Anda di halaman 1dari 25

PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA

KECAMATAN SIPORA UTARA


KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Bab 6
Rencana Investasi

6.1 SKENARIO PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PRIORITAS

6.1.1 Skenario Prioritas Pembangunan

Skenario prioritas pembiayaan pembangunan dalam program ini merupakan tahap awal untuk melakukan
kemitraan pihak-pihak para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan
pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai
kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan.

Rencana ini menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam
pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang
disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan
dalam investasi/ pembiayaan.

Rencana investasi juga mengatur upaya percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan
prasarana/sarana dari suatu lingkungan/kawasan. Rencana investasi juga mengatur Indikasi Program
pembangunan Desa, untuk jangka waktu 5 (lima tahun) yang disusun berdasarkan hasil perencanaan
partisipatif.

Bab | 4 - 1
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Rencana investasi juga mengatur Penetapan program-program prioritas pembangunan untuk jangka
waktu satu tahun atau program tahunan pembangunan kawasan/sub kawasan prioritas. Pada tahap awal,
program prioritas terpilih, dapat diusulkan menjadi lokasi uji coba pembangunan fisik Desa.

6.1.2 Skala Prioritas Pembangunan


Pada Masterplan Desa Betumonga yang menjadi kegiatan skala prioritas pembangunan adalah
sebagai berikut :
1. Pembangunan Dermaga
2. Pembangunan Los Pasar
3. Pembangunan Jembatan Gantung

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 6.1

Tabel 6.1 Skala Prioritas Pembangunan Desa Betumoga

No. Uraian Pekerjaan Lokasi Harga


1 Pembangunan Dermaga Dusun Taraet 155.320.000,00
2 Pembangunan Los Pasar 280.210.000,00
3 Pembangunan Jembatan Gantung Dusun Sibujai 2.272.160.000.00
2.707.690.000,00

6.1.3 UDGL (Urban Design Guideline)

1. Pembangunan Dermaga
Pembangunan dermaga pada Desa Betumonga terletak didusun Taraet, dengan luasan dermaga 36
m2
Gambar 6.1 Kondisi Dermaga yang direncanakan pada Desa Betumonga

Sebelum Sesudah

Bab | 4 - 2
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.2 Peta Lokasi Rencana Dermaga Desa Betumonga Dusun Teraet

Bab | 4 - 3
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.3 Denas Pondasi Tampak Samping Dermaga

Gambar 6.4 Denah Penulangan Plat Lantai dan Denah Lantai Keramik

Bab | 4 - 4
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.5 Gambar Denah Pondasi Sumuran

Gambar 6.6 Detail Penulangan

Bab | 4 - 5
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

2. Pembanngunan Los Pasar

Pembangunan los pasar direncanakan dengan Luasan los 51 m2, yang lokasinya belum ditentukan oleh
desa betumonga. Akan tetapi, luasannya tetap sama dengan yang direncanakan.

Gambar 6.7 Kondisi Pasar yang direncanakan pada Desa Betumonga

Gambar 6.8 Detail Pondasi

Bab | 4 - 6
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.9 KAP ATAP

Gamba 6.10 Detail Kuda - Kuda Baja Ringan

Bab | 4 - 7
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.11 Tampak Dan Potongan Los Pasar

Gambar 6.12 Denah Pasar

Bab | 4 - 8
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.13 Detail Penulangan

3. Pembangunan Jembatan Gantung


Pembangunan jembatan gantung pada Desa Betumonga terletak didusun Sibujai
Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan jembatan gantung adalah :
-
Panjang jembatan gantung 60 m2
-
Lebar jembatan gantung 1,8 m
- Tinggi pilar jembatan gantung 8,2 m
- Pondasi menggunakan sumuran besar.
- Struktur pilar struktur baja

Gambar 6.14 Kondisi Jembatan Gantung yang direncanakan pada Desa Betumonga

Sebelum Sesudah

Bab | 4 - 9
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Bab | 4 - 10
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.15 Peta Lokasi Rencana Jembatan Gantung Desa Betumonga Dusun Sibujai

Bab | 4 - 11
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.16 Potongan Memanjang Dan Tampak Memanjang Jembatan Gantung

Gambar 6.17 Pilar Jembatan

Bab | 4 - 12
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.18 Detail Pilar

Gambar 6.19 Denah Pilar

Bab | 4 - 13
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.20 Pondasi Sumuran

Gambar 6.21 Detail Pondasi Sumuran

Bab | 4 - 14
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.22 Detail Pembesian Poor

Gambar 6.23 Detail Angkur Ikatan Angin

Bab | 4 - 15
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.24 Detail Pembesian Poor

Gambar 6.25 Detail Potongan

Bab | 4 - 16
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.26 Detail Angkur Ikatan Angin

Gambar 6.27 Detail Pemulangan Poor Pilar Utama

Bab | 4 - 17
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.28 Denah Pondasi

Gambar 6.29 Detail Lantai Jembatan

Bab | 4 - 18
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 6.30 Detail Hanger Penggantung Dan Detail Dudukan Pilar

Bab | 4 - 19
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

6.2. RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN

Untuk pelaksanaan program pembangunan, diperlukan pembiayaan pembangunan dengan sumber-


sumber dana yang dapat dimanfaatkan, diantaranya:

 Sumber dana Pemerintah pusat (APBN).


 Sumber dana pemerintah Provinsi Sumatera Barat (APBD provinsi).
 Sumber dana Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai (APBD Kabupaten Kepulauan
Mentawai).
 Sumber dana penanam modal/investor, baik dalam negeri maupun asing.
 Sumber dana swasta dan swadaya masyarakat.

Pelibatan pihak swasta dalam pembiayaan pembangunan dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama,
khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana perkotaan. Bentuk-bentuk kerja sama antara
pemerintah dengan swasta yang dapat dilakukan, antara lain:

 Kerjasama Patungan (Joint Venture)

Joint Venture ini dilakukan dengan pembentukan suatu perusahaan oleh beberapa pihak, yang
dioperasikan secara bersama dalam satu perusahaan. Kerjasama patungan ini dilakukan oleh pemerintah
dengan pihak swasta, khususnya untuk pembangunan yang memiliki risiko lingkungan, jika dipegang oleh
pihak swasta saja. Pada kerjasama ini pihak swasta biasanya bertanggung jawab pada pengoperasian
dan pemerintah tetap menjadi pemegang saham terbesar.

1. Kemitraan Pemerintah dan Swasta

2. Kemitraan pemerintah-swasta dapat dibedakan dalam beberapa bentuk sesuai dengan


kebutuhan penggunaannya, yaitu:
3. Konsep BOT (Build, Operate and Transfer), pada bentuk ini pihak swasta bertugas menyediakan
prasarana dengan cara membangun fasilitas baru (atau memperbaiki) dengan biaya sendiri dan
dapat mengurusnya dalam jangka waktu tertentu. Setelah selesai jangka waktu tersebut maka
prasarana dikembalikan kepada pihak pemerintah. Pada saat kerjasama berlangsung, swasta
dapat mengoperasikan prasarana tersebut untuk memperoleh keuntungan.

4. Konsep BOO (Build, Owned and Operate), pada bentuk ini tidak ada pengalihan pada akhir
periode kerjasama. Di sini investor dapat memiliki fasilitas yang dibangunnya dalam jangka waktu
lama untuk mendapatkan kembali biaya pembangunan dan memperoleh keuntungan.

5. Konsep BRT (Build, Rent and Transfer), di sini pemerintah membangun dengan dana sendiri dan
pihak swasta dapat menyewa dalam jangka waktu tertentu, yang kemudian pada akhir kontrak
dikembalikan kepada pemerintah.

Bab | 4 - 20
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

6. Konsep ROT (Rehabilitate, Operate and Transfer), bentuk ini sama dengan BOT namun pada
bentuk ini swasta tidak membangun tetapi memperbaiki fasilitas yang telah ada.

7. Konsep "Contract Operations" Pada bentuk ini pemerintah membayar atau menyewa swasta
untuk memberikan jasa manajemen atau jasa lainnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

 Penjualan Asset (Asset Selling)

Penjualan asset dapat berarti penjualan rencana, lahan, saham, atau suatu kegiatan khusus perusahaan
pemerintah oleh pemerintah secara utuh maupun sebagian kepada swasta.

a. Kerjasama Pemerintah-Swasta yang kompleks

b. Kerjasama ini merupakan suatu bentuk kerja sama yang berbeda, yang meliputi:

c. Peremajaan kawasan

d. Pembangunan kawasan kota baru

e. Kegiatan penyediaan prasarana kawasan kota

f. Kerjasama Komunitas-Lembaga Keuangan Pemerintah/Swasta

g. Kerjasama ini merupakan suatu bentuk kerja sama dimana komunitas sebagai pemilik aset lokal
menggandeng lembaga keuangan dalam pengembangan suatu tempat untuk kepentingan
tertentu. Bentuk kerjasama ini masih jarang dilakukan, dan sebaiknya didorong oleh pemerintah
karena dapat menguntungkan komunitas sebagai stakeholder utama pembangunan kawasan
perkotaan.

Dalam pelaksanaan kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta sangat penting untuk diperhatikan
mengenai aspek legal dan administrasinya. Hal ini perlu dirumuskan secara jelas, terutama yang
menyangkut hak dan kewajiban serta sanksi, dan perlindungan hukumnya untuk masing-masing pihak.
Perlunya pembangunan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai, karena dengan membangun
atau melengkapi aksesibilitas dan sarana suatu kawasan maka kawasan tersebut akan semakin cepat
berkembang.

6.2.1 Indikasi Program

Indikasi program penataan Kawasan Prioritas pada dasarnya akan merupakan suatu urutan
pengembangan untuk mencapai tujuan pembangunan dalam jangka menengah, Pembangunan

Bab | 4 - 21
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

sendiri merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk mencapai tujuan akhir
penataan lingkungan permukiman. Tahapan pembangunan ini akan memperhatikan:

 Pengembangan dan peletakan aspek-aspek strategis yang menjadi dasar pengembangan dalam
jangka panjang, yaitu bagi pelaksanaan dan kesinambungan tahapan pembangunan secara
menyeluruh

 Pengembangan berbagai aspek dalam upaya mencapai pengembangan lingkungan permukiman


yang menjadi harapan masyarakat

Berbagai kondisi mendesak yang perlu ditangani dan mempunyai dampak besar bagi masyarakat dan
pengembangan ekonomi kawasan. Sedangkan rencana investasi merupakan rujukan bagi para
pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan
atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan
pentahapan pelaksanaan pembangunan. Rencana ini akan menjadi alat mobilisasi dana
investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai
dengan kapasitas dan perannya di wilayah perencanaan yang diprioritaskan dan telah
disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik
kepentingan dalam investasi/ pembiayaan.

Usulan Indikasi Program untuk kegiatan PLPBK ini mengacu dan dapat melengkapi rencana investasi
yang sudah dan akan di rencanakan ke depan. Sesuai dengan skenario pertumbuhan dan
perkembangan kawasan harus didukung dengan kondisi dan sistem pemerintahan Kabupaten
Kepulauan Mentawai dengan baik. Diharapkan dengan adaya review kondisi Fisik lingkungan dan
komponen - komponen fisik penunjang aktifitas kawasan proses percepatan akan segera berjalan.
Sehingga capaian program dapat segera terlaksana sesuai dengan waktu yang sudah di tetapkan
dalam program PLPBK ini.

6.3 Estate manangement

6.3.1. Lembaga Pengelola Pembangunan

Arahan pengelolaan untuk pembangunan kawasan prioritas dalam program PLPBK ini adalah
arahan peraturan pembangunan secara umum bagi Kabupaten Kepulauan Mentawai. Peraturan
pembangunan perlu dibahas karena saat ini berdasarkan survei instansional sangat sedikit
peraturan daerah tentang tata bangunan dan lingkungan perkotaan, baik skala Kabupaten
Kepulauan Mentawai maupun kawasan-kawasan khusus.

Dalam pengelolaan Program PLPBK, perlu dibentuk suatu badan pengelola (Estate
Management) yang menjamin agar kawasan dapat beroperasi dengan baik. Hal ini dikarenakan

Bab | 4 - 22
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

ada aspek-aspek administratif dan teknis yang saling terkait. Pengelolaan pembangunan
infrastruktur dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat melalui Tim Pelaksana
Pembangunan (TPP), dengan UPL sebagai koordinatornya. TPP secara prinsip membantu tugas
UPL, yakni :

1. Memfasilitasi penyusunan investasi kelurahan, atas dasar kelayakan kegiatan (teknis,


ekonomi, sosial dan lingkungan) dan memberikan dampak sosial-ekonomi yang paling
optimal bagi warmis, serta integrasi antara kebutuhan lokal dengan upaya
pengembangan kawasan kelurahan/desa yang lebih luas;
2. Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan
pembangunan yang diperlukan;
3. Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan meminta verifikasi
kelayakannya pada SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah setempat;
4. Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan & pelaksanaan kegiatan
dengan berbagai pihak terkait;
5. Menyusun Dokumen Pengadaan Jasa Pemborongan (bila ada) dan memfasilitasi
Panitia Pengadaan dalam proses pengadaan (bila ada);
6. Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O&P (termasuk penyusunan Rencana
Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);
7. Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan
infrastruktur;
8. Memfasilitasi Coaching penyusunan proposal & pengorganisasian pelaksanaannya bagi
KSM/Panitia;
9. Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia;
10. Memeriksa kelengkapan dokumen SPPD-L berikut lampirannya dan memfasilitasi
penandatanganannya antara BKM/LKM dengan KSM/Panitia;
11. Memfasilitasi Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi
semua KSM/Panitia kegiatan lingkungan;
12. Memfasilitasi kegiatan Coaching/On The Job Training (OJT) Teknis/Administrasi proyek
kepada KSM / Panitia;
13. Memfasilitasi pengadaan bahan, alat dan tenaga terampil/ahli /jasa konstruksi (bila ada)
yang dilakukan oleh KSM/Panitia;
14. Melakukan verifikasi dan merekomendasikan pencairan dana kepada KSM/Panitia;
15. Mengkoordinasikan untuk sinkronisasi dan keterpaduan pelaksanaan seluruh
pembangunan infrastruktur yang dilaksanakana oleh KSM/Panitia;

Bab | 4 - 23
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

16. Melakukan pengendalian/pengawasan pelaksanaan konstruksi fisik yang dilakukan


KSM/Panitia.

Manajemen pelaksanaan berhubungan dengan mekanisme kelembagaan pelaksanaan rencana.


Lembaga-lembaga yang terkait dengan realisasi pelaksanaan pengembangan dan pembangunan
kawasan prioritas mencakup keempat unsur stakeholders, yaitu institusi pemerintah kota dengan
seluruh jajarannya (Bappeda, PU, Dinas Pariwisata), masyarakat sebagai pengguna kawasan
dan pelaku pembangunan, dan masyarakat pemerhati pembangunan Desa Betumonga.

6.3.2 Lembaga Manajemen Desa Betumonga


Susunan Lembaga manajemen Desa Betumonga yang terbentuk melalui musyawarah warga adalah :

1. PENASEHAT : Kepala Desa Betumonga


2. BADAN PENGAWAS :
Ketua :
Anggota :
Anggota :
3. JAJARAN DIREKSI (PENGELOLA)
Manajer :
Wakil Manajer :
Bagian Administrasi :
Bagian Keuangan :
Bagian SDM dan Hukum :
Bagian Pemasaran dan Humas :
Bagian Riset Pengembangan & Teknologi :
Bagian Pemeliharaan dan Peralatan :
Bagian Umum dan Rumah Tangga :
Bagian Pelayanan dan Pengaduan :

Untuk menjaga keberlanjutan program pembangunan maka perlu dibentuk manajemen pengelolaan, yang
didasari oleh : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 tentang BUMDes,
dengan memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Syarat pembentukan tim pengelola di Desa Betumonga :
a. atas inisiatif kelurahan dan atau masyarakat berdasarkan musyawarah warga
b. adanya potensi usaha ekonomi masyarakat
c. sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok

Bab | 4 - 24
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

d. tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal, terutama kekayaan
kelurahan
e. tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai asset
penggerak perekonomian masyarakat kelurahan
f. adanya unit-unit usaha masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang
dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi; dan
g. untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa.

2. Tahap pembentukan tim pengelola di Desa Betumonga:


A. Rembug desa/musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan;
B. Kesepakatan dituangkan dalam ad/art yang sekurang-kurangnya berisi: organisasi dan tata kerja,
penetapan personil, sistem pertanggung jawaban dan pelaporan, bagi hasil dan kepailitan;
C. Pengusulan materi kesepakatan sebagai draft peraturan kelurahan
D. Penerbitan peraturan kelurahan

Pengelolaan manajemen Desa Betumonga secara rinci tertuang dalam AD, ART dan PerKel yang telah
dirumuskan bersama oleh masyarakat.

Bab | 4 - 25

Anda mungkin juga menyukai