PENDAHULUAN
Jumlah tayangan iklan-iklan komersial dewasa ini semakin meningkat, baik di media
massa konvensional (televisi, radio, koran, majalah, dsb) maupun di media non konvensional.
Iklan kini telah digunakan sebagai main campaign atau kampanye utama dalam memasarkan
suatu produk atau jasa. Para pemasar pun tidak segan-segan mengeluaran uang berjuta-juta
bahkan bermilyar-milyar hanya agar produk mereka di kenal oleh audiens atau masyarakat luas.
Sebab, mereka beranggapan bahwa iklan adalah alat yang paling efektif untuk membujuk
audiens agar menentukan suatu pilihan kepada merek produk tertentu.
Sebagai ujung tombak dalam komunikasi pemasaran, iklan memiliki peranan yang sangat
penting. Oleh sebab itu, dalam iklim kompetisi bisnis seperti sekarang ini, tidaklah
mengherankan apabila iklan sering disalahgunakan. Maksudnya adalah iklan digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya tidak normatif atau menyalahi ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan, baik ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Etika Pariwara Indonesia
(EPI), Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, maupun Tata Krama Asosiasi Profesi. Hal ini
diperkuat dengan beberapa kasus pelanggaran iklan yang temuan oleh Komisi Periklanan
Indonesia (KPI) yang bernaung di bawah Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI).
Kasus pelanggaran tersebut banyak terdapat pada iklan-iklan produk-produk kesehatan, baik itu
obat, suplemen, minuman kesegaran, ataupun produk-produk lainnya.
Melihat kenyataan di atas, seharusnya audiens bisa lebih bersikap kritis dalam membaca
iklan. Sebab hingga saat ini, masih banyak iklan yang diduga telah melanggar ketentuanketentuan dalam Etika Pariwara Indonesia. Mengacu pada keputusan Menteri Kesehatan tentang
pedoman periklanan obat no. 386/MenKes/SK/IV/1994 ada beberapa iklan obat yang melanggar
Etika Periklanan Indonesia, antara lain :
1.
Perang perseteruan antara Antangin dan Tolak Angin. Konsistensi Tolak Angin dalam
mengedukasi pasar dan mengangkat citra mereknya berbuah manis. Kala lawan sedikit
mengendur, laju Tolak Angin kian tak terkejar.
Wes-ewes-ewes, bablas angine. Demikian ucapan Basuki (alm.) dalam iklan televisi obat/jamu
masuk angin, Antangin JRG. Dulu, iklan tersebut begitu sering menghiasi layar kaca. Miliaran
rupiah dihabiskan PT Deltomed Laboratories untuk mengangkat awareness terhadap mereknya
lewat iklan tersebut. Memang berhasil. Bintang iklannya yang terkenal serta jargon yang jenaka
terasa pas buat mendongkrak Antangin. Wes-ewes-ewes bablas angine identik dengan Basuki
dan Antangin. Produk obat masuk angin ini melejit tanpa kendala berarti.Sesungguhnya saat itu
-- tahun 1999 -- sudah ada jamu sejenis Antangin yang beredar di pasaran, yakni Tolak Angin
Cair dari PT Sido Muncul (SM). Namun, seperti terlibas angin Basuki, nama Tolak Angin kalah
moncer ketimbang Antangin. Tolak Angin Cair, pertama-tama, mengubah citra jamu yang
dianggap kampungan sebagai sesuatu yang modern dan teruji. Dengan slogannya yang sangat
populer, Orang pintar minum Tolak Angin, iklan tersebut menjadi titik balik kebangkitan Tolak
Angin Cair.
Sumber
: http://masrizal-gati.blogspot.com/2009/01/swa-tolak-angin-berlari-kencang.html
mahasiswa karena diasumsikan mahasiswa dapat mewakili segmen remaja dan sebagai kaum
intelek sesuai dengan bunyi iklan Tolak Angin yaitu Orang Pintar Minum Tolak Angin.
Tolak Angin adalah obat masuk angin yang diproduksi oleh PT. Sido Muncul yang
merupakan salah satu perusahaan industri jamu terbesar di Indonesia. Saat ini industri jamu
tradisional di tanah air semakin membaik. Puluhan tahun Sidomuncul mengenalkan produk jamu
kemasan dan terus menerus mengeduksi pasar terutama karena penyakit masuk angin masih
menjadi wacana pro dan kontra. Dunia kedokteran mempertahankan eksistensi masuk angin,
(Marketing, 2004). Kesuksesan Tolak Angin begitu besar, menurut riset frontier consulting goup,
merek buatan PT. Sidomuncul berhasil menggeser Antangin, pada tahun 2008, kompetitor Tolak
Angin yang telah lama bersaing ketat
Pada dasarnya berbagai pengembangan Dengan lahirnya UU No.5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diharapkan dapat mengurangi
terjadinya pelanggaran etika bisnis. Masalah pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti,
dalam hal mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi,
pemasaran produk, pembayaran pajak, pembagian keuntungan, penetapan mutu, penentuan
harga, pembajakan tenaga professional, blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar
dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak benar, penekanan upah
buruh dibawah standar, insider traiding dan sebagainya. Biasanya faktor keuntungan merupakan
hal yang mendorong terjadinya perilaku tidak etis dalam berbisnis. Dapat kita lihat contohnya
pada kasus di atas dimana kedua perusahaan provider saling bersaing untuk menguasai dan
memonopoli pasar. Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena peluangpeluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan dan
disalah gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis. Beberapa peraturan perundang-undangan yang
menghimpun pengaturan dan peraturan tentang dunia iklan di Indonesia yang bersifat mengikat
antara lain adalah peraturan yang diatur oleh Undang-Undang, antara lain, UU No. 40 tahun
1999 tentang Pers, UU No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran, UU No. 7 tahun 1996, PP No. 69
tahun 1999.
Kesimpulan
Kesimpulan atas masalah penelitian didasarkan atas temuan permasalahan penelitian yang
teridentifikasi dan tersusun pada Bab 1. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah mencari
jawaban atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bagaimana
meningkatkan kesadaran konsumen sehingga tercipta sikap konsumen yang positif terhadap
Tolak Angin. Permasalahan penelitian ini dapat terjawab dengan langkah-langkah hasil penelitian
sebagai berikut :
Langkah pertama, untuk membangun sikap merek terhadap produk Tolak Angin dapat diperoleh
dengan meningkatkan daya tari iklan pada produk tersebut melalui keasadaran merek. Iklan
Tolak Angin harus dibuat dengan daya tarik yang sebaikbaiknya, sehingga menghasilkan
kesadaran merek di hati konsumen. Kesadaran merek yang dihasilkan akan menciptakan
karakteristik tertentu pada iklan Tolak Angin sehingga menimbulkan penilaian terhadap merek
yang akan membentuk sikap terhadap merek.
Langkah kedua, dalam peningkatan sikap terhadap merek Tolak Angin dapat dilakukan
dengan meningkatkan experiential marketing melalui kesadaran merek. Experiential marketing
akan memberikan pengalaman bagi konsumen terhadap Tolak Angin yang nantinya akan
menimbulkan kesadaran di hati konsumen. Selanjutnya kesadaran merek yang ditimbulkan
pada iklan Tolak Angin akan langsung Sikap Terhadap Merek Daya Tarik Iklan Kesadaran
Merek memberikan peningkatan pada sikap terhadap merek.
terpenting adalah peran konsumen sendiri. Sebab, pada dasarnya iklan hanya memberi preferensi
dalam menentukan keputusan pembelian. (Tholib)
DAFTAR PUSTAKA
Tholib, 2008, Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia).Sentuhan kata.blogspot.com
Masrizal-gati.blogspot.com/2009/01/swa-tolak-angin-berlari-kencang.html