Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AGAMA

OLEH

Nama : Ni Putu Sintha Devi Suardianti

NIM : P07120215047

Kelas : 1B

Prodi : D-IV Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2015/2016
Puja Mandala Pemersatu Antar Umat Beragama
Awalnya pada 1990an warga Islam di daerah Nusa Dua mengalami kesulitan dalam
beribadah shalat Jum’at. Masjid terbesar dan terdekat dari wilayah Nusa Dua ketika itu
berada di Kuta sekitar 30-45 menit dengan mobil. Hal tersebut sangat tidak efisien untuk
mereka yang harus kembali bekerja sesudah shalat Jumat. Untuk itu MUI Bali dan Yayasan
Ibnu Batutah mengusulkan pendirian Masjid kepada pemerintah. Namun pendirian Masjid
terhalang oleh SKB 2 Menteri yang mensyaratkan pendirian rumah ibadah dengan 500 warga
pemohon beragama Islam yang tinggal di lokasi. Ketika permasalahan ini sampai ke
pemerintah pusat, maka atas saran Joop Ave kepada Presiden Soeharto, berdirilah satu
komplek rumah ibadah yang menampilkan kehidupan beragama umat Indonesia yang
dinamakan Puja Mandala.

Puja Mandala Nusa Dua mulai dibangun tahun 1994 atas bantuan PT. BTDC (Bali Tourism
Development Centre) yang memberikan bantuan lahan seluas 2 hektar untuk membangun
kelima tempat ibadah tersebut. Lahan itu dibagi sama besar dan luasnya. Pendirian bangunan
diserahkan sepenuhnya pada umat masing-masing agama, dengan aturan pendirian bangunan
tersebut harus sama tingginya. Puja Mandala Nusa Dua secara resmi disahkan pada tahun
1997 oleh Menteri Agama Bapak Tarmidzi Taher. Saat itu hanya Gereja Bunda Maria Segala
Bangsa (Katholik), Jemaat Bukit Doa (Protestan) dan Masjid Ibnu Batutah yang sudah selesai
pembangunannya. Sedangkan, Wihara Budhina Guna (Budha) baru selesai pembangunannya
pada tahun 2003.

Dengan penyelesaian bangunan secara bertahap, berikut daftar nama tempat ibadah di Puja
Mandala:

 Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa (1997)


 Gereja Kristen Prostestan Bukit Doa (1997)
 Masjid Ibnu Batutah (1997)
 Vihara Budhina Guna (2003)
 Pura Jagat Natha (2005)
Puja Mandala adalah sebuah kompleks tempat bangunan peribadatan indah di kawasan Nusa
Dua, Badung, Bali. Lokasi Puja Mandala berada di tepi kanan jalan arah menuju Hotel STP
(Sekolah Tinggi Pariwisata). Puja Mandala berjarak sekitar 12 km dari Bandara Ngurah Rai
ke arah Nusa Dua. Juga berdekatan dengan lokasi patung Garuda Wisnu Kencana yang
sangat fenomenal dan Pura Sad Khayangan Jagad Uluwatu.
Di Puja Mandala terdapat lima tempat ibadah dari agama yang diakui di Indonesia. Yaitu
agama Islam, Katholik, Budha, Protestan dan Hindu. Uniknya, bangunan tersebut berdiri
berdampingan, rumah – rumah ibadat itu dibangun tanpa sekat pemisah, memiliki satu
halaman, dan memiliki atap yang sama tinggi tanpa ada yang melebihi. Ini merupakan sebuah
cermin dari kebhinekaan yang ika. Bagi yang baru mengetahui dan mengunjunginya memang
terdengar asing akan tetapi berbeda dengan penduduk Desa Bualu yang hampir setiap hari
menyaksikan kegiatan keagamaan dari masing-masing agama yang tentunya berbeda-beda.
Bahkan, kegiatan-kegiatan itu terjadi bersamaan. Namun, mereka berusaha bersikap saling
menghormati, agar kerukunan tetap terjaga. Biasanya, untuk acara-acara atau kegiatan-
kegiatan, mereka meminta izin terlebih dahulu pada pihak agama lain.

Bagaimana pun Puja Mandala memiliki bangunan rumah peribadatan dengan detail sangat
mengesankan. Kelima bangunan peribadatan tersebut, yaitu :

1. Masjid Agung Ibnu Batutah yang beratap tumpang susun merupakan bangunan khas
Masjid yang sering ditemukan di daerah Jawa. Nama Masjid Ibnu Batutah diambil dari
nama seorang pengembara Maroko, yaitu Ibnu Batutah dengan catatan perjalanan dunia
terlengkap dari abad ke-14, melintasi jarak 120.000 km sepanjang dunia kaum Muslim,
mencakup 44 negara modern termasuk Indonesia.
2. Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, tepat di sebelah Masjid Agung Ibnu Batutah,
dengan menara tunggal, dinding depan gevel mengikuti bentuk atap dan bagian belakang
atap tumpang. Nama ini diilhami oleh penampakan Bunda Maria di Amsterdam, Belanda,
yang mengijinkan disapa sebagai Bundanya Para Bangsa. Bersandingkan nama Maria
Bunda Segala Bangsa dan sesuai dengan namanya, umat Gereja MBSB berasal dari
berbagai latarbelakang suku yang ada di Indonesia, maupun umat mancanegara yang
melakukan perjalanan bisnis atau berlibur. Maka, tidaklah berlebihan kalau gereja Katolik
MBSB menjadi miliknya segala bangsa.
3. Wihara Budhina Guna dengan ornamen cantik berwarna putih dan keemasan. Wihara ini
tampak anggun dan mewah. Pengerjaan patung dan ornamennya terkesan sangat halus
dan detail.
4. Gereja Kristen Protestan Bukit Doa dengan sentuhan ornamen lokal yang cukup kental
dan menara di depan gereja dengan lonceng diatasnya.
5. Pura Jagat Natha Nusa Dua yang terletak di bagian paling kanan kompleks. Kala makara
paling besar dibuat dengan sepasang tangan berkuku panjang, yang tidak lazim dijumpai
pada candi-candi Jawa.
Walaupun warga mayoritasnya memeluk agama Hindu,
kebebasan dankerukunan umat beragama di Bali patut menjadi contoh. Menurut beberapa
pernyataan masyarakat sekitar, perayaan keagamaan seringkali diselingi suara adzan magrib atau
shalat Jumat yang tetap digelar. Suatu saat Hari Raya Nyepi jatuh bertepatan dengan hari Jumat.
Hari Raya Nyepi sangat sakral bagi umat Hindu di Bali. Warga di seluruh pulau Bali tidak boleh
bepergian keluar rumah. Pada malam hari warga tidak boleh menyalakan api atau lampu
penerangan dan tidak boleh membuat keributan. Siapa yang melanggar akan ditahan
oleh Pecalang (penjaga keamanan Desa Adat). Namun hal yang sangat menarik adalah ternyata
pada Jumat itu secara khusus umat Muslimin di Nusa Dua dipersilakan beribadah Jumat di Masjid
Ibnu Batutah Puja Mandala.

Hal lainnya yaitu saat menyambut Paskah misalnya, petugas keamanan desa adat atau
pecalang dan pengurus masjid membantu mengamankan rangkaian Perayaan Paskah di
Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa. Selain itu untuk membantu mengamankan dan
mengurangi kemacetan, empat pecalang dari Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung dan pengurus Masjid akan bertugas menjaga keamanan secara bergiliran.

Di sekitar komplek banyak terdapat ruko, toko, dan warung-warung. Beberapa adalah orang
muslim yang mendirikan toko pakaian adat dan baju muslim. Begitupun dengan masyarakat
yang beragama lain mereka saling hidup rukun dan harmonis. Tujuan dari pendirian tempat
ibadah ini merupakan percontohan miniatur kerukunan hidup bersama, dan apabila
masyarakat sekitar ditanya apakah pernah ada perselisihan karena perbedaan agama, mereka
hanya menjawab, “Tidak, justru kami berusaha untuk saling membantu dan saling
menghormati satu sama lain.”

Keunikan yang baru satu-satunya di Indonesia ini merupakan kawasan yang dianggap sebagai
contoh kerukunan anatar umat beragama masyarakat Bali dan menjadi tempat wisata yang
sangat diminati, baik oleh wisatawan asing maupun wisatawan domestik.
IMAN TENTANG HARI RAYA NYEPI
No Catur Brata Penyepian Tindakan Keterangan
Sudah Belum
1 Amati geni  Karena ibu saya memasak untuk saya dan adik
saya
2 Amati lelanguan  Karena saya tidak bisa puasa
3 Amati karya  Tidak melakukan aktivitas
4 Amati lelungan  Karena saya digoda oleh teman saya
SEJARAH PURA JAGATNATHA DI PUJA MANDALA

Pura Jagatnatha selesai dibangun tahun 2004, di atas tanah 14 are Desa Bualu
Kelurahan Benoa, yang bangunannya mengikuti tata letak bangunan Bali, yaitu : utama
mandala, merupakan inti dari Bangunan sebagai tempat didirikannya padmasanayang
tingginya 11 meter dengan 5 palih , yang terdiri atas tiga bagian, yaitu dasar, badan dan
puncak. Pada bagian puncak terdapat singasana Tuhan, yang disimboliskan dalam bentuk
acintya. Bahan yang digunakan untuk membuat padmasana adalah batu padas berwarna
putih. Jumlah undukan pertama 6 undukan dengan ketinggian 1,5 meter, undukan kedua 12
meter undukan dengan ketinggian 3 meter dan undukan ketiga 12 undukan dengan ketinggian
3 meter. Sisanya 5 pepalihan, jika di jumlahkan seluruhnya menjadi 11 meter. Padmasana,
sebagai pemujaan Ida Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa dalam
manisfestasinyasiwa, sadasiwa dan paramasiwa. Padmasana dilengkapi dengan atribut,
patung brahma dan wisnu, dibelakangnya dengan pahatan burung garuda dan angsa. Pada
bagian dasarnya terdapat bedawangnala yang dililit oleh seekor naga.

Di depan padmasana terdapat dua Bale Pepelik, Bale Penglurah, yang berfungsi
sebagai penguasa energi. Juga terdapat sebuah patung dewi Sri yang memegang kendi air,
sebagai tempat memohon air suci. Pada bagian barat terdapat Bale Pesantian, yang berfungsi
untuk membaca lontar (Pala Wakya), tempat Mewirama, dalam upacara piodalan. Pada
bagian timur terdapat Bale Pawedan, yang berfungsi untuk Ngastawa Ida Pedanda pada saat
piodalan dan pawintenan pengurus.

Bale kulkul, Bale gong, wantilan dan prantenan. Bale kulkul yang tingginya 7 meter
berfungsi untuk mengkomunikasikan pada masyarakat, ketika terjadi sesuatu peristiwa baik
piodalan maupun ketika ada konflik, dan juga dibawahnya berfungsi untuk penyimpanan alat-
alat upakara.

Di bagian timur terdapat Bale Wantilan, yang dibawahnya berisi prantenan, dapur dan
sebelah utara dapur terdapat wc.

Di bagian Nista mandala terdapat candi bentar, di Pura jagatnatha disajikan khusus
utnuk para Tamu – tamu yang khusus menginap di Hotel Nusa Dua. Mreka diperkenan kan
masuk sesuai dengan pakaian adatnya masing-masing. Tetapi bebas rapi.

Adapun jenis-jenis peribadatan dan kapasitas umat yang melaksanakan ibadah/ritual,


Pura Jagatnatha di puja mandala.
APLIKASI NYEPI YANG SAYA LAKUKAN DIRUMAH

Nyepi merupakan Hari Raya Umat Hindu untuk memperingati perayaan Tahun Baru
Caka. Hari Nyepi merupakan tonggak kebangkitan kerohanian Hindu yang ditandai dengan
Toleransi dan Kerukunan.
Catur Brata Penyepianyaitu :
1. Amati Geni : artinya tidak boleh berapi-api baik api secara fisik maupun api
didalam diri (nafsu).
dalam pelaksanaan amati geni disini saya tidak melakanakan dengan baik
karena dirumah saya menyalakan api untuk memasak karena saya tidak bisa
berpuasa

2. Amati Karya artinya tidak boleh beraktivitas/bekerja.


Disinisayadankeluargasayamelaksanakanamatikaryadenganbaik

3. Amati Lelungan, dari kata lelungan yang artinya bepergian, artinya tidak
boleh bepergian keluar rumah.
Dalam pelaksanaan amati leluangan saya tidak melakukan dengan baik
karena saya bosan dirumah

4. Amati Lelanguan artinya tidak boleh bersenang-senang/ menyalakan


TV/radio yang bersifat hiburan.
Dalam pelaksanaan amati lelanguan saya melaksanakan dengan baik karena
siaran tvnya tidak ada jadi saya tidak bisa menonton tv

Anda mungkin juga menyukai