PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat
pendidikan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi informasi dan
perdagangan, serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan
terhadap produk peternakan terutama daging sapi.
Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan.
Begitu penting perannya, pangan dan gizi dapat dianggap sebagai kebutuhan dan modal dasar
pembangunan serta dijadikan indikator atas keberhasilan pangan. Penganekaragaman pangan
merupakan salah satu cara memperbaiki status gizi masyarakat. Usaha penganekaragaman
pangan dapat dilakukan dengan mencari bahan makanan yang baru atau bahan pangan yang
sudah ada dikembangkan menjadi bahan pangan yang beranekaragam dengan
harga yang relatif terjangkau (Karsin, 2000).
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat.
Oleh karena itu pangan yang tersedia di masyarakat harus layak dikonsumsi (fit to
consumption) dan aman untuk dikonsumsi (safe to consumption). Selain itu hendaknya
pangan tersedia secara cukup, bermutu, bergizi, dan beragam.
Pengolahan produk-produk hasil peternakan dalam kaitannya untuk menciptakan
produk pangan yang aman pada proses pengolahannya selain harus bebas bahan pengawet,
penggunaan bahan tambahan makanan (pewarna dan penambah cita rasa) harus
menggunakan bahan-bahan yang diijinkan, serta higienis.
Untuk mencapai hal tersebut, berbagai standar, pedoman, dan program manajemen
telah banyak dikembangkan, salah satunya adalah Standar Nasional Indonesia atau yang lebih
dikenal dengan SNI. Hal ini bertujuan untuk menjamin keamanan pangan di bidang industri
pangan yang ditujukan untuk konsumen maupun produsen. Dan diharapkan setiap produk
yang beredar di pasaran telah memenuhi SNI serta mencantumkan tanda SNI pada
kemasannya, sebagai cerminan bahwa produk tersebut terjamin mutunya.
Adanya label SNI pada produk menjadi patokan bagi konsumen dalam memilih
produk yang terjamin mutunya, dalam hal ini produk hasil peternakan yang diamati secara
khusus adalah bakso daging sapi. Bakso daging merupakan makanan populer dalam
masyarakat sehingga produk ini dapat sangat mudah ditemukan dipasaran. Untuk
memastikan produk bakso daging tersebut telah terjamin mutunya sesuai SNI yang
dicantumkan perlu dilakukan pengujian sampel bakso daging di pasaran. Hal ini untuk
memperkuat keyakinan konsumen dalam keamanan mengonsumsi bakso daging yang
berlabel SNI.
B. Tujuan
Tujuan wawancara ini adalah agar kita mempelajari proses pembuatan bakso sapi, sanitasi
terhadap proses pembuatan bakso sapi, GMP, sanitasi, dan HACCP produk, lalu bertujuan
untuk mengetahui cara pembuatan dan pengolahan produk olahan daging dalam bentuk
bakso.
C. Manfaat
Mahasiswa mendapat pengalam yang terkait dengan aplikasi ilmu Pahan Halal, lalu
menambah wawasan mengenai dunia industri.
BAB II
TEORI (TINJAUAN PUSTAKA)
A. Daging
Daging ialah bagian lunak pada hewan yang terbungkus kulit dan melekat pada tulang
dan menjadi bahan makanan. Daging tersusun sebagian besar dari jaringan otot, ditambah
dengan lemak yang melekat padanya urat, serta tulang rawan. Daging sapi adalah yang
diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan
(Wikipedia : 2013).
Daging adalah salah satu dari produk pangan yang mudah rusak disebabkan daging kaya
zat yang mengandung nitrogen, mineral karbohidrat dan kadar air yang tinggi serta pH yang
dibutuhkan miroorganisme perusak dan pembusuk untuk pertumbuhannya (Komariah, 2004).
Organ-organ misalnya hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pancreas, dan jaringan
otot termasuk dalam definisi ini (Soeparno, 2005).
Menurut Elveira (1988), daging sapi yang biasa digunakan untuk membuat bakso
adalah daging penutup (top side), gandik (silver side), dan lemusir (cube roll). Penggunaan
daging gandik menyebabkan bakso mempunyai kadar protein, daya iris (shear WB),
kecerahan dan kemerahan tertinggi, serta kadar lemak terendah (Indarmono, 1987).
Daging adalah daging hewan yang digunakan sebagai makanan. Daging didefinisikan
sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut
yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
memakannya. Otot merupakan komponen utama penyusun daging, otot hewan berubah
menjadi daging setelah pemotongan karena fungsi fisiologisnya telah terhenti. Faktor yang
mempengaruhi kondisi ternak sebelum pemotongan akan mempengaruhi tingkat konversi
otot menjadi daging dan juga kualitas daging yang dihasilkan (Anonim, 2010).
Daging tersusut dari jaringan ikat, epitelial, jaringan-jaringan syaraf, pembuluh darah dan
lemak. Jumlah jaringan ikat berbeda diantara otot, jaringan ikat berhubungan dengan keaotan
daging. Otot skeletal mengandung sekitar 75% air dengan kisaran 68-80%, protein kisaran
19%, substansi- substansi non protein yang larut 35%, serta lemak sekitar ,5% (Anonim,
2001)
B. Bakso
Bakso adalah jenis makanan yang terdiri dari bahan utama daging yang
dilumatkan,dicampur dengan bahan-bahan lainnya,dibentuk berupa bola-bola dan selanjutnya
direbus. Berbeda dengan sosis, bakso dibuat tanpa mengalami proses pembungkusan maupun
pengasapan. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie.Bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam pembuatan bakso adalah daging, bahan perekat, bumbu dan es batu/ air es
(Singgih, 2009). Biasanya jenis bakso di masyarakat pada umumnya diikuti dengan nama
jenis bahan seperti bakso ayam, bakso ikan dan bakso sapi atau bakso daging.
Daging adalah jaringan otot dari hewan yang berbentuk serat-serat otot yang panjang dan
tipis yang diikat menjadi satu oleh lapisan tipis dari jaringan ikat yang menyambung antara
satu dengan yang lain. Daging merupakan bahan pangan sumber protein berkualitas tinggi
karena mengandung asam amino esensial, juga sebagai sumber vitamin B kompleks dan
kandungan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, K. Dalam Setiap
100 gram daging sapi mengandung kalori 207 Kkal, protein 18,8 gram, lemak 14 gram,
kalsium 11 mg, besi 2,8 mg dan vit A 30 mg dan Vit B 0,08 mg (DKBM, 2005).
Bahan baku bakso dimasyarakat selama ini menggunakan daging sapi. Penggunaan
bahan baku daging sapi memiliki harga produksi yang lebih mahal. Hal ini menjadi dilema
bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan protein dari daging sapi. Disisi lain ada
penyakit yang mengancam seperti: hiperkolesterol, jantung dan kanker. Parameter mutu
bakso yang diperhatikan para pengelolah atau konsumen biasanya adalah tekstur,warna dan
rasa. Tekstur yang biasa disuka adalah yang halu, kompak, kenyal dan empuk. Halus dimana
irisannya rata, seragam serta dagingnya tidak tampak. Kenkenyalan bakso dapat ditentukan
dengan ditekan, sedang keempukan diukur dengan cara digigit, dimana bakso yang empuk
akan mudah pecah
C. SNI Proses Pengolahan Bakso Daging (SNI 01-38181995)
a. SNI Bakso Daging
Bakso daging menurut SNI adalah produk makanan berbentuk bulatan atau behtuk
lain yang diperoleh dari campuran daging temak (kadar daging tidal< kurang dari 50%) dan
pati atau serealia dengan atau tanpa Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan (Dewan
Standardisasi Indonesia, 1995).
b. SNI Penyimpanan
Menurut SNI penyimpanan karkas atau daging dapat dilakukan dalam nentuk segar, segar
dingin atau beku diruangan atau tempat sesuat denan karakteristik roduk
c. SNI Pengemasan
Menurut SNI produk dikemas yang aman serta tidak mengakibatkan penyimpangan atau
kerusakan produk selama penyimpanan dan pengangkutan.
d. SNI Warna Daging
Penilaian warna daging dilakukan dengan melihat warna permukan otot mata rusuk
dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar warna. Nilai skor warna
ditentukan berdasarkan skor standar warna yang paling sesuai dengan warna daging. Standar
warna daging terdiri atas sembilan skor mulai dari warna merah muda hingga merah tua.
e. SNI Tekstur
Penilaian tekstur otot dilakukan dengan melihat kehalusan/kekasaran permukaan otot
mata rusuk dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar tekstur daging.
Nilai skor tekstur ditentukan berdasarkan skor standar tekstur yang paling sesuai dengan
tekstur daging. Standar tekstur daging terdiri atas tiga skor yaitu halus, sedang dan kasar
f. SNI Peringkat Mutu Daging
Peringkat mutu daging ditentukan berdasarkan kesesuaian nilai skor untuk masing-
masing sifat fisik dengan syarat mutu yang telah ditetapkan. Karkas yang telah dievaluasi
dibubuhi dengan stempel sesuai dengan peringkat mutunya.
g. Pelabelan
Informasi pada label kemasan primer minimal mencantumkan :
a. nama produk;
b. merk dagang;
c. NKV;
d. label halal.
h. Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri atas stempel mutu, senter dengan lampu putih dan
intensitas minimum 700 lux, standar warna daging, standar warna lemak, standar marbling
dan standar tekstur.
i. SNI Karkas
Tingkatan mutu karkas sapi dapat dilihat pada sebagai berikut :
j. SNI Mutu Fisik
Tingkatan mutu daging sapi secara fisik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Persyaratan mutu mikrobiologis daging sapi, dapat terlihat pada tabel sebagai berikut :
BAB III
GAMBARAN UMUM
Bakso Titoti di jual dalam beberapa jenis, antara lain : bakso telor, bakso urat besar,
bakso mie campur, bakso bihun, bakso mie kuning, bakso soun, bakso kuah, mie ayam telor,
mie ayam urat besar, mie ayam bakso pangsit, mie ayam pangsit, mie ayam bakso, mie ayam,
mie ayam, dan siomay. Selain itu, di bakso titoti juga disediakan berbagai macam minuman,
seperti : es campur, jus buah, es teh, dan lain – lain. Untuk bakso titoti sendiri ada dua jenis
ukuran, yang kecil bakso daging, yang besar bakso daging urat. Harga bakso daging yang
kecil Rp. 17.000, jika bakso daging urat Rp. 20.000.
Bakso titoti ini belum mendapatkan sertifikat halal dari MUI, tetapi sudah ada logo
halalnya di nota dan di menu makanan, sehingga kehalalan, mutu dan keamanannya terjamin.
Selain itu, pemilik dan karyawan Bakso Titoti semuanya beragama islam, jadi untuk
kehalalannya tidak di ragukan lagi. Selain itu, Bakso Titoti juga telah memiliki surat perizinin
usaha dari pemerintah kota Tangerang Selatan yang membuktikan bahwa bakso titoti sudah
layak untuk membuka usaha dengan memperhatikan mutu dan keamanan bakso yang
terjamin.
C. Pemasaran Bakso Titoti
Segmentasi dari Bakso Titoti dimulai dari kalangan anak-anak hingga orang tua, Pasar
produk Bakso Titoti adalah masyarakat sekitar Jl. Arya Putra Ciputat dan masyarakat sekitar
kota Tangerang Selatan. Sistem penjualan yang diterapkan adalah dengan sistem konsumen
datang langsung ke Warung Bakso Titoti di Jl. Arya Putra Ciputat, dan memesan langsung
kepada karyawan Bakso Titoti. Sistem pembayarannya secara langsung di bayar tunai di
tempat kasir yang sudah di sediakan oleh Bakso Titoti.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Alat dan Bahan
Penggilingan
Tambah es batu
Pencetakan
1. Tahap pertama yang dilakukan dalam pembuatan bakso titoti adalah dengan memilih
daging sapi yang baik dan memiliki kualitas yang baik.
2. Daging yang sudah memiliki kriteria dan kualitas baik selanjutnya dilakukan
penggilangan dengan di campur es batu.
3. Selanjutnya, daging yang sudah di giling di campur dengan bahan – bahan lainnya
seperti, sagu, bawang, dan lain – lain.
4. Setelah adonan bakso telah tercampur sempurna, selanjutnya di cetak berbentuk bulat
dengan menggunakan tangan dan sendok.
5. Bakso yang telah di cetak langsung di masukkan kedalam air kaldu yang mendidih.
6. Setelah itu, bakso di rebus dalam panci beberapa menit membuat tekstur bakso yang
padat dan langsung di tiriskan.
7. Setelah di tiriskan, bakso yang sudah di jadi di simpan ke dalam freezer dengan suhu di
bawah 0° C.
2. Diskripsi produk
Tim HACCP yang telah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian dari
produk pangan yang akan disusun rencana HACCPnya. Deskripsi produk yang dilakukan
berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk, komposisi, formulasi,
proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta keterangan lain yang berkaitan dengan
produk. Semua informasi tersebut diperlukan Tim HACCP untuk melakukan evaluasi secara
luas dan komprehensif. Berikut merupakan deskripsi produk Bakso di Bakso Titoti antara
lain:
1. Nama produk : Bakso Titoti
2. Bahan Baku : Daging Sapi (paha)
3. Komposisi Produk :
a. Bakso :
Daging sapi bagian paha
Bawang putih
Garam
b. Kuah :
Tulang sapi
Air
Bawang putih
kemiri
4. Karakteristik produk : Produk jadi
5. Metode Pengawetan : Proses pengawetan menggunakan freezer
6. Kemasan utama dan pelindung : plastik, kantong kresek
7. Kondisi penyimpanan : diruang terbuka, tertutup rapat di dalam freezer dengan suhu <
-18oC, bakso dilapisi plastic.
8. Metode distribusi :
a. Daging giling : dimasukan ke dalam ember dan ditutup rapat di angkut
menggunakan mobil
b. Bakso siap saji : dimasukan ke dalam plastik dan di tempatkan dalam kantong
kresek (jika di bawa pulang) . di tempatkan dalam mangkuk di angkut
dengan kendaraan pribadi konsumen (jika di bawa pulang)/ di bawa
menggunakan nampan oleh pelayan
9. Waktu kadaluarsa : 3-7 hari
10. Label Khusus : belum ada
Pencetakan
Penyimpanan (Freezer)
5. Analisis Bahaya
Segala macam aspek pada mata rantai produksi pangan yang dapat menyebabkan masalah keamanan pangan harus dianalisa. Bahaya yang
dapat ditimbulkan adalah keberadaan pencemar (kontaminan) biologis, kimiawi, atau fisik bahan pangan. Selain itu, bahaya lain mencakup
pertumbuhan mikrroganisme atau perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki selama proses produksi, dan terjadinya kontaminasi silang pada
produk antara, produk jadi, atau lingkungan produksi. Berikut merupakan analisis bahaya dari Industri Bakso Titoti :
Tahapan Proses Bahaya Potensial Penyebab Frekuensi Tindakan Pengendalian
(H,M,L)
Penggilingan Fisik Sisa bahan Human Error M Control alat sebelum pemakaian
baku (kurangnya
sebelumnya control
kebersihan dari
karyawan)
Kimia Logam Mesin yang H Control alat sebelum pemakaian, pembersihan rutin
berat berkarat, setelah pemakaian, mengganti alat yang sudah tidak
Human Error layak pakai
Mikrobiologi Jamur, Kontaminasi M Control alat sebelum pemakaian, pembersihan rutin
bakteri alat setelah pemakaian
Pencampuran Fisik Rambut Human Error M Implementasi kehigienisan di setiap proses (alat,
bahan lain (kurangnya karyawan, dll)
pengawasan)
Kimia Polusi Lokasi yang H Bangunan di desain tidak terlalu terbuka, khususnya
kendaraan, tidak bebas dari pada ruang produksi, Implementasi kehigienisan di
BTP sumber setiap proses
pencemar
Mikrobiologi Bakteri, Kontaminasi H Implementasi kehigienisan di setiap proses (alat,
jamur alat karyawan, dll)
Pencetakan Fisik Rambut Human Error H Implementasi kehigienisan di setiap proses (alat,
bakso (kurangnya karyawan, dll)
pengawasan)
Kimia Logam Panci yang M Control alat sebelum pemakaian, pembersihan rutin
berat berkarat setelah pemakaian, mengganti alat yang sudah tidak
layak pakai
Mikrobiologi Bakteri, Kontaminasi L Implementasi kehigienisan di setiap proses (alat,
jamur alat karyawan, dll)
Perebusan Fisik Rambut Human Error L Implementasi kehigienisan di setiap proses (alat,
(kurangnya karyawan, dll)
pengawasan)
Kimia Logam Panci yang L Control alat sebelum pemakaian, pembersihan rutin
berat berkarat setelah pemakaian, mengganti alat yang sudah tidak
layak pakai
Mikrobiologi - - - -
Penyimpanan Fisik Kemasan Human Error M Penataan terhadap bakso diperhatikan,
produk (kurangnya
rusak karna pengawasan,
tertumpuk penataan yang
dengan kurang baik)
kemasan
lain
Kimia - - - -
Mikrobiologi Bakteri Kontaminasi L Pembersihan rutin pada alat sebelum pemakaian
alat
Pengilingan Fisik, kimia, dan mikrobiologi Tidak ada sisa bahan baku
yang tertinggal
Pencampuran Fisik, kimia, dan mikrobiologi Kadar penggunaan BTP, tidak
bahan lain ada rambut atau kotoran,
tempat produksi tidak kotor
Pencetakan Fisik dan mikrobiologi Tidak ada rambut dan kotoran
Perebusan Fisik dan mikrobiologi Dilakukan pada suhu 100oC,
tidak ada rambut atau kotoran
masuk
Penyimpanan Mikrobiologi Penyimpanan pada suhu <
-18oC dan selama 3-7 hari
9. Tindakan Perbaikan
Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi yang dilakukan jika terjadi
penyimpangan, sangat tergantung pada tingkat risiko produk pangan. Pada produk pangan berisiko tinggi misalnya, tindakan koreksi dapat
berupa penghentian proses produksi sebelum semua penyimpangan dikoreksi/diperbaiki, atau produk ditahan/tidak dipasarkan dan diuji
keamanannya. Tindakan koreksi yang dapat dilakukan selain menghentikan proses produksi antara lain mengeliminasi produk dan kerja ulang
produk, serta tindakan pencegahan . Berdasarkan teori yang telah dijabarkan, maka tindakan koreksi atau perbaikan yang dilakukan oleh Bakso Titoti
adalah sebagai berikut :
Verifikasi harus dilakukan secara rutin dan tidak terduga untuk menjamin bahwa CCP yang ditetapkan masih dapat dikendalikan.
Verifikasi juga dilakukan jika ada informasi baru mengenai keamanan pangan atau jika terjadi keracunan makanan oleh produk tersebut.
Berdasarkan teori yang telah dijabarkan, maka prosedur verifikasi yang dilakukan oleh Bakso Titoti adalah sebagai berikut :
http://itp.fateta.ipb.ac.id/fthn3/cbt/langkah10.php
http://gapmmi-ukm.com/index.php/tag/langkah-langkah-implementasi-haccp/