Hasil penelitian ini menjelaskan rangkaian acara Maddoa’ serta simbol dan makna
dalam acara Maddoa’ namun sebelum menjelaskan kedua hal tersebut terlebih dahulu akan
terakhir La Tola Pallipa’ pute dalam perjalanannya menyebarkan Agama islam, konon
semasa hidupnya beliau juga pejuang yang sangat menentang penjajahan belanda. Beliau juga
terkenal sebagai ahli mengobati berbagai penyakit. Beliau memiliki banyak gelar, Seperti
Anre Gurutta, Pallipa’ Pute, To Salama dan Pua. Semasa hidupnya La tola telah menulis Al
Qur’an dengan menggunakan nyila dan kalam Menurut ahli warisnya (La Moncong) bahwa
nama asli Pallipa’ Pute adalah La Tola Sebelum menetap di Desa Samaenre’ beliau tinggal di
Langnga bersama bapaknya yang bernama La Eleng. Tetapi La Tola kemudian memutuskan
menyabung ayam. Tiba disebuah tempat yang belum mempunyai nama La Tola kemudian
membuat sumur karena dianggap telah diisi (lise’) oleh La Tola pada sumur tersebut, maka
tempat tersebut diberi nama Lisse yang berasal dari kata Bahasa Bugis LISE’ yang artinya
(terisi) namun di Desa Lisse Pallipa’ Pute masih mendengar suara ayam yang diadu
Geografis
Desa samaenre masuk wilayah Kecamatan Mattiro Sompe dengan luas wilaya Desa
Samaenre 10,17 Km2. Namun dari keluasan wilayah yang begitu potensial saat ini masih
banyak sumber daya alam yang berpotensi belum digali saat ini. Letak Geografis Desa
Samaenre berada diwilayah Kabupaten Pinrang. Keseharian Masyarakat Desa Samaenre
adalah bercocok tanam, bertani, buru tani dan berternak (Sapi, Kambing, ayam, dan itik),
Jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan sejauh 4 Kilo meter dengan lama tempuh
sekitar 15 menit, Jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten Pinrang sejauh 11 kilo meter dengan
A. Simbol dan Makna yang terdapat pada tradisi Maddoa’ Kabupaten Pinrang
a) Berayun (Maddoa’)
Makna gotong royong pada Tradisi Maddoa’, bagi Masyarakat Samaenre’ yang
perayaan tradisi ini. Dapat dikatakan bahwa keberadaan tradisi Maddoa’ ini memberikan
nilai positif tersendiri sebagai sarana untuk mewujudkan nilai solidaritas dan
Siapapun dapat menaiki ayunan ini jika dia seorang laki-laki diharuskan
menggunakan sarung dan jika dia seorang perempuan tidak sedang dalam keadaan
menstruasi ini untuk menghindari hal-hal buruk dan nilai sakral pada ayunan. Ayunan
ini dipercaya bahwa proses turunnya batara guru dari langit menggunankan tudangang
ulaweng dan ayunan ini berfungsi sebagai hiburan bagi Masyarakat yang mempuyai
keterbatasan fisik (sakit) agar senantiasa terhibur namun Makna lain yang dapat
dipetik dari Maddoa’ ini adalah rasa kebersamaan, persatuan serta gotong royong.
b) Sarung putih
Makna kemuliaan, Sarung merupakan salah satu busana yang sangat khas
bagi Masyarakat umum yang ada disulawesi selatan, selain fungsi juga
memberikan kesan kesopanan bagi Masyarakat yang menjujung tinggi adat istiadat
yang dianut oleh sebagian besar komunitas adat. Lipa’ pute (sarung putih) diartikan
sebagai lambang yang merupakan simbol yang dipercaya sebagai warna kesucian
dan juga merupakan ciri khas dari La tola Pallipa’ pute yang mencerminkan
kemualiaan.
Makna pembeda strata sosial dan umur pengguna Busana tertua di dunia ini
berasalnya dari Provinsi Sulawesi selatan Makassar. dinamakan baju “Bodo” yang
berarti bodo, pakaian tradisional khusus perempuan ini berdesain segi empat,
berlengan pendek dan dilengkapi dengan sarung sutera sebagai bawahannya. Awal
mulanya, baju bodo dibuat dari bahan kain muslin (kain kasa). Kain yang memiliki
ciri khas berongga dan benang berjarak ini pertama kali didagangkan pada abad ke-
terhadap dunia anak yang perlu keriangan. Warna ini juga memiliki analogi supaya
Makna “setengah matang”, sesuai dari representasi kata Bakka. Lalu ketika sudah
berusia 14-17 tahun, warna dibuat berlapis yang disusun dua. Ini menandakan
bahwa sang wanita sudah akil balik. Bisa digunakan juga untuk wanita yang sudah
Merah darah (digunakan oleh wanita umur 17-25 tahun): Warna merah darah yang
bersusun dan berlapis menandakan bahwa sang wanita sudah menikah dan
memiliki anak.
Selain itu, Makna sebuah warna yang diaplikasikan pada baju bodo ini juga dapat
Putih: Dikenakan oleh para pengasuh raja, dukun, maupun bissu yang memiliki
Hijau: Hanya boleh digunakan oleh para bangsawan derta keturunannya (berdarang
Makna kedamaian dan kerukunan Daun sirih merupakan tumbuhan yang tidak
jauh dari kehidupan sehari-hari Masyarakat karena daun sirih merupakan salah satu
tanaman obat yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Secara Tradisional sirih
sering digunakan untuk menghentikan mimisan, membersihkan mata dan juga bias
Masyarakat Desa Samaenre’ tidak hanya menggunakan sirih sebagai obat akan
tetapi digunakan dalam aspek kebudayaan yaitu pada tradisi Mappadendang dan
Maddoa’. Daun Sirih disimpan pada piring dengan telur dan juga benno (beras yang
telah digoreng) Makna yang spesifik yang diyakini oleh setempat, bahwa daun Sirih
merupakan salah satu simbol kerukunan dan kedamaian. Hal tersebut di perkuat oleh
karakteristik daun sirih yang senantiasa tumbuh subur dan lebat serta mampu
memilih daun sirih sebagai salah satu sesajen dalam Ritual ini karna dengan harapan
kemudian dijadikan sebagai sesajen dalam ritual Tradisi Maddoa’. Benno’ terbuat dari
padi yang kemudian disangrai, menjadi Benno’ dalam bahasa Bugis dikenal dengan
istilah penno riale atau mekar dengan sendirinya / berkembang dengan baik. Hal ini
f) Dupa
Makna pembawa Pesan, Dupa merupakan salah satu benda yang digunakan
dalam Ritual Maccera’ doa’ dimana ketika Sanro ingin membaca mantra maka dupa
tersebut diberi kemenyan sebagai salah satu bentuk kesakralan dalam suatu Ritual.
Dupa itu merupakan media untuk menghubungkan manusia dengan leluhur maupun
penciptanya. Dupa dipercaya sebagai media pembawa pesan antara manusia dengan
tuhan dikarenakan asap dari dupa yang membumbung tinggi ke langit hingga di
yakini segala bentuk doa dan pengharapan mereka sampai kepada tuhan. Benda ini
wajib ada dalam pembacaan mantra tersebut dan seperti Ritual pada umunya sebagian
besar menggunakan dupa yang dianggap suatu benda yang sangat wajip atau penting
g) Pallang/ kemiri
Makna perdamaian, kemiri adalah tumbuhan yang bijinya banyak
dimanfaatkan sebagai sumber minyak tidak hanya itu kemiri juga memiliki sifat anti
mikroba yang berperan penting dalam mehentikan penyakit diare, akan tetapi biji
kemiri mempunyai arti dan fungsi lain dalam suatu ritual tradisi Masyarakat Desa
Samaenre’.
Kemiri dipercaya sebagai media pencerahan dan simbol perdamaian antara roh
yang dipercaya membawa keburukan bagi Masyarakat Desa Samaenre’ dan kemiri
tersebut diletakkan bersama dengan dupa agar pengharapan mereka sampai pada
Allah SWT.
h) Tembakau
daunnya diracik halus dan dikeringkan untuk bahan rokok dan sebagainya, manfaat
dari tembakau ini di percaya menghilangkan penyakit dan tembakau tersebut disajikan
bersama biji kemiri dan Ota’ bersama dupa untuk di bacakan mantra oleh Sanro agar
Makna kemakmuran, Pisang Raja merupakan salah satu buah tropikal yang
banyak sekali tumbuh di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Malaysia.
Buah yang satu ini cukup populer karena rasanya yang tergolong sangat manis bila
dibandingkan dengan buah pisang lainnya. Namun buah ini banyak digunakan untuk
kelengkapan sesajen dalam ritual Mattoana di Desa samaenre’. Pisang raja kemudian
kesungai yang berasa di Desa samaenre’, Mattoana ini dimaksudkan akan membawa
rejeki seperti alir yang sedang megalir dan membawa kemakmuran bagi warga Desa
Samaenre’
j) Ayam putih / Manu’ pute.
Makna relijius, Ayam merupakan salah satu hewan yang selalu ada pada ritual
Maccera’ Padendang, Maccera’ Doa’ dan ritual Mattoana. Ayam yang digunakan
bukan sembarangan ayam melainkan ayam yang berwarna putih bersih Masyarakat
Samaenre’ sangat mempercayai nilai-nilai religius dan kesakralan ayam putih. Itulah
sebabnya Masyarakat desa Samaenre’ sangat mensucikan ayam putih sebagai tanda
k) Gendang
Indonesia disebut gendang, adalah salah satu alat musik tradisional suku Bugis-
Makassar yang masih dapat bertahan dan didengarkan saat sekarang. Gandrang selain
berfungsi sebagai alat pengiring tarian tradisional, juga menjadi penanda diadakannya
dentuman-dentuman yang keluar dari alat music ini terbukti dapat memberikan suatu
manfaat besar bagi Masyarakat Desa Samaenre’ dalam upacara Maddoa’, dibalik
keterbatasan fisik (sakit) untuk selalu semangat dalam menjalani kehidupannya ini
terlihat ketika semua warga Desa yang sedang sakit berkumpul ditempat suara
l) Mattoana
menyuguhkan berbagai macam sajian kepada roh leluhur, Mattoana pada Masyarakat
Samaenre’ bermakna sebagai doa pengharapan kepada Sang Maha Pencipta agar hal
kerja keras. Namun makna setiap Sokko (ketan) yang disuguhkan berbeda beda dalam
Mattoana.
dimaksud empat bagian yang diatas adalah empat warna Sokko (ketan). Ketan hitam
m) Telur
Makna harapan, Telur tidak asing lagi dalam sebuah Ritual karena telur
merupakan kesepakatan bersama oleh Masyarakat itu sendiri yang dimana merupakan
simbol yang mengandung harapan baru, maka dari itu Masyarakat pongka simbolkan
telur sebagai salah satu pertanda bahwa Makna dibalik itu adalah adanya harapan-
harapan yang akan diwujudkan. Selain itu, keberadaan tello atau telur erat kaitannya
dengan siklus kehidupan. Hal tersebut diyakini oleh Masyarakat pongka bahwa sanya
n) Kerbau
Tradisi untuk meminta berkah keselamatan ini menggunakan kerbau sebagai sarana
penguasa alam atas berlimpahnya hasil panen akan tetapi ini juga akan membawa nilai
kebersamaan. Warga Desa menyambut ritual ini mirip perayaan hari raya sehingga
menciptkan kebersamaan, keakraban dan terbentuknya solidaritas, namun sebelum
kerbau ini disantap kerbau terlebih dahulu akan disembelih oleh sandro dan akan
dibacakan mantra agar tidak terjadi hal-hal yang buruk dalam pelaksanaan dalam
panen.