Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MANAJEMEN PELATIHAN”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Desain Pelatihan

Dosen Pengampu

Irfana Soleha, M.Pd

Disusun oleh:

Dyaning Ratri Hartono Putri 126306211016


Farhan Hafidz 126306212082

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2024

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Desain
Pelatihan.

Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. Yang telah menuntun kita kejalan yang benar yakni Agama Islam.

Sebagai rasa hormat atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua pihak, saya
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M. Pd.I selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Akhmad Rizqon Khamami, Lc, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,
Adab dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Dr. Muhammad Sholihuddin Zuhdi, M.Pd selaku koorprodi Bimbingan dan
Konseling Islam.
4. Irfana Soleha, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Desain Pelatihan.
5. Seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala budi kebaikan mereka semua dan selalu
diberikan berkah-Nya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kata maupun segi bahasanya,. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun yang kami harapkan sebagai bahan perbaikan dalam makalah ini.

Akhir kata, saya selaku penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Tulungagung, 3 Maret 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN...........................................................................................6

A. Pengertian Manajemen Pelatihan..............................................................6

B. Tujuan Menajemen Pelatihan ...................................................................6

C. Penyususan Rencana Pelatihan..................................................................8

BAB III

PENUTUP.....................................................................................................17

A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran.........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelatihan merupakan bagian dari pembelajaran sepanjang hayat (continuing
Education). Tujuan dan keberadaan pelatihan berbeda dari suatu lembaga dengan
lembaga lain. Akan tetapi pada akhirnya tujuan dari lembaga yang berhubungan dengan
Pelatihan sangat berkaitan dengan bagaimana efektivitas dalam mencapai tujuan. Bila
setiap orang mempunyai urutan yang sama untuk mencapai tujuan, pada akhirnya
ketercapaian tujuan ini sangat tergantung pada keberadaan manajer yang secara khusus
memiliki tugas khusus dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian dan
mengevaluasi setiap kegiatan lembaga dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Manajemen ialah seni dan ilmu dalam upaya untuk mencapai tujuan orang-orang.
Dalam beberapa segi manajemen berbeda dengan administrasi karena yang terakhir ini
lebih menekankan pada keterselenggaraan tugas dibandingkan dengan melakukan
kerjasama dengan orang-orang.
Lingkungan pendidikan yang sangat kompetitif akan memiliki dampak seperti
tuntutan untuk selalu membangun keunggulan kompetitif, pemutakhirkan peta perjalanan
(roadmap) organisasi secara berkelanjutan, penentuan langkah-langkah strategik ke
depan, pengerahkan, pemusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh staf dalam
mewujudkan masa depan organisasi. Dan kecenderungan umum, pendidikan saat ini
hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencana masa depan organisasi,
sehingga menjadi tidak koheren antara Visi dan Misi, Tujuan organisasi, Rencana Jangka
Pendek dan Jangka Panjang, Implementasi
Manajemen diperlukan di dalam sebuah organisasi menyusun perencanaan
strategik, sementara manajemen menengah sampai karyawan hanya melakukan
implementasi rencana jangka panjang dan pendek. Sistem ini hanya pas untuk
lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk
memperkirakan masa depan organisasi. Dalam pengembangan aktivitas, perguruan
tinggi harus melibatkan seluruh unit kerja dan personel didalamnya dalam perencanaan
strategiknya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and control menjadi

4
sense and respon. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan akan dapat terlihat dan
terukur seluruh kinerja organisasi dalam berbagai level
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian manajemen pelatihan ?
2. Bagaimana tujuan manajemen pelatihan ?
3. Bagaimana penyusunan rencana pelatihan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen pelatihan.
2. Untuk mengetahui tujuan manajemen pelatihan.
3. Untuk mengetahui penyusunan rencana pelatihan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pelatihan

Manajemen berasal dari bahasa Inggris management, yang dalam bahasa Indonesia disebut
“pengelolaan”, sedangkan kata pelatihan merupakan asli bahasa Indonesia, yang dalam bahasa
Inggris disebut “training”. Dengan kata lain, judul tulisan ini dapat juga disebutkan sebagai
“manajemen training” atau “pengelolaan pelatihan”, yakni proses penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran yang berupa kegiatan memahirkan. Setiap pengelola
pelatihan tidak dapat menggantungkan keberhasilan pelatihan dari satu atau dua aspek saja,
tetapi harus melihat secara komprehensif semua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pelatihan tersebut. Salah satu aspek yang sangat penting tersebut adalah aspek manajemen, yaitu
bagaimana sebuah pelatihan dikelola dan diarahkan pada pencapaian tujuan.

Manajemen pelatihan, dalam konteks yang lebih luas manajemen pelatihan memiliki dimensi
tentang bagaimana pengelolaan pelatihan, supaya pelatihan bisa berjalan dengan baik dan
berhasil secara efektif dan efisien. Manajemen pelatihan secara konsep bisa diartikan “Proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan Pengevaluasian terhadap kegiatan pelatihan
dengan memanfaatkan aspek-aspek pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan secara efektif dan
efisien”. Dalam konteks yang lain manajemen pelatihan atau pengelolaan pelatihan identik
dengan manajemen proyek atau pada istilah lain sama dengan mengelola proyek.

B. Tujuan Manajemen Pelatihan

Tujuan dari manajemen pelatihan dan pengembangan berkaitan erat dengan jenis
organisasi, perusahaan, lembaga dan instansinya . Susilo Martoyo (2000:54) menyatakan
bahwa tujuan manajemen pelatihan adalah memperbaiki tingkat efektivitas kegiatan pegawai
dan karyawan dalam mencapai hasil-hasil yang telah ditetapkan. Sedangkan Menurut
Nitisemito (1992: 117), bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan adalah:

1) Pekerjaan diharapkan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih baik.

6
Dengan adanya manajemen pelatihan sebuah pekerjaan diharapkan dapat diselesaikan dengan
lebih baik dan cepat waktu. Serta suatu tujuan dapat dicapai dengan perencanaan yang matang,
efisien, karena dilakukan dengan kolaborasi tim yang baik. Karena kunci keberhasilan terletak
pada koordinasi yang baik antar anggota tim, pemahaman yang mendalam mengenai tugas
masing-masing dan kemampuan untuk menanggapi perubahan dengan cepat agar dapat mencapai
hasil yang maksimal.

2) Tanggung jawab diharapkan lebih besar.

Manajemen pelatihan yang efektif memiliki peran penting dalam meningkatkan rasa
tanggungjawab yang dimiliki karyawan. Dengan menyediakan pelatihan yang cocok dan
mendalam, karyawan dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas mereka dengan lebih baik. Selain itu, memberikan tanggung jawab
tambahan dalam konteks pelatihan dapat merangsang pertumbuhan individu, menciptakan rasa
cinta dan kepemilikan terhadap pekerjaan.

3) Kekeliruan dalam pekerjaan diharapkan berkurang.

Selanjutnya manajemen pelatihan yang efektif dapat secara signifikan mengurangi kekeliruan
dalam pekerjaan. Dengan meneylanggarakan pelatihan yang komprehensif karyawan dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang tugas mereka serta meningkatkan keterampilan
yang diperlukan. Pelatihan yang berfokus pada pencegahan kesalahan dan memberikan panduan
yang tepat akan memberikan pondasi yang kuat bagi karyawan untuk menghindari kesalahan
dalam menjalankan tugas mereka. Dengan demikian, manajemen pelatihan yang baik tidak
hanya meningkatkan kompetensi tetapi juga berkontribusi pada mengurangi resiko keasalahan di
tempat kerja.

4) Kelangsungan perusahaan diharapkan lebih terjamin.

Manajemen pelatihan yang terarah dan efektif memegang peran yang krusial dalam menjamin
kelangsungan perusahaan. Dengan menyediakan program pelatihan yang sesuaidengan
kebutuhan bisnis dan strategi perusahaan, manajemen dapat memastikan bahwa karyawan
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan tugas mereka secara
optimal. Pelatihan yang berfokus pada adaptasial dan inovasi juga membantu perusahaan

7
menghadapi perubahan pasar dengan lebih baik. Selain itu dengan memberdayakan karyawan
melalui pelatihan, perusahaan akan mendapatkan lingkungan kerja yang produktif.

Tujuan pelatihan menurut Oemar (2007:14), yaitu:

1) Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki keterampilan produktif dalam
rangka pelaksanaan program organisasi di lapangan.

2) Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan yang memiliki kemampuan


dan hasrat belajar terus untuk meningkatkan diri SDM sebagai tenaga yang tangguh, mandiri,
professional, beretos kerja yang tinggi dan produktif.

3) Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, nilai dan
pengalamannya masing- masing (individual).

4) Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan
kebutuhan pembangunan.

5) Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan
kebutuhan pembangunan.

C. Penyususan rencana Pelatihan

Sebagai langkah awal, mengelola program pelatihan adalah penjajagan dan analisis
kebutuhan pelatihan, baik kebutuhan pelatihan yang bersifat kelembagaan, kesatuan unit dalam
lembaga atau kebutuhan pelatihan yang bersifat individual. Kebutuhan pelatihan ini dapat
dikategorikan dalam dua jenis, yaitu kebutuhan yang ada saat ini maupun kebutuhan pelatihan di
masa yang akan datang, sebagai akibat adanya berbagai perubahan. Di sisi lain, langkah ini
disertai pula dengan identifikasi sumber daya yang dimiliki sehingga memungkinkan
permasalahan tersebut dapat dipecahkan.

Mengingat adanya berbagai keterbatasan, baik keterbatasan dana maupun keterbatasan lain, perlu
pula ditempuh berbagai langkah untuk menetapkan skala prioritas, dengan menguji "bagian atau
unit manakah atau siapa saja dan posisi apa saja" yang perlu diprioritaskan dengan jalan
melakukan analisis jabatan atau analisis posisi melalui analisis tugas, uraian tugas, dan analisis
spesifikasi tugas, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap pengetahuan, ketrampilan yang

8
dibutuhkan untuk memenuhi "standar" yang diharapkan dalam uraian tugas yang ada.
Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya menetapkan "siapa" atau "calon peserta" yang
potensial untuk mengikuti program pelatihan.

Dari rangkaian kegiatan tersebut, secara garis besar sudah dapat teridentifikasi "isi" atau "materi"
pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi persyaratan berdasarkan dalam "uraian tugas"
dan "tujuan lembaga". Kemudian langkah terperinci dan spesifik dapat disusun dalam tahapan-
tahapan perencanaan pelatihan.

Dalam mendasain dan merencanakan program pelatihan, hendaknya dilakukan secara partisipatif
dengan melibatkan berbagai pihak terkait, terutama pihak manajemen untuk memperoleh
komitmen lebih jauh guna "menciptakan situasi yang mendukung dalam implementasi dan pasca
pelatihan. Keterlibatan dan komitmen semua pihak, terutama pihak manajemen, akan menjadi
kunci keberhasilan program pelatihan. Pepatah mengatakan bahwa "perencanaan yang baik
berarti setengah pekerjaan telah terselesaikan". Pada umumnya, perencanaan pelatihan lebih
banyak membutuhkan waktu daripada pelaksanaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan program pelatihan, antara lain: (1) latar belakang kegiatan, (2) tujuan pelatihan;
(3) peserta pelatihan; (4) biaya/sumber dana; (5) waktu dan tempat pelatihan, (6) jadwal
pelatihan (waktu, materi, dan pemateri); (7) susunan panitia pelaksana; (8) tata tertib; dan (9)
narasumber. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
penyelenggara pelatihan yang menyangkut komunikasi, logistik, fasilitator, peserta dan prasarana
pendukung lainnya.

Terakhir adalah evaluasi pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang dilakukan hanya
menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Evaluasi pelatihan dan tindak
lanjut sangat penting untuk mengetahui berbagai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan, baik
penyelenggaraan pelatihan maupun proses yang terjadi (Stufflebeam & Shinkfield, 1985). Dalam
melakukan penilaian terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement). Objek
evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, antara lain, kemampuan,
kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan tindak lanjut, pelatihan dapat
diketahui manfaat dan dampaknya.

Penyusunan rencana pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut:

9
Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan

Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas

Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan

Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan

Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan

Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah

Langkag 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR) Langkah

Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah

Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah

Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan

Berikut ini penjelasan dari kesepuluh penyusunan rencana pelatihan:

1) Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan

Langkah pertama dan utama dalam mengelola pelatihan adalah menjajagi dan mengetahui
kebutuhan pelatihan serta sejauh mana kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Langkah ini
merupakan langkah yang bersifat mutlak dan esensial. Mengingat pentingnya langkah ini, maka
dalam melakukannya perlu perhatian dan persiapan yang matang.

Pendekatan identifikasi kebutuhan pelatihan secara sistematis ini mempunyai relevansi yang
jelas antara kebutuhan pelatihan dengan kebutuhan atau persyaratan tugas. Tujuan pendekatan
pengelolaan program pelatihan ini adalah :

a. Meningkatnya prestasi kerja (kinerja) melalui perubahan pengetahuan dan keterampilan

b. Terukurnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang akan diperoleh (Cost Benefit
Ratio)

c. Spesifikasi tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan tugas yang ada.

d. Adanya peningkatan yang dapat diukur di dalam pencapaian tujuan organisasi atau
lembaga.
10
2) Menguji dan Menganalisis Jabatan dan Tugas

Menguji dan menganalisis jabatan adalah suatu proses mendapatkan informasi (data) tentang
suatu jabatan untuk penyusunan standar-standar tertentu. Secara umum, untuk melakukan
analisis jabatan dan analisis tugas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Menganalisis Uraian Tugas (Job Description);

Mengananalisis spesifikasi tugas ;

Menganalisis kualifikasi

Adapun, faktor-faktor yang perlu dipersiapkan antara lain adalah:

a. Pengetahuan, keterampilan dan sikap

b. Metoda (proses, mesin/alat, bahan)

c. Organisasi / prosedur

3) Klasifikasi dan menentukan peserta pelatihan

Berdasarkan pada tahap tersebut di atas dapat diketahui adanya berbagai klasifikasi peserta
sesuai dengan "jabatan dan tugas" yang diemban oleh masing-masing peserta. Banyak hal yang
harus dipertimbangkan dalam penentuan peserta. Namun, yang pasti bahwa "makin
heterogen/beragam" makin tajam pula sudut pandang yang timbul karena adanya berbagai
"posisi" dalam melihat dan mempertimbangkan sesuatu. Disamping itu, penentuan peserta,
khususnya dalam hal jumlah, perlu pula mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang
mendukung pelatihan.

4) Merumuskan Tujuan Pelatihan

Pada dasarnya tujuan pelatihan dapat dibedakan dalam tiga kategori pokok domain, yang
meliputi: (Bloom, 1971)

11
a. Cognitive Domain, adalah tujuan pelatihan yang berkaitan dengan meningkatkan pengetahuan
peserta.

b. Affective Domain, adalah tujuan pelatihan yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku dan,

c. Psychomotor Domain yaitu tujuan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan/skill peserta
diklat.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan merumuskan tujuan pelatihan,
yaitu:

a. Jenis Tujuan Pelatihan, yaitu hendaknya jenis tujuan pelatihan harus mencakup Pengetahuan
(P), Sikap (S) dan Ketrampilan (K) dan hasil yang diharapkan merupakan perubahan tingkah
laku yang dapat diobservasi/diamati.

b. Kedalaman Tujuan Pelatihan, Semakin dalam tujuan pelatihan semakin rumit untuk
mencapainya, sehingga akan mempengaruhi materi maupun metoda pelatihan yang harus
diberikan.

c. Sumber Daya yang tersedia, dalam merumuskan tujuan pelatihan hendaknya juga
mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia.

d. Waktu, faktor waktu sangat menentukan dalam merumuskan tujuan pelatihan

e. Peserta Pelatihan; faktor peserta juga sangat berpengaruh di dalam merumuskan tujuan
pelatihan baik dilihat dari latar belakang, pengalaman, usia, pendidikan dan lain sebagainya.
Dalam Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi), rancangan belajar tidak ditekankan pada isi,
namun lebih pada proses yang menyertainya.

f. Metoda dan Media; dalam menyusun materi pelatihan hendaknya juga mempertimbangkan
kesesuaian metoda dan media yang ada.

g. Ketersediaan Pelatih; adakah pelatih yang mempunyai kualifikasi sebagaimana yang


dikehendaki dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

h. Evaluasi Pelatihan; faktor yang ikut mempengaruhi perumusan tujuan adalah kompleksitas
penyelenggaraan evaluasi baik dari sisi isi evaluasi maupun proses yang harus ditempuh.

12
5) Rancangan Program Pelatihan (Rancangan Kurikulum & Silabus)

Langkah-langkah penting di dalam menyusun Rancangan Kurikulum & Silabus adalah sebagai
berikut di bawah ini.

A. Menentukan & Memprioritaskan Isi/Muatan Materi Pelatihan


Pada dasarnya, bilamana penjajagan atau identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan
dengan baik dan benar serta perumusan tujuan pelatihan dan tingkat kedalamannya
disusun dan dirumuskan dengan baik, maka sebenarnya sudah dapat teridentifikasi apa isi
materi pelatihan yang diharapkan.
B. Membangun Hubungan Logis dan Urutannya Pada dasarnya dalam membangun
hubungan logis dan urutannya; dapat ditempuh dalam dua tahap, yaitu :
· Hubungan logis dan urutannya berdasarkan antar bidang topik/isi
· Hubungan logis dan urutannya berdasarkan pada satu bidang topik/isi yang
dipecah menjadi sub topik yang lebih rinci
C. Menentukan Metoda & Media Pelatihan
Sesuai dengan prinsip pendidikan orang dewasa yang menghendaki adanya keterlibatan
aktif peserta pelatihan, maka di dalam menentukan metoda pelatihan, hal yang paling
mendasar untuk diperhatikan adalah "adanya keterlibatan maksimal" peserta pelatihan
D. Menentukan Kebutuhan Waktu
Biasanya, dalam menentukan perkiraan kebutuhan waktu didasarkan pada "skala
prioritas". Artinya bahwa "topik utama" yang menjadi prioritas akan mendapatkan
alokasi waktu yang cukup panjang, sedangkan "topik yang lain" memperoleh alokasi
waktu yang relatif pendek.

6) Rencana Program Pelatihan

Uraian berikut ini merupakan uraian rinci perencanaan penyelenggaraan pelatihan sehingga
"kurikulum pelatihan" sebagaimana telah diuraikan di atas dapat tercapai. Secara rinci
perencanaan penyelenggaraan pelatihan harus menentukan hal-hal sebagai berikut :

Siapa peserta pelatihan dan berapa jumlahnya,

13
1. siapa fasilitator/pelatih,
2. dimana tempat pelatihan akan dilaksanakan,
3. waktu penyelenggaraan,
4. kelengkapan pendukung,
5. kebutuhan biaya dan menetapkan sumber dana,
6. bahan pelatihan,
7. tempat penyelenggaraan,
8. konsumsi,
9. akomodasi,
10. transportasi,
11. dokumentasi,
12. sekretariat,

7) Menyusun dan Mengembangkan Kerangka Acuan (TOR)

Langkah penting selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan suatu kerangka Acuan
Pelatihan atau Terms of Reference (TOR). Pada umumnya garis besar isi Kerangka Acuan
Pelatihan (TOR) ini meliputi pokok pokok sebagai berikut:

a. Latar Belakang/Pendahuluan (Mengapa);

b. Tujuan Pelatihan (Untuk Apa);

c. Pokok Bahasan/Materi Pelatihan (Apa);

d. Pendekatan dan Metodologi Pelatihan (Bagaimana);

e. Peserta Pelatihan dan Fasilitator (Siapa);

f. Waktu dan Tempat Pelatihan (Kapan dan Dimana);

g. Sumber dana dan Pembiayaan (Berapa);

8) Pelaksanaan Program Pelatihan

Secara garis besar, dalam penyelenggaraan pelatihan ada dua hal penting yang perlu dilakukan
oleh "Panitia Penyelenggara", yaitu Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan Pelatihan.
14
a. Tahap Persiapan

Persiapan operasional ini antara lain meliputi:

1. Pemberitahuan/Undangan kepada peserta;

2. Pemberitahuan/Undangan kepada Fasilitator/Nara Sumber;

3. Menetapkan tempat penyelenggaraan dan fasilitas yang tersedia

4. Mempersiapkan Kelengkapan Bahan Pelatihan.

5. Mempersiapkan Konsumsi;

b. Tahap Pelaksanaan Pelatihan

Secara umum, alur pokok yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut di
bawah ini:

1. Pembukaan Pelatihan;

2. Pencairan Suasana.

3. Pembahasan Materi Pelatihan;

4. Rangkuman, Evaluasi dan Tindak Lanjut pelatihan

9) Evaluasi Program Pelatihan

Evaluasi pelatihan dilakukan dengan tujuan:

a. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai tujuan,
serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga dapat dibuat
langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

b. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran serta
penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.

15
c. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan
terjadinya perilaku di kemudian hari.

d. Identifikasi kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan


selanjutnya. Atas dasar ini, maka kegiatan evaluasi pelatihan dapat berupa :

· Evaluasi Proses Pelatihan

Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap langkah-langkah kegiatan selama
proses pelatihan berlangsung. Evaluasi proses dilakukan dengan mengungkapkan pendapat
seluruh peserta tentang Fasilitator, Peserta, Materi/Isi, dan proses pelatihan. Pada umumnya
evaluasi proses pelatihan dapat dilakukan dengan beberapa model atau cara, yaitu : Evaluasi
harian, Evaluasi mingguan dan Evaluasi akhir

· Evaluasi Hasil Pelatihan

Evaluasi hasil pelatihan berguna untuk mengetahui dan mengukur akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh suatu tindakan pelatihan.

10) Tindak Lanjut Pelatihan

Rencana Tindak Lanjut pelatihan adalah setiap upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh peserta
pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai. Rencana Tindak Lanjut hendaknya dibuat secara
spesifik dan realistis sesuai dengan tanggung jawabnya. Dalam menyusun Rencana Tindak
Lanjut, pada umumnya akan mencakup hal-hal sebagai berikut:

"Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kegiatan sehari-hari di
tempat kerjanya.

"Bagaimana", yaitu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh sehingga apa dapat
terlaksana dengan baik dan benar.

"Siapa", yaitu menyebutkan pihak terkait (stakeholder) siapa saja yang harus dan perlu dilibatkan
dalam melakukan kegiatan tindak lanjut. masyarakat, staf yang lain atau pimpinan lembaga.

"Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu kapan akan dimulai dan
kapan akan berakhir.
16
"Dimana", yaitu menyebutkan dimana kegiatan tersebut akan dilakukan. Apakah akan dilakukan
di lapangan dengan guru dan perangkat sekolah lainnya ataukah akan dilakukan di tempat
kerjanya atau di unit kerjanya sendiri, di unit yang lain atau akan diterapkan di luar lembaga lain
yang terlibat di dalamnya.

Berdasarkan Rencana Tindak Lanjut sebagaimana diuraikan tersebut di atas, maka akan dengan
mudah pihak yang bertanggung jawab terhadap program pelatihan untuk mengetahui keluaran
dan hasil serta dampak pelatihan.

Dengan demikian jelas bahwa tanggung jawab dampak pelatihan tidak hanya ada di pundak
fasilitator atau penyelenggara pelatihan. Yang paling penting adalah komitmen dan dukungan
dari semua pihak, khususnya pimpinan lembaga atau instansi sehingga "pengetahuan dan
ketrampilan" yang di dapat selama pelatihan bisa diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.

Agar supaya hasil pelatihan mempunyai dampak yang signifikan, maka peluang yang kondusif
untuk mempraktekkannya dalam pekerjaan sehari-hari perlu diciptakan. Karena seringkali
ditemukan banyak peserta pelatihan tidak bisa mempraktekkannya karena sistem lain yang
kurang mendukung. Untuk itu maka proses perlu dilakukan secara terus menerus guna
melakukan perbaikan secara bertahap dan berkesinambungan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen pelatihan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan


Pengevaluasian terhadap kegiatan pelatihan dengan memanfaatkan aspek-aspek pelatihan untuk
mencapai tujuan pelatihan secara efektif dan efisien. Manajemen atau pengelolaan pelatihan
merupakan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang berupa
kegiatan memahirkan. Sebagai suatu proses, manajemen pelatihan bergamitan dengan trisula

17
aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan (c) evaluasi. Ketiga komponen tersebut
dapat dijabarkan ke dalam sepuluh langkah kegiatan dalam menyusun rencana pelatihan yaitu:

Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan

Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas

Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan

Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan

Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan

Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah

Langkag 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR) Langkah

Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah

Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah

Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan

Mengelola Pelatihan (Managing Training) tidak ada bedanya dengan Mengelola Proyek yang
sudah kita kenal selama ini. Pada umumnya Daur Manajemen Pelatihan mengacu ke analisis,
mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi. Keberhasilan pelatihan
ditentukan oleh berbagai komponen, antara lain, pelatih, peserta latihan, bahan, media, strategi,
dan kondisi pelatihan. Pelatih termasuk penentu utama keberhasilan.

B. Saran

Dalam mengerjakan makalah ini, kami sebagai penulis memahami bahwa masih ada banyak
kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, kami mengharap adanya kritik dan saran dari pembaca.
Tujuannya adalah agar kami dapat membenahi kesalahan yang ada pada makalah ini sehingga
dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bloom, Benjamin et. al., 1971. Handbook on Formative and Summative Evaluation of Student
Learning, New York: McGraw-Hill.

Knowles, Malcom S. 1980. The Modern Practice in Adult Education, From pedagogy to
andragogy, Newyork: Cambridge The Adult Education Company

Leslie Rae. 1990. Mengukur Efektifitas Pelatihan. Jakarta: PT Pustaka Bina Mandiri Pressindo

Stoner, James A.F. Freeman, R. Edward, Gilbert J.R, Daniel R. (1996). Manajemen. Jakarta: P.T.
Prenhallindo.

Agustiani. Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dengan
Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. 2006.

Andriyani, Juli. Korelasi Peran Keluarga Terhadap Penyesuaian Diri Remaja. Jurnal Al-Bayan.
Vol. 22 No.34 Juli -Desember 2016.

F atimah. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pusaka Setia, 2006

Kartono, K. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju. 2000

19

Anda mungkin juga menyukai