Anda di halaman 1dari 16

IDENTIFIKASI KESEUAIAN PEMANFAATAN LAHAN RUANG

TERBUKA HIJAU SEMPADAN SUNGAI DI SWK GEDEBAGE DENGAN


RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BANDUNG

TUGAS SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Disusun Oleh :

Zidni Ilman Ramadhan 24-2017-083

Choirul Insan Pratama 24-2017-088

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Commented [AX1]: Kok ga ada no 1.1 nya?

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,


yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka (open
spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-
tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang terbuka (open
spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang public (public spaces) mempunyai
pengertian yang hampir sama. Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka
(open spaces) adalah :

 Ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan


manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah makhluk
lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR
no.24/1992)
 Suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan
yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik (Budihardjo, 1999; 90)
 Ruang yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain aktif untuk anak-
anak dan dewasa, tempat bersantai pasif untuk orang dewasa, dan sebagai
areal konservasi lingkungan hijau (Gallion, 1959; 282)
 Ruang yang berdasarkan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau yaitu dalam
bentuk taman, lapangan atletik dan taman bermain (Adams, 1952; 156) Commented [AX2]: Pilih salah satu saja, tidak usah semua
begini
Ini bisa masuk ke bab 2
Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau, laut,
atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana
mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui
sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk
mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari
beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa
anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan saluran dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung
sungai di mana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai. Manfaat
terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial
untuk dijadikan objek wisata sungai (Ahira: 2011).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011


tentang Sungai, Pasal 1 butir (1) menyatakan : “Sungai adalah alur atau wadah air
alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai
dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.” Commented [AX3]: 1 paragraf harus terdiri dari 2 kalimat
atau 2 titik.
Bisa disatukan dengan paragraf sebelum atau setelahnya
Menurut Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2011 pasal 1 tentang sungai,
sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Pemanfaatan lahan di sempadan
sungai disebabkan oleh keinginan penduduk untuk mendekati sumber air bagi
kegiatan mereka sehari-hari yang lama kelamaan meningkat dan berkembang
menjadi kawasan yang semestinya untuk resapan air sungai.

Perubahan pemanfaatan lahan di sempadan sungai SWK Gedebage Kota


Bandung didominasi oleh peningkatan kawasan permukiman yang memerlukan
penanganan khusus. Untuk merealisasikan penataan ruang sesuai fungsinya perlu
dilakukan identifikasi pemanfaatan lahan sempadan sungai SWK Gedebage yaitu
proses penelusuran untuk mengetahui besarnya pemanfaatan lahan di sempadan
sungai SWK Gedebage dan mengetahui berapa persentase pemanfaatan lahan yang
tidak sesuai di sempadan sungai.
Rumusan Masalah

Menurut RDTR Kota Bandung Tahun 2015 – 2035, penataan kawasan sekitar
bantaran/sempadan sungai merupakan salah satu sub SWK Gedebage yang
termasuk kedalam zona prioritas penanganan. Hal ini menjadi rujukan dalam
perwujudan rencana zona lindung sempadan sungai SWK Gedebage yang
meliputi:

1. Pembebasan lahan terbangun pada sempadan sungai untuk RTH Publik;


2. Penataan sempadan sungai meliputi sungai dan anak sungai;
3. Pembersihan sempadan sungai dan bangunan liar
4. Pemasangan papan larangan terhadap larangan pendirian bangunan
5. Normalisasi sungai; dan
6. Pemeliharaan dan penghijauan sempadan sungai.

Di bagian perwujudan rencana zona rawan bencana, disebutkan bahwa


genangan banjir cileuncang merupakan salah satu hal yang diprioritaskan Commented [AX4]: Nama tempat huruf besar awalnya

penanganannya yang meliputi :

1. Perbaikan dan pembersihan pendangkalan saluran; dan


2. Penertiban lahan pada sempadan sungai.

Berdasarkan hal yang sudah dijelaskan tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa perlu dilakukan identifikasi mengenai sebaran RTH sempadan sungai
terhadap penambahan lahan terbangun yang berada di SWK Gedebage. Untuk itu
perlu meninjau hubungan antara perkembangan lahan terbangun terhadap
ketentuan – ketentuan RTH sempadan sungai yang ada agar dapat menghindari
masalah – masalah yang muncul akibat kebijakan yang belum terealisasikan.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian yang
diangkat adalah Bagaimana kesesuaian antara ketentuan pemanfaatan RTH
khususnya kawasan sempadan sungai dengan kondisi lahan terbangun yang
ada di SWK Gedebage? Commented [AX5]: Kok cuman sampe rumusan masalah?
Ruang lingkup, tujuan sasaran, metodologi, kerangka
pemikiran, sistematika penulisan mana?
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Definisi Ruang Terbuka
Beberapa definisi ruang terbuka antara lain:
1. Menurut Rustam Hakim (1987), ruang terbuka pada dasarnya merupakan suatu
wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas tertentu dari warga
lingkungan tersebut baik secara individu atau secara kelompok. Bentuk
daripada ruang terbuka ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa
bangunan. Contoh ruang terbuka adalah jalan, pedestrian, taman, plaza,
pemakaman di sekitar lapangan olahraga.
2. Menurut Perda Jatim No. 7 tahun 1997, ruang terbuka kota adalah bagian dari
kota yang tidak didirikan bangunan atau sesedikit mungkin unsur bangunan,
terdiri dari unsur alami (vegetasi dan air) dan unsur binaan (produksi,
budidaya, pemakaman, pertanian kota, taman kota, jalur hijau, tempat satwa,
rekreasi ruang luar, berbagai upaya pelestarian lingkungan) Commented [AX6]: Tidak usah dinumbering, bikin jd
paragraf saja
Sifat dan Fungsi Ruang Terbuka
Roger Trancik (1986), dalam bukunya ”Finding Lost Space”,
mengungkapkan bahwa menurut sifatnya ruang terbuka kota dapat dibagi
menjadi:
1. Hard space, yaitu ruang terbuka yang secara prinsip dibatasi oleh dinding
arsitektural dan biasanya sebagai kegiatan sosial. Ruang terbuka jenis ini tidak
tertutup oleh massa bangunan namun tertutup oleh pengerasan seperti ubin,
aspal, plesteran, paving stone, dan lain-lain.
2. Soft space, yaitu ruang terbuka yang didominasi oleh lingkungan alam. Pada
setting kota, soft space berbentuk taman (park) dan kebun (garden) serta jalur
hijau (greenways) yang dapat memberikan kesempatan untuk berelaksasi
(santai).
Menurut Rustam Hakim (1987), ada beberapa fungsi ruang terbuka,
antara lain :
 Tempat bermain, berolahraga
 Tempat bersantai
 Tempat komunikasi sosial
 Tempat peralihan, tempat menunggu
 Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan
lingkungan
 Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang
lain
 Sebagai pembatas/jarak di antara massa bangunan
 Fungsi ekologis, yang meliputi: penyegaran udara, menyerap air hujan,
pengendalian banjir, memelihara ekosistem tertentu dan pelembut
arsitektur bangunan.

Bentuk Ruang Terbuka


Rob Krier (1979), mengklasifikasikan ruang terbuka berdasarkan
bentuk fisik dan pola ruangnya, yang meliputi :
 Berbentuk memanjang, yaitu ruang terbuka yang hanya mempunyai batas-
batas di sisi-sisinya, seperti jalanan, sungai dan lain-lain. Ruang terbuka yang
berbentuk memanjang ini juga merupakan ruang-ruang sirkulasi karena
dimanfaatkan untuk melakukan pergerakan oleh masyarakat sekitarnya.
 Berbentuk cluster, yaitu ruang terbuka yang mempunyai batas-batas di
sekelilingnya, seperti lapangan, bundaran dan lain-lain. Ruang terbuka dengan
bentuk cluster ini membentuk “kantong-kantong” yang berfungsi sebagai
ruang-ruang akumulasi aktivitas kegiatan masyarakat kota.
Rustam Hakim (1987) mengklasifikasikan ruang terbuka berdasar
sifatnya yaitu :
 Ruang terbuka lingkungan, yaitu ruang terbuka yang terdapat pada suatu
lingkungan dan sifatnya umum. Adapun tata penyusunan ruang-ruang terbuka
dan ruang-ruang tertutupnya akan mempengaruhi keserasian lingkungan.
 Ruang terbuka bangunan, yaitu ruang terbuka yang dibatasi oleh dinding
bangunan dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau
pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.
Ruang Terbuka Hijau
Definisi Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
(Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 1).
Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk
menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi
dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Untuk lebih meningkatkan
fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah, masyarakat, dan
swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung miliknya
(Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 2).
Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh)
persen yang disediakan oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar
proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya
sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat
(Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 3).

Bentuk Ruang Terbuka Hijau


Bentuk ruang terbuka hijau kawasan perkotaan ada berbagai macam
versi bergantung pada sumber peraturan yang berlaku. Diantaranya menurut
dokumen yang berjudul “Ruang Terbuka Hijau sebagai Unsur Pembentuk
Kota Taman”, tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Dirjen Penataan Ruang
menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau terdiri dari:
1. Ruang Terbuka privat; halaman rumah, halaman kantor, halaman sekolah,
halaman tempat ibadah, halaman rumah sakit, halaman hotel, kawasan industri,
stasiun, bandara, dan pertanian kota.
2. Ruang Terbuka publik; taman rekeasi, taman/lapangan olahraga, taman kota,
taman pemakaman umum, jalur hijau (sempadan jalan, sungai, rel KA,
SUTET), dan hutan kota (HK konservasi, HK wisata, HK industri).
Sedangkan menurut Undang-Undang Penataan Ruang no 26 Tahun
2007 pasal 29 menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau dibagi menjadi ruang
terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik
merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Yang termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain adalah taman kota,
taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai.
Sedangkan yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara lain, adalah kebun
atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami
tumbuhan.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri no 1 Tahun 2007 pasal 6
mengenai Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan menyebutkan,
yang termasuk kedalam ruang terbuka hijau antara lain :
a. Taman kota;
b. Taman wisata alam;
c. Taman rekreasi;
d. Taman lingkungan perumahan dan permukiman;
e. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
f. Taman hutan raya;
g. Hutan kota;
h. Hutan lindung;
i. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah;
j. Cagar alam;
k. Kebun raya;
l. Kebun binatang;
m. Pemakaman umum;
n. Lapangan olah raga;
o. Lapangan upacara;
p. Parkir terbuka;
q. Lahan pertanian perkotaan;
r. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
s. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa;
t. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;
u. Kawasan dan jalur hijau;
v. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan
w. Taman atap (roof garden).

Sempadan Sungai
Menurut Peraturan Menteri PU No 63 Tahun 1993 pasal 1, sungai adalah
tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan
sungai. Daerah sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan
untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai (Keppres No 32 Tahun 1990 pasal 15).

Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan


perlindungan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada
sungai termasuk danau dan waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
Penetapan garis sempadan sungai bertujuan (Peraturan Menteri PU No 63 Tahun
1993 pasal 3):

a. Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh
aktivitas yang berkembang disekitarnya.

b. Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber


daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga
ke fungsi sungai.

c. Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.

Penetapan garis sempadan sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan


ditetapkan sekurang-kuranguya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul.
Sedangkan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
didasarkan pada kriteria (Peraturan Menteri PU No 63 Tahun 1993) :

a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dan 3 (tiga) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnva 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.

b. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih 3 (tiga) meter sampai


dengan 20 (duapuluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurangkurangnya 15
(lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

c. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua


puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Gambar 1.1 Kriteria Penetapan Garis Sempadan Sungai


Pemanfaatan Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup
pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan
bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial
akan berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan (FAO, 1976). Alih fungsi lahan
merupakan salah satu permasalahan tentang penggunaan lahan saat ini. Alih fungsi
lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya
semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif
(masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan
disebabkan oleh keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih
baik (Utomo et al., 1992).
Menurut Kivell (1993), kualitas lahan merupakan kendala fisik yang menjadi
hambatan besar dan membatasi aktivitas pembangunan. Keterbatasan kemampuan
lahan menunjukkan bahwa tidak semua upaya pemanfaatan lahan dapat didukung oleh
lahan tersebut. Kemampuan lahan untuk dapat mendukung upaya pemanfaatannya,
akan sangat tergantung dari faktor-faktor fisik dasar yang terdapat pada lahan tersebut,
baik berupa lingkungan hidrologi, geomorfologi, geologi, dan atmosfir (Anthony J.
Catanese, 1992). Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan diikuti
juga dengan peningkatan kebutuhan lahan untuk mencukupi kepentingan hidup
masing - masing akibatnya banyaknya pemanfaatan lahan di daerah sempadan sungai.
Pertumbuhan pembangunan yang cepat pada beberapa kasus kurang terkendali, tidak
sesuai dengan rencana tata ruang, tidak serasi dengan lingkungan, dan tidak selaras
dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
Berkembangnya sempadan sungai sebagai kawasan budidaya membawa
dampak menurunnya fungsi sempadan sungai yang berakibat pada pengurangan
kapasitas resapan air hujan yang berakibat luapan air hujan dari penampungannya.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2011 pasal 1 tentang sungai, sempadan
sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai
batas perlindungan sungai. Pemanfaatan lahan di sempadan sungai disebabkan oleh
keinginan penduduk untuk mendekati sumber air bagi kegiatan mereka sehari-hari
yang lama kelamaan meningkat dan berkembang menjadi kawasan yang semestinya
untuk resapan air sungai. Commented [AX7]: Kok spasi paragrafnya beda? Copas
ya? Dirapiin ya, baca pedomannya!

Tujuan dan Sasaran


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka ditetapkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi
kesesuaian pemanfaatan RTH khususnya pada daerah sempadan sungai di SWK
Gedebage dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung. Sedangkan sasaran
untuk mencapai tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah :
1. Teridentifikasinya letak persebaran RTH khususnya pada daerah sempadan
sungai di SWK Gedebage.
2. Teridentifikasinya pemanfaatan RTH pada daerah sempadan sungai SWK
Gedebage.
3. Teridentifikasinya kesesuaian pemanfaatan RTH khususnya pada daerah
sempadan sungai di SWK Gedebage dengan rencana tata ruang wilayah Kota
Bandung yang berlaku.

Manfaat

Dengan ditetapkannya tujuan diatas, manfaat yang diharapkan dari penelitian


ini dapat menjadi rujukan :

1. Sebagai informasi bagi pembaca tentang bagaimana kondisi pemanfaatan RTH


khususnya daerah sempadan sungai di SWK Gedebage.
2. Sebagai informasi bagi pembaca tentang kesesuaian pemanfaatan RTH
khususnya daerah sempadan sungai di SWK Gedebage dengan rencana tata
ruang wilayah Kota Bandung.

Ruang Lingkup
Terdapat dua ruang lingkup penelitian, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang
lingkup substansi. Ruang lingkup wilayah mengenai batasan wilayah penelitian,
sedangkan ruang lingkup substansi mengenai batasan materi yang akan dibahas dalam
penelitian ini.

Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah SWK Gedebage Bandung dengan
luas RTH 28,29 Ha atau 4,65 % dari total luas RTH Kota Bandung. SWK Gedebage
dilewati oleh 5 sungai, yaitu Sungai Cinambo, Sungai Cisantren, Sungai Cidurian,
Sungai Cikapundung Kolot, dan Sungai Cikapundung. SWK Gedebage sendiri terdiri
dari 2 kecamatan yaitu, Kec. Gedebage dan Kecamatan Rancasari yang memiliki
batas-batas administrasi sebagai berikut :
 Sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Arcamanik, Kecamatan
Cinambo, dan Kecamatan Panyilukan.
 Sebelah barat, berbatasan dengan Kecamatan Buahbatu.
 Sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung.
 Sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Bojongsoang
Kabupaten Bandung. Commented [AX8]: Petanya mana?

Ruang Lingkup Substansi


Ruang Lingkup Substansi penelitian ini adalah melihat pemanfaatan RTH
(Ruang Terbuka Hijau) apakah telah sesuai dengan RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah) Kota Bandung 2011-2013. Jenis RTH yang akan dianalisis adalah jenis RTH
Publik yang terdiri dari taman kota, TPU, jalur tegangan tinggi, jalur hijau, sempadan
jalan, jalur kereta, hutan konversi, penanganan lahan krisis, RTH bagian dari aset, dan
khususnya sempadan sungai.

Aspek penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang yaitu berdasarkan penggunaan


lahan terbangun dan non-terbangun pada kawasan yang ditetapkan sebagai RTH. Jenis
RTH yang akan diamati adalah daerah sempadan sungai yang ada di SWK Gedebage. Commented [AX9]: Sempadannya berapa meter? Trus
sungai apa saja? Sebutkan!

Metode Analisis
Menurut Arikunto (2006:26) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah
cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya. Adapun
model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model empiris yaitu model yang
menjelaskan mengenai variabel yang diteliti dan diimplementasikan melalui model
sistem informasi geografis berbasis komputer. Metode ini menganalisis dan
mengiterpretasikan hasil-hasil permrosesan program, menggunakan prosedur umum
yang sama sehingga dapat kita gunakan untuk hasil didunia nyata (Iskandar
muda,2009:19).
Setelah data diperoleh, kemudian data tersebut diproses dan dianalisis
menggunakan software, ArcGis dengan menggunakan analisis Buffering. Buffer
merupakan salahsatu fasilitas pada perangkat lunak ArcGis yang memungkinkan kita
membuat suatu jangkauan / batasan area tertentu dari objek yang ingin dianalisis. Pada
penelitian ini akan dilakukan analisis buffering pada objek sungai dengan jangkauan
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam Peraturan Mentri PUPR RI
No.28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan
Danau. Berikut ini adalah diagram dilakukannya analisis kesesuaian pemanfaatan
RTH sempadan sungai dengan RTRW Kota Bandung dalam penelitian ini.

Data Lokasi Sebaran Pemetaan Sebaran Observasi Lapangan


RTH dan Penggunaan RTH dan Daerah pada Daerah
Lahan di SWK Sempadan Sungai di Sempadan Sungai di
Gedebage SWK Gedebage SWK Gedebage

Justifikasi Kesesuaian Data Kesesuaian Pemanfaatan


dan Kondisi Eksisting Lahan RTH di SWK
Daerah Sempadan Sungai Gedebage dengan RTRW
di SWK Gedebage Kota Bandung 2011-2031
Gambar 1.2 Tahapan Analisis Kesesuaian Pemanfaatan RTH dengan RTRW
(Sumber: Hasil Pengolahan 2019)

Sedangkan aplikasi untuk buffer sungai untuk analisis pemanfaatan lahan RTH
sempadan sungai untuk kawasan terbangun dijelaskan pada diagram berikut.

Jaringan Sungai di Daerah Sempadan Sungai


Buffering
SWK Gedebage di SWK Gedebage

Pemanfaatan Lahan RTH


Kawasan Terbangun Sempadan Sungai di
di SWK Gedebage Overlay SWK Gedebage untuk
Kawasan Terbangun
Gambar 1.3 Tahapan Analisis Pemanfaatan lahan RTH Sempadan Sungai untuk
Kawasan Terbangun
(Sumber: Hasil Pengolahan 2019)
Sebaran Ruang Terbuka Hijau
Peningkatan Lahan Terbangun yang Berada di
Kawasan Ruang Terbuka Hijau
Area Sempadan Sungai

Pemanfaatan Lahan RTH Kebijakan dan Peraturan yang Tidak Terealisasikan Latar Belakang

Alih Fungsi Lahan RTH Ketentuan dan Aturan Area Sempadan Sungai

Bagaimana kesesuaian antara ketentuan pemanfaatan RTH khususnya kawasan


sempadan sungai dengan kondisi lahan terbangun yang ada di SWK Gedebage? Pernyataan Permasalahan

Identifikasi kesesuaian pemanfaatan RTH khususnya pada daerah sempadan sungai di


SWK Gedebage terhadap Rencana Detail Tata Ruang Kota Bandung Tujuan

Teridentifikasinya letak persebaran RTH Teridentifikasinya pemanfaatan RTH pada Teridentifikasinya kesesuaian pemanfaatan
khususnya pada daerah sempadan sungai di daerah sempadan sungai SWK Gedebage. RTH khususnya pada daerah sempadan
SWK Gedebage. sungai di SWK Gedebage dengan rencana
tata ruang wilayah Kota Bandung yang
berlaku. Sasaran

Kesimpulan dan Rekomendasi Pengaruh Pemanfaatan Lahan RTH Sempadan Sungai terhadap Kondisi Lahan
Terbangun Output

Kerangka Pemikiran
Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan


penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran dilakukan penelitian, serta ruang
lingkup yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan substansi penelitian ini.

BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini memuat teori-teori mengenai Ruang Terbuka,
Ruang Terbuka Hijau, Bentuk Ruang Terbuka Hijau, Sempadan Sungai, Pemanfaatan
Lahan, dan pedoman standar peraturan yang berlaku, maupun berdasarkan studi
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang akan menjadi landasan
dilakukannya penelitian ini Commented [AX10]: Kok ini di bab 2? Harusnya di bab 1

Anda mungkin juga menyukai