Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAAN DIKLAT (ADMINISTRATIF DAN EDUKATIF)

(Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen


Pendidikan dan Pelatihan)

MAKALAH

DOSEN PEMAMPU :
DR. H. SUHERMAN, M.PD

Disusun Oleh :
NUNUNG SOLIHAT, S,Pd NIM : 7772200005
NURUL HADI, S.Thi NIM : 7772200020
MUHAMMAD SULAEMAN, S.Pd NIM : 7772200040

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PASCASARJA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya, kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik, tepat pada waktunya. Makalah ini disajikan dengan pola dan bahasa
yang sistematis dan sederhana sehingga mudah dipahami oleh para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
dan berperan aktif dalam menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul tentang
“PERENCANAAAN DIKLAT (ADMINISTRATIF DAN EDUKATIF)”
khususnya bapak Dr. H. Suherman, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Manajemen
Pendidikan dan Pelatihan. Sehubungan dengan makalah ini, kepada para pembaca
kmai tak lupa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, bilamana
dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekeliruan demi perbaikan cetak ulang
dimasa datang.
Karena bagaimanapun juga manusia itu tempat kesalahan dan kelalaian
sebagai mana tiada gading yang tak retak, sebelumnya kami ucapkan terima kasih.
Akhirnya kepada Allah saya bertawakal dan berserah diri.

Serang, 14 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Bagaimana Proses Perencanaan Diklat .......................................................6


B. Bagaimana Administrasi Diklat ................................................................10
C. Bagaimana Edukatif Diklat .......................................................................15
BAB III PENUTUP

A. Simpulan .....................................................................................................5
B. Saran ............................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu persyaratan kompetensi yang harus dimiliki oleh Analis
Kepegawaian Keahlian adalah kemampuannya melakukan analisis terhadap
berbagai permasalahan manajemen kepegawaian. Kemampuan melakukan analisis
ini hakikatnya merupakan wujud nyata dari tuntutan kemampuan Analis
Kepegawaian Ahli di bidang pengembangan sistem manajemen kepegawaian.
Kemampuan analisis pengembangan sistem inilah yang membedakan dengan
seorang Analis Kepegawaian Keterampilan, yang tugas pokoknya lebih banyak
fokus pada penyelenggaraan administrasi kepegawaian. Kemampuan melakukan
analisis di bidang perencanaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan
(diklat), tentu merupakan salah bagian kompetensi yang melekat pada Jaatan Analis
Kepegawaian Keahlian. Hal ini berarti bahwa seorang Analis Kepegawaian Ahli
harus mampu menyusun perencanaan dan desain pengembangan diklat.
Dalam rangkaian manajemen diklat, perencanaan dan pengembangan diklat
merupakan komponen yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
penyelenggaraan sebuah diklat. Diklat yang direncanakan dengan baik akan
memberikan dampak positif bagi keberhasilan diklat. Perencanaan dalam hal ini
tentu meliputi persiapan yang matang, baik dari aspek substansi diklat seperti
kurikulum, modul, pengajar dan sebagainya maupun dari aspek administrasi diklat.
Persiapan dan perencanaan diklat yang telah dirancang sedemikian rupa tentu
merupakan acuan dasar yang harus dilakukan dalam proses penyelenggaraan diklat.
Begitu pula dengan pengembangan diklat. Pengembangan substansi diklat seperti
kurikulum, modul, pengajar/fasilitator dan metode yang disesuaikan dengan
perkembangan tuntutan kebutuhan organisasi dan adaptasi terhadap perkembangan
mutakhir di bidang pelatihan SDM, akan memberikan dampak signifikan terhadap
keberhasilan penyelenggaraan diklat.
Rangkaian dua hal ini, yaitu perencanaan dan pengembangan diklat,
dipandang sebagai substansi pokok dari kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang pejabat
Analis Kepegawaian Keahlian. Keuntungannya, di samping memberikan
bekal Untuk mencapai semua ketentuan tadi maka diperlukan suatu pengelolaan
atau manajemen pelatihan yang cermat mencakup perencanaannya,
pengorganisasiannya, pelaksanaannya, dan pengawasan/evaluasinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat penulis tarik menjadi
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Proses Perencanaan Diklat?
2. Bagaimana Administrasi Diklat?
3. Bagaimana Edukatif Diklat?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Perencanaan Diklat
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Administrasi Diklat
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Edukatif Diklat
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES PERENCANAAN DIKLAT.


TNA telah mendefinisikan kesenjangan kompetensi pegawai beserta
usulan topik/jenis pelatihan. Topik pelatihan diarahkan untuk mencapai sasaran
pengembangan kompetensi dan memberikan solusi terhadap permasalahan serta
kendala kinerja pegawai dan organisasi. Topik pelatihan kemudian
dikembangkan menjadi suatu program pelatihan melalui aktivitas perancangan
pelatihan (training design). Perancangan pelatihan dilakukan untuk membuat
program yang terstruktur guna memenuhi sasaran kesenjangan kompetensi
pegawai. Sasaran pemenuhan kesenjangan kompetensi tersebut menentukan
kriteria peserta pelatihan. Program pelatihan terdiri atas aktivitas-aktivitas
pembelajaran peserta yang saling terkait. Topik pelatihan yang dijabarkan pada
kurikulum dibagi atas pokok-pokok bahasan yang membangun pemahaman atau
penguasaan kompetensi pada suatu topik. Pokok bahasan menentukan isi materi,
metode pelatihan, tata letak kelas dan sarana pelatihan. Hubungan antara
aktivitas-aktivitas pada perancangan pelatihan dapat dipahami melalui model
pada gambar di bawah ini (Aprinto dan Jakob, 2013: 321-333).
Model Inti Perancangan Pelatihan
Sumber : Aprinto dan Jakob, 2013: 321)

1. Pelatihan Berdasarkan Topik atau Jabatan


Pelatihan dapat mengambil satu topik untuk membangun kompetensi
tertentu atau satu rangkaian kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan
suatu pekerjaan. Pelatihan untuk membangun satu topik misalnya adalah
pelatihan analisis jabatan untuk pengelola unit SDM. Sedangkan pelatihan
pengelola unit SDM adalah pelatihan yang mencakup serangkian topik untuk
membangun serangkaian kompetensi yang diubutuhkan oleh seseorang dalam
menjalankan pekerjaaannya sebagai pengelola unit SDM. Materi yang diberikan
dapat mencakup analisis jabatan, perencanaan SDM, rekrutmen dan seleksi,
pengembangan karier dan kompetensi, dan sebagainya. Program pelatihan yang
terdiri atas satu topik memungkinkan penyerapan dan implementasi materi lebih
fokus. Peserta dapat juga dicampurkan dari berbagai jabatan dengan waktu
pelatihan yang singkat. Sebaliknya, membekali berbagai topik sekaligus yang
dibutuhkan suatu jabatan, membuat peserta memahami keseluruhan lingkup
tanggungjawabnya namun dapat menganggu operasional karena selama
beberapa hari peserta tidak menangani pekerjaannya.
Pelatihan yang diselenggarakan dengan mengirimkan ke pihak eksternal
biasanya suatu topik tertentu saja, kecuali pelatihan sertifikasi profesi yang
memberikan materi bidang profesi secara lengkap. Sedangkan bila pelaksanaan
pelatihan oleh internal, pembekalan materinya dapat dilaksanakan. Namun
apapun mekanismenya yang dibuat perlu menjawab hasil TNA.
2. Penyelenggara Pelatihan
Setelah menentukan tujuan, sasaran dan peserta pelatihan, maka organisasi
dapat memili apakah menggunakan lembaga pelatihan eksternal atau
menyelenggarakan pelatihan internal. Faktor utama pemilihan alternatif
penyelenggara pelatihan adalah tersedianya pengetahuan yang dibutuhkan dari
dalam organisasi serta jumlah pegawai. Bila suatu organisasi berukuran besar
dalam hal aset, pendapatan, anggaran dan jumlah pegawai, serta telah memiliki
pengetahuan yang dibutuhkan, organisasi tersebut dapat mengorganisasi
pelatihan sendiri melalui bagian pelatihan. Namun apabila tidak memiliki
pengetahuan yang dibutuhkan sesuai hasil TNA, maka akan lebih efektif
mengirimkan pegawai ke lembaga pelatihan yang sudah berpengalaman.
3. Tujuan Pelatihan
Program pelatihan yang efektif memiliki tujuan yang jelas mengenai apa
yang akan dipelajaru dan manfaatnya bagi peserta.Tujuan menjelaskan secara
singkat maksud pelaksanaan pelatihan seta menjawab pertanyaan untuk apa
pelatihan diselenggarakan. Tujuan pelatihan juga meliputi penentuan sasaran
dan peserta pelatihan.
Misalnya tujuan pelatihan kode etik dan disiplin PNS adalah memberikan
pengetahuan dan teknik penjatuhan disiplin bagi pengelola kepegawaian di
instansi pusat dan daerah.
a. Sasaran Pelatihan
Setelah tujuan pelatihan ditetapkan, selanjutnya dijabarkan sasaran
pelatihan, yaitu hasil-hasil yang dapat dilakukan setelah peserta mengikuti
pelatihan tersebut. Sasaran menjelaskan secara spesifik perilaku yang dapat
dilakukan yang mewakili kompetensi yang dimiliki peserta. Tujuan dan
sasaran sering disusun tertukat namun yang terpenting adalah dapat
menggambarkan arahan dan hasil akhir pelatihan. Tujuan dan sasaran
pelatihan merupakan dasar penyelenggaraan diklat.
Misalnya, sasaran pelatihan kode etik dan disilin PNS adalah setelah
mengikuti pelatihan:
1) Peserta akan memiliki jiwa disiplin
2) Peserta mampu menunjukkan sikap perilaku etis dan disiplin
3) Mampu menerapkan etika dan kedisiplinan
b. Peserta Pelatihan
Tujuan dan sasaran pelatihan memberikan arah pembekalan
kompetensi kepada peserta pelatihan. Penunjukan peserta pelatihan sesuai
dengan tujuan dan sasaran pelatihan. Peserta pelatihan yang ditetapkan
sebaiknya pegawai yang membutuhkan pembekalan kompetensi untuk
mengatasi permasalahan dan kendala organisasi sesuai TNA. Untuk memilih
peserta umumnya dibuat suatu kriteria persyaratan sesuai dengan tjuan dan
sasaran pelatihan. Kriteria peserta antara lain pegawai suatu jabatan tertentu,
menangani pekerjaan/tugas tertentu, pegawai yang baru direkrut, pegawai
yang harus menerima sosialisasi, pegawai pada tingkat manajerial tertentu,
atau pegawai yang memiliki kendala dan permasalahan tertentu dalam
pekerjaannya.
Sebagai contoh, bila pelatihan bersifat teknis, maka peserta pelaihan
dapat dipilih dari orang-orang dengan jabatan teknis yang sama. Misalnya
diklat teknis analisis jabatan bagi pegawai yang menangani analisisi jabatan.
Faktor lain pemilihan peserta adalah kemampuan pembelajaran peserta,
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sebelumnya, motivasi dan sikao
positif terhadap pelatihan. Pelatihan yang diselenggarakan bertingkat
mensyaratkan peserta telah memilki pengalaman, pengetahuan da
keterampilan pada suatu bidang atau tingkatan tertentu. Misalnya, suatu
instansi mengadakan pelatihan kepemimpinan tingkat II yang mensyaratkan
peserta minimal sudah menduduki jabatan setingkat eselon II.
4. Sesi
Perancangan diklat/materi membagi judul materi menjadi beberapa sesi
materi yang membangun materi tersebut. Pembagian sesi pelatihan membuat
materi yang disampaikan sesuai dengan prosedur tahapan dengan pembagian
waktu yang efisien. Pembuatan sesi pelatihan menjadi panduan pegajar dalam
menyampaikan materi pengajaran.
Misalnya pelatihan kode etik dan disiplin terbagi atas dua sesi materi. Pada
sesi pertma peserta akan mempelajari tentang kode etik dan pada sesi kedua
peserta akan praktik membuat simulasi penjatuhan disiplin.
5. Topik
Setiap sesi pelatihan membuat sautu topik. Topik pelatihan sesuai dengan
pembagian sesi pelatihan. Dengan pembagian topik, maka suatu kurikulum
pelatihan dapat dikelompokkan dan disusun secara sistematis.
Misalnya pelatihan kode etik dan disiplin terbagi atas dua sesi materi
dengan topik pertama yaitu kode etik PNS dan topik kedua yaitu disiplin PNS
6. Sasaran Pembelajaran
Setiap topik memiliki sasaran pembelajaran. Penjabaran topik materi
pelatihan perlu memiliki sasaran yang jelas. Tanpa sasaran yang jelas, materi
yang disampaikan dapat berputar-putar tanpa arah dan konsep materi
disampaikan tanpa memandang apakah materi tersebut relevan. Misalnya, topik
kode etik PNS memiliki sasaran pembelajaran:
1) Memahami pengertian dan jenis kode etik PNS
2) Memahami jenis pelanggaran kode etik dan sanksi
7. Pokok Bahasan
Setiap topik dijabarkan atas beberapa pokok bahasan. Pokok bahasan
inilah yang disusun untuk mencapai sasaran pembelajaran. Tugas pengajar
adalah menjelaskan tentang pokok-pokok bahasan sesuai dengan lingkup dan
alokasi waktu yang disediakan.
Misalnya topik kode etik PNS terdiri atas pokok bahasan:
1) Pengertian Kode Etik dan Perilaku
2) Jenis Etika Perilaku
3) Jenis pelanggaran dan sanksi kode etik PNS
8. Metode Pengajaran
Metode pengajaran merupakan cara membekali kompetensi kepada
peserta pelatihan. Metode pelatihan membantu peserta mempelajari materi
pelatihan, melatih, mendorong kesadaran peserta dan membantu agat tetap
termotivasi, tertarik dan terlibat dalam proses pembelajaran. Berbagai metode
pembelajaran dalam kelas meliputi: ceramah, presentasi, diskusi kelompok,
praktik, studi kasus, membaca, demonstrasi, penugasan, dan simulasi.
Setaip pokok bahasan dapat disampaikan menggunakan suatu metode atau
kombinasi beberapa metode pengajaran. Misalnya pokok bahasan jenis
pelanggaran dan sanksi kode etik disampaikan dengan menggunakan metode
ceramah dan diskusi kelompok.
9. Alokasi Waktu
Penyampaikan setiap pokok bahasan dibatasi oleh alokasi waktu. Begitu
pula penggunaan metode pembelajaran mempengaruhi alokasi waktu yang
tersedia. Alokasi tidak kaku, tetapi fleksibel terhadap kebutuhan pemahaman
peserta. Misalnya alokasi waktu untuk pokok bahasan pada topik jenis
pelanggaran dan sanksi disiplin PNS sebagai berikut:
1) Pengertian Disiplin (30 menit)
2) Jenis Disiplin (60 menit)
3) Jenis pelanggaran dan penjatuhan sanksi disiplin PNS (90 menit)
10. Alat Bantu Pelatihan
Alat bantu pelatihan membantu kelancaran proses pelatihan sesuai dengan
metode yang digunakan. Alat bantu pelatihan yang umum digunakan yaitu
laptop, LCD, layar dan sound system berupa microphone, wireless mic dan
speaker. Alat bantu audiovisual lainnya antara lain OHP, music dan video.
Misalnya adalah perancangan pelatihan kode etik dan disiplin PNS yang
menggabungkan secara keseluruhan seluruh aspek perancangan pelatihan

Judul Pelatihan : Kode Etik dan Disiplin PNS


Memberikan pengetahuan dan teknik penjatuhan disiplin
Tujuan : PNS

Waktu : 1 (satu hari)/10JP

Peserta : Pengelola Kepegawaian Instansi Pusat dan Daerah

Sasaran Pelatihan : - Peserta akan memiliki jiwa disiplin


Peserta mampu menunjukkan sikap perilaku etis dan
- disiplin

- Mampu menerapkan etika dan kedisiplinan

Sesi I – Topik : Kode Etik PNS

Sasaran Pembelajaran : - Memahami pengertian dan jenis kode etik PNS

- Memahami jenis pelanggaran kode etik dan sanksi

Metode Alat Bantu


Pokok Bahasan Waktu (menit)
Pengajaran Pelatihan

Pengertian Kode ceramah 30 LCD + Layar
Etik
dan Perilaku

Jenis Etika Ceramah & diskusi 60 LCD + Layar
Perilaku
kelompok
 Ceramah & studi
90
LCD + Layar+
Jenis pelanggaran kasus kertas
dan sanksi kode
etik
PNS

Sesi II – Topik : Disiplin PNS

: - Memahami pengertian dan jenis disiplin PNS


Sasaran
- Memahami jenis pelanggaran disiplin dan
Pembelajaran
Sanksi

Pokok Metode Alat Bantu


Bahasan Pengajaran Waktu (menit) Pelatihan

Pengertian
Disiplin ceramah 30 LCD + Layar
 Ceramah &
Jenis Disiplin diskusi 60 LCD + Layar
kelompok

 Ceramah & studi LCD + Layar+


Jenis pelanggaran kasus 90 kertas
dan sanksi
disiplin
PNS

11. Pengajar
Pengajar merupakan ujung tombak pembelajaran dalam pelatihan.
Penunjukkan pengajar secara umum didasarkan pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan mengajar. Faktor lain seseorang dipercaya sebagai pengajar yaitu
integritas. Inilah penyebab utama organisasi tidak mempercayai anggotanya
sendiri meminta pengajar dari luar untuk menyampaikan materi yang seharusnya
disampaikan oleh pegawai internal. Kualifikasi yang dibutuhkan dari seorang
pengajar antara lain adalah:
1) Memiliki kemampuan bekerja sama, kepemimpinan dan teknis
komunikasi yang baik
2) Memiliki pengakuan dan kualifikasi profesional yang relevan dengan
materi
3) Mengerti kode etik profesi di bidangnya
4) Memiliki pengalaman di dalam pekerjaan yang sesuai dengan materi
5) Mampu melakukan pendekatan pemecahan masalah di dalam menanggapi
berbagai permasalahan
6) Mengikuti perkembangan dan isu-isu terbaru yang berkaitan dengan
materi, dengan menghadiri seminar dan konferensi
7) Spesifikasi lainnya bergantung pada materi yang dibawakan.

12. Ruang dan Layout Kelas


Fungsi ruang kelas adalah menciptakan suasana untuk pembelajaran.
Dalam hal ini terkait dengan luas ruangan yang memadai, pencahayaan, dan
layout kelas sesuai jumlah peserta dan metode pengajaran. Secara umum, layout
ruangan dikelompokkan menjadi 3 jenis utama, yaitu class room, U shape dan
round table.
1) Layout class room, bangku dan tempat duduk berjajar seperti ruangan
kelas atau teater bioskop. Kegunaan utama memudahkan metode
presentasi dengan jumlah peserta banyak, lebih dari 20 orang.
2) Layout U shape, bangku dan tempat duduk peserta membentuk huruf U
setengah mengelilingi pengajar dengan variasainya membentuk huruf V
untuk layout V shape. Kegunaan utama memudahkan interaksi pengajar
dan peserta berhadapan satu persatu dan mendorong diskusi seluruh
peserta. Jumlah peserta lebih baik kurang dari 20 orang.
3) Layout round table atau konferensi terdiri atas meja berbentuk bundar
yang setiap meja terdapat 4 – 6 orang peserta, biasanya dalam satu ruangan
kelas minimal terdapat 4 round table. Kegunaan utama mendorong diskusi
peserta serta penugasan kelompok dalam satu meja.
13. Bahan Materi Pelatihan
Setiap pengajar berbeda-beda dalam memberikan bahan materi. Ada yang
memberikan handout materi berupa power point presentasi materi, ada yang
memberikan buku teks/modul, berbentuk buku lembar kerja atau berbentuk
handout denga isian yang harus diisi peserta selama pelatihan.
14. Komsumsi dan Coffee Break
Konsumsi bukan merupakan bagian dari pelatihan, namun memengarui
kesan peserta terhadap pelatihan. Dalam umpan balik penyelenggaraan
pelatihan, konsumsi mendapat perhatian yang tinggi dari peserta. Tipsnya,
hindari konsumsi yang terlalu sederhana dan juga tidak perlu terlalu mewah dan
lengkap. Coffee break merupakan waktu istirahat sejenak bagi peserta umumnya
selama 15 menit untuk menikmati kopi, teh dan snack. Coffee break berguna
meningkatkan kembali daya serap dan perhatian kepada pelatihan setelah kira-
kira 2 jam proses pembelajaran. Coffee break diberikan sekitar jam 10 pagi dan
3 sore, serta bila malam hari dilaksanakan mulai pukul 19.00, maka coffee break
diberikan sekitar pukul 12.00.

B. ADMINISTRASI DIKLAT
1. Membentuk panitia penyelenggara dengan SK yang diterbitkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi, yang di dalamnya terdiri dari unsur Bapelkes dan
tim fasilitator serta MOT.
2. Surat pemanggilan peserta dan tembusan pada yang bersangkutan. Surat
pemanggilan peserta harus dikirim paling lambat dua minggu sebelum
pelatihan dilaksanakan (tergantung jangkauan wilayah setempat). Dalam
surat pemanggilan harus jelas waktu dan tempat pelatihan, tanggal mulai
masuk asrama, dan persyaratan lain yang harus dibawa, misalnya: SPPD,
bukti tiket, pas foto berlatar belakang merah ukuran 4x6 sebanyak dua buah,
dan biodata peserta.
3. Membuat surat permohonan pengajar. Surat permohonan pengajar harus
dikirim paling lambat satu minggu sebelum pelatihan dimulai. Dalam surat
tersebut harus dijelaskan materi yang akan diberikan, waktu dan tempat, serta
dilampirkan GBPP (terlampir).
4. Memperhatikan kelengkapan peserta dalam pelaksanaan pelatihan seperti
kehadiran peserta.
5. Memperhatikan persiapan dan perlengkapan narasumber/fasilitator/pengajar
dalam pelaksanaan pelatihan.
6. Surat permintaan/penerbitan sertifikat ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota atau pimpinan institusi penyelenggara
pelatihan pada saat proses pelatihan berlangsung.
7. Surat permintaan membuka dan penutupan pelatihan ditujukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota atau pimpinan institusi
penyelenggara pelatihan.
8. Merencanakan penggunaan biaya. Komponen biaya yang disiapkan terdiri
dari: (a) honor pengajar atau narasumber, honor panitia, honor
penyelenggara; (b) perjalanan, mencakup transport peserta dari daerah ke
tempat pelatihan, transport pengajar atau narasumber, transport lokal panita;
(c) kebutuhan alat tulis kantor; (d) Kebutuhan alat, bahan, dan sarana untuk
simulasi dan praktik lapang (sesuai dengan anggaran yang tersedia).
9. Menggandakan makalah dan referensi lain, di luar modul yang sudah ada

Selanjutnya dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatikan secara administratif


ada beberapa hal yang harus di persiapkan antara lain :
1. Mempersiapkan Surat Keputusan Penyelenggaraan/ kepanitiaan
2. Mempersiapkan tugas dan fungsi anggota panitia termasuk jadwal piket,
dan tata tertib penyelenggaraan,
3. Mempersiapkan dan memanggil peserta pelatihan lengkap dengan kriteria
peserta, waktu dan tempat penyelenggaraan serta syarat atau apa saja yang
harus disiapkan dan dilakukan oleh peserta,
4. Menyiapkan formulir:
a. Daftar hadir, biodata peserta, fasilitator dan narasumber;
b. Sertifikat;
5. Mempersiapkan dan mengirimkan surat permohonan:
a. Membuka dan menutup pelatihan;
b. Nara sumber dan Fasilitator;
c. Penggunaan tempat : penginapan peserta; ruang belajar; dan tempat
praktek lapangan
d. Sarana lain yang di perlukan.
6. Menyediakan perlengkapan diklat, antara lain:
a. ATK;
b. Perlengkapan peserta;
c. Sarana penunjang pembelajaran, seperti : OHP, Video, LCD, White
Board dan lain- lain; Sound System; Transportasi.
d. Spanduk
e. Lokasi dan tempat : akomodasi dan konsumsi; ruang belajar; praktek
lapangan; olah raga; out bound; perpustakaan/ruang baca; sekretariat.
f. Sarana dokumentasi.
7. Menyusun dan menyediakan biaya pelaksanaan pelatihan yang terdiri dari:
a. Biaya administrasi; dan
b. Biaya edukatif,

C. EDUKATIF DIKLAT
Kegiatan ini menggambarkan pelaksanaan jalannya kegiatan latihan, unsur-
unsur pelaksanaan latihan, metode maupun mengajarnya. Pada proses pelaksanaan
ini, dicantumkan dimana kegiatan dilaksanakan serta kerja sama dengan instansi
terkait dan model evaluasi yang digunakan.
Untuk kelancaran dalam pelaksanaan pelatihan, organisasi/kepanitiaan perlu
disusun dengan struktur dan uraian tugas yang jelas. Organisasi tersebut perlu
dibentuk dengan mempertimbangkan aspek efisiensi dan kerja sama.
Unsur biaya yang dibutuhkan secara keseluruhan dirancang secara utuh dan
cermat. Kekeliruan dalam merancang pendanaan akan mengakibatkan kegiatan
pelatihan dapat terhenti, atau mungkin dana yang tersedia cukup kecil sehingga
pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam menyusun
pendanaan agar dirancang secara cermat dan benar.
Setelah segala sesuatunya tentang pelatihan selesai direncanakan, tahap
berikutnya adalah pelaksanaan. Tahap pelaksanaan ini dapat dibagi dalam tiga
langkah yaitu langkah persiapan (persiapan administratif dan edukatif), langkah
pelaksanaan, dan langkah pelaporan.
1. Langkah-Langkah Persiapan
a) Menyiapkan surat edaran tentang adanya program latihan (jenis diklat,
lamanya, tempat, dan persyaratan peserta).
b) Mempersiapkan instrumen tes masuk diklat (jika diperlukan).
c) Melaksanakan tes masuk/selesai calon peserta.
d) Mempersiapkan Surat Keputusan penyelenggara Diklat/kepanitiaan.
e) Menyiapkan buku pedoman/petunjuk. Buku pedoman itu memuat hal-hal
yang perlu diketahui oleh peserta latihan.
f) Panggilan peserta, dengan persyaratan-persyaratan yang diwajibkan bagi
peserta.
g) Menentukan widyaiswara, dengan persyaratan: - Pejabat fungsional -
Ahli/Pakar - Widyaiswara ditetapkan dengan Surat Keputusan Pejabat yang
berwenang berdasarkan SK Menpan No. 08/1985.
h) Menyiapkan formulir/blanko, seperti daftar hadir, surat izin bagi peserta yang
akan meninggalkan kampus karena sesuatu kepentingan tertentu, identitas
peserta, penilaian, sikap, penilaian seminar, diskusi, simulasi, dan lain-lain.
i) Menyediakan perlengkapan diklat, seperti alat tulis-menulis, perlengkapan
peserta, tanda pengenal peserta, blanko STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan
dan Pelatihan), Plakat, OHP, Video, dan lain-lain.
j) Menyusun biaya pelaksanaan, yang terdiri dari komponen biaya administrasi
(akomodasi, konsumsi, kesehatan peserta, bahan ajar, transpor peserta, uang
saku, honor panitia/petugas, transpor lokal panitia/petugas), dan biaya edukatif
(honor widyaiswara/pelatih, honor narasumber, honor pengamat dan penilai,
honor praktek kerja lapangan, biaya buku-buku, foto copy dan lain-lain).
2. Langkah-Langkah Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan:
a) Pembukaan
b) Melaksanakan kegiatan akademik
Kegiatan ini diawali dengan penjelasan program diklat oleh ketua diklat.
Penjelasan meliputi: tujuan, struktur program latihan (kurikulum dan silabi,
widyaiswara/pelatih dan kegiatan-kegiatan lainnya), sistem penilaian, kriteria
kelulusan dan kewajiban serta hak peserta.
- Senam pagi
- Outword bound/dinamika kelompok
- Perkuliahan (terjadwal)
- Penugasan-penugasan
Selama perkuliahan dilaksanakan pula kegiatan-kegiatan yang menambah
wawasan dan perubahan perilaku peserta seperti:
a) Diskusi kelompok
b) Tugas baca
c) Penulisan kertas kerja/karya tulis
d) Praktek kerja lapangan/PKL. Selama kegiatan PKL peserta diharapkan
menghasilkan:
- Kertas kerja tentang ”Rencana Kerja untuk masing-masing instansi terkait
yang menjadi obyek/sasaran kunjungan dengan sub tema PKL”.
- Kertas kerja tentang ”Rencana Kerja Peningkatan Koordinasi Lintas Instansi
Dalam Kaitannya Dengan Sub-Tema PKL”.
- Laporan PKL dengan pendekatan administrasi manajemen, organisasi dan
kepemimpinan yang dipandang menarik dan bermanfaat bagi peserta.
e) Seminar
Seminar merupakan forum diskusi kelompok dimana kertas kerja
perorangan/ kelompok disajikan dan dibahas menyeluruh sehingga masing-
masing kertas kerja dapat dikembangkan berdasarkan masukan dari peserta
lainnya. Seminar terdiri atas:
- Seminar Kertas Kerja Perorangan
- Seminar Kertas Kerja Angkatan
- Seminar Kertas Kerja Kelompok.
- Seminar Kertas Kerja Praktek Kerja Lapangan.
f) Evaluasi Setiap kegiatan diklat diakhiri dengan evaluasi. Maksud evaluasi
adalah untuk mengetahui sejauh mana kegiatan diklat telah mencapai tujuan.
Sasaran evaluasi meliputi unsur-unsur peserta, program pengajaran, personal,
organisasi penyelenggara, widyaiswara/pelatih, sarana dan prasarana, biaya,
partisipasi masyarakat, dan pasca diklat.
3. Penilaian Pasca Diklat
Penilaian pasca diklat dilakukan terhadap kemampuan dan pendayagunaan
alumni yaitu:
- Sejauh mana alumni mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuannya
dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan dalam jabatan yang diembannya.
- Sejauh mana alumni didayagunakan potensinya baik dalam jabatan fungsional
maupun jabatan struktural.
4. Penutupan
Penutupan merupakan acara terakhir kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Undangan (siapa yang akan diundang)
- Acara penutupan (laporan) penyelenggara diklat, penyerahan STTPL,
penyerahan hasil diklat/makalah kelompok, kesan peserta, sambutan
pejabat/Pembina diklat, sambutan sekaligus menutup diklat, pembacaan doa dan
ucapan selamat kepada peserta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mencapai semua ketentuan tadi maka diperlukan suatu pengelolaan
atau manajemen pelatihan yang cermat mencakup perencanaannya,
pengorganisasiannya, pelaksanaannya, dan pengawasan/evaluasinya. Suatu
pelatihan dikatakan efektif jika hasil dari pelatihan tersebut dapat mencapai tujuan
organisasi, meningkatkan kemampuan sumber daya, memuaskan pelanggan dan
dapat meningkatkan proses-proses internal (Bramley dalam Detty dkk, 2009, hlm.
21). Sesuai dengan makna efektivitas tersebut di atas, maka pelatihan yang efektif
merupakan pelatihan yang berorientasi proses, dimana organisasi tersebut dapat
melaksanakan programprogram yang sistematis untuk mencapai tujuan dan hasil
yang dicita-citakan. Dengan demikian, pelatihan dikatakan efektif apabila pelatihan
tersebut dapat menghasilkan sumber daya manusia yang meningkat
kemampuannya, keterampilan dan perubahan sikap yang lebih mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. S. P. Hasibuan, “Manajemen Sumber Daya Manusia,” Ed. Revisi
Jakarta Bumi Aksara, 2011.
[2] Moekijat, Kamus Manajemen. 2018.
[3] S. Sumarsono, Manajemen Koperasi : Teori dan Praktik. 2013.
[4] G. Dessler, “Manajemen Sumber Daya Manusia,” in Pelatihan dan
Pengembangan, 2017.
[5] V. Rivai, “Manajemen Sumber Daya Manusia,” Jakarta:Grafindo, 2004.
Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta
Komaruddin Sastradipoera. 2006. Pengembangan dan Pelatihan: Suatu
Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Kappa-Sigma
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai