Anda di halaman 1dari 3

Nama : Winri Agnes Sihotang

NIM : 2210810043

Matkul : Modul Nusantara

Dosen Pembimbing : Dr. I Gede Putra Nugraha, S.S, M.Par

TUGAS : Tuliskan inspirasi dan refleksi dari perjalanan Modul Nusantara


Kebinnekaan 3 Candi Budha Kalibubuk Lovina dan Kebinnekaan 4 Masjid
Agung Jami.

HASIL

Kebinnekaan 3 Candi Budha Kalibubuk Lovina : Candi Kalibukbuk Buleleng


adalah candi yang secara khusus dulunya ditujukan sebagai tempat ibadah umat
Budha di Bali Utara. Struktur candi Budha ini terbuat dari batu bata yang dibuat
dari tanah liat. Kompleks bangunan candi secara keseluruhan berdiri di area seluas
12 are. Masyarakat setempat memfungsikan bangunan candi sebagai tempat
ibadah. Oleh karena itu, para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini,
berkesempatan untuk bisa berpapasan secara langsung dengan pengunjung yang
berniat untuk sembahyang. Menariknya lagi, mereka yang melangsungkan ibadah
di sini bukan hanya umat Budha, tetapi juga umat Hindu Bali. Awal mulanya
terjadi pada tahun 1991 saat pengelola Hotel Angsoka melakukan penggalian
tanah untuk pembuatan kolam. Tak disangka, mereka ternyata menemukan
keberadaan beberapa stupika. Dari penemuan ini, para pekerja mendapatkan
stupika, relief, serta materai yang kesemuanya tersimpan di Balai Arkeologi
Denpasar.

Kebinnekaan 4 Masjid Agung Jami : Di Bali ditemukan masjid yang berdiri


sejak abad ke-19 Masehi, yaitu Masjid Agung Jami Singaraja. Masjid ini
dibangun pada era Kerajaan Buleleng ini terletak di Jalan Imam Bonjol 65,
Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali. Sejarah yang menarik dari Masjid ini
menurut saya yaitu Kebijaksanaan Raja Hindu kepada umat muslim yaitu
perhatian dan memberikan pintu puri atau pintu gerbang khas Bali yaitu gerbang
yang terlebih dahulu di masuki. Dibuat pula mimbar masjid dengan ukiran yang
sama dengan yang ada di Masjid Keramat. Umat muslim juga ikut membangun
buleleng itu merupakan rasa toleransi yang terjadi walaupun adanya perbedaan.
Panji sakti datang 1820 setelah dewasa membangun buleleng. Belum pernah ada
gesekan tentang ras atau agama di buleleng. Jaman revolusi ikut membangun
benteng, sejak dahulu Sudah ditanamkan benih-benih toleransi.

Di Buleleng yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu terdapat beberapa


komunitas muslim, yakni di Kampung Kajanan, Kampung Bugis, dan Kampung
Baru. Masyarakat Islam di tiga kampung ini memiliki sebuah masjid bernama
Masjid Keramat atau Masjid Kuno di Singaraja. Karena perkembangan Islam di
Buleleng semakin pesat, Masjid Keramat atau Masjid Kuno tidak mampu lagi
menampung jamaah. Maka dari itu, masyarakat Islam di Buleleng kemudian
meminta bantuan kepada Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik Polong. Anak
Agung Ngurah Ketut Jelantik Polong memberikan tanah kosong untuk
pembangunan masjid baru yang lebih besar. Lahan tersebut berlokasi di tempat
dimana Masjid Agung Jami' Singaraja berdiri, yakni yang sekarang berada di
Jalan Imam Bonjol, Singaraja. Pembangunan Masjid Agung Jami' Singaraja
dimulai pada 1846. Kabupaten Buleleng, menyarankan pengurusan masjid
diserahkan kepada Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie yang beragama
Islam bersama Abdullah Maskati dan beberapa tokoh muslim setempat.

Di Masjid Agung Jami juga terdapat sebuah alquran yang bersejarah yang di tulis
tangan langsung oleh seorang mualaf anak raja buleleng menulis alquran Bukti
nyata penulis nya bernama Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi tahun 1820. Cover
Alquran terbuat dari kulit lembu begitu juga kertas ayat Alquran terbuat dari kulit
lembu, ada pula ukiran-ukiran khas Bali di dalam Alquran tersebut. Di dalam
Alquran juga terdapat surat aliklas asli. Adapun yang menjadi simbol atau aturan
dalam beragama yaitu Halumninas sesama manusia sodara dan Hamunallah
hubungan antara manusia dengan Tuhan yaitu jangan saling mengganggu.
Bantuan pemerintah banyak anggota dewan non muslim ikut berpartisipasi
membangun Masjid.
Pandangan yang dapat diambil dari perjalanan ke Candi Budha Kalibubuk dan
Masjid Agung Jami perbedaan kepercayaan itu bukan suatu masalah yang harus
diperdebatkan, karena adanya suatu perbedaan itu membuat suatu daerah tersebut
menjadi unik dan menarik. Adanya rasa toleransi antara masyarakat membuat
suatu daerah terasa aman dan nyaman. Kebiasaan atau aturan yang dilakukan di
daerah Buleleng menjadi contoh yang dapat dilakukan didaerah lainnya terutama
di daerah saya untuk meningkatkan rasa toleransi bagi masyarakat yang berbeda
kepercayaan maupun budaya. Untuk bisa memahami perbedaan tersebut tentu
perlu menjunjung tinggi sikap saling menghargai dan menghormati. Dengan
saling menghargai, menjadikan kehidupan bermasyarakat minim konflik atau
perpecahan.

Anda mungkin juga menyukai