Anda di halaman 1dari 9

PENGORGANISASIAN DAN IMPLEMENTASI PEMASARAN JASA PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah


“Manajemen Pemasaran Pendidikan”

Oleh:
FAHRU RIJAL
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, serta tuntutan
dunia kerja terhadap spesialisasi kemampuan dan keterampilan yang semakin tinggi dan
bervariasi akan membuat peranan lembaga-lembaga pendidikan semakin dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan sebagai suatu kebutuhan bagi individu,
masyarakat, serta pemerintah merupakan keniscayaan yang semakin menggejala dan
perlu dipenuhi.
Pengetahuan dan keterampilan semakin dibutuhkan tidak hanya untuk memecahkan
berbagai masalah rumit yang sedang dihadapi, tetapi juga mengantisipasi masalah yang
akan datang sekaligus membangun masa depan yang lebih baik. Dengan adanya hal
seperti itu maka kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) mengakibatkan
standar berbagai aspek kehidupan merujuk pada tuntutan internasional.
Dengan banyaknya pemasaran yang ada pada jasa pendidikan, maka perlunya
Pengorganisasian Dan Implementasi Pemasaran Jasa Pendidikan. Dengan kesuaian tema
makalah yang kami buat, sebagai tambahan pengetahuan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah cara membangun organisasi yang berorientasi pemasaran jasa
pendidikan?
2.      Bagaimana Pelayanan Prima Jasa Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Membangun Organisasi Yang Berorientasi Pemasaran Jasa Pendidikan


Untuk membangun organisasi yang berorientasi pemasaran jasa pendidikan setidaknya
terdapat tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu pelayanan pelanggan jasa
pendidikan, kualitas jasa pendidikan, dan pemasaran jasa pendidikan. Dalam manajemen
jasa pendidikan, kita harus mengetahui perkembangan kualitas jasa pendidikan di mata
pelanggan jasa pendidikan. Kita harus berupaya mempertahankan pelanggan jasa
pendidikan sehingga mereka tidak berpindah kepada sekolah kompetitor, pangsa pasar
jasa pendidikan bertahan dan meluas, serta manfaat jasa pendidikan bertambah.[1]
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2008), terdapat tiga cara untuk mengembangkan
orientasi pemasaran jasa yaitu sebagai berikut:
1.    Identifikasi Orientasi
Pemasaran jasa pendidikan harus mengidentifikasi apakah sekolahnya berorientasi
produk, tanggapan (menanggapi peristiwa), profesi (menjaga tingkat profesionalitas),
dirinya sendiri (kurang memandang mitranya), sheep (mengikuti yang terjadi di
pasar), dan /atau pemasaran jasa.
2.    Identifikasi Efektivitas Pemasaran Jasa
Terhadap lima atribut yang dapat digunakan untuk mengaudit, yaitu filosofi
pelanggan, organisasi pemasaran yang telah terintegrasi, informasi pemasaran yang
telah terintegrasi, informasi pemasaran yang memadai, orientasi srtategi, dan efisiensi
operasi. Adapun tujuan audit ini meliputi sebagai berikut:
a.         Mengukur efektifitas pemasaran jasa pendidikan
b.         Mengukur perbedaan aktivitas pemasaran jasa pendidikan pada bagian yang
berbeda-beda.
c.         Mengukur perbedaan yang diharapkan dalam efektifitas pemasaran jasa
pendidikan pada bidang fungsional sekolah.
d.         Mengukur perbedaan efektivitas pemasaran jasa pendidikan antar sekolah dalam
suatu sektor jasa pendidikan nasional.    
3.    Perencanaan Orientasi Pemasaran jasa
Dalam perencanaan orientasi pemasaran jasa terhadap beberapa langkah yang
harus diikuti, yaitu sebagai berikut:[2]
a.         Memahami dimensi dan budaya organisasi sekolah yang dapat berubah.
b.         Membutuhkan ketrampilan dengan fokus pada kepuasan dan inovasi pelanggan
jasa pendidikan.
c.         Mengidentifikasi juara pemasaran jasa pendidikan
d.         Menggunakan orientasi pemasaran jasa pendidikan harus dimulai dari tingkat
atas dan kemudian mengomunikasikannya ke tingkat bawah.
e.         Menghubungkan dengan analisis kebutuhan pemasaran jasa pendidikan.
f.          Meningkatkan kinerja jasa pendidikan saat ini dan di masa mendatang dengan
bantuan informasi, tingkah laku yang ada, dan kebutuhan pemasaran jasa
pendidikan yang meningkat.  
g.         Merancang program pelatihan dan pengembangan.
h.         Mengadakan pelatihan bagi seluruh karyawan sekolah apa pun jabatannya.
i.           Mengadakan aktivitas penunjang organisasi sekolah, yang terdiri dari beberapa
hal berikut:
1)        Membentuk kelompok kerja pemasaran jasa pendidikan
2)        Organisasi pemasaran jasa pendidikan
3)        Memanfaatkan bakat pemasaran jasa pendidikan
4)        Menggunakan konsultan dari luar sekolah  
5)        Promosi orientasi pasar eksekutif jasa pendidikan
6)        Memaksimalkan dampak dari perkembangan manajemen pemasaran jasa
pendidikan
7)        Mengembangkan sistem informasi pemasaran jasa pendidikan
8)        Menerapkan sistem perencanaan pemasaran jasa pendidikan yang efektif.
9)        Menyadari tugas pemasaran jasa pendidikan di masa mendatang
10)    Meningkatkan komitmen karyawan sekolah.
B.     Pelayanan Prima Jasa Pendidikan  
Istilah “pelayanan prima” (service excellence” secara harfiah berarti pelayanan sangat
baik atau pelayanan terbaik. Kata “prima” menunjukkan karakteristik total dari suatu produk
(barang atau jasa) yang melebihi standar baku sehingga pelanggan merasa mendapatkan lebih
dari yang sebelumnya diharapkan. Terdapat sejumlah indikasi yang menunujukkan
keprimaan sesuatu, antara lain (1) kesesuaian dengan persayaratan, (2) kecocokan ketika
dipakai atau digunakan, (3) perbaikan berkelanjutan, (4) bebas dari kerusakan dan kesalahan,
(5) memenuhi kebutuhan pelanggan, (6) melekukan dengan cara yang benar, (7)
menyenangkan pelanggan. Jadi pelanggan prima tercapai apabila pelanggan merasa puas
dengan pelayanan yang diperoleh dan mereka merasa pelayanan tersebut lebih dari yang
mereka harapkan.[3]
Melayani pelanggan jasa pendidikan secara prima berarti membantu pelanggan jasa
pendidikan dalam memenuhi kebutuhannya dan dilakukan dengan cara terbaik sehingga
pelanggan jasa pendidikan dapat merasa sangat puas. Hal ini disebut juga sebagai jasa
pendidikan yang berkualitas, yaitu seluruh aktivitas sekolah yang dapat memenuhi keinginan
atau kebutuhan pelanggan jasa pendidikan. Karakteristik dasar pelayanan prima jasa
pendidikan yaitu;
1.         Adanya standar jasa pendidikan yang baku.
2.         Jasa pendidikan bersifat istimewa.
3.         Memberikan kepuasan yang melebihi pelanggan jasa pendidikan.
Dengan demikian terdapat tiga dimensi jasa pendidikan berkualitas yang dapat
diidentifikasi yaitu sebagai berikut;
1.         Kualitas teknis jasa pendidikan yang berkaitan dengan hasil jasa pendidikan.
2.         Kualitas fungsional jasa pendidikan yang terkait dengan proses pemberian jasa
pendidikan kepada pelanggan jasa pendidikan.
3.         Repotasi penyedia jasa pendidikan (sekolah).
Barata (2003) mengembangkan pola pelayanan prima berdasarkan konsep 3A,
yaitu attitude (sikap), attetion (prhatian), dan action (tindakan).[4]
1.         Sikap
Pelayanan prima jasa pendidikan berdasarkan konsep sikap meliputi 3 prinsip yaitu:
a.         Melayani pelanggan jasa pendidikan berdasarkan penampilan yang sopan dan serasi.
b.        Melayani pelanggan jasa pendidikan dengan berpikiran positif, sehat, dan logis.
c.         Melayani pelanggan jasa pendidikan dengan sikap menghargai.
2.         Perhatian
Pelayanan prima jasa pendidikan berdasarkan konsep perhatian meliputi 3 prinsip yaitu:
a. Mendengarkan dan memahami kebutuhan pelanggan jasa pendidikan secara sungguh
sungguh.
b.        Mengamati dan mengahargai perilaku pelanggan jasa pendidikan.
c.         Mencurahkan perhaitian sepenuhnya kepada pelanggan jasa pendidikan.
3.         Pelayanan prima jasa pendidikan berdasarkan konsep tindakan meliputi 5 prinsip yaitu:
a.         Mencatat setiap pesanan dari pelanggan jasa pendidikan.
b.        Mencatat kebuuhab pelanggan jasa pendidikan.
c.         Menegaskan kembali kebutuhan pelanggan jasa pendidikan.
d.        Mewujudkan kebutuhan pelanggan jasa pendidikan.
e.         Mengungkapkan terima kasih dengan harapan pelanggan jasa pendidikan mau kembali
membeli produk jasa pendidikan.
Tjotono (2003) mengkaji pentingnya pelayanan yang baik kepada pelanggan jasa
pendidikan menggunakan konsep jasa kualitas total (Total Quality Service-TQS. Menurut
Stamatis (1996), TQS merupakan sistem manajemen strategi dan terpau yang melibatkan
seluruh manager dan kariyawan, serta menggunakan metode kualitatif dan kuatitatif untuk
dapat memperbaiki proses organisasi secara berkesinambungan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan, keinginan, serta harapan pelanggan.Tjiptono menggabarkan sistem TQS yang
berfokus kepada pelanggan seperti gambar.[5]

 
Keterangan:
Strategi       : Cara atau pendekatan yang diterapkan secara efektif agar mencapai sasaran
sekolah, melalui pelayanan yang baik kepada pelanggan jasa pendidikan.
Sistem        : Program dan prosedur yang dirancang dengan baik agar bisa mendorong
penyampaian jasa pendidikan yang nyaman dan berkualitas bagi pelanggan jasa pendidikan.
SDM          : Karyawan sekolah diseluruh posisi yang memiliki kapasitas yang bersifat
tanggap terhadap keinginan jasa pendidikan.
Tujuan TQS ialah mewujudkan kepusasa pelanggan, memberikan tanggungjawab
kepasa semua orang, dan melalukan perbaikan berkesinambungan. Ada empat bidang kajian
yang tercakup didalam sistem TQS, yaitu:[6]
1.         Berfokus kepada pelanggan
Adapun prioritas utama sistem TQS ialah mengidentifikasi pelanggan jasa
pendidikan, baik pelanggan eksternal maupun pelangga internal sekolah. Setelah itu
mengidentifikasi keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan jasa pendidikan dilanjutkan
dengan sistem jasa pendidikan yang memenuhi keinginan pelanggan jasa pendidikan
dirancang. Jadi, perhatian diarahkan kepada pelanggan jasa pendidikan
2.         Keterlibatan Karyawan Secara Menyeluruh
Seluruh pihak yang berkaitan dengan upaya peningkatan jasa pendidikan harus
dilibatkan secara menyeluruh. Pemimpin sekolah harus memberi kesempatan kepada seluruh
karywan sekolah untuk melaksanakan perbaikan kualits jasa pendidikan. Pemimpin sekolah
juga perlu memberikan kesempatan bagi seluruh karyawan sekolah untuk berpartisipasi dan
memberdayakan karyawan sekolah dalam merancang jasa pendidikan jasa pendidikan scara
berkesinambungan.
3.         Sistem Pengukuran
Seluruh unsur jasa pendidikan harus diukur dengan baik. Unsur-unsur di dalam sistem
pengukuran jasa pendidikan yang perlu ditentukan standarnya meliputi sebagai berikut: [7]
a.         Proses dan produk jasa pendidikan.
b.        Ukuran yang sesuai dan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan jasa pendidikan.
c.         Toleransipenyimpangan jasa pendidikan.
d.        Peningkatan kinerja jasa pendidikan.
4.         Perbaikan Secara Bekesinambungan
Perbaikan secara berkesinambungan dilaksankaan berdasarkan pertimbangan berikut ini:
a.         Memandang bahwa seluruh pekerjaan di sekolah sebagai pross jasa pendidikan.
b.        Mengantisipasi perubahan keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan jasa
pendidikan.
c.         Mengurangi waktu daur rantai proses jasa pendidikan yang tidak dibutuhkan.
d.        Menerima umpan balik dari pelanggan jasa pendidikan secara ikhlas.
Inti dari pelayanan prima jasa pendidikan adalah memberikan layanan terbaik yang
berorientasi pada kepentingan pelanggan jasa pendidikan sehingga memungkinkan pemasar
jasa pendidikan memberikan kepuasan sehingga jasa pendidikan secara optimal. Upaya
memberikan pelayanan jasa pendidikan yang terbaik terwujud apabila pemasar jasa
pendidikan meninjolkan kemampuan, sikap, perhatian, tindskan, tanggungjawab yang baik,
serta terkoordinasi. Whiteley (2003) menemukan 12 praktik pelayanan terbaik yang dapat
diterapkan ke dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai berikut:[8]
1.         Kegaiatan sekolah yang berfokus pada pelanggan jasa pendidikan.
2.         Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pelanggan jasa pendidikan.
3.         Melampaui kebutuhan dan harapan pelanggan jasa pendidikan.
4.         Mempertanhankan kebahagiaan karyawan sekolah.
5.         Menciptakan dan menggunakan standar jasa pendidikan.
6.         Memiliki rencana untuk menjamin pelayanan prima jasa pendidikan.
7.         Berhubungan secara efektif dengna pelanggan jasa pendidikan yang sulit.
8.         Menggunakan komunikasi tindak lanjut sebagai cara untuk terus berhubungan dengna
pelanggan jasa pendidikan.
9.         Belajara dari pengalaman sekolah lainnya.
10.     Menghapuskan hambatan pelayanan prima jasa pendidikan.
11.     Menawarkan pilihan kepada pelanggan jasa pendidikan.
12.     Konsisten antara perkataan dan perbuatan.
Tujuan jasa pendidikan adalah mengoptimalkan kepuasan pelanggan jasa pendidikan.
Sekolah kita dan sekolah kompetitor akan melakukan jasa pendidikan dengan orientasi yang
sama, yaitu mengoptimalkan kepuasan pelanggan jasa pendidikan. Untuk meningkatkan
kemampua pelayanan menggunakan pedekatan kemauan (willingness) yang ditemukan
Barata (2003). Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.         Kemauan untuk melihat (willingness to see).
2.         Kemauan untuk mengatakan atau membicarakan (willingeness to say).
3.         Kemauan untuk menyimpan (willingness to save).
4.         Kemauan untuk memecahkan masalah (willingness to solve).
5.         Kemauan untuk melayani (willingness to serve).
BAB III
PENUTUP
(KESIMPULAN)

A.    Membangun Organisasi Yang Berorientasi Pemasaran Jasa Pendidikan


Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2008), terdapat tiga cara untuk mengembangkan
orientasi pemasaran jasa yaitu sebagai berikut:
1.    Identifikasi Orientasi
Pemasaran jasa pendidikan harus mengidentifikasi apakah sekolahnya berorientasi
produk, tanggapan (menanggapi peristiwa), profesi (menjaga tingkat profesionalitas), dirinya
sendiri (kurang memandang mitranya), sheep (mengikuti yang terjadi di pasar), dan /atau
pemasaran jasa.
2.    Identifikasi Efektivitas Pemasaran Jasa
Terhadap lima atribut yang dapat digunakan untuk mengaudit, yaitu filosofi
pelanggan, organisasi pemasaran yang telah terintegrasi, informasi pemasaran yang telah
terintegrasi, informasi pemasaran yang memadai, orientasi srtategi, dan efisiensi operasi.
3.    Perencanaan Orientasi Pemasaran jasa

B.     Pelayanan Prima Jasa Pendidikan 


Istilah “pelayanan prima” (service excellence” secara harfiah berarti pelayanan sangat
baik atau pelayanan terbaik. Kata “prima” menunjukkan karakteristik total dari suatu produk
(barang atau jasa) yang melebihi standar baku sehingga pelanggan merasa mendapatkan lebih
dari yang sebelumnya diharapkan. Terdapat sejumlah indikasi yang menunujukkan
keprimaan sesuatu, antara lain (1) kesesuaian dengan persayaratan, (2) kecocokan ketika
dipakai atau digunakan, (3) perbaikan berkelanjutan, (4) bebas dari kerusakan dan kesalahan,
(5) memenuhi kebutuhan pelanggan, (6) melekukan dengan cara yang benar, (7)
menyenangkan pelanggan. Jadi pelanggan prima tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, David. 2016. Pemasaran Jasa Pendidikan Jakarta. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai