Anda di halaman 1dari 16

EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar
Pengempu : Bapak Usep Suherman, M. Pdi

Disusun Oleh :
Nama : Intan Wahyuninsih
NIM : 21030802211061
Kelas : PAI B / Semester 3
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah yang berjudul
“Ekosistem dan Lingkungan” ini dalam rangka pengumpulan tugas di semester 3.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah. Semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang
hati.
Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih. Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Bekasi, November 2022

Intan Wahyuninsih

i
DAFTAR ISI

EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN 1


Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Penggerakan (Actuating) 3
2.2 Tujuan Penggerakan 5
2.3 Pengertian Ekosistem 5
2.4 Tipe - Tipe Ekosistem 7
BAB III 10
PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
DAFTAR ISI 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah
persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari
berbagai pengamat dan analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan kita mengalami peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational
production function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara
konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara
birokratis sentralistik, sehingga peningkatan mutu sekolah sebagai
penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada keputusan birokrasi-birokrasi.
Ketiga, minimnya peranan masyarakat khususnya orang tua sisiwa dalam
penyelenggaraan pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan sebatas
pendukung dana, tapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti mengambil
keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah tidak
memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat/orang tua sebagai stacheholder yang berkepentingan dengan
pendidikan. Keempat, krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah yang
cenderung tidak demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah
terhadap guru atau birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah.

Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang


bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan
yang lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara
efisien dan berkualitas. Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin
mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuanorganisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang
melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan maka akan mengakibatkan
adanya disharmonisasi hubungan anatara pemimpin dan yang dipimpin. Salah satu

1
solusinya adalah dengan dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 yaitu
undang-undang otonomi daerah yang kemudian diatur oleh PP No. 33 tahun 2004
yaitu adanya penggeseran kewenangan dan pemerintah pusat ke pemda dalam
berbagai bidang termasuk bidang pendidikan kecuali agama, politik luar negeri,
pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal.

Pemberian otonomi tersebut dimaksudkan agar lembaga sekolah memiliki


kebebasan dan kemandirian mengelola lembaganya agar mampu berkembang
sesuai dengan potensi dan kekhususan-kekhususan yang dimiliki daerah serta
memiliki relevansi yang tinggi dan kemanfaatan optimal bagi pembangunan di
daerah. Pemberian otonomi demikian dengan segala implikasinya dianggap
merupakan langkah maju yang bertujuan untuk menciptakan efektifitas
penyelenggaraan pendidikan di daerah dengan bersumber kepada pemanfaatan
potensi, kekhasan, dan kreativitas dari para penyelenggara pendidikan di daerah.
Implementsi otonomi sekolah ini juga salah satunya tercermin dengan
diberlakukannya UU No. 20/2005 yang memberikan kebebasan kepada sekolah
untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai ganti dari Kurikulum 2004. Untuk kemudian
direvisi dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006,
sampai pada diberlakukannya kurikulum 2013, yang sempat mengalami pro dan
kontra di kalangan masyarakat kependidikan dan non kependidikan.

Dengan adanya amanat otonomi dari undang- undang tersebut perangkat


manajemen di sekolah bukan lagi sekedar sebagai pelaksana dari birokrasi pusat
sebagaimana era sebelumnya, melainkan berposisi sebagai agen yang mandiri
yang bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah sesuai dengan tugas dan fungsi
manajemen (planning, organizing, actuating, controlling) dengan memperhatikan
potensi dan kekhasan yang dimiliki. Penggerakan atau Actuating mempunyai arti
dan perananan yang sangat penting. Sebab diantara fungsi manajemen lainnya,
maka penggerakan merupakan fungsi secara langsung berhubungan dengan
manusia (pelaksana). Dengan fungsi penggerakan inilah, maka ketiga fungsi
manajemen yang lain baru efektif. Oleh karena itu penggerakan atau actuating

2
sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat layak untuk dikaji lebih jauh
dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Penggerakan (Actuating)?
2. Apa tujuan Penggerakan (Actuating)?
3. Apa fungsi Penggerakan (Actuating)?
4. Apa pentingnya Penggerakan (Actuating) dalam organisasi pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Penggerakan
(Actuating)
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan Penggerakan (Actuating)
3. Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya Penggerakan (Actuating) dalam
organisasi pendidikan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penggerakan (Actuating)

Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC)


dalam Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (penggerakan), controlling (pengendalian)”. Dari
seluruh rangkaian proses manajemen, penggerakan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama, dan mempunyai arti serta perananan yang sangat
penting. Sebab dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung
dengan orang-orang dalam organisasi atau manusia (pelaksana). Dengan ini fungsi
penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang lain baru efektif.

Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan.


Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. George R.
Terry (1986) mengemukakan bahwa, actuating merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota organisasi sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran organisasi dan sasaran anggota-anggota
organisasi tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-
sasaran tersebut. Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang
terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan
bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Actuating merupakan
fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok
mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi
sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.

4
Sedangkan menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel, actuating adalah
directing and leading are the interpersonal aspec of commanding by which
subordinate are led to understand and contribute effectively and efficiency to the
attainment of enterprise objectives. Hal ini berarti bahwa pengarahan adalah
hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Pendapat lainnya, Actuating (penggerakan) yaitu: Actuating is setting all


members of the group towant to achieve the objektive willingly and keeping with
managerial planning and organizing efforts. Artinya Penggerakan adalah
membuat semua kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta
bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha
pengorganisasian. (Hasibuan, 1995:176).

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan


upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui
berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Jadi
penggerakan merupakan kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat
orang lain suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakan yang telah
dilakukan menyebabkan suatu organisasi dapat berjalan.

2.2 Tujuan Penggerakan


Menurut Azwar (1996), Tujuan fungsi actuating (penggerakan) adalah :

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien

2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf

3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan


motivasi dan prestasi kerja staf

5
5. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis

2.3 Pengertian Ekosistem


Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk dikarenakan hubungan
timbal balik yang tidak dapat terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.

Komponen pembentuk ekosistem antara lain :


1. Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan kimia
yang medium atau substrat sebagai tempat berlangsungnya kehidupan atau
lingkungan tempat hidup. Sebagian besar dari komponen abiotik memiliki
beragam variasi dalam ruang dan waktu. Komponen abiotik berupa bahan
organik, senyawa anorganik, serta faktor yang memengaruhi distribusi
organisme, antara lain:

a. Suhu.
Proses biologi dipengaruhi juga oleh suhu. Mamalia dan unggas
akan membutuhkan energi untuk dapat meregulasi temperatur
dalam tubuh.
b. Air
Ketersediaan air juga dapat memengaruhi distribusi organisme.
Organisme yang terdapat pada gurun beradaptasi terhadap
ketersediaan air yang ada di gurun tersebut.
c. Garam
Konsentrasi garam juga mempengaruhi kesetimbangan air dalam
organisme dengan melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial
mampu untuk dapat beradaptasi di dalam lingkungan dengan
kandungan garam yang tinggi.
d. Cahaya matahari
Intensitas serta kualitas cahaya matahari dapat mempengaruhi
proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga yang

6
terjadi pada lingkungan air, fotosintesis terjadi pada sekitar
permukaan yang dapat dijangkau oleh cahaya matahari. Di gurun,
intensitas cahaya matahari yang sangat besar dapat membuat
peningkatan suhu, hal ini dapat mengakibatkan hewan dan
tumbuhan tertekan.
e. Tanah dan batu
Karakteristik tanah yang meliputi antara lain struktur fisik,,
komposisi mineral, dan pH membatasi penyebaran organisme yang
berdasarkan kandungan sumber makanan di tanah.
f. Iklim
Iklim adalah kondisi cuaca dalam suatu daerah atau area serta
dalam jangka waktu lama. Iklim makro meliputi iklim global,
lokal, dan regional. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah
yang dihuni oleh beberapa komunitas tertentu.

2. Biotik
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk
hidup. Pada pokoknya makhluk hidup dapat digolongkan berdasarkan
jenis-jenis tertentu, misalnya golongan manusia, hewan dan tumbuhan.
Makhluk hidup berdasarkan ukurannya digolongkan menjadi
mikroorganisme dan makroorganisme.

2.4 Tipe - Tipe Ekosistem


Tipe - tipe Ekosistem antara lain :
A. Akuatik (Air)
1. Ekosistem air tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain memiliki variasi suhu yang
tidak menyolok, penetrasi cahaya yang kurang, serta terpengaruh
oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak pada
ekosistem air tawar adalah jenis ganggang, sedangkan tumbuhan
yang lainnya adalah tumbuhan biji.

7
2. Ekosistem air laut
Habitat laut ditandai oleh salinitas atau kadar garam yang tinggi
dengan ion CI- dapat mencapai 55% terutama pada daerah laut
tropis, hal ini karena disana memiliki suhu yang tinggi dan
penguapan yang sangat besar. Pada daerah tropik, suhu laut dapat
berkisar 25 °C. Terjadinya perbedaan suhu bagian atas dengan
bagian bawah tinggi dan terdapat batas antara lapisan tersebut yang
disebut dengan termoklin.
3. Ekosistem estuari
Estuari atau muara merupakan tempat bersatunya sungai dengan air
laut. Estuari sering dipagari dengan lempengan lumpur intertidal
yang cukup luas. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang
sangat tinggi serta memiliki banyak nutrisi. Komunitas tumbuhan
yang dapat hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
fitoplankton, dan ganggang. Komunitas hewannya seperti cacing,
ikan, kerang, dan kepiting.
4. Ekosistem pantai
Dinamakan ekosistem pantai karena yang paling banyak tumbuh
pada gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae
memiliki kemampuan untuk dapat tahan terhadap hempasan
gelombang dan angin.
5. Ekosistem sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir pada satu arah. Air
sungai dingin serta jernih dan memiliki sedikit kandungan
sedimen. Aliran air dan gelombang secara konstan dapat
memberikan oksigen pada air. Ekosistem sungai dihuni oleh
beberapa hewan seperti gurame, kura-kura, dan sebagainya.
6. Ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang terdiri dari coral yang berada dekat
pantai. Efisiensi ekosistem terumbu karang sangat tinggi.
Hewan-hewan yang hidup pada karang memakan organisme

8
mikroskopis serta sisa organik lain. Kehadiran terumbu karang
yang berada di dekat pantai membuat pantai dapat memiliki pasir
putih.
7. Ekosistem laut dalam
Ekosistem laut dalam memiliki kedalaman yang dapat mencapai
lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut serta ikan laut yang
mampu untuk dapat mengeluarkan cahaya.
8. Ekosistem lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuhan
yang dapat berbunga di lingkungan laut. Tumbuhan tersebut dapat
hidup pada perairan pantai dangkal. Lamun atau seagrass
mempunyai tunas berdaun yang tegak serta tangkai-tangkai yang
merayap untuk berbiak. Sebagai sumber daya hayati, tumbuhan
lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.

B. Terestrial (Darat)
Penentuan zona yang terjadi pada ekosistem terestrial ditentukan
dengan temperatur dan curah hujan. Ekosistem terestrial atau
ekosistem darat dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan. Pola
ekosistem tersebut dapat berubah akibat berbagai gangguan misal
seperti petir, kebakaran, penebanganan pohon, dan sebagainya.

1. Hutan hujan tropis


Hutan hujan tropis terdapat pada daerah tropik dan subtropik.
Hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri curah hujan 200 - 225 cm per
tahun. Spesies pepohonan relatif cukup banyak dan jenisnya
berbeda tergantung letak geografisnya. Dalam hutan hujan tropis
terdapat tumbuhan khas, yaitu liana atau rotan dan anggrek sebagai
epifit. Hewannya antara lain, burung, kera, badak, harimau, dan
burung hantu. 2. Sabana

9
Sabana dari daerah tropik terdapat pada wilayah yang memiliki
curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temperatur serta
kelembaban masih tergantung terhadap musim. Hewan yang hidup
di sabana antara lain serangga serta mamalia seperti zebra, hyena,
dan singa.
3. Padang rumput
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah
tropik ke subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah memiliki curah
hujan sekitar 25-30 cm per tahun, 10 hujan turun secara tidak
teratur, porositas atau peresapan air yang tinggi, dan drainase aliran
air yang cepat. Tumbuhan yang terdapat pada padang rumput
terdiri atas tumbuhan terna dan rumput. Hewannya antara lain:
bison, serigala, anjing liar, zebra, gajah, jerapah, serangga, dan
sebagainya.
4. Gurun
Gurun terdapat pada daerah tropik yang berbatasan dengan padang
rumput. Ekosistem gurun memiliki ciri-ciri gersang dan curah
hujan rendah sekitar 25 cm/tahun. Perbedaan suhu yang terjadi
antara siang dan malam sangat besar. Dijumpai pula tumbuhan
menahun berdaun seperti kaktus atau tak berdaun dan memiliki
akar yang cukup panjang serta mempunyai jaringan yang dapat
menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun seperti ular,
kalajengking, dan beberapa hewan nokturnal lainnya.
5. Hutan gugur
Hutan gugur terdapat pada daerah beriklim sedang yang memiliki 4
musim dan memiliki ciri-ciri curah hujan merata sepanjang tahun.
Jenis pohon dalam ekosistem hutan gugur sedikit dan tidak terlalu
rapat. Hewan yang terdapat di ekosistem hutan gugur antara lain
rusa, rubah, beruang, dan rakun.
6. Taiga

10
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan pegunungan
daerah tropik. Taiga memiliki ciri-ciri suhu di musim dingin yang
rendah. Hutan taiga seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Hewan
yang hidup di taiga antara lain moose, beruang hitam, dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada saat musim gugur.
7. Tundra
Tundra terdapat pada belahan bumi sebelah utara dalam lingkaran
kutub utara serta terdapat di puncak gunung tinggi. Pertumbuhan
tanaman di daerah tundra hanya sekitar 60 hari. Contoh tumbuhan
pada ekosistem tundra yang dominan adalah sphagnum, liken,
tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang.
8. Karst (batu gamping /gua)
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping yang terdapat pada
wilayah Yugoslavia. Karst memiliki ciri-ciri tanahnya kurang subur
untuk pertanian, mudah longsor, sensitif terhadap erosi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya sangat erat
dan saling ketergantungan, karena makhluk yang satu membutuhkan
bantuan makhluk lain. Makhluk hidup membutuhkan lingkungan untuk
membantu memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya lingkungan juga
membutuhkan makhluk hidup dalam kelangsungan hidupnya. Ekosistem
adalah kesatuan komunitas dengan lingkungannya yang membentuk
hubungan timbal balik. Ekosistem tersusun atas tiga komponen , yaitu
komponen biotik, komponen abiotik dan komponen pengurai
(dekomposer). Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang hidup
yang terdiri dari makhluk hidup yang meliputi tumbuhan, hewan dan
manusia. Komponen abiotik adalah komponen ekosistem yang tak hidup
yang meliputi tanah, air, udara, cahaya matahari, suhu atau temperatur,
mineral dan gas. Komponen pengurai (dekomposer) adalah organisme
yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati.

12
DAFTAR ISI

Suherman, Usep. (2022). Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: Widina Bhakti


Persada Bandung
Firdaus, Firzon. (2016). Ilmu Alam Dasar Makhluk Hidup Dalam
Ekosistem Alami. Jember: Blog

13

Anda mungkin juga menyukai