Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS ASPEK PEMBANGUNAN REGIONAL


(Studi Kasus pada Provinsi Bali)

MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai pada mata kuliah
Pembangunan Regional dan Kota

Disusun oleh :
Marcelina Miyosi (2006467772)
Muhammad Nadhif Ramadhani (2006484324)
Nabila Putri (2006468056)
Seftario Virgo (2006468005)
Thesa Eka Ramalia (2006605174)
Yahya Ayyas (2006605161)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
NOVEMBER 2022
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
serta karunia-Nya penulis bisa menyusun makalah yang berjudul “Analisis Faktor Dalam
Pembangunan Regional di Kota Bali” dengan lancar.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai dalam mata kuliah
Perencanaan Regional dan Perkotaan serta menjadi sarana penulis sebagai mahasiswa untuk
lebih memahami secara mendalam mengenai Faktor Pembangunan Regional di Kota Bali.
dan apa saja Aspek-Aspek dalam Mendorong Pembangunan Regional di Kota Bali sehingga
menjadikan Kota Bali mampu meningkatkan perekonomian dan Exist seperti saat ini.
Tim penulis sangat berterima kasih kepada:
1. Drs. M. Riduansyah Anza, M.Si., Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si., Fikri
Akbarsyah Anza, M.Kom selaku pengajar pada mata kuliah Inovasi dan
Kewirausahaan atas segala bimbingan yang diberikan selama kegiatan perkuliahan
sehingga dapat memudahkan penulis dalam menyelesaikan tugas ini;
2. Anggota kelompok 2 yang selalu saling mendukung dan memberikan ide serta
gagasannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu
Tim penulis menyadari bahwa makalah yang telah disusun ini masih belum sempurna,
untuk itu penulis menerima dengan terbuka segala kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sebagai bahan evaluasi kami kedepannya agar dapat menjadi lebih baik.
Terakhir, penulis berharap makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Regional & Perkotaan serta pembahasan di dalamnya dapat menambah pengetahuan serta
manfaat bagi kita semua.

Rabu, 16 November 2022

Tim Penulis

Universitas Indonesia
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4
BAB 2 5
LANDASAN TEORI 5
2.1 Konsep Pembangunan Regional 5
2.2 Aspek - Aspek Pembangunan Regional 6
2.2.1 Aspek Hukum dan Kelembagaan 6
2.2.2 Aspek Sumber Daya Manusia dan Sosial 7
2.2.3 Aspek Lingkungan 8
2.2.4 Aspek Sarana dan Prasarana 9
2.3 Dampak Pembangunan Regional 10
BAB 3 11
PEMBAHASAN 11
3.1 Pembangunan Regional Pariwisata di Bali 11
3.2 Aspek - Aspek Pembangunan Regional 13
3.2.1 Aspek Hukum dan Kelembagaan 13
3.2.2 Aspek Sumber Daya Manusia dan Sosial 14
3.2.3 Aspek Lingkungan 17
3.2.4 Aspek Sarana dan Prasarana 17
3.3 Dampak Pembangunan Regional Terhadap Bali 19
BAB 4 22
PENUTUP 22
4.1 Kesimpulan 22
4.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 24

Universitas Indonesia
3

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdirinya negara tentunya menginginkan terciptanya tujuan untuk mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dalam mewujudkan itu semua tidaklah mudah,
walaupun sebuah negara memiliki sumber daya yang besar dan melimpah itu juga belum
menjamin jika tidak adanya manajemen yang baik dalam mengolahnya. Pemerintah menjadi
aktor utama dalam mengendalikan sebab pemerintah memiliki Otoritas yang kuat dalam
suatu negara, sehingga hasil yang akan terjadi tergantung dari kebijakan apa yang
dikeluarkan pemerintah. Di indonesia, dalam pemerintahannya di kategorikan menjadi tiga
yaitu pemerintah pusat, provinsi, dan daerah (Kabupaten/kota). Dalam pembagian tugasnya
telah diatur pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah yang
mena ini dikelompokkan menjadi pemerintah absolut, konkuren dan umum.
Dalam menjalankan pemerintahan, negara mengelompokan tugas menjadi dua yaitu
Horizontal dan Vertikal. Pembagian Horizontal atau pembagian tugas sama rata. Pembagian
tugas ini memiliki kesamaan dan kedudukan dalam pemerintahan. Hal ini dilakukan pada
Trias Politika dalam kekuasaan Legislatif, Kekuasaan Eksekutif, Kekuasaan Yudikatif yang
memiliki kedudukan yang sama dengan urusan yang berbeda. Sedangkan Tugas vertical ini
dilakukan oleh pemerintah indonesia muncul setelah diterapkannya sistem desentralisasi
melalui otonomi daerah, dimana pemerintah melihat harus adanya Balance Of power dalam
pemerintahan (Efendi, 2021). Pembagian Tugas Vertical telah dijelaskan pada Pasal 18 Ayat 1
Undang Undang Dasar 1945, bahwa daerah kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah
Provinsi dan daerah provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan kota (Efendi, 2021).
Pemerintah memberikan kebebasan kekuasaan kepada pemerintah dibawahnya
(Provinsi/kabupaten dan kota) dalam mengatur rumah tangga pemerintahannya sendiri.
Dalam pelaksanaan Pemerintahan vertikal atau desentralisasi (Otonomi) pemerintah pusat
berperan sebagai support system, Control pada pemerintahan yang dilakukan daerah. Namun
pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah ini dikecualikan atas enam urusan yaitu
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter, dan fiskal. Upaya tersebut
dilakukan pemerintah dengan harapan terciptanya keadilan dan kemakmuran atas setiap
daerah. Hal tersebut terbukti, dimana pasca reformasi yang dengan diberlakukannya Otonomi
Daerah memunculkan berbagai daerah yang berhasil maju dari berbagai aspek dan berhasil
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Keberhasilan ini tercipta atas adanya

Universitas Indonesia
4

kebebasan (Kemandirian) dalam melaksanakan pemerintahan sehingga kreativitas daerah


dengan memiliki kapasitas dapat dengan mudah untuk mewujudkan yang diinginkan.
Yang menjadi garis besarnya adalah bukan karena adanya otonomi daerah dapat
meningkatkan daerah secara seutuhnya melainkan juga dipengaruhi oleh kemampuan
kapasitas internal pemerintah dalam menguatkan daerah, Otonomi daerah hanya sebagai
faktor pendorong karena melalui adanya kebebasan dalam mengatur pemerintahan secara
regional memberikan kebebasan yang tidak kaku dalam pelaksanaan pemerintahan. Dalam
meningkatkan kesejahteraan daerah, pemerintah daerah dapat melakukan melalui banyak hal,
mungkin dengan fokus pada salah satu potensi unggulan yang dimilikinya, misal Pertanian,
Pertambangan, Kelautan, Industri, dan Pariwisata.
Terciptanya, kemajuan terhadap pembangunan di indonesia telah lama menjadi
perencanaan negara, sebelum adanya reformasi pemerintah telah berkeinginan untuk
meningkatkan pembangunan nasional untuk mencapai pemerataan daerah, peningkatan
infrastruktur, dan SDM yang unggul. Ini telah menjadi proyek oleh pemerintah yang
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Pembangunan Nasional. Pemerintah berharap melalui program pembangunan nasional dapat
meningkat kualitas masing masing daerah dan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.
Melalui potensi dari berbagai aspek yang dimiliki daerah, pemerintah dapat meningkatkan
pembangunan regional dengan melakukan manajemen potensi sebaik mungkin. Adanya
pembangunan regional menurut Berger (1997) harus memberikan impact terhadap kehidupan
yang lebih baik dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi, terbebas dari ketimpangan
pendapatan, dan masalah kemiskinan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian penjelasan latar belakang maka menjadi permasalahan dalam
makalah yang ini mengenai “Bagaimana Pembangunan Regional pada sektor Pariwisata
di Bali dengan menganalisis aspek-aspek pembangunan regional?”

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memberikan gambaran terkait
pembangunan pariwisata kondisi di Provinsi Bali, menjelaskan aspek - aspek pembangunan
regional di sektor pariwisata Bali, serta menjelaskan dampak dari pembangunan pariwisata
Bali

Universitas Indonesia
5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Pembangunan Regional


Menurut Dimock dan Dimock (dalam Tjokroamidjojo, 1999:222), pembangunan
didefinisikan sebagai suatu proses pembaharuan yang kontinu dan berkelanjutan yang
bersumber dari suatu keadaan tertentu menuju pada suatu keadaan yang lebih baik. kuncinya
adalah adanya suatu perubahan yang terselenggara dalam masyarakat, di mana perubahan
yang secara menyeluruh ini difokuskan menuju arah yang lebih baik dan berkelanjutan.
Perubahan yang terjadi secara menyeluruh dalam masyarakat ini tentunya dikembangkan
secara sadar dengan melibatkan masyarakat yang bersangkutan dan digerakkan oleh
pemerintah sebagai agen perubahan (agent of development).
Adapun menurut Korten (1991:67) menyatakan bahwa pembangunan merupakan
sebuah proses yang di dalamnya mencakup anggota masyarakat di mana mereka dapat
melakukan peningkatan kemampuan pribadi dan kelembagaan mereka yang bertujuan agar
dapat menggerakkan dan mengelola sumber-sumber yang tersedia dalam mewujudkan suatu
mutu kehidupan mereka secara berkesinambungan dan adil dengan mendasarkan pada
aspirasi mereka sendiri. Dalam definisi Korten ini, pembangunan tidak hanya ditekankan
pada pembangunan ekonomi (kuantitatif) saja, melainkan juga ditekankan pada pembangunan
manusia yang bersifat kualitatif, sehingga pembangunan yang diselenggarakan tidak hanya
mengacu pada perbaikan ekonomi saja, akan tetapi meliputi perbaikan sosial politik bahkan
kebudayaan suatu negara.
Menurut Adisasmita (2008: 13), pembangunan wilayah (regional) dinyatakan sebagai
fungsi yang bersumber dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya
manusia, investasi modal, sarana dan prasarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,
komposisi industri, dan sebagainya. Pembangunan regional didefinisikan sebagai keseluruhan
usaha yang dilakukan dalam rangka mewujudkan pembangunan regional/wilayah yang
dicirikan dengan adanya pemerataan pembangunan di semua bagian wilayah dan sektor.
Adapun maksud dari pembangunan regional adalah dalam rangka meminimalisir terjadinya
kesenjangan pembangunan dan ketimpangan kesejahteraan yang terjadi antar wilayah (Mahi,
2016).
Pembangunan regional/wilayah pada intinya memiliki keterkaitan dengan upaya
pemberdayaan terhadap para stakeholder yang ada dalam suatu wilayah, melalui pemanfaatan
sumber daya dan teknologi yang tersedia sebagai upaya dalam memperoleh nilai tambah

Universitas Indonesia
6

(added value) berdasarkan apa yang dimiliki oleh suatu wilayah administratif dan menuju
pada peningkatan kualitas hidup di wilayah bersangkutan. Sehingga, pembangunan regional
dapat diartikan sebagai suatu usaha atau strategi yang diselenggarakan oleh pemerintah
nasional sebagai bentuk campur tangan pemerintah dalam memberikan suatu pengaruh
terhadap jalannya proses pembangunan di daerah-daerah sebagai suatu komponen dari daerah
nasional agar terwujudnya perkembangan ke arah yang dikehendaki. Dalam pelaksanaanya,
pembangunan regional diarahkan pada usaha dalam menciptakan adanya keterpaduan yang
bersumber dari berbagai sektor pembangunan dengan mengikutsertakan berbagai instansi di
mana Bappeda memiliki peran sebagai koordinator untuk merencanakan pembangunan di
daerah demi terlaksananya efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pembangunan.

2.2 Aspek - Aspek Pembangunan Regional


Dalam konsep pembangunan regional terdapat aspek - aspek yang mendukung
pembangunan regional, diantaranya :

Universitas Indonesia
7

2.2.1 Aspek Hukum dan Kelembagaan


Pada aspek ini terdapat 3 indikator, diantaranya: kelembagaan, integritas dan
kepemimpinan. Pada indikator kelembagaan dan faktor kelembagaan ini telah lama
dinilai dan mempunyai peran yang penting dalam proses pertumbuhan dan
pembangunan daerah. Faktor kelembagaan ini melingkupi berbagai macam isu terkait
tata Kelola pemerintahan, dimana ini tidak hanya mengacu akan peran dari sektor
publik, namun juga pada sektor privat dan LSM serta aktor dan struktur masyarakat
dan juga pada gagasan kontemporer tentang publik-privat dan kemitraan masyarakat.
Dalam hal tersebut, mencakup gagasan tentang modal sosial, dan jaringan serta aliansi
pengaturan kolaboratif.
Kemudian pada indikator integritas diperlukan adanya keterpaduan dalam
pembangunan suatu wilayah dan kota. Tak hanya itu, keterpaduan juga dibutuhkan
antar sektor dan antar wilayah. Dalam konteks kota modern sebaiknya tidak dilihat
secara sempit yang hanya menjadi pusat dan suatu wilayah tertentu, melainkan harus
dipandang sebagai bagian dari “sistem kota” yakni sebagai anggota dari jejaring
kota-kota yang mengitari dalam orbit yang lebih luas (Gottmann, 1987 dalam Lang,
2005). Selain itu, juga didapat terjadinya pergeseran yang radikal di dalam struktur
metropolitan dari sebuah metropolis yang monosentrik menjadi jejaring yang lebih
menyebar dari kota-kota dan desa-desa yang terdapat di sekelilingnya dengan segera
dan terintegrasi. Ruang ini yang kemudian disebut oleh ahli regional sebagai
“kawasan perkotaan (urban regions)” (Lang, 2005). Untuk indikator terakhir yakni
kepemimpinan mengarah kepada adanya kepemimpinan yang kuat dimana suatu
kota/daerah akan proaktif dalam melihat dan menganalisis strategi pembangunan
ekonomi suatu daerah, seperti halnya menetapkan visi untuk pembangunan masa
depan suatu wilayah, menerapkan rencana dan proses yang memfasilitasi perubahan
kelembagaan, serta memantau kinerja regional dan sesuaikan strategi dan Rencana.
2.2.2 Aspek Sumber Daya Manusia dan Sosial
Aspek ini mencakup 4 indikator yakni diantaranya sumber daya,
kewirausahaan, partisipasi, dan keberlanjutan. Pada perencanaan pembangunan
ekonomi lokal, terdapat setidaknya 5M yang mewakili sumber daya yang penting
dalam proses pembangunan ekonomi dan yang perlu dievaluasi sebagai bagian dari
perumusan strategi, diantaranya: Management (Pengelolaan), Materials (Bahan),
Manpower (Tenaga Kerja), Markets (Pasar), dan Money (Uang). Kemudian pada
indikator kewirausahaan disini mirip dengan kewirausahaan pada sektor swasta baik

Universitas Indonesia
8

dalam hal pencarian dan pengakuan peluang, serta cara-cara baru untuk mencapai
suatu tujuan yang mendasari strategi pada pembangunan daerah. Dengan ini,
diperlukannya hal-hal sebagai berikut:
a. Menemukan dan mengembangkan sektor industri baru untuk menjembatani
ekonomi dengan peluang yang muncul, seperti klaster teknologi.
b. Menemukan dan memperoleh sumber daya baru untuk melaksanakan strategi
pembangunan, seperti mendapatkan dana dari tingkat pemerintahan yang lebih
tinggi untuk menciptakan infrastruktur baru yang mendukung strategi
pembangunan.
Selanjutnya pada indikator partisipasi disini biasanya terdapat pergeseran
paradigma administrasi publik yang beralih menjadi pemerintahan yang berpusat pada
masyarakat. Ini mengartikan bahwa masyarakat menjadi pemain penting dalam
governance. Selain itu, tidaklah segala kegiatan atau pelaksanaan dikerjakan oleh
pemerintah, namun diperlukan juga adanya keterlibatan dengan aktor lain. Lalu pada
indikator keberlanjutan menjadi tujuan utama yang berjangka Panjang dari
pembangunan ekonomi regional seperti halnya menginternalisasi suatu proses dengan
memastikan adanya pembangunan yang berkelanjutan (Stimson et al. 2009). Adapun
tiga dimensi dari Alberti (1996) diantaranya: 1) Pola perkotaan (komunitas, struktur,
fungsi); 2) Arus perkotaan (informasi; sumber daya alam, infrastruktur dan
teknologi); 3) Kualitas perkotaan. Selain itu, terdapat juga tiga dimensi lainnya
menurut Mingshun (2002) diantaranya: 1) kapasitas pembangunan perkotaan; 2)
potensi perkotaan; 3) kapasitas koordinasi perkotaan.
2.2.3 Aspek Lingkungan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada pasal 1 ayat 1 dijelaskan
bahwa lingkungan didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, usaha,
kondisi, serta makhluk biologis, mencakup manusia serta perilakunya, yang memberi
dampak kepada alam itu sendiri, keberlangsungan perikehidupan, juga kesejahteraan
masyarakat serta makhluk hidup lain. Sedangkan menurut Munadjat Danusaputro,
lingkungan diartikan sebagai segala benda dan usaha serta keadaan, yang tercakup di
dalamnya manusia dan perilakunya, terdapat dalam ruang di mana manusia hadir serta
mempengaruhi eksistensi hidupnya serta kesejahteraan manusia. Dari kedua
pengertian di atas, lingkungan dapat dipahami sebagai sebuah ruang dimana makhluk
hidup dan benda mati berada dan eksistensi dan aktivitas mereka saling

Universitas Indonesia
9

mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Selanjutnya L. L. Bernard membagi


lingkungan menjadi empat kelompok, yaitu:
A. Lingkungan fisik atau anorganik, yakni lingkungan yang terdiri atas materi
utama penyusun bumi dan fisiogeografis seperti tanah, angin, samudera,
radiasi, ombak, dan sejenisnya.
B. Lingkungan biologis atau organik, yakni semua yang bersifat hidup berbentuk
mikroorganisme, parasit, binatang, tanaman, juga mencakup lingkungan
prenatal, serta tahap-tahap biologis seperti reproduksi, pertumbuhan, dan
sejenisnya.
C. Lingkungan sosial, terbagi atas 3 jenis, yakni : 1) Lingkungan fisiososial yang
mencakup kebudayaan materiil (tools), misalnya peralatan senjata, mesin,
bangunan, dan sejenisnya, 2) Lingkungan biososial, yakni insan dan
hubungannya dengan sejenisnya serta tanaman dan binatang lokal dan segala
bahan yang dipakai manusia yang diambil dari sumber organik, serta 3)
Lingkungan psikososial, yakni yang berkaitan dengan sifat batin manusia,
misalnya perilaku, paradigma, kebutuhan, serta keyakinan. Jenis ini tercermin
lewat habits, agama, ideologi, komunikasi, dan sebagainya.
D. Lingkungan komposit, yakni lingkungan yang diregulasi lewat kelembagaan,
berbentuk institusi-institusi masyarakat, baik yang tersedia di wilayah kota
maupun kabupaten.
Aspek lingkungan identik serta sangat erat hubungannya dengan
pembangunan berkelanjutan atau sustainable development. Berdasarkan
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan yaitu usaha sadar serta terukur yang
menggabungkan aspek lingkungan hidup, sosial, ekonomi, serta budaya ke dalam
rencana pembangunan untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup dan
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, serta kualitas hidup generasi sekarang serta
yang akan datang. Adapun pembangunan berkelanjutan memiliki 17 tujuan
sebagaimana yang diamanatkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yaitu: 1)
Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4)
Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7)
Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9)
Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan
Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung

Universitas Indonesia
10

Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem
Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan
untuk Mencapai Tujuan Bersama.
2.2.4 Aspek Sarana dan Prasarana
Gregory Mankiw (2003) berpendapat bahwa infrastruktur mempunyai makna
bentuk modal publik (public capital) yang terdiri atas jalan raya, jembatan, sistem
drainase, dan lainnya sebagai penanaman modal yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Secara umum, sarana dan prasarana yaitu fasilitas untuk kepentingan umum. Contoh
dari sarana dan prasarana ialah jalan tol, stadium, waduk, stasiun, PLTA, dan masih
banyak lagi. Infrastruktur merupakan mesin utama percepatan ekonomi suatu negara.
Kekurangan infrastruktur atau sarana dan prasarana merupakan salah satu penyebab
terjadinya hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Ndulu, et. al.,
2005). Studi yang dilakukan oleh Ramírez serta Esfahani (1999) menyatakan jika
infrastruktur mempunyai efek dahsyat terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil
penelitian ini menopang apa yang diteliti oleh Aschauer (1989) yakni apabila
infrastruktur secara data statitstik, sangat substansial mempengaruhi output. Secara
umum, infrastruktur pembangunan bisa dikelompokkan menjadi: (1) infrastruktur
ekonomi, yakni infrastruktur fisik yang dimanfaatkan dalam tahap menghasilkan
sesuatu serta yang dimanfaatkan oleh masyarakat, mencakup segala sarana dan
prasarana umum, misalnya tenaga listrik, TIK,, transportasi, drainase, air bersih, serta
sanitasi dan pembuangan residu. (2) infrastruktur sosial, yakni prasarana sosial seperti
kesehatan dan pendidikan.
2.3 Dampak Pembangunan Regional
Pembangunan regional merupakan suatu kebutuhan untuk mengusahakan agar
kesejahteraan masyarakat yang ada di suatu daerah mengalami peningkatan dan pemerataan
pembangunan. Namun, setiap penyelenggaraan kegiatan pembangunan tentunya akan
dihadapkan oleh berbagai dampak yang akan timbul, di mana dampak merupakan pengaruh
kuat yang menghadirkan suatu akibat tertentu baik itu positif maupun negatif. Menurut
Hikmah Arif (2009: 10), pada umumnya dampak merupakan segala sesuatu yang timbul
akibat dari adanya sesuatu. Dampak yang ditimbulkan bisa juga berat, tergantung dari
konsekuensi sebelum dan sesudah adanya sesuatu.
Dampak pembangunan regional dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
ditimbulkan akibat adanya suatu kejadian atau pembangunan yang ada di dalam masyarakat
dan menghasilkan perubahan yang memberikan pengaruh, baik itu positif maupun negatif

Universitas Indonesia
11

terhadap keberlangsungan perkembangan daerah tertentu. Adapun dampak positif


pembangunan regional berarti menunjukkan pada perubahan menuju arah yang lebih baik, di
mana meliputi kesejahteraan masyarakat, peningkatan terhadap kondisi ekonomi yang ada di
daerah bersangkutan, membuka investasi di berbagai bidang, memunculkan kutub-kutub
pertumbuhan, dan peningkatan pemerataan pembangunan sehingga tidak terjadi kesenjangan.
Sementara dampak negatif dari pembangunan regional berarti menunjukkan perubahan
menuju arah yang lebih buruk yang kerap kali terjadi tidak selalu disadari, sehingga tidak
tampak ke permukaan. Adapun dampak negatif dari pembangunan regional pada umumnya
mengenai rendahnya kesadaran akan pentingnya lingkungan, sehingga pencemaran yang
diakibatkan oleh polusi maupun sampah terkadang dikesampingkan.

Universitas Indonesia
12

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Pembangunan Regional Pariwisata di Bali


Potensi yang dimiliki bangsa indonesia mampu merayu netizen baik nasional maupun
internasional. Keindahan yang diberikan bangsa ini menghadirkan keunikan tersendiri, mulai
dari keindahan laut, pegunungan, dan daratan. Potensi alam yang dimiliki memang sangat
cocok untuk di kembangkan menjadi pariwisata. Pemerintah pun juga mulai peka terhadap
kelebihan yang di dimiliki bangsa ini dan melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Indonesia mulai melek terhadap pariwisata yang mampu meningkatkan pendapatan
devisa negara dan memajukan perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari kunjungan
wisatawan asing ke Indonesia yang terus meningkatkan. Pada tahun 2022 kunjungan
wisatawan mancanegara ke indonesia mencapai 510.245 orang (Hancur, 2022). Data tersebut
menunjukkan bahwa daya tarik dari sektor pariwisata di Indonesia mampu menarik
wisatawan karena indonesia memiliki kelebihan dan keindahan alam yang dimiliki. Di
Indonesia, salah satu daerah yang mengandalkan pariwisata terhadap perekonomian adalah
Bali. Bali menjadi darah top of mind dalam bidang pariwisata. Bali juga menyubang
peningkatan devisa ekonomi nomor satu di bidang pariwisata di indonesia sebesar 50% dari
total keseluruhan Devisa di bidang Pariwisata dengan nominal yang dihasilkan pariwisata
Bali senilai US$ 20 Miliar, ungkap Sandiaga Uno dalam wawancara Prime World CNBC
Indonesia (Yanwardhana, 2021).
Bali merupakan provinsi yang ada di bagian timur pulau jawa yang terdiri dari pulau
pulau kecil. Bali hadir sebagai wilayah yang kaya dengan adat istiadat dengan agama
mayoritasnya Hindu. Keunikan dan keindahan Bali semakin terkenal saat adanya sebutan
Bali sebagai surganya wisata dan pulau seribu pura. Gabungan antara keindahan alam dan
kentalnya budaya membuat Bali menjadi daerah sorotan pariwisata serta potensi wisata yang
dimiliki Bali mampu memberikan daya tarik untuk memanjakan mata wisatawan. Ke-elokana
yang dimiliki oleh Bali menjadi perhatian pemerintah dengan memfokuskan dalam
pengembangan wisata di Bali dengan melakukan peningkatan dalam bidang infrastruktur.
Bali terus meningkatkan Fasilitas penunjang seperti hotel, penginapan, fasilitas publik, dan
jalan.
Proses perjalanan yang dilalui Bali dalam pengembangan pariwisata kian meningkat.
Bali semakin terkenal dengan estetika yang dimilikinya, tidak hanya dalam negeri juga
mengundang sampai luar negeri. Pengembangan pariwisata Bali terus meningkat, ini terlihat

Universitas Indonesia
13

dengan munculnya bebragai desa wisata yang di kembangakan oleh pemerintah lokal.
Sekarang, Bali telah memiliki 294 desa wisata yang menjadi iconix untuk dikunjungi Putri
(2022), serta 20 tempat wisata yang menjadi sasaran wisatawan yakni Pura Tanah Lot, Pantai
Kuta, Pura Uluwatu, Pura Ulun Danu Beratan Bedugul, pemandangan danau dan Gunung
Batur Kintamani, Bali Safari Marine Park, Pantai Tanjung Benoa, Ubud monkey forest,
Seminyak, Sawah Terasering Tegalalang, Pura Besakih, Pantai Pandawa, Air Terjun
Sekumpul, Garuda Wisnu Kencana, Pantai Jimbaran, Pura Tirta Empul Tampak Siring, Desa
Penglipuran, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Penida, terakhir Pulau Gili Trawangan
(Suadnyana, 2022). Pariwisata Bali juga berhasil mendapatkan berbagai penghargaan seperti
Best Destination Of the Year oleh Pulau Dewata Bali dari TTG (Travel trade gazette) 2019,
Bali Safari Park sebagai Bali Leading Theme Park yang diselenggarakan ITTA Foundation,
memenangkan Tripadvisor Travelers' Choice Awards sebagai destinasi terpopuler dunia di
tahun 2017, 2018, dan 2021.
Keberadaan pariwisata Bali yang dirasakan oleh pemerintah sangat memberikan
kontribusi terhadap perekonomian dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Bali. Ini
terbukti dengan terus meningkatnya kunjungan wisatawan yang datang. Badan Pusat Statistik
mencatat kunjungan pada agustus 2022 sebanyak 276,659 kunjungan. Angk ini mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2020 dan tahun 2021 yang disebabkan oleh faktor pandemi
Covid-19. Jika dilihat pada tahun sebelum pandemi di tahun 2018, BPS melaporkan jumlah
kunjungan sebanyak 498.819 (Candrawati, 2019). Tingginya angka pengunjung yang
mengunjungi wisata di Kota Bali akan bermuara pada pertumbuhan Perekonomian dan
menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin membaik. Hal ini dikarenakan
banyak dari masyarakat juga mengandalkan kehidupannya dari kontribusi sektor pariwisata.
Tidak hanya itu, pemerintah kota Bali juga menjadikan sektor swasta menjadi mobilitas
utama untuk meningkatkan pendapatan daerah. hal ini terlihat dari besarnya sumbangsi yang
diberikan dari sektor wisata kota Bali terhadap pemerintah yaitu di skala nasional sebesar
50% persen revenue aspek pariwisata di sumbang dariwisata Bali. Mobilitas pengunjung
yang tinggi di kota Bali akan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui tingginya
transaksi jual beli dengan pengunjung, tingginya kebutuhan akan jasa penginapan dan
sejenisnya, Properti industri tekstil yang banyak diminati wisatawan, dan meningkatkannya
sektor UMKM.

Universitas Indonesia
14

3.2 Aspek - Aspek Pembangunan Regional


3.2.1 Aspek Hukum dan Kelembagaan
Peraturan Gubernur Bali No. 28 Tahun 2020 menjadi salah satu aspek hukum
yang mana peraturan tersebut berisi tentang tata Kelola Pariwisata Bali. Pada
pengelolaan pariwisata Bali dibutuhkan pengelolaan dengan sebaik mungkin untuk
menunjukkan kualitas dan keberlanjutan pariwisata Bali dengan visi pembangunan
daerah “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta
Berencana menuju Bali Era Baru. Adapun tata kelola pada pariwisata Bali ini
dilakukan dalam satu kesatuan daerah, satu pulau, satu pola, dan satu tata kelola yang
memiliki tujuan yakni untuk:
a. Menyusun dan mengelola penyelenggaraan pariwisata Bali.
b. Meningkatkan kinerja tata kelola penyelenggaraan, pembinaan, pengawasan
dan evaluasi tata kelola pariwisata.
c. Memberikan kepastian hukum, keamanan, dan kenyamanan bagi para
wisatawan terhadap produk pariwisata yang ditawarkan.
d. Memberikan jaminan kepastian hukum bagi pelaku industri pariwisata dalam
menyelenggarakan tata kelola pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
e. Menyediakan informasi bagi semua pihak yang berkepentingan dalam
penyelenggaraan Tata Kelola Pariwisata.

Selanjutnya, peranan dinas pariwisata ini berkaitan dengan aspek kelembagaan


pada pengembangan regional khususnya di Provinsi Bali. Adapun seperti halnya
Dinas Pariwisata Bali yang membekali 100 ASN untuk merancang dalam acara
kepariwisataan budaya yang berkualitas dan berkelanjutan. Kepala Dinas Pariwisata
Bali, Tjok Bagus, menyebutkan bahwa sebagai ASN juga harusnya dapat untuk
terlibat langsung dalam penyelenggaraan seluruh kegiatan kepariwisataan dan
membuat event yang berkualitas. Adanya bimbingan teknis dalam diselenggarakannya
event tersebut berupaya agar pada ASN bisa membuat aktivitas yang memiliki
dampak positif dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat dan pengembangan
pariwisata di Bali. Ia juga menambahkan bahwa juga diperlukan pengetahuan dan
pemahaman yang baik dalam menyelenggarakan event dalam rangka pengelolaan
kepariwisataan budaya di Bali. Inilah yang mendorong adanya pelatihan untuk para
ASN khususnya di Bali, baik itu dalam hal Menyusun sebuah event, bekerjasama

Universitas Indonesia
15

dengan stakeholders, pemasaran dan promosi event, rancangan anggaran, manajemen


risiko, serta membentuk dan Menyusun pelaksanaan event yang berkelanjutan.

3.2.2 Aspek Sumber Daya Manusia dan Sosial


Salah satu aspek yang berperan untuk mendukung potensi wisata di Bali ya
tidak terlepas dari aspek pembangunan regional, yaitu sumber daya masyarakat dan
sosial yang memiliki 4 indikator, yakni sumber daya, kewirausahaan, partisipasi, dan
keberlanjutan.
1) Dari segi sumber daya
Menurut data Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Bali, dukungan sumber
daya modal untuk Pariwisata di Bali selama tahun 2020 berasal dari Penanaman
Modal dalam Negeri (PMDN) senilai Rp Rp5.432,7 miliar dan Penanaman Modal
Asing (PMA) senilai US$293,3 juta. Pada tahun 2020, PMA berhasil mendominasi
investasi pariwisata Pulau Dewata di sektor hotel dan restoran yang mencapai 52
persen, jauh lebih besar dibandingkan PMDN yang sebesar 45 persen (Wiratmini,
2021). Meluasnya penyebaran kasus virus corona ke berbagai pelosok dunia
berdampak terhadap kondisi pariwisata di Bali yang turut terguncang. Berdasarkan
data BPS Provinsi Bali pada tahun 2021 mencatat data kunjungan dari bulan Januari
hingga Desember hanya 51 kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), turun
hingga 99,995 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 sebanyak
1.069.473 kunjungan. Tidak mau berlarut-larut dalam kondisi penurunan tingkat
ekonomi di Bali maka Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengucurkan Dana
Alokasi Khusus (DAK) baik fisik maupun non fisik, senilai Rp 3,28 triliun sebagai
upaya dukungan pemulihan ekonomi nasional dan penanganan pandemi Covid 19 di
Bali. Dari DAK tersebut disisihkan pula untuk pemulihan dan pengembangan
pariwisata kembali, seperti membuat panggung kesenian, kios cinderamata,
peningkatan pelayanan pariwisata, pembangunan fasilitas, pembangunan rest area,
dan lain sebagainya yang mendukung peningkatan amenitas wisata (Intan, 2021).
2) Dari segi partisipasi
Peranan pembangunan wisata di Bali tidak terlepas dari campur tangan
masyarakat lokal. Sebagai contoh konkrit bahwa pentingnya keterlibatan masyarakat
dalam suatu program pemerintah penulis mengambil salah satu desa di Kabupaten
Badung Bali, yaitu Desa Bongkasa Pertiwi yang ditetapkan sebagai desa wisata
karena kunjungan wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya. Penetapan Desa

Universitas Indonesia
16

Bongkasa Pertiwi menjadi desa wisata tertuang dalam SK Bupati Badung Nomor 47
Tahun 2010 tentang penetapan Kawasan Desa Wisata di Kabupaten Badung. Untuk
mendukung kesadaran dan keikutsertaan masyarakat lokal akan pentingnya
pengelolaan Desa Wisata karena masyarakat asli Desa Bongkasa Pertiwi yang paling
memahami seluk beluk desanya maka pada 14 Mei 2009 dibentuklah Kelompok
Sadar Wisata Bongkasa Pertiwi berdasarkan Surat Keputusan Perbekel Bongkasa
Pertiwi Nomor 11 Tahun 2009. Partisipasi masyarakat tercermin dari tahapan -
tahapan dibawah ini (Karnayanti, et al 2019) :
a. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan
Partisipasi masyarakat hanya sebatas pemberi dukungan dari pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pihak elite desa atau partisipasi pasif karena tidak
terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan. Berikut ini aktor - aktor yang
terlibat langsung dalam perencanaan Desa Wisata, yaitu tokoh masyarakat,
POKDARWIS, BUM Desa, Pemerintah Desa, Kepala Banjar di ketiga Banjar, serta
dibantu oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali dalam memetakan potensi alam dan
budaya.
b. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pengorganisasian
Melakukan pembentukan POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata Bongkasa
Pertiwi) yang telah ditentukan melalui musyawarah pembentukan dan penetapan
pengurus Desa Wisata Bongkasa Pertiwi. Dihadiri oleh Perbekel (Kepala Desa),
Tokoh Masyarakat, dan calon anggota Desa Wisata. Hal ini menandakan bahwa
partisipasi masyarakat tidak dilibatkan dalam pemilihan anggota pengurus
POKDARWIS. Informasi yang tersebar secara tidak langsung kepada masyarakat
setempat bukan mengenai pembentukan lembaga pengelola desa wisata, melainkan
hanya menunjuk salah satu warga yang berkemampuan pada bidang pariwisata.
c. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pelaksanaan
Dari segi pelaksanaan belum sepenuhnya masyarakat setempat terlibat hal ini
disebabkan karena pandangan masyarakat yang menganggap bahwa hasil kerja di
desa sedikit sehingga memilih bekerja diluar dan kurangnya kesadaran dan
pemahaman masyarakat setempat terhadap potensi desa mereka. Hal ini tergambar
dari hasil wawancara salah satu warga, yaitu Ni Nengah Sukasih yang belum bisa
mengikuti sosialisasi dan pelatihan desa wisata karena keterbatasan waktu serta
kegiatan tersebut bukanlah prioritas sebagian masyarakat. Jadi partisipasi masyarakat

Universitas Indonesia
17

yang terbentuk merupakan partisipasi terdorong (induced participation) oleh


POKDARWIS.
d. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pengawasan
Kemudian pada tahapan pengawasan peranan masyarakat lokal Desa
Bongkasa Pertiwi juga masih kurang optimal karena hanya dilakukan oleh Kepala
Desa dan elite desa lainnya. Jadi bentuk pengawasan masyarakat hanya melakukan
laporan apabila terdapat perusahaan rafting yang akan menggunakan tempat parkir
milik desa atau laporan kedatangan wisatawan asing yang akan menginap di villa
desa.
Maka dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlibatan
masyarakat Bali sangat diperlukan untuk menunjang potensi desa wisata maka dari itu
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota perlu meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan bekerjasama dengan lembaga yang terkait untuk meningkatkan
kesadaran bahwa besarnya manfaat dari pengembangan potensi desa wisata, seperti
pembekalan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Bali kepada 100 ASN se-Bali guna
merancang event pariwisata budaya yang berkualitas dan berkelanjutan
(bali.antaranews.com, 2022).

3) Dari segi kewirausahaan


Kewirausahaan dan kepariwisataan dua sektor saling berkaitan yang mana jika
keduanya saling bersinergi akan mampu menciptakan multiplier effect. Keindahan
alam Bali membuat banyak turis domestik dan mancanegara berdatangan untuk
menikmati keindahan alam Bali sehingga seiring waktu pariwisata di Bali
mendatangkan banyak manfaat salah satunya menarik minat masyarakat Bali untuk
membuka usaha UMKM. Menurut Dinas koperasi dan UMKM Bali bahwa terjadi
peningkatan UMKM dari tahun 2020 ke 2021 sebanyak 28.344 UMKM atau sebesar
6,4 persen dari tahun sebelumnya. Kehadiran UMKM menjadi penglengkap daerah
wisatawan sebab di sekitaran tempat wisata masyarakat menjual aneka ragam produk
cinderamata khas Bali untuk dijadikan oleh - oleh sehingga yang menambah nilai
wisata di Bali.
Oleh karena itu, salah satu Kabupaten di Bali, yaitu Badung melalui Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan mengadakan program keterampilan dengan
tujuan menumbuhkan kreativitas dan keterampilan diri sehingga di masa mendatang
mampu merintis usaha secara mandiri dan profesional. Program tersebut diikuti oleh

Universitas Indonesia
18

puluhan masyarakat selama 6 hari kepada masyarakat, salah satu keterampilan yang
diajarkan, yaitu bidang tata rias. Melalui wadah ini diharapkan masyarakat dapat
menjadi penata rias profesional tanpa menghilangkan unsur budaya Bali. Tentunya
pelatihan ini sangat sesuai karena masih berkaitan dengan daya tarik wisatawan untuk
melihat seni tari dan pertunjukkan khas Bali (bali.antaranews.com,2022). Selain itu,
penguatan pemberdayaan UMKM Perempuan turut dilakukan oleh Uprintis Indonesia
guna meningkatkan kemampuan berbisnis bagi perempuan agar tangguh dan memiliki
daya saing secara lokal maupun internasional. (Balipost.com, 2022)
3.2.3 Aspek Lingkungan
Bali adalah sebuah Provinsi kecil di selatan Indonesia yang diapit oleh Pulau
Jawa serta Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Bali mempunyai luas yang cukup
kecil dibanding Provinsi lainnya di Indonesia, yaitu hanya sebesar 5.636,66 kilometer
persegi saja. Provinsi ini terkenal karena merupakan Provinsi yang terisolasi dengan
Provinsi lainnya sebab berbentuk pulau yang dikelilingi Selat Lombok, Selat Bali,
Laut Bali, dan juga Samudera Hindia. Hal ini juga menyebabkan budaya bali masih
lestari dan unik dibandingkan Provinsi lainnya. Akibat landscape alamnya yang
berbentuk pulau, maka Bali memiliki garis pantai yang cukup panjang, yaitu 593
kilometer. Bali juga memiliki sejumlah gunung, antara lain Gunung Agung, Gunung
Batur, Gunung Merbuk, Gunung Batukaru, dan Gunung Silangjana. Di antara kelima
gunung tersebut, Gunung Agung menjadi gunung tertinggi dengan ketinggian
mencapai 3.142 mdpl. Selain keindahan alamnya, Bali juga terkenal dengan
kebersihan lingkungan masyarakatnya. Hal ini tercermin dari rekor yang dipecahkan
oleh sebuah desa di Bali bernama Penglipuran. Desa ini mendapatkan desa terbersih
ketiga di dunia menurut Green Destinations Foundation. Hal ini juga didukung oleh
banyaknya jumlah hutan di sini, antara lain hutan mangrove Tuban, hutan pinus Suter,
hutan danau Tamblingan, hutan bambu penglipuran, dan masih banyak lagi. Tidak
heran, jika kualitas udara dan air di desa-desa Bali masih cukup terjaga. Dari berbagai
penjelasan terkait kondisi geografis Bali di atas, tidak mengherankan apabila
perekonomian dan bisnis di Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Pariwisata menjadi
denyut utama kehidupan warga asli Bali. Bali juga dinobatkan sebagai destinasi
wisata terbaik nomor 1 di Dunia pada tahun 2021 menurut Tripadvisor.com.
3.2.4 Aspek Sarana dan Prasarana
Dalam rangka mendukung keberhasilan pariwisata di Bali, maka terdapat
beberapa sarana dan prasarana yang disediakan. Terdapat tiga dermaga

Universitas Indonesia
19

penyeberangan yang telah mulai dibangun pada tahun 2020. Adapun ketiga dermaga
penyeberangan tersebut meliputi Sanur, Nusa Penida, dan Nusa Lembongan.
Pendirian ketiga dermaga ini dikenal dengan sebutan dermaga segitiga emas yang
manfaatnya cukup signifikan dan dibutuhkan dalam mengakomodir jumlah wisatawan
di Bali yang mengalami peningkatan. Pembangunan dermaga tersebut dengan
menerapkan skema kerjasama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Melalui
pembangunan dermaga ini, adanya harapan untuk semakin menambah jumlah
wisatawan yang berasal dari lokal maupun mancanegara ke Bali, sehingga tidak hanya
mampu meningkatkan pembangunan di Bali, akan tetapi dapat memajukan
perekonomian Indonesia. Nusa Penida dan juga daerah lainnya seperti Nusa
Ceningan, dan Nusa Lembongan disebut sebagai gugus pulau yang lokasinya berada
di sebelah tenggara Pulau Bali. Terhitung dari beberapa tahun belakangan, kepulauan
ini menjadi semakin terkenal dan disebut sebagai destinasi yang layak dikunjungi.
Dermaga tersebut akan digunakan salah satunya untuk menyokong kepentingan
peningkatan sektor wisata, yakni Nusa Penida yang telah berkembang menjadi
destinasi wisata yang semakin diminati. Sehingga pelayanan dermaga ini harus
diberikan dengan layak dan memadai sesuai dengan standar internasional.
Selain penyediaan dermaga, terdapat juga perkeretaapian yang disediakan
sebagai sarana dan prasarana pariwisata di Bali. Konsep transportasi massal ini
diselenggarakan melalui jaringan kereta api sepanjang 565 Km, yang dimulai dari step
1 meliputi Bali Selatan sampai dengan Bali Utara dan step 2 meliputi Bali Barat
sampai dengan Bali Timur. Melalui penyediaan sarana dan prasarana di bidang
perkeretaapian yang merupakan moda transportasi ini, maka tersedianya pelayanan
angkutan secara massal bagi wisatawan dengan memperhatikan keselamatan,
keamanan, kenyamanan yang menjadi lebih terjamin, cepat dan lancar, tertib dan
teratur, serta efisien.
Adapun suplai energi merupakan salah satu bagian dari sarana dan prasarana
lainnya yang disediakan dan dapat melalui upaya pemakaian energi bersih yang
lakukan dengan memanfaatkan gas bumi yang kini telah menjadi tren di sektor
pariwisata di Bali, khususnya bagi perhotelan dan restoran. Transisi pemakaian energi
bersih ini dipercepat oleh pemerintah Provinsi Bali melalui regulasi yang dibuat
dalam Peraturan Gubernur (Pergub), yaitu Pergub Nomor 48 Tahun 2019 tentang
Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Regulasi ini bertujuan
untuk menjadi landasan hukum dalam membangun ekosistem energi bersih di Pulau

Universitas Indonesia
20

Dewata. Keoptimisan terhadap pelaku industri pariwisata seperti hotel, restoran, dan
kafe di Bali akan menerapkan penggunaan Compressed Natural Gas (CNG) sejalan
dengan manfaat yang kian dirasakan oleh para wisatawan atau konsumen yang telah
lebih dulu menggunakannya.
Pasokan CNG yang ditujukan untuk industri perhotelan di Bali akan
bersumber dari Jawa Timur melalui sinergi dengan transporter PT Pertamina Patra
Logistik. Setelah pasokan ini tiba di Bali, kemudian pasokan tersebut akan
dikumpulkan di Terminal Gas Mengwi, Badung sebelum dipindahkan menuju fasilitas
kendaraan berisi tangki penyimpanan bahan bakar gas atau mobile refueling unit
(MRU), setelah itu baru diisi ke moda yang lebih kecil, yaitu CNG cradle. Biasanya
CNG dipilih dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi gas pada wilayah yang
belum tersambung pipa gas. Hotel di Bali yang mengawali penggunaan CNG adalah
The Trans Hotel Bali pada April 2022. Kemudian diikuti oleh Prime Plaza Hotel
Sanur. Pemanfaatan CNG untuk hotel ini sebagai wujud dalam memanfaatkan gas
alam sebagai energi transisi yang lebih ramah lingkungan dan mendukung efisiensi
biaya bagi pelaku industri. Melalui pemanfaatan energi bersih akan meningkatkan
kualitas pariwisata di Bali. Hal ini akan memberikan branding dan nilai tambah yang
tentunya berbeda di mata para wisatawan karena sektor pariwisata yang semakin
memperhatikan isu lingkungan.
Sehingga dalam memecahkan persoalan yang berkaitan dengan kemudahan
mobilisasi, kepadatan lalu lintas, dan melancarkan mobilitas dalam berwisata di Bali
maka dapat dilakukan melalui pembangunan dermaga, percepatan penerapan energi
bersih, dan peningkatan pelayanan transportasi massal dengan jaringan kereta api bagi
wisatawan di Bali yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sarana dan prasarana ini juga
sebagai wadah dalam mewujudkan pemerataan, meningkatkan pertumbuhan, menjaga
stabilitas, serta sebagai pendorong dan penggerak dalam pembangunan, khususnya
pembangunan di daerah Bali. Melalui penyediaan sarana dan prasarana ini maka akan
mewujudkan kemudahan dalam berkunjung ke tempat-tempat pariwisata yang
terdapat di Bali sehingga dapat menciptakan daya tarik wisata baru dalam rangka
menikmati keindahan Pulau Bali. Sehingga sektor pariwisata yang ada di Bali dapat
mengalami perkembangan yang menuju pada pembangunan daerah di Bali.
3.3 Dampak Pembangunan Regional Terhadap Bali
Pariwisata maupun perkembangan pariwisata, secara umum, memberikan dampak
positif maupun negatif terhadap berbagai aspek di setiap objek wisata. Hal tersebut sejalan

Universitas Indonesia
21

dengan yang dinyatakan oleh (Limbong and Soetomo, 2014), pariwisata di setiap tempat
wisata memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang diberikan dari adanya
pembangunan regional dalam potensi pariwisata Bali yang dilansir dari catatan laporan
perekonomian Provinsi Bali dalam November 2021 yang disampaikan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali tercatat bahwa:
Kondisi pengangguran di Bali pada bulan agustus 2021 tercatat lebih membaik
dibandingan pada bulan februari 2021. Pada bulan februari 2021 tercatat bahwa ada 139,14
ribu orang dan pada bulan agustus 2021 terdapat 138,67 ribu orang. Hal ini menunjukkan
adanya penurunan pada pengangguran yang terdapat di Bali. Sama hal nya dengan penduduk
usia kerja yang memiliki kabar baik yaitu meningkat dari bulan februari sejumlah 3,48 orang
menjadi 3,51 juta orang pada bulan agustus 2021. Kabar baik ini beriringan dengan naiknya
jumlah angkatan kerja di Bali dari 2,57 juta orang pada Februari 2021 menjadi 2,58 juta
orang pada Agustus 2021.
Data yang disajikan menunjukkan bahwa tingkat pengangguran turun dengan
meningkatnya kegiatan pariwisata domestik, terutama karena peningkatan kegiatan
pariwisata. Pemerintah juga terus menggencarkan perbaikan dari pelaksanaan program
pemulihan pariwisata seperti program Work from Bali dan persiapan menjadi tuan rumah
event internasional di akhir tahun. Tidak hanya itu, tenaga kerja Bali juga terus bertambah
yang semakin menguntungkan perekonomian di sektor pariwisata dan sektor lainnya.
Selain itu, target APBD tahun 2021 tertinggi masih menjadi milik Kabupaten Badung
senilai Rp3,80 triliun atau 22,66% dari total APBD kabupaten/kota Bali. Provinsi Badung
merupakan pusat pariwisata Bali dan struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor
akomodasi dan pariwisata. Singkatnya, ada potensi besar untuk penerimaan pajak daerah dan
perpajakan. Oleh karena itu, Provinsi Badung juga merupakan salah satu provinsi Bali
dengan tingkat kemandirian pajak tertinggi sebesar 71,01% per Q3 2021. Dari data itu juga
tergambar bahwa sektor pariwisata masih menjadi pemasukan terbesar di Bali yang tepatnya
di kabupaten badung sebagai pusat dari pariwisata.
Bali juga masih memiliki dampak negatif dari pembangunan regional potensi
wisatanya diantaranya:
1. Masih banyaknya sampah-sampah yang terkumpul di Bali, Menurut data Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Provinsi Bali menghasilkan 915,5 ribu
ton sampah pada 2021. Hal ini menjadikan Bali sebagai provinsi penghasil sampah
ke-8 di Indonesia. Berdasarkan wilayah, sampah yang dihasilkan di Bali sebagian
besar berasal dari Kota Denpasar yaitu sebesar 349,5 ribu ton pada tahun 2021.

Universitas Indonesia
22

Selanjutnya adalah Provinsi Gianyar sebanyak 141,4 ribu ton, Provinsi Buleleng
sebanyak 123,7 ribu ton, Provinsi Badung sebanyak 116,7 ribu ton dan Kabupaten
Tabanan sebanyak 84,2 ribu ton. Dilihat dari sumbernya, sebagian besar sampah di
Bali berasal dari kegiatan domestik yaitu sebesar 40,58% dari total sampah provinsi.
Diikuti oleh limbah dari kegiatan komersial sebesar 18,22% dan limbah pasar sebesar
17%.
2. Kemiskinan masih meningkat di Bali, Tingkat kemiskinan sebesar 4,53% atau 201,97
ribu orang pada Maret 2021, naik dari 4,45% (196,92 ribu orang) pada periode yang
berakhir September 2020 dan 3,78% (165.19.000 orang) pada periode yang berakhir
Maret 2020. Kemiskinan masih meningkat, namun masih dapat dikendalikan dengan
pelaksanaan program bantuan sosial dan pengentasan kemiskinan oleh pemerintah
pusat dan daerah. Dari sisi perlindungan sosial, pemerintah pusat akan mendukung
penyaluran bantuan bukan uang berupa Program Sembako dan Program Keluarga
Harapan (PKH) dengan besaran subsidi sebesar Rp200.000/KPM/bulan pada tahun
2021. Selain manfaat berupa program sembako dan PKH, pemerintah pusat
meningkatkan target penerimaan Bantuan Sosial Tunai (BST) secara nasional pada
tahun 2021 dari 10 juta KPM menjadi 12 juta KPM, dan adanya bantuan subsidi
listrik yang dibagikan kepada rumah tangga dari 450-900 VA.

Universitas Indonesia
23

BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bali merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang mengandalkan potensi
pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keindahan wisata alam Bali
berhasil memikat hati para wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung
menikmat daerah-daerah wisata disana. Kemajuan sektor pariwisata Bali diandalkan sebagai
salah satu pendorong pembangunan regional. Kehadiran pariwisata di Bali ini yang
diharapkan dapat membuka jalan menuju perubahan suatu kondisi kearah yang lebih baik dan
berkelanjutan di dalam masyarakat Bali. Dalam pembangunan regional memuat aspek-aspek
pendukung kelancaran pariwisata di Bali, seperti adanya payung hukum yang tercantum
dalam Peraturan Gubernur Bali No. 28 Tahun 2020 tentang tata Kelola Pariwisata Bali ;
kemudian sumber daya anggaran yang berasal dari DAK, APBD, dan investor dalam negeri
maupun asing ; adanya keterlibatan masyarakat setempat untuk merealisasikan desa wisata ;
kondisi lingkungan sekitar yang bersih dan nyaman membuat para wisatawan betah untuk
berkunjung ; serta tunjangan infrastruktur yang memadai untuk memfasilitasi para turis,
seperti dermaga, kereta api, serta penggunaan kendaraan listrik bermotor. Dengan demikian
perencanaan pembangunan regional Bali pada sektor pariwisata dapat memberikan
berkontribusi nyata bagi masyarakat Bali, seperti berkurangnya pengangguran di Bali.
Walaupun tanpa kita sadari peningkatan kedatangan turis yang berkunjung ke Bali juga
berpotensi terhadap pencemaran lingkungan.
4.2 Saran
Berdasarkan paparan di atas penulis menemukan permasalahan yang perlu dilakukan
tinjauan kembali. Penulis mengusulkan beberapa saran yang sekiranya dapat menjadi
masukan bagi Provinsi Bali, yaitu 1) pada aspek sumber daya manusia dan sosial dari segi
partisipasi masyarakat pada salah satu desa wisata di Kabupaten Badung, yakni Desa
Bongkasa Pertiwi masih sangat kurang optimal maka dari itu masyarakat harus terlibat dalam
proses pengambilan keputusan sehingga masyarakat merasa memiliki peranan penting dalam
mengelola desa wisata tersebut, selain itu diperlukan pula dorongan motivasi dari pejabat
desa, serta sosialisasi dan pelatihan secara rutin dan konsisten. 2) Peningkatan jumlah turis
yang berdampak terhadap populasi sampah di Bali yang terus meningkat hingga menduduki
peringkat ke-8 dari 34 Provinsi harus disertai dengan sistem pengelolaan sampah yang baik
ataupun meminimalisir sampah tersebut dengan melakukan 3R (Reuse, Recycle, Reduce),

Universitas Indonesia
24

produk-produk makanan ataupun minuman menggunakan kemasan ramah lingkungan,


maupun pihak penyedia fasilitas, seperti daerah wisata, hotel, villa, restaurant, dapat
bekerjasama dengan para bank sampah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan serta
stakeholders untuk pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.

Universitas Indonesia
25

DAFTAR PUSTAKA
Artikel Jurnal Ilmiah

Karnayanti, N. M. D., & Mahagangga, I. G. A. O. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam


Pengelolaan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi Di Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi
Pariwisata, 7(1), 54-60.Retrieved November 16, 2022, from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/destinasipar/article/view/53220
Hariyati, Sinta. (2015). Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Jembatan Mahkota II di
Kota Samarinda. Universitas Mulawarman: eJournal Ilmu Pemerintahan, 3 (2)
Noviani, Devi. (2016). Analisis Ketimpangan Pembangunan Regional Antara Kabupaten
Induk dan Pemekarannya (Studi Kasus Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan
Raya). Meulaboh, Aceh Barat: Universitas Teuku Umar

Situs Website

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2022, February 2). Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
Retrieved November 15, 2022, from
https://bali.bps.go.id/pressrelease/2022/02/02/717641/perkembangan-pariwisata-provi
nsi-bali-desember-2021.html

bali.antaranews.com. (2022, August 31). Dinas Pariwisata Bali bekali 100 ASN jadi
perancang event pariwisata budaya - ANTARA News Bali. Antara News bali.
Retrieved November 16, 2022, from
https://bali.antaranews.com/berita/290621/dinas-pariwisata-bali-bekali-100-asn-jadi-p
erancang-event-pariwisata-budaya
Balipost.com. (2022, July 21). Gerakkan Ekonomi Bali, Potensi UMKM Perlu
Dimaksimalkan. BALIPOST.com. Retrieved November 16, 2022, from
https://www.balipost.com/news/2022/07/21/281316/Gerakkan-Ekonomi-Bali,Potensi-
UMKM...html
BALIPOST.com. (2019, February 25). Ekonomi dan Budaya dalam Pariwisata Bali.
https://www.Balipost.com/news/2019/02/25/69576/Ekonomi-dan-Budaya-dalam-Pari
wisata...html. Accessed 16 November 2022.
https://kemlu.go.id/bangkok/id/news/2234/Bali-raih-penghargaan-best-destination-of-
the-year
Biro Komunikasi dan Dan Informasi Publik. (2019, Nov 15). Februari 2020, Kemenhub
Mulai Bangun 3 Dermaga Penyeberangan Untuk Dukung Pariwisata di Bali.

Universitas Indonesia
26

Retrieved from:
http://dephub.go.id/post/read/februari-2020,-kemenhub-mulai-bangun-3-dermaga-pen
yeberangan-untuk-dukung-pariwisata-di-bali
Biro Komunikasi dan Informasi Publik. (2010, Dec 27). Perkeretaapian Untuk Pariwisata di
Bali: Harus Dikelola Profesional Dan Tepat Waktu. Retrieved from:
http://dephub.go.id/post/read/perkeretaapian-untuk-pariwisata-di-bali-harus-dikelola-p
rofesional-dan-tepat-waktu-2901
Budiman. (2021). Manajemen Pembangunan Wilayah. FISIP UIN SGD Press: Bandung.
CNBC Indonesia. (2021, Desember 22). Sandi Uno: Bali Penyumbang Devisa Terbesar di
Pariwisata RI,
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211222193439-4-301297/sandi-uno-Bali-pen
yumbang-devisa-terbesar-di-pariwisata-ri. Accessed 16 November 2022.
Databoks. (2022, October 4) Kunjungan Wisatawan Asing ke Indonesia Naik Lagi pada
Agustus 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/04/kunjungan-wisatawan-asing-k
e-indonesia-naik-lagi-pada-agustus-2022. Accessed 15 November 2022.
Detikcom. (2022, August 13). Jumlahnya Kian Meningkat, Bali Kini Miliki 294 Desa
Wisata.https://www.detik.com/Bali/wisata/d-6233093/jumlahnya-kian-meningkat-Bali
-kini-miliki-294-desa-wisata. Accessed 16 November 2022.
https://Balimanagement.villas/id/blogs/kunjungan-wisatawan-ke-Bali/
Dihni, V. A. (2022, June 22). Ini Wilayah Penghasil Sampah Terbanyak di Bali. Katadata.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/22/ini-wilayah-penghasil-sampah-
terbanyak-di-Bali
Haryanto, M. P. (2018). Perimbangan Penerapan Sanksi Pidana Dalam UU No 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dihubungkan
Dengan Asas Subsidiaritas Hukum Pidana. http://repository.unpas.ac.id/33706/
Intan, N. (2021, April 9). Dorong Pariwisata, Sri Mulyani Alokasi Anggaran Khusus Bali.
Republika. Retrieved November 15, 2022, from
https://www.republika.co.id/berita/qra0l0370/dorong-pariwisata-sri-mulyani-alokasi-a
nggaran-khusus-bali
Laporan Perekonomian Provinsi Bali November 2021. (2021, November 29).
https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/lpp/Pages/Laporan-Perekonomian-Provinsi-
Bali-November-2021.aspx

Universitas Indonesia
27

Ridwan, Muhammad. (2022, Nov 11). PGN Genjot Penyaluran Gas Bumi ke Sektor
Pariwisata Bali. Retrieved from:
https://m-bisnis-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.bisnis.com/amp/read/20221106/44/15
95264/pgn-genjot-penyaluran-gas-bumi-ke-sektor-pariwisata-bali?amp_gsa=1&amp_j
s_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#amp_tf=Dari%20%251%
24s&aoh=16683505367688&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com
Sitoresmi, A. R. (2021). Pengertian Lingkungan, Macam, Manfaat dan Cara
Melestarikannya yang Wajib Diketahui.
https://hot.liputan6.com/read/4684938/pengertian-lingkungan-macam-manfaat-dan-ca
ra-melestarikannya-yang-wajib-diketahui
Stimson, R. J., Stough, R., & Salazar, M. (2009). Leadership and institutions in regional
endogenous development. Edward Elgar Publishing.
Water Sport Bali.(2022, Juni 9). 20 Tempat Wisata Untuk Dikunjungi Bali Bagi Yang Pertama
Kali Ke Bali. Accessed 16 November 2022.
https://www.water-sport-Bali.com/20-tempat-wisata-untuk-dikunjungi-Bali/.
Tirto.ID. (2021,September 7).Konsep Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal di Indonesia &
Contohnya.https://tirto.id/konsep-pembagian-kekuasaan-secara-vertikal-di-indonesia-
contohnya-giM2. Accessed 15 November 2022.
Wiratmini, N. P. E. (2021, Maret 22). Asing Dominasi Investasi Pariwisata di Bali. Bisnis
Bali. Retrieved November 15, 2022, from
https://bali.bisnis.com/read/20210322/561/1370829/asing-dominasi-investasi-pariwis
ata-di-bali
Yusuf, N. F. (2022, April 19). Pemkab Badung tingkatkan kemampuan wirausaha warganya -
ANTARA News Bali. Antara News bali. Retrieved November 16, 2022, from
https://bali.antaranews.com/berita/276813/pemkab-badung-tingkatkan-kemampuan-w
irausaha-warganya

Perundang-Undangan
Undang-undang (UU) No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

Peraturan Gubernur Bali Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Tata Kelola Pariwisata Bali

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai