Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas (UKK)
Oleh:
2018
Judul : Kawasan Puja Mandala Wujud Destinasi Wisata Spiritual di Bali
2. Ika Wulandari
Kelas : XI MIPA 2
Telah disetujui dan disahkan oleh guru pembimbing pada tanggal 16 April 2018
Mengesahkan
Pembimbing,
Adi Siswanto,S.Pd
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pengasih
yang telah melimpahkan nikmat,karunia,dan hidayah-Nya sehingga Laporan Hasil Studi Wisata Ke
Pulau Bali ini dapat tersusun.
Laporan Hasil Studi Wisata Ke Pulau Bali ini disusun untuk mendeskripsikan objek wisata
yang telah kami kunjungi.
Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Segala upaya telah kami lakukan demi kesempurnaan laporan kegiatan ini. Oleh karena itu, saran
dan kritik dari para pembaca sekalian senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan laporan kegiatan
kami ini. Akhir kata, semoga Laporan Perjalanan Study Kenal Alam Lingkungan Bali ini dapat
bermanfaat bagi kita semua pada umumnya para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia terkenal dengan keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan.
Konflik bernuansa SARA pernah melanda Indonesia, sehingga masyarakatnya kehilangan harta
benda dan korban jiwa serta mengalami trauma psikologis. Hukum seakan tak berdaya membendung
tindakan anarkis segelintir orang. Pelarangan dan pengrusakan tempat ibadah mencederai nilai-nilai
Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
Di era yang modern ini, Bali tetap menyuguhkan kekentalan budaya yang dimilikinya. Adat
istiadat dengan berbagai tradisinya juga menyita perhatian para wisatawan. Mayoritas agama di Bali
adalah Hindu, tak heran jika banyak berdiri pura disana. Tetapi umat beragama lain juga masih ada,
islam, katolik, protestan, dan buddha. Hal itu dibuktikan dengan adanya Masjid, Gereja, dan Wihara.
Kawasan Puja Mandala merupakan destinasi wisata religius di Bali karena memiliki 5 tempat
ibadah saling berdampingan, yaitu: Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala
Bangsa, Gereja Kristen Protestan di Bali jemaat Bukit Doa, Vihara Buddha Guna, dan Pura
Jagatnatha. Kawasan Puja Mandala menjadi wisata spiritual selama ini. Oleh sebab itu, model
kawasan ini dapat ditiru oleh daerah lain, sehingga masyarakat dapat menghargai setiap perbedaan.
Menyikapi hal tersebut penulis tergerak untuk membuat penelitian mengenai Puja Mandala.
Masjid ini merupakan bangunan khas Masjid yang sering ditemukan di daerah Jawa.
Nama Masjid Ibnu Batutah diambil dari nama seorang pengembara Maroko, yaitu Ibnu
Batutah dengan catatan perjalanan dunia terlengkap dari abad ke-14, melintasi jarak 120.000
km sepanjang dunia kaum Muslim, mencakup 44 negara modern termasuk Indonesia.
Tepat di sebelah Masjid Agung Ibnu Batutah, dengan menara tunggal, dinding depan
gevel mengikuti bentuk atap dan bagian belakang atap tumpang. Nama ini diilhami oleh
penampakan Bunda Maria di Amsterdam, Belanda, yang mengijinkan disapa sebagai
Bundanya Para Bangsa. Bersandingkan nama Maria Bunda Segala Bangsa dan sesuai dengan
namanya, umat Gereja MBSB berasal dari berbagai latarbelakang suku yang ada di Indonesia,
maupun umat mancanegara yang melakukan perjalanan bisnis atau berlibur. Maka, tidaklah
berlebihan kalau gereja Katolik MBSB menjadi miliknya segala bangsa.
Bangunan ini memiliki ornamen cantik berwarna putih dan keemasan. Wihara ini
tampak anggun dan mewah. Pengerjaan patung dan ornamennya terkesan sangat halus dan
detail.
Dengan sentuhan ornamen lokal yang cukup kental dan menara di depan gereja dengan
lonceng diatasnya.
Terletak di bagian paling kanan kompleks. Kala makara paling besar dibuat dengan
sepasang tangan berkuku panjang, yang tidak lazim dijumpai pada candi-candi Jawa.
2.3 Manfaat Adanya Puja Mandala
· Tempat ibadah
Puja Mandala dijadikan tempat beribadah untuk umat beragama islam dengan masjidnya,
umat katolik dan protestan dengan gerejanya, umat hindu dengan puranya, dan umat buddha dengan
wiharanya. Selain itu, Puja Mandala juga digunakan untuk perayaan hari-hari besar masing-masing
agama.
Dengan disatukannya masing-masing tempat ibadah, masyarakat bisa belajar untuk saling
bertoleran dengan menghormati umat beragama lain, menghormati proses ibadah agama lain, serta
turut serta menghormati dan memberikan kemudahan untuk perayaan hari besar agama lain.
Puja Mandala juga bisa dijadikan sebagai obyek pembelajaran bagi berbagai pihak,
misalnya delegasi FKUB Provinsi Kalimantan Selatan, yang pada 2010 lalu melakukan studi banding
dengan meninjau langsung Kompleks Puja Mandala, sekaligus menggelar pertemuan dengan FKUB
Provinsi Bali.
METODE PENELITIAN
Untuk menjawab rumusan masalah nomor satu dan nomor dua, data yang diperlukan
adalah observasi secara langsung, tepatnya pada kawasan Puja Mandala
Subjek penelitian adalah kawasan Puja Mandala, Jalan Nusa Dua, Kuta Selatan,
Kabupaten Badung, Bali. Waktu penelitian dimulai pada hari Senin, 02 April 2018.
Beberapa tahapan pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Telaah observasi
2) Pematangan konsep
Pada tahap ini penulis berusaha menelaah tempat – tempat yang ada pada
kawasan Puja Mandala.
1) Penarikan kesimpulan
Pada tahap ini, penulis menarik kesimpulan dari observasi Puja Mandala sebagai wujud
destinasi spiritual di Bali.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Puja Mandala Sebagai Pelopor Toleransi Antarumat Beragama menjadi topik pembahasan
kami kali ini. Toleransi memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan kita salah satunya
yaitu toleransi dalam hal agama. Salah satu simbol dari toleransi beragama yaitu Puja Mandala, salah
satu tempat ibadah yang ada di Bali dimana di tempat tersebut terdapat 5 bangunan tempat ibadah
yang berada dalam satu lokasi yang memiliki fungsi dan makna yang berbeda pada setiap bangunan.
Selain memberikan makna untuk saling bertoleransi, Puja Mandala juga mencerminkan simbol
negara kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA