Anda di halaman 1dari 10

UPAYA PENGELOLAAN WILAYAH KEPESISIRAN DALAM

MEWUJUDKAN KONSERVASI DI PANTAI TIGA WARNA


(Studi Kasus Pantai 3 Warna Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Kabupaten Malang)

Siska Dyah1, Suci Indah Sari2, Tresya Desinta3, Tyas Pratiwi4


Jurusan Geografi, Prodi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Malang Jl. Semarang No 5 Malang
Email: tyasp039@gmail.com

Abstrak

Pantai Tiga Warna merupakan salah satu pantai di Kabupaten Malang.


Pantai Tiga Warna yang berlokasi di selatan jawa merupakan kesatuan
dari hamparan Samudera Hindia Pantai Tiga Warna dikenal sebagai
kawasan untuk snorkling. Namun kondisi terumbu karang di pantai ini
hampir seluruhnya mengalami pemutihan bleaching. Coral bleaching
disebabkan kenaikan suhu permukaan air laut dan alga yang
bersimbiosis dengan hewan karang terlepas. Permasalahan lain di
Pantai Tiga Warna adalah kurangnya pengawasan terhadap
pengunjung dan kapal agar tidak memasuki daerah Konservasi Zona
Inti no take zone. Pantai ini masuk dalam daftar Marine Protective
Area (MPA) yaitu kawasan pantai yang dilindungi oleh undang-
undang, dimana pantai ini memiliki wilayah konservasi termasuk pada
wilayah kepesisiran pantai tersebut. Jenis penelitian. Sumber data yang
digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data
primer diperoleh melalui wawancara pada saat KKL dengan penduduk
setempat dan pengelolah pantai, sedangkan data sekunder diperoleh
melalui studi pustaka.

Kata Kunci : Konservasi, Pantai Tiga Warna, Kepesisiran


A. Pendahuluan

Wilayah pesisir merupakan interface antara kawasan laut dan darat yang
saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya, baik secara
biogeofisik maupun sosial ekonomi. Wilayah pesisir mempunyai karakteristik
yang khusus sebagai akibat interaksi antara proses-proses yang terjadi di
daratan dan di lautan. Ke arah darat, wilayah pesisir meliputi bagian daratan,
baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah
laut, wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Poernomosidhi, dalam Supriharyono,
2009 tentang “Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir
dan Laut Tropis”).

Dari segi daratan, Pesisir adalah wilayah daratan sampai wilayah laut yang
masih dipengaruhi sifat-sifat darat seperti: angin darat, drainase air tawar dari
sungai, sedimentasi. Dari segi laut, Pesisir adalah wilayah laut sampai wilayah
darat yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti: pasang surut, salinitas,
intrusi air laut ke wilayah daratan, angin laut.

Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 27 tahun 2007, wilayah pesisir


adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan di laut. Sedangkan, Wilayah kepesisiran merupakan
wilayah daratan yang meliputi area darat baik yang terendam maupun tidak
terendam air laut namun terpengaruh aktivitas laut (marin), serta bagian laut
mencakup area laut yang masih terpengaruh oleh proses-proses daratan
(Sunarto, 2000). Wilayah kepesisiran sebagai wilayah transisi antara darat dan
laut memiliki kondisi fisik maupun sosial wilayah yang khas.
Wilayah kepesisiran merupakan wilayah yang sangat dinamis, letaknya
sebagai perbatasan antara darat dan laut menjadikan perubahan di wilayah ini
sangat cepat terjadi. Kondisi yang menyebabkan adanya pembentukan dan
perkembangan bentanglahan kepesisiran ini disebut morfodinamika pantai
(Bird, 2008). Salah satu perubahan yang dapat dikaji dalam dinamika
kepesisiran adalah perubahan garis pantai. Bird (2008) menjelaskan bahwa
berbagai faktor geomorfik, seperti iklim dan geologi menjadi penyebab utama
terjadinya perubahan garis pantai secara alami. Adapun faktor lainnya seperti
aktivitas manusia (antropogenik) juga menjadi faktor dominan yang
menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai (Winarto, 2012).

Menurut Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Malang pada


Pasal 16 B optimalisasi pengembangan kawasan sendang biru, dengan strategi
sebagai berikut:

1. Melakukan optimasi pola ruang kawasan sendang biru sebagai


kawasan permukiman, pelabuhan dan industry dan kawasan
lindung sehingga tetap terjadi keseimbangan pengembangan
kawasan
2. Melindungi ekosistem pesisir yang rentan perubahan fungsi
kawasan, serta
3. Peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan
sendang biru

Selain pada Pasal 16 B dijelaskan pula pada Pasal 16 C tentang


mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir, dengan strategi sebagai
berikut:

1. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam


memelihara ekosistem pesisir
2. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui
pemanfaatan bakau dan terumbu karang sebagai sumber ekonomi
perikanan dengan cara penangkapan yang ramah lingkungan dan
mendukung keberlanjutan
3. Menjadikan kawasan lindung sebagai daya tarik wisata dan
penelitian ekosistem pesisir, serta
4. Menghindari pembukaan areal tambak baru pada hutan
mangrove.

Konservasi menjadi salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan


berkelanjutan. Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan
bahwa konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke
organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan
manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survei,
penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan.
Dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Per.17/Men/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan pulau-
pulau kecil, konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan
upaya perlindungan,pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan
kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

B. Metode Penelitian
1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pantai Tiga Warna di Desa Tambakrejo


Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur
Indonesia. Pengumpulan data sekunder dilakukan pada tanggal 28 September–
12 Oktober 2018 di Fakultas Ilmu Sosial, sedangkan pengumpulan data
primer dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2018 di Pantai Tiga Warna.
Pengelolaan data akan dilakukan di Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial.

2. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui observasi dan wawancara langsung dengan
Pengelola dan penduduk di Kawasan Konservasi Pantai Tiga Warna.
Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran
berbagai pustaka atau literatur lainnya.
3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan teknik penelitian kualitatif. Penelitian


kualitatif merupakan penelitian yang digunakan apabila faktor penelitian tidak
dapat dikuantifikasikan atau tidak dapat dihitung sehingga variabel tidak dapat
diungkapkan dengan angka seperti persepsi, pendapat, anggapan dan
sebagainya.

4. Alat dan Bahan Penelitian


a. Alat tulis, untuk mencatat hasil observasi dan wawancara.
b. Alat perekam, untuk merekam kegiatan wawancara.
c. GPS, untuk menentukan koordinat lokasi penelitian.
d. Kuisioner, berisi pertanyaan wawancara kepada penduduk dan
pengelola konservasi di wilayah penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur Pengumpulan
Data

Pasca
Pra Penelitian Saat Penelitian
Penelitian

Observasi
Kajian
dan Analisis Data
Pustaka
Wawancara

Data Hasil dan


Data Primer
Sekunder Pembahasan

Menyusun
Draft
Wawancara
a. Pra Penelitian
Pada tahap pra penelitian dilakukan pengumpulan data
sekunder dan kuisioner wawancara. Data sekunder berupa peta
lokasi dan materi dalam kajian pustaka. Kuisioner wawancara
ditujukan kepada penduduk pengelola dan pengawas Gatra
Olah Alam Lestari (GOAL).
b. Saat Penelitian
Pada tahap penelitian dilakukan pengumpulan data primer
melalui observasi dan wawancara. Observasi terdiri dari
pengamatan lokasi penelitian. Wawancara dilakukan kepada
masyarakat yang ada di lokasi penelitian.

c. Pasca Penelitian
Pada tahap pasca penelitian, dilakukan analisis data primer dan
data sekunder yang didapatkan selama penelitian.
C. Hasil dan Pembahasan

Pantai Tiga Warna terletak di Desa Tambakrejo Kecamatan


Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur Indonesia.
Pantai Tiga Warna termasuk dalam kawasan objek ekowisata Clungup
Mangrove Conservation (CMC) yang dikelolah oleh kelompok masyarakat
pengawas (POKMASWAS) Gatra Olah Alam Lestari (GOAL) binaan Dinas
Kelautan dan Perikan Provinsi Jawa Timur. POKMASWAS secara konsisten
melakukan kegiatan konservasi kawasan mangrove pesisir pantai dan
mengelola kawasan tersebut untuk tujuan wisata terbatas. Pemanfaatan lahan
konservasi ini didasarkan pada asas manfaat ekonomi dan pemberdayaan
masyarakat lokal sekitar area konservasi.

Peta Lokasi Penelitian


Sumber: Kelompok 6

Dalam upaya konservasi membutuhkan kerjasama dengan masyarakat.


Proses konservasi harus memperhatikan kelestarian alam dan nilai-nilai
budaya lokal. Peran seorang humas dari lembaga konservasi sangat diperlukan
dalam proses pengembangan masyarakat melalui program community
development, hal ini dikarenakan masyarakat lokal yang tinggal di daerah
memiliki beragam pemikiran dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
Humas sebagai salah satu bentuk komunikasi dengan publik sangat berperan
bagi organisasi dalam membantu terjadinya hubungan yang baik antar publik
internal maupun eksternal berdasarkan konsep-konsep mutual understanding
(saling pengertian), public supporting (dukungan publik), mutual apretiation
(saling menghargai) dan good public opinion (opini publik yang baik), untuk
mendapatkan citra positif (coorporate image) (Rosady Ruslan, 37:2005). Pada
dasarnya humas merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh
setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan)
maupun organisasi yang non komersial (M Linggar Anggoro, 1:2002).

Dengan adanya hubungan baik, maka akan tercipta suatu hubungan yang
saling menguntungkan. Masing-masing pihak akan saling menjaga dan
membantu dalam berbagai macam aktivitas antara satu dengan yang lainnya,
sehingga tujuan masing-masing maupun keseluruhan dapat tercapai. Sehingga
dengan adanya program community relations suatu lembaga dapat mengetahui
karakteristik masyarakat lokal dan dapat menjaga hubungan baik antara
lembaga dengan masyarakat. Setelah dilaksanakannya program community
relations, salah satu bentuk programnya yaitu community development.
Dimana ada pembangunan dan pengembangan potensi yang dimiliki
masyarakat melalui program community development ini.

Kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC) telah mencapai


luas 81 Ha dengan kegiatan antara lain pembibitan dan penanaman mangrove,
pemasangan terumbu karang buatan, transplantasi terumbu karang, pendidikan
pada generasi usia dini (murid sekolah) melalui kegiatan marine
education tentang keselamatan ekosistem, penetasan telur penyu dan
transplantasi terumbu karang.

Pembelian tiket di Pantai Tiga Warna dengan sistem seperti booking tiket
pesawat, harus melakukan pemesanan minimal 2 minggu sebelumnya karena
pantai Tiga Warna setiap hari hanya dibatasi 100 pengunjung demi tetap
menjaga kelestarian alam. Pada area snorkling yaitu di pantai tiga warna
dibatasi hanya 2 jam setiap kunjungan. Sebelum memasuki area Clungup
Mangrove Conservation pengunjung akan dilakukan pengecekan barang
bawaan terutama barang bawaan plastik yang akan dijelaskan adanya larangan
keras membuang sampah sembarangan, sehingga sampah plastik tersebut
nantinya harus dibawa kembali oleh setiap pengunjung. Ketika akan
meninggalkan kawasan tersebut pengunjung juga diwajibkan melakukan
pengecekan plastik yang harus sesuai jumlahnya seperti yang telah di cek
sebelum memasuki kawasan. Apabila saat kembali sampah tidak sesuai
dengan pengecekan awal akan dikenakan sangsi atau dikenakan denda.

D. Kesimpulan

Pantai Tiga Warna terletak di Desa Tambakrejo Kecamatan


Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur Indonesia.
Pantai ini termasuk di dalam area konservasi Clungup Mangrove
Conservation (CMC). Upaya konservasi dilakukan oleh Humas Lembaga
CMC meliputi: membentuk organisasi GOAL, POKMASWAS, community
development yang bekerjasama dengan masyarakat dalam pengelolaanya.
E. Daftar Rujukan

Anggoro, M.Linggar. 2001. Teori Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bird, Frank E. Jr, Practical Loss Control Management, Published by Institute


Press,Loganville, Georgia, USA, Reprinted in 1982

Bird, T., 1993, Kimia Fisik untuk Universitas, Terjemahan: K. I. Tjeen., PT


Gramedia, Jakarta.

Dian Marliana, Sarwono, dan Mochammad Rozikin.2013. “Kebijakan


Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Sustainable Development di
Kabupaten Sampang (Studi pada Bappeda Kabupaten Sampang)”.
Jurnal Administrasi Publik.Volume 1 Nomor 3.

Poernomosidhi, dalam Supriharyono, 2009 tentang “Konservasi Ekosistem


Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis”

Sunarto, 2000. “Wilayah Kepesisiran Pantai” Jurnal kemaritiman

Wyrtki, K. l96 L Physical Oceanography of the South East Asiqn Waters.


Naga Report. Vol.2: 196 p.

Anda mungkin juga menyukai