Anda di halaman 1dari 5

HUKUM PAJAK

NAMA : SINTHANI VICKTORIA


NIM : 1802010111
KELAS : K
SEMESTER : V (LIMA)
DOSEN WALI : SITI RAMLAH USMAN SH.,M.HUM
SOAL:

1. Sejarah pengadilan pajak


2. Kekuasaan pengadilan pajak
3. Jenis-jenis amar putusan pengadilan pajak

JAWAB :

1. Sejarah Pengadilan Pajak

 Masa Sebelum Kemerdekaan

Pengadilan Pajak pada masa sebelum kemerdekaan lebih dikenal dengan nama
peradilan. Peradilan pajak adalah peradilan yang terkait dengan masalah administrasi
pajak yang mempunyai tugas menyelesaikan sengketa atau perselisihan yang timbul
karena adanya perbedaan pendapat antara pemerintah di satu pihak dengan wajib
pajak di lain pihak mengenai besarnya pajak yang ditetapkan. pertama dan
kedua,Peradilan pertama tidak dapat dikatakan sebagai peradilan dalam arti yang
sebenarnya atau peradilan murni. Hal ini disebabkan instansi yang melaksanakan
fungsi peradilan adalah sama dengan yang melakukan penetapan pajak. Dengan
kondisi tersebut, tentu saja wajib pajak berada dipihak yang lemah dan sulit untuk
mendapatkan pengadilan yang sebenarnya.Istilah peradilan harus dibedakan dengan
istilah pengadilan. Peradilan (dalam bahasa Inggris: judiciary) dalam hal ini terkait
dengan fungsi atau tugasnya. Sedangkan istilah pengadilan (bahasa Inggris: court)
adalah terkait dengan lembaga atau badan penyelenggaranya yaitu badan yang
melaksanakan fungsi peradilan pajak.Pengadilan pajak pada masa pra kemerdekaan
dibentuk oleh pemerintahan Belanda. Pembentukan lembaga ini pada masa itu
dikenal dengan sebutan Peradilan Pajak yang berkedudukan di Batavia. Pada tahun
1925, sebutan Peradilan Pajak berubah menjadi Peradilan Banding Pajak (PBP).
 Masa Sesudah Kemerdekaan

Proklamasi kemerdekaan RI membawa banyak perubahan yang juga berimbas


terhadap keberadaan tatanan mengenai Peradilan Banding Pajak, namun tetap
mempertahankan Peradilan Banding Pajak sebagaimana diatur dalam Aturan
Peralihan UUD 1945.Pengadilan Pajak mulai diberlakukan sejak diundangkannya
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Mengenai
kedudukannya, ditegaskan bahwa Pengadilan Pajak merupakan sebuah badan
peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman.Sebelum Pengadilan Pajak lahir
sebenarnya telah ada badan yang dibentuk dengan tugas melaksanakan peradilan
pajak pada tingkat banding yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPS). Akan
tetapi BPSP masih memiliki kekurangan, salah satunya yaitu BPSP bukan
merupakan badan peradilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung
(MA).Mengingat hal tersebut maka dianggap perlu untuk membentuk suatu badan
peradilan yang memenuhi persyaratan dan mampu menciptakan keadilan serta
kepastian hukum dalam menyelesaikan sengketa pajak.
2. Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa
Pajak. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas
keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas
pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000, undang-undang Nomor
28 tahun dan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku. Pengadilan Pajak
mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak- pihak yang
bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.
3. Putusan Pengadilan Pajak telah diatur dalam Pasal 77 hingga Pasal 84 Undang-Undang
No. 14/2002 tentang Pengadilan Pajak (UU Pengadilan Pajak). Putusan Pengadilan Pajak
merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Selain itu, Pengadilan
Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas gugatan berkenaan dengan permohonan
penundaan penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat UU Pengadilan
Pajak. Dalam hal sengkata pajak disidangkan oleh Hakim Majelis, ketiga hakim akan
melakukan musyawarah untuk memutus sengketa. Apabila dalam mengambil putusan
tidak dapat dicapai kesepakatan maka diambil suara terbanyak. Pendapat Hakim Anggota
yang tidak sepakat dengan putusan tersebut harus dituliskan juga dalam putusan
Pengadilan Pajak. Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa menolak, mengabulkan
sebagian atau seluruhnya, menambah pajak yang harus dibayar, tidak dapat diterima,
membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, dan/atau membatalkan. Terhadap
putusan tersebut tidak dapat lagi diajukan gugatan, banding, atau kasasi. Merujuk pada
Pasal 81 ayat (1) UU Pengadilan Pajak, putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas
banding diambil dalam jangka waktu 12 bulan sejak surat banding diterima. Berdasarkan
Pasal 81 ayat (3) undang-undang a quo, dalam hal khusus, jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang paling lama tiga bulan. Sementara itu, untuk putusan pemeriksaan dengan
acara biasa atas gugatan diambil dalam jangka waktu enam bulan sejak surat gugatan
diterima. Jangka waktu dapat diperpanjang paling lama tiga bulan. Ketentuan jangka
waktu untuk putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas gugatan diatur dalam Pasal 81
ayat (2) dan ayat (4) UU Pengadilan Pajak.

Anda mungkin juga menyukai