Anda di halaman 1dari 19

INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK RAMBAK

(Laporan Kunjungan Teknologi Pati dan Gula)

Oleh

Kelompok 2
M. Zaenal 1414051058
Nuria Annisa 1414051075
Ria Apriani 1414051080
Ruri Mayang 1414051083
Shinta Tri A 1414051090

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerupuk adalah makanan pendamping lauk pauk atau makanan kecil yang
teksturnya renyah dan rasanya gurih. Kerupuk merupakan produk pangan
yang bersifat kering, ringan, dan porous. Menurut Wahyuni (2008), kerupuk
terbuat dari tepung pati dengan penambahan bahan-bahan lainnya dan bahan
tambahan makanan yang diizinkan. Berbagai bahan berpati yang dapat diolah
menjadi kerupuk, diantaranya adalah ubi kayu, ubi jalar, beras, sagu, terigu,
tapioka dan talas. Dari beragam jenis bahan berpati tersebut, tapioka
merupakan yang paling sering digunakan. Tapioka berperan dalam proses
gelatinisasi pati yang akan mengakibatkan pengembangan kerupuk saat
digoreng, dan juga berfungsi untuk memperbaiki tekstur, sebagai pengikat,
dan pengental (Hui, 1992).

Saat ini di pasaran banyak dijumpai kerupuk berbahan dasar tapioka yang
salah satunya adalah kerupuk rambak tapioka. Kerupuk rambak ini
merupakan jenis makanan yang dihasilkan oleh industri kecil yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat dan biasanya dijual dalam bentuk kemasan
plastik baik mentah ataupun matang. Industri kecil milik bu Rubiyani
merupakan salah satu industri yang memproduksi kerupuk. Berdasarkan hasil
kunjungan, diketahui bahwa perkembangan industri kerupuk dari tahun ke
tahun semakin pesat. Hal itu dikarenakan beberapa pendukung, antara lain
kualitas produk, distribusi, manajerial, dan sebagainya.

Kunjungan Industri yang dilaksanakan oleh mahasiswa Jurusan Teknologi


Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung ini merupakan salah
satu upaya untuk menambah informasi serta wawasan dalam bidang
pangan. Dengan adanya kunjungan industri krupuk milik Ibu Rubiyani
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui proses produksi pembuatannya.

1.2. Tujuan Kunjungan

Kunjungan Industri ini memiliki beberapa tujuan diantaranya:

1. Mengetahui proses pembuatan produk atau diagram alir dari Industri


krupuk rambak milik Ibu Rubiyani.
2. Mengetahui sistem dan jangkauan pemasaran krupuk rambak.

1.3. Lokasi Kunjungan

Lokasi Kunjungan Industri Kerupuk Rambak di Desa Wiyono, Kecamatan


GedongTataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerupuk

Kerupuk merupakan makanan kudapan yang bersifat kering, ringan yang


terbuat dari bahan yang mengandung pati yang cukup tinggi. Kerupuk
merupakan makanan kudapan yang popular, mudah cara membuatnya
beragam warna dan rasa, disukai oleh segala lapisan usia (Wahyuni, 2007).
Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka
dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan
mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar
matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak (Soemarmo,
2009).

Kerupuk pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu kerupuk halus dan
kerupuk kasar. Kerupuk kasar dibuat hanya dari bahan pati yang ditambahkan
bumbu, sedangkan kerupuk halus ditambah lagi dengan bahan berprotein
seperti ikan sebagai bahan tambahan. Kerupuk tapioka mempunyai kandungan
protein yang rendah. Hal ini dikarenakan kadar protein bahan baku yang
digunakan (tepung tapioka) rendah Penambahan ikan, tepung udang dan
sumber protein lainnya pada adonan kerupuk diharapkan akan meningkatkan
kandungan protein kerupuk yang dihasilkan (Wijandi, 1975). Pembuatan
adonan merupakan tahap yang penting dalam pembuatan kerupuk mentah.
Adonan dibuat dengan mencampurkan bahanbahan utama dan bahan-bahan
tambahan yang diaduk hingga diperoleh adonan yang liat dan homogen
(Wijandi, 1975).

Kerupuk dengan campuran tepung tapioka mempunyai mutu yang lebih baik
daripada tanpa campuran dilihat dari warna, aroma, tekstur dan rasa (Suhardi,
2006). Kerupuk memiliki tekstur berongga dan renyah, hal ini merupakan
salah satu mutu dari kerupuk. Sifat renyah pada produk kerupuk dan crackers
berpengaruh terhadap kualitas produk pangan dan berperan dalam metode
penyimpanan suatu produk pangan (Wiratakusumah et al., 1989). Sifat
kerupuk mudah melempem, hal ini berkaitan dengan kelembaban udara
lingkungan dan tingkat penyerapan air pada produk kerupuk. Kelembaban
udara di Indonesia yang relatif tinggi (80%-90%) memacu teknologi
pembentukan bahan pengemas yang tahan terhadap kondisi lingkungan dan
sesuai dengan produk bahan yang dikemas (Setyawan, 1999).

Bahan pengemas tahan uap air dan udara yang sering digunakan untuk produk
kerupuk adalah plastik, kaleng, dan gelas (Syarief, 1993). Bahan pembuat
kerupuk dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan baku dan bahan
tambahan. Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam jumlah besar dan
fungsinya tidak dapat digantikan oleh bahan lain. Bahan tambahan adalah
bahan yang diperlukan untuk melengkapi bahan baku dalam proses pembuatan
kerupuk. Bahan tambahan dari kerupuk adalah garam, bumbu, bahan
pengembang dan air. Bumbu yang digunakan dalam pembuatan kerupuk
berfungsi untuk memperbaiki dan menambah cita rasa kerupuk (Djumali,
1982).

1.1.Tepung Terigu

Tepung Terigu diperoleh dari pengolahan biji gandum yang sehat dan telah
dibersihkan. Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah,
kering, tidak mudah menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari
kulit, tidak berbau asing seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas
dari serangga, tikus, kotoran, dan kontaminasi benda-benda asing lainnya.
Yang harus dipertimbangkan adalah terutama kadar protein tepung terigu dan
kadar abunya. Kadar protein mempunyai korelasi yang erat dengan kadar
glutein, sedangkan kadar abu erat hubungannya dengan tingkat dan kualitas
adonan (Sunaryo, 1985).

Tepung merupakan bahan baku utama roti. Tepung yang biasa digunakan
untuk roti adalah tepung gandum, jagung, havermouth, dan lain-lain. Untuk
roti yang memerlukan pemuaian, lebih baik digunakan tepung gandum,
karena beberapa jenis protein yang terdapat pada gandum jika dicampur
dengan air akan menghasilkan glutein. Glutein inilah yang dapat membuat
roti mengembang selama proses pembuatan. Jaringan sel-sel ini juga cukup
kuat untuk menahan gas yang dibuat oleh ragi sehingga adonan tidak
mengempis kembali (Sufi, 1999). Tepung terigu yang digunakan sebaiknya
yang mengandung glutein 8 12%. Terigu ini tergolong medium hard flour
di pasaran dikenal dengan merek Segitiga Biru atau Gunung Bromo. Glutein
adalah protein yang terdapat pada terigu. Glutein bersifat elastis sehingga
akan mempengaruhi sifat elastisitas dan tekstur roti yang dihasilkan
(Widyaningsih dan Murtini, 2006).

Protein tepung gandum adalah unik, bila tepung gandum dicampur dengan air
di dalam perbandingan tertentu, maka protein akan membentuk suatu massa
atau adonan koloidal yang plastis yang dapat menahan gas dan akan
membentuk suatu struktur spon bila dipanggang untuk mencapai suatu
kehalusan yang memuaskan. Jenis tepung gandum yang berbeda memerlukan
jumlah pencampuran (air) yang berbeda (Desrosier, 1988). Mutu tepung
terigu ditentukan diantaranya oleh kandungan gluteinnya. Bila dicampur
dengan air, partikel-partikel glutein terhidrasi dan bila dikocok atau diaduk
terjadi kecenderungan memanjang atau membentuk serabut-serabut
(Winarno, 1983).

Pada biji gandum terdapat suatu jenis protein yang disebut glutein (85% dari
total protein). Glutein ini tersusun atas gliadin (BM kecil) dan glutein (BM
besar). Keduanya berperan didalam pembentukan adonan roti, karena
sifatnya yang plastis dan elastis (Syarief dan Irawati, 1988). Tepung terigu
diperoleh dari hasil penggilingan gandum dan banyak digunakan dalam
industri pangan. Komponen terbanyak dalam tepung gandum adalah pati
dengan kandungan amilosa 20 26% dan amilopektin 70 - 75%. Sedangakan
suhu gelatinisasinya sekitar 56 62oC (Belitz dan Grosch, 1987).

Tabel 2. Komposisi Kimia Tepung Terigu dalam 100 g Bahan


Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 365
Protein (g) 8.9
Lemak (g) 1,3
Karbohidrat (g) 77.3
Kalsium (mg) 16
Fosfor (mg) 106
Besi (mg) 1.2
Vit A (SI) 0
Vit B1 (mg) 0.12
Vit C (mg) 0
Air (g) 12.0
Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996)

1.2.Tepung Tapioka

Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong,


Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan
pembantu dalam berbagai industri. Komposisi zat gizi tepung tapioka lebih
baik bila dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau
terigu, tapioka juga dapat digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih (Tri
dan Agusto, 1990). Tapioka yang diolah menjadi sirup glukosa dan destrin
sangat diperlukan oleh berbagai industri antara lain industri kembang gula,
penggalengan buah-buahan, pengolahan es krim, minuman dan industri
peragian. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan
pengisi dan bahan pengikat dalam industri makanan, seperti dalam
pembuatan puding, sop, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging,
industri farmasi, dan lain-lain (Tri dan Agusto, 1990).
III. ISI

3.1. Profil Industri Kerupuk Rambak


Industri yang kami kaji dalam kunjungan ini adalah industri kerupuk rambak
yang berada di Jl. Dharmo Wiyono II, Desa Wiyono, Kecamatan
Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran. Industri kerupuk yang di kelola pada
umumnya merupakan industri skala rumah tangga. Nama pemilik industri
rumah tangga kerupuk rambak ini adalah Ibu Rubiani. Usaha pembuatan tahu
oleh ibu Rubiani ini sudah berjalan sejak tahun 1980. Merk kerupuk ibu
Rubiani ini adalah kerupuk Krambak. Usaha Kerupuk krambak ini
merupakan usaha turun temurun dari almarhum orang tua Ibu Rubiani, dan
saat ini usaha ini dilanjutkan oleh ibu Rubiani dan keluarga. Dalam
pengelolaan usahanya ini, Ibu Rubiani mempunyai 4 orang karyawan dimana
masing-masing karyawan bertanggung jawab terhadap proses produksi
masing-masing. Proses produksi terdiri dari bagian produksi (pengadonan,
pengukusan, pencetakan, dan pengeringan), bagian penggorengan, dan bagian
pengemasan. Usaha yang dilakoni ibu Rubiani ini cukup berhasil dan mampu
mencukupi kebutuhan Ibu Rubiani beserta keluarga. Dalam sehari produksi
kerupuk krambak milik ibu Rubiani telah menghabiskan bahan baku berupa
tapioka sebanyak 15 kg/hari. Proses produksi kerupuk ini berlangsung setiap
hari dari pagi hari pukul 08.00 WIB sampai sore hari pukul 16.00 WIB.

3.2. Proses Produksi


3.2.1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan merupakan tapioka cap gunung agung. Tapioka
ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan kerupuk krambak
milik ibu Rubiani. Tepung tapioka yang diperoleh adalah tapioka merk cap
gunung agung. Meskipun tepung tapioka cap gunung ini memiliki harga
yang lebih tinggi dibanding tapioka curah, namun Ibu Rubiani lebih
memilih tapioka cap gunung agung ini karena kualitas tapioka lebih bagus
sehingga kerupuk yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang lebih bagus.

3.2.2. Bahan pembantu

3.2.2.1. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan salah satu bahan pembantu utama dalam


pembuatan kerupuk krambak milik ibu Rubiani. Tepung terigu yang
digunakan adalah tepung terigu merk segitiga biru. Terigu ini tergolong
medium hard flour, karenA Tepung terigu ini mengandung glutein 8
12%.. Glutein adalah protein yang terdapat pada terigu. Glutein bersifat
elastis sehingga akan mempengaruhi sifat elastisitas dan tekstur kerupuk
yang dihasilkan.

3.2.2.2. Terasi

Terasi yang digunakan pada home industri ini adalah terasi abc. Terasi ini
berfungsi sebagai penyedap rasa sekaligus menambah kelezatan pada
kerupuk yang dihasilkan. Ibu Rubiani menggunakan terasi sebagai salah
satu bahan dalam pembuatan kerupuk krambaknya karena terasi ini
dipercaya mampu memberikan rasa gurih pada kerupuk.

3.2.2.3. Garam

Pada home industri kerupuk rambak milik Ibu Rubiani ini menggunakan
garam kasar. Garam yang digunakan bertujuan untuk memberikan rasa
gurih pada kerupuk.

3.2.2.4. bawang putih

Bawang putih digunakan sebagai bumbu kerupuk rambak. Bawang putih


yang digunakan sebanyak 3 kg.

3.2.2.5. soda kue

Home industri kerupuk krambak menggunakan soda kue yang bertujuan


untuk mengembangkan kerupuk. Soda kue yang ditambahkan adalah 1 sdt
untuk setiap kilonya.
3.2.3. Langkah-langkah Pembuatan Kerupuk rambak

Berikut ini merupakan diagram alir proses pembuatan Kerupuk krambak di


home industri kerupuk milik Ibu Rubiani :

Tapioka

Bumbu (Garam
Tepung Terigu Pengadonan dan Bawang putih)
Air

Pencetakan pada loyang

Pengukusan 30 menit

Pendiaman sampai dingin

Pemotongan tipis-tipis

Penjemuran 4 hari

Kerupuk Krambak
Mentah

Penggorengan

Kerupuk Krambak
Matang

Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan Kerpuk Krambak


1. Persiapan bahan dan Pengadonan
Dalam pembuatan kerupuk krambak ini, hal yang pertama dilakukan adalah
mempersiapkan bahan baku berupa tapioka. Tapioka yang digunakan adalah
tapioka cap gunung agung. Selanjutnya disiapkan bumbu berupa bawang putih
dan garam. Bawang putih yang digunakan adalah 2 ons untuk setiap kilonya
(2ons per kg). Sedangkan garam yang ditambahkan adalah secukupnya.
Bawang putih dan garam ini dihaluskan sampai sehalus mungkin. Proses
selanjutnya yaitu Tepung tapioka, tepung terigu, dan bumbu dicampur menjadi
satu lalu dibuat adonan dengan menambahkan air sedikit demi sedikit sampai
tercampur rata. Air yang ditambahkan yaitu secukupnya saja (kurang lebih 400
ml untuk satu Kg adonan). Pengadonan dilakukan dengan menggunakan alat
berupa mixer dinamo. Setelah adonan tercampur rata maka dilakukan proses
selanjutnya.

2. Pencetakan dan Pengukusan


Setelah dilakukan pembuatan adonan, tahap selanjutnya adalah pencetakan.
Adonan kerupuk yang sudah jadi dicetak kedalam loyang-loyang yang telah
disiapkan dan diolesi minyak. Setelah itu dilakukan proses pengukusan. Proses
pengukusan dilakukan kurang lebih selama 30 menit. Tujuan pengukusan yaitu
untuk mematangkan adonan kerupuk.
3. Pemotongan
Setelah matang, adonan yang sudah dicetak selanjutnya diangkat didiamkan
beberapa menit sampai dingin. Setelah sedikit setengah digin, kemudian
dilakukan proses pemotongan. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan
gunting dengan panjang kerupuk kurang lebih 4-5 cm. Kerupuk yang sudah
dipotong-potong diletakkan di atas papan penjemuran yang dibuat dari bambu.

4. Pengeringan
Kerupuk yang sudah dipotong-potong diletakkan di atas papan penjemuran
yang terbuat dari bambu dan selanjutnya diakukan proses pengeringan.
Kerupuk dijemur selama kurang lebih 4 hari dengan pemanasan alami yaitu
sinar matahari. Kerupuk krambak dinyatakan kering jika pengeringan
dilakukan selama 3-4 hari dalam kondisi panas (tidak hujan) selama masa
penjemuran tersebut. Apabila turun hujan maka pengeringan dapat berlangsung
lebih dari 4 hari. kendala dalam usaha pembuatan kerupuk ini adalah pada saat
proses pemanasan ini. Apabila cuaca hujan, maka akan menghambat proses
penjemuran. Akibatnya kerupuk tidak kering dan akan mudah ditumbuhi
mikroorganisme sehingga kerupuk krambak yang dhasilkan menjamur. Untuk
mengatasi hal tersebut, pemilik usaha ini mencoba membuat oven pengering
untuk mengantisipasi jika tidak ada panas sekali. Meskipun demikian, kerupuk
yang dihasilkan tidak begitu bagus atau kualitas kerupuknya lebih rendah
dibanding dengan penyinaran matahari langsung. Oleh karenanya untuk
mengatasi masalah ini, Ibu Rubiani lebih memilih untuk mengurangi jumlah
produksi selama musim hujan. Biasanya bahan baku yang digunakan mencapai
15 Kg/hari, namun jika musim hujan tiba, bahan baku yang digunakan hanya
mencapai 10 Kg/hari atau bahkan hanya mencapai setengah dari produksi
biasanya.

5. Penggorengan
Setelah kerupuk krambak mentah jadi, proses selanjutnya yang dilakukan
adalah penggorengan. Penggorengan dilakukan dengan menggunakan minyak
kemasan. Proses penggorengan ini berlangsung 2 kali, pertama kerupuk
dicelupkan ke dalam minyak setengah panas (tidak terlalu panas) dengan
tujuan untuk mengembangkan kerupuk. Kedua, dilakukan penggorengan
dengan minyak panas. Pada proses kedua ini kerupuk yang digoreng langsung
berubah bentuk menjadi lebih mengembang. Pengembangan kerupuk ini terjadi
selain karena adanya sifat fisiko pati yang mudah membengkak/mengembang,
adanya penambahan soda kue juga merupakan salah satu penyebab kerupuk
yang dihasilkan menjadi mengembang. Soda kue adalah salah satu bahan
pengembang yang basanya digunakan dalam membuat kue, roti, atau makan
yang digoreng seperti kentucky. Kerupuk menjadi sangat renyah dan siap
untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu pengemasan.

6. Pengemasan
Tahap terakhir dari proses produksi kerupuk krambak adalah pengemasan.
Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kemasan plastik PP dengan
ukurang yang berbeda (kecil, sedang, dan besar). Kerupuk krambak yang
dibungkus dengan plastik berukuran kecil berisi 4-5 buah kerupuk. Sedangkan
yang ukuran sedang berisi 8-10 buah kerupuk.

3.3. Masa Simpan Produk

Masa simpan produk kerupuk krambak ibu Rubiani mencapai kurang lebih
15 hari. Pada home industri ini, tidak digunakan pengawet dalam campuran
bahan. Sehingga kerupuk yang dihasilkan memiiki masa simpan yang relatif
singkat. Proses pengawetan terjadi secara alami, yaitu pada saat pengeringan.
Selain itu penamabahan bumbu berupa garam juga dapat mengawetkan bahan
pangan. Kemasan yang digunakan untuk membungkus kerupuk krambak ini
adalah plastik PP dengan ukuran kecil, sedang, dan besar.

3.4. Sistem dan Jangkauan Pemasaran

Sistem pemasaran yang dilakukan pada usaha kerupuk krambak ini adalah
pelanggan datang sendiri kerumah dan mengambil produk kerupuk tersebut.
Peanggan biasanya adalah pemilik warung-warung yang berada di sekitar
Kecamatan Gedong tataan. Pelanggan kerupuk krambak ini juga
merupakan tukang bakso atau mie ayam yang berada di sekitar desa wiyono.
Kerupuk krambak ini tidak diantar ke masing-masing warung oleh
produsen, melainkan konsumen sendiri yang mendatangi tempat produksi.
Jangkauan pemasaran kerupuk krambak ini hanya mencapai lingkup
kecamatan saja, namun terkadang ada bebrapa konsumen yang berasal dari
luar lampung memesan kerupuk krambak ini untuk dijadikan sebagai oleh-
oleh.

3.5. Harga

Harga produk kerupuk krambak terdiri dari 3 macam harga yaitu satu pak
kerupuk dengan harga Rp.10.000,- dengan isi 25 bungkus kerupuk dengan
ukuran kecil, satu pak kerupuk dengan harga Rp. 12.500,- dengan isi 15
bungkus kerupuk dengan ukuran sedang, dan kerupuk krambak dengan harga
Rp. 5000/bungkus dengan ukuran besar. Kerupuk krambak dengan ukuran
kecil biasanya adalah pesanan warung-warung/toko, sedangkan kerupuk
krambak ukuran sedang biasanya adalah pesanan oleh tukang bakso dan mie
ayam. Sementara untuk kerupuk dengan ukuran besar, biasanya adalah
pesanan dari orang-orang tertentu yang memesan kerupuk tersebut misalnya
untuk dijadikan sebagai oleh-oleh.

3.6. Material Balance

Diketahui :
Jumlah bahan yang masuk (Feed/F)
Tapioka : 15 Kg
Tepung Terigu : 4 Kg
Terasi : 1,5 Kg
Bawang Putih : 3 Kg
Garam : secukupnya ( 100 gram)
Soda kue : 15 sdt

Jumlah bahan yang keluar (Produk akhir / P)


Kerupuk kecil : 12 pak (isi 300 bungkus) @10.000/pak
Kerupuk sedang : 10 pak (isi 150 bungkus) @12.500/pak
Kerupuk Besar : @5000 / 85gram

Maka Neraca masa Kerupuk Krambak ini adalah sebagai berikut :


IV. KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil kunjungan ini adalah sebagai berikut:


1. Bahan bak memegang peranan besar dalam menghasilkan roti yang
berkualitas baik.
2. Proses pembuatan tahu meliputi proses penyortiran kedelai, perendaman,
pencucian, penggilingan, perebusan, penyaringan, pencetakan, dan
pemotongan.
3. Proses pemberian biang (asam cuka) pada proses pembuatan tahu sangat
menentukan jadi atau tidaknya produk tahu, pemberian biang ini berfungsi
untuk menggumpalkan tahu.
4. Proses pembuatan tempe meliputi proses perendaman 1. Pencucian tahap 1,
perebusan kedelai, perendaman II, pencucian tahap II, penirisan dan
pengeringan, pemberian ragi, pembungkusan dan proses fermentasi.
5. Proses pemberian ragi sangat menentukan jadi atau tidaknya suatu produ
tempe.
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo. 1985. Pengolahan Produk Serealia dan Biji-Bijian Jurusan Teknologi


Pangan dan Gizi. IPB.

Sufi, S.Y., 1999. Kreasi Roti. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional2004. Jakarta.

Desrosier, N. W., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan.Penerjemah


M.Muljohardjo. UI-Press, Jakarta.

Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.


Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Tri Radiyati dan Agusto, W.M.1990 Tepung tapioka (perbaikan). Subang :


BPTTG Puslitbang.

Widyaningsih, T.W, dan E.S. Murti. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Trubus Agirasana, Surabaya.

Winarno. 1983.Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.
LAMPIRAN
FOTO KUNJUNGAN KE INDUTRI KERUPUK RAMBAK

Anda mungkin juga menyukai