Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SEJARAH PENINGGALAN

ISLAM DI KOTA BENGKULU

OLEH :
FARHAN HADINATA
22.068.101.010

PROGRAM STUDI D-III PERMESINAN KAPAL


POLITEKNIK PELAYARAN BAROMBONG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "peninggalan
sejarah islam di bengkulu".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar yang telah
turut memberikan ilmu dalam proses pembelajaran ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya makalah.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 18 Januari 2023

Farhan Hadinata
PENDAHULUAN

` Masuknya Islam ke Bengkulu tidak terlepas dari perkembangan Islam di Indonesia sejak
abad ke-13 yang dirintis dari abad ke-8. Islam yang hadir di Bengkulu tidak terlepas dari
kesultanankesultanan yang berada di pulau Sumatra atau pulau Jawa. Karena Islam pertama
hadir di pulau Sumatra, jelas memberikan pengaruh dalam perjalanan Islam di Bengkulu. Di
pulau Sumatra sendiri bermunculan berbagai kerajaan Islam seperti Kesultanan Perlak,
Kesultanan Samudra Pasai, Kesultanan Aceh Darussalam, Kesultanan Minangkabau, Kesultanan
Palembang Darussalam, Kesultanan Siak Indrapura, Kesultanan Pagaruyung. Selain itu ada juga
Kesultanan Banten yang memberikan pengaruh di Bengkulu. Di Bengkulu sendiri terdapat
beberapa kerajaan seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sungai
Itam, Kerajaan Selebar, Kerajaan Mukomuko, Kerajaan Pinang Berlapis, Kerajaan Rejang Pat
Petulai/Depati Tiang Empat, dan Kerajaan Kaur.

Syiar Islam di Bengkulu berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan berlangsung pada abad
ke-XIV walaupun dimungkinkan sebelum itu Islam telah masuk. Informasi para ulama atau
tokoh penyebar Islam masih terbatas karena data-data tentang itu cukup sulit terlacak, tetapi
dalam tulisan ini tetap disajikan nama ulama atau para tokoh penyebar Islam di Bengkulu dari
abad XIV-XX tetapi dengan fokus ulama abad ke-XX. Selanjutnya disajikan masjid-masjid dari
abad XVII-XX tetapi dengan fokus masjid abad ke XX tepatnya masjid yang dibangun pra-
kemerdekaan. Dan dilanjutkan dengan pesantren-pesantren yang di bangun abad ke-XX dan abad
keXXI.

Masuknya Islam ke Bengkulu mengenai dari mana asalnya, siapa penyebarnya dan kapan
masuknya, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa teori, yaitu pertama teori Aceh, kedua teori
Palembang, teori Minangkabau dan teori Banten. Pertama, teori Aceh berdasarkan argumentasi
bahwa Islam dibawa ulama dari Aceh bernama Tengku Malin Muhidin tahun 1417 M ke
Kerajaan Sungai Serut dan melalui dominasi Aceh dalam perdagangan rempah-rempah abad ke-
17 serta di situs makam Gresik Dusun Kaum Gresik, Desa Pauh Terenjam, Kecamatan
Mukomuko terdapat sembilan buah makam, dua diantaranya menggunakan nisan tipe Aceh

PEMBAHASAN

Proses masuknya Islam di pengaruhi oleh kesultanan yang berkuasa di sekitarnya baik
Kesultanan Aceh, Kesultanan Banten, Kesultanan Palembang, Kesultanan Indrapura dan
Kesultanan Pagaruyung. Selain jalur politik juga menggunakan jalur perdagangan, perkawinan
dan dakwah. Dalam jalur dakwah tidak terlepas dari dakwah para ulama atau tokoh agama baik
dengan mendirikan masjid, madrasah, pesantren maupun organisasi sosial keagamaan.
peninggalan sejarah menyangkut kontak hubungan masyarakat Bengkulu dengan agama Islam
yang masih dapat dilihat sampai sekarang adanya perayaan ritual Tabut yang dilaksanakan untuk
memperingati kematian cucu Nabi Muhammad S.a.w. Hasan dan Husein.

Awal datangnya Tabut di Bengkulu dibawa oleh orang Benggali India pada tahun 1714
dikepalai oleh Syekh Burhanudin, bergelar imam Senggolo. Di Bengkulu Syekh Burhanudin
mempersunting dua orang dara yang masing-masing berasal dari dusun Cinggri (pen. Cenggri)
dan Sungai Leman (pen. Sungai Lemau) (Pondok Kelapa sekarang) menetap disebuah
perkampungan yang terletak dipesisir pantai Berkas dengan anak dan cucunya.21 Masuknya
budaya Tabut ke Bengkulu pada masa penjajahan Inggris abad ke-18 yang dibawa oleh orang-
orang India bersuku Sipai dan Benggali.

Pada masa kolonial Inggris berada di Bengkulu, orang-orang Benggala termasuk


kelompok ke lima dalam pelapisan sosial. Orang-orang Benggala lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan dengan orang Cina. Tabiat orang Benggala penuh curiga, suka berkelahi, dalam
bekerja lebih lamban dari orang-orang Melayu. Selain itu mereka menciptakan suatu tradisi
perayaan yang lain dari kebudayaan orang-orang Melayu yang ada di Bengkulu, orang Benggala
dikenal juga sebagai Sipaijer atau orang Sipai.22 Kebudayaan dan tradisi yang diciptakan oleh
orang Benggala tersebut sampai saat ini dikenal dengan perayaan Tabut.

Salah satu peninggalan makam yang bercorak Islam terdapat pada makam Sentot Ali
Basya tertulis tanggal pemakaman 17 April 1885. Menurut penuturan masyarakat, bangunan
cungkup yang ada di atas makam Sentot Alibasyah adalah bangunan baru. Hal itu menunjukan
bangunan makam tersebut pada awalnya sangat sederhana, tanpa bangunan tambahan. Makam
tidak ditandai dengan nisan, berbeda dengan umumnya makam-makam muslim di Nusantara.

Bukti-bukti sejarah masuknya Islam di Bengkulu belum teridentifikasi secara utuh,


karena sedikitnya peninggalan sejarah yang menunjukkan kapan masuknya Islam di Bengkulu
dan penulis belum menemukan hasil penelitian tentang hal tersebut. Namun demikian
perke,mbangan sejarah dakwah di Bengkulu dapat juga di lihat dari beberapa manuskrip yang
menunjukkan corak keIslam adalah adanya naskah yang ditulis pada ruas/gelondong (Gelumpai)
dari bambu, yang dikenal dengan tulisan Rencong Ka-Ga-Nga, atau aksara Ulu. Masyarakat
turunan Pasemah khususnya Japarudin Sejarah Dakwah di Bengkulu 175 masyakat yang ada di
Padang Guci kabupaten Kaur menyebut tulisan Ka-GaNga dengan sebutan tulisan Ke-Ge-Nge,
dan dari informasi yang penulis dapatkan tidak ada perbedaan antara Ka-Ga-Nga oarang suku
Rejang dengan tulisan Ke-GeNge yang pernah ada di Padang Guci.

Selain peninggalan tulisan, makam, dan artefak, masjid merupakan sebuah bukti sejarah
Islam. Sehingga untuk mengkaji sejarah Islam, tidak jarang masjid menjadi tolok ukur masuk
dan berkembangnya Islam di suatu daerah. Masjid sebagai sentral kegiatan ibadah dan dakwah
Islam yang dapat menjadi bukti sejarah masuknya Islam di Bengkulu, namun di sayangkan
sangat sedikit dapat ditemukan masjid-masjid tua yang menunjukkan indikasi bahwa masjid
tersebut dibangun pada awal masuknya Islam di Bengkulu. Pada umumnya masjid yang ada di
Bengkulu dibangun setelah abad ke -19.

KESIMPULAN

Interaksi masyarakat Bengkulu dengan Islam paling tidak melalui tiga pintu utama, yakni
melalui Sumatera Selatan (Palembang), Sumatera Barat (Padang) dan Islam Banten. Dengan
banyaknya pintu masuk Islam ke Bengkulu, telah membuat corak dan keragaman nuansa
pemahaman agama Islam secara tersendiri pada masyarakat Bengkulu. Hal ini tidak jauh berbeda
dengan beragamnya bahasa yang ada di Bengkulu. Karena masyarakat Bengkulu setiap sukunya
menggunakan bahasa dan dialek tersendiri, ada dialek Padang, dialek suku Lembak (Sumatera
Selatan), dialek Pasemah, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai