PERIKLANAN
Etika Periklanan
Menurut Cunningham (1999)Etika periklanan didefinisikan sebagai
apa yang benar atau baik dalam melakukan fungsi periklanannya. Hal
ini berhubungan dengan pertanyaan apa yang seharusnya dilakukan,
bukan hanya dengan secara hukum dilakukan. (Drumwright, 2009)
Ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
8tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dimana salah satu hak
konsumen adalah mendapatkan informasi yang jelas, benar dan jujur.
Iklan-iklan yang beredar di tengah-tengah masyarakat terkadang ada
yang menyalahi nilai-nilai etika di masyarakat. Aturan-aturan
mengenai etika periklanan sudah tercantum dalam Etika Pariwara
Indonesia. Yang terbaru adalah hasil amandemen 2014. Tata krama
dalam periklanan sesuai Etika Pariwara Indonesia, hasil
amandemen 2014 meliputi isi iklan, ragam iklan, pemeran iklan,
wahana iklan.
Etika Secara Umum
Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan
kondisi produk
Tidak memicu konflik SARA
Tidak mengandung pornografi
Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Tidak melanggar etika bisnis, contoh : saling menjatuhkan
produk tertentu dan sebagainya.
Tidak plagiat.
Pengontrolan Terhadap Iklan
Karena kemungkinan dipermainkannya kebenaran dan terjadinya
manipulasi merupakan hal-hal rawan dalam bisnis periklanan,
perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan
tersebut.
1. Kontrol oleh pemerintah
Seperti yang dilakukan oleh Menteri Kesetaraan Inggris pada
produk kecantikan yang beredar di negaranya dimana antara model
yang digunakan pada iklan tersebut kurang sesuai dengan wajah
aslinya. Dan di Indonesia sendiri beberapa Undang-Undang telah
ditetapkan untuk melindungi konsumen terhadap beberapa produk
yang menyalahi aturan, diantaranya telah terdapat iklan tentang
makanan dan obat yang diawasi oleh Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dari Departemen Kesehatan.
2. Kontrol oleh para pengiklan
Dalam contoh kasus seperti ini tentu saja akan ada yang
dirugikan, entah dari produk yang direndahkan atau
disindir seperti Bintang Toedjo maupun Tolak Angin.
Namun, bukan hanya jamu Tolak Angin yang dirugikan,
Bintang Toedjo juga bisa dirugikan karena dengan
menyindir produk pesaingnya akan membuat produk
mereka terlihat buruk di mata konsumen.
Kesimpulan
Bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan untung, dan
diperbolehkan oleh sistem hukum, serta sesuai moral. Beriklan adalah salah
satu proses bisnis, sehingga dalam beriklan pun harus mematuhi hukum dan
sesuai moral. Etika yang baik dalam periklanan sesuai dengan aturan hukum
contohnya adalah mematuhi segala regulasi yang ada seperti yang diatur
dalam Etika Pariwara Indonesia. Banyak diantara para konsumen yang belum
menyadari akan pengaruh negatif yang di tayangkan oleh para pengiklan
lewat media yang sering mereka jumpai.
Pengaruh negatif bahkan pelanggaran dalam kode etik periklanan sangat
banyak ditemukan dalam tayangan iklan di berbagai media. Masih banyak
iklan lain yang melanggar kode etik periklanan yang salah satunya telah kami
jelaskan pada lembar sebelumnya. Sebagai masyarakat kita harus memahami
regulasi mengenai periklanan apakah sudah sesuai hukum yang berlaku atau
belum, maupun sudah sesuai moral kah iklan yang ada. Masyarakat harus
proaktif untuk melaporkan setiap pelanggaran yang ada, sehingga terjadi
check and balances.
Terima Kasih