaya Tetap
P = Harga Jual per Unit
b = Biaya Variable per unit

231
Adapun rumus yang digunakan pada pengurangan
harga jual dengan biaya variable per unit, biasa
dikenal dengan sebutan margin kontribusi
(contribution margin). Margin kontribusi, dalam
mencapai titik impas haruslah sama dengan biaya
tetap.
2. BEP dalam Satuan Mata Uang Penjualan
Seperti yang disampaikan di atas, bahwa penggunaan
rumus tergantung dari kebutuhan manajemen. Untuk
perhitungan BEP dalam satuan mata uang penjualan,
missal Rp atau $ pada umumnya diminati oleh
manager yang menargetkan pendapatan penjualan
dalam nilai tertentu. Jadi, BEP yang diharapkan
bukan dalam satuan unit, melainkan dalam nilai
pendapatan tertentu.
Pada metode ini, biaya variabel sebagai presentase
dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit
yang terjual. Contoh harga sebesar Rp10 dan biaya
variabel sebesar Rp6. Sisanya adalah margin
kontribusi Rp4 (Rp10 – Rp6). Jika yang dijual adalah
10 unit, maka total biaya variabel adalah Rp60. (10
unit x Rp6). Karena setiap unit yang dijual
menghasilkan pendapatan sebesar Rp10 dan
membutuhkan biaya variable Rp6. Hal ini dapat
disebut bahwa 60% dari setiap Rp pendapatan yang
dihasilkan diakibatkan oleh biaya variable (Rp6/
Rp10). Dengan berfokus pada pendapatan penjualan,
manajemen dapat memperkirakan total biaya variable
sebesar Rp60 untuk pendapatan Rp 100 (0,60 x
Rp100).
Adapun apabila manajemen menentukan persentase dari
pendapatan penjualan sebagai targetnya, maka BEP akan
diperoleh dengan rumus yang hampir sama, namun
dibedakan dari hasil yang diharapakannya, yakni berupa
persentase (%).

232
Contoh Analisis Break even point

Dengan melihat penjelasan metode dan rumus pada


subbab sebelumnya, akan lebih baik digambarkan dalam
sebuah kasus. Berikut adalah contoh penerapan
perhitungan titik impas setiap metode.
1. BEP dalam Unit Penjualan
Contoh: sebuah perusahaan hendak mengetahui
berapa unit yang dijualnya untuk mencapai titik
impas, dengan data penjualan sebanyak 1.000 unit
dengan harga satuan Rp450. Hasil klasifikasi biaya-
biaya yang ada dan besaran laba yang diperoleh di
tuliskan sebagi berikut:

Dari informasi di atas, dapat dihitung bahwa unit


yang dijual dalam mencapai BEP adalah sebanyak
500 unit.

BEP (Unit) sbb: = (450 x unit) - (350 x unit) - 50,000


= (100 x unit) - 50,000
= 500
Untuk mengetahui kebenaran dari hasil perhitungan
di atas, dapat dicek dengan pembuktian sebagai
berikut:

233
Pembuktian dapat dilakukan juga dengan rumus
sederhana berikut:
Jumlah Unit = Rp 50,000 / 450 - 350
= 50,000 / 100

= 500 Unit

Agar terlihat lebih jelas, contoh kasus di atas dibuat


dalam tabel dan grafiknya sebagai berikut:
Tabel 16.2
Perhitungan Analisis BEP

234
Gambar 16.1 Grafik BEP
Dari gambar di atas, dapat dipahami bahwa titik BEP
terletak pada quantity 500 (sumbu X) dan total cost
Rp225.000 (sumbu Y), atau pada total pendapatan
mencapai Rp225,000 yang sama dengan total biaya
yang juga sebesar Rp225.000.
Dari grafik pun dapat dipahami pula bahwa pada
posisi bawah titik impas atau BEP adalah kondisi di
mana perusahaan menderita kerugian, dan
sebaliknya posisi di atas titik impas atau BEP adalah
kondisi perusahaan mendapatkan keuntungan.
2. BEP dalam Satuan Mata Uang Penjualan
Contoh: Sebuah perusahaan menargetkan penjualan
dengan laba sebesar Rp75,000 untuk sebuah produk
yang diproduksinya. Adapun data biaya-biaya yang
terkandung di dalamnya dan harga jual yang
ditetapakan masih menggunakan data contoh
sebelumnya. Berikut adalah perhitungannya:

(450 x unit) - (350 x unit) -


75,000 = 50,000

125,000 = 100

Unit = 1,250

235
Dari informasi di atas, dapat diketahui bahwa unit
yang harus terjual dalam mencapai laba Rp75.000
adalah sebesar 1.250 unit. Adapun cara perhitungan
untuk membuktikan kebenaran unit yang didapat
tersebut, dapat disampaikan sebagai berikut:

Perhitungan di atas merupakan contoh bagaimana


manajemen menggunakan data BEP sebelumnya
yakni 500 unit sebagai dasar atau pijakkannya dalam
menentukan berapa unit yang harus dijualnya ketika
menaargetkan laba (dalam Rp) tertentu.
Sedangkan contoh perhitungan BEP ketika
manajemen menargetkan % tertentu dari penjualan
adalah sebagai berikut:
Contoh: Manajemen yang memiliki target laba 15%
dari penjualan, dengan asumsi biaya-biaya sama
dengan contoh atas, maka jumlah yang harus
dijualnya adalah:

0,15 (Rp 450) (unit) = (450 x unit) - (350 x unit) - 50,000


67.5 = 100 unit - 50,000
32.5 unit = 50,000
unit = 1,538
Jadi, unit yang harus dijual oleh perusahaan ketika
menginginkan laba 15% dari penjualan adalah
sebanyak 1,538 unit. Perhitungan di atas pun tetap
diambil dengan dasar yang jelas bahwa BEP ada pada
500 unit. Adapun pembuktian tentang unit tersebut

236
sehingga diperoleh keuntungan 15 % dari penjualan
adalah sebagai berikut:

Faktor-Faktor yang Meningkatkan Break even point


Perusahaan

Menghitung Break even point (BEP) adalah kegiatan


penting yang harus dilakukan manajemen untuk
mengetahui target perusahaan dalam menutupi biaya
produksi. Sementara, terkadang BEP dapat meningkat
ataupun menurun, bergantung pada faktor-faktor
tertentu.
Dilansir dari Corporate Finance Institute, berikut adalah
faktor-faktor naik-turunnya titik impas:
1. Peningkatan Produksi
Jika permintaan pasar meningkat, otomatis
perusahaan harus semakin banyak memproduksi
barang.
Dalam keadaan ini, BEP mengalami kenaikan karena
harus menutupi biaya produksi tambahan tersebut.
2. Naiknya Biaya Produksi
Seperti yang diketahui, harga bahan baku terkadang
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dengan
keadaan seperti itu, otomatis biaya produksi juga
akan naik dan BEP juga ikut naik karena ada biaya
tambahan.

237
Selain biaya produksi, mungkin ada biaya tambahan
tak terduga lainnya, seperti harga sewa gedung dan
gaji yang harus diberikan karyawan karena
bertambah jumlahnya.
3. Perawatan Alat-Alat
Kemungkinan di tengah jalannya bisnis ada alat
produksi yang harus diperbaiki agar proses produksi
berjalan. Tambahan biaya ini juga memengaruhi BEP
yang otomatis juga ikut naik.

Kesimpulan

Dengan mengetahui cara menganalisis titik impas atau


break even point, perusaahaan berpotensi memperoleh
keuntungan yang besar, manajemen pun dapat
mengendalikan keuangan perusahaan di antaranya
dengan melakukan pensettingan terhadap harga jual,
demi memperoleh keuntungan.

238
Daftar Pustaka

Mowen Maryanne, M. Hansen, Don. R, (2011). Akuntansi


Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowled
ge/finance/break-even-point-bep/.

239
Profil Penulis
Muhamad Nur Rizqi
Lahir di Bogor, 38 Tahun silam. Menjadi
seorang Praktisi sekaligus Pendidik
merupakan cita-citanya sejak kecil.
Ketertarikan terhadap Ilmu Akuntansi dan
Keuangan dimulai pada tahun 2001 saat mengenyam
bangku kuliah di Universitas Gunadarma dengan
mengambil jurusan Akuntansi. Pada tahun ketiga semasa
kuliah S-1, penulis terpilih sebagai Asisten Laboratorium
Akuntansi Keuangan dengan aktivitas utama mengajar
mata kuliah Akuntansi Keuangan dan Komputer
Akuntansi, aktivitas ini berlangsung sampai memperoleh
gelar sarjana. Penulis meneruskan studi ke Pasca Sarjana
Universitas Gunadarma dengan Jurusan Sistem Informasi
Akuntansi atas program beasiswa universitas tersebut,
dan lulus pada tahun 2008. Penulis mengawali karir pada
tahun 2009 dengan menjadi Dosen di STIE Binaniaga di
samping menjadi Praktisi di Industri Konstruksi dan
Otomotif. Saat menjadi Dosen STIE Binaniaga, penulis
menjadi bendahara pada Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat institusi tersebut. Penulis
memiliki kepakaran di bidang Akuntansi Keuangan,
Keuangan dan Sistem Informasi Akuntansi. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan telah berhasil dipublikasi,
dan satu judul terkategori Best Paper pada Call For Paper
“Ecobestha 2022” yang diselenggarakan Universitas
Pancasila, Februari 2022. Saat ini penulis aktif menjadi
Praktisi di Industri Manufaktur serta Dosen di Universitas
Ibn Khaldun-Bogor dengan tugas tambahan sebagai
Kepala Laboratorium Akuntansi. Hal ini saling
mendukung satu sama lain dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara.
E-mail Penulis: mn.rizqi86@gmail.com

240
17
MERGER DAN AKUISISI

Susi Handayani, S.E., M.Si


Universitas Indo Gobal Mandiri Palembang

Restrukturisasi perusahaan dalam dunia bisnis


merupakan penggabungan usaha dalam hal ini biasa.
Merger dan akuisisi pada dari berbagai sektor usaha
sebagai strategi pengembangan serta bertahan
menghadapi kondisi ekonomi yang terus berkembang.
Proses merger dan akuisisi diharapkan menjadi sumber
energi perusahaan dalam meningkatkan kualitasnya
sehingga diperoleh kinerja keuangan. Hariyani et al.
(2011) mengemukakan bahwa merger dilakukan satu atau
lebih Perseroan Terbatas (PT) dan merupakan suatu
perbuatan hukum. Sementara itu, Maheka (2008)
mengemukakan akuisisi merupakan pengambilalihan
kepemilikan atau kendali operasional dari suatu
perusahaan.
Abdul Moin (2003) mengemukakan merger dan akuisisi
dapat dilakukan menggunakan pendekatan perspektif
corporate finance serta strategic management. Dilihat dari
sisi keuangan perusahaan, merger dan akuisisi
merupakan suatu bentuk keputusan investasi jangka
panjang di mana investigasi serta analisis dilakukan
melalui aspek kelayakan bisnisnya, sedangkan dari
perspektif manajemen strategi merger dan akuisisi
merupakan suatu kemajuan yang dilakukan
menggunakan pihak luar sebagai usaha tercapaianya
tujuan perusahaan.

241
Merger dan Akuisisi

Beberapa ahli telah mengemukakan definisi merger,


sebagai berikut:
1. Christopher (2006) mengemukakan merger adalah
adalah bentuk external growth dilakukan secara
horizontal, vertikal dan konglomerasi.
2. Brigham (2006) meyatakan bahwa bergabungnya dua
atau lebih perusahaan disebut merger.
3. PP RI No. 27 tahun 2014, bahwa bergabungnya dua
atau lebih perseroan, selanjutnya perseroan yang
telah bergabung membubarkan diri.
4. PSAK No. 22, merger adalah cara pengambilalihan
satu atau lebih perusahaan lain.
Dari beberapa definisi mengenai merger yang telah
dikemukakan, sehingga kesimpulannya merger adalah
bergabungnya dua atau lebih perusahaan menjadi satu
perusahaan, pengambilalihan dilakukan melalui
penyatuan saham perusahaan yang akan dimerger.
Didasarkan pada penjelasan di atas, sbagai strategi
perusahaan sehingga skema tergambar:

Gambar 17.1 Skema Merger


Proses dilakukannya pembelian saham perusahaan
sebagai usaha mengambil alih kendali, hal ini biasa
disebut dengan akuisisi. Beberapa bentuk akuisisi yang
dapat dilakukan:
1. Akuisisi merupakan perbuatan hukum dilakukan
perseorangan bertujuan pengambilalihan dilakukan
secara menyeluruh berakibat pengendalian perseroan
beralih kepemilikan (PP RI No. 27 tahun 2014).

242
2. Akuisisi, bentuk pengambilalihan kepemilikan
perusahaan mengakibatkan berpindahnya kendali
perusahaan. Kendali dari perusahaan yang telah
diambil alih tersebut meliputi:
a. Kekuatan pengaturan operasional perusahaan
serta policy finansial.
b. Kekuatan pengangkatan serta pemberhentian
management.
c. Kekuatan mayoritas suara pada saat rapat.
Beralihnya kendali memungkinkan perusahaan akuisisi
memiliki mayoritas saham serta berhak suara ditandai
atas kepemilikan saham ≤ 50%. Akuisisi dapat
menampilkan hubungan antara kedua perusahaan
tersebut memiliki hubungan afiliasi tergambar pada
skema berikut:

Gambar 17.2 Skema Akuisisi


Terdapat lima tipe dari merger dan akuisisi dengan
didasarkan pada aktivitas ekonomi:
1. Merger Horizontal
Perusahaan dengan usaha yang sama berupaya
mengurangi persaingan serta meningkatkan efisiensi
selanjutnya melakukan merger. Mengarahnya
struktur pasar dengan bentuk oligopoli bahkan
kearah monopoli merupakan merger yang dilakukan
secara horizontal.
2. Merger Vertikal
Merger dan akuisisi dilakukan apabila perusahaan-
perusahaan tersebut menginginkan adanya integrasi

243
usaha dengan rangkaian stabilisasi pasokan dan
pengguna.
3. Merger Konglomerat
Merger dilakukan perusahaan dengan bidang usaha
berbeda serta beraneka ragam dalam industri
berbeda.
4. Merger Ekstensi Pasar
Merger ekstensi pasar sebagai usaha memperluas
area pasar secara bersama-sama, upaya ekspansi
serta penetrasi pasar.
5. Merger Ektensi Produk
Merger ekstensi produk merupakan dilakukan dua
atau lebih perusahaan sebagai upaya memperluas lini
produk masing-masing perusahaan.
Pelaksanaan merger dan akuisisi yang dilaksanakan
perussahaan didasrkan pada berbagai alasan atau motif.
Eugene F Brigham (2006) mengemukakan motif uatama
dilakukannya merger oleh perseroan, yaitu:
1. Sinergi (Synergy)
Merger dengan sifat sinergistik, di mana perusahaan
setelah merger memiliki nilai ≤ dari penjumlahan nilai
masing-masing perusahaan sebelum merger.
2. Pertimbangan Pajak
Menggunakan pertimbangan pajak besar
kemungkinan dapat mendorong dilakukannya
sejumlah merger, misalnya perusahaan dengan
keuntungan maksimal serta masuk kelompok
memiliki tarif pajak tertinggi dapat mengambilalih
perusahaan dengan akumulasi kerugian besar.
Merger dapat dipilih sebagai upaya meminimalkan
pajak dan penggunaan kas berlebihan.
3. Pembelian Aktiva di Bawah Biaya Pengganti
Lebih lanjut perusahaan diambil alih karena nilai
pengganti (replacement value) aktivanya jauh lebih
tinggi dari nilai pasar perusahaan, di mana nilai

244
sebenarnya setiap perusahaan merupakan fungsi
menghasilkan laba masa depan, bukan merupakan
biaya untuk mengganti aktivanya.
4. Diversifikasi
Merger dapat menjadi jalan terbaik untuk
mengadakan diversifikasi perorangan, hal ini sesuai
dengan pendapat manajer di mana diversifikasi
diharapkan dapat menstabilkan laba perusahaan
sehingga bermanfaat bagi pemiliknya. Perusahaan
yang dimiliki keluarga biasanya pemilik tidak akan
menjual sebagian sahamnya untuk melakukan
diversifikasi, hal ini dikarenakan pemilik menganggap
akan memperkecil kepemilikan dan mengakibatkan
kewajiban pajak besar atas dasar keuntungan modal.
5. Insentif Pribadi Manajer
Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada
motivasi pribadi daripada analisis ekonomi. Tidak
banyak eksekutif akan mengakui bahwa ego adalah
alasan utama dibalik suatu merger, akan tetapi ego
memegang peranan penting dalam banyak merger.
6. Nilai pecahan
Merger dilakukan apabila nilai pecahan lebih tinggi
dari nilai pasar berjalannya suatu perusahaan.
Merger dan akuisisi dilakukan menggunakan empat
alasan ekonomis seperti dikemukakan I Putu Gede Ary
Suta (Yeni, 2006):
1. Operation Advantage
Alasan skala ekonomi memungkinkan tercapai, maka
dilakukan merger ataupun take over.
2. Financial Advantage
Adanya peningkatan size dan efisiensi memberikan
manfaat di pasar uang ataupun pasar modal terhadap
perusahaan hasil merger.

245
3. Tingkat Pertumbuhan
Adanya akselerasi tingkat pertumbuhan dari merger
dan akuisisi perusahaan dibandingkan melalui
ekspansi eksternal.
4. Diversifikasi
Tingkat keuntungan untuk tidak fluktuatif dapat
terjaga serta diversifikasi atas kegiatan perusahaan
juga dilakukan melalui merger dan akuisisi.
Dian Purnomo Jati (Yeni:2006) mengemukakan tahap
dilakukannya proses merger dan akuisisi meliputi:
1. Tahap Perencanaan
Setelah dilakukan identifikasi awal, selanjutnya
dilakukan screening oleh perusahaan. Melalui proses
screening dilakukan penyaringan sekaligus dilakukan
pemilihan terhadap calon perusahaan target.
2. Tahap proses
Empat tahapan yang dapat digunakan untuk proses
merger dan akuisisi terdiri dari formal offer, feasibility
test, negotiation and cloosing.
3. Tahap Pascaakuisisi
Setelah dilakukan penggabungan usaha sebagai
kesatuan entitas, selanjutnya memasuki tahap pasca
akuisisi.
Kelebihan dan kekurangan merger dan akuisisi, yaitu:
1. Kelebihan dilakukan merger di mana pengambilalihan
yang dilakukan lebih sederhana dengan biaya lebih
murah jika dibandingkan menggunakan metode lain.
2. Kekurangan dilakukannya merger, di mana pada saat
melakukan wajib adanya persetujuan dari semua
pemegang saham masing-masing perusahaan
sehingga membutuhkan waktu lama.
3. Kelebihan akuisisi:
a. Tidak diperlukannya rapat dan suara pemegang
saham pada saat pelaksanaan akuisisi.

246
b. Perusahaan yang melakukan akuisisi tidak
membutuhkan persetujuan manajemen karena
berurusan langsung pemegang saham
perusahaan yang diakuisisi.
c. Persetujuan manajemen dan komisaris
perusahaan tidak dibutuhkan pada saat
pengambilalihan terhadap perusahaan yang tidak
bersahabat juga dapat dilakukan melalui saham.
d. Tidak diperlukannya suara mayoritas pemegang
saham pada saat pengambilalihan aset.
4. Kekurangan akuisisi:
a. Pada saat proses legalitas memerlukan biaya
tinggi.
b. Proses akuisisi akan mengalami kegagalan
apabila pemegang saham minoritas tidak
menyetujui.
c. Untuk menyelaraskan visi dan misi perusahaan
yang mengambilalih, maka dibutuhkan
pengawasan serta sistem yang baik.

247
Daftar Pustaka

Abdul, Moin. (2003). Merger, Akusisi dan Divestasi. Jilid 1.


Yogyakarta: Ekonisia.
Brigham, Eugene F., dan Houston. (2006). Fundamental of
Financial Management: Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Haryani et al. (2011). Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kinerja: Transparansi Sebagai
Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi
XIV. Aceh.
Lovelock, H. Christopher. & Lauren. A. Wright. (2006).
Principles of Service Marketing and Management.
Second Edition. New Jersey: Prentice Hall
Maheka, Arya. (2008). Bagaimana Mendirikan & Mengelola
Bisnis Secara Baik dan Aman. Jakarta: Kanisus.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 22
Tahun 1999, Ikatan Akuntan Indonesia, 1999.
Setyani, Yeni. (2006). Pengaruh Merger dan Akuisisi
terhadap Perubahan Harga
Saham dan Volume Perdagangan Saham pada
Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 1998-2005.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

248
Profiil Penulis
Susi Handayani
Ketertarikan penulis terhadap ilmu
manajemen dimulai pada tahun 1986. Hal
tersebut membuat penulis memilih untuk
melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Prabumulih
jurusan A3 (ilmu-ilmu sosial) dan berhasil lulus pada
tahun 1999. Penulis selanjutnya melanjutkan studi ke
Perguruan Tinggi dan berhasil menyelesaikan studi S-1 di
jurusan Manajemen Universitas Tridinanti Palembang
pada tahun 1993, kemudian penulis menyelesaikan studi
S2 di prodi ilmu ekonomi Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya pada tahun 2011. Tahun 2019
penulis melanjutkan studi S-3 pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Pakuan Bogor program studi Ilmu Manajemen
Konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Penulis
memiliki kepakaran di bidang Sumber Daya Manusia, dan
untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional,
penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal perguruan tinggi dan juga Kemenristek DIKTI.
E-mail Penulis: susi@uigm.ac.id

249
250
18
MANAJEMEN PIUTANG

Yudith F Lerrick, S.E., M.M


Universitas Kristen Artha Wacana

Manajemen Piutang

Pada bab ini, kita akan membahas tentang manajemen


piutang, Anggaran pengumpulan piutang, penjualan
kredit tanpa diskon, penjualan kredit dengan diskon,
penjualan kredit dengan segala kemungkinan piutang
yang tidak tertagih, siapa saja yang diperbolehkan
membeli secara kredit, dan kebijakan pengumpulan
kredit. Salah satu cara agar keuntungan perusahaan
mengalami peningkatakan adalah melalui penjualan
kredit. Dengan manajemen piutang, diharapkan dapat
mengatur penjualan kredit tersebut, sehingga apabila
terjadi penurunan penjualan, perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Manajemen piutang terdiri dari dua kata yang memiliki
arti, yaitu manajemen dan piutang. Manajemen
merupakan suatu proses perencanaan, pengarahan dan
pengawasan yang bertujuan untuk bisa mencapai suatu
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan
piutang merupakan tagihan kepada pihak lain pada masa
yang akan datang karena terjadinya transaksi antara
penjual dan pembeli pada masa lalu.
Menurut Mohammad Muslich (2003), piutang adalah
piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut
dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk
memperbesar penjualan. Sedangkan pengertian piutang
menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002) adalah

251
aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai
akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.
Piutang merupakan aktiva yang penting dalam
perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari
likuiditas perusahaan. Besarnya investasi dalam
piutang ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Bambang
Riyanto (2001) sebagai berikut:
1. Volume penjualan kredit, semakin besar volume
penjualan kredit, makin besar investasi yang
tertanam dalam piutang. Makin besar proporsi
penjualan kredit dari keseluruhan penjualan,
makin besar pula jumlah investasi dalam piutang.
Dengan makin besarnya volume penjualan kredit
setiap tahunnya, berarti bahwa perusahaan itu
harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi
dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang,
berarti makin besarnya risiko, tetapi bersamaan
dengan itu juga memperbesar profitability.
2. Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa
kredit, semakin besar invesatasinya. Syarat
pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat
atau lunak.apabila perusahaan menetapkan syarat
pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih
mengutamakan keselamatan kredit dari pada
pertimbangan profitabiitas. Syarat yang ketat dalam
bentuk batas waktu pembayaran yang pendek,
pembebanan bunga yang berat pada pembayaran
piutang yang terlambat.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan
kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit,
semakin besar plafon kredit perpelanggan makin
besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif
(selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat
seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam
piutang). Dalam penjualan kredit, perusahaan
dapat menetapkan batas maksimal atau plafond
bagi kredit yang diberikan kepada para
langganannya. Makin tinngi plafond yang

252
ditetapkan bagi masing-masing langganan, berarti
makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam
piutang. Sebaliknya,jika batas maksimal plafond
lebih rendah, maka jumlah piutangpun akan kecil.
4. Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan
piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt
collecto) pengumpualn piutang lebih tepat waktu,
tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang,
atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati
janji, maka risiko tertunggaknya piuitang lebih
besar. Perusahaan dapat menjalankan
kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara
aktif maupun pasif.
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan
secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan
uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas
pengumpualan piutang, tetapi jika menggunakan
cara ini, maka piutang yang ada, akan lebih tertagih
sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang
perusahaan tetapi sebaliknya, jika perusahaan
menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka
pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga
jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
5. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila
sebagian besar pelanggan membayar pada masa
diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan
investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan
membayar pada hari ke 30 atau bahkan
menunggak, perlu investasi yang besar. Kebiasaan
para langganan untuk membayar dalam periode
cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang
lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode
setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah
piutang lebih besar karena jumlah dana yang
tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi
kas.
Piutang merupakan aktiva lancer yang kurang likuid,
karena tidak bisa dimanfaatkan sewaktu- waktu. Pada
dasarnya, setiap perusahaan lebih menginginkan adanya

253
penjualan tunai atau aliran uang tunai (cashflow)
daripada jumlah piutang yang besar, karena kas bisa
segera dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Piutang
tersebut diharapkan bisa meningkatkan penjualan dan
keuntungan, tetapi dilain pihak, piutang juga
menyebabkan peningkatan biaya yang berkaitan dengan
piutang. Biaya tersebut, antara lain biaya kesempatan
karena dana tertanam dalam investasi piutang dan biaya
piutang tidak terbayar.
Piutang muncul ketika penjualan terjadi, tetapi
perusahaan belum menerima kas. Oleh karena itu,
dengan adanya penjualann kredit perlu dibuat
perencanaan kapan piutang tersebut dapat diterima kas.
Kegiatan perencanaan penerimaan piutang menjadi uang
tunai ini disebut anggaran pengumpulan piutang
(receivable collection budget).
Contoh:
PT SANITA JAYA merencanakan membuat anggaran
pengumpulan piutang untuk 6 bulan pertama tahun
2021. Anggaran penjualan kredit selama 6 bulan pertama
tahun 2021 adalah sebagai berikut:
Tabel 18.1
Anggaran Pengumpulan Piutang
Bulan Anggaran Penjualan Kredit
(Rp)
Januari 100.000.000
Februari 110.000.000
Maret 115.000.000
April 120.000.000
Mei 105.000.000
Juni 125.000.000
Syarat pembayaran 5/10 n/60 (Artinya, pembeli akan
mendapat diskon 5% Ketika melunasi pembeliannya pada
hari ke-10. Tetapi, ketika pembeli melunasi pada hari k-
60 mereka harus membayar dengan harga penuh.
Penjualan dianggap awal bulan, penjualan bulan
November dan Desember 2020 masing-masing sebesar
Rp90.000.000,- dan Rp95.000.000,-

254
Menurut pengalaman pembayaran piutang tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran 30% dengan memanfaatkan masa
diskon.
2. Pembayaran 10% dibayar pada bulan penjualan tanpa
memanfaatkan masa diskon.
3. Pembayaran 50% dibayar satu bulan setelah bulan
penjualan.
4. Pembayaran 10% dibayar 2 bulan setelah bulan
penjualan.
Dari contoh soal ini, perlu dihitung besarnya penerimaan
kas dari piutang tersebut misalnya untuk bulan januari
2021 berapa yang diterima bulan Januari, berapa yang
diterima bulan Februari dan berapa yang diterima bulan
Maret. Pada penjualan bulan Januari 2021, akan diterima
bulan Januari sebesar 30% dengan diskon 5%(a) dan
10%(b), yang diterima bulan Februari sebesar 50%(c) dan
yang diterima bulan maret sebesar 10%(d).
Jawaban:
Untuk penjualan bulan Januari sebesar Rp100.000.000,-
1. Penerimaan piutang Januari :
30% x Rp100.000.000,- = Rp 30.000.000,-
Diskon 5% x Rp30.000.000,- = Rp (1.500.000,-)
10% x Rp.100.000.000,- = Rp 10.000.000,-
Total Penerimaan piutang bulan Januari
= Rp 38.500.000,-
2. Penerimaan piutang Februari:
50% x Rp100.000.000,- = Rp 50.000.000,-
3. Penerimaan piutang Maret:
10% x 100.000.00,- = Rp 10.000.000,-
Dan seterusnya, dihitung sampai penerimaan piutang
untuk penjualan bulan Juni. Setelah semua penjualan
kredit dihitung kapan diterimanya beserta jumlah yang

255
diterima masing- masing bulan, maka dibuatlah anggaran
pengumpulan piutang (Receivable Collection Budget)
sebagai berikut:
Tabel 18.2
Anggaran Pengumpulan Piutang

Analisis Ekonomi terhadap Piutang

Analisis ekonomi dilakukan dengan tujuan untuk menilai


seberapa besar manfaat dari piutang yang dimiliki
perusahaan dengan pengorbanan biaya yang dikeluarkan
untuk membiayai piutang tersebut. Analisis ekonomi
tentang piutang pada dasarnya mencoba membandingkan
manfaat dan pengorbanan yang timbul karena memiliki
piutang. Karena itulah perlu adanya identifikasi manfaat
dan pengorbanan tersebut. Ketika manfaat yang
diharapkan lebih besar dari pengorbanan, suatu
keputusan dibenarkan secara ekonomi. Adapun tiga
contoh soal di bawah ini untuk mengidentifikasi manfaat
dan pengorbanan tersebut:
1. Penjualan Kredit tanpa Diskon
Misalnya, suatu perusahaan memperkirakan akan
bisa meningkatkan penjualan hingga Rp1.050 juta
dan menawarkan syarat penjualan kepada pembeli
dengan membayar pembelian mereka pada hari ke-60.
Jika perusahaan tidak menggunakan kebijakan
penjualan kredit, maka penjualan secara tunai
mencapai rata-rata Rp.800 juta/pertahun dengan
profit margin sebesar 15%. Jika biaya dana sebesar
16%, apakah perusahaan perlu beralih ke penjualan
kredit?

256
Manfaat:
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan
= (1.050-800) x 15%
= Rp37,50 juta
Pengorbanan:
Perputaran piutang = 360 hari/60 hari
= 6 x dalam 1 tahun
Rata-rata piutang = Rp1.050/6
= Rp175 juta
Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang
tersebut,
= 85% x Rp175 juta
= Rp148,75 juta
Biaya dana yang harus ditanggung karena memiliki
tambahan piutang
= Rp148,75 juta x 16% = Rp 23,80 juta
Tambahan manfaat bersih
= Rp 13,70 juta
Analisis tersebut di atas menunjukkan bahwa
manfaat sebesar Rp37,5 juta lebih besar dari
pengorbanan Rp23,80 juta sehingga diperoleh
manfaat bersih yang positif. Ini berarti rencana
menjual secara kredit diharapkan memberikan hasil
yang menguntungkan.
2. Penjualan Kredit dengan Diskon
Misalnya perusahaan menawarkan syarat penjualan
2/20 net 60. Artinya, pembeli akan mendapat diskon
2% kerika melunasi pembeliannya pada hari ke-20.
Tetapi, ketika pembeli melunasi pada hari ke-60
mereka harus membayar dengan harga penuh atau
pembeli tidak dikenai diskon. Diperkirakan 50%
pembeli akan memanfaatkan diskon dan sisanya akan
membayar pada hari ke-60. Apakah sebaiknya

257
perusahaan memperkenalkan diskon atau menjual
kredit tanpa diskon?
Manfaat:
Rata- rata periode pembayaran piutang
= 50% (20) + 50% (60) = 40 hari
Perputaran piutang = 360 hari / 40 hari = 9x
Rata-rata piutang = Rp1.050/9 = Rp116,667
Juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk membiayai
piutang,
=Rp. 116,667 juta x 85% = Rp 99,1667 Juta
Penurunan biaya dana
= (Rp.148,75 - Rp.99,1667) x 16% = Rp7,9332 Juta
Pengorbanan:
Diskon yang diberikan
=2% x 50% x Rp. 1.050 = Rp10,50 Juta
Manfaat bersih

(Rp2,566 Juta)
Analisis tersebut, menunjukkan bahwa diskon yang
diberikan ternyata lebih besar daripada penghematan
biaya. Dengan demikian, perusahaan tidak perlu
memberikan diskon, karena dengan syarat penjualan
2/20 net 60 diperkirakan akan memberikan manfaat
bersih yang negatif.
3. Penjualan Kredit dengan Kemungkinan Piutang tidak
Terkumpul
Ketika perusahaan menjual secara kredit, selalu ada
kemungkinan piutang tidak tertagih. Mengacu pada
soal penjualan kredit tanpa diskon dan dengan diskon
di atas, misalnya dari penjualan dengan syarat n/60
tersebut diperkirakan 1% tidak terbayar. Apakah
perusahaan sebaiknya menjual secara kredit ataukah
tetap tunai?

258
Manfaat:
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan
= (Rp.1.050-800) x 15% = Rp37,50 Juta
Pengorbanan:
Perputaran piutang =360 hari/60 hari = 6x
Rata-rata piutang =Rp1.050/6
=Rp175 Juta
Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang
tersebut = 148,75 Juta
Biaya dana yang harus ditanggung karena memiliki
tambahan piutang adalah
=Rp.148,75 Juta x 16%
=Rp23,80 Juta
Kerugian karena penjualan
tidak terbayar = 1% x Rp.1.050juta = Rp10,50 Juta
Total tambahan biaya = Rp34,30 Juta
Tambahan manfaat bersih = Rp 3,20 Juta
Analisis tersebut, menunjukkan bahwa dengan
mempertimbangkan kemungkinan penjualan tidak
terbayar, penjualan kredit diharapkan masih
menguntungkan apabila dibandingkan dengan
penjualan secara tunai.
4. Siapa yang Diizinkan Membeli Secara Kredit
Jumlah piutang yang dimiliki perusahaan ditentukan
oleh penjualan, persyaratan penjualan, standar kredit
dan pengumpulan piutangnya. Standar kredit adalah
kualitas minimal kelayakan kredit seorang pemohon
kredit yang dapat diterima oleh perusahaan. Dengan
adanya standar tersebut, perusahaan dapat
meningkatkan penjualannya melalui penjualan secara
kredit namun tidak menimbulkan risiko piutang tak
tertagih yang berlebihan. Perusahaan harus
menentukan standar kredit yang tepat, yang lebih
besar manfaat yang akan diperoleh bagi perusahaan

259
daripada biaya yang akan dikeluarkan perusahaan
dengan adanya standar tersebut.
Standar bisa ditentukan berdasarkan atas evaluasi
data, misalnya pemohon kredit (individu) adalah
seorang karyawan yang berpenghasilan tetap,
mungkin diijinkan membeli secara kredit karena
memiliki penghasilan yang tetap sehingga diharapkan
dapat membayar angsuran pembelian kredit. Selain
standar yang ditetapkan perusahaan, informasi dari
calon pembeli dapat menjadi referensi bagi
perusahaan untuk mengetahui siapa yang diizinkan
membeli secara kredit antara lain: identitas diri
pembeli, alamat rumah yang jelas, status perkawinan,
pekerjaan dan lama bekerja serta nomor telepon, dan
lain-lain.
5. Kebijakan dalam Manajemen Piutang
Untuk mengatasi risiko bagi perusahaan di
antaranya, keterlambatan pembayaran hingga
ketidakmampuan pembeli untuk membayar, maka
perusahaan dapat melakukan analisis kredit untuk
menentukan siapa yang diizinkan untuk melakukan
pembelian kredit yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan calon pembeli dalam melunasi
pembeliannya. Analisis kredit yang dapat dilakukan
adalah analisis “the five C’s of credit”yaitu sebagai
berikut:
a. Character
Karakter dari calon pembeli yang mempunyai,
moral, watak maupun sifat- sifat pribadi yang
positif dan kooperatif.
b. Capacity
Penilaian kepada calon debitur mengenai
kemampuan atau kesanggupan dalam melunasi
kewajiban-kewajibannya.

260
c. Capital
Kondisi posisi keuangan, hal ini dapat dilihat dari
neraca, laporan laba rugi, struktur modal serta
ratio-ratio keuntungan yang diperoleh.
d. Condition of Economi
Situasi dan kondisi ekonomi, sosial, politik dan
bisnis. Perlu mengetahui kondisi ekonomi dan
prospek usaha calon debitur yang sangat
tergantung dari kondisi perekonomian yang dapat
memengaruhi kelancaran perusahaan calon
debitur.
e. Collateral
Besarnya harta pelanggan atau peminjam yang
diserahkan oleh peminjam sebagai jaminan atas
kredit yang akan diterimanya.
6. Persyaratan Kredit
Persyaratan kredit yang telah ditetapkan dapat
berguna untuk meningkatkan penjualan kredit dan
mendorong pembeli untuk melakukan pembayaran
atas pembelian yang dilakukannya. Pembeli akan
diberikan jangka waktu pembayaran untuk
mengetahui jatuh tempo untuk melakukan
pembayaran secara kredit. Contohnya, perusahaan
memberikan syarat kredit 2/20, net 30 artinya
pembeli akan diberikan potongan pembayaran atau
diskon sebesar 2% dari total penjualan apabila
pembeli melakukan pembayaran dalam waktu 20
hari. Tetapi, jika pembeli membayar dalam waktu 30
hari maka pembeli tidak mendapat potongan
pembayaran.
7. Rasio yang Berhubungan dengan Piutang
Perputaran piutang (receivable turnover) merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur lamanya
waktu penagihan piutang selama satu periode.
Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran
baik tidaknya investasi dalam piutang dapat
diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran

261
piutang adalah masa-masa penerimaan piutang
dari suatu perusahaan selama periode tertentu.
Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali
piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat
tertagih kembali ke dalam kas perusahaan.
Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh
beberapa ahli, di antaranya S.Munawir (2007)
memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan
taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan
menghitug tingkat perputaran piutang tersebut (turn
over receivable), yaitu dengan membagi total
penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-rata.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001)
menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang
(receivable turn over) dapat diketahui dengan membagi
jumlah kredit sales selama periode tertentu dengan
jumlah rata-rata piutang (average receivable).
Pendapat mengenai perputaran piutang seperti yang
diungkapkan Munawir (2004) bahwa posisi piutang
dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai
dengan menghitung tingkat perputaran piutang turn
over receivable yaitu, dengan membagi total
penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata.
Menurut Warren Reeve (2005) perputaran piutang
adalah usaha (account receivable turn over)
mengukur seberapa sering piutang usaha berubah
menjadi kas dalam setahun.
Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa perputaran piutang terdiri dari
dua variabel, yaitu total penjualan kredit dan rata-
rata piutang. Periode perputaran pihutang
tergantung dari panjang pendeknya ketentuan
waktu yang dipersyaratkan dalam syarat
pembayaran kredit. Perputaran piutang (receivable
turnover) dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan
kecenderungan debitur untuk menepati janji
pembayarannya.

262
Daftar Pustaka

Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess. (2005).


Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Jakarta: Salemba
Empat.
Darsono. (2009). Manajemen Keuangan. Jakarta:
Nusantara Consulting.
Kasmir.2000.Manajemen Perbankan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Munawir. (2007). Analisis laporan Keuangan. Yogyakarta:
Liberty.
www.academia,edu
www.slideshare.net
www.researchgate.net.

263
Profil Penulis
Yudith Febrianty Lerrick
Lahir di kupang menamatkan S-1 Jurusan
Akuntansi dan S-2 Jurusan Manajemen
Keuangan di Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya. Saat ini, bekerja sebagai
dosen tetap di Universitas Kristen Artha
Wacana Kupang Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen.
E-mail Penulis: lerrickyudith219@gmail.com

264

Anda mungkin juga menyukai