OLEH :
I DEWA GEDE WISNU BUDI SURYAWAN
P07120215052
1B DIV KEPERAWATAN
Toleransi yang terjadi di Puja Mandala, terdapat agama yang satu dengan yang lainnya,
sesungguhnya sangat baik dan menghargai budaya asing. Seperti dikemukakan oleh, I Wayan
Badra (umur 59 tahun, tanggal wawancara 5 Juni 2011). Dalam Puja Mandala terdapat 2 jenis
toleransi seperti yang dikemukakan oleh Jero Mangku I Wayan Bandra. Pertama ; pengunjung
diberi kebebasan untuk penggunaan senteng dan juga dengan cara berpakian tidak menjadi
masalah walaupun hanya memakai celana dalam tidak masalah yang penting mereka berpakaian.
Kedua ; toleransi terjadi pada saat piodalan yaitu terkait dengan penggunaan parkir , pada saat
piodalan Pura Jagatnatha Puja Mandala, berlangsung maka pintu-pintu masuk pada masing-
masing agama-agama ditingkat Nista Mandala, mobil dan sepeda motor tidak diperkenankan
masuk ke areal parkir. Kecuali kepentingan upacara. Bagi umat lain yang ingin masuk ke tempat
sucinya seperti Gereja, Vihara dan Mesjid. Agar parkir di pinggir jalan.
2. TAKWA
Takwa dapat diartikan menjalankan apa yang di ajarkn oleh agama dan menjauhi semua
yang di larang dalam agama. Beribadah merupakan suatu contoh ketakuaan yang dilakukan oleh
seseorang. Seperti dalam ajaran agama hindu ada yang di sebut hari raya nyepi.
PENERAPAN CATUR BRATA PENYEPIAN SEBAGAI KETAKWAAN BERAGAMA
Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh
pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang
berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu
melakukan pemujaan suci terhadap mereka. Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari
Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan
penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun
baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa.
Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun
tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana
Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian
upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali. Dimana dalam hari raya tersebut
ada yang namanya Catur Brata Penyepian dimana kita dilarang untuk bekerja, menghidupkan api,
berhibur, berpergian. Contohnya :
Penerapan saya terhadap Catur Brata Penyepian pada saat Hari Raya Nyepi adalah :
1. Amati Geni
Pada saat Hari Raya Nyepi saya cenderung tidak melaksanakan Amati Geni.
Alasannya karena pada malam hari ada satu lampu di rumah saya menyala
dikarenakan adik saya yang paling kecil takut gelap.
2. Amati Karya
Pada saat Hari Raya Nyepi saya selalu melakukan amati karya.
Alasannya adalah karena saya tidak bersekolah, mengerjakan tugas sekolah, ataupu
melaksanakan tugas-tugas saya sebagai seorang pelajar.
3. Amati Lelungan
Saat Hari Raya Nyepi saya juga melaksanakan Amati Lelungan atau tidak bepergian
keluar rumah, namun saat saya masih kecil saya sering tidak melakukan Amati
Lelungan dan pergi bermain ke rumah tetangga.
Alasan saya melakukan Amati Lelungan saat Hari Raya Nyepi adalah karena pada
saat nyepi saya lebih banyak menghabiskan waktu saya di kamar ataupun di teras
rumah bersama adik-adik dan orang tua saya.
4. Amati Lelanguan
Saat Hari Raya Nyepi saya tidak melakukan Amati Lelanguan.
Alasannya adalah saya selalu makan pada saat hari raya nyepi. Selain itu pada saat
nyepi saya cenderung lebih suka bermain hp ataupun laptop.