Anda di halaman 1dari 5

AGAMA HINDU

IMAN DAN TAKWA


Sejarah Pura Jagat Natha Nusa Dua Dan Pelaksanaan Catur Brata Penyepian

OLEH :
I DEWA GEDE WISNU BUDI SURYAWAN
P07120215052
1B DIV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015/2016
1. IMAN
Iman adalah dasar dari suatu keyakinan manusia terhadap Sang Pencipta atau Tuhan Yang
Maha Esa atau dalam Agama Hindu disebut Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Iman ini membentuk
sebuah keyakinan manusia dan membentuk sebuah tempat suci sebagai tempat sembahyang dan
beribadah, khususnya Agama Hindu disebut pura

SEJARAH PURA JAGAT NATHA NUSA DUA DAN PUJA MANDALA


Sejarah Puja Mandala berawal dari Menteri Pariwisata, Post dan telekomunikasi Joop Ave
dan menteri Tramizi Taher, serta Gubernur Bali pada waktu itu yaitu Ida Bagus Oka, pada tahun
1990. Tujuannya mempasilitasi ibadah bagi wisatawan yang menginap di kawasan hotel yang
berada di nusa dua. Tanggal 24 juni 1992, dilakukan peletakan batu pertama.
Puja Mandala adalah salah satu tempat beribadah bagi umat muslim, kristen katolik,
kristen protestan, Budha, dan Hindu. 5 tempat ibadah ini berdiri dalam satu area. Hal ini sebagai
lambang kerukunan antara umat beragama di Indonesia. Disini saya akan menbahas salah satu
dari kelima tempat suci itu yaitu Pura Jagat Natha Nusa Dua

BANGUNAN FISIK PURA JAGAT NATHA NUSA DUA


Puja Mandala pada bangunan Kori Agung Pura Jagat Natha Nusa Dua. Kala makara
bagian atas pintu Kori Agung. Kala makara paling besar dibuat dengan sepasang tangan berkuku
panjang, yang tidak lazim dijumpai pada candi-candi Jawa. Di kaki bangunan utama Pura
berbentuk candi terbuat dari batuan putih, dengan sepasang naga kiri kanan undakan, sepasang
lagi di bagian atas, dan beberapa buah arca menghias bangunan candi.
Nama-nama Bangunan :
1. Candi Bentar
Sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi
merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Bangunan ini
lazim disebut "gerbang terbelah", karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah
bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna.
2. Apit Lawang
Di bagi menjadi dua :
a) Apit Lawang Kanan
b) Apit Lawang Kiri
3. Bale Gong
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat gamelan, yang ditabuh ketika upacara
piodalan berlangsung untuk menunjang jalannya upacara di pura.
4. Wantilan
Adalah bangunan yang terbuka kesegala arah tanpa di batasi dinding yang memiliki
atap bertumpang
5. Kori Agung
Adalah pintu utama dengan gaya arsitektur Paduraksa beratap) .Selain dari tempat suci
dan beberapa pelinggih yang ada di Pura Jagat Natha Nusa Dua ini juga diadakan
pujawali atau piodalan yang jatuh pada purnama ketiga, serta persembahyangan di hari-
hari suci agama hindu seperti galungan dan kuningan, pagerwesi, dan persembahyangan
harian, purnama, tilem, dan lain-lain.

TOLERANSI YANG TERJADI DI PURA JAGATNATHA PUJA MANDALA

Toleransi yang terjadi di Puja Mandala, terdapat agama yang satu dengan yang lainnya,
sesungguhnya sangat baik dan menghargai budaya asing. Seperti dikemukakan oleh, I Wayan
Badra (umur 59 tahun, tanggal wawancara 5 Juni 2011). Dalam Puja Mandala terdapat 2 jenis
toleransi seperti yang dikemukakan oleh Jero Mangku I Wayan Bandra. Pertama ; pengunjung
diberi kebebasan untuk penggunaan senteng dan juga dengan cara berpakian tidak menjadi
masalah walaupun hanya memakai celana dalam tidak masalah yang penting mereka berpakaian.
Kedua ; toleransi terjadi pada saat piodalan yaitu terkait dengan penggunaan parkir , pada saat
piodalan Pura Jagatnatha Puja Mandala, berlangsung maka pintu-pintu masuk pada masing-
masing agama-agama ditingkat Nista Mandala, mobil dan sepeda motor tidak diperkenankan
masuk ke areal parkir. Kecuali kepentingan upacara. Bagi umat lain yang ingin masuk ke tempat
sucinya seperti Gereja, Vihara dan Mesjid. Agar parkir di pinggir jalan.

2. TAKWA
Takwa dapat diartikan menjalankan apa yang di ajarkn oleh agama dan menjauhi semua
yang di larang dalam agama. Beribadah merupakan suatu contoh ketakuaan yang dilakukan oleh
seseorang. Seperti dalam ajaran agama hindu ada yang di sebut hari raya nyepi.
PENERAPAN CATUR BRATA PENYEPIAN SEBAGAI KETAKWAAN BERAGAMA

Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh
pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang
berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu
melakukan pemujaan suci terhadap mereka. Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari
Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan
penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun
baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa.
Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun
tutup, namun tidak untuk rumah sakit.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana
Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian
upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali. Dimana dalam hari raya tersebut
ada yang namanya Catur Brata Penyepian dimana kita dilarang untuk bekerja, menghidupkan api,
berhibur, berpergian. Contohnya :

Penerapan saya terhadap Catur Brata Penyepian pada saat Hari Raya Nyepi adalah :
1. Amati Geni
Pada saat Hari Raya Nyepi saya cenderung tidak melaksanakan Amati Geni.
Alasannya karena pada malam hari ada satu lampu di rumah saya menyala
dikarenakan adik saya yang paling kecil takut gelap.
2. Amati Karya
Pada saat Hari Raya Nyepi saya selalu melakukan amati karya.
Alasannya adalah karena saya tidak bersekolah, mengerjakan tugas sekolah, ataupu
melaksanakan tugas-tugas saya sebagai seorang pelajar.
3. Amati Lelungan
Saat Hari Raya Nyepi saya juga melaksanakan Amati Lelungan atau tidak bepergian
keluar rumah, namun saat saya masih kecil saya sering tidak melakukan Amati
Lelungan dan pergi bermain ke rumah tetangga.
Alasan saya melakukan Amati Lelungan saat Hari Raya Nyepi adalah karena pada
saat nyepi saya lebih banyak menghabiskan waktu saya di kamar ataupun di teras
rumah bersama adik-adik dan orang tua saya.
4. Amati Lelanguan
Saat Hari Raya Nyepi saya tidak melakukan Amati Lelanguan.
Alasannya adalah saya selalu makan pada saat hari raya nyepi. Selain itu pada saat
nyepi saya cenderung lebih suka bermain hp ataupun laptop.

Anda mungkin juga menyukai