Anda di halaman 1dari 13

Laporan Kegiatan Bulan ke-1 Mahasiswa Peserta PMM 2

(Pencairan Bantuan Biaya Hidup dan Akomodasi)


Laporan Mahasiswa Peserta PMM 2

I. Data Personal

Nama Mahasiswa : Tiara Nada Advisha Nurhidayah


Nama PT Pengirim : Universitas Teknokrat Indonesia
Nama PT Penerima : Universitas Pamulang

II. Rekap Kegiatan Akademik PMM 2

Tabel 2.1 Daftar Mata Kuliah yang diambil Mahasiswa Peserta PMM 2

No Prodi yang diambil Mata Kuliah yang diambil sks

1. - Modul Nusantara 4

2. Sastra Inggris Academic Presentation 2

3. Sastra Inggris Creative Writing 3

4. Sastra Inggris Sociolinguistics 2

5. Sastra Indonesia BIPA 3

Total SKS 14
III. Rekap Kegiatan Modul Nusantara

Tabel 3.1 Rekap Laporan Bulanan Kegiatan Modul Nusantara yang Sudah Terlaksana

Bulan Kegiatan MN Sub Modul Kegiatan Modul Nusantara

Bulan berjalan Kegiatan W1 Kebinekaan:


1. Observasi Tempat Ibadah Wihara Kwan In Thang.

Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu, 10 September 2022


yang dilakukan adalah mencari tahu di salah satu tempat
ibadah yang ada di Provinsi Banten dengan dosen Modul
Nusantara. Tempat ibadah yang dikunjungi adalah Wihara
Kwan In Thang, yang beralamatkan di Pondok Cabe Udik,
Pamulang, Tangerang Selatan. Kegiatan ini ditntun untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Wihara
sebagai tempat ibadah agama Buddha, baik mengamati tempat
ibadah umat Buddha dan melakukan wawancara dengan
tokoh agama Buddha. Di tempat tujuan, mahasiswa
diperkenalkan tentang agama Buddha, mulai dari sejarah awal
mula adanya kepercayaan ini, dan sejarah masuknya
kepercayaan ini di negara Indonesia, tata cara beribadanya
serta nama-nama dewa yang ada di Wihara Kwan In Thang
oleh seorang pemandu.
Seorang pemandu menceritakan bagaimana asal mula
datangnya kepercayaan Buddha. Buddha murni berasal dari
India dan bukan China walaupun kebanyakan penganutnya
China-Buddha.Pembawa ajaraan agama Buddha ini adalah
Sindharta Buddha Gautama, merupakan seorang pangerang
kerajaan Maghada dan pemeluk agama Hindu. Masuknya
agama Buddha di Indonesia sejak zaman kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit. Proses penyebaran agama Buddha di Indonesia
melalui perdagangan jalur laut. Hal itu dipengaruhi oleh posisi
Indonesia yang terbilang strategis, khususnya dalam bidang
pelayaran dan perdagangan. Pemandu menjelaskan tentang
kewajiban Ibadah umat Buddha yang mana diharuskan ke
India, seperti ibadah haji atau umrah bagi penganut Islam yang
diharuskan untuk datang ke Makkah, Arab.
Pemandu juga memberitahu tentang tata cara beribadah di
Wihara. Setiap penganut atau umat yang beribadah tergantung
apa yang sedang mereka hadapi atau sedang dipermasalahkan.
Karena, mereka akan menghadap dengan dewa-dewa tertentu
untuk meminta pertolongan dari setiap masalah yang mereka
hadapi tersebut dan berdoa sesuai dengan masalah yang
sedang mereka keluhkan. Misalnya, masalah yang sedang di
alami penganutnya adalah masalah tentang rezeki yang sulit.
Tentu saja, penganut tersebut berdoa dihadapan dewa Cai
Shen untuk meminta dipermudahkan urusan rezeki. Dalam
berdoa, seorang pemandu menyampaikan bahwa seorang
penganut agama Buddha sendiri bisa menggunakan Bahasa
Mandarin atau Bahasa Pale dalam berdoa. Untuk berdoa dalam
Bahasa Pale biasanya digunakan oleh penganut aliran Buddha
Theravada.
Adapun dalam agama Buddha, terdapat rangkaian ibadah
yang dilaksanakan oleh penganutnya di Wihara, yaitu Puja
Bhakti, Meditasi dan Perayaan Hari Raya Keagamaan. Puja
Bhakti adalah kegiatan yang dilakukan oleh umat Buddha
sebagai sarana untuk memberikan penghormatan tertinggi
kepada Triratna (Tiga Permata Buddha), yaitu Buddha,
Dhamma, dan Sangha. Meditasi adalah kegiatan yang
bertujuan untuk melatih diri memusatkan pikiran sehingga
dapat lebih memiliki pandangan yang benar. Hal penting yang
perlu diperhatikan dalam meditasi adalah kefokusan dan mata
yang sedang terpejam. Perayaan hari raya keagamaan Buddha
yaitu Tri Suci Waisak yang memperingati kelahiran,
pencerahan dan parinirwana sang Buddha. Hari raya Kathina
adalah hari raya dimana para umat memberi kebutuhan para
Bhikku. Hari raya Asaddha adalah hari raya memperingati saat
Buddha mengajarkan Dhamma untuk pertama kalinya.
Dalam agama Buddha, terdapat budaya kremasi. Alasan
dikremasi adalah karena di Chinnese biaya yang mahal untuk
kuburan, jadi cara yang mereka lakukan adalah mengkremasi
jenazah. Rumah Abu menjadi tempat mereka melayat dan
melihat keluarga atau kerabat mereka yang telah meninggal
dunia. Biasanya pengunjung yang melayat akan memberikan
buah tangan, seperti bunga, atau buah sebagai simbolis.
Terdapat pula aturan dalam Buddha bahwa tidak boleh
membunuh makhluk hidup. Maka dari itu, penganut Buddha
kebanyakan vegetarian.

2. Bedah Film “Tanda Tanya”

Setelah mencari informasi di salah satu tempat ibadah,


agenda kebhinekaan selanjutnya adalah menonton film.
Kegiatan ini dilakukan di Kampus Viktor Universitas
Pamulang. Film yang berjudul Tanda Tanya ini diperankan
oleh Reza Rahardian, Rio Dewanto, Henky Solaiman, Revalina
S. Temat, dan aktor atau aktris lainnya. Film Tanda Tanya ini
rilis pada tahun 2011.
Film ini menceritakan tentang hubungan antar agama yang
ada di Indonesia. Alur cerita film menceritakan tentang tiga
keluarga yang tinggal di sebuah desa di Semarang, Jawa
Tengah, yaitu keluarga Tionghoa-Indonesia yang menganut
agama Buddha, Tan Kat Sun (Hengky Solaiman) dan anaknya
Hendra (Rio Dewanto) pasangan muslim, Soleh (Reza
Rahardian) dan Menuk (Revalina S. Temat), dan seorang
konver Katolik Rika (Endhita) dan Abi. Dari ketiga keluarga
tersebut memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda.
Keluarga Tionghoa menjalankan sebuah rumah makan dengan
masakan Tionghoa yang menyajikan daging babi, yang sangat
dilarang bagi umat Islam, meskipun rumah makan tersebut
memiliki karyawan dan pelanggan yang beragama Islam. Akan
tetapi, Sun pemilik rumah makan Tionghoa mentoleransi
dengan menggunakan peralatan khusus untuk mempersiapkan
daging babi dan tidak mengizinkannya untuk digunakan
hidangan lainnya, memungkinkan untuk karyawan
melaksanakan salat, dan memberikan hari libur disaat perayaan
hari besar keagamaan Islam. Konflik lainnya, dialami oleh
pasangan Rika dan Surya yang memiliki perbedaan agama dan
mereka belum menikah. Rika sebenarnya adalah seorang janda
yang memiliki seorang anak yang beragama Islam. Ini menjadi
masalah adalah kurangnya keharmonisan dalam keluarga
karena adanya perbedaan. Pasangan muslim, Menuk bekerja di
rumah makan Tionghoa milik Sun, serta suaminya, Soleh yang
masih pengangguran. Pada usia tua, Sun jatuh sakit dan rumah
makan diambil alih oleh anaknya, Hendra. Konflik Hendra
yaitu Menuk yang pernah menjadi kekasihnya dahulu kini
menikah dengan Soleh. Kematian Sun, ayahnya Hendra saat
kejadian yang telah diketahui oleh Sun adalah Hendra tidak
memberi libur kepada karyawannya di hari Idul Fitri.
Mengetahui hal tersebut, Soleh bersama dengan sekelompok
orang Islam mendatang restoran milik Sun. Soleh yang
bergabung dengan kelompok amal Islam, yaitu Nadhatul
Ulama. Kematian Soleh sangat tidak terduga Ketika dia
melindungi keamanan gereja. Di akhir cerita, Hendra memeluk
Islam, begitupun dengan Rika yang telah mendapatkan restu
dari orangtuanya untuk berpindah agama.

Refleksi:

Evaluasi kegiatan ini dilakukan di Kampus Viktor


Universitas Pamulang. Kegiatan ini dilakukan setelah
melakukan kunjungan di salah satu tempat ibadah serta
menonton film. Kegiatan ini menerapkan metode Think, Talk
and Write. Kegiatan ini meliputi berpikir, dan menceritakan apa
saja yang telah didapatkan setelah melakukan dua kegiatan
kebhinekaan dan menuangkannya dalam bentuk tulisan di
selembar kertas kemudian dikumpulkan. Setelah itu,
membagikan hasil kegiatan kebhinekaan baik foto
dokumentasi ataupun video dengan mengunggahnya di sosial
media, seperti Instagram menandai akun Instagram
@pmm.unpam serta @pertukaranmahasiswamerdeka.

Inspirasi: -

Kontribusi Sosial: -

Jumlah Kegiatan Modul MN: 2 (Dua)


1. Observasi Tempat Ibadah Wihara Kwan In Thang.
2. Bedah Film “Tanda Tanya”.

Bulan berjalan Kegiatan W2 Kebinekaan: -

Refleksi: -

Inspirasi:

Talkshow Inspirasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 17


September 2022. Kegiatan ini dimulai pukul 13.30 – 15.30 WIB
di Kampus Viktor Universitas Pamulang. Talkshow Inspirasi
ini mengangkat tema yaitu “Menilik Kiat-kiat Persatuan Dalam
Mengeradikasi Intoleransi Beragam Pemeluk Keyakinan”.
Adapun kegiatan Talkshow Inspirasi diisi oleh Bu Risnawaty
Eriz sebagai moderator serta Dr. H. Fahrudin Zuhri, M.Si.
adalah seorang ketua dari FKUB Tangerang Selatan
didampingi oleh sekretaris umum, yaitu Dr. Thomas K.
Kartomo, M.Th. adalah sebagai narasumber.
Setelah moderator memperkenalkan kedua pemateri
tersebut, Bapak Dr. H. Fahruzin Zuhri memperkenalkan
tentang FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), ialah
sebuah organisasi yang mengelola keberagaman dan merawat
kerukunan di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa organisasi
ini ada di setiap provinsi di Indonesia. Beliau juga
menyampaikan visi dan tujuan FKUB. Visi yang dimiliki oleh
FKUB yaitu menjadi lembaga keagamaan yang cerdas, modern
dan religius. Sedangkan tujuan dari FKUB adalah
merekomendasikan moral-moral Pancasila, dengan Langkah
strategi dan statis. Adapun langkah strategis yang dilakukan
yaitu melakukan pendekatan dengan pemangku kepentingan
sesuai dengan kiranti kepemimpinan yang ada dengan
walikota, kapolres, dan lain-lain serta membuat program kerja
Workshop, dan sebagainya sedangkan langkah statis yaitu
melakukan kerja sama untuk kegiatan tertentu untuk
membawa kemanfaatan umat sebagai pengantar sebelum
memulai kegiatan diskusi.
Pada kegiatan Talkshow Inspirasi berupa kegiatan sesi
tanya jawab dan diskusi yang berkaitan dengan tema.
Intoleransi muncul dari lingkungan dan pergaulan masyarakat
itu sendiri. Pengelompokkan mayoritas dan minoritas akan
mendukung atau melemahkan dilihat dari kepentingan dan
situasinya. Perbedaan Intoleransi agama dengan Ideologi.
Perbedaan dari Intoleransi agama dengan ideologi adalah
bahwa Intoleransi agama berhubungan dengan agama dan
Tuhan sedangkan Ideologi mengatur agama dan kekuasaan.
Intoleransi dan ideologi-pun memiliki kesamaan yaitu agama,
diatur dalam berdoa dan beribadah serta bersosialisasi. Salah
satu mahasiswa bertanya tentang peran mahasiswa untuk
meningkatkan toleransi di Indonesia, narasumber memberikan
saran yaitu tidak melakukan radikalisasi, tetapi membersamai
kelompok radikalisasi dengan menurunkan sikap radikalisasi
sebagai penengah, kemudian melakukan dan mengembangkan
hal-hal yang bersifat moderasi dengan mengubah carap ola
berpikir atau sudut pandang. Upaya yang terakhir dilakukan
adalah eradikasi dengan menjadi pribadi yang membawa
perubahan yang lebih baik.

Kontribusi Sosial: -

Jumlah Kegiatan Modul MN: 1 (Satu)


1. Talkshow Inspirasi “Menilik Kiat-kiat Persatuan Dalam
Mengeradikasi Intoleransi Beragam Pemeluk
Keyakinan”.

Bulan berjalan Kegiatan W3 Kebinekaan: Observasi Tempat Ibadah Kelenteng Boen Tek
Bio.

Kegiatan ini dilakukan hari Sabtu, 24 September 2022.


Untuk mengunjugi tempat tujuan dengan menggunakan bis
dan pemberangkatan dimulai di Kampus Viktor Universitas
Pamulang pukul 10.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengujungi tempat ibadah yang ada di Kota Tangerang yaitu
Kelenteng Boen Tek Bio. Kegiatan ini dilakukan setelah
melaksanakan salat Dzuhur, tepatnya pukul 13.00 WIB.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan bersama dosen Modul
Nusantara. Kegiatan ini, mahasiswa ditugaskan untuk mencari
informasi atau petunjuk tentang akulturasi budaya dengan
mewawancarai langsung pihak-pihak yang ada di sekitar
Kelenteng Boen Tek Bio.
Kelenteng Boen Tek Bio terletak di Kawasan pasar Lama,
Tangerang, Banten. Kelenteng ini merupakan salah satu
kelenteng tertua di Tangerang. Klenteng Boen Tek Bio
dibangun pada tahun 1684. Kelenteng ini menjadi bagian
penting dari sejarah, khususnya kaum Tionghoa yang ada di
Tangerang. Kelenteng sendiri menjadi tempat ibadah agama
Konghucu, Buddha, dan Taoisme.
Perbedaan antara Kelenteng dan Wihara yaitu Wihara
memang dikhususkan sebagai tempat ibadah umat Buddha,
sedangkan kelenteng bisa digunakan oleh penganut agama
Konghucu, Buddha, dan Taoisme. Adapun perbedaan lainnya
adalah dewa-dewa yang terdapat di Kelenteng dan Wihara,
dan tata cara beribadah antara penganut Budha dan Konghucu.
Kelenteng Boen Tek Bio mengalami perubahan dalam
bangunannya. Perubahan itu penambahan sayap pada sisi
kanan dan kiri serta halaman dari bangunan Kelenteng
tersebut. Kelenteng Boen Tek Bio dibangun berdekatan dengan
Masjid Jami’ Kali Pasir yang juga memiliki cerita sejarah akan
bangunannya.

Refleksi: -

Inspirasi: -

Kontribusi Sosial: -

Jumlah Kegiatan Modul MN: 1 (Satu)


1. Observasi Tempat Ibadah Kelenteng Boen Tek Bio.

Rencana kegiatan W4 Kebinekaan: Observasi Tempat Ibadah Masjid Jami’ Kali


Pasir.

Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu, 24 September 2022.


Kegiatan ini dilanjutkan setelah mengunjungi Kelenteng Boen
Tek Bio. Kegiatan dilakukan setelah melaksanakan salat Ashar.
Setelah salat Ashar, mahasiswa dikumpulkan di satu tempat
dengan salah satu tokoh agama menjadi narasumber untuk
menceritakan awal mula berdirinya Masjid Jami’ Kali Pasir.
Sumber dari cerita sejarah yang disampaikan oleh narasumber
didapatkan dari catatan-catatan cerita yang didapatkan dari
para orangtua yang telah memberikan cerita kepada
narasumber tersebut.
Masjid Jami’ Kali Pasir adalah masjid tertua yang berada di
Kota Tangerang. Masjid ini beralamatkan di Pasar Lama,
Tangerang dan bersebelahan dengan Sungai Cisadane,
tepatnya di tengah pemukiman warga Tionghoa kelurahan
Sukasari. Masjid ini berdekatan dengan Kelenteng Boen Tek
Bio. Masjid ini sudah berusia ratusan tahun dan masih
digunakan sebagai tempat beribadah umat Islam.
Sejarahnya berdirinya Masjid Jami’ Kali Pasir yaitu pada
awalnya adalah sebuah gubuk kecil yang dibangun sebagai
tempat tinggal seorang penyiar Islam di wilayah tersebut
untuk menyebarkan dan berdakwah tentang ajaran Islam ke
daerah Banten. Masjid in terletak di Tangerang karena
Tangerang sendiri merupakan daerah perbatasan antara
kekuasaan Padjajaran dengan sekarang yang disebut sebagai
Kesultanan Banten dan menjadi tempat perbatasan dalam hal
Pendidikan Keislaman karena tujuan yang mulian untuk
mengislamkan kerajaan Padjajaran. Masjid Jami’ Kali Pasir
menjadi pusat awal Kota Tangerang itu ada. Pada tahun 2011,
ditetapkan sebagai Cagar Budaya untuk Masjid Jami’ Kali Pasir
dengan catatan sejarah di Indonesia.
Keunikan dari Masjid Jami’ Kali Pasir memiliki keunikan
yaitu selain menjadi tempat ibadah dan syiar agama, Masjid
Kali Pasir memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai
peninggalan. Masjid ini sudah mengalami renovasi, tetapi
tetap mempertahankan keaslian bangunannya tanpa
mengubah sedikitpun, kecuali pemberian fasilitas-fasiltas
untuk menunjang kenyamanan di Masjid Jami’ Kali Pasir.
Narasumber juga memberikan pembenaran terkait makna
tiang Masjid Jami’ Kali Pasir yang terdiri dari empat buah
dengan makna masa khalifah di Bumi, yaitu Abu Bakar As-
Shidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib bahwasanya tidak ada referensi yang kuat untuk
membenarkan makna tersebut. Berdasarkan catatan sejarah
yang turun-temurun tidak menjelaskan filosofi tentang makna
tiang Masjid Jami’ Kali Pasir.
Masjid Jami’ Kali Pasir memiliki makam para pendiri
Masjid Jami’ Kali Pasir dan para pemimpin serta tokoh-tokoh
penting. Keberadaan makan ini diketahui oleh masyarakat
umum. Pelaksanaan salat yang menghadap ke Makan karena
berdasarkan hadits Nabi-pun melarang hal itu. Narasumber
menegaskan akan hal itu bahwa setiap umat Islam yang
melaksanakan salat mengharuskan untuk menghadap ke
kiblat, walaupun di depan itu ada sebuah sungai, kuburan,
patung ataupun sesuatu yang lain tetap diniatkan dalam diri
bahwa saat salat sudah menghadap dengan kiblat-Nya Allah.
Masjid Jami’ Kali Pasir memiliki perbedaan tersendiri dalam
arah kiblat yang mana mengarah kearah Barat dan cenderung
berat sebelah atau cenderung miring dibandingkan masjid-
masjid pada umumnya.

Refleksi:

Kegiatan ini sedang direncanakan dan akan dilaksanakan


bulan September ini, tepatnya pada hari Jumat, 30 September
2022. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Taman Maerokoco
Universitas Pamulang. Kegiatan ini dilakukan dengan metode
Journal Writing. Mahasiswa diharapkan dapat menceritakan
terkait dengan peningkatan serta pemahaman akan kerukunan
dalam beragama.

Inspirasi: -

Kontribusi Sosial: -

Jumlah Kegiatan Modul MN: 1 (Satu)


1. Observasi Tempat Ibadah Masjid Jami’ Kali Pasir.

* jika terdapat kegiatan dalam minggu tersebut

IV. Refleksi Diri dan Saran

Indonesia memiliki keberagaman kebudayaan dan agama. Indonesia terdiri dari 34 (tiga
pulih empat) provinsi, serta 6 (enam) agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat Indonesia.
Adapun agama dan kepercayaan di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan
Konghucu. Penduduk Indonesia mayoritas penganut agama Islam. Perbedaan itulah harusnya
menjadi pemersatu bangsa bukan pemisah bangsa. Sesuai dengan semboyan Indonesia, yaitu
Bhineka Tunggal Ika yang memiliki makna “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Melalui Kegiatan
kebhinekaan yang telah berjalan pada bulan pertama sangat bermanfaat bagi saya. Tentunya,
bisa menambah wawasan saya terkait keberagaman kebudayaan dan agama di Indonesia.
Kegiatan kebhinekaan Minggu pertama, yaitu melakukan observasi ke salah satu tempat
ibadah yang ada di Pamulang, Tangerang, yaitu Wihara Kwan In Thang yang merupakan tempat
ibadah umat Buddha. Saya sebagai salah satu pemeluk agama Islam, mengetahui informasi
tentang agama Buddha yang sangat berbeda jauh dengan agama yang saya anut, mulai dari
sejarah, ajaran, dan beribadah. Saya menjadi membandingkan perbedaan-perbedaan dari agama
saya dengan agama Buddha, tidak bermaksud menilai agama mana yang lebih baik. Tetapi,
perbedaan itulah, saya mengetahui dan menumbuhkan lagi rasa menghormati sesama.
Kemudian, setelah melakukan observasi ke Wihara, kami menonton salah satu film yang
diproduksi di negara Indonesia oleh Dapur Film Production. Dari alur cerita yang telah saya
tangkap, banyak nilai agama yang dapat dipetik, terutama sikap toleransi. Karena, sikap ini
sangat penting sekali agar tidak terjadinya perpecahan dan konflik agama dalam lingkungan
masyarakat tersebut.
Kegiatan kebhinekaan Minggu kedua, yaitu kami diberikan sebuah wawasan melalui
kegiatan Talkshow Inspirasi, yang mendatangkan narasumber yang sangat luarbiasa. Dari hasil
tanya jawab dan diskusi pada kegiatan tersebut, saya menyimpulkan bahwa pentingnya sebuah
lembaga atau organisasi yang menjadi pemersatu umat beragama dengan visi dan misi yang jelas
dan terarah. Walaupun sudah adanya lembaga atau organisasi pemersatu, di lingkungan sekitar
tempat tinggal masih dijumpai kasus-kasus atau konflik agama. Hal ini disebabkan karena
kurangnya edukasi tentang toleransi beragama dan juga kesadaran diri pribadi.
Kegiatan kebhinekaan Minggu ketiga dan keempat dilakukan di hari yang sama.
Kegiatan kebhinekaan satu ini sangat berbeda, karena mengunjungi dua tempat ibadah yang
berbeda dan juga berdekatan. Pertama kami mendatangi Kelenteng Boen Tek Bio sebagai
kegiatan Modul Nusantara Minggu ketiga. Di Kelenteng, kami mencari perbedaannya dengan
Wihara Kwan In Thang yang telah kami kunjungi di Minggu pertama. Bangunan bersejarah ini,
Kelenteng Boen Tek Bio merupakan salah satu Kelenteng tertua di Tangerang, Banten.
Perbedaannya dengan Wihara, yaitu Kelenteng menjadi tempat ibadah tiga kepercayaan, yaitu
Buddha, Konghucu dan Tao serta dewa-dewa yang terdapat di Wihara tidak ada di Kelenteng
begitupun juga sebaliknya, serta cara ibadah setiap penganut yang berbeda-beda. Kunjungan
kedua, setelah mengunjugi Kelenteng Boen Tek Bio, kami mengunjungi Masjid Jami’ Kali Pasir.
Kegiatan mendatangi Masjid Jami’ Kali Pasir, Masjid tersebut merupakan masjid tertua di
Tangerang dan memilki nilai sejarah. Karena masjid tersebut merupakan sebuah peninggalan
dari zaman Kesultanan Banten. Masjid Jami’ Kali Pasir terdapat makan pahlawan dan bangunan
masjid ini sudah berkali-kali melakukan renovasi akan tetapi tetap mempertahankan
keasliannya. Mengenai toleransi beragama, karena masjid ini berdiri berdekatan dengan
Kelenteng Boen Tek Bio hubungan antara pribumi dengan masyarakat Tionghoa sudah
terhubung sedang perniagaan dan tidak ada unsur kebencian, atau unsur apapun. Masing-
masing penganut kepercayaan tetap teguh dengan keyakinanan yang telah mereka yakini dan
saling menghormati.
Setelah melakukan rangkaian kegiatan kebhinekaan. Hal penting yang menjadi
pembelajaran untuk diri saya sendiri yaitu rasa menghormati dengan sesama dan rasa toleransi
dengan berkaca dalam sebuah perbedaan. Sikap tersebut ditumbuhkan dari kesadaran diri
sendiri terlebih dahulu. Sebagai mahasiswa dapat berperan aktif untuk berkontribusi dalam
meningkatkan rasa toleransi, baik di lingkungan kampus, tempat tinggal, dan dilingkungan
masyarakat umum. Perbedaan yang ada di Indonesia bukanlah sebuah perbandingan mana yang
paling baik, tapi menjadi bagian untuk mempersatukan bangsa.
V. Lampiran

Gambar 1. Kunjungan ke Wihara Kwan In Thang. Gambar 2. Rumah Abu di Wihara Kwan In
Thang.

Gambar 3. Salah Satu Dewa yang Ada di Wihara Gambar 4. Kegiatan Bedah Film.
Kwan In Thang “Chai Sen Yee.”

Gambar 5. Kegiatan Talkshow Inspirasi. Gambar 6. Sesi Foto Bersama Kelompok Laksa
Setelah Kegiatan Talkshow Inspirasi.
Gambar 8. Salah Satu Dewa yang Ada di
Gambar 7. Kelenteng Boen Tek Bio. Kelenteng Boen Tek Bio “Kwan Seng Tee Kun”.

Gambar 10. Kegiatan Penyampaian Materi oleh


Gambar 9. Sesi Foto Bersama Kelompok Laksa di Salah Satu Tokoh Masyarakat di Masjid Jami’ Kali
Kelenteng Boen Tek Bio. Pasir.

Gambar 12. Cagar Budaya Masjid Jami’ Kali


Gambar 11. Masjid Jami’ Kali Pasir. Pasir.
Gambar 13. Makam Istri Sultan Ageng Tirtayasa Banten.

Tangerang, 26 September 2022

Pembuat Laporan,

Tiara Nada Advisha Nurhidayah

Anda mungkin juga menyukai