Nama kampung Jatisobo atau identik dengan nama Desa Jatisobo tidak
dapat dipisahkan dengan berdirinya Masjid Agung Jatisobo yang konon untuk
mendirkannnya berasal dari sebatang pohon jati yang tinggi dan besar (kira-kira
berdiameter 1,5 m). Dari buah tutur orang-orang tua yang berhasil diwawancarai, 2
mereka menuturkan bahwa Jatisobo merupakan tanah perdikan yang dibangun oleh
Kyai Khatib Imam, beliau adalah putra dari Kyai Muhammad Usul seorang
Cina atau sering disebut dengan istilah Geger Pecinan tahun 1740-1743 pada masa
Paku Buwana II, banyak para punggawa kerajaan yang melarikan diri atau
menghindar dari Kotaraja sebagai akibat peperangan antara gabungan orang Jawa
dan Tionghoa dalam melawan prajurit Mataram yang dibantu oleh VOC Belanda.
1
Disamping mempunyai keunikan tersendiri, tradisi ini hanya ada di desa jatisobo dari sekian banyak desa-
desa yang ada di wilayah kabupaten Sukoharjo da sekitanya.
2
2
Salah satunya adalah Bapak sularno,BA., salah seorang tokoh masyarakat setempat yang mengetahui asal-
usul berdirinya desa Jatisobo.
1
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
Pada waktu itu Kyai Muhammad Usul dan keluarganya pergi ke arah timur
dari Kotaraja Mataram yaitu di suatu desa kecil yang bernama Kedhung Gedhe
daerah selatan.3 Maka di sebuah hutan yang masih alami penuh tumbuh pohon-
pohon jati di tepi sebuah sungai (disebut dengan nama sungai Samin) mulailah Kyai
Khatib Imam membabat alas/hutan untuk membangun tempat tinggal, Masjid, serta
pondok pesantren.4 Tahun demi tahun pondok pesantren semakin berkembang dan
banyak santri yang datang dari segenap penjuru wilayah seperti dari
Mengenai nama Jatisobo itu sendiri dimulai ketika Kyai Khatib Imam
membangun sebuah masjid, pada waktu itu di hutan tersebut tumbuh pohon-pohon
jati yang tinggi dan berdiameter besar, namun di antaranya terdapat satu pohon yang
mempunyai ketinggian dan lingkaran yang amat besar dibandingkan dengan pohon-
pohon yang lainnya, sampai-sampai –menurut cerita- bayangan dari pohon tersebut
mencapai radius lima kilometer ketika jam-jam tertentu. Pohon tersebut oleh Kyai
Khatib Imam dijadikan sebagai bahan/kayu dalam pembuatan Masjid Agung yang
bentuk atau arsitekturnya mirip dengan arsitektur Masjid Agung Alun-Alun Keraton
Surakarta Hadiningrat. Karena bayangan dari pohon jati tersebut sampai pada jarak
yang jauh, maka pada saat itu Masjid tersebut di beri nama Masjid Agung Jatisobo,
artinya ada pohon jati yang bayangannya seba atau marak- sowan atau hadir ke
3
Yaitu sekitar daerah Polokarto yang temasuk wilayah Kabupaten Sukoharjo, tepatnya sepuluh kilometer
dari arah kota Karanganyar
4
4
Pesantren tersebut dinamai Pondok Pesantren Pamulangan.
2
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
berbagai tempat. Seiring dengan pekembangan dari desa tersebut maka oleh
Sebagian besar Masyarakat Jatisobo adalah petani dan buruh, sebagian kecil
yang selalu menekankan sikap hidup bersahaja dan sederhana, selalu menjaga
wilayah Jatisobo dikelilingi oleh tiga situasi sosial perkotaan yang saling berdekatan
yaitu kota Solo di sebelah barat berjarak hanya sepuluh kilometer, kota
ekonomi dan pendidikan yang lebih maju akibat pengaruh tiga situasi sosial
5
Pada saat itu, jauh setelah Pakubuwana II memindahkan pusat pemerintahannya dari Kartasura ke Surakarta
Hadiningrat sampai pergantian pemerintahan (raja) pada Pakubuwana III. Perdikan artinya daerah atau tanah
yang dihadiahkan Raja sebagai penghargaan atas jasa dan pengabdian seseorang terhadap kerajaan,
diberikan keleluasaan untuk mengembangkan dan mengelola wilayahnya sendiri sesuai aturan-aturan yang
berlaku di kerajaan.
6
Setelah diamati, penulis melihat bahwa kedudukan generasi tua senantiasa terhormat, dipatuhi, dianut,
tempat bertanya dan meminta. Mereka adalah para pengambil keputusan, memberi arah dan bimbingan,
sumber restu dan berkat
3
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
perkotaan itu, sebagai bekas sebuah tanah perdikan hal tersebut kurang nampak
besar adalah keturunan langsung dari Kyai Khatib Imam serta sebagian lagi adalah
saat ini sudah banyak yang keluar dari wilayah Jatisobo, menyebar serta menetap di
keluarga besar sendiri sesuai dengan silsilah berdasarkan garis keturunan dari
putra-putri Kyai Khatib Imam.9 Ada yang termasuk pada Keluarga Besar Imam
dengan hari raya Idul Fitri. Pada saat itu di kampung Jatisobo akan terlihat ramai
Jatisobo
7
Beliau adalah Kepala Kelurahan Jatisobo, sebagai salah seorang keturunan dari Kyai Khatib Imam yang
pernah diajak ngobrol-ngobrol tentang kehidupan masyarakat Jatisobo.
8
8
Warga Pendatang yang di maksud adalah mereka-mereka yang bukan keturunan Kyai Khatib Imam yang
membeli tanah di sana untuk membangun rumah serta menetap di Jatisobo, atau mereka yang mendapatkan
jodoh orang Jatisobo selanjutnya menetap sebagai warga kampung.
9
9
Menurut Bapak Sularno,BA., Kyai Khotib Imam mepunyai putra empat orang. Yang ada di Jatisobo saat
ini pada umumnya merupakan generasi ke tujuh, delapan dan sembilan.
4
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
fatwa (amanat dan wejangan) yang di anjurkan Kyai Imam sebagai sesuatu aturan
sentral yang tak tertulis. Mereka percaya siapa saja yang melanggar anjuran-anjuran
tersebut, selain melanggar adat juga diyakini akan membawa malapetaka bagi
keluarga, diri sendiri, bahkan pada situasi kampungnya sendiri. 10 Selain fatwa-
fatwa yang berhubungan langsung dengan ajaran syariat dan aqidah dalam Islam,
Ada juga fatwa-fatwa yang isinya untuk memperbolehkan dan tidak diperbolehkan
melakukan sesuatu tindakan yang dianggap merugikan atau tidak bemanfaat bagi
tindakan atau kegiatan yang dilakukan setiap warga yang berhubungan dengan
5
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
menjadi tempat segala macam aktifitas yang berhubungan dengan seni budaya
Shalawat Nabi, dan lain-lain.12 Jika pada sore hari Masjid penuh dengan anak-anak
mengaji, ketika di malam hari / ba’da isya para pemuda dan orang tua mengaji dan
Masjid yang dibangun dari sebuah pohon jati tinggi dan besar di pinggiran hutan
yang mewarnai kehidupan dan kepercayaan mereka sehari-hari. Maka sering sekali
upacara atau ritual apapun) selalu mengikatkan asumsinya pada kepercayaan (mistis
atau mithos) sebagai sesuatu yang sudah terbangun dari generasi ke generasi.
Namun seiring dengan perkembangan zaman dan pergantian generasi yang sebagian
besar sudah mengenyam pendidikan dasar dan menengah, yang secara otomatis
akan bedampak adanya perubahan sekecil apapun terhadap pola pikir dan
1
12
Banyak warga yang menyukai keroncong-langgam jawa, campur sari, serta gendhing-gendhing /
gamelan jawa tetapi mereka tidak berani untuk menanggapnya terkecuali hanya dari perangkat audio-visual
saja.
6
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
pandangannya, saat ini hanya kalangan orang-tua sajalah yang masih berpandangan
Setelah mengamati pada tradisi ini (telah mengamati sebanyak dua kali
itu sendiri. Mereka yang masih ada dalam garis keturunan Kyai Khatib Imam sangat
membawa malapetaka bagi diri sendiri, keluarga, dan situasi kampung itu sendiri. 13
Salah satu bentuk dari fatwa tersebut yaitu setiap anak-cucu yang masih
keturunan dari kyai Imam yang akan melaksanakan upacara pernikahan sebaiknya
dilaksanakan di rumah hajatan. Kedua pengantin terlebih dahulu diarak dari rumah
hajatan menuju Mesjid Agung dengan diiringi Shalawat Nabi. Anjuran ini
13
Menurut penuturan Bapak Sularno, pernah terjadi kejadian ketika ada keluarga keturunan Kyai Imam yang
menyelenggarakan resepsi pernikahan tidak melaksanakan beberapa anjuran seperti tidak melakukan Zarah
terhadap makam leluhur, menanggap karawitan / wayang kulit, serta tidak melakukan prosesi arak manten,
maka ketika resepsi sedang berlangsung tiba-tiba terjadi mendung disertai hujan badai yang dahsyat sehingga
menyebabkan rumah yang dipakai hajatan tersebut roboh.
7
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
diutamakan bagi mereka yang tetap tinggal di kampung Jatisobo, Sedangkan bagi
mereka yang tinggal di tempat lain tidak menjadi keharusan tetapi lebih baik kalau
mereka melakukannya. Tradisi yang sudah berlangsung lama ini, awal mulanya
diwajibkan bagi warga yang berada pada garis keturunan dari Kyai Imam saja,
tradisi atau adat-istiadat tersendiri yang memberikan warna dan ciri dari komunitas
masyarakat Jatisobo.
siang hari atau malam hari. Setelah melaksanakan akad nikah di rumah hajatan,
serta serangkaian upacara adat/ tradisional pada acara pernikahan yang lajim dalam
adat Jawa seperti Panggih, Sungkeman, dan sebagainya, maka kedua pengantin
dipersiapkan untuk melakukan prosesi arak manten yaitu sebuah perjalanan keliling
kampung menuju masjid Agung Desa. Tetapi apabila ijab Kabul atau akad nikah
prosesi selesai dan kedua pengantin sudah kembali ke tempat hajatan. Mengenai
jarak yang harus ditempuh tidak menjadi persoalan, karena letak Mesjid berada di
tengah-tengah kampung. Dari ujung utara kampung kearah Mesjid kira-kira satu
kilometer, dari ujung selatan kampung ke arah Mesjid kira-kira tiga perempat
8
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
kilometer, dari ujung barat dan ujung timur kampung ke arah Mesjid kira-kira
setengah kilometer.
sepasang pengantin yang selanjutnya diikuti oleh sanak- saudara, para kerabat dan
senyuman kekaguman dari setiap penonton yang berjejer di tepi jalan kampung
yang mengarah ke masjid Agung Desa, maka jadilah prosesi arak manten tersebut
sebagai sebuah tontonan dan hiburan tersendiri bagi warga kampung. Di setiap
tempat yang dilewati banyak para gadis dan perjaka ikut bergabung dengan
hidup.
sesepuh sebagai Imam Masjid yang sekaligus akan pemandu upacara berikutnya.
Imam Mesjid selanjutnya menanyakan apakah akad nikah atau ijab kabul sudah
dilangsungkan di rumah atau mau di Mesjid. Jika akad nikah mau dilaksanakan di
14
Masjid Agung Desa terletak di tengah-tengah perkampungan. Arsitekturnya bergaya Masjid alun-alun
Surakarta Hadiningrat. Di belakang Masjid merupakan tempat pemakaman Kyai Khatib Imam, putra, cucu,
serta keturunannya. Masjid Agung ini sudah berumur kira-kira 250 tahun dan sekarang sudah
dilaporkan/tercatat di Dinas Purbakala kabupaten Sukoharjo.
9
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
memasuki sebuah ruangan khusus untuk selanjutnya menunggu acara akad nikah
beliau hanya menyampaikan beberapa amanah dan wejangan serta makna dan
falsafah yang terkandung dari adat istiadat atau upacara tersebut kepada kedua
pengantin. Setelah Imam Mesjid menyampaikan beberapa hal, maka dengan diiringi
Takbir.
diijinkan kembali oleh sesepuh Mesjid untuk kembali ke rumah hajatan. Sama
seperti pada saat berangkat, kerdua pengantin beserta seluruh rombongan prosesi
kembali berjalan kaki menuju tempat hajatan dengan tetap diringi terbangan-
hadrah Mesjid serta alunan Sholawat Nabi. Sementara itu ditempat hajatan sudah
bersiap berjejer para penyambut rombongan prosesi dengan berpakaian adat Jawa
yang lengkap.
masyarakat Jatisobo. Seperti penuturan Bapak Sularno, BA., semenjak Kyai Imam
10
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
suasana yang bersahaja dan Islami. Kyai Imam selalu menganjurkan kepada
warganya “dekatlah selalu dengan Mesjid, jangan jauh-jauh dengan Mesjid, jaga
Mesjid”.
Apabila di dalami lebih jauh bahwa Mesjid merupakan sentral atau tempat
untuk beribadah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Yang Maha Tinggi, Allah
SWT. Pergi ke Mesjid untuk mengenal kebaikan, untuk belajar kebaikan, dan akan
melakukan kebaikan, pulang dari Mesjid telah mengenal kebaikan, telah melakukan
kaki pergi menuju Mesjid dengan berpakaian seperti Raja dan Ratu) adalah bahwa
pengantin baru yang akan menjalani bahtera rumah tangga harus sama-sama
seiring-sejalan menuju kebaikan yang sesuai dengan ajaran agama Islam meskipun
banyak rintangannya, pelan-pelan namun pasti. Sesudah berumah tangga dan kalau
sampai Menjadi Raja / ratu atau orang terhormat dan terpandang jangan melupakan
orang tua, saudara, kerabat, dan tetangga, sambutlah mereka-mereka itu dengan
sapaan ramah dan senyuman yang indah karena mereka itu sesungguhnya adalah
11
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
mulya (Mesjid). Intinya adalah, setelah berumah tangga dan jika dianugrahi
berada di dalam Mesjid semua manusia derajatnya sama dihadapan Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Penutup
masyarakat Jawa pada umumnya, warga kampung Jatisobo menjadikan tradisi arak
manten ini dalam urutan tata cara yang disesuaikan dengan sendi-sendi kehidupan
berbau mitos, antara yang ditabukan dan yang disyahkan. Analoginya semuanya
keutuhan dan persatuan warga, serta menjaga dan melindungi lingkungan kampung
Dari yang sudah diuraikan pada tulisan ini, maka minimal kita bisa
dapat mencerminkan sikap yang ta’at dan patuh terhadap apa yang sudah menjadi
12
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
ketentuan yang diberlakukan oleh leluhurnya, pada sisi yang lain mereka
mempertahankan tradisi ini sebagai sesuatu yang dapat menguatkan ikatan keluarga,
memperjelas dan mengetahui silsilah (garis keturunan) yang setiap saat terus
bergenerasi.
13
Tugas MK: Sejarah Kebudayaan Indonesia Nandi Saeffurrohman
14