Anda di halaman 1dari 11

KAWASAN PUJA MANDALA WUJUD DESTINASI WISATA SPIRITUAL DI BALI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas (UKK)

dan Tugas Bahasa Indonesia

Oleh:

1. Chynthia Maylinda (XI MIPA 2 / 07)


2. Ika Wulandari (XI MIPA 2 / 13)
3. Siti Marwah Tri Fadhila (XI MIPA 2 / 30)
4. Tety Nur Cahyani (XI MIPA 2 / 31)

SMA NEGERI 5 KEDIRI

2018
Judul : Kawasan Puja Mandala Wujud Destinasi Wisata Spiritual di Bali

Penyusun : 1. Chynthia Maylinda

2. Ika Wulandari

3. Siti Marwah Tri Fadhila

4. Tety Nur Fadhila

Kelas : XI MIPA 2

Telah disetujui dan disahkan oleh guru pembimbing pada tanggal 16 April 2018

Kediri, 16 April 2018

Mengesahkan

Pembimbing,

Adi Siswanto,S.Pd

NIP 19820401 200902 1 004


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pengasih
yang telah melimpahkan nikmat,karunia,dan hidayah-Nya sehingga Laporan Hasil Studi Wisata Ke
Pulau Bali ini dapat tersusun.

Laporan Hasil Studi Wisata Ke Pulau Bali ini disusun untuk mendeskripsikan objek wisata
yang telah kami kunjungi.

Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, Yang telah memberikan hidayah, taufiq, serta inayah-Nya.


2. Bapak Eko Agus Suwandi, S.Pd, MM , selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Kediri yang
telah menyelenggarakan kegiatan SKAL tersebut.
3. Adi Siswanto,S.Pd. ,selaku pembimbing yang telah membantu kami mengerjakan Laporan
Kegiatan SKAL ini.
4. Semua pihak dari “Ega Tour” yang telah menemani kami dalam perjalanan menuju Pulau
Dewata (Bali), memberi saran dan dorongan positif untuk kebaikan Laporan Hasil Studi
Wisata Ke Pulau Bali ini.

Segala upaya telah kami lakukan demi kesempurnaan laporan kegiatan ini. Oleh karena itu, saran
dan kritik dari para pembaca sekalian senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan laporan kegiatan
kami ini. Akhir kata, semoga Laporan Perjalanan Study Kenal Alam Lingkungan Bali ini dapat
bermanfaat bagi kita semua pada umumnya para pembaca.

Kediri, 23 Oktober 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia terkenal dengan keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan.
Konflik bernuansa SARA pernah melanda Indonesia, sehingga masyarakatnya kehilangan harta
benda dan korban jiwa serta mengalami trauma psikologis. Hukum seakan tak berdaya membendung
tindakan anarkis segelintir orang. Pelarangan dan pengrusakan tempat ibadah mencederai nilai-nilai
Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
Di era yang modern ini, Bali tetap menyuguhkan kekentalan budaya yang dimilikinya. Adat
istiadat dengan berbagai tradisinya juga menyita perhatian para wisatawan. Mayoritas agama di Bali
adalah Hindu, tak heran jika banyak berdiri pura disana. Tetapi umat beragama lain juga masih ada,
islam, katolik, protestan, dan buddha. Hal itu dibuktikan dengan adanya Masjid, Gereja, dan Wihara.
Kawasan Puja Mandala merupakan destinasi wisata religius di Bali karena memiliki 5 tempat
ibadah saling berdampingan, yaitu: Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala
Bangsa, Gereja Kristen Protestan di Bali jemaat Bukit Doa, Vihara Buddha Guna, dan Pura
Jagatnatha. Kawasan Puja Mandala menjadi wisata spiritual selama ini. Oleh sebab itu, model
kawasan ini dapat ditiru oleh daerah lain, sehingga masyarakat dapat menghargai setiap perbedaan.
Menyikapi hal tersebut penulis tergerak untuk membuat penelitian mengenai Puja Mandala.

1.2 Rumusan Masalah


1. Tempat ibadah apa saja yang ada di Puja Mandala?
2. Manfaat didirikan Puja Mandala di Bali?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui obyek-obyek ibadah di Puja Mandala
2. Untuk mengetahui manfaat didirikannya Puja Mandala
1.4 Manfaat Penelitian
1.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Didirikannya Puja Mandala


Berdirinya Puja Mandala ini adalah atas karena semangat kebersamaan antar umat yang
harmonis di Bali sehingga melahirkan sebuah area simbol kedamaian dan perbedaan, Puja Mandala.
Pada mulanya, umat islam ingin mendirikan masjid di Nusa Dua.
Pada era 90an umat Islam di daerah Nusa Dua mengalami kesulitan dalam melakukan shalat
Jumat karena mayoritas agama di Bali adalah Hindu. Masjid di wilayah Nusa Dua berada di Kuta
yang cukup jauh. Untuk itu MUI Bali dan Yayasan Ibnu Batutah mengusulkan pendirian Masjid
kepada pemerintah. Dengan alasan kebutuhan para wisatawan domestik maupun mancanegara selama
di Bali, selain makan, minum, rekreasi dan istirahat, adalah juga beribadah sesuai kepercayaan
masing-masing. Berlatar - belakang wacana itulah, Joop Ave meminta agar dipikirkan pembangunan
tempat-tempat peribadatan. Namun pendirian Masjid terhalang oleh SKB 2 Menteri yang
mensyaratkan pendirian rumah ibadah dengan 500 warga pemohon beragama Islam yang tinggal di
lokasi. Ketika permasalahan ini sampai ke pemerintah pusat, maka atas saran Joop Ave kepada
Presiden Soeharto, berdirilah satu komplek rumah ibadah yang menampilkan kehidupan beragama
umat Indonesia yang dinamakan Puja Mandala.
Pembangunan proyek Kompleks Puja Mandala, dimulai pada tahun 1994, dan tak lepas
kaitannya dengan bantuan serta fasilitasi dari pihak PT Pengembangan Pariwisata Bali
(Persero), dan Bali Tourism Development Corporation (BTDC).Pendirian bangunan diserahkan
sepenuhnya pada umat masing-masing agama dengan membagi sama besar dan luasnya. Puja
Mandala Nusa Dua secara resmi disahkan pada tahun 1997 oleh Menteri Agama Bapak Tarmidzi
Taher.
Tanah ini merupakan bantuan dari BTDC (Bali Tourism Development Corporation). PT.
BTDC merupakan badan pengelola kawasan Nusa Dua yang telah sukses menjadikan Nusa Dua
sebagai salah satu destinasi wisata populer di Provinsi Bali. Pada tahun 1997, Puja Mandala
diresmikan oleh Bp. Tarmidzi Taher selaku Menteri Agama yang menjabat kala itu.
Pembangunan tempat ibadah dilakukan secara bertahap diantaranya Gereja Katolik Bunda Maria
Segala Bangsa yang rampung di tahun 1997, kemudian GKPB atau Gereja Kristen Prostestan Bukit
Doa selesai juga di tahun 1997.
Masjid Ibnu Batutah selesai di tahun yang sama dengan catholic church ataupun protestan
yaitu 1997, sedangkan Vihara Budhina Guna selesai pada tahun 2003 dan menyusul Pura Jagat Natha
pada tahun 2005. Meskipun rencana awal pembangunan kompleks Puja Mandala untuk fasilitas
beribadah para wisatawan yang sedang berlibur atau menginap di Nusa Dua. Namun seiring waktu
berjalan, tempat ini menjadi tujuan wisata favorit para wisatawan baik domestik maupun
mancanegara.
Selain keunikannya, lokasinya kurang lebih hanya 12 kilometer dari Bandara Ngurah Rai.
Disamping itu, Puja Mandala juga dekat dengan patung Garuda Wisnu Kencana yang amat populer,
Pura Sad Khayangan Jagad Uluwatu serta 18 menit ke Ungasan, Kuta.

2.2 Tempat Ibadah di Puja Mandala

1. Masjid Agung Ibnu Batutah

Masjid ini merupakan bangunan khas Masjid yang sering ditemukan di daerah Jawa.
Nama Masjid Ibnu Batutah diambil dari nama seorang pengembara Maroko, yaitu Ibnu
Batutah dengan catatan perjalanan dunia terlengkap dari abad ke-14, melintasi jarak 120.000
km sepanjang dunia kaum Muslim, mencakup 44 negara modern termasuk Indonesia.

2. Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa

Tepat di sebelah Masjid Agung Ibnu Batutah, dengan menara tunggal, dinding depan
gevel mengikuti bentuk atap dan bagian belakang atap tumpang. Nama ini diilhami oleh
penampakan Bunda Maria di Amsterdam, Belanda, yang mengijinkan disapa sebagai
Bundanya Para Bangsa. Bersandingkan nama Maria Bunda Segala Bangsa dan sesuai dengan
namanya, umat Gereja MBSB berasal dari berbagai latarbelakang suku yang ada di Indonesia,
maupun umat mancanegara yang melakukan perjalanan bisnis atau berlibur. Maka, tidaklah
berlebihan kalau gereja Katolik MBSB menjadi miliknya segala bangsa.

3. Wihara Budhina Guna

Bangunan ini memiliki ornamen cantik berwarna putih dan keemasan. Wihara ini
tampak anggun dan mewah. Pengerjaan patung dan ornamennya terkesan sangat halus dan
detail.

4. Gereja Kristen Protestan Bukit Doa

Dengan sentuhan ornamen lokal yang cukup kental dan menara di depan gereja dengan
lonceng diatasnya.

5. Pura Jagat Natha Nusa Dua

Terletak di bagian paling kanan kompleks. Kala makara paling besar dibuat dengan
sepasang tangan berkuku panjang, yang tidak lazim dijumpai pada candi-candi Jawa.
2.3 Manfaat Adanya Puja Mandala

· Tempat ibadah

Puja Mandala dijadikan tempat beribadah untuk umat beragama islam dengan masjidnya,
umat katolik dan protestan dengan gerejanya, umat hindu dengan puranya, dan umat buddha dengan
wiharanya. Selain itu, Puja Mandala juga digunakan untuk perayaan hari-hari besar masing-masing
agama.

· Menumbuhkan rasa toleransi

Dengan disatukannya masing-masing tempat ibadah, masyarakat bisa belajar untuk saling
bertoleran dengan menghormati umat beragama lain, menghormati proses ibadah agama lain, serta
turut serta menghormati dan memberikan kemudahan untuk perayaan hari besar agama lain.

· Obyek pembelajaran oleh berbagai pihak.

Puja Mandala juga bisa dijadikan sebagai obyek pembelajaran bagi berbagai pihak,
misalnya delegasi FKUB Provinsi Kalimantan Selatan, yang pada 2010 lalu melakukan studi banding
dengan meninjau langsung Kompleks Puja Mandala, sekaligus menggelar pertemuan dengan FKUB
Provinsi Bali.

Sedangkan dari mancanegara, anggota parlemen dari 17 negara pesertaParliamentary


Event on Interfaith Dialog, pada tahun lalu, juga menyempatkan diri untuk berkunjung sambil
mengeksplorasi fakta dan data seputar Puja Mandala.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Data Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah nomor satu dan nomor dua, data yang diperlukan
adalah observasi secara langsung, tepatnya pada kawasan Puja Mandala

3.2 Subjek Penelitian dan Waktu Penelitian

Subjek penelitian adalah kawasan Puja Mandala, Jalan Nusa Dua, Kuta Selatan,
Kabupaten Badung, Bali. Waktu penelitian dimulai pada hari Senin, 02 April 2018.

3.3 Proses Pengumpulan Data

Beberapa tahapan pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Telaah observasi

Pada tahap ini, penulis .

2) Pematangan konsep

Pada tahap ini penulis berusaha menelaah tempat – tempat yang ada pada
kawasan Puja Mandala.
1) Penarikan kesimpulan

Pada tahap ini, penulis menarik kesimpulan dari observasi Puja Mandala sebagai wujud
destinasi spiritual di Bali.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

Puja Mandala Sebagai Pelopor Toleransi Antarumat Beragama menjadi topik pembahasan
kami kali ini. Toleransi memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan kita salah satunya
yaitu toleransi dalam hal agama. Salah satu simbol dari toleransi beragama yaitu Puja Mandala, salah
satu tempat ibadah yang ada di Bali dimana di tempat tersebut terdapat 5 bangunan tempat ibadah
yang berada dalam satu lokasi yang memiliki fungsi dan makna yang berbeda pada setiap bangunan.
Selain memberikan makna untuk saling bertoleransi, Puja Mandala juga mencerminkan simbol
negara kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika.

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai