Anda di halaman 1dari 10

“Iklan Produk Minuman Suplemen Extra Joss”

(Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis dalam Periklanan)

Maraknya berbagai macam produk minuman suplemen membuat para produsen maupun
distributor minuman suplemen saling bersaing keras untuk mendapat bagian pasar produk
minuman suplemen. Kita sebut saja Krating Daeng, Kuku Bima, Extra Joss, Gatorade, Lipovitan,
M-150, Fit-up dan masih banyak lagi. Produk-produk tersebut mengumbar janji energi tambahan
yang membuat tubuh lebih bugar dan bertenaga.

Ketatnya persaingan membuat salah satu produk membuat sebuah iklan yang dianggap
menyesatkan masyarakat. Extra Joss, produk keluaran PT BINTANG TOEDJOEH ini membuat
sebuah tulisan promosi yang memakai nama POM sebagai bagian dari etiket yang beredar.
Kejadian ini terjadi setelah secara tidak sengaja Adi Roy, salah seorang konsumen produk
minuman suplemen tersebut mengatakan,”Mendingan minum Extra Joss, khan ada tulisan
minum 3 kali sehari dari POM”. Adi Roy mengatakan biasa mengkonsumsi minuman suplemen
agar tenaganya lebih fit setelah seharian menyetir mobil  keliling kota.

Setelah secara teliti memang ada tertera tulisan “ 3 kali Sehari DITETAPKAN POM SD
051 219 991 ”. Tulisan pada box kemasan serta sachet disusun sedemikian rupa sehingga
menghasilkan persepsi bahwa ada penetapan dari POM untuk mengkonsumsi 3 kali sehari.
Pencantuman tulisan ‘3 kali sehari’ diletakkan diatas tulisan ‘DITETAPKAN’ lalu dibawahnya
ada tulisan ‘POM SD 051 219 991’ yang menghasilkan tulisan “ 3 kali Sehari DITETAPKAN
POM SD 051 219 991 ”. Tulisan tersebut menghasilkan kesan POM menetapkan mengkonsumsi
3 kali sehari. Hal ini jelas merupakan cara beriklan yang menyesatkan. Selain menggunakan
badan Negara demi kepentingan pihak pemilik produk juga menghasilkan pemikiran yang
menyimpang.

Seperti diketahui bersama produk-produk sejenis minuman suplemen merupakan


minuman pelengkap yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang bekerja kasar seperti kuli
angkut, kuli bangunan, supir dan masyarakat menengah kebawah yang rata-rata memiliki
pengetahuan kurang memadai. Persepsi tulisan tersebut akan ditelan mentah-mentah sebagai
legalisasi badan POM untuk meminum sedikitnya 3 kali sehari. Hal ini jelas melanggar Undang-
Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada Pasal 9 nomor (1) huruf j,
pasal 17 nomor 1 (satu) huruf c dengan rujukan sanksi pada Pasal 62 ayat (1) “Pelaku usaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2),
Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar
rupiah)”.

Dan Pasal 63 “Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 62, dapat
dijatuhkan hukuman tambahan berupa : Perampasan barang tertentu; Pengumuman keputusan
hakim; Pembayaran ganti rugi; Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian konsumen; Kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau Pencabutan izin
usaha. Belum lagi Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
pada pasal 55 yang berbunyi : Setiap Orang  yang dengan sengaja membuat Informasi Publik
yang tidak benar sehingga mengakibatkan kerugian bagi orang lain dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta
rupiah).

 Pada saat dikonfirmasi, Michael dan Agus bagian marketing Produk Extra Joss
menyatakan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan telah mengetahui keberadaan tulisan
tersebut. “Kami mempersilahkan untuk melakukan konfirmasi dengan BPOM. Pihak BPOM
sudah mengetahui label sebelum kami mengedarkan produk ini ke masyarakat”, demikian
keterangan sdr. Agus dari EXTRA JOSS.

Saat dikonfirmasi ke bagian Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) BPOM, justru
jawaban berlawanan dari bu Nining BPOM. “Kami tidak mengetahui, ini jelas sebuah hal yang
tidak boleh. Nanti kami akan mencoba menindaklanjuti temuan ini”, Bu Nining memberi
penjelasan.

Satu minggu setelah melakukan konfirmasi ternyata iklan yang diduga menyesatkan
tersebut tetap saja beredar. Pak Uden dari ULPK BPOM mengatakan bahwa laporan ini sudah
masuk ke bagian Inspektorat dan Sertifikasi BPOM. BPOM memiliki tanggung jawab terhadap
peredaran produk obat, makanan dan minuman yang beredar di masyarakat. Tujuannya adalah
melindungi masyarakat terhadap apapun penyimpangan produk-produk komersial. Tindakan
pelaporan dugaan penyimpangan merupakan upaya tanggung jawab masyarakat untuk membantu
BPOM dalam melaksanakan tugasnya.

Masyarakat diminta waspada terhadap gembar-gembor produk makanan dan minuman yang
tidak bertanggungjawab terhadap kata-kata promosi yang menyesatkan.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Waspadai Iklan Extra Joss yang
Menyesatkan, https://www.tribunnews.com/tribunners/2011/06/30/waspadai-iklan-extra-joss-
yang-menyesatkan.
Penulis:HerlinaButarButar
Editor: Widiyabuana Slay https://www.tribunnews.com/tribunners/2011/06/30/waspadai-iklan-
extra-joss-yang-menyesatkan

KESIMPULAN:

Kesimpulan dari studi kasus ini adalah konflik terjadi karena adanya persaingan dalam
mempromosikan tiap-tiap produk yang bertujuan untuk menjadi minuman suplemen (produk
terlaris) yang paling diminati oleh konsumen. Alternatif solusi yang tepat dengan konflik yang
terjadi pada iklan E-Juss, Kuku Bima dan Extra Joss adalah termasuk solusi kompromi.
Termasuk kompromi karena dalam masing-masing pihak sedang memperebutkan sesuatu yaitu
konsumen. Masing-masing pihak sedang berupaya untuk merebutkan konsumen terbanyak
dengan menawarkan produk. Dan masing – masing lawan sama kuat, artinya masing-masing
iklan yang disuguhkan mempunyai ciri-ciri atau khas yang membuat iklan tersebut dikenal. Jika
dilihat berdasarkan jenis konflik, maka konflik yang terjadi antara iklan tersebut adalah jenis
iklan konflik dengan antar organisasi. Jadi, organisasi yang dimaksud adalah perusahaan produk
bersuplemen.

SARAN / SOLUSI :

Saran dari studi kasus tersebut adalah lebih baik antar iklan saling memiliki gagasan atau
ide-ide kreatif tersendiri tanpa saling menjatuhkan atau menyindir produk lain sehingga tidak
menimbulkan terjadinya konflik.

Bagi perusahaan : Didunia bisnis pasti kita akan selalu bertemu dengan pesaing, dalam
bersaing kita harus tetap menerapkan etika bisnis. Dengan bersaing, kita akan lebih semangat
untuk menjadi yang terbaik. Jika ingin unggul dalam bersaing, maka ada baiknya produk kita
memiliki kualitas dan ciri khas yang membedakan produk kita dengan produk pesaing. Namun,
bersaing tidak harus menjatuhkan tetapi menjadikan produk kita lebih baik dari sebelumnya.
Melakukan inovasi dan variasi agar masyarakat tetap percaya dengan produk kita.

Pemerintah : ikut berpartisipasi dalam mengawasi persaingan antar perusahaan agar tidak
melanggar kode etik yang berlaku. Jika ada yang melanggar, ada baiknya diberikan penegasan.

Contoh kasus Pelanggaran Etika Bisnis dalam Periklanan

April 26, 2017


PELANGGARAN ETIKA BISNIS
“IKLAN OBAT HERBAL BINTANG TOEDJOE MASUK ANGIN”

Besar dan kuatnya persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh
keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang
berlaku. Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk dan
kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi diperhatikan
dan akhirnya telah menjadi praktek monopoli.

Salah satu kasus yang akan dibahas adalah tentang pelanggaran yang dilakukan oleh iklan
Bintang Toedjoe Masuk Angin. Sebelumnya, obat herbal masuk angin sangat berguna bagi
tubuh dikala tubuh manusia sedang masuk angin. Obat masuk angin dapat bekerja secara alami
didalam tubuh manusia yang dapat mencegah dan mengobati masuk angin tanpa efek samping
bagi tubuh. Saat ini obat herbal masuk angin dikuasai oleh dua produk, yaitu Tolak Angin dan
Bintang Toedjoe Masuk Angin. 
Tolak angin adalah produk dari PT. SIDOMUNCUL yang sejak lama telah memasarkan obat-
obatan herbal dan jamu. Sedangkan belum lama ini, sering terlihat iklan dari salah satu anak
perusahaan PT. KALBE FARMA, Tbk yaitu PT. BINTANG TOEDJOE yang juga meluncurkan
produk obat herbal masuk angin. Iklan produk tersebut terlihat saling menjatuhkan dan
membandingkan produknya satu sama lain. 
Terlihat jelas bahwa iklan Bintang Toedjoe masuk angin menyindir produk dari Tolak Angin
dengan slogannya “Orang Bejo Lebih Untung Dari Orang Pintar”, sedangkan Tolak Angin
sendiri memiliki slogan “Orang Pintar Minum Tolak Angin” slogan ini lah yang disindir oleh
produk Bintang Toedjoe, yang dimana pada kenyataannya Tolak Angin yang lebih dahulu
memasarkan produk obat herbal masuk angin di Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Bahkan
untuk iklan terbaru produk Bintang Toedjoe yang bertujuan memperkenalkan kemasan
terbarunya pun masih menyinggung produk Tolak angin dengan sloga “Orang bejo berinovasi,
lalu orang pintar ngapain?”

Bintang Toedjoe Masuk Angin sebagai pendatang baru cukup berani menggunakan slogan yang
secara tidak langsung menyindir produk Tolak Angin sebagai market leader, tetapi hal tersebut
berhasil menarik perhatian konsumen sehingga membuat produk tersebut terkenal.
Dalam iklan ini juga terdapat Cita Citata mengenakan pakaian yang cukup seksi (tangtop ketat
berwarna kuning dan kemeja berukuran pendek yang seluruh kancingnya dibuka dan diikatkan
hanya bagian bawahnya saja) sambil menyanyikan lagu Perawan atau Janda yang dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan iklan, Cita Citata bergoyang dengan gerakan yang “menggoda” sambil
memegang busa pencuci mobil. Selain itu, kamera juga fokus ke bagian atas tubuh Cita Citata
dimana bagian dadanya tersorot dengan jelas dengan pakaian seksinya itu.
Jika dikaitkan dengan kode etik periklanan, iklan ini menyimpang dalam aspek tatakrama dalam
isi iklan, salah satunya Pornografi dan Pornoaksi. Seperti yang terdapat dalam Tata Krama Isi
Iklan yang berbunyi “Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan cara
apapun, dan untuk tujuan atau alasan apapun.” KPI mengingatkan berdasarkan Pasal 43
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Pasal 58 Standar Program Siaran KPI Tahun 2012 maka
ketentuan siaran iklan harus tunduk pada Etika Pariwara Indonesia (EPI). Iklan harus
menghormati dan melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia. Budaya Indonesia yang menjujung
norma kesopanan. Hal demikian dapat memberikan pengaruh buruk terhadap khalayak terutama
anak dan remaja.

Siapa yang dirugikan dalam kasus ini :


Dalam contoh kasus seperti ini tentu saja akan ada yang dirugikan, entah dari produk yang
direndahkan atau disindir seperti Bintang Toedjo maupun Tolak Angin. Namun, bukan hanya
jamu Tolak Angin yang dirugikan, Bintang Toedjo juga bisa dirugikan karena dengan menyindir
produk pesaingnya akan membuat produk mereka terlihat buruk di mata konsumen.
Saran untuk kasus ini :
Seharusnya iklan ini tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa
sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyindir atau membingungkan
khalayak, karena dengan merendahkan dan saling menjatuhkan akan membuat produk tersebut
tidak percaya dan akan terlihat buruk dimata konsumen. Maka dari itu bersainglah secara sehat
dan kreatifitas, bukannya bersaing dengan cara menyindir dan merendahkan produk pesaing
yang dapat melanggar peraturan periklanan dunia.

Kesimpulan
Banyak diantara para konsumen yang belum menyadari akan pengaruh negatif yang di tayangkan
oleh para pengiklan lewat media yang sering mereka jumpai. Pengaruh negatif bahkan
pelanggaran dalam kode etik periklanan sangat banyak ditemukan dalam tayangan iklan di
berbagai media. Masih banyak iklan lain yang melanggar kode etik periklanan yang salah
satunya telah kami jelaskan pada lembar sebelumnya.

Sumber: http://martalianidhea.blogspot.co.id/2016/06/contoh-pelanggaran-etika-bisnis.html

PELANGGARAN ETIKA BISNIS DALAM PERIKLANAN –


KASUS PT GARUDA INDONESIA 2014
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia yang terbang ke lebih dari
40 tujuan domestik dan 36 tujuan internasional. Garuda Indonesia meraih penghargaan sebagai
Maskapai Penerbangan Regional Terbaik di Dunia yang diberikan oleh Skytrax.

Terbang untuk pertama kalinya di tahun 1949, saat ini Garuda Indonesia membawa lebih dari 25
juta penumpang setiap tahunnya.

Pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu produk yang disampaikan
melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian
atau seluruh masyarakat.

Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya pesan-
pesan visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan atau
memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan
tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-institusi atau pribadi-
pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut. Untuk membuat konsumen tertarik, iklan harus
dibuat menarik bahkan kadang dramatis. Tapi iklan tidak diterima oleh target tertentu (langsung).
Iklan dikomunikasikan kepada khalayak luas (melalui media massa komunikasi iklan akan
diterima oleh semua orang, semua usia, golongan, suku, dsb). Sehingga iklan harus memiliki
etika, baik moral maupun bisnis.

Menurut kamus Istilah Periklanan Indonesia, iklan adalah pesan komunikasi dari
produsen/pemberi jasa kepada calon konsumen di media yang pemasangannya dilakukan atas
dasar pembayaran. Periklanan adalah proses pembuatan dan penyampaian pesan yang dibayar
dan disampaikan melalui sarana media massa yang bertujuan menunjuk kosumen untuk
melakukan tindakan membeli/mengubah perilakunya.

Iklan adalah salah satu media promosi yang banyak digunakan oleh pihak Industri untuk
mengenalkan produk-produk yang dihasilkannya kepada masyarakat luas. Iklan tersebut dapat
dimuat di media elektronik seperti tv, radio, internet, dsb dan media cetak seperti koran, majalah,
tabloid, dsb

Keuntungan dari adanya iklan, yaitu:

 Adanya informasi kepada konsumer akan keberadaan suatu produk dan “kemampuan”
produk tersebut. Dengan demikian konsumer mempunyai hak untuk memilih produk
yang terbaik sesuai dengan kebutuhannya.
 Adanya kompetisi sehingga dapat menekan harga jual produk kepada konsumen. Tanpa
adanya iklan, berarti produk akan dijual dengan cara eksklusif  (kompetisisi sangat
minimal) dan produsen bisa sangat berkuasa dalam menentukan harga jualnya.

Pembahasan Studi Kasus


Dalam iklan maskapai penerbangan Garuda Indonesia dapat dilihat bahwa iklan ini
menampilkan perbandingan keunggulan produk maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan
produk maskapai penerbangan lain yang memiliki ciri khas warna merah yang identik dengan
AirAsia dan Lion Air dengan tujuan untuk menjatuhkan dan merendahkan produk maskapai lain.
Dalam iklan ini sangat jelas disampaikan bagaimana perbedaan pelayanan dan fasilitas yang
diberikan. Misalnya ketika sedang berada di dalam proses penerbangan maskapai penerbangan
Garuda Indonesia memberikan fasilitas yang lengkap dan diberikan makanan tanpa
menggunakan proses transaksi bayaran lagi sedangkan pada maskapai lain yang terjadi adalah
sebaliknya. Pada maskapai lain konsumen tidak mendapatkan pelayanan makanan gratis akan
tetapi harus dengan bayaran. Perbandingan yang lain dalam iklan ini adalah ketika melakukan
proses chek-in di maskapai Garuda Indonesia bisa melalui jalur online sehingga para konsumen
tidak harus mengantri panjang. Berbeda dengan maskapai lain yang harus sabar mengantri untuk
melakukan proses chek in, karena fasilitasnya belum memadai dan tidak selengkap fasilitas dan
layanan dari Garuda Indonesia.
Berdasarkan Etika Pariwara Indonesia (EPI), iklan Garuda Indonesia melanggar etika
pemasaran beriklan yang terletak pada nomor:
1.19 Perbandingan
1.19.1 Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis
produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.
1.19.2 Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi, sumber dan waktu
penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut harus sudah
memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara riset iklan tersebut.
1.19.3 Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan pada
khalayak.
Seharusnya kasus ini tidak terjadi pada maskapai Garuda Indonesia, karena dengan
terjadinya kasus ini dan diketahui oleh khalayak ramai dan dapat memperburuk citra maskapai
Garuda Indonesia di kalangan masyarakat. Sebenarnya tanpa harus membuat iklan dengan
menampilkan persaingan dengan produk lain citra yang dimiliki oleh Garuda Indonesia sudah
baik dan banyak diminati oleh banyak orang dengan fasilitas dan pelayanan yang baik. Salah
satu prinsip dalam mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan prinsip kejujuran berhubungan
dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali dilebih-lebihkan, sehingga bukannya
menyajikan informasi mengenai persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen,
tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan kebutuhan baru.

Sumber:
http://muhamadsahid-ferizulfikar.blogspot.co.id/2015/04/etika-bisnis-dalam-periklanan.html
http://yuliiranis.blogspot.co.id/2015/12/pelanggaran-etika-pada-iklan-garuda.html

Anda mungkin juga menyukai