Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERENCANAAN STRATEGIS MUTU SATUAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penjamin Mutu PAI

DosenPengampu :

Prof. Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Yusril Rubiantara Abas

210101210072

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2022

ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah

Sistem Penjamin Mutu PAI yang berjudul “Perencanaan Strategis Mutu Satuan

Pendidikan Islam” dengan tepat waktu dan tanpa ada halangan yang berarti.

Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang

telah memperjuangkan nilai-nilai Islam diatas segalanya, sehingga kita dapat

menikmatinya baik nikmat Islam maupun nikmat iman.

Adapun tujuan kami menyusun makalah ini yaitu sebagai salah satu syarat

memenuhi mata kuliah Sistem Penjamin Mutu PAI juga untuk menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan tentang Pendidikan Islam. Kami menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah semoga apa yang kami paparkan dan sajikan dalam makalah ini

dapat menjadi manfaat serta mudah dimengerti oleh semua kalangan dan semoga

Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang,30 September 2022

Yusril Rubiantara Abas

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. PengertianPerencanaanStrategisMutu Pendidikan Agama Islam ............ 3


B. Rangkaian Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan Agama Islam ......... 8
C. Analisis Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan Agama Islam ............ 21

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 23

A. Kesimpulan ............................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak
dilakukan pada masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam bidang apa pun, perencanaan merupakan unsur penting
dan strategis sebagai pemandu arah pelaksanaan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendaki. Perencanaan sebagai suatu
rangkaian proses kegiatan dilakukan untuk menyiapkan keputusan mengenai
apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan.
Dalam bidang Pendidikan Islam, perencanaan strategis merupakan
salah satu factor kunci efektivitas terlaksananya aktivitas pendidikan
dan peningkatan mutu demi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan
bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat nasional maupun lokal.
Hal tersebut tentunya juga akan berdampak baik bagi meningkatkan mutu dan
kualitas Pendidikan Agama Islam. Akan tetapi, perencanaan strategis
mutu pendidikan, yang seharusnya menjadi bagian integral dari manajemen pe
nyelenggaraan pendidikan Islam seringkali diabaikan dan belum menjadi
tradisi dalam pengembangan pendidikan Islam. Pentingnya perencanaan yang
handal dalam lingkup pendidikan Islam, karena pendidikan Islam diyakini
oleh umat Islam sebagai jalan hidup manusia yang paling baik.
Maka dari itu, Pendidikan Islam perlu direncanakan secara strategis
dan sistematis, sehingga Pendidikan Islam benar-benar bermutu dan
berkualitas serta dapat menyejahterakan setiap Muslim, baik di dunia maupun
di akhirat kelak. Dengan adanya kepentingan tersebut, maka dalam makalah
ini penyusun akan membahas mengenai Perencanaan Strategis Mutu
Pendidikan Agama Islam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian perencanaan strategis mutu pendidikan agama islam?
2. Rangkaian perencanaan strategis mutu pendidikan agama islam?
3. Analisis perencanaan strategis mutu pendidikan agama islam?
C. Tujuan Makalah
1. Mendeskripsikan perencanaan strategis mutu pendidikan agama islam.
2. Mendeskripsikan rangkaian perencanaan strategis mutu pendidikan agama
islam.
3. Menganalisis perencanaan strategis mutu pendidikan agama islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan Agama Islam.

Perencanaan strategis atau strategic planning terdiri dari kata yaitu


perencanaan (planning) serta strategis (strategic). Berikut ini beberapa
pengertian perencanaan strategis, yaitu :

a) Menurut Robson, perencanaan strategis berasal dari


kata perencanaan dan strategi. Perencanaan adalah proses yang
sedang berlangsung yang menyediakan kerangka kerja yang
menentukan atau memutuskan bagian-bagian dari pelaksanaan.
Strategi adalah suatu pola pendayagunaan dan alokasi sumberdaya
dalam sebuah organisasi dan serangkaian usaha yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi perencanaan
strategi adalah proses untuk mengformulasikan strategi bagi suatu
perusahaan yang meliputi perumusan kegunaan dan
pengelolaannya.1
b) Menurut Pearce dan Robinson, perencanaan strategi didefinisikan
sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan
formulasi dan implementasi dari rencana yang dirancang untuk
mencapai tujuan suatu perusahaan. Strategi menjelaskan
pengertian suatu perusahaan tentang bagaimana, kapan, dan
dimana perusahaan tersebut berkompetisi terhadap siapa
perusahaan tersebut berkompetisi, dan untuk tujuan apa
perusahaan tersebut berkompetisi.

1
Wendy Robson,Strategic Management & Information System Second Edition,(San. London:
Prentice Hall,1997) h. 95.

3
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan strategi
adalah suatu keputusan fundamental yang akan mengarahkan lembaga
pendidikan pada percapaian-pencapaian strategi sesuai visi, misi lembaga ke
masa depan. Perencanaan strategi berkaitan dengan apa visi, misi, tujuan,
sasaran dan pencapaian organisasi dimasa depan
serta berkaitan dengan bagaimana organisasi bisa menggerakan sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan tersebut.

Perencanaan strategic dapat menjawab pertanyaan dasar seperti (1)


where are we now? 2) where do we want to be? (3) how do we get there?dan
(4) how do we measure our progress?. Pertanyaan pertama berkaitan dengan
sejauh mana dalam memahami situasi dan kondisi sekolah saat ini.Pertanyaan
kedua berkaitan seperti apa situasi dan kondisi sekolah yang diharapkan
Sementara yang ketiga dan keempat berkaitan dengan bagaimana upaya dalam
menentukan cara mencapai harapan tersebut serta mengukur tingkat
ketercapaiannya.2

Dalam konteks lembaga pendidikan, perencanaan strategic harus


dipandang sebagai suatu usaha sekolah dalam membangun dan
mengembangkan sekolah kedepan dalam kurun waktu jangka pendek,
menengah dan jangka panjang. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Al
Qur'an, diceritakan dari kisah Nabi Yusuf as tentang perencanaan strategic
beliau tentang keadaan pangan. Hal tersebut dijelaskan Allah dalam surat
Yusuf ayat 47-49 yaitu :

2
Arif Muljadi, Pokok-pokok dan Ikhtisar Manajemen Strategik Perencanaan dan Manajemen
Kinerja. h. 26.

4

47.Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun


(lamanya) sebagaimana biasa;
maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit
untukkamu makan. 48. Kemudian sesudah itu akan dating tujuh tahun yang
amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya
(tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. 49.
Kemudian setelah itu akan dating tahun yang padanya manusia diberi hujan
(dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur".

Selaras dengan ayat diatas Rahmad Jatmiko memaparkan bahwa


perencanaan strategik adalah suatu proses yang teratur dimana manajemen
puncak menentukan atau menetapkan tujuan-tujuan organisasi, strategi-
strategi yang diperlukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tersebut, jangka
waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan, secara aktivitas (program
kegiatan) dan tindakan peran manajemen puncak yang diperlukan untuk
melaksanakan strategi yang tepat. Perencanaan strategik biasa disebut dengan
perencanaan jangka panjang atau juga perencanaan korporasi.3

Di dalam merencanakan suatu kegiatan merupakan tindakan awal bagi


seseorang atau lembaga untuk mengarah pada suatu pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Namun demikian tingkat keberhasilan dari pekerjaan itu tidak
ditentukan sendiri, tapi ada faktor lain yang harus disiapkan untuk mendukung
keberhasilannya. Allah berfirman dalam surat Al Hasyr ayat 18 yang berbunyi

3
RahmadDwiJatmiko,ManajemenStrategik , (Malang: UMM Press, 2003), h. 18.

5
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ٰٓ
‫ّٰلل خ ر‬ ۗ‫ّٰلل‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت ظر نفس‬ ‫ّٰلل‬ ‫ق‬ ‫لذين‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah


setiap dir imemperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan strategik


menjadi semakin penting karena semua pemimpin lembaga pendidikan
menyadari bahwa perumusan tujuan dan strategi sekolah yang baik dan
terarah akan menjadi pedoman dalam pencapaian tujuan pendidikan dan
tanggap terhadap berbagai perubahan serta perkembangan lembaga
pendidikan. Disamping itu mempunyai konsep perencanaan strategis yang
jelas sehingga akan melahirkan program-program kegiatan yang mendukung
pendidikan di sekolah.
2. Mutu Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Mutu

Mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Mutu


merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sudah
sesuai dengan standar atau belum.4Definisi relatif tentang mutu tersebut
memiliki dua aspek. Pertama adalah menyesuaikan diri dengan spesifikasi.
Kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan sendiri, mutu dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan
kebutuhan pelanggan.5

Menurut Juran, mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness


for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan, menurut

4
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (Jogjakarta : IRCiSoD, 2010), h.53.
5
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, h. 54.

6
Crosby, mutu adalah conformance to requirment, yaitu sesuai apa yang
dinyatakan atau distandarkan. Menurut Deming, mutu adalah kesesuaian
dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Menurut Feigenbaum, mutu adalah
kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction).6

Pendidikan yang berfokus kepada mutu menurut konsep Juran adalah


bahwa dasar misi mutu sebuah madrasah mengembangkan program dan
layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat.7
Dalam konsep Crosby, pendidikan yang bermutu adalah madrasah dituntut
untuk memiliki buku standar pendidikan. Dan dalam konsep Demming,
pendidikan yang bemutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan
keluaran serta pelayanan dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan atau
harapan pelanggan (pasar) nya. Sedangkan menurut Fiegenbaum, madrasah
bermutu adalah madrasah yang dapat memuaskan pelanggannya, baik
pelanggan internal maupun eksternal.

Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa


pengertian mutu mengandung tiga unsur yaitu : (1) kesesuaian dengan
standar, (2) kesesuaian dengan harapan stakeholder, (3) pemenuhan janji yang
diberikan.8

Maka pengertian mutu pendidikan agama Islam menurut pemakalah


ialah bagaimana suatu madrasah dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pengguna baik siswa atau masyarakat dalam hal pendidikan agama Islam.
Pemenuhan kebutuhan tersebut terdapat standarisasi sendiri sehingga tujuan
yang diharapkan sesuai dengan nilai-nilai pendidikan agama Islam.

6
Nasution, M,N., Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2001), h. 15-16.
7
Jerome S, Quality in Education : An Implementation Handbook, Alih Bahasa : Yosal
Iriantara (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cetakan III, 2006), h. 8.
8
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Cetakan I, Desember 2010), h. 37-38.

7
B. Rangkaian Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan Agama Islam

Perencanaan strategis merupakan tahapan pertama dalam manajemen


strategis. Tidak ada rangkaian aktivitas yang khusus dalam mengupayakan
perencanaan strategis, meskipun berangkat dari hal yang bersifat filosofis
menuju yang bersifat praktis bisa menjadi salah satu cara yang masuk akal.
Edward Sallis menggambarkan rangakaian perencanaan yang bisa diadopsi
dalam institusi pendidikan sebagai berikut:9

Visi, Misi, dan Tujuan Apa jenis usaha kita?

Analisa Pasar Siapa pelanggan kita dan apa yang mereka


harapkan?

Analisis SWOT dan Apa yang kita butuhkan agar menjadi baik?

Faktor Penting Sukses

Bagaimana cara agar kita meraih kesuksesan?


Perencanaan Operasi dan
Bisnis

Bagaimana cara kita berbuat dalam


Kebjakan dan
menyampaikan mutu?
Perencanaan Mutu

Biaya apa yang dibutuhkan mutu?


Biaya Mutu

Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita sukses?


Monitoring dan Evaluasi

9
Edward Sallis, Total Quality Management in Education. h.215.

8
1. Visi, Misi, Nilai-nilai dan Tujuan.
a. Visi
1) Pengertian Visi

Visi adalah suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang, sesuatu


yang kita ciptakan yang belum pernah ada sebelumnya, suatu keadaaan yang
akan kita wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya. Seorang
pimpinan lembaga pendidikan yang memiliki visi adalah pimpinan/manager
yang memiliki kemampuan untuk berpikir melampaui realitas sekarang,
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada, dan
kemampuan untuk mencapai suatu kondisi yang belum pernah dialami
sebelumnya.10

Ada beberapa pengertian visi, Pertama, visi adalah bayangan tentang


masa depan organisasi baik itu perusahaan maupun lembaga. Kedua, visi
adalah sebuah pandangan masa depan organisasi yang realistis, terpercaya dan
atraktif menuju kondisi yang lebih baik. Ketiga, visi adalah berkaitan dengan
pandangan kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan,
agar dapat bekerja secara eksis, konsisten, antisipatif, onovatif, dan
produktif.11

Dalam perjalanan mewujudkan visi, tidak semua cara dapat ditempuh.


Untuk itu, lembaga pendidikan membutuhkan core values yaitu nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh setiap organisasi/lembaga pendidikan dalam
perjalanan mewujudkan visi. Core values memberikan batasan dalam
pemilihan cara-cara ditempuh dalam perjalanan mewujudkan visi, core values

10
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), h. 120.
11
Ismail, Visi dan Misi Depag,(Surabaya: Balai Diklat Pegawai Teknis Keagamaan, 2005), h.
4.

9
membentuk perilaku yang diharapkan dari civitas organisasi dalam
mewujudkan visinya.12

Dalam perumusan visi suatu sekolah/madrasah harus tetap berada


dalam koridor kebijakan pendidikan nasional. Artinya visi suatu sekolah harus
mengacu kepada kebijakan umum pendidikan yang ditetapkan secara
nasional. Hal itu penting dipahami untuk menghindari terjadinya kekeliruan
bahwa sekolah “bebas” menentukan visinya dan tidak terkait dengan
kebijakan pihak lain. Oleh karena itu sekolah merupakan
penyelenggara pendidikan dan pendidikan itu diatur dalam suatu sistem pendi
dikan nasional tentu saja sekolah harus berada dalam koridor system
Pendidikan nasional tersebut.

Untuk menjamin bahwa visi sekolah/madrasah tersebut memiliki


kesamaan dengan tujuan pendidikan nasional, maka pemerintah melalui
Departemen Pendidikan Nasional membuat berbagai standarisasi
terhadap berbagai komponen tersebut yang dituangkan dalam PP Nomor
19 Tahun2003 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP tersebut
terdapat 8 standar yang meliputi: (1) standarisi, (2) standar proses, (3) standar
kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan. (5) standar
sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8)
standar penilaian pendidikan.13

b. Misi
2) Pengertian Misi

Misi adalah jalan pilihan (the chosen track) lembaga pendidikan


bagi peserta didik/masyarakatnya. Perumusan misi adalah suatu usaha untuk
menyusun peta perjalanan. Kemampuan pengelola lembaga Pendidikan untuk

12
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 121.
13
Muhaimin, dkk.Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
PadaSekolah& Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindoPersada, 2008), h. 15.

10
membuat peta yang secara akurat menggambarkan dunia yang dimasuki,
memberikan kesempatan pada lembaga tersebut untuk mengelola aktivitas
pendidikan yang memenuhi kebutuhan dan keinginan lingkungannya,
sehingga kelangsungan hidup dan perkembangan Lembaga tersebut
terjamin.14

Misi adalah tindakan/upaya untuk mewujudkan atau merealisasikan


visi. Karena visi harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah, maka misi juga dapat diartikan sebagai tindakan untuk
memenuhi kepentingan masing-masing kelompok yang terkait dengan
sekolah.

Sebuah misi rumusannya selalu dalam bentuk kalimat yang


menunjukkan “tindakan”, dan bukan kalimat yang menunjukkan keadaan
sebagaimana para rumusan visi. Misi hendaknya dirumuskan dalam
pernyataan yang operasional untuk dapat diselesaikan. Jika perumusan misi
tanpa mendasarkan pada visi, maka ia tidak akan memiliki otoritas moral
untuk mendorong kegiatan, terutama apabila misi tersebut sangat sulit atau
memiliki resiko yang tinggi.

c. Nilai-Nilai

Nilai-nilai dari sebuah organisasi merupakan prinsip-prinsip yang


menjadi dasar operasi dan pencarian organisasi tersebut dalam mencapai visi
dan misinya. Nilai-nilai tersebut mengekspresikan kepercayaan dan cita-cita
institusi. Ia harus singkat dan padat. Statemen-statemen nilai harus mudah
diingat dan harus bias dikomunikasikan keseluruh penjuru institusi. Nilai-nilai
tersebut mengemudikan organisasi dan memberikan arah. Ia juga
menyediakan tujuan yang konsisten. Nilai-nilai yang ada dalam sebuah
institusi harus disesuaikan dengan lingkungan di mana institusi

14
Mulyono, ManajemenAdministrasi&Organisasi Pendidikan, h.120.

11
tersebut beroperasi. Nilainilai tersebut harus menancapkan hubungan kuat bai
k dengan pelanggan maupun dengan para staf. Sebuah institusi harus
menentukan nilai-nilainya sendiri, namun ia setidak-tidaknya
mencakup beberapa hal berikut ini :

• Kita mengutamakan para pelajar kita.


• Kita bekerja dengan standar integritas profesional tertinggi.
• Kita bekerja sebagai tim.
• Kita memiliki komitmen terhadap peningkatan yang kontinyu.
• Kita memberi kesempatan yang sama pada semua.
• Kita akan memberikan mutu pelayanan yang tertinggi.15
d. Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran misi. Tujuan merupakan “apa” yang


akan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan “kapan” tujuan
akan dicapai. Tujuan dirumuskan untuk jangka waktu 1-3 tahunan.

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan.


Tujuan merupakan “apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang
bersangkutan dan “kapan” tujuan akan dicapai. Visi dan misi terkait dengan
jangka waktu yang panjang, sedangkan tujuan dikaitkan dengan jangka waktu
menengah. Dengan demikian, tujuan pada dasarnya merupakan tahapan atau
langkah untuk mewujudkan visi yang telah dicanangkan. Sebaiknya tujuan
tersebut dikaitkan dengan siklus program sekolah/madrasah, misalnya untuk
jangka 3 tahunan, yaitu satu siklus pendidikan di SMP/MTs atau SMA/MA.
Jika itu dianggap terlalu pendek maka dapat juga untuk dua siklus program
sekolah/madrasah (6 tahun).

15
Edward Sallis, Total Quality Management in Education. h.218.

12
2. Analisa/Riset Pasar

Riset pasar yang baik merupakan unsure penting dalam


mengimplementasikan TQM. Riset ini adalah cara utama untuk
mendengarkan pelanggan, dan calon pelanggan. Ini mungkin terdengar sedikit
blak-blakan, namun jika pendekatan TQM direnungkan kembali, maka mutu
menurut apa yang dirasakan pelanggan harus segera ditetapkan.

Kalimat mutu yang dirasa (perceived quality) tersebut, tidak akan


berarti apa-apa tanpa riset pasar. Riset pasar dapat digunakan untuk
menentukan isu-isu mutu melalui sudut pandang pelanggan. Riset tersebut
akan memberikan data yang akan melengkapi kesan institusi terhadap
kelompok pelanggan atau calon pelanggan yang bervariasi. Institusi
harus mengetahui apa yang dipikirkan aneka kelompok tentang mereka, dan
kenapa beberapa orang memiliki pemikiran seperti itu sedang yang lain tidak.
Kelompok pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda pula
sehingga memerlukan pendekatan serta perlakuan yang beraneka. Institusi
hanya akan mengetahui pembedaan pasar tersebut saat institusi memiliki bukti
tentang hal tersebut.

Riset pasar bukan sesuatu yang dilaksanakan sekali untuk selamanya,


khususnya dalam pendidikan. Institusi pendidikan memiliki fenomena yang
menarik menyangkut populasi yang datang dan pergi kemudian digantikan
oleh populasi baru. Di sana ada pengulangan berbagai kemungkinan bisnis.
Akan tetapi, pendidikan jauh berbeda dari aktivitas komersial yang memiliki
pelanggan tetap dengan komitmen jangka panjangnya. Dalam pasar
sedemikian, reputasi menjadi hal yang amat sangat penting. Reputasi
membutuhkan waktu untuk berkembang dan perlu dijaga. Reputasi tersebut
juga bisa berubah dan riset pasar dapat memberikan peringatan tentang
perubahan persepsi pelanggan yang berpengaruh pada reputasi institusi.

13
Analisa pasar harus dimasukkan sebagai elemen penting dalam
segmentasi pasar. Jarang ada organisasi yang beroperasi dalam sebuah pasar
tunggal. Pasar yang berbeda perlu diidentifikasi. Begitu diidentifikasi pasar
berhasil dilakukan, maka perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan menyangkut
aneka kebutuhan masing-masing segmen serta apakah sebuah layanan perlu
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Hal inisangat penting,
terutama bagi institusi-institusi pendidikan tinggi yang lebih besar di mana
pelajar memiliki persepsi dankebutuhan yang berbeda dari para lulusan
sebelumnya. Walaupun demikian, analisa segmentasi pasar juga bisa
diterapkan di sekolah. Jika sebuah institusi ingin memenuhi kebutuhan yang
diinginkan seluruh pelanggan, maka institusi tersebut harus mengadopsi
strategi-strategi berbeda yang disesuikan dengan segmen pasar yang ada.

3. Analisis SWOT

Analisa SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses ,


Opportunitiesand Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman).
Analisa SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan
strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam
menempatkan potensi institusi, SWOT dapat dibagi kedalam dua elemen,
analisa internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri, dan
analisa lingkungan.

Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal


tentang seberapa efektif performa institusi. Sementara peluang dan ancaman
berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan tempat sebuah institusi
beroperasi. Analisa SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting
dari hal-hal tersebut di atas: Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman.
Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan
kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.

14
Aktivitas SWOT dapat diperkuat dengan menjamin analisa
tersebut berfokus pada kebutuhan pelanggan dan konteks kompetitif tempat
institusi beroperasi. Ini adalah dua variabel kunci dalam membangun atau
mengembangkan strategi jangka panjang institusi. Strategi ini harus
dikembangkan dengan berbagai metode yang dapat memungkinkan institusi
mampu mempertahankan diri dalam menghadapi kompetisi serta mampu
memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan. Jika pengujian tersebut
dipadukan dengan pengujian misi dan nilai, maka akan ditemukan sebuah
identitas institusi yang berbeda dari para pesaingnya. Begitu sebuah identitas
distingtif mampu dikembangkan dalam sebuah institusi, maka karakteristik
mutu dalam institusi tersebut akan menjadi lebih mudah diidentifikasi.

4. Rencana Strategis (Renstra)

Rencana strategis, kadang kala disebut dengan rencana pengembangan


usaha atau institusi, yang merinci tolok ukur- tolok ukur yang kelak
digunakan institusi dalam mencapai misinya. Rencana strategis biasanya
disusun dalam skala waktu menengah, di atas tiga tahun. Tujuannya adalah
untuk member sebuah pedoman dan arahan kepada institusi. Akan tetapi,
rencana tersebut bukan merupakan instrumen yang kaku. Ia harus
dimodifikasi jika peristiwa penting, baik internal maupun eksternal,
membutuhkannya. Dalam sebuah pasar pendidikan yang kompetitif, produksi
rencana strategis adalah hal yang sangat penting. Tanpa rencana tersebut
institusi akan menjadi kurang terarah.

Ketika analisa misi, nilai-nilai, SWOT dan factor penting kesuksesan


telah dilakukan, maka rencana strategis harus segera mengarahkan sejumlah
isu-isu kunci yang muncul. Setiap institusi harus menentukan :

• Identifikasi pasar : Hal ini perlu dilakukan karena pasar


memberikan latar belakang yang penting bagi rencana
strategis.

15
• Tingkat presentasi pasar yang ingin dimasuki institusi : Sebuah
institusi harus memiliki target tingkat presentasi pasar yang
harus mereka capai.
• Portofolio layanan : Hal ini harus dihubungkan secara dekat
dengan identifikasi pasar dan tingkat presentasi pasar. Tanpa
portofolio dan program yang tepat, institusi mungkin dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Pengembangan portofolio : Jika institusi tidak miliki program
yang membantunya dalam meraih yang ditargetkan, maka jelas
institusi tersebut membutuhkan sebuah strategi dan skala waktu
untuk mengembangkannya. Pengembangan tersebut tidak
hanya akan mencakup program-program baru, namun juga
mencakup cara baru dan fleksibel dalam menjalankan program
yang sebelumnya sudah ada.
1. Mengembangkan Strategi Institusional Jangka Panjang

Ada beberapa strategi umum yang bias diadopsi organisasi setelah


mereka berhasil menentukan layanan dan pasar yang mereka operasikan. Ada
tiga pilihan strategi pemasaran umum yang bias diikuti oleh setiap institusi.
Pertama, strategi biayarendah. Strategi ini menuntut sebuah organisasi untuk
menjadi institusi yang memiliki biaya paling rendah dalam pasarnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, penghematan waktu,
kontrol yang ketat terhadap biaya, dan lain-lain. Manfaat strategi ini adalah
bahwa ia dapat mengarahkan sumberdaya-sumberdaya pada beberapa wilayah
yang diidentifikasi sebagai mutu menurut pandangan pelanggan.

Walaupun demikian, harga yang paling rendah tidak dengan


sendirinya menjamin kesuksesan. Banyak pelanggan mau membayar mutu
dengan harga yang lebih mahal. Mutu tidak boleh dikorbankan hanya demi
menurunkan biaya. Dalam pendidikan di mana layanan diberikan secara
cuma-cuma, strategi ini akan tampak tidak terlalu signifikan pada kesan

16
pertama. Walaupun demikian, sebagai contoh, sebuah sekolah yang dapat
mengontrol atau menghemat skala biaya, akan memiliki jumlah uang yang
lebih untuk dimanfaatkan sesuai dengan yang diinginkan. Hasil dari
pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya secara efektif bisa memberi sisi-sisi
kompetitif pada institusi.

Kedua, strategi pembedaan, yaitu strategi yang menuntut institusi


untuk menjadi unik dalam beberapa hal dibanding para pesaingnya.
Dalam pasar komersial, ini dapat membantu perusahaan untuk menentukan
harga premium. Dalam pendidikan, kelebihan strategi tersebut adalah bisa
menarik pelajar, dan sebuah ciri yang unik dapat memudahkan institusi dalam
memperoleh sumber-sumber dana alternatif.

Strategi pasar yang ketiga disebut dengan strategi fokus. Strategi ini
mencakup konsentrasi pada sebuah wilayah geografis, kelompok pelanggan,
atau segmen pasar tertentu. Ia adalah sebuah strategi pembedaan melalui
segmentasi pasar. Dengan target tertentu, institusi akan menyesuaikan
program-programnya lebih dekat dengan kebutuhan kelompok-kelompok
target. Sebagaimana halnya strategi lain, strategi ini juga bertujuan untuk
memperoleh kemajuan kompetitif.

5. Perencanaan Operasi dan Bisnis

Rencana Bisnis dan Operasi Rencana bisnis dan operasi adalah


rencana detail jangka pendek, biasanya satu tahun, untuk mencapai aspek-
aspek tertentu dari strategi institusional jangka panjang. la mencakup ukuran-
ukuran nyata dan implikasi finansial yang siap diimplementasikan. Disamping
mencakup keuntungan finansial, ia juga harus mencakup keuntungan non-
finansial seperti meningkatnya reputasi, meningkatnya profil, dan sebagainya.

17
6. Kebijakan dan Perencanaan Mutu

Tahap selanjutnya adalah mengembangkan rencana mutu. Rencana


mutu akan mengantarkan statemen kebijakan mutu pada pelaksanaan mutu. Ia
menunjukkan bagaimana proses peningkatan mutu dibuat dan dipertahankan.
Tentu saja ia harus berhubungan dengan baik rencana institusi maupun
rencana bisnis, namun dengan fokus yang berbeda. Rencana mutu
menekankan agar proses dilakukan untuk mengantarkan peningkatan
mutu. Selanjutnya, rencana mutu harus memiliki tujuan-tujuan yang
berkaitan dengan mutu dan dengan metode-metode yang digunakan untuk
menerjemahkan komitmen manajemen kedalam pelaksanaan. Rencana mutu
harus merinci proyek-proyek Peningkatan yang akan dilaksanakan oleh
institusi pendidikan.16

7. Biaya Mutu

Para pendidik seringkali mutu dipandang sebagai konsep yang sukar


dipahami. Banyak profesional pendidikan yang sebelumnya di wawancarai
untuk program pengembangan mutu yakin bahwa tidak ada harga yang perlu
dibayar bila mutu pendidikan rendah. Padahal, begitu hal buruk dikerjakan
dengan baik atau hal baik dikerjakan dengan buruk, pasti ada harga yang
harus dibayar oleh sistem pendidikan. Harga yang harus dibayar tersebut
mencakup pemborosan sumberdaya, hilangnya kesempatan mempengaruhi
siswa, buruknya penggunaan anggaran, ketidak puasan kerja, hilangnya
perhatian siswa dan rendahnya dukungan komunitas.17

Ada dua tipe biaya mutu: Biaya pasti dan biaya yang bias dihindari.
Biaya pasti adalah biaya yang diperlukan untuk mencapai dan menjaga
standar kerja baku. Sedangkan biaya yang bias dihindari muncul

16
Edward Sallis, Total Quality Management in Education. h.230-231.
17
Jerome S.,Quality in Education: An Implementation Handbook,Alih Bahasa: Yosal
Iriantara,h.188.

18
bila pekerjaan yang salah dilakukan atau ada pekerjaan yang salah dikerjakan.
Contoh wakil kepala sekolah yang menangani urusan jadwal bus sekolah
merupakan contoh bentuk biaya yang bias dihindari. Biaya pasti mencakup
pencegahan dan inspeksi. Biaya yang dapat dihindari mencakup beberapa
inspeksi dan biaya semua kegagalan. Biaya pencegahan adalah biaya setiap
tindakan yang dimaksudkan untuk memastikan tidak terjadi kekeliruan. Biaya
inspeksi merupakan biaya untuk menemukan apakah ada dan di mana
kekeliruan terjadi sehingga diperlukan langkah korektif dan preventif.

8. Monitoring dan Evaluasi

Sistem mutu selalu membutuhkan rangkaian umpan balik. Mekanisme


umpan balik harus ada dalam system mutu. Hal tersebut bertujuan agar hasil
akhir sebuah layanan bias dianalisa menurut rencana. Pengawasan dan
evaluasi adalah elemen kunci dalam perencanaan strategis. Jika sebuah
institusi mau belajar dari pengalaman dan tidak statis, maka proses evaluasi
dan umpan balik harus menjadi elemen yang esensial dalam kulturnya.Proses
evaluasi harus fokus pada pelanggan, dan mengeksplorasi dua isu : Pertama,
tingkatan dimana institusi mampu memenuhi kebutuhan individual para
pelanggannya, baik internal maupun eksternal dan Kedua, sejauh mana
institusi mampu mencapai misi dan tujuan strategisnya. Untuk memastikan
bahwa sebuah proses evaluasi mampu mengawasi tujuan individual dan
institusional tersebut, maka evaluasi tersebut harus dilakukan dalam tiga level
evaluasi, sebagaimana berikut :

• Segera : Melibatkan pemeriksaan harian terhadap kemajuan


pelajar.Tipe evaluasi ini biasanya berlangsung secara informal,
dan dilakukan oleh individu-individu guru atau pada tingkat
tim.
• Jangka Pendek : Membutuhkan cara yang lebih terstruktur dan
spesifik, yang menjamin bahwa pelajar sudah berada dalam

19
jalur yang seharusnya dan sedang meraih potensinya.
Tujuannya evaluasi pada tingkatan ini adalah untuk
memastikan perbaikan bagi segala sesuatu yang harus
diperbaiki.
• Jangka Panjang : Sebuah evaluasi terhadap kemajuan dalam
mencapai tujuan strategis. Evaluasi ini merupakan evaluasi
yang dipimpin langsung oleh institusi secara keseluruhan.
Evaluasi ini memerlukan banyak contoh-contoh kasus tentang
sikap dan pandangan pelanggan, juga diawasi melalui skala
besar indicator prestasi institusi. Tujuan terpenting dari tipe
evaluasi ini adalah pencegahan. Yaitu dengan menemukan
kesalahan yang terjadi, dan hal-hal apa saja yang tidak mampu
memberikan keuntungan pada para pelajar, dan selanjutnya
mencegah hal tersebut agar tidak terjadi lagi. Ia adalah
mekanisme pemeriksaan yang memastikan inisiatif perbaikan
yang berkelanjutan dapat mengantarkan institusi dalam
mencapai tujuannya.

Fungsi evaluasi pada masing-masing tahap berbeda satu sama lainnya.


Evaluasi sering dilihat sebagai sebuah upaya pencegahan. Ia bertujuan untuk
menemukan apa yang benar dan apa yang salah, serta menggunakan hasil
evaluasi untuk meningkatkan kinerja di masa yang akan datang. Pencegahan
dari kesalahan agar tidak terulang kembali merupakan fungsi evaluasi yang
valid, namun ia memiliki kekurangan yang mendasar. Karena hal tersebut
tidak memperbaiki kegagalan yang terlanjur terjadi pada pelajar saat ini.
Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk memastikan bahwa para pelajar
sudah mengarah pada tujuan utama, dan hal tersebut belum terjadi, maka
mekanisme evaluasi harus menjamin bahwa para pelajar tersebut mampu
memperoleh tujuannya. Yang patut disayangkan adalah kenyataan bahwa

20
evaluasi sering digunakan untuk memperbaiki masa depan, dan bukan
sekarang.

Kegagalan dalam membedakan evaluasi jangka panjang dari


jangka pendek juga bias menyebabkan mekanisme evaluasi berjalan secara
keliru. Penekanan pada evaluasi formal cenderung pada pencegahan dan
bukan perbaikan. Dalam pendidikan lanjut, misalnya, paradigma evaluasi
berdasarkan pada evaluasi elaboratif, periodik, dan sering berkaitan dengan
kuesioner pelajar. Tujuannya adalah untuk memperkuat umpan balik pelajar
dan untuk memperkuat validitas proses penyajian kurikulum. Di samping itu,
hal tersebut juga bertujuan untuk mengetahui persepsi pelajar tentang layanan
perguruan tinggi atau sekolah.

C. Analisis Perencanaan Strategis Mutu Pendidikan Agama Islam

Dengan demikian yang dimaksud dengan perencanaan mutu


pendidikan Islam adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai dan menetapkan jalan serta sumber yang diperlukan untuk mencapai
tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Sedangkan, strategi secara bahasa,
bias diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara. Sedang secara umum strategi
ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Salah satu tujuan dalam perencanaan strategis ini
adalah peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam. dapat dikatakan bermutu
apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada dan memenuhi
kebutuhan pelanggan.18

Salah satu strategi dalam meraih peningkatan mutu pendidikana gama


Islam adalah dengan membentuk suatu organisasi pendidikan agama Islam
yang potensial memiliki keunggulan apabila dapat menciptakan dan
menawarkan nilai pelanggan yang lebih dengan kinerja yang lebih

18
Nur Zazin,Gerakan MenataMutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi,(Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media,2011), h. 56.

21
baik.Tentunya organisasi pendidikan agama Islam ini ditunjang dengan
strategi bekerjasama (Cooperative Strategy).19

19
Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate Strategi Pemasaran Jasa
Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 66.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan pada makalah ini


adalah sebagai berikut :

Perencanaan strategis adalah suatu keputusan fundamental yang akan


mengarahkan lembaga pendidikan pada percapaian-pencapaian strategic
sesuai visi, misi lembaga ke masa depan. Perencanaan strategic berkaitan
dengan apa visi, misi, tujuan, sasaran dan pencapaian organisasi dimasa depan
serta berkaitan dengan bagaimana organisasi bisa menggerakkan sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan tersebut.

Sedangkan mutu pendidikan agama Islam adalah bagaimana suatu


madrasah dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pengguna baik siswa atau
masyarakat dalam hal pendidikan agama Islam. Pemenuhan kebutuhan
tersebut terdapat standarisasi sendiri sehingga tujuan yang diharapkan sesuai
dengan nilai-nilai pendidikan agama Islam.

Rangkaian perencanaan strategis mutu pendidikan agama Islam adalah


dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu :1) penyusunan visi, misi,
tujuan 2) analisa pasar 3) analisa SWOT 4) perencanaan operasi dan bisnis 5)
kebijakan dan perencanaan mutu 6) biaya mutu 7) monitoring dan evaluasi.

B. Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan oleh pemakalaha dalah :

1. Sebagai stake holder, hendaknya membuat perencanaan


strategis pada mutu pendidikan agar pendidikan yang

23
dilaksanakan menjadi pendidikan bermutu sehingga dapat
mencetak generasi yang bermutu.
2. Sebagai orang tua/walisiswa, hendaknya dapat mendukung
kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah sehingga bias
beriringan untuk mencapai visi, misi bersama.
3. Sebagai masyarakat, hendaknya dapat menjadi monitor atau
evaluator sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat
bermutu dan menjadi lebih berkualitas.
4. Sebagai peserta didik, hendaknya dapat melaksanakan
kegiatan yang telah diprogramkan sehingga perencanaan yang
ditetapkan dapat berjalan dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alma,Buchari dan Ratih Hurriyati.(2008). Manajemen Corporate Strategi


Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima.
Bandung: Alfabeta.
Ismail. (2005).Visi dan Misi Depag. Surabaya: Balai Diklat Pegawai
Teknis Keagamaan Surabaya.
Jatmiko, Rahmad Dwi. (2003).Manajemen Strategik . Malang: UMM Press.
M.N.,Nasution.(2001). Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management) Jakarta : Ghalia Indonesia.
Muhaimin.(2004). Rumusan Visi dan Misi Sekolah/Madrasah.
Malang:Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
Muljadi, Arief. (2006). Pokok-pokok dan Ikhtisar Manajemen Stratejik
Perencanaan dan Manajemen Kinerja. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Mulyadi.(2010).Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mengembangkan
BudayaMutu.Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,Cetakan I
Desember 2010.
Mulyono. (2017). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan.
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Pearce, Jonh A. & Richard B. Robinson. (2009). Manajemen Strategis,
Formulasi, Implementasi dan Pengendalian.Jakarta: SalembaEmPAT..
Robson, Wendy. (1997).Strategic Management & Information System
Second
Edition.San London: Prentice Hall.
S., Jerome. (2006).Quality in Education: An Implementation
Handbook,AlihBahasa: YosalIriantara.Yogyakarta:Pustaka Pelajar, Cetakan
III.
Sallis, Edward. (2010).Total Quality Management in Education. Jogjakarta:
IRCiSoD.
Zazin, Nur. (2011).Gerakan MenataMutu Pendidikan: Teori dan
Aplikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

25

Anda mungkin juga menyukai