Anda di halaman 1dari 4

Pesantren Tegalsari

Sekolah di Kabupaten Ponorogo, Jawa


Timur

Pesantren Tegalsari atau Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari adalah salah satu pesantren
bersejarah di Indonesia. Pesantren ini terletak di desa Tegalsari kecamatan Jetis kabupaten
Ponorogo pada abad ke-18 sampai abad ke-19. Pesantren ini didirikan oleh Kyai Ageng
Muhammad Besari. Pesantren ini memiliki ribuan santri yang berasal dari seluruh tanah Jawa
dan sekitarnya. Di antara santri-santrinya yang terkenal adalah Pakubuwono II penguasa
Kerajaan Kartasura, Raden Ngabehi Ronggowarsito seorang Pujangga Jawa yang masyhur,
Pangeran Diponegoro seorang Pahlawan Nasional, dan tokoh Pergerakan Nasional H.O.S.
Cokroaminoto.[1][2]

Sejarah

Dalam sejarahnya, Pesantren Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat


kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-
duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan
sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan
para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa
Bantengan, dan lain-lain. Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah
dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini.

Dalam Babad Perdikan Tegalsari diceritakan tentang latar belakang Pakubuwono II nyantri di
Pondok Tegalsari. Pada suatu hari, tepatnya tanggal 30 Juni 1742, di Kerajaan Kartasura
terjadi pemberontakan Cina yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi Susuhuhan Kuning,
seorang Sunan keturunan Tionghoa. Serbuan yang dilakukan oleh para pemberontak itu
terjadi begitu cepat dan hebat sehingga Kartasura tidak siap menghadapinya. Karena itu
Paku Buana II bersama pengikutnya segera pergi dengan diam-diam meninggalkan Keraton
menuju ke timur Gunung Lawu. Dalam pelariannya itu dia sampai di desa Tegalsari. Di tengah
kekhawatiran dan ketakutan dari kejaran pasukan Sunan Kuning itulah kemudian Paku Buana
II berserah diri kepada Kanjeng Kyai Hasan Besari. Penguasa Kartasura ini selanjutnya
menjadi santri dari Kyai wara` itu; dia ditempa dan dibimbing untuk selalu bertafakkur dan
bermunajat kepada Allah, Penguasa dari segala penguasa di semesta alam.

Berkat keuletan dan kesungguhannya dalam beribadah dan berdoa serta berkat keikhlasan
bimbingan dan doa Kyai Besari, Allah swt mengabulkan doa Paku Buana II. Api
pemberontakan akhirnya reda. Paku Buana II kembali menduduki tahtanya. Sebagai balas
budi, Sunan Paku Buana II mengambil Kyai Hasan Besari menjadi menantunya. Sejak itu
nama Kyai yang alim ini dikenal dengan sebutan Yang Mulia Kanjeng Kyai Hasan Bashari
(Besari). Sejak itu pula desa Tegalsari menjadi desa merdeka atau perdikan, yaitu desa
istimewa yang bebas dari segala kewajiban membayar pajak kepada kerajaan.

Setelah Kyai Ageng Hasan Besari wafat, dia digantikan oleh putra ketujuh dia yang bernama
Kyai Hasan Yahya. Seterusnya Kyai Hasan Yahya digantikan oleh Kyai Bagus Hasan Bashari II
yang kemudian digantikan oleh Kyai Hasan Anom. Demikianlah Pesantren Tegalsari hidup
dan berkembang dari generasi ke generasi, dari pengasuh satu ke pengasuh lain. Tetapi,
pada pertengahan abad ke-19 atau pada generasi keempat keluarga Kyai Besari, Pesantren
Tegalsari mulai surut.[1]

Sepeninggal Kyai Ageng Hasan Besari, kejayaan Pesantren Tegalsari tinggal kenangan.
Jumlah santrinya kian menyusut. Walaupun demikian, banyak para santri dan anak cucunya
yang mengembangkan agama Islam dengan mendirikan Pondok Pesantren di berbagai
daerah di seluruh Nusantara. Salah satu yang terbesar adalah Pondok Modern Darussalam
Gontor yang terletak di wilayah kecamatan Mlarak. Pondok ini didirikan oleh tiga orang cucu
Kyai Ageng Hasan Besari.[3]

Catatan kaki

1. "Sejarah Berdirinya Masjid Tegalsari" (https://web.archive.org/web/20110718053242/htt


p://rezasaputra.com/2010/07/sejarah-berdirinya-masjid-tegalsari.html) . Diarsipkan dari
versi asli (http://rezasaputra.com/2010/07/sejarah-berdirinya-masjid-tegalsari.html)
tanggal 2011-07-18. Diakses tanggal 2011-08-04.

2. "Ajarkan Sejarah dengan Lengkap, Jangan Ditutup-tutupi" (https://www.nu.or.id/post/read/


76882/ajarkan-sejarah-dengan-lengkap-jangan-ditutup-tutupi) . nu.or.id. 2017-04-10.
Diakses tanggal 2019-10-30.
3. Masjid Tegalsari dan Kepercayaan Mistis (http://remasabubakar.blogspot.com/2010/12/
masjid-tegalsari-dan-kepercayaan-mistis.html) .

Lihat pula

Masjid Tegalsari

Kyai Ageng Hasan Besari

Ronggo Warsito

Pakubuwono II

Oemar Said Tjokroaminoto

Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pesantren_Tegalsari&actio
n=edit) .

Artikel bertopik Kabupaten Ponorogo ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu
Wikipedia dengan mengembangkannya (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pesantre
n_Tegalsari&action=edit) .

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pesantren_Tegalsari&oldid=19575684"


Terakhir disunting 6 hari yang lalu oleh 84.223.216.200

Anda mungkin juga menyukai