Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Tadris Biologi
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan dengan lancar dan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan
sahabatnya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Pendidikan dengan judul “Konsep Dasar Manajemen Pendidikan dan Fungsi Perencanaan
dalam Manajemen Pendidikan”. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Khalilah, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Manajemen Pendidikan. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
saran atas penyusunan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 4
1.3 Rumusan Masalah 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Pengertian dan Hakikat Manajemen Pendidikan 5
2.2 Kedudukan Manajemen Pendidikan 9
2.3 Fungsi Manajemen Pendidikan 10
2.4 Komponen Manajemen Pendidikan 11
2.5 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pendidikan 17
2.6 Pendekatan, Jenis dan Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan 19
2.7 Tahapan Perencanaan Pendidikan 23
BAB III PENUTUP 25
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
kedudukan, fungsi dan komponen manajemen pendidikan serta perencanaan
pendidikan.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan hakikat Manajemen Pendidikan
2. Mahasiswa dapat menganalisis kedudukan Manajemen Pendidikan
3. Mahasiswa dapat menghubungkan fungsi Manajemen Pendidikan dengan
kehidupan bermasyarakat
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi komponen Manajemen Pendidikan
5. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan tujuan Perencanaan Pendidikan
6. Mahasiswa dapat menganalisis Pendekatan, Jenis dan Ruang Lingkup
Perencanaan Pendidikan
7. Mahasiswa dapat menguraikan Tahapan Perencanaan Pendidikan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3) Proses yang dilakukan secara sadar, terencana serta sistematis;
4) Target mengarah kepada apa yang menjadi tujuan yang ditentukan.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam manajemen, yaitu :
1) Manajemen dianggap sebagai ilmu pengetahuan bahwa manajemen
memerlukan ilmu pengetahuan sebagai bahan dalam mengelola
manajemen secara baik dan benar.
2) Manajemen sebagai seni dimana seorang manajer harus memiliki
keterampilan dalam mengatur waktu dan tugas yang diberikan.
3) Manajemen sebagai profesi, bahwa manajer yang profesional bisa
mengatur kegiatan dan waktu secara efektif dan efisien. (Arsyam,
2020).
Manajemen selalu dipakai untuk mengatur semua kegiatan dalam
berbagai aspek seperti, sekolah, koperasi, yayasan, pemerintahan dan lain
sebagainya. Sehingga manajemen merupakan suatu hal yang sangat penting
dan bersifat sistematis. Manajemen dibutuhkan oleh setiap individu atau
kelompok individu, organisasi bisnis, organisasi sosial ataupun organisasi
pemerintah untuk mengatur, merencanakan segala hal yang berhubungan
dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih optimal pada waktu yang
akan datang. Manajemen sangat dibutuhkan oleh setiap individu, karena tanpa
manajemen yang baik, segala usaha yang sudah dilakukan akan memberikan
hasil yang kurang maksimal dan tidak berhasil. Dalam perkembangannya
proses manajemen adalah langkah langkah strategis yang memiliki manfaat
dari manajemen tersebut. (Arsyam, 2020).
B. Pengertian dan Hakikat Pendidikan
Pendidikan adalah media yang digunakan untuk mendidik dan
mengembangkan setiap potensi yang dimiliki manusia. Pendidikan sejatinya adalah
gerbang yang mengantar manusia mengarah kepada peradaban yang lebih tinggi dan
humanis yang berlandaskan pada keselarasan hubungan antara dengan manusia
manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan sang pencipta. Pendidikan
adalah sebuah ranah yang didalamnya melibatkan perjalanan hidup seseorang dari
masa masa lalu, masa kini, dan masa akan datang.
Menurut M.J. Langeveld pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan
anak itu atau lebih tepat, membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas
6
hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan
oleh orang dewasa: sekolah, buku, peraturan hidup sehari, dan sebagainya) dan
ditujukan kepada orang yang belum dewasa. (Kristiawan et al., 2017).
Pendidikan merupakan upaya dalam membentuk generasi yang berkarakter,
berilmu, dan berketerampilan. Upaya tersebut tidak mudah, butuh usaha dan
Kerjasama yang baik antara pengajar dan siswa. Sekolah tidak hanya memiliki visi
yang bagus, tetapi harus memiliki kepala sekolah, guru, fasilitas, lingkungan, dan
kurikulum yang bagus dan berkualitas. Cirinya adalah sekolah dan siswa memiliki
prestasi dalam bidang akademik dan nonakademik, baik level nasional maupun
regional.
Pendidikan harus memiliki tujuan yang mengembangkan pertumbuhan yang
seimbang kepribadian manusia melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri,
perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena pendidikan merupakan suatu jalan
bagi manusia untuk mencapai segala aspeknya, baik spiritual, intelektual, imajinatif,
fisikal, ilmiah, linguistik, secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi
semua aspek untuk mencapai apa yang sedang dijalankan secara sempurna dan baik.
Pendidikan menurut pandangan Islam mempunyai kedudukan yang cukup
tinggi di dalam kehidupan manusia. Ini dibuktikan dengan wahyu pertama yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw yang menyuruh beliau membaca dalam
keadaan beliau yang ummiy. Di samping itu, wahyu ini juga mengarahkan manusia
untuk belajar mengenai Allah, memahami fenomena alam serta mengenali diri sendiri
yang merangkumi prinsip-prinsip aqidah, ilmu, dan amal. Ketiga prinsip ini
merupakan serambi falsafah pendidikan Islam.
C. Pengertian Manajemen Pendidikan
Menurut Made Pidarta “ Educational management is an activity of integrating
various educational resources so that they are concentrated in an effort to achieve the
educational goals that have been previously determined “. Manajemen pendidikan
adalah aktivitas memadukan berbagai sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Stephen J. Kneziech, “Education management is a set of
organizational functions that have the main goal of ensuring the efficiency and
effectiveness of services education, as well as implementing policies through
planning, decision making, leadership behavior, preparation of resource allocation,
stimulation and coordination of personnel and conducive organizational climate“.
7
Manajemen pendidikan merupakan sekumpulan fungsi-fungsi organisasi yang
memiliki tujuan utama untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pelayanan
pendidikan, sebagaimana pelaksanaan kebijakan melalui perencanaan, pengambilan
keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulasi dan
koordinasi personil dan iklim organisasi yang kondusif. (Kristiawan et al., 2017).
Manajemen pendidikan adalah sebuah bidang ilmu terapan yang membahas
tentang konteks mengenai bidang pendidikan. Di dalam jurnal yang ditulis Nasib Tua
Lumban Gaol, Ribbins menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah sebuah
disiplin ilmu, ilmu manajemen pendidikan dikaitkan dengan sebuah bidang dan bukan
sebuah bentuk pengetahuan. Argyriou dan Iordanidis menyatakan bahwa manajemen
pendidikan adalah sebuah bidang studi dan praktik yang memiliki keterkaitan dengan
pengoperasiaan organisasi pendidikan, termasuk administrasi, keuangan, tanggung
jawab birokrasi para pemimpin sekolah. Penekanan pada aspek bidang keilmuan dan
praktis menjadi kunci utama dalam memahami konsep manajemen pendidikan.
Penekanan bidang manajemen pendidikan tersebut meliputi aplikasi prinsip, konsep,
fungsi dan teori manajemen dalam pelaksanaanya. (Tua & Gaol, 2020).
Manajemen Pendidikan menurut Purwanto adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan yang ada di sekolah meliputi usaha-usaha besar, seperti
mengenai perumusan keamanan sekolah, pengarahan usaha-usaha besar, koordinasi,
konsultasi, korespondensi, kontrol perlengkapan, dan seterusnya sampai kepada
usaha-usaha kecil dan sederhana, seperti menjaga sekolah dan sebagainya. Menurut
Usman, manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola terkait sumber daya
pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang lebih
baik dari sebelumnya agar peserta didik dapat mengembangkan potensi secara aktif,
hal tersebut dilakukan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Romlah di kutip dari Juhji, Wawan Wahyudin, Eneng Muslihah,
Nana Suryapermana manajemen pendidikan adalah suatu pengelolaan semua
kebutuhan institusional dalam dunia pendidikan agar dapat berjalan secara efisien dan
efektif. Manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, memimpin,
pengorganisasian, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. (Wahyudin et al., 2020). Dari pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau berbagai
8
rangkaian yang berisi tentang proses pengelolaan usaha kerja sama beberapa manusia
yang tergabung dalam sebuah organisasi pendidikan yang memiliki tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
organisasi tersebut serta menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.
9
bisa berbeda-beda di berbagai negara dan lembaga pendidikan. Biasanya, ada kepala sekolah
atau kepala lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas manajemen pendidikan di
tingkat sekolah atau lembaga tersebut. Di tingkat yang lebih tinggi, ada pihak-pihak seperti
departemen pendidikan atau kementerian pendidikan yang memiliki peran dalam mengatur
kebijakan pendidikan secara nasional atau regional.
Manajemen pendidikan memegang kedudukan yang penting dalam sistem pendidikan.
Kedudukan manajemen pendidikan dalam sistem pendidikan nasional adalah sebagai proses
pengelolaan suatu kegiatan pembelajaran, yang mencakup aspek perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, kepemimpinan, baik secara individu maupun
berkelompok, serta memanfaatkan sumber daya yang ada pada diri siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen pendidikan diperlukan dalam sebuah
sistem pendidikan, terutama dalam pembelajaran di kelas. Manajemen pendidikan merupakan
bentuk kerjasama antar pihak-pihak pelaksana dan penyelenggara pendidikan untuk
mewujudkan target/tujuan pendidikan yang telah dirancang sebelumnya. Keterkaitan antara
jalur pendidikan, jenjang pendidikan, dan jenis pendidikan pada hakikatnya saling berkaitan
dalam bentuk sistem pendidikan nasional
Terkait dengan pentingnya manajemen pendidikan, Renata Lemos melakukan
penelitian tentang pentingnya manajemen di sekolah menengah yang dipublikasikan
dalam laporan CentrePiece (2014) di Inggris, Brazil, Canada, Jerman, India, Italia,
Swedia,dan Amerika. Ia menginterview kurang lebih 1800-an kepala sekolah, dan
menemukan hal menarik tentang pentingnya manajemen bagi sekolah. Penelitian itu
menemukan tiga hal penting, pertama, mutu manajemen sekolah sangat penting bagi kinerja
sekolah.Kedua, kualitas manajemen sekolah berhubungan dengan peningkatan prestasi
belajar dan nilai tambah yang didapat oleh siswa. Ketiga, penelitian tersebut juga
menyimpulkan bahwa kualitas manajemen lebih besar pengaruhnya dibanding ukuran kelas,
mutu guru dan kompetensi terhadap mutu sekolah.
10
berkesinambungan dan mencapai tujuan yang telah diciptakan dapat mencapai standar mutu
pendidikan (Mubarok, 2019).
Secara umum fungsi manajemen terbagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses untuk menetapkan tujuan dan visi organisasi sebagai
langkah awal berdirinya sebuah organisasi. Fungsi perencanaan identik dengan
penyusunan strategi, standar, serta arah dan tujuan dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian berhubungan dengan bagaimana mengatur sumber daya baik
manusia maupun fisik agar tersusun secara sistematis berdasarkan fungsinya
masing-masing. Dengan kata lain, fungsi organizing ini lebih menekankan pada
bagaimana mengelompokkan orang dan sumber daya agar menyatu.
3. Pengarahan (Directing)
Fungsi manajemen dalam hal pengarahan lebih menekankan pada upaya untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja dengan optimal. Mulai dari pemberian
bimbingan kerja, motivasi, penjelasan tugas rutin, dan lain sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian (Controlling)
Fungsi pengendalian lebih fokus pada evaluasi dan penilaian atas kinerja yang selama
ini telah dilakukan dan berjalan. Fungsi pengendalian akan melihat apakah terdapat
suatu hambatan atau tidak dalam proses mencapai tujuan organisasi (Winarsih, 2017).
11
kurikulum atau tujuan pendidikan. Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting
adalah (a) kegiatan yang erat kaitannya dengan tugas guru; dan (b) kegiatan yang erat
kaitannya dengan proses pembelajaran dan pengajaran (Wahyudin, 2020).
B. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan atau pengelolaan peserta didik adalah suatu cara
mengatur seluruh siswa mulai dari masuk sampai mereka lulus. Manajemen
kesiswaan merujuk kepada kegiatan pencatatan siswa sejak dari awal diterima,
kemudian diberikan pembinaan dan berakhir pada terselesaikannya proses
pembelajaran serta menjadi alumni setelah selesai melaksanakan pembelajaran .
Dengan demikian, manajemen kesiswaan adalah suatu cara pengaturan peserta didik,
mulai dari input, proses, output, dan menjadi outcome dari satuan pendidikan.
Adapun tujuan dan fungsi manajemen kesiswaan adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan psikomotorik siswa;
2. Mendidik dan membina kemampuan, bakat, dan minat; dan
3. Mencapai kebahagiaan kesejahteraan hidup, belajar dengan baik, dan
tercapai cita-citanya.
Tujuan pengelolaan kesiswaan yakni mengelola aktivitas kesiswaan untuk
membantu kegiatan belajar sehingga sesuai, disiplin dan sesuai prosedur, serta
dapat memberi masukan dalam mencapai sasaran yang sudah disepakati. Fungsi
umum pengelolaan kesiswaan yakni sarana bagi siswa untuk mengembangkan
diri secara individualitas, sosial, kebutuhan, maupun potensi-potensi peserta didik.
Fungsi pengelolaan kesiswaan secara khusus, yaitu:
1. Pengembangan individualitas, yakni agar siswa mampu mengembangkan
potensi individualitasnya;
2. Pengembangan sosial siswa, yakni supaya siswa mampu melakukan
sosialisasi dengan masyarakatnya;
3. Penyaluran aspirasi dan harapan siswa, yakni supaya terefleksikan
kesenangan, dan minat siswa; dan
4. Pemenuhan dan kesejahteraan siswa, yakni supaya siswa tentram dalam
menjalankan pendidikannya. Fungsi pengelolaan kesiswaan yakni untuk
sarana mengembangkan diri (Putri, dkk. 2021)
C. Manajemen Personalia
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia
pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan
12
efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehubungan dengan itu fungsi personalia yang harus dilaksanakan
pimpinan adalah menarik, mengembangkan, mengkaji dan memotivasi personil guru
mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi standar perilaku,
melaksanakan perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan
individu dan organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup:
a). Perencanaan pegawai,
b). Pengadaan pegawai,
c). Pembinaan dan pengembangan pegawai,
d) Promosi dan mutasi,
e) Pemberhentian pegawai,
f) Kompensasi, dan
g) Penilaian pegawai
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan
pegawai, baik secara kuantitatif untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada
suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang
sesuai dengan kebutuhan dilakukan kegiatan rekrutmen, yaitu usaha mencari dan
mendapatkan calon calon pegawai yang memenuhi syarat sebanyak mungkin, untuk
kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap.
Lembaga pendidikan senantiasa menginginkan agar personil-personilnya
melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya
untuk kepentingan lembaganya, serta bekerja lebih baik dari hari ke hari. Sehubungan
dengan itu, fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi
pengelolaan personil untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja
pegawai. Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima,
kegiatan selanjutnya adalah mengusahakan supaya calon pegawai tersebut menjadi
anggota lembaga yang sah sehingga mempunyai hak dan kewajiban sebagai anggota
lembaga. Setelah pengangkatan pegawai, kegiatan berikutnya adalah penempatan atau
penugasan diusahakan adanya kongruensi yang tinggi antara tugas yang menjadi
tanggung jawab pegawai dengan karakteristik pegawai.
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan
terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak pegawai. Dalam kaitan tenaga
13
kependidikan sekolah, khususnya pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian
pegawai dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis: a) Pemberhentian atas permohonan
sendiri, b) Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah, dan c) Pemberhentian sebab
lain.
Usaha-usaha dalam pelaksanaan fungsi fungsi yang dikemukakan di depan,
diperlukan sistem penilaian pegawai secara objektif dan akurat. Penilaian tenaga
kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan
sekolah. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan sangat
penting dalam pengambilan keputusan berbagai hal seperti identifikasi kebutuhan
program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem
imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses efektif sumber daya manusia
(Listiowaty, 2020).
D. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar,
seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun
yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun,
taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk
proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman
sekolah sekaligus sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana
pendidikan (Listiowaty, 2020).
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah segenap pengaturan
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh lembaga pendidikan, dan pengaturan
dilakukan dengan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsi fungsi
manajemen. Dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana
pendidikan secara konsekuen yang dimulai dari proses perencanaan, pengadaan,
inventarisasi, penyimpanan, pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan dan
penilaian dan pengawasan maka sekolah akan dapat memenuhi sarana dan prasarana
pendidikan dengan baik dan terencana. Sehingga standar sarana dan prasarana yang
ditetapkan BNSP dapat dicapai, yang kemudian secara otomatis akan meningkatkan
kualitas pembelajaran dan sekaligus berpengaruh terhadap pemenuhan standar-standar
pendidikan lainnya (Bancin & Lubis, 2017).
14
E. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan/pembiayaan adalah serangkaian kegiatan yang
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta bidang yang
mempertanggungjawabkan segala hal yang berhubungan dengan pengelolaan dana
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan keuangan yang
baik di sebuah lembaga akan meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
Dengan tersedianya biaya, pencapaian tujuan pendidikan yang lebih produktif, efektif,
efisien dan relevan akan memberikan kebutuhan yang dibutuhkan lembaga tersebut.
Adapun sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah/madrasah, secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu
a) pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang bersifat umum
atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan;
b) orang tua atau peserta didik; dan
c) masyarakat baik mengikat maupun tidak (Wahyudin, 2020).
F. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan dan
keamanan sekolah. Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik
memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami
pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu
waktu kosong di sekolah maupun di rumah. Karena dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni pada masa sekarang ini menyebabkan guru tidak bisa
lagi melayani kebutuhan-kebutuhan anak anak akan informasi, dan guru-guru tidak
bisa mengandalkan apa yang diperolehnya dibangku sekolah.
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab
melaksanakan proses pembelajaran tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Untuk kepentingan tersebut di sekolah
dikembangkan program pendidikan jasmani dan kesehatan, menyediakan pelayanan
kesehatan sekolah melalui usaha kesehatan sekolah (UKS), dan berusaha
meningkatkan program pelayanan melalui kerja sama dengan unit-unit dinas
kesehatan setempat. Di samping itu sekolah juga harus memberikan pelayanan
keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada di sekolah agar mereka
dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan nyaman dan tenang (Listiowaty, 2020).
15
G. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat (Humas)
Humas merupakan fungsi manajemen yang memiliki peran dalam menilai dan
menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan keamanan dan prosedur organisasi
untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat. Kegiatan kehumasan di
sekolah tidak hanya memberikan informasi terkait kegiatan di sekolah, melainkan
juga harus mengemukakan beberapa hal di antaranya
1) Melaporkan tentang pendapat yang berkembang di dalam ruang lingkup
masyarakat tentang masalah pendidikan,
2) Membantu Kepala Sekolah dengan usaha yang dimiliki untuk memperoleh
bantuan dan kerja sama,
3) Menyusun rencana terkait cara-cara memperoleh bantuan dari luar atau dalam
sekolah, dan
4) Membantu pemimpin karena tugas tugasnya tidak dapat langsung memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak yang memerlukannya.
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Humas yang efisien harus
memperhatikan asas-asas berikut.
● Obyektif dan resmi, informasi yang dikeluarkan tidak boleh bertentangan
dengan kebijaksanaan yang telah diterapkan dan dijalankan. Pemberitaan yang
disampaikan harus merupakan fakta resmi dari instansi atau lembaga yang
bersangkutan
● Organisasi yang tertib dan disiplin, humas akan berfungsi bila tugas organisasi
berjalan lancar dan efektif serta memiliki hubungan antar lingkungan di luar
dan di dalam.
● Informasi yang diberikan harus bersifat mendorong keinginan untuk ikut
berpartisipasi atau ikut memberikan dukungan untuk masyarakat.
● Kontinuitas, informasi humas harus berusaha agar masyarakat memperoleh
informasi secara konsisten sesuai dengan kebutuhan.
● Respon yang timbul dikalangan masyarakat merupakan umpan balik dari
informasi yang disampaikan harus mendapat perhatian sepenuhnya
(Wahyudin, 2020).
Dari berbagai komponen manajemen yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa unsur manajemen pendidikan adalah kurikulum dan program
pengajaran, tenaga kependidikan (personal sekolah/pegawai), kesiswaan, keuangan
dan pembiayaan, sarana dan prasarana pendidikan, kerjasama sekolah dan
16
masyarakat, serta pelayanan khusus lembaga pendidikan. Komponen tersebut tidak
dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Komponen manajemen ini harus
dilaksanakan secara serasi, menyeluruh, berkesinambungan, karena antara komponen
yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi dan merupakan kesatuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Listiowaty, 2020).
17
B. Tujuan Perencanaan Pendidikan
Ada beberapa tujuan perlunya penyusunan suatu perencanaan pendidikan, antara lain:
A. Untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu untuk
mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan anggota
organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah disusun;
B. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu
diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan
pendidikan;
C. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam
pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas
maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-non akademik;
D. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan
secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan;
E. Untuk meminimalkan terjadinya berbagai kegiatan yang tidak produktif dan
tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan
pendidikan;
F. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus
(spesifik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus
dilakukan;
G. Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam
suatu organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem’;
H. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan
yang dihadapi organisasi pendidikan; dan
I. Untuk mengarahkan proses pencapain tujuan pendidikan.
Tujuan perencanaan pendidikan adalah agar pendidikan lebih efektif dan efisien
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat. Tujuan
perencanaan pendidikan juga adalah untuk :
1) Menyusun kebijaksanaan dan menggariskan strategi pendidikan yang
sesuai dengan kebijakan pemerintah (menyusun alternatif dan prioritas
kegiatan) yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan pada masa yang
akan datang dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan pendidikan.
2) Menginvestasikan biaya pendidikan seefisien mungkin (Banurea, dkk. 2023).
18
2.6 Pendekatan, Jenis dan Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan
A. Pendekatan Perencanaan Pendidikan
Terdapat berbagai macam pendekatan perencanaan pendidikan, menurut
Nardawati (2021) terdapat empat jenis pendekatan, yaitu: pendekatan kebutuhan
sosial (social demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach);
pendekatan untung rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan keefektifan biaya
(cost effectiveness approach). Berikut ini akan dijelaskan secara singkat keempat
pendekatan perencanan pendidikan tersebut.
1. Pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach)
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial,
oleh para ahli disebut pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan
yang hendak dicapai dalam pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada:
1) Tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap
layanan pendidikan dasar.
2) Pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah
dari tuna aksara (buta huruf)
3) Pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa ketakutan
dari penjajahan, dari kebodohan dan dari kemiskinan.
Model kebutuhan sosial ini, tugas perencanaan pendidikan adalah harus menganalisa
kebutuhan pada masa yang akan datang, seperti pertumbuhan penduduk, partisipasi
dalam pendidikan, arus siswa dan keinginan masyarakat.
2. Pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach)
Pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan mengutamakan pada
kualitas lulusan dari sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan lapangan
pekerjaan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan seperti sektor
ekonomi, pertanian, perdagangan dan industri. Menurut Rahmadani, dkk (2019)
pendekatan ketenagakerjaan ini bertujuan mengarahkan kegiatan pendidikan kepada
usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja (man power atau person
power). beberapa manfaat dari pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan,
antara lain:
A. proses pembelajaran atau layanan pendidikan di satuan pendidikan
mempunyai aspek korelasional yang tinggi dengan tuntutan dunia kerja yang
dibutuhkan masyarakat
19
B. pendekatan ini mengharuskan adanya keterjalinan yang erat antara lembaga
pendidikan dengan dunia usaha dan industri, hal ini tentu sangat positif untuk
meminimalisir terjadinya kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia
industri-usaha
3. Pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness approach)
Perencanaan pendidikan dengan menggunakan pendekatan efektivitas biaya
dapat ditinjau dari segi ekonomi atau disebut dengan pendekatan untung rugi dimana
pendidikan dengan mengeluarkan biaya yang begitu tinggi diharapkan hasil dari
pendidikan tersebut mengarah pada produktivitas lulusan demi menunjang
perekonomian masyarakat. Pendekatan ini berpangkat pada konsep Investment in
human capital atau investasi pada sumber daya manusia, yang mana setiap investasi
harus mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter. Pendekatan
ini memiliki ciri-ciri diantaranya pendidikan yang memerlukan biaya investasi yang
besar, maka perencanaan pendidikan yang disusun harus mempertimbangkan aspek
keuntungan ekonomis dan pendekatan ini juga didasarkan pada asumsi bahwa kualitas
layanan pendidikan akan menghasilkan output yang baik sehingga dapat memberi
kontribusi pada pertumbuhan ekonomi masyarakat. (Singerin, 2022)
4. Pendekatan Integratif (Terpadu)
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan integrasi (terpadu)
dianggap sebagai pendekatan yang lebih lengkap dan relatif lebih baik daripada ketiga
pendekatan diatas, sebab pendekatan ini mengintegrasikan semua pendekatan
perencanaan pendidikan secara seimbang dan menyeluruh. Pendekatan ini sering
disebut dengan pendekatan sistemik atau pendekatan sinergik. Diantara ciri atau
karakteristik pendekatan integratif antara lain :
1) Keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap pengembangan individu dan
pengembangan sosial (kelompok)
2) Keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan dan juga
mempersiapkan pengembangan kualitas akademik
3) Keterpaduan antara pertimbangan ekonomis (untung rugi) dan pertimbangan
layanan sosial-budaya dalam rangka memberikan kontribusi terhadap
terwujudnya integrasi sosial-budaya
4) Konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan di
setiap satuan pendidikan merupakan suatu sistem
20
5) Konsep bahwa kontrol dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan
melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan proses layanan kualitas
pendidikan. Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam proses evaluasi
pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah
kepala sekolah, guru, siswa, komite, pengawas dan Dinas pendidikan.
B. Prinsip-Prinsip Perencanaan
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan
pendidikan menurut Banurea, dkk (2023) antara lain:
1. Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau
beragam kehidupan.
2. Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap
perkembangan atau perubahan kehidupan di masyarakat.
3. Prinsip efektifitas-efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan
pendidikan didasarkan pada perhitungan sumber daya yang ada secara cermat
dan matang, sehingga perencanaan itu `berhasil guna` dan ‘bernilai guna’
dalam pencapaian tujuan pendidikan.
4. Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang
kepada semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan
dengan beragam pembaharuan layanan pendidikan yang lebih berkualitas,
sesuai dengan peranan masing-masing.
5. Prinsip objektif, rasional dan sistematis, artinya perencanaan pendidikan harus
disusun berdasarkan data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan dan
kemanfaatan layanan pendidikan secara rasional (memungkinkan untuk
diwujudkan secara nyata), dan mempunyai sistematika dan tahapan
pencapaian program secara jelas dan berkesinambungan.
6. Prinsip kooperatif-komprehensif, artinya perencanaan yang disusun mampu
memotivasi dan membangun mentalitas semua warga sekolah dalam bekerja
sebagai suatu tim (team work) yang baik.
7. Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan harus
disusun sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan
sumber daya manusia secara maksimal dalam mensukseskan program
pembangunan pendidikan.
21
C. Jenis - Jenis Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari sisi mana
kita melihatnya. Ditinjau dari tatanan dan cakupannya perencanaan pendidikan ada
yang bersifat nasional ada pula yang bersifat daerah, ada juga yang bersifat lokal, dan
ada pula yang bersifat kelembagaan atau institusional bahkan operasional.
Secara spesifik perencanaan pendidikan dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Perencanaan pendidikan dari atas ke bawah (top down educational planning),
perencanaan ini sering disebut juga perencanaan pendidikan makro atau
perencanaan pendidikan nasional.
2. Perencanaan pendidikan dari bawah ke atas (bottom up educational planning),
yaitu perencanaan pendidikan yang dibuat oleh tenaga perencana dari tingkat
bawah kemudian disampaikan ke pusat, misalnya perencanaan yang dibuat
oleh guru, kepala sekolah, Dinas Pendidikan kemudian disampaikan ke
Kementerian Pendidikan Nasional.
3. Perencanaan pendidikan menyerong dan menyamping (diagonal educational
planning), perencanaan ini sering disebut perencanaan sektoral, yaitu
perencanaan yang melibatkan kerjasama antar departemen atau lembaga,
misalnya, lembaga Kementrian Pendidikan Nasional dengan Bappeda
Provinsi.
4. Perencanaan pendidikan mendatar (horizontal educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang dibuat dengan menjalin kerjasama antar
lembaga atau departemen yang sederajat, misalnya perencanaan pendidikan
antara kementerian pendidikan dan kementrian agama dan kementerian sosial.
5. Perencanaan pendidikan menggelinding (rolling educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam
bentuk perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang.
6. Perencanaan pendidikan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas (top
down and bottom up educational planning), yaitu perencanaan pendidikan
yang mengintegrasikan atau mengakomodasi kepentingan pusat dan daerah
(lokal) (Misbah, 2019).
D. Ruang lingkup Perencanaan Pendidikan
lingkungan atau ruang lingkup yang menjadi bidang perencanaan pendidikan
menurut Arifudin, Sholeha, dan Umami, (2021) ruang lingkup perencanaan
22
pendidikan terdiri dari perencanaan pendidikan Mikro, Messo, dan Makro.
Selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Perencanaan pendidikan Mikro adalah perencanaan pada level operasional
ditujukan secara khusus untuk memperbaiki kemampuan dan kinerja individu
atau kelompok kecil individu. Sebagai contoh adalah silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
2. Perencanaan pendidikan Messo adalah suatu perencanaan level organisasi
operasional dan menengah ditujukan secara khusus untuk memperbaiki kinerja
organisasi atau satuan pendidikan, seperti rencana pengembangan sekolah
3. Perencanaan pendidikan Makro adalah perencanaan pada level top organisasi
yang menjadi rujukan perencanaan messo dan mikro. Perencanaan makro
ditujukan secara khusus untuk memperbaiki organisasi secara luas. Contoh
perencanaan strategis Departemen Pendidikan Nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
23
4. Program and project formulation, yaitu rumusan program dan proyek
pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan, menyangkut
layanan pendidikan pada aspek akademik dan non akademik.
5. Feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber
daya. Apabila perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia
secara cermat dan akurat, akan menghasilkan tingkat kelayakan rencana
pendidikan yang baik.
6. Plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah,
karyawan, dan siswa), iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan
pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work) yang handal.
7. Evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai
(mengevaluasi) tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan
pendidikan, sebagai feedback (masukan atau umpan balik), selanjutnya
dilakukan revisi program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang
lebih baik.
Gambaran tentang proses atau tahapan-tahapan perencanaan pendidikan di atas
menunjukkan bahwa dalam perencanaan harus melibatkan semua komponen
pendidikan mulai dari tingkat bawah sampai pada jenjang teratas dan perencanaan
yang baik juga berpedoman pada hasil dari pelaksanaan perencanaan sebelumnya,
dalam kata lain perencanaan dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan
(Apriyanti, dkk, 2023).
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau berbagai rangkaian yang
berisi tentang proses pengelolaan usaha kerja sama yang tergabung dalam sebuah
organisasi pendidikan yang memiliki tujuan pendidikan, dengan memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki organisasi tersebut serta menggunakan fungsi-fungsi
manajemen untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Secara umum fungsi
manajemen terbagi menjadi 4 macam, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing), serta pengawasan (controlling). Terdapat 7
komponen manajemen yang harus dikelola dengan baik dan benar, diantaranya yaitu
manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen personalia, manajemen
sarana dan prasarana pendidikan, manajemen keuangan, manajemen layanan khusus
serta manajemen hubungan sekolah dan masyarakat (Humas).
Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta
memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi internal
yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam
bidang bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan.
Tujuan dari perencanaan pendidikan adalah agar pendidikan lebih efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat.
Terdapat empat jenis pendekatan perencanaan pendidikan, yaitu: pendekatan
kebutuhan sosial (social demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower
approach); pendekatan untung rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan
keefektifan biaya (cost effectiveness approach). Perencanaan pendidikan dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu perencanaan pendidikan dari atas ke bawah, perencanaan
pendidikan dari bawah ke atas, perencanaan pendidikan menyerong dan menyamping,
perencanaan pendidikan mendatar, perencanaan pendidikan menggelinding,
perencanaan pendidikan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas. Sedangkan
ruang lingkup perencanaan pendidikan terdiri dari perencanaan pendidikan Mikro,
Meso, dan Makro. Perencanaan Pendidikan yang baik dengan melalui beberapa
tahapan sederhana dan logis yang semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan
pendidikan.
25
3.2 Saran
Makalah ini diharapkan mampu membantu pembaca dalam memahami materi
mengenai konsep dasar manajemen pendidikan dan fungsi perencanaan dalam
manajemen pendidikan. Makalah yang dibuat oleh penulis masih sangat kurang dari
sempurna. Untuk itu, baik kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Tua, N., & Gaol, L. (2020). Sejarah Dan Konsep Manajemen Pendidikan. Jurnal Dinamika
Pendidikan, 13(1), 79–88.
Wahyudin, U. R. (2020). Manajemen Pendidikan (Teori Dan Praktik Dalam
Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional). Deepublish.
Winarsih, S. (2017). Kebijakan dan implementasi manajemen pendidikan tinggi dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan
Kemasyarakatan, 15(1), 51-66.
28