Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar belakang

Wilayah banyumas merupakan wilayah pemerintahan kabupaten yang berada Provinsi Jawa
Tengah ,Indonesia, warga di dominasi oleh suku jawa, untuk bahasa di Banyumas memiliki
dialek yang berbeda dari wilayah Jawa Tengah yang lain. Bahasa yang di gunakan orang
banyumas adalah Bahasa ngapak. Daerah Banyumas mayoritas beragama Islam, terlihat dari
masyarakat Banyumas yang banyak merayakan hari-hari besar umat islam. Banyaknya
penganut agama islam di banyumas tidak terlepas dari peran mubaligh dan para wali dalam
syiar agama islam.

Secara antrophologi untuk dapat menjelaskan suatu peristiwa sejarah kehidupan sosial
budaya harus mempunyai beberapa bukti berupa karya-karya sastra dan artefak berupa
benda-benda pusaka, prasasti dan makam. Perkembangan Islam di tanah banyumas juga
tidak terlepas dari bukti antriphologi. Banyaknya peninggalan-peninggalan sejarah berupa
cerita babad, peninggalan pusaka, serta banyaknya makam wali di tanah Banyumas
merupakan bukti bahwa

Namun cerita berupa babad belum dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah untuk
mengklarifikasi tentang terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kurangnya literasi tentang naskah-
naskah kuno berupa karya sastra, maupun prasasti membuat sejarah peradaban islam
mengalami zona gelap, khususnya di daerah banyumas. Cerita babad tanah Banyumas belum
dapat di jadikan kajian ilmiah karena isinya berupa mitologi. Cerita mitologi sulit menjadi
bukti empriris terhadap metode ilmu baik dari segi antrophologi maupun sosiologi. Tetapi
mitologi menjadi lentera bagi pengkaji untuk mencari kebenaran dari sebuah peristiwa.

Islam di Indonesia begitu pesat berkembangnya sejak zaman kesultanan Demak. Kesultanan
Demak menjalankan pemerintahannya dengan melibatkan para ulama. Keterlibatan ulama di
struktur pemerintahan demak merupakan sebagai penasihat raja dan berjumlah 9. Banyak
dokumen dan referensi bahwa ulama penasihat kesultanan Demak bernama “walisongo”.
Wali dalam bahasa Arab yang berarti pembela, teman dekat atau pemimpin. Wali biasanya
diartikan sebagai yang dekat dengan ALLAH SWT (waliyullah).
Perkembangan Islam pada zaman walisongo terdengar cukup baik, beberapa diantaranya
memunculkan suatu budaya yang bercorak Islam, seperti gending-gending yang bernuansa
Islam, serat babad yang bermakna Islam serta upacara keagamaan.

Pengaruh kesultanan Demak di Banyumas dapat kita lihat bangunan pemakaman ulama di
Desa pasir, Cilongok. Pemakaman yang berada di desa Pasir adalah makan ulama besar yang
di utus oleh R. Patah sebagai sultan Demak untuk mensyiarkan Islam di Banyumas. Ulama
tersebut bernama Syeh Makdum Wali. Syeh Makdum Wali ini mensyiarkan Islam melalui
dakwah tanpa adanya peperangan. Syeh Makdum Wali ini berhasil memualafkan adipati
banyakblanak beserta dengan adiknya. Bahkan adipati banyakblanak diangkat menjadi
senopati mangkubumi I yang berarti mempunyai kedudukan spesial setingkat adipati yang
berada di daerah Kawasan politik Demak.

Apakah desa pasir merupakan asal mula perkembangan Islam di banyumas ? karena terdapat
wali utusan demak untuk mensyiarkan agama Islam. Ternyata tidak tepat jika desa pasir
merupakan desa 0 km atau pusatnya perkembangan Islam. Terdapat beberapa makam wali
Allah yang usianya jauh lebih berumur ketimbang makam syech makdum wali. Makam-
makam yang berumur inilah perlu dikaji secara ilmiah terkait dengan antrophologisnya.

Maka dengan pertanyaan sebelumnya terkait asal mula peraadaban Islam di Banyumas dapat
menguraikan tentang sejarah yang disembunyikan terhadap perkembangan Islam di
Banyumas. Selain itu adanya pandangan kami sebagai warga Banyumas yang peduli
daerahnya dapat menjadi literasi baru untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik
Pertanyaan ini juga menjadi objek eksperimen kami untuk melakukan safari sejarah terhadap
perkembangan peradaban Islam di daerah Banyumas, dan dalam rangak menyambut bulan
Ramadhan tahun 2023 maka eksperimen ini akan diberi judul sebagai jelajah Ramadhan.
Semoga niat positif kami akan berjalan dengan baik terutama untuk warga Banyumas. .
B. Rumusan Masalah

Memahami dan melalui latar belakang maka akan memunculkan rumusan masalah yang akan
menjadi alat indikator tentang eksperimen sejarah peradaban Islam di banyumas, adapaun
rumusan masalah tersebut adalah :

 Mengapa literasi tentang sejarah peradaban Islam di Banyumas masih sempit


 Bagaimana pandangan masyarakat terhadap dinamika sejarah peradaban Islam di
Banyumas

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dari eksperimen ini adalah masyarakat Banyumas dapat mengetahui cikal bakal
perkembangan Islam di Banyumas, selain itu masyarakat dapat menjadikan eksperimen
ini sebagai kontemplasi terhadap budaya dan Islam itu sendiri. Tujuan dari eksperimen ini
adalah :

 Menambah wawasan sejarah peradaban Islam di Banyumas


 Memberikan kontribusi kepada pemda Banyumas terhadap peluangnya wisata
religi di daerah Banyumas
 Membangkitkan kembali mentalitas kosmologi warga Banyumas sebagai jati
diri wong banyumas
 Membuka ruang diskusi publik terhadap sejarah peradaban Islam di Banyumas
 Mengintergrasi sejarah peradaban Islam

D. Agenda Rencana o km peradaban Islam

Data materil Tahun Lokasi Masa/zaman


Makam dalam santri Abad ke 7 Kutaliman Mataram Kuno
(syech Mudakir)
Mbah Kalibening 1270 masehi Dawuhan Singasari-Majapahit
(Syech Maulan
Rumaini)
Syech Makdum 15 Masehi Karangwelas Demak
Wali
R. Djoko Kahiman 16 Masehi Banyumas Pajang
Makam Syekh 16 Masehi Cipete Cirebon
Abdussomad
Makam Syekh Jaka 17 Masehi Sokaraja, Banjasari Mataram Islam
Afri kidul
Kyai Ngabehi 18 Masehi Ajibarang Surakarta
Singadipa
KH. Muhammad 19 Masehi Sokaraja lor Mataram Islam
Ilyas
Syekh Abdul Malik 21 Masehi Ledug Indonesia
KH. Izham Zuhdi 19 Masehi Randegan Kolonial

Anda mungkin juga menyukai