Anda di halaman 1dari 12

TRADISI MERON

Ds.SUKOLILO Kab.PATI
FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
TOPIK 2 – RUANG KOLABORASI

Anggota Kelompok:
• Dewi Soraya (23531877)
• Ervita Nurhanggani (23531905)
• Irvia Murtiningsih (23531933)
• Mei Vita Dyah Retnani (23531954)
• Rospita Atut (923531996)
• Setiyana Fajarwati (23532003)
DESA SUKOLILO
Sukolilo adalah desa di Kecamatan Sukolilo,Kabupaten Pati-Jawa Tengah ,yang terletak
dipegunungan kapur utara, ini merupakan ibu kota dari kecamatan Sukolilo. Yang memiliki
luas wilayah 928Ha.
Tepat ditengah-tengah desa di belah oleh jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Pati dengan
Kabupaten Grobogan,tepatnya di km 27. Jalan ini sekaligus menjadi jalan alternative untuk menuju kota
Semarang maupun Yogyakarta.
SEJARAH MERON

Ramene tiron-
Rame
tiron
Bahasa Jawa (Ramainya
Tiron Meniru)

Tradisi ini kali pertama diadakan sekitar abad 17 (sekitar tahun 1601)
dan berlangsung sampai sekarang. Tradisi tersebut selalu diadakan satu tahun sekali dan
bertepatan pada peringatan kelahiran Maulid Nabi Muhammad,
setiap12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah.
Asal mula tradisi meron dilatar belakangi oleh masa pemerintahan kerajaan Mataram yang saat itu dipimpin
oleh Sultan Agung. Saat itu terjadi penyerangan yang dilakukan oleh kerajaan Mataram di daerah Pati yang saat
itu dipimpin oleh Adipati Pragola. Sebagai demang di Sukolilo yang biasa dipanggil Ki Suta Kerta . Beliau
memiliki kakek dan leluhur di Mataram, ditugaskan untuk mengabdi di Pati.

Sementara itu, saudaranya yang


bernama Sura Kadam yang sama-
sama memiliki kakek dan leluhur di
Mataram lebih memilih untuk
mengabdi di daerah asal kakek
leluhurnya yaitu di Mataram. Suatu
hari, Sura Kadam mendapat tugas
untuk menaklukkan Kadipaten Pati
yang pada saat itu saudaranya sendiri
yaitu Suta Kerta tinggal di Kadipaten
Pati.
Ada tiga bagian dalam gunungan tersebut :
 Bagian pertama berisi ayam jago atau masjid yang
menyimbolkan semangat keprajuritan,
semangat keislaman, dan bunga simbol persaudaraan.
 Bagian kedua terbuat dari roncean atau rangkaian ampyang
(kerupuk aneka warna) dan kue tradisional cucur yang melambangkan
perisai prajurit dan tekad atau persatuan.
 Bagian ketiga disebut penopang atau ancak.
Bagian ini terdiri atas tiga ancak.
Bagian ancak yang atas menyimbolkan keimanan, ancak tengah
menyimbolkan Islam,dan ancak paling bawah menyimbolkan ihsan
atau kebaikan.

Gunungan Meron diarak menuju Masjid Sukolilo. Bila gunungan sampai Masjid
Sukolilo, para warga akan mengelar upacara selamat. Setelah upacara, nasi Meron
kemudian dibagikan kepada warga desa dan seluruh pengunjung yang ikut upacara
Meron.
Prosesi Tradisi Meron
Prosesi tradisi meron ini berlangsung selama setengah hari yaitu dari pukul 06.30 hingga pukul 14.30 WIB. Kirab
budaya ini berlangsung dengan serangkaian acara seperti arak-arakan siwa-siswi dari Yayasan Sultan Agung dan
gunungan dan pawai mengenakan pakaian petani dan pakaian keraton bagi perempuan dalam menggiring tokoh-
tokoh masyarakat.

Setelah acara kirab tersebut selesai, gunungan-gunungan tadi yang berisi nasi tumpeng beserta hasil bumi tadi
direbutkan oleh masyarakat Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo tersebut. Mereka percaya apabila mereka
mendapatkan salah satu bagian dari gunungan tersebut maka mereka akan mendapatkan hal atau nasib baik.
Makna Tradisi Meron

Dalam setiap tradisi umumnya memiliki makna yang mendalam bagi para masyarakatnya.
Salah satunya yaitu makna yang ada pada tradisi meron di Desa Sukolilo,
Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Makna dari diadakannya tradisi meron tersebut antara lain:


 Tradisi tersebut merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia yang diberikan kepada masyarakat selama setahun ini dengan hasil pertanian mereka
yang melimpah.
 Tradisi ini juga merupakan bentuk dari penyambutan umat Islam pada masyarakat Desa Sukolilo
untuk menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad.
1

Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang
sejalan dengan pemikiran KHD?

Dareah kami berada di daerah Sukolilo dimana kita sangat menjunjung tinggi. Adapun sosiokultural yang
sejalan dengan ki hajar dewantara dan menjunjung kearifan lokal di daerah kami. Kami ingin menjadikan
kebudayaan ini menjadikan daya tarik untuk daerah lain untuk datang ke daerah Sukolilo.
2
Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan
budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai individu
sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

Berdasarkan pemikiran KHD indonesia jg memiliki potensi-potensi kultural yang dijadikan sebagi sumber
belajar. Pemikiran KHD dapat dikonstekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan luhur budaya
daerah yang relevan yang dan menjadikan kekuatan karakter peserta didik sebagai individu sekaligus
anggota masyarakat. Pengajaran yang berbasis kearifan buadaya daerah adalah bahan pengajaran yang
sesuai untuk pendidikan generasi muda di Indonesia dapat meningkatkan nasionalisme dan harnoni dan
moral untuk membangun identitas.
3

Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau sekolah
Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.

Pertama yang harus diingat bahwa pendidikan itu hanya suatu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-
anak kita, artinya bahwa tumbuh hidupnya anak-anak itu terletak diluar kecakapan atas kehendak kita kaum
pendidik. Anak-anak itu sebagai manusia hidup, sehingga mereka hidup dengan pendidikan dan budaya.
MATUR SUWUN

Anda mungkin juga menyukai