Anda di halaman 1dari 30

PROSES JASA PENDIDIKAN DALAM KONTEKS PEMASARAN

Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada matakuliah
Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan

Dosen Pengampu: Dr. Khalilah, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 3
Fadhlan Rahman H (111902000087)
Nabilah Khoiriyah Nst (11200182000034)
Annisa Nirwana (11200182000067)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Proses Jasa Pendidikan dalam Konteks Pemasaran”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan Semester 6 Kelas
B Program Studi Manajemen Pendidikan.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Dr. Khalilah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pemasaran Jasa
Pendidikan yang telah membimbing penyusun sehingga makalah ini dapatdiselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga penulisan makalah
dapat terselesaikan.
3. Rekan-rekan kelas 6B Manajemen Pendidikan yang telah membantu kelancaran
penyelesaian makalah ini.

Sekian ucapan terimakasih yang dapat penyusun sampaikan. Penyusun juga


berhadap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Dengan demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam
menyusun makalah.

Depok, 29 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah......................................................................................2
D. Sistematika Penulisan Makalah...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. Definisi Proses Jasa Penddikan...............................................................................3


B. Unsur-unsur Proses Jasa Pendidikan.......................................................................4
C. Model Proses Jasa Pendidikan.................................................................................5
D. Strategi Proses Jasa Pendidikan...............................................................................7
E.Bauran Proses Jasa Pendidikan..................................................................................9
F.Prinsip-prinsip yang mendasari proses jasa pendidikan.............................................13
G. Perancangan Proses Jasa Pendidikan.......................................................................16
H. Keputusan Pada Proses Jasa Pendidikan.................................................................17
I. Perencanaan Ulang proses jasa pendidikan................................................................22
J. Pelayanan Prima proses jasa pendidikan...................................................................23

BAB III PENUTUP............................................................................................................25

A. Kesimpulan..............................................................................................................25
B. Saran........................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah

Pendidikan dalam perspektif manajemen dapat dipahami sebagai proses


pelayanan pengetahuan, sehingga produk yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan ialah
jasa pelayanan ilmu pengetahuan. Sebagai penyedia jasa, lembaga pendidikan diharapkan
dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan konsumen
pendidikan (masyarakat). Tujuan dari konsep strategi pemasaran (marketing strategy)
dilakukan untuk memprediksi permintaan dan kebutuhan masyarakat terhadap output
lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, pemasaran jasa pendidikan merupakan salah satu dari kegiatan
pokok yang dilakukan lembaga pendidikan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba (biaya). Kegiatan pemasaran jasa
pendidikan juga harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumennya, jika
menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang baik
terhadap lembaga pendidikan. Proses pemasaran jasa pendidikan itu mencakup usaha
lembaga pendidikan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang
perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk
yang sesuai, menentukan cara promosi dan bagaimana proses produksinya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan nirlaba yang bergerak dalam bidang jasa
pendidikan. Selain itu kompetisi antar sekolah pun semakin ketat. Maka dalam hal ini
penyelenggara pendidikan dituntut untuk kreatif dalam menggali keunikan dan
keunggulan sekolahnya agar dibutuhkan dan diminati oleh pelanggan jasa pendidikan.
Munculnya sekolah bertaraf internasional serta lahirnya sekolah negeri dan swasta yang
menawarkan keunggulan fasilitas, bahkan dengan biaya yang terjangkau, dapat
menambah maraknya kompetisi pendidikan.
Maka dari itu sekolah harus memiliki strategi pemasaran yang baik untuk sekolah
nya. Proses jasa pendidikan dalam pemasaran merujuk pada serangkaian langkah yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan atau penyedia jasa pendidikan untuk memasarkan
dan mempromosikan layanan pendidikan mereka kepada calon siswa atau klien potensial.
Tujuan dari proses ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang program pendidikan

1
yang ditawarkan, menarik minat calon siswa, dan masyarakat untuk menggunakan
layanan yang ditawarkan oleh suatu instansi.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, pemakalah merumuskan


permasalahan sebagai berikut:
1. Apa definisi proses jasa pendidikan dalam konteks pemasaran?
2. Apa saja unsur-unsur proses jasa pendidikan?
3. Apa saja model proses jasa pendidikan?
4. Bagaimana strategi proses jasa pendidikan?
5. Bagaimana bauran proses jasa pendidikan?
6. Apa aja prinsip-prinsip yang mendasari proses jasa pendidikan?
7. Bagaimana perancangan proses jasa pendidikan?
8. Bagaimana keputusan pada proses jasa pendidikan?
9. Bagaimana perancangan ulang proses jasa pendidikan?
10. Bagaimana pelayanan prima jasa pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjadi bahan diskusi pada
mata kuliah Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan, dan juga memberikan
pengetahuan dan wawasan kepada pembaca tentang Proses Jasa Pendidikan daam
Konteks Pemasaran.

D. Sistematika Penulisan Makalah


Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
BAB II: Pembahasan tentang Proses Jasa Pendidikan dalam Konteks Pemasaran.
BAB III: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Makalah ini juga dilengkapi dengan Daftar Pustaka.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Proses Jasa Pendidikan
Proses adalah prosedur atau mekanisme dalam rangkaian aktivitas untuk
menyampaikan jasa dari produsen ke konsumen. Dalam konteks jasa pendidikan proses
adalah proses pendidikan yang mendukung terselanggaranya proses kegiatan belajar
mengajar guna terbentuknya produk atau lulusan yang diinginkan. 1 Proses sebagai sebuah
konsep dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang diarahkan menuju hasil
yang diinginkan. Jadi proses ini adalah rangkaian kegiatan yang sistematis, dilakukan
dengan cara bekerjasama, untuk mendapatkan hasil atau output yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Jasa menurut Kotler adalah segala aktifitas atau manfaat yang dapat ditawarkan
satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan apapun. Jasa merupakan seluruh aktifitas ekonomi dengan output selain
produk dalam pengertian fisik yang memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak
berwujud bagi pembeli.2 Jika kita kaitkan dengan masalah pendidikan, jasa itu dapat
diartikan dan didefinisikan sebagai kegitan atau aktifitas lembaga pendidikan yang
bertujuan memberikan suatu layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada
konsumen dengan cara memuaskannya.
Jasa pendidikan merupakan serangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan
sekolah atau madrasah kepada pelanggannya. Pelanggan dapat menilai pelayanan ketika
sudah merasakan langsung pelayanan tersebut. Pelayanan yang diberikan sekolah
memiliki beberapa macam, seperti pelayanan tenaga pendidik, pelayanan administrasi,
pelayanan perpustakaaan maupun pelayanan lainnya. Pelayanan sekolah yang ditawarkan
kepada masyarakat itulah yang dinamakan dengan jasa pendidikan.
Proses jasa pendidikan dalam pemasaran merujuk pada serangkaian langkah yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan atau penyedia jasa pendidikan untuk memasarkan
dan mempromosikan layanan pendidikan mereka kepada calon siswa atau klien potensial.
Tujuan dari proses ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang program pendidikan

1
Afidatun Khasanah, Jasa Pendidikan Sebagai Strategi Peningkatan Mutu di SD Alam Baturradenyh, (Jurnal El-
tarbawi Vol 8, No. 2, 2015), h.
2
Phillip Kotler. Marketing Management International Edition. (New Jersey: Prentice Hall, 2003). Hal. 428.

3
yang ditawarkan, menarik minat calon siswa, dan mendorong pendaftaran. Hal ini
membutuhkan pemahaman mendalam tentang target pasar, kreativitas dalam
mengembangkan pesan pemasaran, dan konsistensi dalam mengimplementasikan
kampanye pemasaran. Dengan mengikuti proses ini dengan baik, lembaga pendidikan
dapat meningkatkan penerima3
B. Unsur – Unsur Proses Jasa Pendidikan
Menurut Imam Machali dan Ara Hidayat, dalam konteks proses jasa pendidikan
memiliki beberapa unsur-unsur jasa pendidikan mencakup berbagai aspek yang terlibat
dalam penyediaan layanan pendidikan. Berikut adalah beberapa unsur utama dalam
proses jasa pendidikan:
1. Pelanggan
Pelanggan dalam jasa pendidikan adalah siswa atau mahasiswa yang menggunakan
layanan pendidikan. Mereka adalah penerima langsung dari layanan pendidikan dan
merupakan fokus utama dalam proses tersebut.
2. Penyedia Layanan Pendidikan
Penyedia layanan pendidikan dapat berupa lembaga pendidikan seperti sekolah,
perguruan tinggi, atau pusat pelatihan. Mereka bertanggung jawab menyediakan
fasilitas, kurikulum, tenaga pengajar, dan sumber daya lain yang diperlukan untuk
menyampaikan layanan pendidikan.
3. Kurikulum
Kurikulum adalah rencana pembelajaran yang mencakup mata pelajaran, tujuan
pembelajaran, metode pengajaran, dan penilaian. Kurikulum ini dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan pelanggan dengan memastikan konten yang relevan
dan proses pembelajaran yang efektif.
4. Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar, seperti guru atau dosen, berperan penting dalam proses jasa
pendidikan. Mereka bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran,
membimbing siswa atau mahasiswa, memberikan umpan balik, dan menilai kemajuan
belajar.
5. Metode Pengajaran

3
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara Group, 2016), Hal. 1

4
Metode pengajaran melibatkan pendekatan dan teknik yang digunakan oleh tenaga
pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran. Ini dapat mencakup ceramah, diskusi
kelompok, proyek berbasis tim, praktik lapangan, atau penggunaan teknologi
pendidikan.
6. Sumber Daya
Sumber daya pendukung, seperti buku teks, perpustakaan, laboratorium, perangkat
lunak, dan peralatan, penting dalam penyediaan layanan pendidikan yang efektif.
Sumber daya ini memberikan akses ke informasi, penelitian, dan pengalaman praktis
yang mendukung proses pembelajaran.
7. Evaluasi dan Penilaian
Evaluasi dan penilaian digunakan untuk mengukur kemajuan belajar pelanggan. Ini
dapat mencakup tes, tugas, proyek, presentasi, atau ujian akhir. Hasil penilaian ini
memberikan umpan balik kepada siswa atau mahasiswa dan membantu dalam
mengevaluasi efektivitas proses pendidikan.
8. Dukungan dan Layanan Tambahan
Dukungan dan layanan tambahan seperti bimbingan konseling, layanan karir,
kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas pendukung lainnya dapat meningkatkan
pengalaman pendidikan pelanggan. Ini membantu dalam pengembangan sosial,
emosional, dan keterampilan tambahan siswa atau mahasiswa.

Semua unsur-unsur ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam


menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas. Penting bagi penyedia layanan
pendidikan untuk memperhatikan dan mengintegrasikan unsur-unsur ini dalam proses
mereka guna mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.4

C. Model Proses Jasa Pendidikan

Dalam jasa pendidikan terdapat beberapa dari model jasa pendidikan Berikut
adalah model proses jasa pendidikan dari perspektif pemasaran :

1. Analisis Pasar

4
Amirudin, Ahmad Husein & Samsu Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan Islam, (K – Media 2018), Hal. 23

5
Langkah pertama adalah melakukan analisis pasar untuk memahami segmen
pasar potensial, pesaing, tren, dan permintaan pasar yang ada. Ini melibatkan
penelitian dan pengumpulan data tentang preferensi dan kebutuhan calon siswa,
serta mencari peluang pasar yang belum terpenuhi.

2. Penentuan Posisi Pasar

Setelah menganalisis pasar, langkah selanjutnya adalah menentukan posisi pasar


jasa pendidikan Anda. Ini melibatkan identifikasi keunggulan kompetitif unik
yang membedakan jasa pendidikan Anda dari pesaing. Posisi pasar harus
menekankan nilai tambah yang ditawarkan kepada calon siswa.

3. Penetapan Harga

Penentuan harga yang tepat adalah langkah penting dalam memasarkan jasa
pendidikan. Harga harus memperhitungkan biaya operasional, keunggulan
kompetitif, dan juga daya beli target pasar. Model harga dapat mencakup biaya
langganan, biaya per kursus, atau kombinasi lainnya, tergantung pada model
bisnis yang diadopsi.

4. Strategi Promosi

Untuk menjangkau calon siswa, perlu mengembangkan strategi promosi yang


efektif. Ini melibatkan penggunaan berbagai saluran pemasaran, seperti iklan
online, media sosial, brosur, email marketing, dan kerjasama dengan sekolah atau
lembaga pendidikan lainnya. Konten pemasaran yang menarik dan informasi
yang jelas tentang jasa pendidikan Anda harus dipromosikan.

5. Generasi Prospek

Langkah berikutnya adalah membangun dan mengelola aliran prospek yang


potensial. Ini dapat dilakukan melalui kampanye pemasaran digital, pameran
pendidikan, acara promosi, atau kerjasama dengan agen pendidikan. Tujuan
utamanya adalah mengumpulkan informasi kontak calon siswa yang tertarik
untuk dihubungi dan didorong untuk mendaftar pada jasa pendidikan yang
ditawarkan.

6
6. Pendaftaran dan Konversi

Setelah membangun prospek, langkah selanjutnya adalah mengarahkan mereka


ke proses pendaftaran dan konversi. Ini melibatkan memberikan informasi
lengkap tentang program, persyaratan, keuntungan, dan proses pendaftaran.
Komunikasi yang jelas dan dukungan pelanggan yang baik akan membantu calon
siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk mendaftar.

7. Layanan Pelanggan

Setelah siswa mendaftar, penting untuk memberikan layanan pelanggan yang


baik. Hal ini meliputi pemberian informasi yang tepat waktu, dukungan
akademik, interaksi yang efektif dengan siswa dan orang tua, serta penanganan
masalah atau keluhan dengan responsif dan profesional.

8. Retensi dan Membangun Hubungan

Untuk mempertahankan siswa dan membangun hubungan jangka panjang,


penting untuk terus memberikan pengalaman pendidikan yang berkualitas. Ini
melibatkan pengembangan program yang relevan.5

D. Strategi Proses Jasa Pendidikan

Kata strategi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “strato” yang berarti tentara dan
“agein” yang berarti untuk memimpin. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
disebutkan bahwa istilah strategi adalah suatu ilmu untuk menggunakan sumber-sumber
daya untuk melaksanakan kebijakan sesuatu. Dari definisi tersebut dapat dikatakan
bahwa istilah strategi pada awalnya melekat dengan tentara dan pemimpin. Namun,
seiring perkembangan zaman banyak para ahli yang telah merumuskan strategi ke dalam
berbagai konsep. Mintzberg dalam Ismail Solihin memperluas konsep strategi dan
mendefinisikan strategi dalam berbagai dimensi yaitu “strategy as a plan, strategy as a
ploy, strategy as a pattern, strategy as a position, dan strategy as a perspective”.

Menurut Porter dalam Senja, strategi adalah penciptaan posisi unik dan berharga
yang didapatkan dengan melakukan serangkaian aktivitas. Maksud dari pengertian

5
Ibid 83

7
tersebut ialah bahwa strategi adalah sebuah rangkaian aktifitas yang dilakukan SDM
sekolah dalam meningkatkan kinerja sehingga dapat mengikuti perubahan. Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah upaya- upaya untuk melakukan aktivitas
yang dilakukan sekolah secara berkelanjutan dan menerus untuk mencapai tujuan
sekolah sehingga sekolah mampu menjadi sekolah yang bermutu dan berkualitas tinggi.
Dalam kata lain, strategi juga dapat diartikan sebagai penentuan cara seperti apa yang
akan dilakukan sekolah secara rutin yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan
citra sekolah.

Strategi selalu digunakan sekolah dalam mengambil keputusan, mengelola


sumber daya yang ada, dan lain sebagainya. Dengan demikian, strategi juga digunakan
sekolah untuk melakukan pemasaran jasa pendidikan. Berikut adalah beberapa strategi
proses jasa pendidikan dalam pemasaran:

1. Segmentasi Pasar

Identifikasi segmen pasar yang spesifik yang menjadi target utama Anda.
Misalnya, Anda dapat memilih untuk fokus pada pendidikan anak usia dini,
pendidikan sekolah menengah, pendidikan tinggi, atau pelatihan profesional.
Dengan memahami kebutuhan, preferensi, dan karakteristik segmen pasar yang
berbeda, Anda dapat mengarahkan upaya pemasaran dengan lebih efektif.

2. Penyusunan Proposisi Nilai

Tentukan proposisi nilai yang membedakan jasa pendidikan dari pesaing. Apa
keunggulan dan manfaat unik yang ditawarkan oleh jasa pendidikan. Fokus
pada elemen seperti kurikulum yang inovatif, metode pengajaran yang
interaktif, dukungan karir yang kuat, atau fleksibilitas waktu dan lokasi.
Komunikasikan proposisi nilai ini dengan jelas kepada calon siswa dan orang
tua.

3. Branding yang Kuat

Bangun merek yang kuat untuk jasa pendidikan Anda. Ini melibatkan
pengembangan identitas merek yang mencerminkan nilai-nilai, kepribadian, dan
keunggulan jasa pendidikan Anda. Pastikan merek Anda konsisten dalam semua

8
saluran pemasaran, termasuk logo, slogan, dan desain visual. Branding yang
kuat membantu membangun citra dan kepercayaan yang positif.

4. Strategi Komunikasi Terpadu

Rencanakan dan jalankan strategi komunikasi terpadu untuk memasarkan jasa


pendidikan Anda. Gunakan berbagai saluran komunikasi, seperti situs web,
media sosial, iklan cetak dan digital, email marketing, serta kehadiran di acara-
acara pendidikan. Pesan dan gaya komunikasi Anda harus konsisten dan
menarik bagi segmen pasar yang dituju.

5. Pemasaran Konten

Manfaatkan pemasaran konten untuk membangun kehadiran online yang kuat


dan memberikan informasi yang berharga kepada calon siswa. Buat konten yang
relevan dan menarik, seperti artikel, blog, video, infografis, atau webinar, yang
memperkuat proposisi nilai jasa pendidikan Anda. Sebarkan konten tersebut
melalui saluran online yang tepat untuk menjangkau audiens target.

6. Testimoni dan Ulasan

Minta testimoni dan ulasan positif dari siswa, orang tua, atau alumni yang puas
dengan jasa pendidikan Anda. Testimoni ini dapat digunakan sebagai alat
pemasaran yang kuat untuk meyakinkan calon siswa dan orang tua tentang
kualitas jasa pendidikan Anda. Tempatkan testimoni dan ulasan ini di situs web,
media sosial, dan materi pemasaran Anda.

7. Program Pemberian Insentif

Tawarkan program pemberian insentif kepada calon siswa untuk mendorong


pendaftaran. Misalnya, Anda dapat memberikan beasiswa, diskon biaya, atau
paket pendidikan khusus. Insentif ini dapat menjadi daya tarik tambahan bagi
calon siswa dan membantu membedakan jasa pendidikan Anda dari pesaing.

E. Bauran Proses Jasa Pendidikan

Marketing mix atau yang diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi bauran
pemasaran merupakan strategi atau alat penjualan, promosi, dan penentuan harga yang

9
bersifat unik serta dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling menguntungkan
pasar yang dituju. Definisi lain, bauran pemasaran juga bisa diartikan sebagai perpaduan
berbagai strategi yang berupa kegiatan atau faktor- faktor penting yang merupakan hal-
hal yang menjadi inti dari strategi pemasaran itu sendiri.6

Menurut Fandy Tjiptono bauran pemasaran adalah “seperangkat alat yang dapat
digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada
pelanggan”.7 Dapat diartikan bahwa bauran pemasran merupakan alat yang digunakan
untuk melaksanakan strategi pemasaran yang telah direncanakan oleh sutu
organisasasi/lembaga pendidikan.

Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur,


jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin, dimana jasa dihasilkan dan
disampaikan keapada konsumen. Proses dapat dibedakan menjadi dua, 1) Kompleksitas
(complexity) yaitu hal yang berhubungan dengan langkah-langkah dan tahapan dalam
proses itu sendiri, 2) Keragaman (divergence) yaitu hal yang berhubungan dengan
adanya perubahan dalam langkah-langkah atau tahapan dalam proses. Sehubungan
dengan dua cara tersebut, terdapat empat alternatif mengubah proses yang dapat dipilih
oleh pemasar berikut ini:

1. Mengurangi keragaman, berarti terjadi pengurangan biaya, peningkatan


produktivitas, dan kemudahan distribusi.
2. Menambah keragaman, berarti memperbanyak kustomisasi dan fleksibilitas dalam
produksi yang dapat mengakibatkan naiknya harga.
3. Mengurangi kompleksitas, berarti cenderung lebih terspesialisasi.
4. Menambah kompleksitas, berarti lebih cenderung ke penetrasi pasar dengan cara
menambah jasa yang diberikan.

Seluruh aktivitas kerja adalah proses, proses ini melibatkan prosedur-prosedur,


tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme-mekanisme, aktivitas-aktivitas dan rutinitas-
rutinitas dengan apa produk (barang atau jasa) disalurkan ke pelanggan.Proses dalam

6
Agus Hermawan, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:Erlangga,2012), h.33
7
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, Prinsip Penerapan dan Penelitian, Yogyakarta: ANDI, 2014, h.41.

1
jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa dikarenakan pelanggan jasa
akan merasakan sendiri sistem atau implementasi dari jasa itu sendiri.

Maka bauran proses pemasaran jasa pendidikan merupakan rangkaian kegiatan


untuk melakukan kegiatan promosi yang sistematis agar dapat mengkoordinasikan
tujuan, nilai dan produk sekolah kepada siswa, orang tua dan masyarakat luas.

Kotler dan Fox menyatakan bahwa pemasar jasa pendidikan akan menawarkan
jasa pendidikan dengan bauran pemasaran yang terdiri dari tujuh alat pemasaran jasa
pendidikan yang biasa dikenal dengan istilah 7P. Bauran pemasaran 7P yaitu product
(produk), price (harga), promotion (promosi), people (orang), physical evidence (bukti
fisik), process (proses):8

a. Product (produk)
Menurut Kotler produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produk dengan kata lain
adalah keseluruhan objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada
konsumen.9 Produk jasa pendidikan dalam pemasaran jasa pendidikan dapat
berupa fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan lembaga pendidikan baik
berupa reputasi, output sekolah, program, prospek, layanan yang bervariasi.
b. Price (harga)
Harga dalam jasa pendidikan merupakan pembiayaan (costing) yang
membandingkan pengeluaran dengan pendapatan pelanggan jasa pendidikan
dan penentuan harga jasa pendidikan atau harga yang dikenakan ke pelanggan
jasa pendidikan. Perihal harga, ini merupakan salah satu yang harus
dipertimbangkan oleh jasa pendidikan, dimana harga harus sesuai dengan
kemampuan masyarakat, namun tidak mengurangi kualitas produk.
c. Place (lokasi)
Lokasi adalah tempat dimana perusahaan atau lembaga pendidikan berada
untuk melakukan segala aktifitas nya. Lokasi sekolah sedikit banyak menjadi
prefensi bagi calon peserta didik dalam menentukan pilihan sekolah nya.

8
Afidatun Khasanah, Jasa Pendidikan Sebagai Strategi Peningkatan Mutu di SD Alam Baturradenyh, (Jurnal El-
tarbawi Vol 8, No. 2, 2015), h.166

1
Lokasi yang strategis sangat berpengaruh bagi keberlangsungan kegiatan
pemasaran. Lokasi yang strategis, aman, nyaman, serta akses yang mudah
akan akan menjadi daya tarik tersendiri. Biasanya, sekolah yang lokasi nya
strategis lebih banyak di lirik oleh kebanyakan masyarakat, mengingat dalam
menentukan sekolah mana yang akan dipilih oleh masyarakat mereka terlebih
dahulu mempertimbangkan kenyamanan dan akses yang mudah.
d. Promotion (Promosi)
Kegiatan promosi merupakan inti dari pemasaran. Berbicara promosi
berarti berbicara mengenai pemasaran. Promosi adalah kegiatan
mengkomunikasikan penjualan produk dipasaran yang berhubungan langsung
dengan masyarakat. Promosi bertujuan untuk memberikan informasi dan
meyakinkan konsumen akan manfaat produk yang dihasilkan.10 Kegiatan
promosi yang dapat dilakukan adalah dengan cara advertising melalui media
TV, radio, surat kabar, buletin, dan lain-lain.
Promosi juga biasa dilakukan melalui media cetak seperti spanduk,
pamflet, brosur dan yang lainnya serta melalui media elektronik seperti lewat
media sosial ataupun melalui pameran pendidikan, bazar pendidikan dan
investasi, serta melakukan kontak langsung dengan siswa dan juga melakukan
kegiatan hubungan dengan masyarakat.
e. People (orang)
Orang merupakan seluruh pelaku yang melakukan kegiatan pemasaran
jasa pendidikan, dalam hal ini sumber daya tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, wali murid, psesrta didik. Tenaga pendidik dan kependidikan
merupakan unsur yang sangat penting bahkan sebagai ujung tombak
keberhasilan suatu kegiatan aktifitas pemasaran, sebab kualitas sekolah
tergantung bagaimana sumber daya nya. Begitupun peserta didik dan orang
tua nya, dimana keduanya adalah sarana komunikasi kepada masyarakat yang
paling tepat dalam melakukan pemasaran, Sekolah dinilai perlu
memperhatikan sumber daya manusia nya dengan memberikan kenyamanan
untuk melaksanakan berbagai tugas di sekolah, selain itu sekolah harus

10
Ibid, h. 167

1
merekrut dan mempertahankan karyawan yang memiliki keterampilan, sikap,
komitmen, dan kemauan dalam membina hubungan baik dengan pelanggan
jasa pendidikan.
f. Psyhcle Evidence (bukti fisik)
Physical Evidence (bukti fisik) adalah lingkungan fisik tempat jasa
diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumennya. Terdapat dua
macam bukti fisik yakni, pertama merupakan keputusan-keputusan yang
dibuat oleh pemberi jasa mengenai desain dan tata letak gedung seperti kelas,
gedung sekolah, perpustakaan, lapangan olahraga dan lain-lain. Kedua, bukti
pendukung merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak akan berdiri
sendiri dan memiliki peran yang sangat penting dalam proses jasa seperti
raport, catatan siswa, profil sekolah, renstra sekolah, dan sasaran mutu.
g. Process (proses)
Menurut Imam Machali, proses adalah prosedur atau mekanisme dalam
rangkaian aktivitas untuk menyampaikan jasa dari produsen ke konsumen.
Dalam konteks jasa pendidikan proses adalah rangaian aktivitas yang
mendukung terselanggaranya proses kegiatan belajar mengajar guna
terbentuknya produk atau lulusan yang diinginkan .
Proses pendidikan berarti bagaimana cara mengoperasikan sekolah untuk
mengelola pemasaran jasa pendidikan dengan dampak yang jelas serta
penempatan staff dan karyawan sekolah dalam hal pembagian tanggung jawab
untuk mengkoordinasikan serta mencari sumber daya bagi strategi pemasaran
jasa pendidikan, karena dengan pelaksanaan proses pendidikan yang baik
maka akan mendukung untuk menghasilkan output atau hasil luluasan yang
baik pula.

Bauran pemasaran jasa pendidikan merupakan kiat-kiat dari unsur-unsur yang


terdapat didalam aktifitas pemasaran jasa pendidikan, maka dalam melaksanakan proses
bauran jasa pendidikan harus memperhatikan ke-7 unsur tersebut dikarenakan ke-7 unsur
diatas tidak dapat terpisahkan dan akan saling memengaruhi satu sama lain.

F. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Proses Jasa Pendidikan

1
Prinsip-prinsip yang mendasari proses jasa pendidikan mengacu pada nilai-nilai
dan konsep dasar yang melandasi penyelenggaraan layanan pendidikan. Prinsip-prinsip
ini memberikan arahan dan pedoman bagi institusi pendidikan dalam menyediakan
pengalaman belajar yang berkualitas bagi siswa. Berikut ini adalah beberapa prinsip jasa
pendidikan yaitu:
1. Prinsip Kebutuhan (Needs)
Dalam konteks pemasaran, prinsip kebutuhan adalah sebuah kondisi
dimana kita merasa kekurangan atas satu barang tertentu dan ada sebuah
dorongan untuk memenuhinya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan barang-barang
kebutuhan pokok, misalnya kebutuhan kita akan makan, minum, dan pakaian. Jika
dikaitkan dengan pemasaran jasa pendidikan, maka kebutuhan adalah sebuah
kondisi dimana kita merasa perlu terhadap sebuah lembaga pendidikan dan harus
segera memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Prinsip Keinginan (Want)
Prinsip keinginan merupakan kebutuhan manusia yang sudah dibentuk
oleh budaya dan kepribadian individu. Artinya individu mungkin memiliki
kebutuhan yang sama, seperti pakaian dan minuman, namun individu bisa
memiliki keinginan yang berbeda kerena sudah ada peranan kepribadian dan
budaya. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka setiap individu memiliki
keinginan untuk memilih lembaga pendidikan yang mereka sukai baik
berdasarkan tuntutan pribadi maupun budaya, misalnya pilihan antara lembaga
pendidikan umum maupun lembaga pendidikan agama, baik negeri maupun
swasta.
3. Prinsip Permintaan Pelanggan
Prinsip permintaan pelanggan dalam pemasaran jasa pendidikan
merupakan keinginan pelanggan yang didukung oleh daya beli terhadap lembaga
pendidikan. Pelanggan jasa pendidikan memiliki keinginan, namun ia belum tentu
merupakan demand atas produk jasa pendidikan tertentu bila ia tidak memiliki
daya atau kemauan untuk menjadi pelanggan jasa pendidikan. Oleh sebab itu,
sebuah lembaga pendidikan yang kreatif akan bertindak lebih jauh lagi dengan
“menciptakan” permintaan-permintaan baru sehingga pelanggan jasa pendidikan

1
merasa perlu dan harus untuk menjadi siswa atau siawi di lembaga pendidikan
tersebut.
4. Prinsip Nilai (Value)
Prinsip nilai pelanggan jasa pendidikan adalah dimana siswa, orang tua
siswa dan masyarakat memberikan sebuah penilaian terhadap produk jasa
pendidikan yang ditawarkan, penilaian tersebut dapat berupa rasa nyaman,
bahagia, bangga, dan percaya diri. Untuk mendapatkan hal demikian tentunya ada
biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua siswa. Perbandingan antara nilai
yang didapatkan dengan biaya total inilah yang disebut dengan nilai pelanggan
jasa pendidikan.
5. Prinsip Kepuasan Pelanggan Jasa Pendidikan
Prinsip kepuasan pelanggan jasa pendidikan dilihat dari sejauh mana
manfaat sebuah produk jasa pendidikan yang dapat dirasakan (perceived) sesuai
dengan apa yang diharapkan pelanggan jasa pendidikan.11
Prinsip-prinsip yang mendasari proses jasa penddikan lainnya antara lain:
1. Prinsip Aksesibilitas
Prinsip ini menekankan bahwa pendidikan harus tersedia dan dapat diakses
oleh semua orang tanpa diskriminasi. Institusi pendidikan harus berusaha untuk
menghilangkan hambatan fisik, finansial, geografis, dan sosial yang mungkin
menghalangi individu untuk memperoleh pendidikan.
2. Prinsip Kualitas
Prinsip ini menekankan pentingnya pendidikan yang berkualitas tinggi.
Institusi pendidikan harus berupaya untuk memberikan kurikulum yang relevan,
metode pengajaran yang efektif, serta fasilitas dan sumber daya yang memadai
untuk memastikan pencapaian hasil belajar yang optimal.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut perlakuan yang adil terhadap semua individu dalam
sistem pendidikan. Tidak boleh ada diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, suku,
agama, ras, atau latar belakang sosial. Institusi pendidikan harus berkomitmen

11
Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 6-17

1
untuk menciptakan lingkungan inklusif yang memungkinkan setiap individu
meraih potensinya secara penuh.
4. Prinsip Relevansi
Prinsip ini menekankan pentingnya pendidikan yang relevan dengan
kebutuhan bldan tuntutan zaman. Kurikulum dan pengajaran harus
memperhitungkan perkembangan dan perubahan dalam masyarakat, dunia kerja,
dan teknologi. Institusi pendidikan harus mempersiapkan siswa dengan
keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk menghadapi tantangan masa
depan.
5. Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
Prinsip ini menekankan pentingnya evaluasi terus-menerus terhadap proses
pembelajaran dan pencapaian siswa. Institusi pendidikan harus melibatkan
pemantauan, pengukuran, dan analisis untuk memperbaiki kualitas pendidikan
secara berkelanjutan.
G. Perancangan Proses Jasa Pendidikan

Perancangan proses jasa pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan


perencanaan dan pengaturan seluruh aspek penyediaan layanan pendidikan kepada
peserta didik. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam merancang
jasa pendidikan:

1. Menetapkan Tujuan Jasa Pendidikan


Identifikasi tujuan jasa pendidikan yang ingin dicapai. Apakah itu untuk
menyediakan pendidikan formal, pelatihan keterampilan, kursus spesifik, atau
program pengembangan diri. Tujuan ini harus jelas, terukur, dan sesuai dengan
kebutuhan dan harapan target peserta didik.
2. Segmentasi Pasar
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi segmen atau kelompok sasaran
yang dapat dilayani atau membutuhkan jasa pendidikan yang ditawarkan.
Segmentasi pasar dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor seperti usia,
tingkat pendidikan, minat, kebutuhan, dan preferensi peserta didik potensial.
3. Penentuan Layanan

1
Menentukan layanan atau jasa yang akan ditawarkan. Ini dapat mencakup
model pembelajaran di kelas, kursus online, pelatihan keterampilan, bimbingan,
atau program pengembangan kepemimpinan disesuaikan dengan kebutuhan target
peserta didik dan pasar yang dituju.
4. Pemilihan Tenaga Pengajar
Memilih tenaga pengajar atau SDM yang berkualitas dan kompeten adalah
hal yang sangat penting dalam konteks pemasaran jasa pendidikan. Maka harus
dipastikan mereka memiliki pengetahuan yang cukup, pengalaman, dan
kemampuan untuk memberikan pembelajaran yang efektif dan memenuhi
kebutuhan peserta didik.
5. Pengembangan Materi Pembelajaran
Menyiapkan bahan ajar yang relevan, terstruktur, dan mudah dipahami
oleh peserta didik disertai berbagai sumber daya seperti buku teks, materi online,
presentasi, video, atau alat interaktif lainnya untuk mendukung proses
pembelajaran.
6. Penentuan Metode Pembelajaran
Pilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan jasa pendidikan dan
kebutuhan peserta didik. Ini bisa termasuk ceramah, diskusi kelompok, studi
kasus, simulasi, latihan praktis, atau proyek kolaboratif.
7. Sarana dan Prasarana
Dalam perancangan proses jasa pendidikan, instansi harus emiliki sarana
dan prasarana yang memadai untuk menyelenggarakan jasa pendidikan, seperti
ruang kelas yang nyaman, perangkat teknologi yang diperlukan, akses internet
yang stabil, perpustakaan, atau fasilitas laboratorium jika diperlukan.
8. Evaluasi dan monitoring
Proses pelaksanaan jasa pendidikan sudah seharusnya melakukan evaluasi
berkala untuk mengukur kemajuan peserta didik dan efektivitas program
pendidikan dan jasa yang ditawarkan. Gunakan alat evaluasi yang sesuai, seperti
ujian, tugas, proyek, atau observasi langsung.

H. Keputusan pada Proses Jasa Pendidikan

1
Setiap orang pasti membuat keputusan, baik keputusan itu bersifat mayor
ataupun minor. Pengambilan keputusan minor adalah pengambilan keputusan ringan
yang tidak mempunyai dampak yang relatif besar, misalnya memakai baju warna apa
pada suatu acara tertentu. Keputusan mayor adalah keputusan yang mempunyai implikasi
cukup besar, misalnya keputusan untuk merantau ke luar negeri. Dapat dikatakan bahwa
manusia adalah makhluk pembuat keputusan. Pengambilan keputusan adalah prasyarat
suatu tindakan, di mana tidak ada satu tindakanpun yang dapat dilakukan tanpa ada
pengambilan keputusan sebelumnya. Kebanyakan keputusan yang dihadapi dalam
pekerjaan sehari-hari menyangkut pilihan-pilihan yang sederhana dan informasi yang
relatif sedikit.
Ada banyak definisi mengenai pengambilan keputusan, tetapi kesemuanya
hampir senada. Robbins (1997) berpendapat bahwa ”decision making is which chooses
between two or more alternatives”. Hampir sama dengan pendapat tersebut, Tjiptono
(2003) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu
rangkaian tindakan dari dua atau lebih alternatif. Kedua pendapat tersebut mengandung
arti bahwa hakikat pengambilan keputusan ialah memilih dua alternatif atau lebih untuk
melakukan suatu tindakan tertentu baik secara individu maupun kelompok.
Definisi mengenai pengambilan keputusan juga dapat dilihat dalam konteks
orientasi berpikir. Kepner (1975) menyatakan bahwa mengambil keputusan berarti
memilih antara berbagai macam cara mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan sesuatu.
Hal di atas mengandung pengertian bahwa pengambilan keputusan lebih berorientasi
kepada masalah yang timbul atau mungkin timbul. Berbeda dengan hal tersebut,
Drumond menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu usaha penciptaan
kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (Syafaruddin 2004). Pendapat Drumond
ini lebih berorientasi kepada pengambilan keputusan yang bukan semata-mata
memecahkan masalah yang ada, tetapi berorientasi pada perubahan, atau mengambil
keputusan untuk membuat perubahan.
Bertolak dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan ialah proses pemecahan masalah dan penciptaan kejadian-kejadian dengan
menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam
mencapai suatu tujuan yang dinginkan. Definisi ini mengandung beberapa substansi

1
pokok, yaitu ada kebutuhan pemecahan masalah, ada proses atau langkah-langkah, ada
beberapa alternatifalternatif yang harus dipilih, ada ketetapan hati memilih satu pilihan,
dan ada tujuan pengambilan keputusan, dan ada prakiraan mengenai apa yang akan
terjadi sebagai akibat atau konsekuensi dari pengambilan tersebut.
Setiap proses pengambilan keputusan merupakan suatu sistem tindakan karena
ada beberapa komponen di dalamnya. Menurut Prayudi (dalam Syafaruddin 2004),
kerangka kerja yang ada di dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. posisi orang yang berwenang dalam mengambil keputusan;
2. problema, yaitu penyimpangan dari apa yang dikehendaki dan direncanakan
atau dituju;
3. situasi si pengambil keputusan itu berada;
4. kondisi si pengambil keputusan;
5. tujuan, yaitu apa yang diinginkan atau dicapai dengan pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan ilmu, karena aktivitas tersebut memiliki sejumlah
cara, metode, atau pendekatan tertentu yang bersifat sistematis, teratur, dan terarah.
Pendekatan atau langkah-langkah dikatakan sistematis karena terdapatnya sejumlah
langkah atau tahapan yang jelas dalam menjawab sebuah masalah. Ilmu pengambilan
keputusan didasarkan atas penerapan gaya pemikiran yang dianut oleh seseorang dan
persepsinya atas lingkungan dan masalah.
a) Jenis-Jenis Keputusan Dan Model Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil yang dicapai dalam proses pengambilan keputusan. Ada beberapa
pandangan dalam melihat berbagai macam pandangan dalam pemilahan jenis-jenis
keputusan, tetapi kebanyakan para ahli membagi keputusan menjadi dua macam
berdasarkan masalah keputusan yang dihadapi, yaitu keputusan terprogram ( programmed
decision) dan keputusan tidak terprogram (non-programmed decision). Hal ini paling
tidak dikemukakan oleh Dermawan (2004), Robbins (2002), Tjiptono (2003), dan
Syafaruddin (2004).

Model pengambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa keputusan


didasarkan atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil keputusan
sebagai manusia rasional, di mana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan
pemaksimuman nilai di dalam lingkup keterbatasan-keterbatasan tertentu (Dermawan

1
2003). Model rasional memperlihatkan sejumlah langkah yang dilakukan oleh pengambil
keputusan dalam menentukan pilihan alternatif solusi. Sebagai contoh, ahli manajemen

Harison menunjukkan terdapatnya enam langkah dalam model rasional


pengambilan keputusan, yaitu:

1. Define the problem;


2. Identify the decision criteria;
3. Allocate weight to the criteria;
4. Develop the alternatives;
5. Evaluate the alternatives;
6. Select the best alternative;
Sedangkan H.A. Simon memperlihatkan tiga langkah pengambilan keputusan, yaitu:

1. Identify and define the problem;


2. Generate the alternative solutions to the problem;
3. Select solution and implement it.
Pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas didasarkan atas asumsi-asumsi
tertentu, dan masing-masing ahli memaparkan asumsiasumsi tersebut sedikit berbeda satu
dengan lainnya. Berikut ini adalah asumsi yang mendasari pengambilan keputusan yang
dikemukakan oleh Robbins (2002), yaitu:

1. Kejelasan masalah. Masalah jelas dan tidak samar-samar. Pengambil keputusan


diasumsikan memiliki informasi lengkap berkenaan dengan situasi keputusan.
2. Pilihan diketahui. Diasumsikan bahwa pengambil keputusan dapat mengidentifikasi
semua kriteria yang relevan dan dapat membuat daftar dari semua alternatif yang
berlaku terus. Lebih lanjut, pengambil keputusan mengetahui semua kemungkinan
konsekuensi dari masing masing alternatif.
3. Preferensi yang jelas. Rasionalitas mengasumsikan bahwa masingmasing kriteria dan
alternatif dapat diranking dan ditimbang untuk menunjukkan tingkat pentingnya.
4. Preferensi yang konstan. Diasumsikan bahwa kriteria suatu keputusan tertentu adalah
konstan dan bobot yang diberikan padanya adalah stabil sepanjang waktu.

2
5. Tidak ada kendala waktu dan biaya. Pengambil keputusan rasional dapat memperoleh
informasi yang lengkap tentang kriteria dan alternatif karena diasumsikan bahwa
tidak ada kendala waktu dan biaya.
6. Hasil maksimal. Pengambil keputusan rasional akan memilih alternatif yang
menghasilkan nilai yang dipandang tertinggi.
Kondisi ideal yang dituntut dalam pengambilan keputusan rasional merupakan
kondisi lingkungan yang tidak memiliki faktor ketidakpastian (zero uncertainly). Hal ini
tentu tidak realistis, karena bila anggapan dasar yang melandasi keputusan rasional adalah
benar, maka manajer akan selalu dapat mengambil keputusan dengan tepat dan benar. Model
rasional dikatakan sebagai model bersifat normatif (normative model) yang dianggap
sebagai model yang ideal, namun bukan model yang sebenarnya dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu dikembangkan suatu model yang realistis, yang disebut dengan
bounded rationality atau rasional terbatas, dengan asumsi dasar bahwa manusia memiliki
keterbatasan rasionalitasnya, serta keterbatasan-keterbatasan daya dukung untuk mengambil
keputusan. Kapasitas pikiran manusia untuk menformulasikan dan memecahkan masalah
yang kompleks jauh di bawah prasyarat model rasionalitas, mereka membangun model yang
disederhanakan dan mencari segi-segi penting dari masalah tanpa menangkap semua
kompleksitasnya. Individu, kemudian dapat berperilaku secara rasional hanya dalam model
yang sederhana (Robbins 2002). Sedangkan Dermawan (2003) mempersamakan istilah
bounded rationality dengan irrationality.

b) Perencanaan Keputusan Proses Jasa Pendidikan

Dalam proses pengambilan keputusan, keberhasilan program rekayasa ulang proses bisnis
bukan ditentukan oleh perusahaan tetapi ditentukan oleh orang-orang di perusahaan. Pelaku
utama yang terkait dengan program rekayasa ulang proses bisnis adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan, Pimpinan adalah eksekutif senior yang memiliki otoritas dan


mendorong keseluruhan upaya rekayasa ulang.

2. Process owner, Process owner adalah seorang manajer yang bertanggung jawab
untuk proses tertentu dimana upaya rekayasa difokuskan pada proses tersebut.

2
3. Tim rekayasa ulang, Tim rekayasa ulang adalah sekelompok individu yang
ditugaskan untuk upaya rekayasa; mendiagnosis proses yang ada dan mengatur serta
mengawasi perancangan ulang proses dan implementasinya.

4. Steering commitee, Steering committee adalah badan pembuat kebijakan yang


terdiri atas manajermanajer senior yang mengembangkan upaya rekayasa organisasi
secara menyeluruh serta memonitor kemajuannya.

5. Reengineering czar, Reengineering czar adalah individu yang bertanggung jawab


untuk pengembangan teknik rekayasa ulang dan peralatan di dalam perusahaan serta
bertanggungjawab untuk menghasilkan sinergi antara proyek rekayasa ulang perusahaan
yang terpisah-pisah.

I. Perencanaan Ulang Proses Jasa Pendidikan


Perencaan ulang dalam proses jasa pendidikan sangatlah penting karena hal
tersebut adalah cara agar kita lebih teliti dalam langkah selanjutnya yaitu praktik pada
pemasaran jasa pendidikan.

a) Tujuan Perencanaan Ulang Proses Jasa Pendidikan


 Meningkatkan perfoma organisasi dalam produksi barang, jasa dan terus
terlaksana produksi massal.
 Meningkatkan kepuasan dari produk jasa atau barang sehingga konsumen
memilih jasa dan barang perusahaan kita daripada perusahaan pesaing.
 Tercipta kenyamanan atau kemudahan oleh pihak konsumen dengan
organisasi dalam pelaksanaan bisnis.
 Peningkatan waktu dalam merespon, mengurangi ketidakpuasan atau suatu
kesalahan, dan menurunkan inovasi barang, jasa agar tidak membuang waktu
lama.
 Pengelolaan kemampuan atau kualitas pekerja untuk menaikan kontribusi
kepada perusahaan.
 Mengolah pembagian lalu meningkatkan pengetahuan berorganisasi agar tidak
mengandalkan kemampuan satu dua orang.

b) Manfaat Perencanaan Ulang Proses Jasa Pendidikan

2
 Kejelasan bisnis proses dengan situasi saat ini
 Mudah dalam mengetahui mengenai semua area yang perlu ditingkatkan
perfomanya.
 Dapat memahami masalah dari masing-masing aktivitas dan kontribusi yang
dihasilkan.
c) Hal yang diperlukan dalam Perencanaan Ulang Proses Jasa Pendidikan

Alasan kegiatan ini dibutuhkan yaitu karena bisa terjadi peningkatan jasa untuk
konsumen atau pelanggan, bisa mengurangi atau memotong biaya sehari-hari. Lalu,
sektor manajemen perusahaan bisa ambil keuntungan secara maksimum dengan langkah
menekan, kalua dibutuhkan bisa juga memangkas secara penuh biaya yang dianggap
kurang perlu dan meningkatakan pelayanan untuk konsumen atau pelanggan.

d) Apakah eksekusi yang perlu dilakukan di dalam perancangan kembali proses


pendidikan?

Eksekusi penting yang perlu dilakukan dalam suatu perancangan kembali yaitu:

1. Pembentukan visi lalu misi lalu ke strategi


2. Perencanaan dilakukan kembali: kita perlu menganalisis proses
3. Mempelajari ukuran atau tingkat dari suatu proses untuk menghindari terjadinya
kesalahan kembali dan untuk membentuknya dasar dalam perbaikan
4. Menganalisa atau mengukur tingkat kemampuan suatu teknologi dalam
mempengaruhi perancangan kembali
5. Membuat dan merancang kerangka proses untuk pembaruan

J. Pelayanan Prima Jasa Pendidikan


Pelayanan prima dalam jasa pendidikan adalah suatu konsep di mana lembaga
pendidikan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa, orang tua, dan
masyarakat secara keseluruhan. Konsep ini menekankan pentingnya kepuasan
pelanggan, efisiensi, efektivitas, dan kualitas dalam menyediakan layanan pendidikan.

Beberapa faktor penting dalam menciptakan pelayanan prima dalam jasa pendidikan
antara lain:

2
1. Ketersediaan fasilitas yang memadai: Lembaga pendidikan harus menyediakan
fasilitas yang memadai, seperti ruang kelas yang nyaman, perpustakaan yang lengkap,
laboratorium, fasilitas olahraga, dan fasilitas teknologi informasi yang up-to-date.
Fasilitas yang baik akan membantu meningkatkan pengalaman belajar siswa.
2. Guru dan staf yang berkualitas: Tenaga pengajar dan staf pendukung harus memiliki
kualifikasi dan kompetensi yang memadai. Mereka harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk memberikan pengajaran yang efektif dan
memberikan dukungan yang memadai kepada siswa.
3. Kurikulum yang relevan dan mutakhir: Lembaga pendidikan harus mengembangkan
kurikulum yang relevan dengan perkembangan terkini dalam bidang pendidikan.
Kurikulum harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan siswa dan membantu mereka
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk masa depan.
4. Komunikasi yang efektif: Komunikasi yang baik antara lembaga pendidikan, siswa,
orang tua, dan masyarakat sangat penting. Lembaga pendidikan harus memiliki
saluran komunikasi yang terbuka dan transparan, sehingga siswa dan orang tua dapat
mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dengan jelas dan tepat waktu.
5. Pengukuran dan peningkatan kinerja: Lembaga pendidikan harus melakukan
pengukuran dan evaluasi secara teratur terhadap kinerjanya. Dengan memantau dan
mengevaluasi pelayanan yang disediakan, lembaga pendidikan dapat mengidentifikasi
kelemahan dan melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip pelayanan prima ini, lembaga pendidikan


dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar dan berkembang
secara optimal. Pelayanan prima dalam jasa pendidikan dapat membantu meningkatkan
kepuasan siswa, memperkuat reputasi lembaga, dan mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan.

2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Proses adalah prosedur atau mekanisme dalam rangkaian aktivitas untuk


menyampaikan jasa dari produsen ke konsumen. Dalam konteks jasa pendidikan proses
adalah proses pendidikan yang mendukung terselanggaranya proses kegiatan belajar
mengajar guna terbentuknya produk atau lulusan yang diinginkan
Berikut adalah beberapa unsur utama dalam proses jasa pendidikan: 1) Pelanggan
2)Penyedia Layanan Pendidikan 3)Kurikulum 4)Tenaga Pengajar 5) Metode Pengajaran
6) Sumber Daya 7) Evaluasi dan Penilaian 8) Dukungan dan Layanan Tambahan

Dalam jasa pendidikan terdapat beberapa dari model jasa pendidikan Berikut
adalah model proses jasa pendidikan dari perspektif pemasaran : 1) Analisis Pasar 2)
Penentuan Posisi Pasar 3) Penetapan Harga 4) Strategi Promosi 5) Generasi Prospek6)
Pendaftaran dan Konversi 7) Layanan Pelanggan

Retensi dan Membangun Hubungan


Menurut Porter dalam Senja, strategi adalah penciptaan posisi unik dan berharga
yang didapatkan dengan melakukan serangkaian aktivitas.
Prinsip-prinsip yang mendasari proses jasa pendidikan mengacu pada nilai-nilai
dan konsep dasar yang melandasi penyelenggaraan layanan pendidikan. Prinsip-prinsip
ini memberikan arahan dan pedoman bagi institusi pendidikan dalam menyediakan
pengalaman belajar yang berkualitas bagi siswa.
Perancangan proses jasa pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan
perencanaan dan pengaturan seluruh aspek penyediaan layanan pendidikan kepada
peserta didik.
Ada banyak definisi mengenai pengambilan keputusan, tetapi kesemuanya
hampir senada. Robbins (1997) berpendapat bahwa ”decision making is which chooses
between two or more alternatives”.
Perencaan ulang dalam proses jasa pendidikan sangatlah penting karena hal
tersebut adalah cara agar kita lebih teliti dalam langkah selanjutnya yaitu praktik pada
pemasaran jasa pendidikan.
Pelayanan prima dalam jasa pendidikan adalah suatu konsep di mana lembaga
pendidikan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa, orang tua, dan
masyarakat secara keseluruhan. Konsep ini menekankan pentingnya kepuasan
pelanggan, efisiensi, efektivitas, dan kualitas dalam menyediakan layanan pendidikan.

2
B. Saran

Penyusunan makalah ini tidak kurang dan tidak lebih dimaksimalkan oleh penyusun
sebaik mungkin. Dan teknik penulisan terkait jika masih terdapat kesalahan tata bahasa
maupun kalimat tertentu penyusun akan menerima masukan ulasan terkait. Agar
kedepannya pembaca bisa lebih memahami isi dari materi yang disampaikan dan jauh
lebih naik dalam sistem penulisan dan gaya bahasa di dalam makalah ini.

2
DAFTAR PUSTAKA

Dua aspek lainnya adalah perencanaan dan pelaksanaan. Engkoswara, Administrasi


Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 43
Sri Banun Muslim, Supervisi pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalitas Guru (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm. 41.
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta : Ar Ruzz Media,
2008), Hal. 25
Sri kuswardani, Implementasi Supervisi Pendidikan, (Semarang : CV. Pilar Nusantara, 2020),
hal. 34-35
Sindu Mulianto, Eko Ruddy Cahyadi, dan Muhammad Karebet Widjajakususma, Panduan
Lengkap Supervisi Diperkaya Perspektif Syariah, (Jakarta : PT. Alek Media Komputindo,
2006)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pengawasan Pendidikan, 1981
Dedy Achmad Kurniady, Pengawasan Pendidikan Teori,
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197106092005
011-
DEDY_ACHMAD_KURNIADY/Pengelolaan_Pendidikan_Teori/PENGAWASAN_DA
N_PENILAIAN_SATUAN_PENDIDIKAN.pdf diakses pada 19 September 2021 pukul
23.32 WIB
Rezy Marsellina, Jurnal Administrasi Pendidikan, Persepsi Guru Tentang Proses Pelaksanaan
Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok
Bisnis Manajemen di Kota Padang, Volume 2 Nomor 1, Juni 2014, hlm 621
Anisa Meysi Wardi, Proses dan Teknik Supervisi Pendidikan, Judul Artikel, Padang 2019, hlm 3
1
Sugiyanti dan Sabar Narimo, Pengelolaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah di SD
Negeri 6 Putatsari Grobogan, Vol 11 No 1, 2016

Ardiansyah, Asrori. 2020. Faktor-faktor Penting dalam perencanaan supervisi. http://kabar-


pendidikan.blogspot.com/2011/04/faktor-faktor-penting-dalam-perencanaan.html

Iskandar, Jamaluddin, Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah, Jurnal Idaarah, Vol. I, No. 1,
Juni 2017 hlm. 91
Marhawati Besse, Pengantar Pengawasan Pendidikan, (Yogyakarta:Deepublish, 2018), hlm 72.

Anda mungkin juga menyukai